Penerapan Pembelajaran Kontekstual Guna Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika Terapan pada Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK Di PPPPTK-BMTI
Wiyoto (PPPPTK-BMTI Bandung)
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika terapan pada diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK di P4TK-BMTI, sekaligus menemukan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran matematika terapan. Dengan maksud itu diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika terapan yang dilaksanakan pada diklat di P4TK-BMTI. Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian adalah “pembelajaran kontekstual dengan penjelasan langsung dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika terapan pada diklat guru matematika SMK di PPPPTK-BMTI”. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada 24 peserta diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK di PPPPTK-BMTI tahun 2014 dengan dua siklus. Pembeda tindakan yang dirancang ialah belajar kelas-bengkel dan belajar bengkel-kelas, untuk mendapatkan data nilai pre tes, post tes, dan intrumen pengamatan pada setiap siklus. Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan peningkatan nilai pre tes dan post tes dari setiap siklus untuk menentukan efektivitas pembejaran, serta menganalisis hasil data isian intrumen pengamatan untuk menentukan kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran. Efektivitas pembelajaran pada siklus I (belajar kelas-bengkel) mencapai angka 39,2 dan efektivitas pada siklus II (belajar bengkel-kelas) mencapai angka 42,1, sehingga disimpulkan bahwa, pembelajaran pada siklus II lebih efektif dibanding pembelajaran pada siklus I, karena memiliki nilai kemajuan belajar yang lebih tinggi. Kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran dari kedua siklus diperoleh pernyataan cukup tinggi, sehingga disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual memenuhi kriteria interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran matematika terapan. Kata Kunci: Pembelajaran kontekstual, efektivitas, belajar bengkel-kelas
ii
I. PENDAHULUAN Standar Nasional Pendidikan yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 mencakup 8 (delapan) standar, yakni (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, serta (8) standar penilaian pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut juga memuat pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran juga harus memberi keteladanan. Uraian di atas menyiratkan bahwa paradigma pembelajaran yang selama ini dilakukan harus diubah. Pembelajaran harus menerapkan inovasi. Inovasi terjadi pada tataran implementasi, yaitu menerapkan pembelajaran inovatif. Dengan perkataan lain inovasi sangat berkait dengan perubahan tingkah laku guru/dosen. Terdapat beberapa alasan, mengapa harus mengubah paradigma pembelajaran, yakni: (1) Jumlah informasi yang sedemikian banyak di satu sisi, sementara di sisi lain terbatasnya jumlah waktu yang tersedia, tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua informasi dalam bentuk jadi kepada peserta didik. Diperlukan suatu keterampilan tertentu yang dapat digunakan oleh didik untuk mengarahkan dirinya dalam rangka belajar sepanjang hayat. (2) Tidak semua aspek pengetahuan dapat diajarkan dengan cara yang sama apalagi hanya dengan satu cara. Diperlukan variasi cara dan strategi sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang diajarkan. (3) Orientasi pada penguasaan target materi telah berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. (4) Hasil penelitian yang dilakukan dalam 25 tahun terakhir tentang otak manusia menunjukkan bahwa drill hanya mengembangkan satu bagian otak manusia yang disebut dengan batang otak (otak manusia terdiri dari batang otak, sistem limbik dan neokorteks/otak berpikir). Batang otak atau sering disebut dengan otak reptil berfungsi motor sensorik, bertanggungjawab mengkoordinasikan aktivitas yang menyangkut kelangsungan hidup: melawan
iii
atau lari. Sementara neokorteks berfungsi berpikir, bernalar, berperilaku baik, kemampuan berbahasa, dan kecerdasan yang lebih tinggi belum difungsikan secara maksimal. (5) Pembelajaran suatu bidang ilmu lebih baik dilakukan dengan cara sebagaimana ilmu itu ditemukan oleh para ahli. Hal ini mengisyaratkan adanya integrasi antara keterampilan kerja ilmiah dengan penguasaan konsep. (6) KBM seharusnya terfokus pada learning, berangkat dari masalah
nyata,
dan
menumbuhkembangkan
kemampuan
menggunakan
keterampilan proses. (7) Strategi lebih penting dari pada hanya sekedar hasil (baca produk saja). Melalui
penerapan
pendekatan
pembelajaran
kontekstual
pada
pelaksanaan diklat matematika terapan pada tahun anggaran 2008 dan tahun 2009
(dua
angkatan),
diharapkan
dapat
mengatasi
kesulitan
terhadap
matematika terapan, sekaligus menemukan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran matematika terapan.
III. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di tempat kerja peneliti, yaitu di PPPPTK-BMTI Jalan Pasantren Cibabat Cimahi, selama tiga bulan dengan dua siklus. Observer atau pengamat yang dilibatkan dalam penelitian diambil dari teman sejawat, yaitu bapak Totok Triwibowo, SE., MM. dan ibu Laeny Siti Hasanah, SPd., MSi. Pemilihan dua observer berbeda dimaksudkan agar data yang diperoleh reprensentatif. Adapun subyek dalam penelitian yaitu peserta diklat Peningkatan Kompetensi Guru Matematika SMK tahun 2014 yang berjumlah 24 orang. Data yang diperlukan untuk menjawab tujuan pertama dari penelitian ini, yaitu
pembelajaran
kontekstual
memenuhi
kriteria
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran
matematika
terapan,
dijaring
menggunakan
instrument
pengamatan. Sedangkan data untuk mengukur efektivitas dijaring melalui dokumen hasil pre tes dan post tes. Data yang diperoleh dari proses pembelajaran divalidasi melalui refleksi yang dilakukan oleh pengajar dan observer, sedangkan validasi data hasil belajar dilakukan dengan memvalidasi
iv
tingkat kesulitan soal-soal yang diujikan terhadap substansi materi yang dipelajari dan soal-soal tahun lalu. Pengolahan data hasil belajar dilakukan dengan menghitung selisih ratarata post tes dan pre tes pada setiap siklus kemudian dibandingkan. Makin tinggi selisih post tes dan pre tes menunjukkan makin efektif hasil pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan data yang dijaring melalui instrument pengamatan, dipilah untuk mengetahui peningkatan kategori interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandirinya. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan permasalahan pembelajaran yang dialami oleh peneliti. 2. Menyiapkan proposal penelitian untuk mendapatkan persetujuan pimpinan PPPPTK-BMTI. 3. Menyiapkan satuan acara pembelajaran (SAP) untuk pelaksanaan siklus I dengan penekanan pada pembelajaran kelas yang disambung dengan pembelajaran bengkel (kontektual), dan untuk pelaksanaan siklus II dengan penekanan pembelajaran langsung di bengkel. 4. Menyiapkan bahan belajar dan instrumen pengamatan. 5. Menetapkan teman sejawat untuk bertindak sebagai observer. 6. Pelaksanaan pengumpulan data selama pembelajaran menggunakan SAP yang telah disiapkan berlangsung selama empat pertemuan. 7. Bersama observer melakukan refleksi hasil pembelajaran setiap siklus. 8. Menyusun laporan penelitian tindakan kelas.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari pelaksanaan siklus I diperoleh data sebagai berikut:
Rata-rata nilai pre tes pertemuan I dengan materi Aplikasi Operasi Bilangan Real sebesar 42,5
Rata-rata nilai pre tes pertemuan II dengan materi Aplikasi Persamaan dan Pertidaksamaan sebesar 51,5
Rata-rata nilai pre tes pertemuan I dan II sebesar 47
Rata-rata nilai post tes pertemuan I sebesar 89,1
Rata-rata nilai post tes pertemuan II sebesar 83,25
Rata-rata nilai post tes pertemuan I dan II sebesar 86,2 v
Sifat keingintahuan atau inspiratif, interaktif, motivasi dan keaktifan peserta dalam pembelajaran cukup tinggi
Keseriusan peserta mengikuti pembelajaran juga cukup baik dan tidak tampak ada yang ngantuk, ini menunjukkan bahwa pembelajaran memenuhi kriteria cukup menyenangkan (motivasi merupakan kunci utama pembelajaran yang menyenangkan)
Penugasan individual dalam pembelajaran dilakukan oleh peserta dengan serius, ini menunjukkan bahwa pembelajaran memenuhi kriteria aktif, kreatif dan mandiri (Keaktifan dalam pembelajaran aktif adalah lebih banyak berupa keaktifan mental, meskipun dalam beberapa hal ada juga yang diwujudkan dalam keaktifan fisik dan pembelajaran kreatif penekanannya bagaimana guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran matematika mampu memfasilitasi pembelajaran).
