UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI PAJAK PARKIR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MADIUN
SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
Haris Bayukarno Putra D 1105519 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
ii
iii
MOTTO
HIDUP HANYA MENUNDA KEKALAHAN DAN TAHU ADA YANG TETAP TIDAK TERKATAKAN SEBELUM PADA AKHIRNYA MENYERAH (Chairil Anwar – Seribu Tahun)
Ketika kucari jiwaku, Ia tak tampak Ketika kucari Tuhanku, Dia pun menghindar Namun ketika aku cari saudaraku, Kutemukan ketiganya (Mahatma Gandhi)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada: -
Kedua orang tuaku tercinta yang telah membiayai kuliah dan memberikan fasilitas dalam study
-
Adik-adikku tersayang dan tercinta ( Ayu dan Iqball. Yang sudah begitu sabar, dan mendoakan.)
-
Beloved Dewi untuk pengertian dan semangatnya selama ini
-
PUNKS sebagai inspirasi dalam pemikiran positif dan revolusi dalam hidupku (oioioi…….!!!)
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Melalui Pajak Parkir Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun. Pada kesempatan ini, dalam suka cita penulis hendak menyampaikan ucapan trima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bimbingan dan bantuan, sehingga pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu terima kasih banyak saya haturkan kepada: 1. Bapak Drs. Agung Priyono, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu dan kesabarannya untuk membimbing dan memberikan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 2. Seluruh Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun atas bantuan dan keramah-tamahannya. 3. Papi Mami dan adik-adikku (Ayu dan Iqball), My beloved Dewi, dan seluruh keluarga besar Madiun terima kasih atas support tiada hentinya.Kawankawanku Administrasi Negara Non Reguler 2005-2007, Kost Putra Manut ( All MatraMan People), Kawan-kawan di Madiun dan Manado. Terima kasih atas waktu dan tenaga kalian yang begitu berharga buatku. 4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah turut serta memberikan semangat bantuan dan dukungan sehingga dapat terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...
iii
MOTTO …………………………………………………………………………..
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………….
v
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..
xi
DAFTAR BAGAN ………………………………………………………………. xii ABSTRAK ………………………………………………………………………. xiii ABSTRACK …………………………………………………………………….. xiv BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….
1
B. Perumusan Masalah……………………………………………….
15
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………
15
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………..
16
E. Kajian Teori ………………………………………………………
16
F. Kerangka Pemikiran ……………………………………………… 30 G. Metodologi Penelitian ……………………………………………. BAB II
32
DESKRIPSI LOKASI ……………………………………………….. 39 A. Lokasi Penelitian …………………………………………………
39
B. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun ……..
40
C. Kepegawaian ……………………………………………………..
55
D. Peraturan Daerah Kota Madiun Nomer 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir ……………………………………………………………...
vii
58
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ……………………………. 62 A. Upaya Peningkatan Pendapatan Pajak Parkir …………………….
62
B. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun ……………...
80
C. Hambatan-hambatan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Parkir
82
D. Upaya-upaya dalam Mengatasi Hambatan Penerimaan Pendapatan
BAB IV
Pajak Parkir ……………………………………………………….
83
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………...
86
A. KESIMPULAN ………………………………………………….
86
B. SARAN …………………………………………………………… 88 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 89 PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1
Realisasi Pendapatan Pajak Parkir Kota Madiun ………………..6
Tabel I.2
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun ............................9
Tabel I.3
Realisasi Pendapatan Retribusi Parkir Umum Kota Madiun ......10
Tabel I.4
Realisasi Pendapatan Retribusi Parkir Khusus Kota Madiun ….11
Tabel I.5
Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2008 ……11
Tabel I.6
Realisasi Pendapatan Pajak Parkir Kota Madiun .......................12
Tabel I.7
Wajib Pajak Parkir ..........................................................................13
Tabel II.1
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin………………….....56
Tabel II.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan……………...56
Tabel II.3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Bidang Tugas…………………….57
Tabel II.4
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan…………………………58
Tabel III.1
Jumlah Wajib Pajak Parkir……………………………………….69
Tabel III.2
Wajib Pajak Parkir Kota Madiun………………………………...71
Tabel III.3
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun………………...81
Tabel III.4
Sasaran Pendapatan Daerah Menurut Sektor dan Jenisnya……82
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1
Skema Kerangka Pemikiran…………………………………...31
Gambar I.2
Model Analisis Data Interaktif………………………………...38
Gambar II.1
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun …………………………………………………………………...43
Gambar III.1
Skema Alur Pendaftaran………………………………………66
Gambar III.2
Contoh Blangko DPD…………………………………………..76
x
ABSTRAK Haris Bayukarno Putra. D 1105519. Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Melalui Pajak Parkir Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun: Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010. 89 Halaman.
Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Pajak Parkir yang selanjutnya disingkat Pajak adalah Pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan Tempat Parkir. Tempat Parkir adalah tempat parkir di luar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan Tempat Penitipan Kendaraan Bermotor dan Garasi kendaraan Bermotor yang memungut bayaran. berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik meneliti tentang Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui Pajak Parkir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya-upaya di Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah melaui Pajak parkir dan hamabatan-hamabatan yang dihadapi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Validitas data menggunakan Triangulasi Sumber dan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun yaitu pendataan dan sistem pemungutan. Pendataan dan Pemeungutan yang dilakukan oleh petugas sudah cukup baik. Pendataan merupakan kegiatan rutinitas dalam setiap bulannya. Dasar pemungutan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomer 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir. Hambatan-hambatan yang memepengaruhi penerimaan Pendapatan adalah wajib pajak yang tidak tepat waktu dalam membayar pajak dan obyek pajak yang berpindah-pindah.
xi
ABSTRACT HARIS BAYUKARNO PUTRA. D 1105519. The efforts of Dinas Pendapatan Daerah Madiun in increasing its real income through parking tax: Thesis. Administration Science Departement. Faculty of Social and Political Science. Sebelas Maret University, Surakarta. 2010. 89 Pages.
Tax parking is unmoved circumstance of permanent vehicles. Parking Tax (Tax) is subjected to parking place coordinator. Parking Place is a place in off-street places that are managed by private owners or city government includes entrust vehicles places and vehicles garage. Therefore the writer interested in conducting a research about the efforts of Dinas Pendapatan Daerah Madiun in increasing its real income through parking tax. The aim of this research is to find out the efforts of Dinas Pendapatan Daerah Madiun in increasing its real income through parking tax and also the obstacles of Dinas Pendapatan Daerah Madiun. This research is a qualitative descriptive research. The data is collected with observation, interview and documentation. Data Validity uses source triangulation, whereas the technique of analyzing data uses interactive analysis technique. The result shows that the efforts of Dinas Pendapatan Daerah Madiun in increasing its real income through parking tax in data surveying and assessment system are well enough. Data surveying is a routine activity done every month. The assessment system based on Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 9 Tahun 2001 about Parking Tax. The obstacles are tax obligations pay the tax unpunctually and tax objects are moving out.
.BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
xii
Dalam rangka kelancaran jalannya pelaksanaan pembangunan di daerah, pemerintah
daerah
bertanggung
jawab
untuk
menjamin
pelaksanaan
pembangunan di daerahnya. Hal tersebut sejalan dengan pelaksanaan pemantapan otonomi di daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, dimana pemerintah daerah diberikan kesempatan untuk mengembangkan sumber-sumber keuangan, disamping itu pemerintah daerah diharapkan akan mampu menggali potensi
daerahnya
sehingga
sumber-sumber
penerimaan
daerah
dapat
ditingkatkan. Keuangan daerah merupakan salah satu aspek penentu dalam keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah. Aspek ini menggunakan prinsip Money Follow Function yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan. Dalam menangani masalah pendanaan daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya dalam mengelola keuangan daerah dan daerah juga mempunyai kewajiban menganggung pembiayaan daerahnya sendiri. Dalam rangka menunjang keberhasilan pengumpulan dana pembiayaan pelaksanaan pembangunan, pemerintah daerah harus berusaha untuk menggali dan meningkatkan potensi yang ada didalamnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang murni digali sendiri oleh pemerintah daerah yang bersumber pada hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
xiii
lain – lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah yang menggali dana untuk pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Pemerintah daerah memiliki kekuasaan sepenuhnya untuk mengurusi urusan rumah tangga daerahnya termasuk pembangunan perekonomian, sehingga pemerintah daerah juga harus memiliki dana yang cukup untuk membiayai semua kegiatan daerahnya. Sumber pendapatan daerah salah satunya berasal dari pendapatan asli daerah yang didalamnya terdapat komponen antara lain pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah, dan pendapatan lain-lain. Pada tahun 1999 Pemerintah Indonesia menetapkan dan mengeluarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undangundang tersebut dikeluarkan untuk menggantikan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa dimana Undang-undang tersebut dalam pelaksanaanya dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan dan pemerintahan daerah saat ini. Pada Tahun 2004, Undang-undang No. 22 Tahun 1999 diganti dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pergantian tersebut dikarenakan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemeritahan Daerah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntunan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti (pembukaan Undangundang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah). Ketidaksesuaian
xiv
Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pemerintahan daerah dikarenakan pelaksanaan pemerintahan daerah dengan pola sebagaimana dalam Udang-undang No. 5 Tahun 1974, selain kurang mengakui eksistensi pemerintahan daerah, juga kurang memberikan kewenangan daerah untuk mengelola rumah tangga daerahnya sendiri, sehingga segala sesuatunya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, baik dalam pembuatan keputusan daerah maupun dalam pengelolaan sumber daya dan sumber dana daerah. Dalam sistem Pemerintahan Daerah yang lama, pengelolaan bertumpu pada kebijakan pada pemerintah pusat, sedangkan dalam sistem pemerintahan yang baru, sebagai mana diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004, kewenangan dalam pengelolaan rumah tangga daerah bertumpu pada kinerja dan kemampuaan sumber daya daerah yang bersangkutan. Jadi pembangunan daerah tidak menjadi tanggung jawab pemerintah pusat saja tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah di dalam mengurusi rumah tangganya sendiri. Dalam melaksanakan otonomi daerah, kewenangan pusat dilimpakan kepada daerah sehingga pemerintah daerah mempunyai keleluasaan dalam mengelola rumah tangganya sendiri. Dengan keleluasaan yang dimiliki tersebut, menjadikan tanggung jawab daerah semakin besar. Dengan tantangan yang semakin besar, pemerintah daerah harus bisa mengelola daerahnya dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai terjadi, karena adanya otonomi membuat daerah tersebut menjadi tidak berkembang karena tidak mampu mengelola suber dana dan sumber dayanya sendiri. Pemberian kewenagan
xv
pusat kepada daerah dalam mengelola sumber-sumber daerah, termasuk didalamnya sumber dananya, tercantum dalam undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 157. Adapun sumber-sumber pendapatan daerah sebagaimana tercantum dalam pasal tersebut adalah: 1. Pendapatan Asli Daerah yaitu : a. Hasil Pajak Daerah b. Hasil Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 2. Dana Pembangunan 3. Pinjaman Daerah 4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Dari sumber pendapatan di atas, Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi, di mana daerah harus membiayai rumah tangganya sendiri, Pajak Parkir merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah menjadi salah satu komponen yang sangat diandalkan guna membiayai pelaksanaan otonomi tersebut. Hal ini karena setiap daerah memiliki potensi daerah yang bisa diandalkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah, walaupun berbeda daerah satu dengan yang lainnya, dan dengan pengelolaan yang tepat maka akan menjadi sumber pendapatan daerah yang ideal dan potensial bagi daerah yang bersangkutan. Kota Madiun sebuah kota sedang yang berada di wilayah Jawa
xvi
Timur bagian barat yang berada dalam wilayah Bakorwil I Provinsi Jawa Timur, Bakorwil I sendiri meliputi daerah Eks. Karesidenan Madiun, yang meliputi wilayah Magetan, Ngawi, Ponorogo, dan Pacitan. Meski berada di wilayah Jawa Timur, secara kultural Madiun lebih dekat ke budaya Jawa Tengahan, karena lebih dekat secara geografis. Madiun merupakan pintu gerbang dan terletak di persimpangan jalur utama Propinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah serta dijadikan sebagai pusat pengembangan Jawa Timur Bagian Barat, menjadikan Kota Madiun sebagai tempat yang strategis untuk mengembangkan bisnis. Kota Madiun memiliki sarana dan prasarana yang memadai sebagai tempat transit bagi wisatawan saat berkunjung di Madiun hal ini dikarenakan selain terdapat sarana belanja yang baik di Kota Madiun terdapat hotel mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang dan ditunjang dengan sarana transportasi yang baik di terminal bus antar kota dan stasiun kereta api besar Madiun. Melihat potensi diatas maka tidak mengherankan jika perkembangan perekonomian Kota Madiun dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Pajak Parkir merupakan salah satu pajak daerah yang berpotensi mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Madiun. Dengan melihat perkembangan perekonomian Pajak Parkir sangat berpotensi di Kota Madiun karena Pajak Parkir merupakan pajak terbaru yang masih belum optimal dikelola oleh Dipenda Klaten. Pajak Parkir baru disosialisasikan tahun 2001 dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 9 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir.
