Authors :
Yayan Akhyar Israr, S.Ked Wan Rita Mardhiya, S.Ked Nova Faradilla, S.Ked
Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009
0 © Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk
PENDAHULUAN Mania ditandai dengan aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi.
Obat yang digunakan untuk mengobati mania
disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti manics.1,2 Penderita mania mengalami elasi (suasana perasaan yang meningkat) disertai dengan energi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan, kebanyakan bicara dan berkurangnya kebutuhan tidur. Pengendalian yang normal dalam kelakuan sosial terlepas, perhatian terpusat tidak dapat dipertahankan dan sering kali perhatian sangat mudah dialihkan. Kadang juga dapat ditemukan harga diri yang membumbung, pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis dinyatakan dengan bebas.3 Tujuan dari penatalaksanaan mania adalah menekan secara menyeluruh semua gejala-gejala yang muncul dan mengembalikan pasien ke keadaaan dan status mental sebelumnya (keadaan paling baik). Mood, pikiran, dan kebiasaan harus dikembalikan ke kondisi normal, meskipun beberapa gejala mempunyai tingkat keparahan yang berbeda.4
1
TINJAUAN PUSTAKA Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini terjadi dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat ekspresif atau iritabel.1,2 Sindroma mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap “dopamine receptor supersensitivity”. Lithium karbonat merupakan obat pilihan utama untuk meredakan sindroma mania akut dan profilaksis terhadap serangan sindroma mania yang kambuh pada gangguan afektif bipolar.2 Bentuk mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali merupakan bagian dari kelainan bipolar (penyakit manik-depresif). Beberapa orang yang tampaknya hanya menderita mania, mungkin sesungguhnya mengalami episode depresi yang ringan atau singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang terjadi dibandingkan dengan depresi. Mania dan hipomania agak sulit dikenali, kesedihan yang berat dan berkelanjutan akan mendorong seseorang untuk berobat ke dokter, sedangkan kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena penderita mania tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun perilaku mentalnya.1 Tabel 1. Sediaan Obat Anti Mania dan Dosis Anjuran2 No 1
Nama Generik
Nama Dagang
Lithium Karbonat Frimania (Mersifarma)
Sediaan Tab. 200 mg, 300 mg, 400 mg, 500 mg
2
3
Karbamazepin
Natrium
Tegretol (Novartis),
Tab. 200 mg
Bamgetol (Mersifarma)
Kaplet. 200 mg
Depakote (abbott)
Tab. 125 mg, Tab. 250 mg,
Divalproex
Tab. 500 mg, Caps. 250 mg. Syr. 250mg/5ml
2
4
5
Haloperidol
Asam Valproat
Haloperidol (Indofarma),
Tab. 0,5 mg; 1,5 mg; 5 mg
Haldol (Janssen),
Liq. 2 mg/ml
Serenace (Searle)
Amp. 5 mg/ml
Depakene
Caps. 250 mg, Syr. 250 mg/ 5 ml
Berikut ini akan dibahas mengenai obat-obat antimania secara lebih terperinci.
A. LITHIUM KARBONAT Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium sitrat. Sejak disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1970 untuk mengatasi mania akut, lithium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Efek samping
yang ditimbulkan dari penggunaan
lithium hampir serupa dengan efek mengonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar lithium mengingat dosis terapeutik lithium berdekatan dengan dosis toksik. Bagaimana kerja lithium sebenarnya dalam mengatasi mania belum diketahui secara pasti, diduga ion lithium menimbulkan efek menstabilkan mood dengan menghambat inositol monophosphatase (IMPase) dengan
subsitusi
satu dari dua ion
magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase merupakan enzim yang diyakini sebagai penyebab beberapa gangguan bipolar.5,6 Pendapat lain mengatakan bahwa efek antimania lithium disebabkan oleh kemampuannya
mengurangi
dopamine
receptor
supersensitivity
dengan
meningkatkan cholinergic-muscarinic activity dan menghambat Cyclic AMP.2
1. Indikasi Mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat. Lithium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.5
3
Gambar 1. Sediaan Lithium Karbonat6
