185
VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI
7.1. Identifikasi Faktor Internal Setelah dilakukan analisis faktor-faktor penentu untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap rumusan pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash, selanjutnya dapat dilakukan identifikasi untuk menentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari analisis yang telah dilakukan. Hasil ini digunakan sebagi input analisis internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Nilai yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE diplotkan ke matriks IE sehingga dapat terlihat peta posisi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” pada matriks tersebut. Selanjutnya hasil analisis ini juga digunakan untuk merumuskan alternatif strategi bisnis dalam analisis SWOT. Dalam identifikasi faktor internal terdapat faktor kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses) dari usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Aspekaspek yang terdapat dalam identifikasi kedua faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 7.1.1. Faktor Kekuatan Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kekuatan yang akan mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan harus digunakan semaksimal mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuan pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, faktor-faktor itu terdiri dari :
186
a. Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” masih merupakan usaha kecil, sehingga memiliki majemen tenaga kerja yang bersifat informal. Dalam pengelolaan usahanya hubungan antar pengelola bersifat kekeluargaan. Antara pemilik dengan pekerja cenderung ke arah hubungan yang bersifat informal. Para pekerjanya berasal dari anggota keluarga, sehingga keharmonisan diantara pekerja dengan pemilik relatf mudah terjalin.
b. Kondisi modal yang relatif tercukupi Terkait dengan modal, selama ini usaha keripik pisang ini memperoleh modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash. Dengan kondisi skala usaha yang masih relatif kecil, modal yang diberikan koperasi hingga saat ini masih dirasa cukup untuk menjalankan usaha yang ada. Bahkan untuk pengembangan usaha keripik pisang ini, koperasi juga akan terus menyediakan sejumlah modal dibutuhkan, sehingga dari sisi ketersediaan modal usaha keripik pisang ini relatif cukup terjamin. c. Produk yang berkualitas Usaha kecil ini hanya memproduksi keripik pisang dengan merek dagang usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Produk yang dihasilkan berukuran 200 gr dengan rasa alami pisang. Rasa alami dari produk keripik pisang ini, berasal dari rasa pisang yang telah di sortasi secara teliti oleh pemilik. Kebersihan dalam proses produksi yang terjamin dengan baik, membuat tingginya kualitas rasa dan gizi yang terkandung dalam keripik pisang. Keripik pisang memiliki daya tahan produk yang lama yaitu kurang lebih satu bulan. Kualitas produk yang cukup
187
baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi, tidak menggunakan bahan kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan kekuatan bagi usaha ini untuk mempertahankan pelanggan. Kualitas dari produk harus senantiasa dipertahankan oleh usaha ini. Kualitas produk yang baik tercermin dari rasa yang terbentuk tanpa bahan pengawet dan penyedap buatan, warna yang dihasilkan alami warna pisang, bukan pewarna buatan, sehingga produk keripik pisang ini cenderung memiliki kandungan gizi yang baik dan penampilan yang menarik. Bentuk produk keripik pisang “Kondang Jaya” dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Produk Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”
Sumber : Greenmart Darmaga, Juli 2009
d. Letak usaha yang strategis Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memiliki letak yang cukup stategis. Usaha ini terletak di pusat Kota Bogor yaitu sekitar 6 kilometer dari terminal Baranangsiang Kota Bogor. Akses dengan jalan raya yang cukup dekat ini didukung dengan fasilitas yang ada seperti jalan beraspal, listrik, telepon, dan
188
PDAM. Lokasi usaha yang terletak dekat dengan pusat Kota Bogor memudahkan usaha kecil keripik pisang ini dalam hal pemasaran. Masyarakat Kota Bogor, umumnya belum cukup mengenal produk ini karena daya jangkau jaringan pemasaran produk keripik pisang ini masih cenderung rendah. Letak usaha yang strategi menjadi modal dasar yang baik bagi pemilik untuk mengembangkan jaringan pemasaran produknya. Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” terletak bersebelahan dengan perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor, sedangkan letak koperasi BMT Al-Ikhlaash terletak tepat di perumahan Baranangsiang Indah kota bogor.
7.1.2. Faktor Kelemahan Faktor kelemahan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kelemahan yang akan mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Faktor-faktor yang menjadi kelemahan
harus
diminimalisasi
dalam
upaya
untuk
mencapai
tujuan
pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, faktor-faktor kelemahan tersebut terdiri dari : a. Keterbatasan dalam pencatatan keuangan Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” tidak selalu melakukan pencatatan secara akutansi terhadap pengelolaan keuangan dan modal usahanya. Manajemen keuangan dari usaha ini belum tertata dengan baik, sehingga keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah tangga pemilik tidak dapat dibedakan. Selain itu pencatatan keuangan yang biasanya dilakukan hanya mengandung komponen besarnya jumlah produksi yang dihasilkan per satu kali produksi. Dalam pencatatan keuangan belum memasukkan kandungan biaya-
189
biaya yang dikeluarkan. Sehingga tidak terdapat catatan yang jelas mengenai besarnya keuntungan yang diperoleh oleh usaha keripik pisang ini. b. Harga produk keripik pisang Pada usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” harga yang ditawarkan relatif tinggi, dikarenakan usaha tersebut membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga produk keripik pisang lainnya. Harga jual yang ditetapkan oleh pemilik usaha keripik pisang merupakan harga untuk distributor. Adapun harga yang diterima konsumen ditentukan oleh distributor, sehingga harga keripik pisang untuk konsumen dapat berbeda di tiap distributor. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada beberapa tempat penjualan produk keripik pisang dari usaha kecil ini harga yang diterima konsumen di Greenmart (baik yang berlokasi di Darmaga maupun di daerah Sentul) sebesar Rp 8.150, sedangkan di Warung milik koperasi BMT Al-Ikhlaash di perumahan BSI seharga Rp 7.500. Harga produk keripik pisang tersebut relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan harga produk keripik pisang usaha lain. Harga yang cukup tinggi menjadi salah satu kelemahan bagi keberlangsungan usaha ini. c. Belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” belum memilki sertifikat halal dan juga izin dari Departemen Kesehatan. Saat ini konsumen sangat berhati-hati dalam mengkonsumsi suatu produk dikarenakan banyaknya produk-produk
kadarluarsa
yang
beredar
di
pasaran.