Dari pelaksanaan siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Rata-rata nilai pre tes pertemuan III dengan materi Aplikasi Geometri sebesar 37,8
Rata-rata nilai pre tes pertemuan IV dengan materi Aplikasi Trigonometri serta Diferensial Integral sebesar 34,6
Rata-rata nilai pre tes pertemuan III dan IV sebesar 36,2
Rata-rata nilai post tes pertemuan III sebesar 77,3
Rata-rata nilai post tes pertemuan IV sebesar 79,3
Rata-rata nilai post tes pertemuan III dan IV sebesar 78,3
Rata-rata nilai pre tes pertemuan I dan kedua II sebesar 47
Sifat keingintahuan atau inspiratif, interaktif, motivasi dan keaktifan peserta dalam pembelajaran cukup tinggi
Keseriusan peserta mengikuti pembelajaran tidak jauh berbeda dengan siklus I.
Penugasan individual dalam pembelajaran dilakukan oleh peserta dengan serius, juga tidak jauh berbeda dengan siklus I.
vi
Efektifitas pembelajaran yang ditentukan berdasarkan besaran kemajuan belajar, diperoleh dari selisih rata-rata nilai post tes dan rata-rata nilai pre tes setiap siklus. Efektivitas pada siklus I = Nilai rata-rata post tes – Nilai rata-rata pre tes = 86,2 – 47 = 39,2 Efektivitas pada siklus II = Nilai rata-rata post tes – Nilai rata-rata pre tes = 78,3 – 36,2 = 42,1
Dari hasil perhitungan untuk menentukan efektivitas pembelajaran dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran pada siklus II lebih efektif dibanding pembelajaran pada siklus I, karena memiliki nilai kemajuan belajar yang lebih tinggi.
V. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil
pengolahan
data,
penelitian
ini
menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pembelajaran
kontekstual
memenuhi
kriteria
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri pada pembelajaran matematika terapan. 2.
Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika terapan.
3.
Implementasi pembelajaran kontekstual yang tepat dalam pembelajaran matematika terapan dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
memberikan pre tes,
membawa peserta ke bengkel mesin untuk melihat kontekstual dari peralatan yang dijadikan obyek aplikasi matematika,
peserta kembali ke kelas dan mengikuti penjelasan contoh-contoh aplikasi menggunakan alat bantú komputer dan in focus,
melakukan diskusi dengan widyaiswara tentang materi yang sedang dipelajari,
vii
penugasan peserta untuk mengerjakan soal-soal latihan dengan bimbingan widyaiswara, dan
memberikan post tes.
Berdasarkan simpulan penelitian disarankan hal-hal berikut: 1.
Pembelajaran kontekstual memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan pendekatan lain, khususnya dalam memenuhi sifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, aktif, kreatif dan mandiri. Oleh karenanya patut untuk diimplementasikan pada pembelajaran lain, sehingga dapat dijadikan tambahan variasi pembelajaran yang biasa digunakan selama ini.
2.
Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, oleh karenanya untuk tujuan peningkatan efektivitas pembelajaran mata diklat lain pendekatan ini dapat dijadikan sebagai pendekatan alternatif yang direkomendasikan pada setiap widyaiswara.
3.
Dalam
mengimplementasikan
pendekatan
kontekstual,
hendaknya
mecobakan langkah-langkah yang telah digunakan oleh peneliti, karena telah terbukti kelebihannya.
DAFTAR PUSTAKA Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. United states of America: Corwin Press, Inc. Noe, Raymond A. 2001. Employee Training & Development. Mc Graw-Hill Higher Education. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. Setiawan, 2004. Strategi pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan /PAKEM. Yogyakarta. PPPG Matematika. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alpabeta. Suharsimi Arikunto. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.
viii
Depdiknas. Pembelajaran Kontekstual. http://www.google.co.id/search?hl=id&q =Depdiknas+kontekstual&btnG=Telusuri&meta= Rosyidah Fima. Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual. http://re-searchengines.com/art05-96.html
ix