Rumah Dinas
Rumah Dinas
“Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi yang bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi, waktu adalah keabadian.”
8
Standar Umum
8 9 9 9 11 12 14 16 16 17 17 17 18 18 19 19 19 20 21 22 22 23 24 26 30 34 40
Dasar Pemikiran Standar Rumah Dinas Kompleksitas Rumah Dinas Peruntukan Rumah Dinas Luasan Rumah Dinas Persyaratan Administratif Persyaratan Teknis Persyaratan Bahan Bangunan Bahan Penutup Lantai Bahan Dinding Bahan Langit-langit Bahan Penutup Atap Bahan Konsen dan Daun Pintu/ Jendela Bahan Struktur Persyaratan Sruktur Bangunan Struktur Pondasi Struktur Lantai Struktur Kolom Struktur Atap Standar Perumahan Pegawai Instansi Dasar Pemikiran Standar Perumahan Pegawai Fasilitas Pendukung Perumahan Rumah Tinggal Type 50 Rumah Tinggal Type 70 Rumah Tinggal Type 150 Penutup
STANDAR UMUM - Dasar Pemikiran
STANDAR UMUM - Standar Rumah Dinas - Kompleksitas Rumah Dinas
Standar Umum
Standar Umum
Standar Rumah Dinas
Dasar Pemikiran
A. Kompleksitas Rumah Dinas Permen PU No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Bangunan Gedung Negara menyatakan bahwa untuk bangunan rumah negara,
Kebutuhan akan perumahan bagi pegawai menjadi hal yang penting, mengingat harga rumah semakin hari semakin tinggi, sedangkan kemampuan membeli
berdasarkan kompleksitasnya diklasifikasikan terdiri atas :
pegawai semakin rendah. Oleh karena itu banyak instansi yang mengadakan rumah dinas untuk pegawai dengan tujuan menyediakan fasilitas perumahan
A.1.
Bangunan Sederhana Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi
untuk pegawainya.
sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, Rumah dinas biasanya digunakan oleh pegawai dengan tingkatan jabatan tertentu dan biasanya berdomisili bukan dari daerah tempat pegawai tersebut
antara lain :
bertugas. Hal ini sangat membantu kelancaran dalam bekerja, karena pegawai yang harus bekerja di luar wilayahnya tidak perlu kesulitan memikirkan masalah
•
Gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;
perumahan. •
Bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
Permen PU No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Bangunan Gedung Negara menyatakan bahwa rumah dinas termasuk bangunan
•
Gedung pelayanan kesehatan: Puskesmas;
gedung negara, dimana pengertian bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik
•
Gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai
negara dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN dan/atau perolehan lainnya yang sah. A.2.
Bangunan Tidak Sederhana
Pembangunan rumah dinas harus melalui proses pengadaan, dimana pengadaan adalah kegiatan pengadaan bangunan gedung baik melalui proses
Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/
pembangunan pembelian hibah tukar menukar maupun kerjasama pemanfaatan bangun guna serah dan bangun serah guna.
atau teknologi tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana, antara lain : •
Gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari 2 lantai;
•
Bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;
•
Gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D; Gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan dasar/lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.
B. Peruntukan Rumah Dinas Disamping klasifikasinya berdasarkan klasifikasi bangunan gedung negara tersebut di atas, juga digolongkan berdasarkan tipe yang didasarkan pada tingkat jabatan penghuninya dan golongan kepangkatan. 8
Standar Umum
Standar Umum
9
STANDAR UMUM - Standar Rumah Dinas - Kompleksitas Rumah Dinas
STANDAR UMUM - Standar Rumah Dinas - Luasan Rumah Dinas
C. Luasan Rumah Dinas
Tabel 2.1 Tabel Tipe Bangunan dan Tingkat Keperluan Pejabat / Golongan
Sedangkan standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya, sebagai berikut : Tabel 2.2
Tipe Khusus
Untuk Keperluan Pejabat / Golongan 1.