Sehingga
untuk
mengembangkan usahanya keripik pisang ini harus memilki sertifikat halal dan juga izin dari Departemen Kesehatan. Namun hal tersebut belum terwujud, hal ini
190
dikarenakan biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sertifikat halal dan juga izin dari Departemen Kesehatan cukup besar dan memberatkan bagi pemilik usaha kecil keripik pisang ini. d. Penggunaan alat produksi yang masih sederhana Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” merupakan usaha kecil yang berproduksi dengan menggunakan peralatan yang relatif sederhana. Alat yang digunakan dalam usaha ini berupa alat press untuk mengikat kemasan keripik pisang, sedangkan untuk memotong pisang dilakukan dengan alat tradisional yang biasanya dipakai oleh rumah tangga, sehingga proses produksi keripik pisang berjalan cukup lambat. e. Kemasan produk keripik pisang Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memproduksi keripik pisang menggunakan plastik. Plastik yang digunakan berukuran cukup besar yaitu ½ kg. produk yang dihasiklan berukuran 200 gram. Dalam kemasan produk keripik pisang “Kondang Jaya” bentuk kemasan masih sederhana bentuknya. Pada kemasan hanya tercantum merek dagang usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, alamat dari koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor dan lambang BMT Al-Ikhlaash. Penampilan kemasan masih sangat sederhana dan secara keseluruhan kemasan keripik pisang tersebut tanpak kurang menarik bagi konsumen untuk membelinya. f. Daerah pemasaran produk keripik pisang Sebagai binaan dari Koperasi BMT Al-Ikhlaash perumahan BSI Kota Bogor, usaha kecil keripik pisang selain mendapat bantuan modal bagi usahanya juga mendapat bantuan berupa bantuan dalam memasarkan produknya. Usaha
191
keripik pisang menjual semua produk yang dihasilkannya kepada Koperasi BMT Al-Ikhlaash kemudian koperasi tersebut memasarkannya ke daerah-daerah di sekitar Kota Bogor. Daerah yang menjadi sasaran pemasaran relatif masih kecil yaitu baru mencapai daerah sekitar Kota Bogor. Tempat pemasaran diantaranya meliputi Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary. g. Kegiatan Promosi produk Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” hingga saat ini belum melalukan kegiatan promosi, layaknya sebuah usaha. Promosi yang bersifat lokal hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al-Ikhlaash sebagai pemasar yaitu melalui pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh para anggota koperasi baik pengajian
bapak-bapak
maupun
ibu-ibu
Darmawanita.
Dalam
rangka
pengembangan usahanya, usaha kecil keripik pisang ini harus mulai memikirkan strategi promosi terhadap produknya, sehingga dapat lebih dikenal oleh masyarakat. h. Kurangnya inovasi produk Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memproduksi keripik pisang dengan rasa yang ditawarkan dengan rasa pisang alami dan asin. Rasa yang dihasilkan dari rasa alami keripik pisang dan tambahan garam. Hingga saat ini belum terdapat inovasi produk baik dai sisi rasa maupun bentuk. Rasa yang dihasilkan hanya rasa asin. Usaha ini belum mampu menghasilkan keripik pisang dengan rasa yang beragam seperti rasa manis, keju atupun rasa lain yang digemari konsumennya.
192
Aspek-aspek faktor kekuatan dan kelemahan yang telah dijabarkan di atas saling berinteraksi dalam pengembang usaha kecil keripik pisang Koperasi BMT Al-Ikhlaash. Secara keseluruhan aspek pada faktor kekuatan dan kelemahan dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 18. Tabel 18. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” Faktor Internal Sumberdaya Manusia
Kekuatan
Kelemahan
Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja
Keuangan dan Akuntasi
Kondisi modal yang relatif tercukupi
Keterbatasan dalam pencatatan keuangan
Produksi dan Operasi
Produk yang berkualitas baik
Pemasaran
Letak usaha yang strategis
Harga relatif mahal Belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes Penggunaan alat produksi yang masih sederhana Kemasan produk yang relatif sederhana Daerah pemasaran masih terbatas Kegiatan Promosi produk kurangnya inovasi produk
Sumber : Hasil Analisis
7.2. Identifikasi Faktor Eksternal Berdasarkan wawancara dan pengisian kuisioner dan analisis terhadap pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, didapatkan faktor-faktor strategi eksternal yaitu berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Aspekaspek pada faktor peluang dan Ancaman tersebut dapat dapat dijabarkan sebagai berikut : 7.2.1. Peluang Faktor peluang adalah bagian dari faktor strategis eksternal, faktor-faktor tersebut dianggap sebagai suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Potensi tersebut harus
193
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, peluang tersebut terdiri dari:
a. Adanya kredit bagi usaha kecil Kredit yang ditawarkan baik oleh pemerintah atau lembaga keuangan untuk industri kecil juga merupakan peluang bagi industri kecil untuk meningkatkan modal kerja. Modal kerja yang selama ini menjadi masalah klasik bagi pengusaha industri kecil untuk mengembangkan usahanya. Sebagai contohnya kredit yang ditawarkan oleh BNI (Bank Negara Indonesia) yaitu BNI mentargetkan penyerapan kredit bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran kredit UMKM di provinsi tersebut ditingkatkan dari Rp 1,6 Miliar menjadi 1,8 Miliar. Bank BRI juga mempunyai Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dinikmati oleh perusahaan kecil. Selain itu pemerintah juga memberikan berbagai macam kredit untuk usaha kecil KUK seperti (Kredit Usaha Kecil) serta Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yang didalamnya memuat pasal-pasal yang memberikan ruang pembiayaan bagi syariah bagi bank umum, sehingga saat ini banyak bank umum yang membuka divisi syariah denga tujuan untuk memperluas jangkauan layanan kepada segmentasi yang tidak dapat dijangkau secara konvensional. Sejak
tahun
2007
Pemerintah
meluncurkan
Program
Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Salah satu kegiatan dalam PNPM adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Selain itu adanya dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor serta adanya Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Garda Emas).
