Modul ke:
Produksi Berita TELEVISI (MK 41034) Pokok Bahasan Modul:
Fakultas
ILMU KOMUNIKASI
BREAKING NEWS
Drs.H.DODDY PERMADI INDRAJAYA, M.Si
Program Studi
PENYIARAN
www.mercubuana.ac.id
BREAKING NEWS
Klasifikasi Berita : 1.Indoor News: Berita yg terjadi di tempat tertutup(seminar, rapat kabinet,pengadilan dsb). 2.Outdoor news: kerusuhan, bencana alam, peperangan dsb. 3.Berdasarkan isinya dikelompokkan : berita politik, ekonomi,olahraga, hiburan,kriminal,ilmiah dsb.
¾ Jenis Berita 1)
Straight news : Laporan langsung suatu peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur 5W+1H. 2) Depth news: Wartawan mengumpulkan fakta berita dengan informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. 3) Comprehensive news: Laporan tentang fakta secara menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Comprehensive news merupakan jawaban atas keterangan. 4) Interpretatif news: berita ini biasanya memfokuskan pada sebuah isu atau masalah atau peristiwa yang kontroversial. Namun fokusnya masih berdasarkan fakta bukan opini. 5)Feature story: penulis menyajikan fakta yang menarik bagi pembaca. Penulis feature menyajikan pengalaman pembaca yang banyak bergantung pada gaya penulisan dan humor dibanding informasi yang disajikan. 6)Depth reporting: laporan jurnalistik yang mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa yang fenomenal dan aktual. 7).Investigative Reporting: tidak jauh berbeda dengan interpretatif reporting, namun dalam laporan investigasi wartawan melakukan penyelidikan untuk memproleh fakta yang tersembunyi.
Jenis Berita. 8).Editorial writing: penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum. Para penulis editorial bekerja untuk kepentingan surat kabar, majalah, atau stasiun radio. Mengumpulkan Fakta: Fakta merupakan kejadian, peristiwa yang dirasakan, dilihat, diketahui diri sendiri atau orang lain tentang suatu hal apa adanya. Fakta tidak bercerita siapa yang benar atau salah dari kejadian itu. Terjadinya sebuah peristiwa tidak terlepas dari fakta di lokasi kejadian. Namun, tidak semua peristiwa yang terjadi selalu dilengkapi fakta yang cukup untuk dijadikan bahan sebuah berita. Karena itu fakta harus dicari dan dikumpulkan dengan berbagai cara, dilihat hubungannya satu dengan lainnya dalam sebuah peristiwa. Berdasarkan fakta itulah sebuah berita baru bisa ditulis. Mengumpulkan fakta bisa dilakukan lewat pengamatan (observasi), wawancara dengan orang yang mengetahui peristiwa tersebut atau melakukan riset dokumentasi.. Akan tetap, bisa pula fakta diperoleh dengan satu cara. Tergantung siapa yang berbicara, dari mana fakta itu diperoleh. 6
Tujuan Diberitakannya Peristiwa Tujuan diberitakannya sebuah peristiwa menurut Ashadi Seregar dalam bukunya Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, ada beberapa alasan. Yakni, memenuhi tujuan politik keredaksian suatu media massa atau memenuhi kebutuhan pembaca. Tujuan lain karena faktor ekonomis dengan berita yang dimuat oplah media akan meningkat sehingga menguntungkan media. Apakah informasi yang disampaikan kepada pemirsa bermanfaat atau tidak diserahkan kepada pemirsa. Adapula yang menganggap informasi yang disampaikan hanya alat untuk mencapai tujaun ideologis. Informasi yang disampaikan dapat membujuk dan mempengaruhi pemirsa agar berbuat sesuai dengan tujuan ideologis yang hendak dicapai media tersebut.