2. Dosis Dosis lithium tergantung pada kebutuhan medis pasien, umur, berat badan dan fungsi ginjal. Dosis dari lithium berkisar antara 600-2400 mg per hari, meskipun sebagian besar pasien akan stabil pada 600-1200 mg per hari. Untuk tablet atau kapsul immediate release biasa diberikan 3 dan 4 kali sehari. Sedangkan tablet controlled release diberikan dua kali sehari, interval 12 jam. Pemberian dosis lithium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis.5 Pada mania akut, pasien biasanya memberikan respon optimal terhadap lithium karbonat jika diberikan dosis 1800 mg per hari, dengan dosis terbagi. Dosis ini secara normal akan menghasilkan kadar lithium serum yang diinginkan berkisar antara 1 dan 1,5 mEq/l. Kontrol jangka panjang, kadar serum lithium yang diinginkan adalah 0,6 -1,2 mEq/l. Dosis bervariasi per individu, tapi biasanya berkisar 900 - 1200 mg per hari dalam dosis terbagi. Monitor serum dilakukan setiap dua bulan. Pada pasien yang sangat sensitif biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar lithium serum dibawah 1,0 mEq/l.5
3. Efek Samping Efek samping lithium seperti tremor, diare, nausea, dan sering kencing, bergantung pada dosis yang dikonsumsi. Pada kadar lithium darah yang tinggi (> 2 mg), pasien akan mengalami ataksia, kebingungan, bahkan koma. Beberapa pasien dapat mencapai kadar lithium darah normal (sekitar 1 mg) dengan mengkonsumsi dua pil perhari sementara pada pasien lainnya perlu dua belas pil
4
per hari. Jika kita dapat mengukur kadar obat dalam darah pada semua jenis obat serupa, kemungkinan kita dapat menemukan perbedaan individual. Ini dapat menjelaskan mengapa beberapa pasien skizofrenia menunjukkan perbaikan dengan pemberian 200 mg klorpromazin per hari sementara yang lainnya memerlukan 2000 mg per hari.5 Gejala intoksikasi (kadar serum lithium > 1,5 mEq/L) dapat berupa :6 -
Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan tidak stabil.
-
Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun dapat sampai koma dengan hipertoni otot dan kedutan, oliguria, dan kejangkejang.
Tabel 2. Efek samping lithium dan penatalaksanaannya8 Efek Samping Keluhan gastrointestinal
Penatalaksanaan Berikan lithium setelah makan, berikan dosis yang lebih kecil dan lebih sering, coba preparat lepas lambat, turunkan dosis
Tremor
Turunkan mg/hari),
dosis,
berikan
pertimbangkan
propanolol menambah
(40-100 suatu
benzodiazepin Poliuria, Diabetes Insipidus
Coba preparat lepas lambat, turunkan dosis, tambah amilorid (5-10 mg/hari), monitoring kadar lithium dengan cermat
Akne
Larutan topikal benzoyl peroxide (5-10%), larutan topikal eritromisin (1,5-2%)
Kelemahan otot, fasikulasi, Biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah nyeri kepala
terapi.
Hipotiroidisme
Levothyroxine (0,05 mg tiap hari), ikuti kadar TSH dan tingkatkan sampai 0,2 mg tiap hari jika diperlukan
Inversi gelombang T
Ringan, tidak memerlukan terapi
5
Disritmia jantung
Biasanya harus menghentikan lithium
Psoriasis, alopesia areata
Konsultasi dermatologis, reversibel jika lithium dihentikan
Kenaikan berat badan
Sulit diobati, diet, mungkin reversibel bila lithium dihentikan Pertimbangkan spironolakton (50 mg per oral tiap
Edema
hari), jika parah monitor kadar lithium, menghilang jika lithium dihentikan Leukositosis
Ringan, tidak memerlukan terapi
4. Interaksi obat Penggunaan diuretik bersama lithium harus dilakukan hati-hati. Hal ini dikarenakan diuretik yang menginduksi pengeluaran natrium, bisa mengurangi klirens renal lithium yang akan menyebabkan kadar lithium serum meningkat dan risiko toksisitas juga meningkat. Begitu juga pada pemberian bersamaan dengan beberapa obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor.5 Lithium sebaiknya tidak diberikan pada pasien jantung dan ginjal. Tapi jika kondisi psikiatri pasien mengancam jiwa dan pasien tidak berespon dengan obat lain, maka lithium bisa diberikan dengan pengawasan yang sangat ketat. Pemeriksaan kadar lithium serum dilakukan tiap hari dan kemudian dilakukan pengaturan dosis. Lithium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena diduga bisa mendatangkan efek merugikan bagi janin. Lithium juga disekresikan melalui air susu ibu, sehingga tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang menyusui. Penggunaan lithium pada anak usia dibawah 12 tahun sebaiknya tidak dilakukan mengingat data keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi ini belum ada. Pemberian lithium pada orang tua harus dilakukan perngaturan dosis.5
6