194
Adanya berbagai program pemerintah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Bogor yang salah satunya dicapai melalui pemberian kredit, maka sudah sewajarnya UMKM di Kota Bogor seperti usaha kecil keripik pisang dapat lebih berkembang.
b. Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan merupakan wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan Kota Bogor merupakan salah satu tujuan wisata bagi masyarakat yang berasal dari wilayah-wilayah di sekitarnya seperti dari Jakarta, Depok, Tanggerang, Bekasi, Cianjur dan sebagainya. Objek wisata yang dapat di kunjungi di Kota Bogor antara lain Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, The Jungle dan sebagainya. Berkembangnya objek tujuan wisata tersebut secara langsung akan berdampak terhadap berkembangnya industria makanan di wilayah Kota Bogor. Selain itu, Kota Bogor sebagai wilayah yang dilalui oleh jalur puncak menjadi salah satu pasar potensial bagi para pengusaha. Karena semakin ramainya menuju jalur puncak, semakin mudah berkembangnya berbagai jenis usaha termasuk usaha di bidang makanan. Di sepanjang jalur menuju wisata puncak dapat dilihat saat ini berkembang banyak toko-toko kue dan minimarket. Berdasarkan data Pemerintah Kota Bogor, di sepanjang jalur puncak terdapat sekitar 105 toko-toko kue dan minimarket yang menawarkan berbagai macam makanan ringan. Hal ini juga menjadi peluang bagi pengembangan usaha kecil keripik pisang dalam memasarkan produknya. 7.2.2. Ancaman Faktor ini merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor tersebut dianggap sebagai ancaman yang bisa menjadi hambatan dalam pengembangan usaha kecil
195
keripik pisang “Kondang Jaya”. Faktor-faktor tersebut harus dihindari dan diusahakan upaya penanggulannya secara baik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Faktor-faktor ancaman tersebut terdiri dari : a. Bargaining position pembeli kuat Kekuatan tawar menawar pembeli dikatakan cukup kuat, hal ini disebabkan (1) Pembeli produk keripik pisang cenderung membeli dalam jumlah yang relatif kecil, (2) Pembeli produk keripik pisang belum mempunyai informasi yang lengkap dan terperinci tentang produk dan pasarnya (3) Menghadapi biaya pengalihan yang relatif kecil. Kekuatan tawar menawar pembeli relatif besar dibandingkan dengan permintaan terhadap produk tersebut. Pembeli produk keripik pisang mudah pindah ke produk lain yang sejenis, karena biaya pengalihan pembeli relatif kecil. b. Pasokan bahan baku relatif tidak kontinu Pemasok bahan dasar keripik pisang memiliki kekuatan tawar menawar yang cukup kuat. Bahan baku berupa pisang kepok Banggala tidak mudah didapat di pasaran. Sumber bahan baku pisang ini masih cukup sulit diperoleh di sekitar wilayah Bogor, yaitu hanya ada di beberapa wilayah seperti daerah Parung Aleng, Kampung Pasir, dan Leuwiliang. sehingga tingkat kontinuitasnya cenderung rendah. Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” cenderung masih bergantung hanya pada beberapa pemasok. Artinya, jika bahan baku yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar, baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya dari pemasok lain. Oleh karena itu, dalam industri keripik pisang ini cukup mengalami kesulitan untuk mendapat bahan baku pisang. Adanya pasokan bahan baku yang
196
relatif tidak kontinu dari pemasok akan mengancam kelangsungan produksi keripik pisang dalam memenuhi permintaan distributor dan konsumen. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, jika pasaran produk keripik pisang sudah luas maka untuk ke depannya pemilik akan membuka jaringan bahan baku sampai ke wilayah Cianjur dan Lampung yang hanya dapat diakses dengan jumlah pembelian pisang dalam jumlah cukup besar. c. Barang subtitusi tinggi Pada industri keripik pisang, produk yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah berbagai jenis keripik lainnya, misalnya keripik nangka, keripik apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang subtitusi dari keripik pisang memberikan ancaman bagi perusahaan untuk menguasai pasar dengan inovasi produk. Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif lebih terjangkau dan biaya konsumen untuk beralih ke produk pun rendah. Berbagai barang substitusi dan pesaing memberikan ancaman yang kuat bagi perkembangan usaha kecil keripik pisang ini. Selain mendapat hambatan dari berbagai jenis keripik lain, usaha kecil keripik pisang ini juga mendapatkan persaingan dari usaha keripik pisang lainnya. Di wilayah sekitar Bogor, terdapat cukup banyak produsen keripik pisang dengan berbagai merek diantaranya keripik pisang dengan merek dagang Cap Pohon Kelapa, Diva Keripik Pisang, Eka Sari dan Indo Sari. Bentuk produk-produk tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.