Tabel Tipe Bangunan terhadap Luas Bangunan dan Lahan
Menteri Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Kepala Lembaga Tinggi / Tertinggi Negara
2. A
B
C
D
E
Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)
Tipe Bangunan
Luas Bangunan
Luas Lahan *)
Khusus
400 m2
1000 m2
A
250 m2
600 m2
1.
Sekjen, Dirjen, Irjen, Kepala Badan, Deputi
B
150 m2
350 m2
2.
Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)
C
70 m2
200 m2
D
50 m2
120 m2
E
36 m2
100 m2
1.
Direktur, Kepala Biro, Inspektur, Kakanwil, Asisten Deputi
2.
Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)
3.
Pegawai Negeri Sipil yang golongannya IV/d dan IV/e
1.
Kepala Sub Direktorat, Kepala Bagian, Kepada Bidang
2.
Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)
3.
Pegawai Negeri Sipil yang golongannya IV/a s/d IV/c
1.
Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang
2.
Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)
3.
Pegawai Negeri Sipil yang golongannya III/a s/d III/d
1.
Kepala Sub Seksi
2.
Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)
3.
Pegawai Negeri Sipil yang golongannya II/d ke bawah
Sumber: Permen PU No.45/PRT/M/2007
Untuk jabatan tertentu program ruang dan luasan Rumah Negara dapat disesuaikan mengacu pada tuntutan operasional jabatan.
Tabel 2.3 Ketentuan Jenis dan Jumlah Ruang Bangunan Rumah Negara
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ruang Tamu Ruang Kerja Ruang Duduk Ruang Makan Ruang Tidur Kamar mandi/WC Dapur Gudang Garasi Ruang tidur pembantu Ruang cuci Kamar mandi pembantu
Tipe
Keterangan
Khusus
A/250 m2
B/120 m2
C/70 m2
D/50 m2
E/36 m2
1 1 1 1 4 2 1 1 2 2 1 1
1 1 1 1 4 2 1 1 1 2 1 1
1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1
1 1 3 1 1 1 1 -
1 1 2 1 1 1 -
1 1 2 1 1 1 -
Di dalam hasil rancangan dimungkinkan adanya penggabungan beberapa fungsi dalam satu ruang, misalnya fungsi ruang duduk dan ruang makan
Tidak dihitung dalam luas bangunan standar
Sumber: Permen PU No.45/PRT/M/2007 10
Standar Umum
Standar Umum
11
STANDAR UMUM - Standar Rumah Dinas - Persyaratan Administratif
Jenis dan jumlah ruang minimum yang harus ditampung dalam tiap Tipe Rumah Negara, sesuai dengan yang tercantum dalam tabel 2.2. Luas teras beratap
STANDAR UMUM - Standar Rumah Dinas - Persyaratan Administratif
D.2.
Status Hak Atas Tanah
dihitung 50%, sedangkan luas teras tidak beratap dihitung 30%. Namun dalam penetapan fungsi lahan rumah dinas ini juga harus memperhatikan beberapa
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki kejelasan tentang status hak atas tanah di lokasi tempat bangunan gedung negara berdiri.
pertimbangan sebagai berikut:
Kejelasan status atas tanah ini dapat berupa hak milik atau hak guna bangunan. Status hak atas tanah ini dapat berupa sertifikat atau bukti
1. Dalam hal besaran luas lahan telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah setempat, maka standar luas
kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga pemerintah/ negara yang bersangkutan.
lahan dapat disesuaikan; Dalam hal tanah yang status haknya berupa hak guna usaha dan/atau kepemilikannya dikuasai sementara oleh pihak lain, harus disertai
2. Dalam hal rumah negara dibangun dalam bentuk bangunan gedung bertingkat/rumah susun, maka luas lahan tersebut tidak berlaku, disesuaikan den-
izin pemanfaatan yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pemilik bangunan
gan kebutuhan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah;
gedung, sebelum mendirikan bangunan gedung di atas tanah tersebut.
