UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LUAS BANGUN SEGIBANYAK SEDERHANA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KONKRIT Bambang Hariyanto Abstrak: Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan mendasar untuk dipelajari di sekolah dasar. Namun bagi siswa, matematika sering kali masih merupakan mata pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan. Dengan media sederhana konkrit siswa terlibat langsung untuk menentukan luas bangun datar segibanyak sederhana. Pada penelitian yang penulis lakukan di SD Negeri 4 Tegalharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi menunjukkan hasil pembelajaran dengan menggunakan media konkrit sederhana menghasilkan peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai awal sebelum menggunakan media, rata-rata nilai matematika kurang dari 50, setelah menggunakan media konkrit sederhana nilai ratarata matematika menjadi 80. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan media konkrit sederhana dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri 4 Tegalharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Kata kunci: media pembelajaran konkrit sederhana, Matematika, bangun datar.
Sejak diterapkannya kurikulum 1975 sampai dengan kurikulum 2004,para guru melak-sanakan kegiatan belajar mengajar dengan cara ceramah,sehingga siswa menganggap mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan kurang menye-nangkan. Hal ini disebabkan oleh situasi kelas yang kurang kondusif, metode yang digunakan guru kurang tepat dan suasana kelas kurang menyenangkan. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dan kurang tertantang dalam belajar,mereka kurang berani untuk mengeluarkan pendapat karena takut salah, yang pada akhirnya mereka kurang terlatih untuk bertindak kreatif, inovatif dalam memecahkan masalah-masalah yang Akibatnya hasil belajar dihadapi. matematika siswa kurang maksimal. Sampai saat ini guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa lebih mementingkan hasil akhir daripada proses pembelajaran, sehingga para guru dalam menyampaikan pelajaran mengandal-kan ceramah dan latihan soal saja. Pemerintah sejauh ini baru menerbit-
kan pedoman yang sifatnya masih umum berkaitan dengan dengan kurikulum. Petunjuk yang bersifat teknis seperti buku siswa, atau LKS dan buku untuk guru, be-lum diterbitkan. Hal itu dapat menimbulkan cara pembelajaran yang kurang efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan agar pembelajaran matematika mencapai hasil yang baik, diperlukan siswa yang kreatif, aktif dan inovatif di dalam kelas. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam kelas kontekstual, tugas guru
Bambang Hariyanto adalah Guru SD di Kec. Glenmore Kabupaten Banyuwangi. 38
Hariyanto, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Luas Bangun Segibanyak Sederhana, 39
adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual (Akhmad Sudrajat, Depdiknas, 2008). Oleh karena itu pemilihan media pembelajaran kongkrit yang sesuai dan tepat merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sistim pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran kongkrit mampu menjadikan proses belajar mengajar di kelas menjadi hidup, siswa aktif, kreatif, menarik dan menyenangkan sehingga siswa dapat mengusai konsep, mampu meningkatkan komunikasi serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Selain media pembelajaran kongkrit merupakan penentu dalam keberhasilan pembelajaran matematika, metode kooperatif tidak kalah penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran matematika (As’ari, 2003). Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan penggunaan media pembelajaran konkrit yang mengacu pada proses pembelajaran siswa aktif, kreatif, dan inovatif yang nantinya diharapkan siswa tidak lagi sebagai obyek kegiatan yang hanya datang, duduk, dengar dan diam. Perangkat media pembelajaran kongkrit yang telah digunakan oleh siswa SD Negeri 4 Tegalharjo dalam kegiatan pembelajaran sangat membantu untuk menemukan serta penguasaan konsep, komunikasi dan pemecahan masalah pada siswa. Penggunaan media pembelajaran konkrit telah dieksperimenkan pada siswa SD Negeri 4 Tegalharjo yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi media pembelajaran kongkrit terhadap hasil belajar siswa yang mengacu pada proses pembelajaran bermakna. Secara lebih operasional tujuan penelitian pada tahap eksperimen adalah sebagai berikut (1)