197
Gambar 12. Produk Keripik Pisang berbagai Merek Dagang Di Kota Bogor
d. Jaringan pemasaran pesaing lebih luas Usaha-usaha sejenis melakukan kegiatan promosi dan membangun jaringan pemasaran untuk mempermudah konsumen dalam mendapatkan produk yang mereka pasarkan. Jaringan pemasaran dibangun dengan mendirikan toko, etalase di suatu distributor dan adanya agen-agen penjual produk untuk meningkatkan pangsa pasar. Hal itu, sudah dilakukan oleh beberapa usaha yang memproduksi keripik pisang untuk meningkatkan pangsa pasar produknya, sedangkan usaha keripik pisang ”Kondang Jaya” cenderung masih tertingggal dalam kegiatan promosi dan membangun jaringan pemasaran. Upaya promosi cenderung masih minim, karena hingga saat ini usaha ini hanya melakukan promosi yang bersifat lokal yang hanya dilakukan oleh koperasi BMT AlIkhlaash yaitu melalui pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh para anggota koperasi baik pengajian kaum bapak maupun Kaum Ibu Darmawanita, sehingga cenderung sulit berkembang. e. Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah
198
ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Memulai usaha keripik pisang ini membutuhkan investasi yang tidak terlalu besar, sehingga tidak memberi hambatan bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri keripik pisang. Biaya investasi untuk mendapatkan formula keripik pisang yang layak konsumsi relatif murah. Hal ini menyebabkan mudahnya pendatang baru memasuki industri keripik pisang. Berdasarkan hal tersebut, hal wajar yang dibutuhkan oleh usaha kecil keripik pisang ini adalah berkreativitas dalam meningkatkan mutu dan kualitas produk yang dihasilkan. Aspek-aspek faktor peluang dan ancaman yang telah dijabarkan di atas saling berinteraksi dalam pengembang usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”. Secara keseluruhan aspek pada faktor peluang dan ancaman dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 19. Tabel 19. Peluang dan Ancaman Usaha Keripik Pisang “Kondang Jaya” Faktor Eksternal Demografi Ekonomi
Peluang
Adanya kredit bagi usaha kecil Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit menuju kota/kabupaten lain, mampu membangkitkan sektor industri makanan
Ancaman
Harga bahan baku yang semakin meningkat
Kekuatan tawar menawar pembeli Kekuatan tawar menawar pemasok Ancaman produk pengganti
Bargaining position pembeli kuat Pasokan bahan baku pisang jenis kepok banggala relatif tidak kontinu Barang subtitusi tinggi
Persaingan diantara pesaing yang ada
Jaringan pemasaran pesaing lebih luas
199
Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri
Ancaman pendatang baru
Sumber : Hasil Analisis
7.3 Analisis Matriks IFE dan EFE Berdasarkan informasi pada identifikasi faktor internal dan eksternal, maka disusunlah matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (External Factor Evaluation) yang akan dibahas sebagai berikut: 7.3.1 Matriks IFE Matriks IFE diperoleh dari hasil analisis lingkungan internal usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor kunci internal usaha kecil keripik pisang berupa kekuatan dan kelemahan. Kemudian dilakukan pembobotan oleh responden, sehingga diperoleh bobot dari masingmasing faktor kunci internal usaha kecil keripik pisang. Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan peringkat (rating) pada faktor-faktor kunci internal tersebut, maka dapat diperoleh hasil seperti pada Tabel 20. Tabel 20. Matriks IFE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” No
Faktor-Faktor Strategis Internal
2
Kekuatan Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja Kondisi modal yang relatif tercukupi
3
Kualitas produk
4
Letak usaha yang strategis
1
Bobot
Rating
Total Skor
0,061
3
0,182
0,075
2
0,151
0,087
4
0,348
0,095
3
0,286
Kelemahan 5
Keterbatasan dalam pencatatan keuangan
0,066
3
0,199
6
Harga relatif mahal
0,070
2
0,139
7
Belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes Penggunaan alat produksi yang relatif masih
0,072
3
0,217
0,108
2
0,215
8
200
sederhana 9
Kemasan produk yang relatif sederhana
0,102
2
0,153
10
Daerah pemasaran masih terbatas
0,061
1
0,061
11
Kegiatan Promosi produk
0,095
1
0,095
12
Inovasi produk
0,108
1
0,108
1,000
2,154
Sumber : Hasil Analisis (Diolah) Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa faktor kunci internal yang mempunyai skor kekuatan tertinggi adalah kualitas produk keripik pisang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,087 dengan rating 4 dan skor sebesar 0,348. Faktor kunci ini merupakan peluang utama bagi usaha kecil keripik pisang ini karena kualitas produk keripik pisang memiliki tingkat kepentingan terbesar bagi pengembangan usahanya ke depan. Selain identifikasi terhadap kekuatan internal usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, matriks IFE juga menunjukkan berbagai kelemahan yang selama ini dimiliki usaha kecil keripik pisang ini. Faktor kunci internal yang menjadi kelemahan terbesar usaha ini adalah daerah pemasaran produk keripik pisang, yang memiliki bobot 0,061 dengan rating 1 sehingga skornya adalah 0,061. Hasil analisis matriks IFE pada usaha kecil keripik pisang ini yang meliputi seluruh faktor kunci internal (kekuatan dan kelemahan) adalah nilai skor sebesar 2,154. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha kecil keripik pisang ini berada pada level rata-rata di dalam kekuatan internal seluruhnya, sehingga usaha ini dituntut lebih optimal dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki serta mereduksi kelemahan yang ada dalam mencapai keberhasilan usahanya.