3. Toleransi maksimal kelebihan luas tanah berdasarkan lokasi Rumah Negara: •
DKI Jakarta : 20 %
•
Ibu Kota Provinsi : 30 %
•
Ibukota Kab/Kota : 40 %
Status kepemilikan bangunan gedung negara merupakan surat bukti kepemilikan bangunan gedung sesuai peraturan perundang-
•
Pedesaan : 50 %
undangan. Dalam hal terdapat pengalihan hak kepemilikan bangunan gedung, pemilik yang baru wajib memenuhi ketentuan sesuai
D.3.
peraturan perundang undangan.
Perkecualian terhadap butir 3 apabila sesuai dengan ketentuan RTRW setempat atau letak tanah disudut. D. Persyaratan Administratif
Status Kepemilikan
D.4.
Perizinan
Perlu juga diperhatikan persyaratan administratif dari bangunan rumah negara bahwa setiap bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen perizinan yang berupa: Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB),
administratif baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap pemanfaatan bangunan gedung negara. Persyaratan administratif bangunan gedung
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau keterangan kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belum melakukan penyesuaian.
negara meliputi pemenuhan persyaratan : D.1.
Dokumen Pembiayaan
D.5.
Dokumen Perencanaan
Setiap kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara harus disertai/memiliki bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan, yang dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik yang
pembiayaan kegiatan tersebut yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
dihasilkan oleh Penyedia Jasa Perencana Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain Prototipe dari bangunan gedung
dapat berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen lainnya yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan
negara yang bersangkutan.
Kuasa Pengguna Anggaran/Kepala Satuan Kerja. Dalam dokumen pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara sudah termasuk:
12
D.6.
Dokumen Pembangunan
•
Biaya perencanaan teknis;
•
Pelaksanaan konstruksi fisik;
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen pembangunan yang terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin
•
Biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;
Mendirikan Bangunan (IMB), Dokumen Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As Built Drawings, hasil uji coba/test run
•
Biaya pengelolaan kegiatan.
operational, Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia jasa konstruksi), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan.
Standar Umum
Standar Umum
13
STANDAR UMUM - Standar Rumah Dinas - Persyaratan Teknis
D.7.
Dokumen Pendaftaran
STANDAR UMUM - Standar Rumah Dinas - Persyaratan Teknis
4. Ketinggian Bangunan; Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen pendaftaran untuk pencatatan dan penetapan Huruf Daftar Nomor ( HDNo )
tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi, maksimum adalah 8 lantai. Untuk bangunan gedung negara yang akan dibangun
meliputi Fotokopi :
lebih dari 8 lantai, harus mendapat persetujuan dari :
•
Dokumen Pembiayaan / DIPA (otorisasi pembiayaan);
•
•
Sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
•
Status kepemilikan bangunan gedung;
•
Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;
•
Berita Acara Serah Terima I dan II;
•
As built drawings (gambar sesuai pelaksanaan konstruksi) disertai arsip gambar /legger;
permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olah-raga, ruang pertemuan, dan bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan
•
Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF); dan
ketinggian langit-langit khusus, agar mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dipersyaratkan.
•
Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia jasa konstruksi)
Menteri Pekerjaan Umum atas usul Menteri/Ketua Lembaga, untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya bersumber dari APBN dan/atau APBD;
•
Menteri Pekerjaan Umum atas usul Menteri Negara BUMN, untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya bersumber dari anggaran BUMN.
5. Ketinggian langit-langit (Plafond); Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2,80 meter dihitung dari
6. Jarak antar blok/massa bangunan; Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan harus mempertimbangkan hal-hal seperti:
E. Persyaratan Teknis
•
Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara lengkap dan jelas pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam Dokumen
•
Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
Perencanaan. Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung negara adalah sebagai berikut :
•
Kenyamanan;
E.1.
•
Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
Persyaratan Tata Bangunan Dan Lingkungan Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung negara dari segi tata bangunan dan lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas
bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan :
bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan yang diatur
•
Daerah resapan air;
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kabupaten/Kota atau Peraturan
•
Ruang terbuka hijau kabupaten/kota.
Daerah tentang Bangunan Gedung Kabupaten/Kota yang bersangkutan, yaitu :
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai KDH minimum sebesar 15%.