xvii
Dan Pajak Parkir dapat diandalkan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Kota Madiun sendiri menyadari bahwa potensi penerimaan pendapatan daerah melalui sektor pajak parkir dapat dikembangkan lagi. Apalagi setiap tahun semakin berkembangnya pembangunan di Kota Madiun baik dari sektor perdagangan, pendidikan dan industri, sejalan dengan semboyan Madiun Kota Gadis sebagai visi Kota Madiun, yaitu tekad Kota Madiun mewujudkan Kota Madiun sebagai Kota Perdagangan, Pendidikan dan Industri. khususnya di Jawa Timur bagian barat. Dengan melihat kondisi tersebut dia atas maka penerimaan penadapatan dari pajak parkir dapat memenuhi target setiap tahunnya. Tabel I.1 Realisasi Pendapatan Pajak Parkir Kota Madiun Tahun 2004-2008 Tahun
Target
Realisasi
%
Anggaran
(Rp)
(Rp)
2004
37.200.000.00
38.016.100,00
2,19
2005
40.345.000,00
56.254.900,00
39,43
2006
41.545.000,00
48.840.900,00
17,56
2007
54.074.000,00
56.919.900,00
5,26
2008
63.669.000,00
71.714.000,00
12,63
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun
. Dengan melihat tabel di atas maka pajak parkir dapat memenuhi target pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Meskipun demikian Pemerintah Kota Madiun berupaya untuk meningkatkan sektor pendapatan dari pajak parkir.
xviii
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi Daerah, ada enam jenis pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota: 1. Pajak Hotel dan Restoran 2. Pajak Hiburan 3. Pajak Reklame 4. Pajak Penerangan Jalan Umum 5. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan 6. Pajak bahan galian golongan C Pentingnya Pendapatan Asli Daerah dalam pelaksanaan penbiayaan daerah dikarenakan Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber keuangan yang digali dan dikelola dari dalam wilayah yang bersangkutan. Mengenai pentingya Pendapatan Asli Daerah dalam pembiayaan daerah dikemukakan oleh Deddy Supriyadi B, Ph.D dan Dadang Solihin, MA sebagai berikut: “Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diharapkan menjadai salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi…” Berkaitan dengan penggalian dan pemberdayaan sumber-sumber pendapatan daerah, suatu daerah diharapkan dapat memanfaatkan seoptimal mungkin apa yang telah menjadi potensi bagi peningkatan pendapatan asli daerahnya, salah
xix
satunya melalui pemungutan pajak daerah. Hal tersebut sesuai dengan Penjelasan Umum Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yaitu: “Bahwa penyelenggara fungsi pemerintah daerah akan terlaksana sacara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dimana sumber penerimaan antar lain berupa: kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan; kewenagan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan.”
Pemerintah Kota Madiun harus mampu mengurus rumah tangganya sendiri, termasuk didalamnya menyediakan atau mengusahakan sendiri dananya untuk pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu Pemerintah Kota Madiun berusaha untuk mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah salah satunya adalah dari sektor pajak daerah. UU No.34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, menyebutkan beberapa jenis pajak yang dikelola oleh pemerintah Daerah/Kota yaitu: 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan
xx
6. Pajak Pengembalian dan Pengelolaan bahan galian Gologan C 7. Pajak Parkir Realisasi Pendapatan Asli Daerah yang dicapai pada Tahun Anggaran 2008 adalah sebesar Rp.27.014.134.400,86 atau sebesar 117,557% dari anggaran sebesar Rp.22.980.184.000,00 dapat di lihat dari tabel 1.1 di bawah ini: Tabel I.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun Tahun Anggaran 2008 No
Uraian
1.
Pajak daerah
2.
Retribusi Daerah
3.
Hasil Pengeleluaran
Anggaran
Realisasi
Rp
Rp
%
7.809.346.000,00
8.597.497.646,00
110,09
10.116.102.000,00
11.626.157.682,50
114,93
1.967.947.000,00
2.145.892.656,78
109,04
3.086.789.000,00
4.644.586.415,58
150,47
22.980.184.000,00
27.014.134.400,86
117,55
Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan
4.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Jumlah
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun
Salah satu Pendapatan asli daerah
yang
cukup potensial untuk
dikembangkan adalah retribusi parkir. Retribusi parkir yang dikelola oleh Pemerintah Kota Madiun terbagi atas: 1. Retribusi parkir umum sesuai dengan Perda No.7 Tahun 2003. 2. Retribusi parkir khusus sesuai dengan Perda No. 16 Tahun 2003.
xxi
Retribusi parkir umum adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa penyediaan tempat pelayanan parkir di tepi jalan umum. Sedangkan yang di maksud Retribusi parkir khusus adalah pungutan daerah atas jasa tempat khusus parkir yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah. Retribusi parkir sendiri tidak dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun melainkan dikelola oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Madiun seperti yang tercantum dalam pasal 13 Perda No. 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kota Madiun, sedangkan Dinas Pendapatan hanya menerima yang kemudian disetorkan ke Kas Daerah Kota Madiun. Berikut adalah rincian realisasi pendapatan retribusi parkir umum sebagai berikut: Tabel I.3 Realisasi Pendapatan Retribusi Parkir Umum Kota Madiun Tahun 2006-2008 Tahun
Anggaran
Realisasi
(Rp)
(Rp)
%
2006
384.000.000,00
468.000.000,00
117,30
2007
420.000.000,00
437.006.000,00
101,16
2008
468.000.000,00
470.400.000,00
100,51
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Madiun Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap tahun penerimaan retribusi parkir selalu memenuhi target yang ditetapkan. Berikut adalah rincian realisasi pendapatan retribusi parkir umum sebagai berikut:
xxii
Tabel I.4 Realisasi Pendapatan Retribusi Parkir Khusus Kota Madiun Tahun 2006-2008 Tahun
Anggaran
Realisasi
(Rp)
(Rp)
%
2006
63.400.000,00
87.528.000,00
103,10
2007
88.600.000,00
114.278.000,00
101,03
2008
138.000.000,00
136.623.500,00
99,00
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Madiun Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penerimaan retribusi parkir khusus dari tahun 2006 sampai dengan 2007 dapat mencapai target yang telah ditetapkan kecuali, pada Tahun 2008 belum memenuhi target. Tabel I.5 Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2008 No
Uraian
Anggaran
Realisasi
(Rp)
(Rp)
%
1.
Pajak Hotel
717.747.000,00
789.888.925,00
110,05
2.
Pajak Restoran
780.875.000,00
863.008.669,00
110,52
3.
Pajak Hiburan
102.051.000,00
125.870.000,00
123,34
4.
Pajak Reklame
702.476.000,00
814.551.105,50
115,95
5.
PajakPenerangan Jalan
5.442.528.000,00
5.932.464.546,50
109,00
xxiii
6.
Pajak Parkir Jumlah
63.669.000,00
71.714.400,00
112,64
7.809.346.000,00
8.597.497.646,00
110,09
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun
Apabila dilihat pada tabel diatas maka pendapatan pada pajak daerah sebagian besar dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Dari jumlah pendapatan
Pajak
Daerah
di
atas,
sebesar
64,64%
atau
sebesar
Rp.5.932.464.546,50 diperoleh dari obyek Pajak Penerangan Jalan yang merupakan pemberi konstribusi pendapatan pajak daerah terbesar. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pajak Daerah mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dan dioptimalkan. Salah satu obyek pajak yang cukup berpotensi untuk dikembangkan antara lain adalah pajak parkir. Kontribusi pajak parkir terhadap pajak daerah Kota Madiun dapat diketahui dalam tabel berikut: Tabel I.6 Realisasi Pendapatan Pajak Parkir Kota Madiun Tahun 2004-2008 Tahun
Target
Realisasi
Anggaran
(Rp)
(Rp)
2004
37.200.000.00
38.016.100,00
102,10
2005
40.345.000,00
56.254.900,00
104,50
2006
41.545.000,00
48.840.900,00
106,70
2007
54.074.000,00
56.919.900,00
105,40
2008
63.669.000,00
71.714.000,00
109,90
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun
xxiv
%
Apabila dilihat pada tabel diatas maka pendapatan pada pajak parkir setiap tahun dapat memenuhi target yang telah ditetapkan Hal tersebut menjadi peluang tersendiri bagi Pemda Kota Madiun untuk meningkatkan potensi yang ada di dalam kota seperti pengembangan semboyan Madiun Kota Gadis sebagai visi Kota Madiun, yaitu tekad Kota Madiun mewujudkan Kota Madiun sebagai Kota Perdagangan, Pendidikan dan Industri. Perda No. 9 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun adalah penyelengaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan dengan pokok usaha maupun yang disediakan berkaitan dengan usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan yang memungut bayaran. Jumlah wajib pajak yang terdata oleh Dispenda Kota Madiun sampai tahun 2009 berjumlah 39 wajib pajak. Berikut adalah daftar wajib pajak parkir di Kota Madiun: Tabel I.7 Wajib Pajak Parkir No Wajib Pajak 1. Penitipan sepeda/motor Koperasi Karya Praja 2. Penitipan sepeda/motor Kawulo Alit 3. Penitipan sepeda/motor Simpang Tiga 4. Achmad Doir 5. Mbak Anik 6. Royan 7. Ibu Aisyah 8. Kantor Imigrasi
xxv
Alamat Jl. Serayu Jl. Bali Jl. Yos Sidarso Jl. Ponorogo Jl. Dr. Soetomo Jl. Puntuk Jl. Ponorogo Jl. Soekarno-Hatta
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Surani RSUD Sogaten Timbul Jaya Plasa (Giant) RSUP Dr. Soedhono Paviliun Merpati Sutrisno Suparno RM. Mbah Jingkrak RS. Griya Husada Partoto Imam Sukemi Chandra Mukito Puskesmas Oro-oro Ombo RS. Santa Clara Arif Nurohman Graha Matahari PT. Askes
Jl. Kompol Sunaryo Jl. Campursari Jl. Pahlawan Jl. Dr. Soetomo Jl. Bali Jl. Puntuk Pasar Pon Jl. Kalimantan Jl. D.I. Pandjaitan Jl. Dr. Soetomo Jl. Panglima Sudirman Jl. Panglima Sudirman Jl. Diponegoro Jl. Bliton Jl. Urip Sumoharjo Jl. Pahlawan Jl. Timor
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun, diolah
Dengan melihat tabel di atas tersebut bahwa potensi untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak parkir cukup potensial. Langkah ke arah tersebut dapat dilihat dari semakin berkembangnya pembangunan di Kota Madiun yang ditandai dengan, diantaranya, banyaknya peritel skala nasional maupun internasional yang melebarkan sayap bisnisnya ke Kota Madiun baik berwujud mini maupun supermarket seperti Indomaret, Alfamart, Matahari, Sri Ratu, Giant bahkan Carefour yang dibangun dibekas terminal lama, Pasar ikan di daerah Joyo, dan lain-lain yang membuat daerah kota sebelah timur tidak sepi sehingga tidak terpusat didaerah pusat kota. Dari segi inilah pendapatan pajak parkir dapat terealisasi disamping dari tempat lain. Taman parkir seharusnya disediakan di tempat-tempat tujuan, baik oleh Pemerintah Daerah maupun swasta, dan sedapat mungkin dihindari di jalan-jalan terusan. Saat ini yang selalu menjadi masalah
xxvi
adalah masalah parkir yang ditinjau dari segi pendapatan daerah (income approach), yaitu tentang tarif dan target. Tujuan pokok perparkiran adalah meniadakan parkir di tepi atau badan jalan dan menyediakan taman-taman parkir, seperti Taman Parkir Sumber Umis yang terletak di Jalan Pahlawan yang dikelola oleh Dispenda. Melihat potensi yang ada di Kota Madiun tersebut, maka diperlukan adanya upaya-upaya dari pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun agar dapat memaksimalkan potensi pajak parkir sehingga nantinya dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun.
B. Perumusan Masalah Pokok Permasalahan yang akan dikaji dalam Penelitian ini adalah: 1. Bagaimana upaya yang diterapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dalam usahanya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak parkir ? 2. Apa saja hambatan-hambatan dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak parkir yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional. Dengan mendasarkan pada perumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui Upaya Dinas
xxvii
Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kota Madiun dalam usaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak parkir. 2. Tujuan Fungsional. Agar hasil penilitian ini memberikan manfaat bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun sebagai acuan untuk melangkah ke depan bagaimana cara meningkatkan keberhasilan usaha. Dari penelitian ini dapat diketahui hal-hal apa saja yang harus dibenahi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun.