7.3.2 Matriks EFE Matriks EFE mengidentifikasi faktor-faktor kunci eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil keripik pisang pada kondisi
201
aktual saat ini. usaha kecil keripik pisang ini dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dari pengaruh lingkungan eksternal untuk keberlanjutan usahanya. Peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Matriks EFE Usaha Kecil Keripik Psang “Kondang Jaya” No
Faktor-Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Total Skor
Adanya kredit bagi usaha kecil Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan Ancaman
0,118
3
0,353
0,159
3
0,478
Harga bahan baku yang semakin meningkat Bargaining position pembeli kuat Pasokan bahan baku pisang jenis kepok banggala relatif tidak kontinu Barang subtitusi tinggi Jaringan pemasaran pesaing lebih luas Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri
0,104 0,127
1 2
0,104 0,253
0,125
2
0,249
0,105 0,097
1 2
0,105 0,194
0,166
2
0,332
Peluang 1 2
3 4 5 6 7 8
1,000
2,068
Sumber : Hasil Analisis (Diolah) Berdasarkan Tabel 21. menunjukkan bahwa faktor kunci eksternal yang memberikan peluang terbesar bagi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, adalah Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan. Hal ini ditunjukkan oleh bobot terbesar yang dimiliki faktor kunci eksternal ini, yaitu sebesar 0,159 dengan rating sebesar 3 dan Total Skor sebesar 0,478. Kota Bogor sebagai wilayah hinterland Kota Jakarta memberikan banyak memberikan peluang bagi usaha untuk berkembang. Faktor kunci eksternal yang memberikan ancaman terbesar bagi usaha kecil keripik pisang adalah harga bahan baku yang semakin meningkat. Hal ini
202
ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,104 dengan rating 1 dan skor sebesar 0,104. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga bahan baku yang semakin meningkat memiliki pengaruh yang signifikan dalam biaya operasional usaha ini. Biaya operasional yang meningkat, menyebabkan harga produk keripik pisang yang ditawarkan usaha ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk pesaing, dan sekaligus memberikan ancaman bagi keberlangsungan usaha. Perubahan tersebut harus ditanggapi dengan bijak oleh pemilik usaha kecil keripik pisang ini, sehingga kelangsungan hidup usaha terjamin. Sejauh ini respon usaha kecil keripik pisang terhadap ancaman ini berada pada tingkatan dibawah rata-rata, hal ini terlihat dari besarnya rating yang diberikan. Hasil analisis matriks EFE pada usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” yang meliputi seluruh faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) adalah nilai skor sebesar 2,068. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berada pada level menengah dalam usahanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang eksternal atau menghindari ancaman yang ada dalam mencapai keberhasilan usahanya.
7.4 Matriks IE dan SWOT Hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE, maka dapat disusun selanjutnya dalam matriks Internal-Eksternal. Analisis Matriks IE ini digunakan untuk mengetahui posisi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash saat ini. Matriks IE didasarkan pada nilai tertimbang yang diperoleh pada matriks EFE dan IFE. Nilai tertimbang IFE sebesar 2.154 yang menggambarkan perusahaan berada pada kondisi internal ratarata, tidak terlalu kuat dan tidah terlalu lemah. Nilai tertimbang EFE sebesar 2.068
203
menggambarkan respon yang diberikan oleh usaha kecil keripik pisang kepada lingkungan eksternalnya tergolong sedang dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Matriks IE dari usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” dapat terlihat pada Gambar 13.
Total Nilai Tertimbang IFE (2,154) 3,0-4,0 ____________2,0-2,9 Kuat Rata- Rata Total Tinggi Nilai 3,0-4,0 Tertimbang EFE (2,069) Rata-Rata 2,0-2,99 Rendah 1,0-1,99
________ 1,0-1,99 Lemah
I
II
III
IV
Usaha Kecil Keripik Pisang KOperasi BMT Al-Ikhlaash (Hold and Maintain)
VI
VII
VIII
IX
Gambar 13. Matriks IE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”
Berdasarkan Gambar 15 posisi dari usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” berada pada sel V (Hold and Maintain). Sehingga strategi yang sebaiknya diterapkan usaha tersebut pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar dari produk yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk yang sudah ada atau mengembangkan yang baru. Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal usaha maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi strategi ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT, yang nantinya akan menjadi
204
bahan acuan dalam penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai penentu prioritas strategi. Formulasi strategi pada usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” dapat dilihat pada Gambar 14.
104 Kekuatan (S-Strenghts)
INTERNA L
1. Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja 2. Kondisi modal yang relatif tercukupi 3. Kualitas produk 4. Letak usaha yang strategis
EKSTERN AL
Peluang (O-Oppurtuities)
Strategi S-O
1.Adanya kredit bagi usaha kecil 2.Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan
1. Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (S1, S2, S3, S4, O1, dan O2) Strategi S-T
Ancaman (T-Threats) 1.Harga bahan baku yang semakin meningkat 2.Bargaining position pembeli kuat 3.Pasokan bahan baku pisang jenis kepok banggala relatif tidak kontinu 4.Barang subtitusi tinggi 5.Jaringan pemasaran pesaing lebih luas 6.Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri
1. Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara kontinu (S2, S3, S4, T1, T5 dan T6) 2. Melakukan efisiensi biaya produksi (S1,S2,S3, T1, T2, T3,T4,T5, T6)
Kelemahan (W-Weakness) 1. Keterbatasan dalam pencatatan keuangan 2. Harga relatif mahal 3. Belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes 4. Penggunaan alat produksi yang masih sederhana 5. Kemasan produk yang relatif sederhana 6. Daerah pemasaran masih terbatas 7. Kegiatan Promosi produk 8. Inovasi produk Strategi W-O 1. Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran (W1,W2, W3, W4, W5,W6,W7,W8, O1, dan O2,) 2. Memperbaiki sistem manajemen usaha (W1, W3, W4,W5,W6,W7,W8, dan O1)
Strategi W-T 1. Melakukan mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang tinggi ((W1,W2, W3, W4, W5,W6,W7,W8, T1, T2, T3,T4,T5, dan T6) 2. Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikat halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk (W4,W5,W7,T2,T3,T4,T5)
Gambar 14. Analisis Matriks SWOT Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”
105
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada Gambar 8, maka, maka dapat diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash, yaitu Strategi S-O, Stategi W-O, Strategi S-T dan Strategi W-T. STRATEGI SO Strategi S-0 adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi S-0 bagi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang Produk usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” berasal dari bahan baku alami, tanpa bahan pengawet dan tanpa ditambah pewarna buatan. Mempertahankan kualitas produk dapat dilakukan oleh usaha kecil keripik pisang ini dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki, sebagai salah satu contohnya perusahaan tetap menggunakan bahan baku pisang kepok jenis Banggala dalam proses produksinya, sehingga kualitas produksi dapat terus dipertahankan. Usaha keripik pisang ini harus dapat mempertahankan kualitas produk tersebut sehingga kepuasan konsumen dapat terpenuhi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa harga yang ditetapkan pada prduk keripik pisang ini relatif tinggi, namun dengan kualitas produk yang baik produk keripik pisang ”Kondang Jaya” ini dapat terus ditingkatkan pengembangannya.