mengetahui apakah hasil belajar yang ditunjukkan oleh kelompok subyek yang menggunakan media pembelajaran kongkrit berbeda secara signifikan apabila dibanding dengan hasil belajar kelompok subyek yang tidak menggunakan media pembelajaran, (2) mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar ketrampilan prosedural antara siswa yang menggunakan media pembelajaran konkrit dengan siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran, (3) mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar pemecahan masalah antara siswa yang menggunakan media pembelajaran kongkrit dengan siswa yang tidak menggunakan media pembelajaran. Pada dasarnya penggunaan media pembelajaran kongkrit dalam proses kegiatan belajar, merupakan bagian dari strategi pembelajaran sehingga sejalan dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Menurut KBK, kemampuan yang ditekankan dalam belajar matematika adalah kemampuan memecahkan masalah, pengembangan cara berfikir dan bernalar, dan mengkomunikasikan gagasan matematika pada berbagai konteks ilmu pengetahuan dan teknologi (Ipung Yuwono: 2002). Berdasarkan uraian di atas, media pembelajaran kongkrit dapat digunakan sebagai salah satu strategi kegiatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan dan penguasaan konsep, komunikasi, dan pemecahan masalah yang pada akhirnya hasil belajar yang dicapai siswa meningkat. Secara garis besar, media pembelajaran kongkrit memiliki peran penting dalam proses kegiatan belajar dan dapat dilihat dengan ciri ciri sebagai berikut : (1) pembelajaran dapat didesain dari masalahmasalah sederhana yang terdapat disekitar siswa dan berbasis pengalaman yang dimiliki oleh siswa, (2) dengan mengikuti langkah-langkah pada proses kegiatan belajar dengan bimbingan guru, siswa dilatih untuk mengikuti pola kerja dengan menggunakan media pembelajaran kongkrit, (3) Lembar Kerja Siswa (LKS) telah dirancang sedemikian rupa sehingga memuat per-
40, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.
tanyaan atau tugas untuk siswa yang menggiring siswa pada kegiatan penelitian dengan menggunakan media pembelajaran kongkrit. Melalui penelitian yang menggunakan media pembelajaran yang dilakukan siswa, siswa dilatih untuk mengkonstruksi, menemukan konsep dan memecahkan masalah sebagaimana yang dilakukan oleh para matematikawan, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna, (4) siswa dikenalkan pada suatu konsep melalui hal hal yang kongkrit dengan penggunaan media pembelajaran kongkrit yang cukup leluasa dengan pematematikaan horizontal. Pematematikaan horizontal adalah suatu proses yang dilakukan siswa dalam mengemukakan gagasannya atau menemukan solusi suatu masalah secara mandiri, tidak perlu sama antara siswa yang satu dengan siswa lainnya bahkan dengan gurunya sekalipun, (5) terdapat interaksi yang kuat antara siswa satu dengan siswa lainnya menyangkut hasil pemikiran para siswa yang dikonfrontasikan dengan siswa lainnya, (6) siswa melakukan pematematikan vertikal dibawah bimbingan seorang guru, (7) siswa mendapatkan tugas rumah sebagai latihan untuk menginternalisasikan konsep yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini perolehan belajar didefinisikan sebagai unjuk kerja dan perilaku yang diperlihatkan oleh siswa setelah memperoleh perlakuan, berupa implementasi media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yang dirinci sebagai berikut: (1) keterampilan prosedural matematika adalah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dengan menggunakan bantuan media pembelajaran, (2) kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. METODE Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Akker,1999;Gravemeijer, 1994) yang terdiri dari atas tahap pengembangan dan eksperimen. Dalam tahap pengembangan dilakukan evaluasi formatif, berupa uji ahli, dan uji coba lapangan. Dalam uji coba lapangan evaluasi formatif
bersumber dari tanggapan ahli, tanggapan guru dan tanggapan siswa. Eksperimen merupakan evaluasi sumatif pada model dan buku siswa serta media pembelajaran (Ipung Yuwono, 2002). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa satu masalah, yaitu luas daerah bangun segi banyak. Pengembangan perangkat pembelajaran itu mengacu pada penggunaan media pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan, dimintakan pendapat kepada beberapa orang guru di sekolah dan teman sejawat lainnya yang berpengalaman mengajar lebih dari 20 tahun. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 4 Tegalharjo Kecamatan Glenmore. Kelas VI ini adalah kelas pararel yang masing-masing kelas terdiri dari siswa. Bertindak sebagai guru adalah guru yang sehari hari memang mengajar di kelas tersebut. Guru tersebut telah mendapatkan bimbingan dari beberapa teman sejawat yang berpengalaman mengajar matematika di sekolah dasar lebih dari 20 tahun tentang manfaat media pembelajaran dalam proses belajar. Disamping itu guru tersebut mendapat simulasi implementasi penerapan media pembelajaran di kelas. Bentuk simulasi itu berupa pemberian contoh cara menggunakan media pembelajaran di kelas uji coba dengan peneliti sebagai guru, dan guru tersebut mengamati implementasi pembelajaran di kelas tersebut. Instrumen penelitian terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, lembar observasi, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar pengamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data uji pada buku siswa memperlihatkan bahwa semua teman sejawat sepakat dengan peneliti pada eksistensi komponen-komponen yang telah dituangkan dalam pembelajaran yang mengacu pada penggunaan media pembelajaran. Dengan demikian berdasarkan kriteria mayoritas, maka media pembelajaran dan hasil kerja pada buku siswa telah dianggap valid dan
Hariyanto, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Luas Bangun Segibanyak Sederhana, 41
sesuai dengan prinsip prinsip pembelajaran bermakna. Pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada hal tersebut di atas bertujuan untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran guru dan kapasitas profesionalnya melalui reviwe pelajaran sehari-hari, hal ini disampaikan oleh Nurjanah (Baba dan Kajima, 2003). Data yang diperoleh dari pengamatan di kelas ada beberapa siswa yang kurang memahami penjelasan guru. Ada beberapa soal yang masih dianggap sulit bagi siswa. Untuk itu diperlukan diskusi dengan siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk soal yang dianggap sulit bagi siswa, siswa diberi media pembelajaran yang sesuai sehingga siswa dapat menemukan konsep sendiri yang pada akhirnya siswa dapat memecahkan masalah tersebut melalui diskusi. Disamping itu siswa juga dibimbing cara menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan media pembelajaran yang dilakukan secara kelompok. Dengan demikian media pembelajaran sangat membantu siswa dalam pemecahan masalah matematika walaupun menghadapi soal yang sulit sekalipun. Pada awalnya banyak siswa yang mempersepsikan bahwa pelajaran matematika sebagai pelajaran yang menakutkan, sulit, dan kurang menyenangkan. Beberapa penyebabnya antara lain situasi kelas yang kurang kondusif, metode yang digunakan oleh guru kurang tepat, suasana kelas kurang menyenangkan, dan tidak adanya media pembelajaran yang membantu dalam proses kegiatan belajar. Siswa kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan kurang tertantang dalam belajarnya. Mereka kurang berani mencoba coba dengan resiko membuat salah, sehingga mereka kurang terlatih untuk bertindak kreatif, inovatif dalam memecahkan masalah matematika. Akibatnya, hasil belajar siswa kurang maksimal (Abdur Rahman As’ari dan Endang Novita Ciptiani,2003). Pada akhirnya setelah menggunakan media pembelajaran, siswa lebih aktif, kreatif, dan merasa tertantang sehingga siswa menemukan jati dirinya dalam pem-
belajaran matematika. Dalam penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan yang dikatagorikan dalam beberapa faktor yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung dalam implementasi penggunaan media pembelajaran adalah (1) setiap siswa mendapatkan media yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, (2) tingginya semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran, (3) suasana belajar yang riang terkendali dan tidak tegang atau tidak kaku, (4) guru cukup antusias dan mampu menggiring siswa untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Dalam implementasi pembelajaran yang menggunakan media, lembar kerja siswa merupakan suatu yang mutlak harus diadakan untuk menunjang proses belajar selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian lembar kerja siswa lebih menekankan pada penulisan/ pencatatan hasil kegiatan pembelajaran. Teorema atau rumus untuk menyelesaikan masalah dapat ditemukan oleh siswa dengan mengikuti langkah langkah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran. Faktor penghambat dalam implementasi penggunaan media pembelajaran adalah (1) guru mengalami kesulitan untuk mengatur waktu dalam pembuatan media pembelajaran atau malas, (2) kemampuan siswa bervariasi dalam memecahkan masalah dengan menggunakan media pembelajaran, (3) guru sulit mengembangkan pembuatan media pembelajaran dikarenakan kurangnya pengetahuan dalam pembuatan media pembelajaran, (4) mahalnya biaya dalam pembuuatan media pembelajaran, (5) kurangnya dukungan dari lembaga tentang biaya pengadaan pembuatan media pembelajaran. Faktor penghambat muncul karena masalah yang timbul bersumber dari guru, dan lembaga yang bersangkutan. Selain itu guru melihat materi pembelajaran terlalu banyak, ada tuntutan materi harus selesai dalam satuan waktu tertentu, dan adanya ujian nasional dan daerah, sehingga guru
42, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.
