VII. EKSKRESI
7.1. KONSEP. Sisa-sisa metabolisme zat-zat makanan yang telah diserap oleh dinding usus dikeluarkan dan tubuh organisme melalui berbagai cara. Demikian pula halnya dengan kelebihan elektroht dan air. Ginjat adalah salah satu di antara alat pengeluaran yang sangat besar peranannya dalam mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein dan asam nukleat, dan kelebihan elektrolit serta air. Alat lain yang terdapat pada hewanhewan tertentu yaitu kelenjar garam berperan menyingkirkan kelebihan elektrolit dalam tubuhnya yang selalu berlebih berhubung dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Pada potongan meimbujur tampak terdiri dan bagian korteks (tepi) dan medulla (tengah) [Gambar 19]. Unit-unit fungsional ren yang berfungsi penting dalam proses filtrasi sampai dengan pembentukan urin disebut sebagai Nefron yang terletak di bagian tepi ginjal. Sebuah nefron terdiri dari unit filtrasi sebagai glomerolus dan kapsula Bowmani, sedangkan saluran-salurannya berturut-turut ialah: •
Tubulus kontortus proksimalis, tempat terjadinya reabsorbsi.
•
Tubulus ansiformis (loop of Henle)
•
Tubulus kontortus distalis, tempat terjadinya reabsorbsi air Tubulus kontortus kolektivus
7.2. EKSKRETA DAN POLA EKSKRESINYA. Berdasarkan pada jenis ekskret bernitrogen yang dihasilkan, hewan-hewan dikelompokkan menjadi beberapa kategori: 1) Hewan ureotelik. Ekskretanya berupa urea. 2) Hewan urekotelik. Ekskretanya berupa asam urat. 3) Hewan ammoniotelik. Ekskretanya berupa ammonia
4) Hewan guanotelik. Ekskretanya berupa guanine 5) Hewan penghasil trimetil aminoksid. Berhubung dengan masalah pengawetan air pada hewan menyusu dewasa juga pacla vertebrata lain, menjadikan pengeluaran ekskreta dalam larutan pekat. 7.3. FAAL GINJAL Ginjal adalah alat ekskresi yang utama pada vertebrata. Fungsi itu menunjang fungsi-fungsi lain yang dilaksanakan ginjal. Ginjal memelihara keajegan lingkungan dalam tubuh dengan mengatur volume dan. Komposisi cairan luar sel. Berhubung dengan itu ginjal tampil dengan berbagai fungsi: 1) Ekskresi elektrolit; 2) Ekskresi limbah organik; 3) Regulasi desakan darah; 4) Regulasi volume eritrosit; 5) Aktivasi vitamin D. Keluaran terakhir dan ginjal ialah urin yang pembentukannya melalui sejumlah proses yang berlangsung di sepanjang nefron. Proses-proses itu ialah: filtrasi, resorpsi, ekskresi, dan sekresi. 7.4. IONO- DAN OSMOREGULASI Semua organisme dihadapkan pada masalah-masalah osmotik bahkan dalam medium yang isosmotik sekalipun. Bermacam-macam mekanisme pengendalian digunakan untuk memelihara agar supaya konsentrasi-konsentrasi osmotik internal selalu tetap dan mencegah berkernbangnya desakan-desakan osmotik yang merusak. lono- dan Osmoregulasi pada kebanyakan hewan harus dikaitkan dengan fungsi-fungsi pengendalian
lingkungan
internal
yang
lain,
misalnya
terrnoregulasi
dan
kesetirnbangan asarn-basa. Osmoregulasi bukan hash dan kesetimbangan kimia dan fisika yang pasif. lono- dan Osmoregulasi tergantung pada mekanisme transpor aktif. Berdasarkan kernampuan toleransinya, hewan dibedakan menjadi: 1. Stenohalin, yaitu organisme yang memiliki toleransi terbatas terhadap perubahan-perubahan
konsentrasi-konsentrasi
Kebanyakan hewan termasuk dalam kategori ini
osrnotis
lingkungan
luar.