STRATEGI W-O
106
Strategi W-0 adalah strategi yang bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-0 bagi usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” terdiri dari: 1. Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran Pemasaran produk keripik pisang “Kondang Jaya” yang ada saat ini masih terfokus pada beberapa minimarket dan warung-warung kecil di Kota Bogor. Perusahaan dapat mencoba mencari pasar baru seperti jalur puncak yang merupakan jalur daerah wisata, dimana di sepanjang jalur tersebut terdapat banyak cafe-cafe, toko-toko makanan ringan dan mini market. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan penguasaan pangsa pasar. Pada strategi ini usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” diharapkan dapat terus menjalin hubungan baik dengan konsumen, bahkan untuk kedepannya diharapkan usaha ini dapat menjalin hubungan kepada Pemerintah Daerah Kota Bogor khususnya Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Bogor. Hubungan yang baik akan membentuk citra yang baik pula bagi perusahaan, sehingga jaringan yang ada semakin mudah dibentuk dan dikembangkan. Strategi pengembangan pasar dilakukan untuk merebut peluang pasar yang belum tergarap atau dengan memenuhi permintaan pasar tersebut. Posisi suatu perusahaan di pasar ditentukan seberapa besar usaha yang bersangkutan menguasai pasar yang ada. Potensi yang dimiliki usaha kecil keripik pisang ini sangat mendukung untuk melakukan strategi ini. 2. Memperbaiki sistem manajemen usaha Strategi ini bertujuan membenahi struktur usaha yang telah dijalankan secara lebih baik dan terarah. Dalam usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”,
107
kegiatan manajemen seluruhnya dilakukan oleh pemilik perusahaan, hal ini dapat menyebabkan tidak tersusun dan hanya mengandalkan pada satu orang yaitu pemilik usaha saja, sehingga dirasa perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam usaha kecil keripik pisang tersebut. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting yang dapat menunjang keberhasilan usaha. Cara untuk
memperbaiki sistem
manajemen dalam perusahaan adalah dengan menjalankan bagian-bagian fungsional
dalam
manajemen
usaha
seperti
bagian produksi dengan
memberikan tugas dan fungsi yang jelas dan juga keteraturan dalam bagian keuangan, dengan adanya perbaikan pada sistem manajemen ini diharapkan usaha kecil keripik pisang mampu menggunakan peluang-peluang yang ada untuk mengembangkan usahanya.
STRATEGI ST Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi S-T bagi usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” adalah : 1. Mengupayakan ketersediaan bahan baku secara kontinu Strategi ini diperlukan untuk menjamin keberlanjutan usaha kecil keripik pisang ini. Selama ini sulitnya bahan baku masih menjadi persoalan dalam usaha keripik pisang ini, karena jenis pisang yang digunakan sebagai bahan baku cukup langka. Selama ini bahan baku keripik pisang pada usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” berasal dari wikayah-wilayah di sekitar Bogor, antara lain: Luewiliang, Parung Aleng, dan Kampung Pasir dan juga wilayah-wilayah di luar Bogor seperti Cianjur dan Lampung. Bahan baku yang berasal dari luar wilayah
108
Bogor umumnya dapat diakses jika jumlah pembeliannya dalam jumlah besar. Namun karena selama ini tingkat pembelian bahan baku relatif kecil jumlahnya, maka pemilik usaha kecil keripik pisang ini hanya dapat mengandalkan bahan baku yang bersumber dari daerah Bogor saja. Berdasarkan hal tersebut, maka hal yang harus dilakukuan untuk mempermudah akses terhadap bahan baku adalah memperluas pasar produk keripik pisang terlebih dahulu. Saat pasar produk sudah besar maka bahan baku dapat diakses dengan lebih efisien. 2. Melakukan efisiensi biaya produksi Kenaikan harga minyak goreng, mentega dan kenaikan bahan baku minyak (BBM) membuat usaha kecil keripik pisang ini harus melakukan efisiensi biaya produksi. Kenaikan harga BBM menyebabkan industri-industri cenderung melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas, tidak terkecuali usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Untuk melindungi industri-industrinya, Pemerintah Kota Bogor melalui Himpunan Pengusaha Minyak dan Gas (Hiswana Migas) menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), secara resmi minyak tanah (mitan) di Bogor sebesar Rp 2.300,- per liter. Kebijakan itu dilakukan guna menstabilkan harga eceran minyak tanah di sejumlah agen yang ada di Bogor. Kebijakan tersebut diambil berdasarkan keputusan bersama Disperindag, agen, DPRD dan perwakilan konsumen di Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” harus dilibatkan dalam program pemerintah tersebut, agar efisiensi biaya produksi dalam proses produksi dan operasi dapat tercapai dan akhirnya usaha ini mampu bersaing dengan pesaing.