Mengumpulkan Fakta Observasi dipakai bila wartawan secara langsung menghadapi kejadian. Artinya, Reporter hadir dilokasi kejadian dan dengan panca inderanya mencatat semua kejadian yang didengar, dilihat, dibau, dirasakannya dan direkam dengan alat perekam yang dibawanya. Diharapkan Reporter bisa memaparkan atau menjelaskan apa yang dirasakannya itu ke dalam tulisan berita yang akan dibuatnya. Wawancara dipakai bila Reporter harus memperoleh keterangan dari orang lain yang mengetahui peristiwa tersebut. Biasanya, hal ini menyangkut pengalaman, pendapat, cita-cita, pengakuan yang tidak bisa diperoleh melalui pengamatan saja. Karena itu Reporter harus melakukan wawancara.
Kritis Terhadap Fakta.
Saat mengumpulkan fakta, Reporter mengandalkan subyektifitas berbagai pihak, termasuk dirinya. Sebagai pengamat kejadian, Reporter mengandalkan subyektifitas dirinya untuk memperoleh fakta yang ditangkap secara inderawi. Tugas Reporter adalah merekonstruksi sebuah peristiwa kepada pemirsa. Karena itu Reporter harus kritis agar fakta yang digunakan untuk merekonstruksi sebuah peristiwa berhasil menampilkan gambaran yang mendekati realitas sesungguhnya. Namun, sikap kritis juga harus diikuti rasa ingin tahu yang mendalam atas sebuah peristiwa. Sikap kritis terlihat dari keteguhan yang tidak membiarkan suatu berlalu begitu saja, tanpa mempertanyakan kebenaran dari suatu kejadian.
Syarat Berita : Untuk menulis sebuah berita seorang Reporter harus memahami terlebih dahulu berita yang hendak ditulisnya. Sebuah berita minimal memiliki dua syarat utama. 1. Faktanya tidak boleh diputarbalikkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda bagi yang menontontnya dan kebenaran fakta tersebut tinggal sebagian saja. 2. Berita harus menceritakan aspek yang lengkap agar latar belakang fakta yang dilaporkan bias selengkap mungkin.
ÎPerjalanan Sebuah Berita 1. Event, kejadian yang ditangkap atau diterima pembuat berita (Reporter) 2.Pembuat berita mempertimbangkan apakah even itu layak ditulis menjadi sebuah berita. Jika layak akan dibuat sebuah berita, bila tidak akan dibuang. 3.Penulis berita akan mempertimbangkan apakah even itu memiliki news value atau tidak. Jika ada, akan terus diproses, bila tidak diabaikan saja. 4. Penulis berita akan menilai kembali apakah berita yang ada nilainya layak untuk disiarkan. Jika layak, bisa diteruskan proses selanjutnya. Jika tidak layak berita itu dapat disimpan dan bisa digunakan suatu saat nanti. 5. Fakta yang memiliki nilai berita dan layak untuk disiarkan dikirim ke media massa cetak atau elektronik 6.Fakta yang layak disiarkan, dicetak di surat kabar atau majalah dan dibacakan di Di radio atau televisi 7.Media massa mendistribusikan berita tersebut ke masyarakat 8.Berita yang sudah disiarkan menjadi milik publik.
DAFTAR PUSTAKA: 1. Alan Wurtzel & Stephen R. Acker, 1989, Television Production, The Ohio State University, edisi ketiga. 2. Ardianto, E., Komala dan S. Karlinah. 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung. 3. Horace Newcomb, 1979. Television The Critical View, University of Texas at Austin, edisi ketiga. 4. Info Intern RTF No. 1, 1985, Penerbit Dirjen RTF DEPPEN, Jakarta. 5.Baksin, Askurifai, Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita.Jakarta: PT>Indeks,Kelompok Gramedia. 6.Ishadi SK,1999.Prospek Bisnis Informasi di Indonesia.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 7.Ishadi SK,1999.Dunia Penyiaran: Prospek dan Tantangannya.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama 8.Wwahyuni,Hermin Indah,2000.Televisi dan Intervensi to TV News Producing2nd edition.Washinton: Radio-Television News Directors Association.
Terima Kasih Drs.H.DODDY PERMADI INDRAJAYA, M.Si