3. Tujuan Individual. Penelitian ini juga suatu syarat kelulusan yang merupakan salah satu tugas dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui Upaya Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui penerimaan Pajak Parkir di Kota Madiun. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kota Madiun dalam hal peningkatan pendapatan asli daerah melalui pajak parkir di masa yang akan datang.
xxviii
3. Dapat menjadi tambahan pustaka bagi siapa saja yang ingin mengetahui, mempelajari dan meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan ini. E. Kajian Teori 1. Pengertian Pajak 1.1 Pajak Pengertian pajak secara umum adalah iuran rakyat kepada Negara yang dapat dipaksakan tanpa mendapat balas jasa secara langsung berdasarkan pada undang-undang yang berlaku. Definisi pajak menurut Prof. S.I. Djayadiningrat (S. Munawir, 1993: 2) adalah sebagai berikut: “Pajak
sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada Negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan – peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.”
Definisi pajak menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro (S. Munawir, 1993: 2) adalah: 1. Pajak adalah iuran kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang – undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen perstatie) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
xxix
2. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakam sumber utama untuk membiayai public investement. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja (S. Munawir, 1993: 2) adalah: “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan: 1. Pajak dipungut oleh Negara (baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah) berdasarkan kekuatan Undang-undang serta peraturan pelaksanaannya. 2. Dalam pembayarannya pajak tidak dapat menunjukkan adanya kontra prestasi individu oleh pemerintah atau tidak ada hubungan langsung antar jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu. 3. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan manifestasi kontra prestasi dari Negara. Jadi kontra prestasi dari Negara atas pembayaran pajak tetap ada namun sifatnya umum bukan individu. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah yang bila ada pemasukannya masih terdapat surplus yang digunakan untuk public investement. Jadi tujuan utama dari pemungutan pajak sebagai sumber keuangan Negara.
xxx
5. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang. ( S. Munawir, 1993: 4) 1.2 Dasar Hukum Pajak Dasar hukum pajak diatur dalam pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang”. Pasal ini secara konstitusional merupakan dasar dari sistem pemugutan pajak di Indonesia, sehingga pemungutan pajak di Indonesia mempunyai dasar hukum yang menjamin keadilan dan kepastian hukum bagi Negara maupun warga negaranya.
1.3 Syarat Pemungutan Pajak Agar dalam pemungutan pajak tidak menimbulkan berbagai hambatan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Pemungutan pajak harus adil. Adil dalam pemungutan pajak berarti bahwa dalam pemungutan pajak diselenggarakan sedemikian rupa sehingga setiap orang mendapat beban atau tekanan yang sama. 2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang.
xxxi
Syarat ini disebut syarat yuridis, yaitu bahwa hukum pajak harus dapat memberikan jaminan atau kepastian hukum baik bagi Negara maupun bagi negaranya. 3) Pemungutan pajak tidak boleh menggangu kelancaran roda perekonomian. Pemunguatan pajak harus diupayakan supaya tidak menghambat lancarnya perekonomian, baik di bidang produksi maupun di bidang perdagangan serta jangan sampai merugikan kepentingan umum dan menghalanghalangi usaha rakyatnya dalam menuju kebahagiaan. 4) Pemungutan pajak harus dilaksanakan secara efisien. Dalam melaksanakan pemungutan pajak hendaknya tidak memakan biaya pemungutan yang besar dan pemungutan pajak ini hendaknya dapat mencegah inflasi. 5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk memudahkan warga masyarakat dalam menghitung dan memperhitungkan pajaknya, maka harus diterapkan sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dengan permasalahan pajak yang sulit. Sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah dilaksanakan akan meningkatkan kesadaran dalam membayar pajak. (Mardiasmo, 2002: 2-3). 1.4 Pembagian Jenis pajak
xxxii
Pembagian pajak menurut golongannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Pajak Langsung Dalam pengertian ekonomis pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian administratif pajak langsung adalah pajak yang dipungut secara berkala. 2. Pajak Tidak Langsung Dalam pengertian ekonomis pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain. Yang menanggung beban pajak pajak tidak langsung pada akhirnya adalah pihak ketiga atau konsumen. Dalam pengertian administratif pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang terutangnya pajak. (S. Munawir, 1993: 10) 1.5 Sistem Pemungutan Pajak 1. Official Assesment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada pemungut pajak (fiscus). Dalam sistem ini masyarakat wajib pajak bersifat pasif menunggu ketetapan dari apaartur pajak atau pemungut pajak. 2. Semi Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang tertuang
xxxiii
oleh seseorang berada pada dua pihak yaitu wajib pajak dan pemungut pajak. Dengan sistem ini pada awal tahun pajak, wajib pajak menentukan atau menaksir sendiri besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan. 3. Full Assesment System yaitu suatu sistem pemugutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada orang itu sendiri. Dalam sistem ini wajib pajak harus aktif menghitung, memeperhitungkan, menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri. Pemungut pajak tidak ikut campur tangan dalam penentuan besarnya pajak yang terutang
(kecuali wajib pajak
melanggar peraturan yang berlaku). 4. With Holding System yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh seseorang berada pada pihak ketiga. (Mardiasmo, 2002: 8-9). 1.6 Fungsi Pajak Pemerintah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap menempatkan sesuai dengan fungsinya. Adapun fungsi pajak dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu : 1) Fungsi Budgeter yaitu sebagai alat untuk mengisi kas negara (daerah) yang
digunakan
untuk
membiayai
pembangunan.
xxxiv
kegiatan
pemerintahan
dan
2) Fungsi Regulator yaitu bila pajak dipergunakan sebagai alat mengatur untuk mencapai tujuan, misalnya: pajak minuman keras dimaksudkan agar rakyat menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras, pajak ekspor dimaksudkan untuk mengekang pertumbuhan ekspor komoditi tertentu dalam rangka menghindari kelangkaan produk tersebut di dalam negeri. 3) Fungsi Demokrasi Pajak dipungut sebagai wujud bentuk persamaan partisipasi dalam pembangunan oleh masyarakat. 4) Fungsi Redistribusi Pajak dipungut kepada semua lapisan sebagai wujud untuk menegakkan keadilan sosial, dengan diwujudkan dalan struktur tarif progresif.
2. Pengertian Pajak Daerah 2.1 Pajak Daerah Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah Pajak Daerah merupakan salah satu andalan Pendapatan Asli Daerah disamping Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang dipisahkan. Menurut Undang-Undang nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
xxxv
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Pemerintah Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak Daerah dapat dipaksakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan daerah. Kriteria Pajak Daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria Pajak Pusat, yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Menurut Davey (dalam Suandy, 2000) ada 4 (empat) kriteria dari Pajak Daerah yaitu: 1) Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan dari daerah sendiri. 2) Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan Pemerintah Pusat dan penetapan tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah. 3) Pajak yang ditetapkan dan dipungut oleh Pemerintah Daerah. 4) Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah tetapi hasil pungutannya diberikan kepada Pemerintah Daerah. Dari kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Pajak Daerah adalah pajak yang ditetapkan dan dipungut di wilayah daerah dan ada bagi hasil antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 2.2 Ciri-ciri Pajak Daerah.
xxxvi
Untuk mempertahankan prinsip-prinsip Pajak Daerah maka perpajakan daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri yang dimaksud sebagai berikut: 1) Pajak Daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya. 2) Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuatif terlalu besar, kadang-kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara tajam. 3) Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan (benefit) dan kemampuan untuk membayar (ability to pay). 2.3 Ketentuan Pungutan Pajak daerah dan Retribusi Daerah Pengaturan kewenangan mengenai pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia telah diatur sejak lama, terutama sejak tahun 1997 dengan dikeluarkannya UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Namun dalam perkembangannya UU No.18 Tahun 1997 dianggap kurang memberikan peluang kepada Daerah untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam UU tersebut sebenarnya memberikan kewenangan kepada daerah, namun harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Pada waktu UU No. 18 Tahun 1997 berlaku belum ada satupun daerah yang mengusulkan pungutan baru karena dianggap hal tersebut sulit dilakukan. Selain itu, pengaturan agar Peraturan Daerah (Perda) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus mendapat
xxxvii
pengesahan dari pusat juga dianggap telah mengurangi Otonomi Daerah. Seiring dengan keluarnya UU No.22/1999 dan UU No.25/1999, maka UU No.18 Tahun 1997 menjadi UU No.34 Tahun 2000, diharapkan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah akan menjadi salah satu Pendapatan Asli Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dalam UU No. 34 Tahun 2000 pasal 2 ayat 2 dan Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah menjelaskan jenis-jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota. Besarnya tarif yang berlaku definitif untuk pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam UU tersebut. Dasar pengenaan tarif Pajak Daerah ada dalam UU No.34/2000 Pasal 3 ayat (1). Berikut jenis Pajak Daerah beserta tarif maksimal yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah : 1. Jenis Pajak Propinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5% (lima persen); b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Atas Air 10% (sepuluh persen); c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5% (lima persen); d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 20% (dua puluh persen).
xxxviii
Hasil penerimaan Pajak Provinsi sebagian diperuntukkan bagi daerah Kabupaten atau Kota di Wilayah Provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air diserahkan kepada daerah Kabupaten atau Kota paling sedikit 30% (tiga puluh persen); b. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan kepada daerah Kabupaten atau Kota paling sedikit 70% (tujuh puluh persen); c. Hasil penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan diserahkan kepada Kabupaten atau Kota paling sedikit 70% (tujuh puluh persen). 2. Jenis Pajak Kabupaten atau Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel 10% (sepuluh persen); b. Pajak Restoran 10% (sepuluh persen); c. Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima persen); d. Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen); e. Pajak Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen); f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20% (dua puluh persen); g. Pajak Parkir 20% (dua puluh persen).
xxxix
2.4 Pajak Parkir Menurut Perda No 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Pajak Parkir yang selanjutnya disingkat Pajak adalah Pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan Tempat Parkir. Tempat Parkir adalah tempat parkir di luar badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan Tempat Penitipan Kendaraan Bermotor dan Garasi kendaraan Bermotor yang memungut bayaran. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat digerakan di jalan terdiri dari Kendaraan Bermotor maupun tidak bermotor. Gedung Parkir adalah suatu bangunan yang sebagian atau seluruhnya digunakan sebagai Tempat Parkir yang dipungut bayaran. Pelataran Parkir adalah sebidang tanah di luar jalan yang digunakan sebagai Tempat Parkir yang dipungut bayaran. Garasi adalah bangunan atau ruang rumah yang dipakai untuk menyimpan Kendaraan Bermotor yang dipungut bayaran. Tempat Penitipan Kendaraan adalah suatu ruang, bidang yang dipakai untuk menyimpan, menaruh, mengumpulkan, memamerkan, memajang kendaraan untuk jangka waktu tertentu, dan untuk diperjualbelikan yang dipungut bayaran. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan yang ada pada kendaraan itu dan dipergunakan untuk pengangkutan orang dan/atau barang di jalan. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya
xl
diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan/atau jasa sebagai pembayaran kepada penyelenggara Tempat Parkir. Teknomo, Kardi, dan Kazunori Hokao (1997: 551-570) mengungkapkan bahwa parkir di tepi jalan dikelola secara langsung oleh Pemerintah Kota, sedangkan tempat parkir di luar badan jalan dikelola oleh pihak swasta untuk kepentingan publik. Berikut ini adalah kutipan pernyataannya: ”On-street parking is managed directly by the City government, while off-street parking places are managed by private owners for public use.”
Perbedaan antara Pajak Parkir dengan Retribusi Parkir di tepi jalan umum yang selanjutnya disebut dengan Retribusi yaitu terletak pada penggunaan
lahan
parkirnya.