STRATEGI W-T
109
Strategi W-T adalah strategi yang bertujuan mengurangi kelemahan internal yang dimiliki untuk menghindari ancaman lingkungan. Strategi W-T bagi usaha kecil keripik pisang ini adalah : 1. Melakukan pengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang tinggi Pengembangan produk dilakukan agar konsumen mempunyai alternatif untuk membeli produk-produk yang dihasilkan. Strategi pengembangan produk mempunyai tujuan agar perusahaan yang ada di dalam suatu industri dapat meningkatkan penjualan dengan cara mebuat suatu perbedaan atau memodifikasi produk-produk yang ada. Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” belum melakukan diversifikasi terhadap produk yang dihasilkan, yaitu usaha ini hanya menghasilkan satu rasa keripik pisang yaitu rasa asin alami. Padahal dalam proses produksi keripik pisang dapat dibuat inovasi produk keripik dengan beraneka rasa yiatu rasa manis dengan rasa coklat, rasa asin dengan rasa keju seperti yang dilakukan usaha keripik pisang Suseno di Bandar Lampung. Sehingga untuk pengembangan ke depannya perlu dilakukan penganekaragaman rasa dari produk keripik pisang yang dihasilkan usaha kecil keripik pisang ini. 2. Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk meningkatkan image produk Produk usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” perlu memperbaiki kondisi kemasan yaitu kemasan harus didesain lebih menarik, misalnya dengan memberi warna yang menarik pada kemasan. Selain itu upaya untuk memperoleh sertifikasi halal dan izin Depkes harus terus dilakukan. Upaya ini diperlukan untuk meningkatkan kemudahan bagi pemilik usaha dalam memasarkan
110
produknya, karena saat ini masyarakat cenderung berhati-hati terhadap produk yang dibelinya.
7.5. Tahap Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha Berdasarkan hasil analisis matriks IE (Internal-External) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) diperoleh alternatif strategi sebanyak delapan alternatif. Alternatif-alternatif strategi tersebut nantinya diharapkan dapat diterapkan di dalam manajemen usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”. Setelah mendapatkan alternatif-alternatif strategi kemudian dilakukan penentuan prioritas. Alternatif strategi yang telah diperoleh dianalisa untuk memilih strategi yang akan diprioritaskan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). yang memakai softvare Expert Choice 2000. Kriteria strategi harus sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, penentuan kriteria strategi dilakukan berdasarkan hasih pengisian kuisioner dan wawancara dengan para pelaku usaha. Model hirarki usaha kecil keripik pisang koperasi ini terbagi menjadi tiga level. Level pertama merupakan goal atau fokus dari hirarki yaitu stretegi utama pengembangan usaha, level dua merupakan faktor yang mempengaruhi formulasi strategi yang terdiri dari beberapa kriteria strategi yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk,
dan level tiga merupakan alternatif strategi yang
dirumuskan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diformulasikan dalam matriks IE (Internal-External) dan SWOT {Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Alternatif strategi yang terdapat pada level
111
tiga dapat menentukan prioritas strategi yang aapat diimplementasikan oleh usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” dalam mengembangkan usahanya.
Tingkat 1 : Tujuan
Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor
Tingkat 2 : Kriteria Strategi
Penetrasi Pasar
Tingkat 3 : Alternatif Strategi
SO1
WO1
Pengembangan Produk
WO2
ST1
ST2
WT1
WT2
Keterangan : SOI
WOl W02 ST1 ST2 WT1 WT2
= Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang = Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran = Memperbaiki sistem manaemen usaha = Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara kontinu = Melakukan efisiensi biaya produksi = Melakukan mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi subtitusi yang tinggi = barang Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk
Gambar 15. Model Hirarki Strategi Utama Pengembangan Usaha
7.5.1. Analisis Hasil Pengolahan Horisontal Analisis horisontal diketahui untuk mengetahui prioritas relatif setiap elemen terhadap level diatasnya. Pengolahan horisontal belum memperlihatkan prioritas seluruh elemen strategi terhadap fokus hirarki.
112
7.5.1.1. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi Level dua dari model hirarki strategi pengembangan usaha menunjukkan dua kriteria strategi yang mendukung pengembangan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”. Hasil pengolahan horisontal pada kriteria strategi menunjukkan prioritas dari kriteria strategi dalam menetapkan strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Penetapan prioritas kriteria dilakukan melalui penggabungan hasil analisis dari pendapat individu sehingga diperoleh hasil analisis pendapat gabungan dengan menggunakan software Expert Choice 2000. Level dua dari hirarki keputusan menunjukkan tiga elemen kriteria strategi perusahaan dalam pengembangan usahanya, yaitu : 1.
Penetrasi pasar
2.
Pengembangan produk Hasil pengolahan horisontal elemen-elemen kriteria strategi dalam
menetapkan strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi Kriteria Strategi Penetrasi pasar Pengembangan produk Rasio Inkonsistensi Sumber: Hasil olahan, 2009
Bobot Gabungan
Prioritas
0,645 0,355
1 2 0,00
Kriteria strategi penetrasi pasar merupakan kriteria yang memiliki prioritas utama dengan bobot sebesar 0,645. Kriteria tersebut ditentukan oleh usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Menurut pemilik usaha penetrasi pasar merupakan suatu hal yang penting dalam menjalankan sebuah usaha. Adanya
113
penetrasi pasar yang dilakukan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” diharapkan mampu mencari pangsa pasar yang lebih besar melalui pemasaran yang lebih gencar. Hasil perhitungan AHP dari hasil pengolahan horisontal elemen kriteria strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang koperasi BMT Al-Ikhlaash dapat dilihat pada Lampiran 3.