B. KARBAMAZEPIN Karbamazepin adalah suatu obat iminodibenzyl yang secara struktural mirip dengan imipramine (tofranil) dan disetujui digunakan di Amerika Serikat sebagai anti epilepsi. Struktur molekul adalah serupa dengan struk trisiklik dari imipramin (gambar 2).8 Karbamazepin sering digunakan sebagai terapi alternatif pengganti lithium walaupun efeknya tidak sekuat lithium. Cara kerja karbamazepin belum diketahui dengan pasti, dapat digunakan sebagai antimania akut dan terapi profilaksis. Efek sampingnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lithium.4
Gambar 2. Formulasi heksagonal karbamazepin8
1. Indikasi Karbamazepin pertama-tama digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia, kemudian ternyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik (antikonvulsan) dan sebagai mood modulator. Saat ini karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di Amerika Serikat
untuk
mengatasi
berbagai
bangkitan
kecuali
bangkitan
lena. 9
Karbamazepin juga dapat digunakan sebagai antimania dan terapi profilaksis. Indikasi penggunaan terapeutik penggunaan karbamazepin adalah :8 -
Epilepsi
-
Gangguan bipolar (mania, depresi)
-
Skizofrenia dan gangguan skizoafektif
-
Gangguan depresif
-
Gangguan pengendalian impuls
7
2. Dosis Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam 3 atau 4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu pertama pengobatan. Bila kemajuan terapi tidak tercapai pada akhir minggu ke-2 pengobatan dan pasien tidak
mempunyai efek intoleransi obat maka dosis
karbamazepin dapat ditingkatkan sampai 1600 mg per hari.4 Dosis Anjuran untuk karbamazepin adalah 400-600 mg per hari 2-3 kali pemberian.2 Dalam buku Farmakologi dan Terapi FK Universitas Indonesia diterangkan bahwa dosis untuk anak di bawah 6 tahun adalah 100 mg per hari, anak usia 6-12 tahun adalah 2 kali 100 mg per hari. Dosis awal untuk dewasa 2 kali 200 mg hari pertama, selanjutnya dosis ditingkatkan secara bertahap. Dosis penunjang berkisar antara 800-1200 mg per hari untuk dewasa dan 20-30 mg per KgBB untuk anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai kadar terapi dalam serum 6-8 µg/ml.9
3. Efek Samping Seperempat dari jumlah pasien yang diobati mengalami efek samping. Gejala intoksikasi akut karbamazepin dapat berupa stupor atau koma, kejang dan depresi nafas. Karena potensinya untuk menimbulkan efek samping sangat luas, maka pada pengobatan dengan karbamazepin dianjurkan pemeriksaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulangan selama pengobatan.9 Lebih jelas lagi efek samping penggunaan karbamazepin dapat dilihat pada table berikut : Tabel 3. Efek samping penggunaan karbamazepin4 Sangat Sering - Ataksia - Pandangan kabur
Sering - Komplikasi kardiovaskular
- Diplopia
- Gangguan gastrointestinal
- Pusing dan rasa berputar
- Hiponatremi
- Kelelahan - Nyeri kepala
Jarang
Sangat jarang
- Gangguan kognitif
- Agranulositosis
- Menggigil
- Anemia Aplastik
- Gangguan genitourinaria
- Sindroma miripLupus eritematosus
- Demam, hepatitis - Reaksi kulit - Hipersensitivitas - Peningkatan tekanan (jika berat, pulmoner intraokuler karbamazepin
8
- Nausea
mungkin harus - Jaundice, gangguan dihentikan) fungsi hepar - Kerusakan ginjal (menjadikan oliguria dan hipertensi) - Transient leukopenia
4. Interaksi Obat Pemberian bersama lithium, obat anti psikotik, verapamil atau nifedipin dapat mencetuskan efek merugikan sistem saraf pusat akibat karbamazepin. Karbamazepin dapat menurunkan kadar kontrasepsi oral dalam darah, dan menyebabkan perdarahan banyak. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama monoamin oksidase inhibitor (MOAI) dan MOAI harus dihentikan sekurangkurangnya dua minggu sebelum terapi karbamzepin dimulai.9 Fenobarbital dan Fenitoin dapat meningkatkan kadar karbamazepin, dan biotransformasi karbamazepin dapat dihambat oleh eritromisin. Konversi primidon menjadi fenobarbital ditingkatkan oleh karbamazepin, sedangkan pemberian karbamazepin bersama asam valproat akan menurunkan kadar asam valproat.9
C. NATRIUM DIVALPROEX Natrium divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam terapi mania dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Di Amerika Serikat dijual dengan berbagai nama dagang seperti Depacon, Depakene, Depakote dan Depakote sprinkle.10 Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara natrium valproat dan asam valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali ditemukan pada tahun 1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada tahun 1978 diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang dlakukan pada tahun 1995 ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif sebagai antimania.10