1. Peruntukan Lokasi; Setiap bangunan gedung negara harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota dan/atau RTBL yang bersangkutan. 2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB); Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan. 3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB); Ketentuan besarnya koefisien lantai bangunan mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.
14
7. Koefisien daerah hijau (KDH); Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung negara, sepanjang tidak
Standar Umum
8. Garis sempadan bangunan (GSB); Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garis sempadan bangunan maupun garis sempadan pagar harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL, peraturan daerah tentang bangunan gedung, atau peraturan daerah tentang garis sempadan bangunan untuk lokasi yang bersangkutan. 9. Wujud arsitektur; Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria sebagai berikut : •
Mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara;
•
Seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;
•
Indah namun tidak berlebihan;
•
Efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan maupun dalam pemeliharaannya; Standar Umum
15
STANDAR UMUM - Persyaratan Bahan Bangunan - Bahan Penutup Atap
•
Mempertimbangkan nilai sosial budaya setempat dalam menerapkan perkembangan arsitektur dan rekayasa; dan
•
Mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi sejarah maupun langgam arsitekturnya.
10. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Bangunan; Bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana bangunan
STANDAR UMUM - Persyaratan Bahan Bangunan - Bahan Dinding - Bahan Lanit-langit - Bahan Penutup Atap
B. Bahan dinding Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau partisi, dengan ketentuan sebagai berikut : •
aluminium;
yang memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pekerjaan non-standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada pada bangunan gedung negara, seperti :
Bahan dinding pengisi : batu bata, beton ringan, bata tela, batako, papan kayu, kaca dengan rangka kayu/aluminium, panel GRC dan/atau
•
Bahan dinding partisi : papan kayu, kayu lapis, kaca, calsium board, particle board, dan/atau gypsum-board dengan rangka kayu kelas kuat II atau rangka lainnya, yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
•
Sarana parkir kendaraan;
•
Sarana untuk penyandang cacat dan lansia;
•
Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan sesuai jenis bahan dinding yang digunakan;
•
Sarana penyediaan air minum;
•
Untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat lanjutan/menengah, rumah negara, dan ba-ngunan gedung lainnya yang telah ada
•
Sarana drainase, limbah, dan sampah;
•
Sarana ruang terbuka hijau;
•
Sarana hidran kebakaran halaman;
•
Sarana pencahayaan halaman;
Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan penutup langit-langit :
•
Sarana jalan masuk dan keluar;
1. Bahan kerangka langit-langit: digunakan bahan yang memenuhi standar teknis, untuk penutup langit-langit kayu lapis atau yang setara, digunakan
•
Penyediaan fasilitas ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi/ibu, toilet, dan fasilitas komunikasi dan informasi.
•
C. Bahan langit-langit
rangka kayu klas kuat II dengan ukuran minimum : •
4/6 cm untuk balok pembagi dan balok penggantung;
Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan K3 sesuai yang ditetapkan dalam Surat Keputusan
•
6/12 cm untuk balok rangka utama; dan
Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/ 1986 tentang Keselamatan
•
5/10 cm untuk balok tepi;
dan Kesehatan Kerja pada Tempat Satuan Kerja Konstruksi, dan atau peraturan penggantinya;
•
Besi hollow atau metal furring 40 mm x 40 mm dan 40 mm x 20 mm lengkap dengan besi peng-gantung Ø8 mm dan pengikatnya.
Ketentuan asuransi pembangunan bangunan gedung negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan kerangka aluminium yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
11. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta Asuransi •
komponen pracetaknya, bahan dindingnya dapat menggunakan bahan pracetak yang telah ada.
2. Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium, akustik, gypsum, atau sejenis yang di disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunannya;
Persyaratan Bahan Bangunan Bahan bangunan untuk bangunan gedung negara harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan, diupayakan menggunakan bahan bangunan setempat/ produksi dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan sistem fabrikasi. Spesifikasi teknis bahan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan : A. Bahan penutup lantai •
Bahan penutup lantai menggunakan bahan teraso, keramik, papan kayu, vinyl, marmer, homogenius tile dan karpet yang disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
•
Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan. 16
Standar Umum
3. Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan. D. Bahan penutup atap 1. Bahan penutup atap bangunan gedung negara harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam SNI yang berlaku tentang bahan penutup atap, baik berupa atap beton, genteng, metal, fibrecement, calsium board, sirap, seng, aluminium, maupun asbes/asbes gelombang. Untuk penutup atap dari bahan beton harus diberikan lapisan kedap air (water proofing). Penggunaan bahan penutup atap disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan serta kondisi daerahnya; 2. Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yang memenuhi Standar Nasional Indonesia. Untuk penutup atap genteng digunakan rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran : Standar Umum
17
STANDAR UMUM - Persyaratan Bahan Bangunan - Bahan Konsen dan Pintu/ Jendela - Bahan Struktur
•
2/3 cm untuk reng atau 3/4 cm untuk reng genteng beton;
•
4/6 cm atau 5/7 cm untuk kaso, dengan jarak antar kaso disesuaikan ukuran penampang kaso.
STANDAR UMUM - Persyaratan Struktur Bangunan - Struktur Pondasi - Struktur Lantai
Persyaratan Struktur Bangunan Struktur bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) serta SNI konstruksi bangunan gedung,
3. Bahan kerangka penutup atap non kayu :
yang dibuktikan dengan analisis struktur sesuai ketentuan. Spesifikasi teknis struktur bangunan gedung negara secara umum meliputi ketentuan-ketentuan :
•
Gording baja profil C, dengan ukuran minimal 125 x 50 x 20 x 3,2;
•
Kuda-kuda baja profil WF, dengan ukuran minimal 250 x150 x 8 x 7;
•
Baja ringan (light steel);
berat sendiri, beban hidup, dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin dan gempa termasuk stabilitas lereng apabila didirikan di lokasi yang berlereng.
•
Beton plat tebal minimum 12 cm.
Untuk daerah yang jenis tanahnya berpasir atau lereng dengan kemiringan di atas 15° jenis pondasinya disesuaikan dengan bentuk massa bangunan
A. Struktur pondasi 1. Struktur pondasi harus diperhitungkan mampu menjamin kinerja bangunan sesuai fungsinya dan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap
gedung untuk menghindari terjadinya likuifaksi (liquifaction) pada saat terjadi gempa; E. Bahan kosen dan daun pintu/jendela
2. Pondasi bangunan gedung negara disesuaikan dengan kondisi tanah/lahan, beban yang dipikul, dan klasifikasi bangunannya. Untuk bangunan yang
Bahan kosen dan daun pintu/jendela mengikuti ketentuan sebagai berikut:
dibangun di atas tanah/lahan yang kondisinya memerlukan penyelesaian pondasi secara khusus, maka kekurangan biayanya dapat diajukan secara
•
khusus di luar biaya standar sebagai biaya pekerjaan pondasi non-standar;
Digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II dengan ukuran jadi minimum 5,5 cm x 11 cm dan dicat kayu atau dipelitur sesuai persyaratan standar yang berlaku;
•
Rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayu lapis/teakwood digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum 3,5 cm x 10 cm, khusus
3. Untuk pondasi bangunan bertingkat lebih dari 3 lantai atau pada lokasi dengan kondisi khusus maka perhitungan pondasi harus didukung dengan penyelidikan kondisi tanah/lahan secara teliti.
untuk ambang bawah minimum 3,5 cm x 20 cm. Daun pintu dilapis dengan kayu lapis yang dicat atau dipelitur; •
Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dicat kayu atau dipelitur;
•
Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dengan ukuran rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur;
Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
•
Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahan aluminium ukuran rangkanya disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
1. Struktur lantai kayu
•
Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya.
•
Dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak antara balok-balok anak tidak boleh lebih dari 60 cm, ukuran balok minimum 6/12 cm;
•
Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2 dan pintu baja BJLS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran.