Dalam
Retribusi
dikenakan
terhadap
pembayaran atas penggunaan tempat-tempat parkir di tepi jalan umum, yang masih merupakan fasilitas milik pemerintah, yang ditetapkan oleh Walikota atau
Bupati,
Pajak
Parkir
dikenakan
terhadap
pembayaran
atas
penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, yang berarti fasilitas milik pribadi dan biasanya dikelola oleh pihak swasta. Bentuk pajak parkir menurut Todd Litman (2009) ada empat, yaitu pajak per tempat parkir (per-space levies), pajak bebas parkir (free parking levy), pajak biaya manajemen pengelola (stormwater management fees) dan diskon bebas pajak mobil (car-free tax discounts). Di bawah ini yang tidak termasuk obyek Pajak Parkir adalah:
xli
1) Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 2) Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik. 3) Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah. Subyek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. Di sini pembayaran merupakan jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik atau penyelenggara tempat parkir (di luar badan jalan yang disediakan oleh Orang Pribadi atau Badan). Secara garis besar, Subyek Pajak adalah pihak-pihak (Orang Pribadi atau Badan) yang akan dikenakan pajak, sedangkan Obyek Pajak adalah segala sesuatu yang akan dikenakan pajak, dan Wajib Pajak adalah subyek pajak yang
menurut
ketentuan
Peraturan
Perundang-undangan
Perpajakan
diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk Pemungut atau Pemotong Pajak. Dengan kata lain setiap Wajib Pajak ada. 2.5 Potensi Pajak Parkir Potensi pajak merupakan suatu potensi yang diukur dengan cara pengkalian data hasil observasi obyek penelitian dengan tarif Pajak Parkir sehingga ditemukan estimasi jumlah pajak terutang yang ditanggung oleh Wajib Pajak tersebut. Dalam hal ini tarip pajak yang ditetapkan sebesar 20%.
xlii
Potensi pajak dapat berubah seiring dengan kemajuan usaha dari wajib pajak tersebut. Sebagai contoh peningkatan potensi pajak parkir itu dipengaruhi oleh penambahan lahan parkir. Menurut artikel yang berjudul Transportation Cost and Benefit Analysis II – Parking Costs tarif parkir dan bermacam-macam bentuk tempat parkir tergantung lokasi dan kegunaan (Parking costs and the portion that is external varies depending on location and use). F. Kerangka Pemikiran Dalam kerangka pemikiran ini dijelaskan mengenai proses berpikir peneliti dalam rangka mengadakan penelitian tentang upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak parkir yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar I.1 Skema Kerangka Pemikiran
Upaya Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dalam meningkatan penerimaan pajak parkir: 1. Pendataan 2. Sistem Pemungutan
Hambatan peningkatan penerimaan pajak parkir
Peningkatan Pajak Daerah
xliii Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Pajak parkir merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang memberikan kontribusi yang tidak sedikit jumlahnya terhadap suatu daerah. Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti upaya Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun dalam meningkatkan penerimaan pajak parkir. Dalam upaya meningkatkan penerimaan tersebut terdapat terdapat pendataan dan Sistem Pemungutan. Selain upaya terdapat hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain wajib pajak tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran dan Obyek pajak yang berpindah-pindah sehingga hal ini juga akan dikaji oleh penulis. Upayaupaya Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dilakukan untuk menambah peningkatan penerimaan pajak daerah yang tentu saja jga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kota Madiun. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yaitu
berusaha
untuk
mengungkapkan,
memaparkan
dan
menggambarkan tentang upaya Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun Dalam meningkatakan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak parkir. Data yang dikumpulkan dapat berupa kata-kata atau gambar dan bukan dalam
xliv
bentuk angka, sehingga laporan penelitian akan beisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan dan memo (Moleong, 200: 6). Dalam penelitian ini, Penulis menekankan pada upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak parkir yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun beserta hambatan-hambatan dan upaya untuk mengatasi hambatan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun adapun alasan-alasan pemilihan lokasi iniadalah berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun memungkinkan penulis untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. b. Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun merupakan instansi yang berwenang untuk mengelola dan menggali potensi-potensi yang ada di Kota Madiun dalam hal pajak parkir. 3. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menentukan informan yang
xlv
dianggap mengetahui informasi dan memecahkan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (H.B Sutopo, 2002: 56). Peneliti memilih informan yang dianggap tahu dan dipercaya untuk menjadi sumber data yang mengetahui permasalahan secara mendalam. Adapun pihak-pihak yang sebagai informan antara lain: a. Bpk Agus Hariyono ( Kepada Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil) b. Suharti ( Kepala Bidang Penetapan dan Pembukuan) c. Bpk. Basari (Kepala Sub Bagian Umum) d. Sri Winarti Yuliarti (Kepala Seksi Pendapatan Asli Daerah) e. Bpk Sumiran (Kepala Seksi Pengaduan dan Keberatan) f. Masyarakat: Wajib Pajak 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi langsung atau tanya jawab antara peneliti dan informan. Wawancara diawali dengan pertanyaan yang berupa garis besar, kemudian akan berkembang sesuai dengan kebutuhan peneliti untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara tidak terstruktur atau sering disebut sebagai teknik wawancara mendalam, karena peneliti
xlvi
merasa tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open ended dan mengarah pada kedalaman informasi yang diperoleh (HB. Sutopo, 2002: 59). Hal ini dimaksudkan guna menggali subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Wawancara mendalam dapat dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna mendapat data yang rinci, jujur, serta dapat dilakukan secara berulang kali sesuai dengan keperluan peneliti berkaitan dengan kejelasan masalah yang sedang diteliti. Wawancara merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan sebagai hasil dari kegiatan wawancara serta observasi dengan bagian-bagian dalam Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun.
b. Observasi Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dapat digunakan pada hampir semua fenomena sosial. Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2005: 166).
xlvii
Pada penelitian ini, observasi terhadap benda yaitu tampilantampilan pada layar komputer dalam kaitannya dengan pajak parkir untuk meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Madiun. c. Telaah dokumen Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersumber dari arsip atau dokumen yang mencakup semua informasi yang berupa tulisan atau gambar tentang fenomena yang ada di lokasi penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 234) yang dimaksud dengan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan yaitu dokumen yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan asli daerah Kota Madiun melalui pajak parkir yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun baik berupa peraturan perundang-undangan, surat-surat maupun arsip-arsip. 5. Validitas Data Data yang berhasil dikumpulkan harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Cara pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benarbenar tepat dan sesuai untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi
xlviii
penelitian. Ketepatan data tersebut tidak hanya bergantung dari ketepatan memilih data dan teknik pengumpulannya tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara untuk mengembangkan validitas data penelitian. Menurut H.B. Sutopo (2002: 78), cara-cara tersebut antara lain berupa trianggulasi dan review informan. Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi. Menurut Lexy J. Moleong (2002: 178) menyatakan bahwa: “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.”
Penulis menggunakan trianggulasi data yang berarti peneliti mencoba membandingkan informasi yang ada. Data dari sumber yang satu dicocokkan dengan sumber data yang lain. Berdasarkan pernyataan tersebut harus diuji validitasnya dengan cara melakukan cross ceck antara pegawai pengelola pasar dengan pedagangnya. Apabila pedagang menyatakan hal yang sama maka data tersebut valid. 6. Teknik Analisis Data Analisis adalah proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Model analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model analisa interaktif (Miles and Huberman
xlix
1992 dalam buku Y. Slamet 2006: 140) yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu : a. Reduksi data Reduksi data diartikan sebagai proses pemiihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Teknik ini merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya ditarik dan diverifikasi (Y. Slamet, 2006: 141). b. Sajian data Merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan penelitian tersebut. Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya, akan banyak menolong peneliti. c. Penarikan simpulan Setelah tahap pengumpulan data selesai di lakukan, maka tahap selanjutnya yang di lakukan adalah usaha penarikan kesimpulan berdasarkan hal yang terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data atau dengan kata lain dimulai dari awal pengumpulan data, dalam hal ini
l
peneliti harus sudah mulai mengerti apa arti dan hal-hal yang ditemui. Kesimpulan terahir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir Dari tiga komponen yang terlibat dalam proses analisa data tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data yang menggunakan siklus.Untuk lebih jelasnya, proses analisa data dengan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar I.2 Model Analisis Data Interaktif
pengumpulan data
reduksi data
sajian data
penarikan simpulan/ verifikasi
(H. B. Sutopo, 2002: 96)
li
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. LOKASI PENELITIAN 1. Gambaran Umum Kota Madiun a. Keadaan Geografis Keadaan Geografis Kota Madiun yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur yang terletak pada 111° - 112° Bujur Timur dan 7° 8° Lintang Selatan. Kota Madiun terletak pada daratan dengan ketinggian 63 hingga meter dari permukaan air laut. Daratan dengan ketinggian 63 meter dari permukaan air laut terletak di tengah, sedangkan daratan dengan ketinggian 67 meter diatas permukaan air laut terletak di sebelah selatan. Rentang temperatur udara antara 20°C hingga 35°C. b. Batas Wilayah Sebelah utara
: Kecamatan Madiun (Kabupaten Madiun)
Sebelah selatan
: Kecamatan Geger (Kabupaten Madiun)
Sebelah timur
: Kecamatan Wungu (Kabupaten Madiun)
Sebelah barat
: Kecamatan Jiwan (Kabupaten Madiun) Kecamatan Takeran (Kabupaten Magetan)
c. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
lii
Wilayah Kota Madiun seluas 33,23 Km² terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Mangunharjo 10,04 Km² Kecamatan Taman
12,46 Km²
Kecamatan Kartoharjo
10,73 Km²
Masing-masing kecamatan tersebut terdiri atas 9 kelurahan sehingga terdapat 27 kelurahan di Kota Madiun. Jumlah penduduk berdasarkan registrasi akhir tahun 2007 jumlah penduduk Kota Madiun per 31 Desember 2007 adalah 200.188 jiwa terdiri dari 96.526 jiwa penduduk laki-laki dan 103.662 jiwa penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 33,23 Km² maka kepadatan penduduk Kota Madiun adalah 6.024 jiwa/km², artinya tiap km² wilayah Kota Madiun didiami oleh sekitar 6.024 jiwa penduduk.
B.
Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang pembentukan kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kota Madiun, maka kedudukan Dinas Pendapatan Daerah adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang menangani di bidang pendapatan daerah, seperti terlihat dalam pasal 1 Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2001 bahwa yang dimaksud dengan Walikota adalah Walikota
liii
Madiun, Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Madiun, Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Madiun, Kepala Dinas, adalah adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Madiun.
