VIDEO KOMUNITAS DALAM MENUNJANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI DESA BATUR, KEC. GETASAN, KAB. SEMARANG
Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi karena tingginya angka buta aksara di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dengan menerapkan ilmu yang diperoleh di ruang kuliah, kami mencoba membantu pemerintah maupun masyarakat getasan untuk mengurangi angka buta aksara. Video komunitas adalah video yang dibuat dengan actor dan aktrisnya adalah masyarakat setempat. Video ini berisi pengenalan alphabet dan penggunaan huruf-huruf tersebut dalam kalimat tunggal maupun kalimat majemuk. Video ini diharapkan dapat menunjang system belajar mengajar dalam kelompok-kelompok fungsional (KF) yakni sebutan bagi sebuah kelompok yang belajar membaca dan menulis dengan system Kejar Paket A maupun Kejar Paker B selain juga tentunya membawa manfaat bagi tutor KF maupun bagi masyarakat Getasan sendiri. Keyword : Buta aksara, video komunitas, kelompok fungsional
Latar Belakang Penelitian ini dilatarbelakangi karena tersedianya dana penelitian dari Dikti bagi pengembangan kreatifitas mahasiswa. Ide untuk membuat penelitian berasal dari pengetahuan salah seorang anggota penelitian yang tinggal di desa tersebut. Pengetahuannya tentang tingginya angka buta aksara digabungkan dengan tersedianya buku yang khusus membahas tentang video komunitas, melahirkan gagasan untuk mengajukan ide ini ke tingkat universitas. Data dari BPS sungguh mengejutkan. Tingkat buta aksara tertinggi berada di Kecamatan Getasan, Jawa Tengah. Buta aksara selalu dikaitkan dengan kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan simbol – simbol ketidakberdayaan lainnya. Buta aksara secara sederhana biasa diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk mengenal huruf latin (membaca) dan angka (menghitung). Fenomena tentang buta aksara ini telah lama menjadi sorotan di Indonesia, karena tinggi rendahnya angka buta aksara suatu Negara menjadi cermin kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) dari Negara tersebut. Di era globalisasi saat ini, IPTEK telah berkembang dengan sangat pesat. Namun, patut disayangkan bahwa angka buta aksara di Indonesia masih tinggi, terutama di daerah – daerah pedesaan dan pedalaman. Padahal untuk mampu menguasai teknologi dalam segala bidang kehidupan ini paling tidak syarat utamanya adalah melek aksara. Dengan kata lain, jika masih banyak masyarakat yang buta aksara di Indonesia, berarti Indonesia akan ketinggalan dalam banyak bidang dengan Negara – Negara lain dan manfaat kemajuan IPTEK pun tidak akan dapat merata di Negara kita. Masih tingginya angka buta aksara ini merupakan permasalahan tersendiri bagi Indonesia, karena selama ini telah banyak program yang dibuat sebagai upaya untuk pemberantasan buta aksara. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), angka buta aksara masyarakat Indonesia 14,6 juta pada tahun 2005 atau sekitar 9,6 persen. Pada tahun 2007 angka buta aksara telah menurun menjadi 12,2 juta orang atau 7,9 persen. (www.bkkbn.go.id). Memang ada penurunan angka buta aksara di Negara kita, namun tetap masih banyak saja jumlah masyarakat yang buta aksara. Hasil penilaian Program Pembangunan PBB ( UNDP ) pada tahun 2004, yang salah satu point penilaiannya adalah banyaknya angka melek aksara di suatu