•
Balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus dilapis bahan pengawet terlebih dahulu;
•
Bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
F. Bahan struktur Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur kayu maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI)
B. Struktur lantai
2. Struktur lantai kayu •
tentang Bahan Bangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan SNI yang sesuai dengan bahan/ struktur konstruksi yang bersangkutan.
kerja dari beton tumbuk setebal 5 cm; •
Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung negara tersebut di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan bangunan, khususnya disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya setempat dengan tetap harus mempertimbangkan kekuatan dan
Lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi lapisan pasir di bawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5 cm, dan lantai Bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari 10 cm dan pada daerah balok (¼ bentang pelat) harus digunakan tulangan rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur;
•
Bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
keawetannya sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar mengikuti ketentuan yang diatur dalam SNI.
18
Standar Umum
Standar Umum
19
STANDAR UMUM - Persyaratan Struktur Bangunan - Struktur Kolom
3. Struktur lantai baja
STANDAR UMUM - Persyaratan Struktur Bangunan - Struktur Atap
5. Struktur Dinding Geser •
Dinding geser harus direncanakan untuk secara bersama-sama dengan struktur secara keseluruhan agar mampu memikul beban yang
•
Tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila ada lendutan masih dalam batas kenyamanan;
•
Sambungan-sambungannya harus rapat betul dan bagian yang tertutup harus dilapis dengan bahan pelapis untuk mencegah timbulnya korosi;
diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik
•
Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
beban muatan tetap maupun muatan beban sementara yang timbul akibat gempa dan angin; •
Dinding geser mempunyai ketebalan sesuai dengan ketentuan dalam SNI.
C. Struktur Kolom Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Struktur kolom kayu :
D. Struktur Atap 1. Umum
•
Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm x 20 cm;
•
Konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan perhitungan yang dilakukan secara keilmuan/keahlian teknis yang sesuai;
•
Mutu Bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
•
Kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup atap yang akan digunakan, sehingga tidak akan mengakibatkan kebocoran;
•
Bidang atap harus merupakan bidang yang rata, kecuali dikehendaki bentuk-bentuk khusus.
2. Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata :
2. Struktur rangka atap kayu
•
Besi tulangan kolom praktis pasangan minimum 4 buah Ø 8 mm dengan jarak sengkang maksimum 20 cm;
•
Adukan pasangan bata yang digunakan sekurang kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan adukan 1PC : 3 PS;
•
Ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang dinormalisir;
•
Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
•
Rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap;
•
Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan sni yang diper-syaratkan.
3. Struktur kolom beton bertulang : •
Kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai tebal minimum 15 cm diberi tulangan minimum 4 buah Ø 12 mm dengan jarak sengkang maksimum 15 cm;
•
Selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm; Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
3. Struktur rangka atap beton bertulang Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 4. Struktur rangka atap baja •
Sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa baut, paku keling, atau las listrik harus memenuhi ketentuan pada Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung;
4. Struktur kolom baja : •
Kolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ) maksimum 150;
•
Angka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi;
•
Kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun harus mempunyai minimum 2 sumbu simetris;
•
Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan;
•
Sambungan antara kolom baja pada bangunan bertingkat tidak boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan kolom, dan
•
Untuk bangunan sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat lanjutan/menengah, dan rumah negara yang telah ada komponen fabrikasi, struktur
harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom; •
rangka atapnya dapat menggunakan komponen prefabrikasi yang telah ada.
Sambungan kolom baja yang menggunakan las harus menggunakan las listrik, sedangkan yang menggunakan baut harus menggunakan baut mutu tinggi;
20
•
Penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin,
•
Harus berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang cukup;
•
Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan dalam SNI yang dipersyaratkan. Standar Umum
Standar Umum
21
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Dasar Pemikiran
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Standar Perumahan Karyawan
Standar Perumahan Pegawai Instansi
•
A. Dasar Pemikiran
•
Permukiman di daerah.
•
keamanan, serta fasilitas umum lainnya. •
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009, dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 30 Tahun 1990 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah.
lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya; dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertok oan, sarana perhubungan,
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/ Permen/ M/ 2005 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 08 Tahun 1996 tentang Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
•
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001) tentang Pedoman Standar Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum.
Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469)
B. Standar Perumahan Pegawai
•
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, maka pembangunan
•
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
perumahan karyawan/pegawai instansi menggunakan konsep Perumahan Sehat. Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor
•
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko
•
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
dan berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta
•
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan,
•
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat.
serta pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Menurut American Public
•
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila :
•
Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri (Lembaran Negara Tahun
1. Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan
1999 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3892).
kebisingan 45-55 dB.A.;
•
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun
2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan;
•
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/KPTS/1989 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Kapling Siap Bangun
3. Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran
•
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sangat Sederhana
•
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
•
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
•
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah :
•
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas , Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
1. Pondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kestabilan bangunan , dan merupakan konstruksi penghubung
Indonesia. •
Peraturan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia. 22
Standar Umum
pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan; serta 4. Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga ya ng tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).
antara bagunan dengan tanah; 2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu; Standar Umum
23
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Fasilitas Pendukung Perumahan
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Fasilitas Pendukung Perumahan
3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
kebutuhan layanan yang optimal secara menyeluruh dan menyatukan secara utuh proses pembangunan kawasan perumahan. Penanganan
4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu
keterpaduan PSU kawasan melalui: 1. Pembangunan kawasan perumahan dan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang dapat
dari luar, serta menjaga kerahasiaan ( privacy) penghuninya;
dilaksanakan secara bertahap.
5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau
2. Pembangunan kawasan khusus, yaitu pada bagian wilayah dalam propinsi dan/ atau Kabupaten/ Kota untuk menyelenggarakan kegiatan dengan
gipsum; serta
fungsi khusus seperti industri, perbatasan, nelayan, pertambangan, pertanian, pariwisata, pelabuhan, cagar budaya, dan rawan bencana.
6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.
3. Peningkatan kualitas permukiman berupa kegiatan pemugaran, perbaikan dan peremajaan dan mitigasi bencana. C. Fasilitas Pendukung Perumahan Perumahan adalah bagian dari permukiman secara keseluruhan, sehingga untuk mendapatkan acuan mengenai fasilitas yang harus dipenuhi pada perumahan pegawai ini, dimana permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
Tabel Komponen PSU Kawasan Perumahan No
Komponen PSU
Kawasan Skala Besar
Kawasan Khusus
I
Prasarana
1
Jalan
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Lokal Sekunder, Jalan di atas air
2
Drainase
Primer dan Sekunder
Primer dan Sekunder
3
Air Limbah
Terpusat, setempat
Terpusat, setempat
4
Persampahan
Tempat Pengolahan Sementara/Akhir, Kompoter
Komposter, Tempat Pengolahan Sementara
II
Sarana
Prasarana lingkungan pemukiman adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi
1
Tempat Pendidikan
TK, SD, SLTP, dan SLTU
SD, SLTP
sebagaimana mestinya. Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan pematusan air hujan, jaringan
2
Layanan Kesehatan
Klinik, Puskesmas, RS kelas C, RS kelas B, RS kelas A
Klinik, Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas
pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan sebagainya. Jaringan primer prasarana lingkungan adalah jaringan utama yang menghubungkan
3
Layanan Perdagangan
Warung, restoran, Pujasera, Pasar Tradisional, Minimarket, Pertokoan Warung, Pujasera, Pasar, Tempat Pelelangan Ikan
antara kawasan pemukiman atau antara kawasan pemukiman dengan kawasan lainnya. Jaringan sekunder prasarana lingkungan adalah jaringan cabang
4
Fasos dan Fasum
Rumah Ibadah, Balai Pertemuan, Kantor
Rumah Ibadah, Balai Pertemuan
5
Fasilitas Olahraga
Gedung, Lapangan Olahraga
Lapangan Olahraga
6
Pemakaman
Pemakaman
7
Ruang Terbuka Hijau
Taman
Taman, Tempat Penjemuran Ikan
8
Terminal
Halte
Dermaga
III
Utilitas Umum
1
Jaringan Listrik
Gardu dan jaringan (PLN), Genset
Gardu dan jaringan (PLN), Genset
2
Jaringan Telepon
Jaringan (telkom)
Jaringan (telkom)
3
Jaringan Gas
Jaringan (migas)
Jaringan (migas)
4
Transportasi
Angkutan Umum
Angkutan Umum
5
Pemadam Kebakaran
Perlengkapan Pemadam Kebakaran
penghidupan (UU RI No. 4/1992). Kawasan pemukiman didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, tempat bekerja yang memberi pelayanan dan kesempatan kerja terbatas yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan pemukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan terstuktur yang memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang optimal.