1. Kedudukan , Tugas Pokok dan Fungsi a.
Kedudukan Dipenda Kota Madiun berkedudukan sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah dibidang pendapatan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Madiun melalui Sekretaris Daerah
b. Tugas pokok Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah nomor 43 Tahun 2008, yang menjadi tugas Dipenda adalah melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan dan tugas-tugas lain yang diberikan Walikota c. Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana terdapat dalam, Pasal 30 ayat 2 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008, yaitu: 1) Perumusan kebijakan teknis di bidang Pendapatan Daerah ;. 2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Pendapatan Daerah ;
liv
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pendapatan Daerah ; 4) Pembinaan UPTD ; 5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan fungsinya 2. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang pembentukan kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kota Madiun Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap instansi/kantor, karena merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan
diantara
fungsi-fungsi,
bagian-bagian/posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur organisasi dimaksudkan untuk memberikan kejelasan susunan dan hubungan yang terjadi antara kelompok-kelompok aktifitas dalam menjalankan kegiatan sehingga mempermudah dan memperlancar pelaksanaan tugas. Adapun bagan struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun adalah sebagai berikut :
lv
Gambar II.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun Kepala
Sekretariat
Kelompok Jabatan Fungsional Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang
Sub Bag Umum
Bidang Pendaftaran dan Pendataan
Bidang Penetapan dan Pembukuan
Seksi Pendaftaran
Seksi penetapan
Seksi Pendataan
Seksi Pembukuan dan Pelaporan
Sub Bag Perencanaan dan Kepegawaian
Sub Bag Keuangan
Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil
Seksi Pendapatan Asli Daerah
Seksi Pajak Bumi dan Bangunan Dan Bagi Hasil
Seksi Pengaduan dan Keberatan
lvi
UPTD
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun
3. Uraian tugas jabatan struktural dinas pendapatan daerah a. Kepala Dinas Kepala Dinas memiliki tugas pokok, sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 Peraturan Walikota Nomor 43 Tahun 2008 tentang rincian tugas dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun Kepala
Dinas
Pendapatan
mempunyai
tugas:
Memimpin,
mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan otonomi daerah di bidang pendapatan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan . Sedangkan fungsinya: 1) Penyusunan perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan ; 2) Perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan bimbingan, koordinator mengenai pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya ; 3) Pengelolaan ketatausahaan ;
lvii
4) Pelaksanaan pendaftaran, pendataan dan penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya ; 5) Pelaksanaan penetapan dan pembukuan atas peneriamaan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya ; 6) Pelaksanaan pengelolaan pendapatan asli daerah (PAD), pajak bumi dan bangunan (PBB) dan bagi hasil ; 7) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Walikota. b. Sekretariat. Sekretariat mempunyai tugas pokok, sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Peraturan Walikota No. 43 Tahun 2008 tentang rincian tugas dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun. Sekretariat mempunyai tugas : Melaksanakan kebijakan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas meliputi pengelolaan administrasi umum, perencanaan, kepegawaian, rumah tangga dan administrasi keuangan. Sedangkan fungsinya : 1). Penyusunan perencanaan program dan evaluasi palaksanaan tugastugas pada Sekretariat ; 2). Pengoordinasian penyusuna programdan penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu serta tugas pelayanan administrative ;
lviii
3). Pengelolaan administrasi umumdan rumah tangga ; 4). Pengelolaan administrasi kepegawaian dan administrasi keuangan di lingkungan Dinas; 5). Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Adapun bagian-bagian yang terdapat pada bagian Sekretariat yaitu a. Sub Bagian Umum Adapun uraian tugas Sub Bag Umum yaitu : 1) Melakukan
penyusunan
perencanaan
program
dan
evaluasipelaksanaan tugas-tugas pada Sub Bagian Umum ; 2) Melakukan urusan surat menyurat dan tata kearsipan ; 3) Melakukan urusan rumah tangga, protokoler, upacara dan rapat dinas; 4) Melakukan urusan keamanan kantor ; 5) Melakukan
urusan
pengendalian
tata
usaha
pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengadministrasian dan perawatan barang-barang inventaris sesuai ketentuan yang berlaku ; 6) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris. b. Sub Bagian Perencanaan dan Kepegawaian. Adapun uraian tugas Sub Bag Perencanaan dan Kepegawaian yaitu :
lix
1) Melakukan penyusuna perencanaan program dan evaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada Sub Bagian Perencanaan dan Kepegawaian ; 2) Mengoordinasikan penyusunan perencanaan program, evaluasi dan pelaporan di lingkungan Dinas ; 3) Menyusun,
mengolah
dan
memelihara
data
administrasi
kepegawaian serta data kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian di lingkungan Dinas ; 4) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris. c. Sub Bagian Keuangan Adapun uraian tugas Sub Bid Keuangan yaitu : 1) Melakukan penyusunan perencanaan program dan evaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada Sub Bagian keuangan ; 2) Mengoordinasikan
dan
menghimpun
bahan-bahan
untuk
keperluan penyusunan rencana kerja anggaran ; 3) Melaksanakan penatausahaan keuangan dan pertanggungjawaban keuangan ; 4) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris. c. Bidang Pendaftaran Dan Pendataan tugas : melaksanakan kegiatan pendaftaran dan pendataan obyek pajak daerah dan obyek retribusi daerah
lx
Sedangkan fungsinya : 1). Penyuasunan kebijakan teknis, perencanaan program dan evaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada bidang pendaftaran dan bidang pendataan. 2). Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah melalui surat formulir pendaftaran (SPT) ; 3). Pelaksanaan pendataan dan pemeriksaan lokasi atau lapangan obyek dan subyek wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah ; 4). Penyusunan daftar induk wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah; 5). Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Adapun bagian-bagian yang terdapat pada bagian Bidang Pendaftaran dan Pendataan yaitu : a. Seksi Pendaftaran. Adapun uraian tugas Seksi Pendaftaran yaitu : 1) Melakukan penyusuna perencanaan program dab evaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada seksi pendaftaran ; 2) Melaksanakan pendistribusian dan menerima kembali formulir pendaftaran yang telah diisi wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah ;
lxi
3) Membuat laporan tentang formulir pendaftaran wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah yang belum diterima kembali ; 4) Melakukan pencatatan nama dan alamat wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah ; 5) Menetapkan dan membuat nomor wajib pajak daerah dan retribusi daerah ; 6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendaftaran dan Pendataan. b. Seksi Pendataan Adapun uraian tugas Seksi Pendataan yaitu : 1) Melakukan penyusunan perencanaan program dan evaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada seksi pendataan ; 2) Menghimpun, mengelola dan mencatat data obyek dan subyek wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah ; 3) Melakukan pemeriksaan lapangan atau lokasi obyek dan subyek wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah serta membuat laporan atas hasil pemeriksaan lapangan atau lokasi ; 4) Membuat dan memelihara daftar induk wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah ;
lxii
5) Menyimpan arsip surat yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan ; 6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendaftaran dan Pendataan. d. Bidang Penetapan dan Pembukuan. Tugas : melaksanakan penetapan wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah serta melaksanak pembukuan dan pelaporan mengenai realisasi penerimaan daerah, tunggakan pajak daerah serta pengelolaan benda berharga. Sedangkan fungsinya adalah : 1. Penyusunan kebijakan teknis, perencanaan program dan evaluasi pelaksanaan
tugas-tugas
pada
Bidang
Penetapan
dan
Pembukuan; 2. Pelaksanaan penghitungan dan penetapan jumlah pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang serta penghitungan angsuran atas permohonan wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah; 3. Pelaksanaan pencatatan penetapan dan penyetoran penerimaan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah ; 4. Pencatatan penerimaan dan pengeluaran benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga.;
lxiii
5. Pelaksanaan pelaporan realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah ; 6. Pelaksanaan pelaporan realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala : 7. Pelaksnaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Adapun bagian-bagian yang terdapat pada bagian Bidang Penetapan dan Pembukuan yaitu : a. Seksi Penetapan Adapun uraian tugas Seksi Penetapan yaitu : 1) Melaksanakan penyusunan perencanaan program dan eavaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada Seksi Penetapan ; 2) Melaksanakan penghitungan pajak daerah dan retribusi daerah ; 3) Melaksanakan penerbitan dan pendistribusian Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) ; 4) Menerima dan memproses surat permohonan angsuran ; 5) Menyimpan arsip Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) yang diterbitkan ; 6) Menyimpan arsip surat yang berkaiatan dengan perjanjian angsuran ;
lxiv
7) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Bidang Penetapan dan Pembukuan. b. Seksi Pembukan dan Pelaporan. Adapun uraian tugas Seksi Pembukuan dan Pelaporan yaitu : 1) Melaksanakan penyusunan perencanaan program dan eavaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada Seksi Pembukuan dan Pelaporan ; 2) Membukukan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) ; 3) Membukukan realisasi pembayaran dan besaran tunggakannya ; 4) Membukukan penerimaan dan mendistribusikan benda berharga ; 5) Melaksanakan laporan realisasi penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan tunggakannya; 6) Melaksanakan laporan penggunaan dan sisa benda berharga ; 7) Melaksanakan laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah ; 8) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Penetapan dan Pembukuan
b. Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Dinas yang meliputi pelaksanaan dan pengelolaan pajak daerah, pajak bumi dan bangunan, bagi hasil dan melaksanakan pemungutan dan penagihan pajak
lxv
daerah, retribusi daerah dan pajak bumi dan bangunan serta keberatan pajak daerah. Sedangkan fungsinya adalah : 1) Penyusunan kebijakan teknis, perencanaan program dan evaluasi pelaksaan tugas-tugas pada Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil ; 2) Pelaksanaan pengelolaan pajak daerah, retribusi daerah, pajak bumu dan bangunan dan bagi hasil ; 3) Pelaksanaan pemungutan, penagihan pajak dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku ; 4) Pelaksanaan pelayanan keberatan dan permohonan banding pajak daerah dan retribusi daerah ; 5) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Adapun bagian-bagian yang terdapat pada bagian Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil adalah : a.
Seksi Pendapatan Asli Daerah Adapun uraian tugas Seksi Pendapatan Asli Daerah yaitu : 1. Melakukan penyusunan perencanaan program dan evaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada Seksi Pendapatan Asli Daerah ; 2. Menerima dan membukuan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) ;
lxvi
3. Melaksanakan pungutan dan penyetoran pajak daerah dan retribusi daerah ke kas daerah melalui bendaharawan penerimaan ; 4. Membukukan realisasi pemungutandan penyetoran pajak daerah dan retribusi daerah ; 5. Melaksanakan
administrasi
yang
berhubungan
dengan
penagihan pajak daerah dan retribusi daerah ; 6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil.
b. Seksi Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil. Adapun uraian tugas Seksi Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil yaitu : 1. Melakukan penyiapan bahan penyusunan perencanaan, program kerja dan evaluasi pelaksanaan tugas-tugas pada seksi Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil ; 2. Menerima, meneliti SPPT PBB dari kantor Pelayanan Pajak Pratama dan mendistribusikan kepada wajib pajak daerah bumi dan bangunan ; 3. Melaksanakan pemungutan dan penyetoran pajak bumi dan bangunan pada bank tempat pembayaran yang ditunjuk ;
lxvii
4. Melaksanakan koordinasi dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengenai tunggakan pajak bumi dan bangunan dan permohonan keberatan atas SPPT pajak bumu dan bangunan yang diterbitkan ; 5. Melaksanakan pembukuan atas penerimaan pajak bumi dan bangunan; 6. Melaksanakan penyiapan bahan pelaporan bulanan atas realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan kepada Walikota ; 7. Melaksanakan koordinasi dengan Kecamatan dan Kelurahan ; 8. Membukukan penerimaan dan melaporkan bagi hasil pajak ; 9. Melaksanakn tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil. c, Seksi Pengaduan dan Keberatan Adapun uraian tugas Seksi Pengaduan dan Keberatan yaitu : 1. Melakukan
penyusunan
perencanaan
program
dan
evaluasi
pelaksanaan tugas-tugas pada Seksi Pengaduan dan Keberatan ; 2. Menerima dan memproses pengaduan masyarakat dan memproses surat permohonan keberatan atas ketetapan pajak daerah dan retribusi daerah ; 3. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil. e.
Kelompok Jabatan Fungsional. Tugas : Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
lxviii
Kelompok jabatan fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. C.
Kepegawaian 1. Jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin. Pegawai merupakan unsur terpenting bagi keberhasilan pelaksanaan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun didukung oleh 50 orang pegawai, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel II.1 Jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin Tahun 2009 Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki
34
Perempuan
16
Jumlah
50
(Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun) Berdasarkan tabel 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa keseluruhan jumlah pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun 50 orang pegawai,
lxix
dengan rincian pegawai laki-laki sebanyak 34 orang dan pegawai perempuan 16 orang. 2. Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan. Berdasarkan tingkat pendidikan yang telah ditempuh para pegawai di Dinas Pendapatan Daerah terbagi dalam jenjang pendidikan seperti dalam tabel berikut : Tabel II.2 Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2009 Tingkat Pendidikan
Jumlah
S2
2
S1
8
D3
2
D1
1
SLTA
33
SLTP
2
SD
2
Jumlah
50
( Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun)
lxx
Berdasarkan tabel 2.2 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terbanyak di Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun adalah pendidikan SLTA dengan jumlah 33 orang pegawai dari total pegawai yang berjumlah 50 orang pegawai. 3. Jumlah pegawai berdasarkan bidang tugasnya Tabel II.3 Jumlah pegawai berdasarkan bidang tugas Tahun 2009 No
Bidang Tugas
Jumlah
1.
Kepala Dinas
1
2.
Sekretariat
11
3.
Bidang Pendaftaran dan Pendataan
10
4.
Bidang Penetapan dan Pembukuan
9
5.
Bidang PAD, PBB dan Bagi Hasil
19
Jumlah
50
(Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun) Berdasarkan tabel 2.3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai terbanyak yaitu pada Bidang Pendapatan Asli Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bagi Hasil sebanyak 19 orang pegawai. 3. Jumlah pegawai berdasarkan golongan
lxxi
Berdasarkan golongan yang telah ditempuh para pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun terbagi dalam jenjang golongan seperti dalam tabel berikut :
Tabel II.4 Jumlah pegawai berdasarkan golongan Tahun 2009 N
Golongan
Jumlah
o
1
IV/a
4
III/d
5
III/c
5
III/b
3
.
2 .
3 . 4
lxxii
. 5
III/a
4
II/d
4
II/c
6
II/b
8
II/a
12
Jumlah
50
. 6 . 7 . 8 . 9 .
(Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun) Berdasarkan tabel 2.4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah golongan pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun terbanyak adalah golongan II/a dengan jumlah 12 orang pegawai. Sedangkan untuk golongan tertinggi adalah golongan IV/a sebanyak 4 orang pegawai. D. Peraturan Daerah No. 9 tahun 2001 Tentang Pajak Parkir Pokok Pikiran dan Tujuan Penyusunan Peraturan Daerah
lxxiii
Peraturan daerah ini dimaksudkan untuk memenuhi tujuan dasar sebagai berikut: 1) Menyederhanakan dan memperbaiki berbagai kelemahan dalam sistem perpajakan yang berlaku sekarang, antara lain perbaikan jenis dan struktur pajak daerah, menyederhanakan jenis dan tarif pajak yang potensial dan efisien dalam pemungutannya. 2) Memberikan landasan dan pedoman yang kuat bagi daerah dalam melaksanakan pungutan pajak daerah. 3) Menata kembali beberapa jenis pajak serta menggalakkan dan mendukung kelestarian lingkungan. 4) Memperbaiki sistim administrasi pajak daerah yang sejalan dengan sistim perpajakan nasional. 5) Meningkatkan penerimaan daerah yang potensial yang mencerminkan kegiatan ekonomi daerah. Salah satu tujuan dari perubahan perpajakan daerah adalah menyederhanakan serta efisiensi dari pemungutan pajak daerah. Bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Undangundang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka
lxxiv
kewenangan Otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab merupakan keleluasaan daerah termasuk didalamnya menetapkan pajak daerah. Untuk menyelenggarakan Otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab dperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam rangka penyederhanaan jenis pajak daerah, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan/penerimaan daerah, sebab dalam peraturan daerah ini diarahkan pada jenis-jenis pajak yang potensial. Disamping itu dengan kriteria tertentu, agar memudahkan penerapan prinsip dasar penarikan pajak, sehingga dapat mencerminkan hubungan yang jelas antara tarif pajak dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah. Peraturan daerah ini juga menetapkan jenis pajak kabupaten/kota selain yang sudah ditetapkan oleh provinsi. Sejalan dengan tujuan yang dicapai dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah serta pelayanan terhadap masyarakat, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Parkir. Adapun Ketetapan dan Kriteria Pajak Daerah Kabupaten/ Kota diatur dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kriteria yang dimaksud adalah: 1) Bersifat pajak dan bukan retribusi.
lxxv
2) Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan. 3) Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum. 4) Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak propinsi dan/atau obyek pajak pusat. 5) Potensinya memadai. 6) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. 7) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. 8) Menjaga kelestarian lingkungan. Demikian hal-hal yang menjadi dasar ketetapan dalam pemungutan pajak daerah menurut peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Upaya Peningkatan Pendapatan Pajak Parkir
lxxvi
Pajak parkir merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. Pajak parkir memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kota Madiun walaupun tidak besar. Berangkat dari hal tersebut maka Dinas Pendapatan sebagai instansi yang berwenang dalam pengelolaan kekayaan daerah bertanggung jawab dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut. Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari sektor pajak parkir tersebut dilaksanakan dengan kegiatan yang bersifat rutinitas. Dengan lebih mengintensifkan kegiatan yang bersifat rutinitas diharapkan dapat mengatasi berbagai hambatan dan mendorong peningkatan pendapatan asli daerah sebagai sumber penerimaan daerah.. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai upaya peningkatan pendapatan asli daerah melalui pajak parkir hal ini difokuskan pada yang meliputi pendataan dan sistem pemungutan yang dilakukan oleh Dispenda serta faktor-faktor penghambat serta upaya-upaya dalam mengatasi hambatan. Di bawah ini adalah hasil penelitiannya:
1. Pendataan Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun melakukan sosialaisasi kepada wajib pajak. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan hal-hal yang berkaitan tentang pajak parkir. Walaupun sosialisasi tidak dilakukan secara rutin tetapi
lxxvii
akan di lakukan jika sewaktu-waktu ada perubahan ketetapan. Tapi bagi wajib pajak yang baru itu tetap ada sosialisasinya. Seperti pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: ”Bahwa untuk sosialsiasi tentang pajak parkir itu tidak dilakukan secara rutin dan kontinyu akan tetapi akan dilakukan ketika ada wajib pajak yang baru dan jika sewaktu-waktu ada perubahan ketetapan” (Wawancara 3 Desember 2009) Pada saat melakukan sosialisasi Dinas Pendapatan Daerah mengundang seluruh wajib pajak parkir yang ada di Kota Madiun. untuk memeberikan penjelasan Perda tentang Pajak Parkir dimana pajak perorangan yang melakukan usaha penitipan dikenakan pajak parkir. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: Sosialissi masalah pajak parkir ini mengundang seluruh para wajib pajak parkir yang ada di Kota Madiun ke kantor Dipenda. Untuk mensosialisasikan Perda tentang pajak parkir, distu pajak perorangan yang melakukan usaha penitipan sepeda/motor dikenakan pajak, yaitu pajak parkir. (wawancara 3 Desember 2009) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sosiasliasi sangat penting karena agar supaya wajib pajak khususnya pajak parkir bisa memahami peraturan yang berlaku. Adapun kegiatan rutinitas sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut, dilakukan melalui kegiatan pendataan obyek pajak yang baru. Hal senada juga di kemukakan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi
lxxviii
Pengaduan dan Keberatan) yang membawahi langsung tentang pajak parkir sebagai berikut: “ apabila ada obyek pajak parkir yang baru petugas melakukan survey, lalu mendata obyek tersebut, maka dispenda menerjunkan petugas untuk melakukan pendataan.” (Wawancara 3 Desember 2009) Secara umum, pendataan merupakan salah satu upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih khusus melalui pajak parkir yang dilakukan dengan mengoptimalkan potensi yang sudah ada guna mendapatkan hasil yang lebih baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Sumiran selaku staf dispenda sebagai berikut: “selagi ada obyek pajak yang baru maka akan dilakukan survey dan pendataan dengan menerjunkan petugas” (Wawancara 3 Desember 2009) Ibu Suharti (Kabid Penetapan dan Pembukuan) saat diwawancara mengenai pendataan terhadap obyek pajak khususnya pajak parkir yang baru menegaskan “ dengan menerjunkan petugas untuk melakukan survey kelapangan setiap sebulan sekali”(wawancara 3 Desember 2009) Dalam setiap melakukan pendataan petugas akan mendatangi apabila ditemukannya wajib pajak parkir yang baru dan memberikan penjelasan mengenai ketentuan sebagai wajib pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) sebagai berikut:
lxxix
“ Pada saat petugas survey melakukan pendataan kepada wajib pajak khususnya pajak parkir yang baru maka petugas merundingkan atau menjelaskan tatacara aturan sebagai wajib pajak parkir dengan pengelola penitipan”(wawancara 3 Desember 2009) Lebih lanjut beliau menambahkan “Membicarakan tentang masalah pemungutan, mengisi blanko atau formulir pendaftaran wajib pajak parkir keberihan dan juga jangan sampai terlambat dalam melakukan pembayaran” (wawancara 3 Desember 2009) Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Condro Lukito selaku pengelola penitipan sepeda dan motor di Jalan Puntuk sebagai berikut : “ petugas menyampaikan beberapa hal pada saat melakukan pendataan yaitu tentang besarnya kesepakatan pungutan antara dinas dan pemilik dengan mengisi formulir pendaftarn wajib pajak” (wawancara 3 Desember 2009 Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Anik yang beralamatkan di Jl. Dr. Sutomo, berikut adalah kutipan wawancaranya “ saat petugas datang melakukan pendataan hal yang disampaikan adalah usaha penitipan harus ada ijin dengan dinas dan membicarakan masalah besarnya pungutan dan mengisi Formulir pendaftaran wajib pajak ” (wawancara 3 Desember 2009) Dari pernyataan-pernyataan yang ada di atas secara umum, terbukti bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun melakukan upaya pendataan apabila ada obyek pajak khususnya pajak parkir yang baru tiap bulannya. Dengan demikian pada upaya pendataan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun sudah dilakasanakan secara maksimal. Di bawah ini adalah gambar alur pendaftaran jika diketemukannya obyek pajak yang baru.
lxxx
Gambar. III.1 Dipenda
Pendataan Obyek pajak baru
\ Pendaftaran
Pendataan merupakan salah satu upaya peningkatan PAD yang dilakukan dengan mengoptimalkan potensi yang sudah ada guna mendapatkan hasil yang lebih baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Karena pendataan adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak parkir.Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Suharti (Kabid Penetapan dan Pembukuan) sebagai berikut: “Untuk usaha pendataan yaitu dengan lebih mengoptimalkan dan menggali potensi yang sudah ada, sehingga tidak mencari potensi yang baru lagi.”(wawancara 3 Desember 2009) Pernyataan tersebut diperkuat oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “Usaha pendataan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun ini lebih pada usaha pengoptimalisasian potensi-potensi yang sudah ada.” (wawancara 3 Desember 2009) Perda No. 9 Tahun 2001 tentang Pajak Parkir yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun adalah penyelengaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan dengan pokok usaha maupun yang disediakan berkaitan dengan usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan yang memungut bayaran. Dengan seiringnya perkembangan kota madiun sekarang ini sangat
lxxxi
berpengaruh pada penerimaan pendapatan melalui pajak parkir ini, hal ini di sebabkan dengan semakin bertambahnya jumlah wajib pajak parkir yang terdata oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun..jumlah tersebut sangat mungkin bertambah seiring dengan perkembangan perekonomian khusunya di bidang perdagangan dan letak geografis Kota Madiun yang sangat mendukung tumbuhnya perekononian Kota Madiun itu sendiri. Berikut adalah pernyataan dari Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “ terus terang saja letak geografis Kota Madiun untuk penerimaan pajak parkir sangat berpengaruh sekali karena Kota Madiun itukan diapit dari beberapa kota yang mana Ngawi, Magetan dan juga Ponorogo itu kalau berbelanja dan berobat kebanyakan itu juga di Madiun” (wawancara 3 Desember 2009) Dari pernyataan diatas jelas terlihat sekali bahwa peluang untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pajak parkir dapat memenuhi target. Dengan sendirinya Dispenda tidak tinggal diam dan menjemput bola dalam memanfaatkan peluang tersebut Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid PAD, PBB dan Bagi hasil berikut ini : “ dispenda sebagai lembaga yang melakukan pemungutan pajak daerah, itu tidak tinggal diam juga harus menjemput bola, bagaimana dengan adanya peluang-peluang ini dengan sendirinya Dispenda memberi kemudahankemudahan bagi wajib pajak parkir itu sendiri ” (wawancara 3 Desember 2009)
lxxxii
Jumlah wajib pajak yang terdata oleh Dispenda Kota Madiun sampai tahun 2009 berjumlah 39 wajib pajak khususnya pajak parkir hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Sumiran Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) berikut ini: “ jumlah wajib pajak yang terdaftar pada Dinas sampai tahun 2009 berjumlah 39 wajib pajak ”(wawancara 3 Desember 2009) Hal tersebut diperkuat oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid PAD, PBB dan Bagi hasil berikut ini : “ sampai tahun 2009 ini jumlah wajib pajak yang terdaftar di Dinas Pendapatan Daerah kota Madiun berjumlah 39 wajib pajak parkir, yang terdiri dari instansi dan penitipan umum atau yang dikelola oleh perorangan” (wawancara 3 Desember 2009) Berikut adalah tabel jumlah wajib pajak dengan realisasi pendapatan pajak parkir di Kota Madiun tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.
Tabel III.1 Jumlah Wajib Pajak Parkir Tahun 2006 - 2009 No 1. 2. 3. 4.
Tahun 2006 2007 2008 2009 - November
Wajib pajak parkir 29 38 39 39
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun, diolah
lxxxiii
Realisasi Rp. 48.840.900,00 Rp. 56.919.900,00 Rp. 71.714.000,00 Fp. 78.696.000,00
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2006 sampai bulan November 2009 jumlah wajib pajak parkir mengalami kenaikan terutama pada tahun 2006 dengan jumlah 29 wajib pajak parkir dan tahun 2007 dengan jumlah 38 wajib pajak parkir. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan usaha penitipan
sepeda/motor
sangat
baik
apalagi
dengan
perkembangan
perekonomian di Kota Madiun yang sangat bagus dalam bidang perdagangan dan jasa. Seperti pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid PAD, PBB dan Bagi hasil berikut ini : “ jumlah itu mungkin bisa bertambah lagi seiring dengan perkembangan Kota Madiun nantinya” (wawancara 3 Desember 2009) Dari pernyataan-pernyataan yang ada diatas bahwa jumlah wajib pajak parkir yang ada di Kota Madiun dan yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah sampai tahun 2009 adalah 39 wajib pajak parkir, dan jumlah tersebut akan bertambah seiring dengan perkembangan Kota Madiun nantinya. Langkah ke arah tersebut dapat dilihat dari semakin berkembangnya pembangunan di Kota Madiun yang ditandai dengan diantaranya, banyaknya peritel skala nasional maupun internasional yang melebarkan sayap bisnisnya ke Kota Madiun baik berwujud mini maupun supermarket seperti Matahari, Sri Ratu, Giant, Carefour yang dibangun dibekas terminal lama, Pasar ikan di daerah Joyo, disamping itu juga Ring Road Trade Center dan Taman Rekreasi yang masih dalam proses pembangunan. Kota Madiun memiliki sarana dan prasarana yang memadai sebagai tempat transit bagi wisatawan saat berkunjung di
lxxxiv
Madiun hal ini dikarenakan selain terdapat sarana belanja yang baik di Kota Madiun terdapat hotel mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang dan ditunjang dengan sarana transportasi yang baik di terminal bus antar kota dan stasiun kereta api besar Madiun. Dengan melihat dari pembangunan sentra bisnis tersebut maka pendapatan pajak daerah dari pajak parkir dapat bertambah. letak geografis yang strategis menjadikan Kota Madiun sebagai tempat yang strategis untuk mengembangkan bisnis. Melihat potensi diatas maka tidak mengherankan jika perkembangan perekonomian Kota Madiun dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Dan salah satunya Pajak Parkir dapat diandalkan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Kota Madiun sendiri menyadari bahwa potensi penerimaan pendapatan daerah melalui sektor pajak parkir dapat dikembangkan lagi. Berikut adalah daftar wajib pajak parkir di Kota Madiun sampai dengan tahun 2009.