Negara, ternyata Indonesia menduduki urutan ke-111 dari 175 negara, jauh di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Pilipina. Sungguh tragis ketika kita melihat peringkat negara kita tersebut. Selama ini program yang sedang dijalankan pemerintah untuk memberantas buta aksara adalah dengan mencanangkan Gerakan Desa Tuntas Buta Kasara. Gerakan Desa Tuntas Buta Aksara merupakan suatu langkah dalam membangun komitmen bersama seluruh unsur masyarakat guna melakukan kegiatan secara sistematis dan terorganisir guna menuntaskan Buta Aksara melalui kegiatan pembelajaran di setiap desa yang masih ada penduduk buta aksaranya melalui pendekatan partisipatif dengan prinsip pembelajaran yang mengarah pada pengembangan konteks lokal dengan bahan ajar tematis. Metode pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama ini adalah dengan menggunakan tutor yang mengadakan pembelajaran 3 kali dalam 1 minggu. Masyarakat dibagi dalam kelompok – kelompok. Yang mengikuti program ini yaitu warga yang buta hurf murni, putus SD kelas 1, 2, dan 3 ( prioritas usia 14 – 44 tahun ), pengangguran dan berpenghasilan rendah. Bahan belajar yang selama ini mereka gunakan adalah semua bahan belajar yang ada di sekitar warga. Misalnya saja majalah, Koran, radio, surat, poster, KTP. Perangko, dll. Metode yang selama ini ada masih terpaku pada proses belajar guru dan murid seperti di sekolah – sekolah pada umumnya ( metode belajar konvensional ). Metode semacam ini memang tidak salah, namun terkadang bagi peserta ajar mungkin terkesan kurang menarik dan menyenangkan sehingga ada kemungkinan cepat bosan. Selain itu metode belajar konvensional juga menimbulkan adanya asumsi bahwa jika tidak ada guru ( Tutor ) maka tidak ada proses belajar. Tentu saja hal itu salah karena belajar itu harus dilakukan setiap saat dengan memanfaatkan media – media yang ada. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk sarana belajar yang menarik dan menyenangkan adalah dengan menggunakan video komunitas. Selama ini belum ada ide pembuatan video komunitas sebagai sarana belajar penunjang program yang telah ada untuk pemberantasan buta aksara di Jawa Tengah. Video komunitas secara singkat merupakan sebuah media komunikasi audio visual dimana dalam keseluruhan proses-proses pembuatannya melibatkan anggota kelompok masyarakat dimana video tersebut dibuat dan digunakan untuk memberdayakan, mendidik, dan mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tantangan jaman. Mengapa Video Komunitas?. Karena selama ini belum banyak orang yang sadar bahwa video komunitas memiliki kekuatan yang cukup besar untuk peningkatan pendidikan dan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk program pemberantasan buta aksara. Video komunitas tidak hanya merangsang visualisasi masyarakat tetapi juga audio dan gerak sekaligus. Selain itu video komunitas lebih menyentuh proximity atau kedekatan secara emosional dengan masyarakat karena masyarakat atau komunitas di daerah tersebut akan dilibatkan secara langsung dalam keseluruhan pembuatan video tersebut. Dengan demikian maka video komunitas memungkinkan adanya proses belajar yang menyenangkan dan tidak terkesan seperti metode pembelajaran konvensional, yang melulu melibatkan guru dan murid. Selain itu video komunitas ini juga memungkinan adanya proses belajar diluar jam – jam pembelajaran rutin yang sudah dijadwalkan, karena masyarakat dapat belajar sendiri dengan menggunakan video komunitas tersebut kapanpun mereka mau dan ada waktu. Latar belakang pemilihan tempat penelitian di Desa Batur, Kec. Getasan, Kab. Semarang sendiri adalah karena adanya beberapa pertimbangan, yaitu diantaranya adalah karena Batur merupakan desa dengan angka buta aksara yang tertinggi di Kec. Getasan dan selama ini Gerakan Desa Tuntas Buta Aksara juga sedang dijalankan di Desa tersebut.