dari jaringan primer yang melayani kebutuhan di dalam satu satuan lingkungan pemukiman. Sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Contoh sarana lingkungan pemukiman adalah fasilitas pusat perbelanjaan, pelayanan umum, pendidikan dan kesehatan, tempat peribadatan, rekreasi dan olah raga, pertamanan, pemakaman. Selanjutnya istilah utilitas umum mengacu pada sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan pemukiman, meliputi jaringan air bersih, listrik, telepon, gas, transportasi, dan pemadam kebakaran. Utilitas umum membutuhkan pengelolaan profesional dan berkelanjutan oleh suatu badan usaha. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan Menteri Negara Perumahan Rakyat, disebutkan bahwa Keterpaduan PSU kawasan mengidentifikasikan 24
Standar Umum
Sumber: Permen Negara Perumahan Rakyat No. 34/PERMEN/M/2006 Standar Umum
25
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 50
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 50
Rumah Tinggal Type 50 Denah Tipe 50
Rumah Tinggal Tipe 50 3D Image .200
4.435
1.718
2.000
2.000
3.3001
Pantry 3.435
Kamar Tidur
8.653
16.370
2.000
Ruang Makan
3.435
Kamar Tidur
4.000
5.575
Ruang Tamu
4.500
26
Standar Umum
4.3600
.150
Standar Umum
27
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 50
Rumah Tinggal Tipe 50 3D Image
28
Standar Umum
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 50
Rumah Tinggal Tipe 50 3D Image
Standar Umum
29
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 70
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 70
Rumah Tinggal Type 70 Denah Tipe 70
Rumah Tinggal Tipe 70 3D Image 11.000 .000
Kamar Tidur
Kamar Tidur
3.500
4.500
5.200
Kamar Tidur
4.000
Ruang Keluarga
4.000
Ruang cuci
16.500
1.800
3.500
4.5002
30
Standar Umum
Ruang Tamu
3.500
Dapur
Teras
1.500
1.575
2.100
2.400
Car-Port
Standar Umum
31
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 70
Rumah Tinggal Tipe 70 3D Image
32
Standar Umum
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 70
Rumah Tinggal Tipe 70 3D Image
Standar Umum
33
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 150
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 150
Rumah Tinggal Type 150 Denah Tipe 150
Rumah Tinggal Tipe 150 3D Image .000
9.933
1.5003
KM/WC
Taman
Walk in closet
19.670
KM/WC Dapur
3.060
.991
3.390
Kamar Tidur Rg. Makan/Rg keluarga
3.5061
1.992
Kamar Tidur Utama
3.565
KM/WC
Teras 3.4932
.433
1.573
Kamar Tidur pembantu
.833
3.000
3.0002
Kamar Tidur
Teras
6.090
Ruang Tamu
Taman
34
Standar Umum
Standar Umum
35
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 150
Rumah Tinggal Tipe 150 3D Image
36
Standar Umum
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 150
Rumah Tinggal Tipe 150 3D Image
Standar Umum
37
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 150
Rumah Tinggal Tipe 150 3D Image
38
Standar Umum
STANDAR UMUM - Standar Perumahan Karyawan Instansi - Rumah Tinggal Type 150
Rumah Tinggal Tipe 150 3D Image
Standar Umum
39
PENUTUP
Penutup
Seluruh penetapan standar bangunan yang diuraikan merupakan ketetapan yang berlaku bagi seluruh bangunan rumah dinas kantor vertikal Ditjen
Perbendaharaan di seluruh Indonesia, jika terdapat kondisi tertentu yang harus disesuaikan, maka perlu dikaji lebih lanjut berdasarkan ketentuan yang berlaku.
40
Penutup
NOTES NOTES