menyampaikan pembelajaran secara konvensional. Materi yang terlalu banyak tersebut sebagian dapat dimampatkan atau digabungkan sehingga materi lebih ramping. Pada akhirnya penekanan pembelajarannya terletak pada hasil maksimal pembelajaran siswa (nilai siswa), bukan terletak pada pengembangan cara berfikir dan bernalar siswa. Faktor penghambat bagi siswa yang bervariasi dapat menjadi faktor pendukung, karena pembentukan kelompok pada saat diskusi didasarkan atas kemampuan siswa. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa yang pandai akan menyebar pada beberapa kelompok. Dengan demikian komunikasi matematika siswa pada tiap kelompok akan lebih baik, karena siswa biasanya tidak segan bertanya kepada kawannya dalam kelompok tersebut. Selain itu, bahasa siswa yang sebaya dalam berkomunikasi matematika sering mudah dicerna oleh siswa yang sebaya umurnya. SIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Dengan adanya penggunaan media pembelajaran guru lebih mudah menjelaskan materi pembelajaran pada siswa. 2. Guru bertindak sebagai pembimbing, DAFTAR RUJUKAN Akker, J.V.d . 1999. Principles and Methods of Development Research.Dalam J.v.d Akker (Eds). Design Approachs and Tools in Education and Training. Dordrecht:Kluwer As’ari, A.R. 2003. Pembelajaran Struktur Aljabar I dengan Cooperative Learning Model Jigsaw. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Himpunan Peminat Aljabar di UGM Yogyakarta
sedangkan siswa aktif dengan kegiatan pembelajaran. 3. Penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Siswa dapat memiliki penguasaan konsep, komunikasi, dan dapat memecahkan masalah sederhana dengan menggunakan media pembelajaran. 5. Secara langsung siswa melakukan diskusi antar siswa, antar kelompok yang pada akhirnya model pembelajaran kooperatif sekaligus dapat dilaksanakan. 6. Media pembelajaran dapat meringankan guru dalam kegiatan pembelajaran terutama penggunaan metode ceramah. Dari penelitian ini disarankan sebagai berikut : 1. Perlunya sosialisasi tentang pembuatan dan penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar kepada guru-guru melalui kegiatan KKG. 2. Untuk kegiatan semacam ini sangat perlu adanya dukungan biaya dari lembaga/sekolah. 3. Perlu dikembangkan kreatifitas guru dalam pembuatan dan penggunaan media pembelajaran.
Baba, T and Kajima, M. 2003 Lesson Study. Japan International Cooperation Agency (ed) Japanesse Educational Experiences. Tokyo: Japan International Cooperation Agency Gravemejer, K.P.E. 1994 Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht : Freudenthal Institute.
Sudrajat,
A.
2008.
Pembelajaran
Hariyanto, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Luas Bangun Segibanyak Sederhana, 43
Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Implementasi Yuwono, I. 2002 Pembelajaran Matematika Berbasis RME (Realistic Mathematics Education) di SLTP. Peneliti Dosen Muda. Malang: Lembaga Penelitian.