A. MONOGRAFI DAN GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN Desa Batur merupakan sebuah desa yang terletak kecamatan Getasan, Kab.Semarang, Jawa Tengah, tepatnya di lereng gunung Merbabu. Desa yang sebagian besar wilayahnya berbukit dan bergunung ini terbagi menjadi 19 dusun. Masing – masing dusun memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Sebagian besar wilayahnya merupakan tanah kering yang sangat potensial untuk area pertanian, terutama sayur dan buah. Hal tersebut didukung oleh udaranya yang sejuk karena terletak di wilayah pegunungan. Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan data – data desa Batur berdasarkan data monografi kependudukan Maret 2008 :
1. Populasi Penduduk Laki-laki : 3045 jiwa Perempuan : 2457 jiwa Total : 5502 jiwa 2. Usia masyarakat buta aksara Usia masyarakat yang mengalami buta aksara berkisar 15-44 tahun dengan jumlah kurang lebih 140 jiwa 3. Pekerjaan NO. PEKERJAAN JUMLAH 1 PNS 18 2 TNI & POLRI 3 3 Pegawai Swasta 149 4 Pensiunan 18 5 Pengusaha 27 6 Buruh bangunan dan industri 244 7 Buruh tani 761 8 Petani 1973 9 Peternak 861 10 Lain – lain 1448 4. Agama NO 1 2 3 4 5 6
KELOMPOK AGAMA Islam Katholik Kristen Hindu Budha Khonghucu
JUMLAH 3392 4 1681 425 -
5. Pendidikan NO JENIS PENDIDIKAN 1 Tidak sekolah 2 Belum tamat SD 3 Tidak tamat SD 4 Tamat SD 5 Tamat SMP 6 Tamat SMA 7 Tamat Akademi/Diploma 8 Sarjana ke atas
JUMLAH 587 957 1277 1900 899 364 11 7
6. Sarana Pendidikan NO NAMA SARANA 1 Sekolah Play Group 2 Sekolah TK 3 SD Negeri 4 SD Swasta 5 MI 6 SMP 7 SMA
JUMLAH 7 5 4 3 2 -
8 9
Perguruan Tinggi Pondok Pesantren
1
7. Batas Wilayah Utara : Getasan Selatan : Kab. Magelang Barat : Tajuk Timur : Kopeng Untuk pelaksanaan PKMM Video Komunitas dalam menunjang pemberantasan buta aksara di desa Batur, tim kami mengambil 3 dusun sebagai tempat pelasanaan kegiatan. Ketiga dusun tersebut adalah Tekelan, Tawang, dan Selo Ngisor. Alasan penetapan tiga dusun tersebut berdasarkan survey awal yang kami lakukan, yaitu : a. Tiga dusun tersebut memiliki angka buta huruf yang paling tinggi dibandingkan dusun lain. b. Sarana dan fasilitas pendidikan di ketiga dusun tersebut masih kurang menunjang, sehingga perlu upaya alternative untuk pembelajaran sendiri di rumah. c. Sebagian besar masyarakat yang masih buta aksara merasa malu jika harus belajar aksara bersama – sama, mereka bahkan merasa belajar tidak terlalu penting karena mereka hnayalah seorang petani yang tidak terlalu perlu untuk bisa membaca dan menulis. Stereotype itulah yang harus di ubah lewat hadirnya video komunitas yang menawarkan sarana pembelajaran kapan saja, dimana saja, dan tentu sangat menyenangkan. d. Di ketiga dusun tersebut juga sempat dilaksanakan program KF (kebutaaksaraan fungsional), yaitu program pemerintah untuk memberantas buta aksara di desa – desa, sehingga pelaksanaan program video komunitas kami ini dapat dijadikan sebagai penunjang program pemerintah yang telah berjalan, dengan harapan masyarakat yang ikut tidak melupakan pelajaran yang telah mereka peroleh.
B. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
Variabel dalam pengabdian masyarakat : 1. masyarakat buta aksara 2. video komunitas Model yang digunakan : Pengabdian pasif, yakni tidak terlibat secara langsung dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Teknik Pengumpulan Data : b. Wawancara mendalam dengan masyarakat di Desa Batur c. Data yang terdokumentasi, berupa literature, atikel atau buku, rekaman gambar audio visual. Metode yang digunakan berupa video komunitas tutorial dalam bentuk VCD yang dibagi dalam 3 bagian VCD sesuai dengan tingkatan materinya (mudah, sedang, sulit)
C. GAMBARAN TEKNOLOGI YANG AKAN DITERAP-KEMBANGKAN Teknologi yang kami terap-kembangkan adalah video komunitas yang akan dimanfaatkan untuk program pemberantasan buta aksara di desa Batur. Video komunitas ini dikemas dalam bentuk VCD, yang berisi materi – materi pembelajaran untuk masyarakat yang buta aksara. VCD ini akan menampilkan beberapa segmen yang semakin berkembang. Yang pertama adalah pengenalan alphabet atau huruf – huruf, kemudian yang berikutnya adalah penggunaan huruf – huruf dalam kata dan benda – benda yang ada di sekitar masyarakat disetai dengan bagaimana menuliskannya. Segmen yang terakhir berisi video sebuah kegiatan untuk membuat sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan kemudian bahan – bahan atau pun langkahnya akan ditulis dalam huruf – huruf, sehingga masyarakat tidak hanya bisa menulis dan membaca tapi juga menerapkan pembuatan produk – produk yang akan berguna bagi
mereka. Dalam segmen yang terakhir ini kami akan menghadirkan proses pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi. Alasannya adalah karena di desa Batur peternak sapi sudah cukup banyak, namun mereka belum bisa menggunakan kotoran sapi secara maksimal. Selama ini mereka hanya menggunakan kotoran sapi begitu saja tanpa campuran apapun, Padahal jika diolah dengan baik kotoran sapi bisa dijual atau pun digunakan untuk pertanian dengan keuntungan yang lebih maksimal. Untuk pembuatan formula campuran kotoran sapi ini, kami bekerja sama dengan seorang sarjana pertanian, sehingga dapat tercipta formula pupuk yang baik dan teruji. Pengambilan gambarnya pun juga di desa Batur sendiri sebagai settingnya. Itulah keunikan dari video komunitas dibandingkan dengan video biasa. Keunikan tersebut memungkinkan kedekatan secara emosional (proximity) antara masyarakat dengan video komunitas yang dibuat, sehingga proses belajar nantinya diharapkan lebih menarik, menyenangkan, dan lebih fleksibel.
D. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN Pelaksanaan program kami ini dimulai pada minggu pertam bulan Maret 2008. berikut ini adalah laporan pelaksanaan kegitan kami, baik yang sudah kami kerjakan, dan yang masih akan kami kerjakan : Kegiatan yang kami lakukan adalah : Survey dan mengenal lebih dekat lokasi pelaksanaan program Kegiatan ini kami lakukan pada minggu pertama hingga minggu kedua bulan Maret. Pelaksanaan survey ini selain untuk mendapatkan data – data yang kami butuhkan, juga supaya kami mengenal wilayah desa setempat sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya. Kegiatan ini memang cukup memakan waktu lama karena banyak kendala yang kami hadapi. Misalnya wilayah desa yang sangat luas, kondisi cuaca yang sering hujan pada saat itu sehingga kami harus menunda perjalanan untuk mendapatkan data – data dari desa setempat. Sosialisasi dan mengurus perijinan dengan aparat desa setempat Kegiatan ini kami laksanakan setelah kami melaksanakan pencarian data. Pada kegiatan ini kami menemui kepala desa ( lurah ) setempat untuk menjelaskan program kami, dan kami juga menemui kadus di beberapa dusun yang akan kami pakai sebagai tempat pelaksanaan. Selain itu kami juga menyempatkan untuk bertemu denga guru – guru yang mengajar disana untuk mengetahui kendala – kendala pembelajaran. Pada tgl 13 maret 2008 kami mendatangi kantor PLS (Pendidikan Luar Sekolah) dan