7.5.1.2. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi Hasil pengolahan horisontal alternatif strategi merupakan hasil pengolahan hirarki pada tingkat tiga. Pengolahan tersebut dilakukan untuk mengetahui prioritas strategi terhadap masing-masing kriteria strategi yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tingkat tiga dari hirarki keputusan berisi tentang alternatif-alternatif strategi yang dapat dilaksanakan oleh usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” dalam melakukan pengembangan usahanya. Alternatif-alternatif strategi yang terdapat pada tingkat tiga disusun berdasarkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diformulasikan dalam matriks IE dan matriks SWOT. Tabel 23. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi Strategi Kriteria
SOI
WOl
Penetrasi Pasar 0.148 0.285 Pengembangan 0.206 0.141 Produk Sumber : Hasil olahan, 2009
W02
ST1
ST2
0.122 0.128
0.127 0.131
0.118 0.126
VVT1
WT2
0.098 0.127
0.103 0.141
CR 0.05 0.01
Hasil pengolahan horisontal terhadap alternatif strategi pada Tabel 23 menunjukkan bahwa pada kriteria penetrasi pasar, strategi yang menempati prioritas pertama adalah meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran (WOI) dengan bobot 0,285. Jaringan pemasaran merupakan salah satu faktor
114
yang dapat mempengaruhi keberlanjutan dari usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Prioritas kedua adalah Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (S01) dengan bobot sebesar 0,148. Melalui penciptaan kualitas yang produk yang baik akan menyebabkan kemampuan menjaring konsumen dari berbagai kalangan. Berbagai prioritas yang ada pada kriteria strategi penetrasi pasar dapat dilihat pada Tabel 23. Hasil pengolahan AHP kriteria starategi penetrasi pasar dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil pengolahan horisontal pada kriteria pengembangan pasar menunjukkan bahwa prioritas pertama strategi adalah Mempertahankan kualitas produk
keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi
untuk memenuhi permintaan keripik pisang (SOI) dengan bobot 0,206. Mutu produk keripik pisang merupakan hal dasar bagi konsumen dalam memilih produk keripik pisang tersebut. Prioritas
kedua
dalam
kriteria
pengembangan
produk
adalah
Meningkatkan dan memperkuat jaringan untuk pengembangan pasar (S02) dengan bobot sebesar 0,141 dan juga Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk dengan bobot yang sama yaitu 0,141. Melalui pengembangan jaringan pemasaran diharapkan konsumen semakin meningkat. Urutan strategi selanjutnya dalam kriteria pengembangan produk dapat dilihat pada Tabel 23, dan hasil pengolahan AHP kriteria starategi penetrasi pasar dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” dapat dilihat pada Lampiran 5.
115
7.5.2. Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Pengolahan vertikal dilakukan untuk mengetahui prioritas secara menyeluruh setiap elemen pada tingkat tertentu terhadap fokus utama hirarki. Pengolahan vertikal dilakukan setelah matriks pendapat individu diolah menjadi matriks pendapat gabungan secara horisontal dan telah memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi sebesar < 10 persen. 7.5.2.1. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi Pengolahan vertikal pada elemen kriteria strategi dilakukan untuk melihat prioritas secara menyeluruh setiap elemen pada tingkat dua terhadap sasaran utama (fokus) hirarki yaitu strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Hasil pengolahan vertikal terhadap elemen kriteria strategi dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi Kriteria Strategi Penetrasi pasar Pengembangan produk Rasio Inkonsistensi Sumber : Hasil Olahan, 2009
Bobot Gabungan
Prioritas
0,645 0,355
1 2 0,00
Hasil pengolahan vertikal elemen kriteria strategi menunjukkan bahwa hasil tersebut memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi sebesar < 10 persen. Kriteria strategi yang menjadi prioritas utama perusahaan dalam mengembangkan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” adalah penetrasi pasar dengan bobot sebesar 0,645. Prioritas kedua adalah pengembangan produk yang memiliki bobot sebesar 0,355. Lebih jelas hasil olahan AHP dapat dilihat pada Lampiran 6.
116
7.5.2.2. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi Pengolahan vertikal terhadap alternatif strategi dilakukan untuk mengetahui prioritas menyeluruh masing-masing alternatif kriteria strategi pada tingkat tiga terhadap sasaran utama (fokus) hirarki yang terdapat pada tingkat satu. Tabel 25. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi Alternatif Strategi SOI WOl WO2 ST1 ST2 WT1 WT2 Rasio Inkonsistensi
Bobot 0,168 0,234 0,124 0,128 0,121 0,108 0,117
Prioritas 2 1 4 3 5 8 6 0,03
Sumber : Hasil Olahan, 2009 Hasil pengolahan vertikal terhadap alternatif strategi pada Tabel 25 menunjukkan bahwa prioritas utama untuk mengembangkan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” adalah dengan melakukan strategi peningkatan jaringan untuk pengembangan pasar (WOI) dengan bobot 0,234. Strategi tersebut merupakan salah satu langkah penting dalam mengembangkan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Prioritas kedua hasil pengolahan vertikal adalah mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (S01) dengan bobot sebesar 0,168. Melalui pengembagan kualitas produk diharapkan pemilik usaha akan memperoleh laba lebih besar dan keberlanjutan usaha terjamin. Hasil pengolahan AHP kriteria starategi pengembangan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” dapat dilihat pada Lampiran 7.