Tabel III.2 Wajib Pajak Parkir Kota Madiun 2008 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Wajib Pajak Penitipan sepeda Koperasi Karya Praja / SriAmin Penitipan sepeda Kawulo Alit Penitipan sepeda Simpang Tiga / B. Samidjah Penitipan sepeda Achmad Doif Penitipan sepeda Mbak Anik Penitipan sepeda Royan Penitipan sepeda Ibu Aisyah
lxxxv
Alamat Jl. Serayu Jl. Lodayan Jl. Yos Sidarso Jl. Ponorogo Jl. Dr. Soetomo Jl. Puntuk Jl. Ponorogo
8. Penitipan sepeda Kantor Imigrasi / Sunardi. P 9. Penitipan sepeda Surani S.H 10. Penitipan sepeda RSUD Sogaten 11. Penitipan sepeda Timbul Jaya Plasa (Giant) 12. Penitipan sepeda RSUP Dr. Soedhono 13. Penitipan sepeda Paviliun Merpati 14. Penitipan sepeda Sutrisno 15. Penitipan sepeda Suparno 16. Penitipan sepeda RM. Mbah Jingkrak 17. Penitipan sepeda RS. Griya Husada 18. Penitipan sepeda Partoto 19. Penitipan sepeda Imam Sukemi 20. Penitipan sepeda Chandra Lukito 21. Penitipan sepeda Puskesmas Oro-oro Ombo 22. Penitipan sepeda RS. Santa Clara 23. Penitipan sepeda Avif Nurohman 24. Penitipan sepeda Graha Matahari 25. Penitipan sepeda PT. Askes 26. Penitipan sepeda Perumka Usman Nurdin 27. Penitipan sepeda Kantor Pos / Teguh Budi Hardjo 28. Penitipan sepeda Koperasi Harapan 29. Penitipan sepeda B. Suyanto 30. Penitipan sepeda Endra Purnomo 31. Penitipan sepeda P. Kirwan 32. Penitipan sepeda P. Sugeng S 33. Penitipan sepeda Daman 34. Penitipan sepeda Imam Sukadi 35. Penitipan sepeda President Plaza 36. Penitipan sepeda Samsat 1052 37. Penitipan sepeda Puskesmas Mangunharjo 38. Penitipan sepeda Puskesmas Demangan 39. Penitipan sepeda Puskesmas Banjarejo Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun, diolah
Jl. Soekarno-Hatta Jl. Kompol Sunaryo Jl. Campursari Jl. Pahlawan Jl. Dr. Soetomo Jl. Bali Jl. Puntuk Pasar Pon Jl. Kalimantan Jl. D.I. Pandjaitan Jl. Dr. Soetomo Jl. PB. Sudirman Jl. PB. Sudirman Jl. Diponegoro Jl. Bliton Jl. Urip Sumoharjo Jl. Pahlawan Jl. Timor Perumka Jl. Pahlawan Jl. Basuki Rachmad Jl. M. Sungkono Jl. Puntuk Jl. KOM. Sunaryo Jl. KOM. Sunaryo Pasar Pon Pasar Pon Aloon-aloon Timur Jl. Panjaitan Jl. Gajahmada Jl. Soekarno-Hatta Jl. Bayangkara 1
Dari tabel diatas juga dapat disimpulkan bahwa ada wajib yang ada di Kota Madiun adalah bukan saja tempat penitipan milik perorangan, badan usaha tetapi juga ada instansi yang ada di Kota Madiun. B. Sistem Pemungutan
lxxxvi
Pengaturan kewenangan pengenaan pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia telah diatur sejak lama, terutama sejak tahun 1997 dengan dikeluarkannya UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Namun dalam perkembangannya UU No.18 Tahun 1997 dianggap kurang memberikan peluang kepada Daerah untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam UU tersebut sebenarnya memberikan kewenangan kepada daerah, namun harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Pada waktu UU No. 18 Tahun 1997 berlaku belum ada satupun daerah yang mengusulkan pungutan baru karena dianggap hal tersebut sulit dilakukan. Selain itu, pengaturan agar Peraturan Daerah (Perda) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus mendapat pengesahan dari pusat juga dianggap telah mengurangi Otonomi Daerah. Seiring dengan keluarnya UU No.22/1999 dan UU No.25/1999, maka UU No.18 Tahun 1997 menjadi UU No.34 Tahun 2000, diharapkan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah akan menjadi salah satu Pendapatan Asli Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Dalam UU No.34 Tahun 2000 pasal 2 ayat 2 dan Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah menjelaskan jenis jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota. Besarnya tarif yang berlaku definitif untuk pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam UU tersebut. Dasar pengenaan tarif Pajak Daerah ada dalam UU
lxxxvii
No.34/2000 Pasal 3 ayat (1). Berikut jenis Pajak Daerah beserta tarif maksimal yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota: Jenis Pajak Kabupaten atau Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel 10% (sepuluh persen) dari pendapatan rata-rata hotel tarif pajak x dasar pengenaan pajak Dasar Pengenaan : Jumlah pembayaran yang dilakukan konsumen kepada Hotel (Omzet) b. Pajak Restoran 10% (sepuluh persen) dari pendapatan rata-rata restoran tarif pajak x dasar pengenaan pajak Dasar Pengenaan : Jumlah pembayaran yang dilakukan konsumen kepada Restoran (Omzet) c. Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima persen) dari pendapatan penyelenggaraan hiburan, tarif pajak x dasar pengenaan pajak Dasar pengenaan : jumlah pembayaran atau yang seharusnya di bayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan. d. Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen) dari nilai sewa reklame yang dihitung berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) dan nilai strategis lokasi. e. Pajak Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen) dari Nilai Jual tenaga Listrik (NJTL) . tarif pajak x dasar pengenaan pajak Dasar Pengenaan
: Nilai Jual tenaga Listrik (NJTL)
lxxxviii
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20% (dua puluh persen); Cara perhitungan : Tarif pajak x Dasar Pengenaan Tarif Pajak
: 20 %
Dasar pengenaan : Nilai Jual hasil pengambilan bahan galian golongan C Nilai Jual
: Volume x Harga Standar
g. Pajak Parkir 20% (dua puluh persen) dari pendapatan rata-rata. tarif pajak x dasar pengenaan pajak dasar pengenaan pajak : pendapatan rata – rata
Dasar hukum pemungutan pajak parkir yaitu Peraturan Daerah Kota Madiun No, 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir. Seperti yang tertuang didalam Peraturan Daerah Kota Madiun No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan panagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya. Wilayah pemungutannya yaitu wilayah Kota Madiun. Hal ini sesuai dengan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “dasar hukum pemungutan pajak yang digunakan dalam pemungutan pajak parkir adalah Peraturan Daerah Kota Madiun No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir.” (wawancara 3 Desember 2009)
lxxxix
Besarnya pungutan pajak yang dikenakan yaitu 20% ( Duapuluh persen) dari pendapatan rata-rata sperbulannyaSistem pemungutan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah sendiri
yaitu dengan
menggunakan Surat
Pemebritahuan Pajak Daerah (SPTPD), adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan untuk membayar pajak khusunya pajak parkir. Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah surat yang oleh waib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau setoran pajak terutang ke Kas Daerah atau ketempat pembataran lain yang ditunjuk oleh Walikota. Blanko DPD yaitu sebagai alat bukti pemungutan pajak daerah. Seperti pernyataaan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “Kita menggunakan blangko DPD sebagai alat bukti pembayaran atau setoran dan setiap bulannya petugas keliling untuk menagih kepada wajib pajak”( wawancara 3 Desember 2009) Di bawah ini adalah contoh blangko DPD sebagai tanda bukti pembayaran pajak daerah yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun,
Gambar 3.2 Blanko DPD
xc
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Madiun No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir besarnya tarip Pajak ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen). Hal ini berlaku bagi semua wajib pajak parkir di Kota Madiun. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini: “Besarnya tarip yang di pungut oleh Dinas yaitu sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir yaitu sebesar 20% (dua puluh persen) dari pendapatan.” Tetapi besarnya pemungutan tarif pajak parkir bisa kurang dari kesepakatan pada saat pendataan tetapi masih dikenakan tarif 20% (duapuluh persen) hal ini
xci
dikarenakan dengan melihat kondisi penghasilan atau pendapatan wajib pajak parkir di Kota Madiun. Sesuai dengan pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini: “ kalau pajak parkir itu diterapkan sesuai dengan Perda yang ada, itu pengusaha penitipan sepeda sangat berat sekali, ya memang dari pihak Dinas Pendapatan Daerah selaku pemungut pajak parkir itu terlebih dahulu mendata, pajak parkir si A itu omsetnya 1 (satu) hari sekian kali 30 (tiga puluh) hari sekian kali 20% (dua puluh persen), ketemu sekian, itu yang di setorkan kepada pemerintah daerah” (wawancara 3 Desember 2009)
Dengan memperhatikan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak parkir selain dengan ketentuan yang berlaku yaitu sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2001 tentang pajak parkir tetapi juga dengan melihat kondisi pendapatan dari wajib pajak itu sendiri atau dengan pertimbanganpertimbangan dari Dinas Pendapatan Daerah pada saat menentukan besarnya tarip pemungutan. Hal ini sesusai dengan pernyataan Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) berikut ini: “ akan ada upaya pertimbangan dari Dinas sendiri, yaitu kesepakatan antara Dinas Pendapatan Daerah dengan wajib pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku(wawancara 3 Desember 2009)
Hal serupa juga di sampaikan oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “ pada dasarnya juga ada upaya pertimbangan dari pihak Dinas, Bagaimana Dinas itu bisa memenuhi target pajak parkir, disisi lain pengusaha itu bisa eksis dan tidak
xcii
dirugikan oleh Pemda, memang seharusnya dari wajib pajak itu kenanya 20% (duapuluh persen) akan tetapi bagaimana wajib pajak itu tidak keberatan dan nantinya pihak Dinas akan memberikan pertimbangan sesuai dengan peraturan yang berlaku kepada wajib pajak tersebut” (wawancara 3 Desember 2009) Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa memungut 20% (duapuluh persen) kepada wajib pajak sesuai Peraturan Daerah pihak Dinas Pendapatan Daerah memberikan toleransi atau perimbangan kepada wajib pajak dengan melihat kondisi perekononian atau pendapatan yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan): “ kalau ada yang keberatan karena omsetnya menurun kita terima dan kurangi taripnya sesuai dengan keputusan kepala Dinas” (wawancara 3 Desember 2009) Sistem pemungutan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun yaitu dengan sisten jemput bola yaitu dengan cara mendatangi wajib pajak tersebut, seperti yang dikatakan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan): “Setiap tanggal 15 tiap bulannya petugas akan berkeliling mendatangi wajib pajak untuk membayar iuran pajak parkir” (wawancara 3 Desember 2009) Hal serupa juga di sampaikan oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini:
“setiap tanggal 15 tiap bulannya petugas melakukan pemungutan iuran pajak parkir dengan mendatangi para wajib pajak parkir yang tersebar di wilayah kota Madiun” (wawancara 3 Desember 2009)
xciii
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap pertengahan bulan petugas dari Dinas Pendapatan Daerah melakukan pemungutan dengan cara mendatangi para wajib pajak khusunya pajak parkir yang ada di Kota Madiun. Pernyataan tersebut di tambahkan oleh Ibu Anik yang beralamatkan di Jl. Dr. Sutomo sebagai berikut:
“ petugas itu datang setiap pertengahan tanggal, sekitar tanggal 15 petugas datang untuk memungut iuran pajak parkir” (wawancara 3 Desember 2009) Dan Bapak Daya Permana berlokasi di Jl. PB. Sudirman menambahkan sebagai berikut: “ Petugas pemungut biasanya datang setiap pertengahan bulan, ya sekitar tanggal 15 tiap bulannya” (wawancara 3 Desember 2009) Selain ada yang menunggu petugas yang datang ada juga wajib pajak yang datang sendiri ke Kantor Dinas Pendapatan Daerah untuk membayar iuran pajak parkir, seperti yang dilakukan oleh tempat penitipan Graha Matahari dan juga Pasaraya Sri Ratu, hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan): “ oh ada mas, seperti dari pihak Graha Matahari dan Pasaraya Sri Ratu yang datang sendiri ke dispenda untuk membayar iuran pajak parkir,” (wawancara 3 Desember 2009) Ibu Suharti (Kabid Penetapan dan Pembukuan) menambahkan: “Ada mas yaitu dari Graha Matahari dan Sri Ratu itu mereka datang sendiri pada saat sebelum jatuh tempo dengan datang ke Kantor” (wawancara 3 Desember 2009)
xciv
Dari pernyataan-pernyataan yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya kesadaran dari masyarakat wajib pajak parkir untuk membayar kewaijbannya sebagai wajib pajak khususnya pajak parkir dengan datang ke kantor Dinas Pendapatan daerah Kota Madiun tanpa menunggu petugas dari dinas yang datang. C. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun Dalam rangka menunjang keberhasilan pengumpulan dana pembiayaan pelaksanaan pembangunan, pemerintah daerah harus berusaha untuk menggali dan meningkatkan potensi yang ada didalamnya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang murni digali sendiri oleh pemerintah daerah yang bersumber pada hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah yang menggali dana untuk pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Pendapatan asli daerah Kota Madiun pada tahun anggaran 2006 sampai 2008 selalu melampaui target Peningkatan PAD tersebut dapat kita lihat pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel III.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun Tahun 2006-2008