2. Eurihalin,. hewan-hewan yang tahan terhadap perubahan konsentrasi osmotis dengan kisaran yang lebih lebar. 3. Osmokonformer, yaitu hewan-hewan yang memiliki koosentrasi cairan tubuh berubah-ubah menyesuaikan dengan lingkungannya. Hewan seperti ini tidak rnengenal sistem pengendalian. 4. Osmoregulator, ialah hewan-hewan yang mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya selalu pada tingkat tertentu dilengkapi dengan sistem pengendalian. lono- dan osmoregulasi dilaksanakan dengan berbagai cara. Pada vertebrata pada dasamya hal mi dilaksanakan oleh ginjal. Tetapi pada hewan-hewan tertentu ginjalnya tidak mampu lagi rnengatasi kelebihan gararn dalarn tubuhnya. Kelebihan gararn yang luar biasa akibat lingkungan tempat hidupnya hipertonis. hewan mengambil makanannya dan lingkungn itu. Hewan-hewan yang berrnasalah seperti ini memiliki alat ekskresi garam di luar ginjal. Dalam hal ini ginjal hanya rnengeluarkan elektrolit divalen. Alat di luar ginjal itu disebut kelenjar garam, fungsinya mengeluarkan ion-ion monovalen. Pada sejenis ikan hiu, Squalus acanthias, memiliki kelenjar garam yang terdapat pada rekturnnya, sehingga juga disebut kelenjar rektum. Alat ini mampu mengeluarkan larutan gararn 2 ml/kg berat badan/jam. Pada reptil laut dijumpai glandula lakrirnalis atau glandula orbitalis yaitu pada penyu laut. Kelenjar ini berguna untuk mengeluarkan kelebihan garam dengan transpor aktif. Penyu hijau (Chelonia. mydas) dapat mengeluarkan larutan yang mengandung 650 m Ek NaCI/ liter. Banyak burung-burung laut yang memiliki kelenjar garam, demikian pula burung-burung padang pasir. Glandula nasalis pada burung camar laut (Larus argentatus) terdiri atas sejumlah lobus berbentuk pipa panjang, masing masing dengan satu kanalis sentralis. Satu lobus terdiri dan atas kelenjar kelenjar berbentuk pipa-pipa halus yang mengalirkan isinya ke dalam kanalis sentralis. Darah mencapai kelenjar itu melalui kapiler-kapiler dengan aliran yang berlawanan dengan aliran getah kelenjar yang disekresikan, sehingga membentuk sistem aliran berlawanan. Di tempat itu terjadi transpor aktif Na+ dan danah ke getah kelenjar. Di dalam getah kelenjar, selain Na+ didapatkan bebenapa elektrolit lain. Lain halnya dengan binatang-binatang air tawar dan danat, permasalahan yang dihadapi ialah mengawetkan elektrolit dan air dalam tubuhnya. Berbagai cara telah berkembang pada berbagai spesies untuk mengatasi masalah itu.
7.5. PENGATURAN HILAI pH Derajat keasaman (pH) plasma dan sel dapat diubah oleh sejumlah faktor yang mempengaruhi rasio [HCO3]/[C02] baik langsung atau tidak langsung: 1. Produksi asam oleh proses-proses metabolisme normal. Kebanyakan asam berupa CO2 dikeluarkan melalui paru. Sejumlah kecil asam terikat diturunkan dan protein-protein yang mengandung sulfur dan fosfor dan lemak serta karbohidrat (asam-asam laktat. asetoasetat. Li,-hidroksibutirat. ketoasetat. dll). 2. Produksi basa oleh metabolisme substansi tumbuhan (seperti pada herbivora) menyebabkan peningkatan HC03 dan pH meningkat. 3. Perubahan kosentrasi CO2 (pCO2). Peningkatan pCO2 menurunkan pH. 4. Perubahan kosentrasi HC03 Peningkatan HCO3 meningkatkan pH. Derajat keasaman (pH) sel maupun cairan luar sel seperti darah nilainya beragam Nilai pH dipelihara oleh sistem penyangga dalam darah, getah bening, getah janingan. dan dalam sel. Beberapa contoh nilal pH : Darah manusia 7,3 – 7,5; darah cyprinus carpio 7,89 – 7,92 darah Rana catesbeiana 7,77 – 7,92 darah iguana-iguana 7,49 – 7,69 dll. Pasangan-pasangan
penyangga
dalam
sel
mengandung
K+,
sedang
pasangan-pasangan penyangga luar sel mengandung Na+. Pasangan-pasangan penyangga dalam sel : Kalium monohidrogen fosfat
K2HP04 + H+
Kalium dihidrogen fosfat
KH2P04 + K+ OH +
KH2P04 + K+ K2HP04 + HOH
H2C03 + K+
Kalium bikarbonat
KHC03 + H
Hidrogen karbonat
H2C03 + K+ + OH-
Kalium proteinat
KPr + H+
Hidrogen proteinat
HPr + K+ + OH -
KHC03 + HOH
HPr + K+ KPr + HOH
Pasangan-pasangan penyangga dalam cairan luar sel : serupa dengan cairan dalam sel tetapi kalium diganti dengan natrium.