9
1. Indikasi Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan sederhana, kompleks, absen, campuran dan tonik klonik (grand mall). Natrium divalproex ini juga digunakan untuk penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan mencegah sakit kepala migrain.10 Natrium divalproex juga merupakan alternatif terapi yang penting sebagai pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk kasuskasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengan siklus berulang), penderita dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit otak organik.4
2. Dosis Sedian natrium divalproex tersedia dalam tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg, bentuk kapsul 125 mg dan bentuk sirup 250 mg per 5 ml. Untuk penanganan mania, terapi diawali dengan dosis harian 750 mg. pada beberapa pasien dosis harus ditingkatkan sampai 1000 mg per hari.10
3. Efek Samping Tabel 4. Efek samping penggunaan natrium divalproex4,10 Sangat Sering
Sering
Jarang
- Kram perut hebat atau - Gangguan nausea dan vomiting keseimbangan siklus berkelanjutan - Konstipasi - Perubahan mood, - Pusing, rasa berputar kebiasaan dan pola dan sakit kepala berfikir - Ruam kulit gairah - diplopia
- Kram perut ringan - Gangguan menstruasi - Diare - Allopesia - Penurunan hidup
- Kelelahan berat
- Mual dan muntah - Tremor ekstremitas - Penurunan penambahan badan
pada
- Mudah lebam berdarah
dan
- Jaundice atau berat - Kekakuan pergerakan bola mata
10
4. Interaksi Obat Natrium divalproex dimetabolisme di hati. Konsentrasi obat lain dalam tubuh yang dimetabolisme di hati dapat sangat menurun atau sangat meningkat bila dikombinasikan dengan natrium divalproex. Tingkat konsentrasi natrium divalproex dapat meningkat apabila dikombinasikan dengan felbamat, isoniazid, asam salisilat (aspirin), klaritomisin, eritromisin dan troleandomisin. Obat ini juga meningkatkan kadar karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, nimodipin, fenobarbital dan zidovudin. Penggunaan dengan klonazepam mungkin dapat menimbulkan bangkitan lena. Kolestiramin dan kolestipol dapat mengurangi absorsi dan konsentrasi natrium divalproex dalam darah.10
D. HALOPERIDOL Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita yang diobati dengan haloperidol.9
Gambar 3. Formula heksagonal haloperidol4
Pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk mania dan skizofrenia. Efek penotiazin piperazin dan butiropenon berbeda secara kuantitatif karena butiropenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya.9
11
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak obat diminum, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan dieksresikan melalui empedu. Eksresi haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal.9
1. Indikasi Haloperidol diindikasikan pada keadaan11 -
Psikosis akut dan kronis
-
Halusinasi pada skizofrenia
-
Kelainan sikap dan tingkah laku pada anak Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang
mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding klorpromazin (CPZ), sedangkan efek haloperidol terhadap EEG menyerupai CPZ yakni memperlambat gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.9 Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada antipsikotik lain, walaupun haloperidol dapat menyebabkan pandangan mata menjadi kabur (Blurring of Vision). Obat ini menghambat aktivitas reseptor alpa yang disebabkan oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan CPZ.9 Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat hipotensi akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardi meskipun kelainan EKG belum pernah dilaporkan. Seperti halnya CPZ, haloperidol menyebabkan galaktore.9
2. Dosis Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg, serta dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis tergantung kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya.11
12
Untuk dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun : -
Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg – 2 mg pemberian 2-3 kali per hari.