xcv
No
Tahun
Realisasi
1 2 3
2006 2007 2008
Rp. 19.362.751.778,53 Rp. 22.355.711.194,75 Rp. 27.014.134.400,86
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun
Berdasarkan tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa penerimaan pendapatan asli daerah Kota Madiun mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa peningkatan PAD mengalami keberhasilan, dimana setiap tahunnya realisasi PAD tersebut melampaui target yang telah direncanakan sebelumnya. Jika dilihat dari prosentasenya pun, maka capaian PAD tersebut juga menunjukkan adanya kecenderungan angka melebihi 100%. Hal ini sesuai juga pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dab Bagi Hasil berikut ini: “Untuk capaian realisasi PAD Kota Madiun secara nominal dan prosentasenya terus meningkat, hal ini terjadi karena semua sektor pendapatan asli daerah meningkat.” (Wawancara 3 Desember 2009) Hal ini membuktikan bahwa penggalian potensi sebagai sumber penerimaan daerah yang ada di Kota Madiun tersebut cukup memberikan kontribusi nyata bagi penerimaan PAD Kota Madiun itu sendiri dari tahun ke tahunnya. Berikut adalah tabel sasaran pendapatan daerah menurut sektor dan jenisnya
Tabel III.4 Sasaran Pendapatan Daerah Menurut Sektor dan Jenisnya Tahun 2008
xcvi
Uraian
Wajib pajak
Pajak Hotel
77 30 47 615 4 129 482 34 2 4 8 5 3 7 5
Pajak restoran
Pajak hiburan
Pajak reklame
Pajak parkir
Satuan
Hotel/Losmen Rumah kost Rumah makan di hotel RM/Warung/depot Benda berharga Film Diskotik Bilyard Permainan ketangkasa Kolam renang Kolam pancing Video kaset, LD, CD dan VCD, Fitness
1,288 376 902 5 5 39
Rek.perusaan/Bilboard Reklame papan took Suara Berjalan
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun
D. Hambatan-hambatan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Parkir 1. Wajib Pajak tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran Selama ini dalam melakukan pemabayaran setoran kepada dinas masih ada wajib pajak yang tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran, hal ini disebabkan oleh faktor penitipan yang sepi, hal ini sangat berpengaruh dalam penerimaan pendapatan dan akhirnya pada saat petugas datang belum siap melakukan pembayaran atau setoran. Seperti yang dikemukan oleh
xcvii
Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini: “ hambatannya yaitu seperti telat membayar kewajiban membayar pajak, kadang-kandang kita mendatangi 2 sampai 3 kali dalam pemungutan” (wawancara 3 Desember 2009) 2. Obyek pajak yang berpindah-pindah Permasalahan dari obyek pajak yang pindah adalah membuat petugas kesulitan dalam melakukan pendataan ulang atau pada saat pemungutan. Hal ini terjadi karena faktor pendapatan yang dirasa kurang memenuhi target. Seperti pernyataan Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) berikut ini: “ adanya obyek pajak yang pindah itu membuat petugas pada saat melakukan pendataan merasa kesulitan karena harus mencari, begitu juga pada saat pemungutan” (wawancara 3 Desember 2009)
E. Upaya-Upaya dalam Mengatasi Hambatan Penerimaan Pendapatan Pajak Parkir. 1. Melakukan pembicaraan dengan wajib pajak mengajak dan membicarakan antara pihak Dinas dan wajib pajak apakah ada permasalahan dalam melakukan pembayaran atau setoran tidak tepat waktu dan Dinas memberikan toleransi kepada wajib pajak sampai 3 (tiga) kali. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sumiran selaku (Kasi Pengaduan dan Keberatan) berikut ini:
xcviii
“ pihak dinas selalu melakukan pembicaraan kepada wajib pajak yang mengalami masalah dalam tidak tepatnya membayar setoran., kita dekati permasalahannya apa, apakah sepi dan itu ada toleransi dari Dinas 2 -3 kali” (wawancara 3 Desember 2009) 2. Melakukan survey atau pendataan ulang secara rutin Untuk mengatasi wajib pajak yang pindah pihak dinas dengan rutin melakukan pendataan dan mendatangi bila ada wajib pajak yang baru atau pindah karena setiap bulan petugas melakukan survey atau pendataan ulang terhadap wajib pajak. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini: “Untuk mengatasi hambatan yang ada, pihak kami memiliki alternatif penyelesaian. Meskipun masih belum terlaksana dengan baik, akan tetapi kami berusaha seoptimal mungkin. Upaya-upaya tersebut antara lain meningkatkan kinerja petugas pemungutan pajak, meningkatkan sarana dan prasarana kepada petugas pemungut dan melakukan diklat “ (Wawancara 3 Desember 2009) 2. Kerjasama dengan instansi lain Selama ini Dispenda sebagai instansi pemungut pajak daerah melakukan kerja sama dengan instansi lain di lingkungan Pemerintah Kota Madiun salah satunya yaitu melakukan kerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Madiun sebagai instansi penegak Perda. Bentuk koordinasi bisa melalui rapat-rapat
xcix
dan surat-surat. Seperti yang
dikemukanan oleh Bapak Agus Hariono S.Sos, Msi selaku Kabid. PAD, PBB dan Bagi Hasil berikut ini: ’’ Dispenda bekerja sama dengan Satpol PP. Satpol PP sebagai salah satu instansi di pemerintah daerah sebagai penegak perda, itu harus melakukan koordinasi, baik melaui surat-surat maupun rapat-rapat. “ (Wawancara 3 Desember 2009)
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Pengelolaan pajak parkir di Kota Madiun selama empat tahun anggaran yang saya teliti, yaitu tahun anggaran 2006-2009, secara umum telah berhasil dengan baik. Dalam arti realisasi pajak parkir selalu melampaui target dan pajak parkir memberikan kontribusi yang cukup bagi pendapatan asli daerah. Kenyataan inilah yang membuat penulis menyimpulkan bahwa pengelolaan pajak parkir di Kota Madiun berhasil dengan baik, meskipun ada hambatanhambatan yang harus dihadapi, di mana upaya-upaya yang dilaksanakan dalam mencapai keberhasilan penerimaan pajak daerah melalui pajak parkir adalah dengan. 1. Pendataan
c
Pendataan adalah salah satu upaya Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dalam meningkatkan penerimaan dari pajak parkir dan dilaksanakan secara rutin setiap bulannya. dengan data valid dan up to date, hal lain yang dilakukan adalah evaluasi triwulan sebagai dasar analisis pelaksanaan pajak selama periode tertentu. Setiap diketemukannya obyek pajak yang baru maka petugas mendata dan membicarakan besarnya pungutan yang nantinya di pungut oleh petugas dari Dinas Pendapatan Daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku kepakatan antara dinas dan wajib pajak. Pendataan yang dilakukan selama ini oleh Dinas Pendapatan Daerah sudah cukup baik. 2. Sistem Pemungutan Dasar hukum pemungutan yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun adalah Peraturan Daerah Kota Madiun Nomer 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir, dan pajak yang dipungut adalah yang berada di wilayah Kota Madiun. Dasar pengenaan pajak adalah nilai perolehan parkir dan penitipan kendaraan yang seharusnya dibayar oleh Wajib Pajak. Besarnya tarip pajak sesuai Perda No 9 Tentang Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20 % (duapuluh persen) dari penerimaan pendapatan sebulan. Dengan melihat ratarata pendapatan yang diperoleh wajib pajak maka pajak yang dipungut harus 20% dari income parkir yang masuk. Petugas melakukan pemungutan secara rutin yaitu sekitar pertengahan tanggal pada setiap bulannya, sistem pemungatan
ci
ini sudah berjalan dengan cukup baik dengan menerjunkan petugas tiap pertengahan tanggal yaitu sekitar tanggal 15 tiap bulannya, Adapun hambatan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Kota Madiun dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun antara lain : 1. Wajib pajak tidak tepat waktu dalam membayar pajak 2. Obyek pajak yang berpindah-pindah Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun dalam mengatasi hambatan antara lain : 1. Petugas melakukan pendekatan dengan wajib pajak untuk mencari solusi. 2. Melakukan survey atau pendataan ulang secara rutin dan menjalin kerjasama dengan instansi lain seperti Satpol PP yang selama ini sudah terjalin. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2006 Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 19.362.751.778,53 dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 27.014.134.400,86. Hal ini berarti bahwa peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun mengalami keberhasilan. Pajak parkir merupakan salah satu jenis pajak daerah yang memberikan kontribusi cukup walaupun paling sedikit
bagi penerimaan daerah di Kota
Madiun. Pada tahun 2008 realisasi pajak parkir sebesar Rp 71.714.000,00
cii
dengan prosentase kontribusi 13,10%. Dengan demikian dapat kita lihat bahwa dengan adanya realisasi yang telah dicapai, maka dapat diketahui peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun dari tahun ke tahun berikutnya. B. Saran Agar pemungutan Pajak Parkir dapat dipraktekkan sesuai dengan harapan kita semua sehingga terciptanya keadilan serta tujuan bersama yaitu pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat, penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Penyederhanaan dalam pengurusan Surat-surat Selama ini pendaftaran pendataan dalam mengurus adminstrasi atau surat-surat kepada pengusaha parkir dalam hal buka usaha yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Madiun sudah cukup baik, akan tetapi akan lebih baiknya di tingkatkan lagi, karena dengan pelayanan yang baik maka wajib pajak akan merasa nyaman, karena pada dasarnya pelayanan adalah kunci dari sebuah keberhasilan. 2. Memberikan reward atau penghagaan kepada Wajib Pajak Pemberian reward atau penghargaan kepada wajib pajak ini di maksudkan agar wajib pajak tidak telat dalam membayar pajak, reward ini berupa barang atau piagam pengharagaan yang diberikan Pemerintah Kota Madiun kepada wajib pajak parkir yang tepat waktu tidak terlambat membayar pajak. Pemberian reward ini dilakukan pada setiap bulannya oleh Dinas Pendapatan Daerah kepada wajib pajak.
ciii
3. Bagi Wajib Pajak Parkir Bagi Wajib Pajak Parkir hendaknya terbuka dalam melaporkan pendapatan per bulan agar tidak terjadi salah persepsi mengenai pajak terutangnya, sehingga dapat dicapai kesepakatan bersama berdasarkan prinsip keadilan.
DAFTAR PUSTAKA H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Dasar Teori dan Terapannya dalam Penenlitian. Surakarta: UNS Press Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitaif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Mardiasmo. 2006. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset Suandy, Erly, 2000, Hukum Pajak. Salemba Empat, Jakarta Sugiono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta Sondang P Siagian 2002, Manajemen Strategik , Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sunindhita, SH.1996. Praktek Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Bhineka cipta .Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Y. Slamet 2006, Metode Penelitian Sosial ,Surakarta : Sebelas Maret University Press.S Teknomo, Kardi, and Kazunori Hokao, Parking Behavior in central Business District- a Study Of Surabaya, Indonesia, EASTS Journal. Volume 2. No. 2, pp. 551-570
civ
http://www.kr.co.id/ 2009. MasalahParkir Dapat diaksesdi http://www.kr.co.id/07/06/2009/pengertian-pajakparkir/. Tanggal02September 2009. Jam 22.12 http://www.statistik.madiunkota.go.id/index.php .2009. Kota Madiun Dalam Angka http://www.statistik.madiunkota.go.id/index.php ./28/05/2009/. Tanggal 02 september 2009. jam 22.12
http://www.radarmadiun.co.id/main.php?act=detail&catid=27&id=5466. 2009. Carefour Datang, Optimistis Ekonomi Tumbuh. Dapat diakses di http://www.radarmadiun.co.id/main.php?act=detail&catid=27&id=5466 Tanggal 02 september 2009. jam 22.12
http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=11 2009. Tarif Parkir Tak Sesuai Perda. Dapat diakses di http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=11 28/05/2009/madiun. Tanggal 02 september 2009. jam 22.12
Sumber Lain : Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Daerah Kota Madiun Nomer. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Parkir. Peraturan Daerah Kota Madiun Nomer. 5 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah.
cv
Meuthia Fatchanie. 2007. Skripsi. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Hasil Pemungutan Pajak Parkir Di Kabupaten Sleman. Yogyakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.
cvi