mengikuti rapat yang dihadiri tutor – tutor pemberantasan kebutaaksaraan fungsional di desa – desa. Pada kesempatan tersebut kami menjelaskan program kami, dan mendapat sambutan yang baik dari para tutor, bahkan kami dapat sharing dengan mereka sehingga menambah data kami tentang hambatan dan kendala untuk melakukan proses belajar kepada masyarakat di desa. Pembuatan materi isi video dan storyboard Penetapan isi video dan pembuatan storyboard untuk video, kami laksanakan pada minggu ke empat Maret. Penetapan isi dari video komunitas ini juga berdasarkan hasil diskusi dengan para guru – guru di desa batur dan juga tutor – tutor KF. Kami sengaja membagi isi video menjadi 3 segment untuk memberikan tahapan yang runtut bagi orang yang belajar nantinya. Isi yang awal adalah sekadar mengenalan alphabet dari A sampai Z, sehingga orang yang buta aksara murni dpat diperkenalkan lebih dulu huruf – huruf. Segmen yang selanjutnya adalah penggunaan huruf – huruf tersebut dalam kata dan benda yang sering mereka jumpai di sekitar mereka. Kemudian segmen yang terakhir adalah video tentang kegiatan pembuatan pupuk organic dari kotoran sapi. Pada segmen ini orang yang belajar menggunakan video ini tidak hanya belajar cara menuliskan bahan – bahan pembuatan pupuk dan penulisan langkah – langkahnya tapi juga sekaligus mendapat tambahan pengetahuan tentang pembuatan pupuk yang nantinya dapat mereka
terapkan atau bahkan meningkatkan kondisi ekonomi mereka karena pupuk itu bisa dijual atau pun bisa dipakai sendiri untuk pertanian mereka sehingga mereka tidak perlu membeli pupuk buatan pabrik terlalu banyak. Setelah selesai menetapkan materi isi video, kami membuat storyboard untuk memudahakan shooting dan take gambar untuk video ini. Shooting dan pengambilan gambar Shooting dan pengambilan gambar ini kami lakukan pada bulan april, selama satu bulan. Setting yang dipakai adalah wilayah desa Batur. Kami lebih banyak mengambil gambar – gambar pertanian dan benda – benda yang sering dijumpai masyarakat setiap hari, dengan demikian video ini akan lebih familiar bagi masyarakat. Editing Editing kami mulai pada awal bulan Mei Shooting dan pengambilan gambar untuk segmen 3 Shooting dan pengambilan gambar untuk segmen 3 yang berisi tentang penduan pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organic ini baru akan kami laksanakan pada akhir bulan Mei, karena kami bekerja sama dengan seorang lulusan Fakultas Pertanian UKSW dan masih harus menunggu kepastian sekaligus masih harus mempersiapkan bahan – bahan yang kami butuhkan. Editing Editing yang dimaksud adalah editing untuk segmen 3 dan juga finishing keseluruhan video komunitas kami. Editing ini akan kami lakukan setelah shooting segmen 3 Pembuatan cover CD, copy video, dan pengemasan Distribusi ke desa Batur dan sosialisasi VCD
Penutup Setelah melaksanakan beberapa program yang kami rancang, kami menemui beberapa hambatan dan kendala dalam pelaksanaan pembuatan video komunitas ini, yaitu antara lain : Mentalitas masyarakat setempat yang sudah merasa tidak perlu belajar atau juga malu untuk belajar, karena sebagian besar yang buta aksara adalah orang – orang yang sudah cukup tua. Sulitnya menemui aparat desa atau pun orang – orang yang berhubungan dengan pembuatan video ini, sehingga pekerjaan kami pun menjadi tertunda. Cuaca yang tidak menentu dan juga iklim desa Batur yang sering berkabut dan hujan sehingga tidak memungkinkan kami untuk melakukan shooting outdoor. Namun secara keseluruhan, pelaksanaan penelitian ini berlangsung sesuai dengan perencaan. Tentu masih saja terdapat kekurangan di beberapa bagian. Oleh karena itu, suatu saat nanti kami berharap akan dapat melaksanakan penelitian lanjutan atau mungkin adik-adik kelas kami yang akan melakukan penelitian lanjutan tersebut. Dengan membawa misi bagi pemberdayaan masyarakat dalam rangka sinergisitas perguruan tinggi dan masyrakat untuk menciptakan kesejahteraan bersama.