-
Dosis awal bila gejala berat : 3 mg – 5 mg pemberian 2-3 kali per hari. Untuk anak 3 -12 tahun : 0,05 mg – 0,15 mg per KgBB per hari terbagi dalam 2-3 dosis pemberian.11 Selanjutnya dosis secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan dan
toleransi tubuh.11
Gambar 4. Sediaan Haloperidol11
3. Efek samping Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden tinggi, terutama pada penderita usia muda. Efek samping ekstrapiramidal akibat penggunaan haloperidol memberikan gejala Parkinsonisme, akatisia, distonia juga bisa terjadi opistotonus dan okulogirik krisis. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reverse keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan dan selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis yang sering dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai obat ini terbukti tidak teratogenik.1,9 Efek samping yang bisa ditimbulkan oleh haloperidol adalah tardif diskinesia. Gejala ini muncul pada pasien dengan terapi jangka panjang atau muncul setelah terapi dihentikan. Risiko lebih besar terjadi pada orang tua, pada terapi dosis tinggi. Gambaran klinis yang terjadi adalah gerakan involunter dan berirama, pergerakan lidah, wajah, rahang atau mulut. Kadang-kadang bisa
13
muncul gerakan involunter pada kaki. Pengobatan yang diberikan untuk gejala tardif diskinesia antara lain adalah pemberian antiparkinson.9 Tabel 5. Terapi Obat Gangguan Ekstrapiramidal8 Nama Generik
Nama Dagang
Antikolinergik • Benztropine
Cogentin
• Biperiden
Akineton
• Procyclidine
Kemadrin
• Trihexyfenydil
Artane, Tremin, Pipanol Parsidol
• Ethopropazine
Dosis Lazim Harian
Indikasi
PO 0,5-2mg 3x sehari, IM atau IV 1-2 mg PO 2-6 mg 3x sehari, IM atau IV 2 mg PO 2,5-5mg 3x sehari 24x sehari PO 2-5mg 3x sehari
Reaksi distonia akut, parkinsonisme, akinesia, akatisia
PO 50-100mg sehari PO 50-100mg sehari, IV 60 mg
2-3x
• Orphenadrine
Norflek,disipal
Antihistamin • Diphenhydrami ne
Benadryl
PO 25mg 4x sehari, IM Reaksi distonia atau IV 25 mg akut, parkinsonisme, akinesia
Agonis Dopamin • Amantadin
Symmetrel
PO 100-200mg sehari
Inderal
PO 20-40mg 3x sehari
Akatisia, tremor
Catapres
PO 0,1 mg 3x sehari
Akatisia
Klonopin Aktivan
PO 1mg 2x sehari PO 1 mg 3x sehari
Akatisia, reaksi distonik akut
Antagonis adrenergik β • Propanolol Antagonis adrenergik α • Clonidine Benzodiazepin • Klonazepam • Lorazepam
2-3x
2x Parkinsonisme, akinesia,
4. Interaksi Obat Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi metabolisme masing-masing obat, sehingga konsentrasi plasma kedua obat tidak akan meningkat.
Pemberian
haloperidol
bersama
dengan
methyldopa
akan
menimbulkan efek aditif hipotensif. Pemberian haloperidol bersamaan dengan
14
antikonvulsan, alkohol, depresan sistem saraf pusat dan golongan opioid dapat menimbulkan efek potensiasi. Amfetamin dapat menurunkan efek haloperido. Pembeian dengan epinefrin akan menimbulkan hipotensi berat.11
E. ASAM VALPROAT Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Pertama kali diperkenalkan sebagai obat anti epileptik yang efektif di tahun 1963. Di samping itu valproat dan karbamazepin telah terbukti efektif dalam terapi gangguan bipolar.8
Gambar 5. Rantai karbon asam valproat7 Pemberian valproat per oral cepat diabsorsi dan kadar maksimal serum tercapai setelah 1 sampai 3 jam. Dengan masa paruh 8-10 jam kadar dalam darah stabil setelah 48 jam terapi.. Dari suatu uji klinik terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas. Terlalu dini untuk mengatakan bahwa obat ini aman untuk digunakan karena penggunaannya masih terbatas.8 Sebelum penggunaan asam valproat dianjurkan untuk melakukan uji darah komplit dan pemeriksaan faal hepar.4
1. Indikasi Indikasi pemberian asam valproat adalah : -
Epilepsi
-
Gangguan bipolar
-
Gangguan skizoafektif
15
-
Gangguan mental lain : gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan stres pasca trauma, gangguan bulimia nervosa, putus alkohol, dan hipnotik atau ansiolitik dan gangguan eksplosif intermiten. 8
2. Dosis Asam valproat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan bentuk sirup 250 per 5 ml. Dosis hari pertama adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis dapat dinaikkan sampai 250 mg per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6 hari. Kadar plasma teraputik untuk mengendalikan kejang adalah 50 dan 100 mg per ml bila obat ditoleransi dengan baik. Dosis anak yang disarankan berkisar antara 2030 mg per KgBB per hari.8,9 3. Efek Samping Obat Toksisitas asam valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit dan allopesia. Gangguan saluran cerna berupa anoreksia, mual dan muntah terjadi pada 16% kasus. Efek terhadap sistem saraf pusat berupa kantuk, ataksia, dan tremor, menghilang dengan penurunan dosis. Gangguan pada hati berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan sesekali terjadi nekrosis hati yang sering berakibat fatal. Kira-kira 60 kasus kematian telah dilaporkan akibat penggunaan obat ini.9 Efek samping pada penggunaan asam valproat dapat dilihat lebih rinci pada tabel berikut : Tabel 6. Efek samping penggunaan asam valproat4 Sering - Allopesia - Gangguan gastrointestinal - Sedasi - Tremor - Peningkatan atau penurunan berat badan
Jarang -
Pankreatitis akut Anemia Ataksia Penekanan sumsum tulang Pembesaran payudara Koma Dermatitis Diplopia dan pusing Disarthria Edema ekstremitas Encephalopathi dengan demam Enuresis
16
Jarang -
Hepatotolsisitas Hipofibrinogenemia Hiponatremia Inkoordinasi Leukopenia Makrositosis Nistagmus Pembesaran kelenjar parotis Photosensitivitas Pruritus Limfositosis relatif Amenorrhea sekunder Sindroma Stevens-
-
Eosinophilia Erythema multiforme Galactorrhea Hallusinasi Sakit kepala
Johnson - Thrombositopenia - Abnormalitas fungsi tiroid
4. Interaksi Obat Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital 40% karena terjadi penghambatan hidroksi fenobarbital. Sedangkan interaksinya dengan fenitoin terjadi melalui mekanisme yang lebih kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan turun, karena biotransformasinya yang meningkat dan pergeseran fenitoin dari ikatan protein plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah mungkin tidak dipengaruhi.9
17
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan a. Mania merupakan gangguan mood atau perasaan yang ditandai dengan aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. b. Obat yang digunakan untuk mengobati mania disebut mood modulators, mood stabilizier atau anti manics. c. Obat anti mania yang ada
diantaranya adalah lithium karbonat,
karbamazepin, asam valproat, haloperidol dan natrium divalproex. d. Obat anti mania yang paling sering digunakan adalah lithium karbonat. e. Pada penggunaan lithium perlu pengawasan khusus agar bila terjadi efek samping obat dapat segera diatasi. f. Karbamazepin, asam valproat dan natrium divalproex adalah obat antiepileptik yang juga mempunyai efek anti mania. g. Haloperidol mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania.
B. Saran a. Diperlukan pengawasan ketat pada penggunaan obat anti mania, khususnya lithium karbonat mengingat efek samping yang akan terjadi. b. Tenaga kesehatan meningkatkan kompetensinya mengenai obat-obat penanganan mania, sehingga penatalaksanaan mania dan penanganan efek sampingnya dapat dilaksanakan dengan baik
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Support Hope Inc. Antipsychotic : Haloperidol, Haldol. Disitasi tanggal : 05 Mei 2009 dari http://www.supporthope.com/medication/anti_anxiety/index.html. Last update : Januari 2008. 2. Maslim R. Panduan Praktis : Penggunaan Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Ama Jaya ; 2007. 3. Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwan di Indonesia III. Edisi ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 1993. 4. Lieberman JA, Tasman A. Handbook of Psychiatric Drugs. Chester city : John Wiley&Sons Ltd ; 2006. 5. Arnita.Antidepresan untuk Gangguan Bipolar. Disitasi pada tanggal : 01 Mei 2009 dari http://www.majalah-faramacia.com. Last update : Oktober 2006. 6. Santoso SO, Wiria MSS. Psikotropik. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2001 : 148-2 7. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. 10th Edition. San Francisco : McGraw & Hill ; 2006. 8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007. 9. Utama H, Gan VHS. Antikonvulsi. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2001 : 163-4 10. Advameg Inc. Encyclopedia of Mental Disorders. Disitasi pada tanggal : 11 Mei 2009 dari http://www.minddisorders.com. Last update : Januari 2007. 11. APP Pharmaceuticals LLC. Haloperidol. Schaumburg: APP Pharmaceuticals; 2008.
19© Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk