UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENGUNGKAPKAN INFORMASI SECARA LISAN TENTANG KELUARGA PELAJARAN BAHASA PRANCIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DI KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 12 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013 Sri Palupi SMA Negeri 12 Medan
ABSTRAK Subjek penelitian sebanyak 41 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi yang dilakukan pada siswa. Berdasarkan Observasi hasil penelitian persentase tingkat kemampuan berbahasa siswa meningkat dari 41 orang siswa terdapat 24,4% siswa yang memiliki kemampuan berbahasa sangat baik, 61% siswa yang memiliki kemampuan berbahasa baik dan 14,6 siswa tingkat kemampuan berbahasa cukup. Persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan berbahasa siswa dari 41 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Siklus I pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas. Dengan demikiandengan menggunakan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa.
Kata Kunci : model pembelajaran TPS dan mengungkapkan informasi secara lisan
PENDAHULUAN Latar Belakang Kurikulum nasional untuk mata pelajaran Bahasa Prancis berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Hakikat belajar sastra adalah memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam pelajaran Bahasa Prancis yang baik dan benar secara lisan dan tulis. Pembelajaran Bahasa Prancis yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek, yaitu menyimak (comprehenssion orale), berbicara 226
(production orale), membaca (comprehenssion ecrite) dan menulis (production ecrite). Diantara keempat aspek tersebut dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada aspek berbicara (production ecrite). Aspek berbicara ini dipilih karena sangat mendukung terjadinya proses berkomunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicara siswa belajar berkomunikasi. Berdasarkan pengalaman di lapangan (empiris) diketahui bahwa kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat siswa kelas XI IPA II SMA Negeri 12 Medan dalam proses pembelajaran masih rendah. Dari data yang ada menunjukkan dari hasil perolehan nilai tersebut dari jumlah siswa
41 orang, hanya 36,59% (15 siswa) yang mendapat nilai 60 ke atas (batas ketuntasan guru), sedangkan sisanya atau sebanyak 63,41% (26 siswa) mendapat nilai di bawah 60. Selain itu, dari tugas sebelumnya yang diberikan oleh guru tidak menampakkan adanya peningkatan kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat siswa. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan memahami wacana lisan berbentuk dialog tentang keluarga pada pelajaran Bahasa Prancis di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013?”. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan memahami wacana lisan berbentuk dialog tentang keluarga pelajaran Bahasa Prancis kelas XI IPA 2 SMA Negeri 12 Medan tahun ajaran 2012/2013. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa: Sebagai bahan masukan agar siswa lebih kreatif lagi dalam menuangkan ide, gagasan serta pikirannya dalam berbicara. 2. Bagi Guru: Memberikan alternatif pilihan penggunaan teknik, sehingga guru lebih kreatif lagi dalam mengembangkan dan menggunakan teknik pembelajaran. 3. Bagi Sekolah: Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang disajikan tempat penelitian. 4. Sebagai bahan usul kenaikan pangkat satu tingkat.
227
KAJIAN PUSTAKA Kemampuan Kemampuan adalah suatu kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Kemampuan menunjukan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang. Kemampuan adalah kata yang sudah mengalami afiksasi (pengimbuhan) denagan kata dasar mampu berarti sanggup. Di dalam kamus besar Indonesia, kemampuan berasal dari kata ”mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan. Kemampuan adalah suatu kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang ia lakukan. Menurut Chaplin (2009) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga ( daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins (2008) kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik. Berbicara oleh Mulgrave dalam Henry Guntur Tarigan (2007:15) adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhankebutuhan sang pendengar atau penyimak. Henry Guntur Tarigan (2007:15) mengatakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Bicara merupakan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia akan berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat utamanya. Selanjutnya bagaimana pula dengan pengertian bicara anak? Kalau kita mengamati anak bicara, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan bicara anak adalah suatu penyampaian maksud
tertentu dengan mengucapkan bunyibunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar di sekitarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara dan berbahasa yaitu : faktor fisik, psikologi, neurologis, semantik dan linguistik. a. Faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa, juga organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan dan muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. b. Faktor psikologis yaitu memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilisasi emosi, tidak hanya berpengaruh terhadap keruntutan informasi yang dibicarakan. c. Faktor neurologis yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. d. Faktor semantik yaitu yang berhubungan dengan makna setiap simbol bahasa yang diucapkan mewakili maksud tertentu. e. Faktor linguistik atau penguasaan tentang hal kebahasaan seperti struktur kata dan kalimat sangat berperan akan pembentukan makna dalam kegiatan berbicara. Hal ini ditandai dengan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap seperti kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna. Pendapat di atas telah jelas, berhasil atau tidaknya anak dalam berbicara dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Faktor yang paling utama mempengaruhi kemampuan berbicara dan berbahasaadalah faktor linguistik. Adapun indikator kemampuan berbahasa adalah : meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) Tipe Think Pair Share dalam pembelajaran kooperatif pertama kali diperkenalkan oleh Frank Lymn. Tipe ini 228
merupakan tipe yang sangat sederhana dan banyak keuntungan karena dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pembentukan pengetahuan oleh siswa. Dalam metode pembelajaran kooperatif, tipe ini termasuk ke dalam pendekatan struktural (Trianto, 2007:67). Pendekatan struktural menekankan penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Dengan menggunakan suatu prosedur atau struktur tertentu, para siswa dapat belajar dari siswa yang lain dan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya dalam situasi non kompetisi sebelum mengungkapkannya di depan kelas. Menurut Spencer Kagan (dalam Zainal Aqib 2009:43) menyatakan bahwa Think Pair Share memberikan kesempatan kepada siswa memikirkan sendiri jawaban dari pernyataan yang kemudian berdiskusi dengan pasangannya untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati kepada semua siswa di kelas. Model think pair and share merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama antar siswa dalam kelompok. Model Think Pair and Share berarti memberikan waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang akan diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Sebagai contoh media pembelajaran kartu kata atau kalimat adalah media yang digunakan dalam pembelajaran yang berisi kata atau kalimat tunggal. Media pembelajaran ini berfungsi untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam kelompok. Misalnya, guru memberikan sebuah wacana rumpang, setiap siswa, kemudian setiap siswa memikirkan jawaban yang tepat untuk mengisi kata atau kalimat yang hilang tersebut dengan kata atau kalimat yang tepat. Kartu kata dan kartu
kalimat yang telah dibagikan dalam setiap kelompok dapat digunakan untuk mengisi kata atau kalimat yang hilang. Siswa saling bekerja sama untuk mengisi wacana rumpang tersebut. Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Langkah-langkah Penggunaan Pembelajaran dengan TPS (Think Pair Share) Menurut Munawaroh (2005: 31-32) langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif model Think Pair and Share adalah berikut ini: 1) Berpikir (thinking): guru mengajukan pertanyaan atau isu atau materi mengenai mata pelajaran tertentu dan siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri mengenai jawaban pertanyaan tersebut. 2) Berpasangan (pairing): selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan. Namun, jika tidak memungkinkan, maka kelas dapat dibentuk kelompok dengan anggota empat sampai lima orang. Interaksi 229
selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama. 3) Berbagi (sharing): pada langkah ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut atau kelompok tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain sehingga hampir setengah dari jumlah kelompok di dalam kelas mempunyai kesempatan untuk melaporkan hasil pekerjaan. Kerangka Berpikir Berdasarkan deskripsi teoritis yang telah dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengungkap hal-hal yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari secara lisan dengan kemudahan dan kepasihan yang memadai sehingga dapat dipahami oleh lawan bicara. Dalam berbicara, siswa dilatih berbicara secara jelas, memakai intonasi yang tepat urutan kata yang sistematis, menguasai pendengar dan berperilaku menarik. Beberapa standar kriteria berbicara yang harus dimiliki oleh siswa kelas XI IPA2 yaitu, dapat mengomentari persoalan, dapat memberikan saran atau pendapat yang ditanyakan kepadanya, berbicara dengan lafal, memakai urutan yang sistematis, intonasi yang tepat dan lancar. Model pembelajaran Think Pair and Share merupakan struktur kegiatan pembelajaran gotong-royong. Model ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran kooperatif ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Model Think Pair and Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Pembelajaran Bahasa Prancis
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasii dalam Bahasa Prancis dengan baik sehingga anak dalam kemampuan berbicara dan berbahasanya berbahasa dapat memperluas pergaulan, serta pengembangan karir. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan guruan an ini adalah sebagai berikut: setelah menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa dalam pelajaran Bahasa Prancis pada siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. 2012/2013
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan berbicara dan berbahasa dalam pelajaran Bahasa Prancis dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) di kelas XI IPA2 SMA S Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2103/2014. Subjek dan Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 yang berjumlah 41
orang siswa di SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai kegiatan persiapan sampai pelaksanaan tindakan. Defenisi Operasional Variabel Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah : a) Kemampuan berbicara: suatu kecakapan cakapan atau potensi yang dimiliki oleh individu untuk penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. b) Model TPS (Think Think Pair Share): Share berpikir ir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, merupakan struktur kegiatan pembelajaran gotong-royong. gotong Desain Penelitian Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas las dengan menggunakan prosedur penelitian menurut Arikunto Ari (2008:16) sebagai berikut: berikut
Gambar 1. Desain PTK Model Kemmis dan Targgat
230
Prosedur Penelitian Penelitian ini langsung dilakukan di dalam kelas meliputi kegiatan pelaksanaan PTK berupa tes awal, refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas. Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang guru Bahasa Prancis dalam mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Prancis Kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2103/2014. Teknik Analisis Data Analisis data penelitian yang akan dilakukan adalah kualitatif yang berupa pengisian lembar observasi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk mengetahui kemampuan berbicara dan berbahasa siswa secara individu berdasarkan observasi dapat digunakan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2009: 133): Pį =
f x100 n
Pį = persentase hasil pengamatan f = jumlah skor hasil observasi n = jumlah skor maksimal
hasil belajar masing-masing individu yaitu dengan ketentuan sebagai berikut: Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa Dalam % Rentang Nilai (%)
Kriteria
85% - 100%
Sangat Baik
70% - 84%
Baik
55% - 69%
Cukup
0% - 54%
Kurang
Dan untuk menentukan persentase kemampuan siswa secara klasikal dapat dicari dengan rumus: P=
f x100 % n
Di mana : P = jumlah persentase siswa yang mengalami perubahan F = jumlah siswa yang tuntas n = jumlah siswa keseluruhan Secara individual dikatakan memiliki kemampuan belajar jika Pį dan P ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila P ≥ 80%.
Hasil pengukuran ketuntasan kompetensi siswa yang telah ditetapkan oleh SMA Negeri 12 Medan Tuntas : Apabila siswa dapat menguasai ≥ 60 dari indikator kemampuan Tidak Tuntas : Apabila siswa dapat menguasai ≤ 60 dari indikator kemampuan Dari uraian di atas dapat diketahui siswa yang kurang, cukup, baik dan sangat baik dalam pembelajaran dapat diketahui dari persentase perbandingan
231
HASIL PENELITIAN Setelah melakukan penelitian selama 2 siklus (4 pertemuan) dapat disimpulkan bahwa penerapan TPS (Think Pair Share) pada Pelajaran Bahasa Prancis dapat meningkatkan Kemampuan berbicara dan berbahasa siswa baik secara individual maupun secara klasikal. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil data rekapitulasi mulai dari siklus I sampai dengan siklus II.
Tabel 1.
Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Tingkat Kemampuan Berbahasa Pada Siklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan I dan II)
Siklus I Siklus I Pertemuan I Pertemuan II % Kategor % Kategori i 66,7% Cukup 73,1% Baik
73,1%
Baik
87,5%
2 3 4 5
70,8% 33,3% 41,7% 75%
Baik Kurang Kurang Baik
73,1% 57,7% 57,7% 76,9%
Baik Cukup Cukup Baik
73,1% 57,7% 57,7% 76,9%
Baik Cukup Cukup Baik
84,4% 75% 75% 87,5%
6 7 8 9
41,7% 33,3% 45,8% 95,8%
61,5% 57,5% 66,7% 92,3% 61,5% 57,7% 57,7% 76,9%
61,5% 57,7% 57,7% 76,9%
Cukup Cukup Cukup Sangat Baik Cukup Cukup Cukup Baik
75% 71,9% 75% 87,5%
33,3% 33,3% 50% 75%
Cukup Cukup Cukup Sangat Baik Cukup Cukup Cukup Baik
61,5% 57,5% 66,7% 92,3%
10 11 12 13
Kurang Kurang Kurang Sangat Baik Kurang Kurang Kurang Baik
14 15 16
62,5% 62,5% 70,8%
Cukup Cukup Baik
65,4% 65,4% 65,4%
Cukup Cukup Cukup
65,4% 65,4% 65,4%
Cukup Cukup Cukup
84,4% 84,4% 87,5%
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
58,3% 50% 45,8% 50% 45,8% 41,7% 41,7% 41,7% 50% 87,5%
53,8% 46,2% 42,3% 50% 57,7% 46,2% 46,2% 50% 50% 84,6%
30
58,3%
69,2%
69,2%
Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Sangat Baik Kurang Kurang Sangat Baik Cukup
65,6% 65,6% 68,8% 68,8% 71,9% 75% 75% 78,1% 65,6% 93,8%
45,8% 45,8% 100%
Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Sangat Baik Kurang Kurang Sangat Baik Cukup
53,8% 46,2% 42,3% 50% 57,7% 46,2% 46,2% 50% 50% 84,6%
27 28 29
Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Sangat Baik Kurang Kurang Sangat Baik Cukup
31 32 33
50% 54,2% 41,7%
Kurang Kurang Kurang
65,4% 66,7% 57,7%
Cukup Cukup Cukup
65,4% 66,7% 57,7%
Cukup Cukup Cukup
78,1% 81,3% 78,1%
Ko de Sis wa 1
53,8% 53,8% 100%
232
Siklus II Pertemuan I % Kategori
53,8% 53,8% 100%
Siklus II Pertemuan II % Kategori
75% 65,6% 71,9% 90,6%
78,1% 81,3% 100% 90,6%
Sangat Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Cukup Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik
34 35 36 37
45,8% 50% 62,5% 87,5%
38 39 40 41
41,7% 33,3% 37,5% 66,7%
Ju ml ah Rat a– rat a Kat ego ri
Kurang Kurang Cukup Sangat Baik Kurang Kurang Kurang Cukup
2.224,8
2.560,2
2.864,4
Baik Baik Baik Sangat Baik 81,3% Baik 75% Baik 75% Baik 90,6% Sangat Baik 3.247,1
54,3%
62,4%
69,9%
79,2%
Kurang
Cukup
Baik
Baik
Keterangan :
53,8% 57,7% 69,2% 84,1% 57,7% 50% 53,8% 73,1%
Kurang Cukup Cukup Sangat Baik Cukup Kurang Kurang Baik
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
No. 1
57,7% 50% 53,8% 73,1%
Kurang Cukup Cukup Sangat Baik Cukup Kurang Kurang Baik
75% 75% 81,3% 100%
: 85% - 100% : 70% - 84% : 55% - 69% : dibawah 55%
Dari data pada tabel rekapitulasi diatas dapat diketahui bahwa rata – rata skor peningkatan kemampuan berbahasa siswa secara individual terus meningkat selama 2 siklus (4 Pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata – rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 54,3% (Kurang). Pada siklus I pertemuan II, persentase rata – rata nilai Tabel 2.
53,8% 57,7% 69,2% 84,1%
tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 62,4% (Cukup). Pada siklus II pertemuan I, persentase rata – rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 69,9% (Baik) dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata – rata nilai tingkat kemampuan berbahasa mencapai 79,2% (Baik).
Rekapitulasi Perubahan Tingkat Kemampuan Berbahasa Siswa Secara Klasikal Pada Siklus I (Pertemuan I dan II) dan Siklus II (Pertemuan I dan II)
Kategori
Sangat Baik 2 Baik 3 Cukup 4 Kurang Jumlah
Siklus I Pertemuan I Jlh % 4 9,8%
Siklus I Pertemuan II Jlh % 4 9,8%
Siklus II Pertemuan I Jlh % 9 22%
4 7 26 41
5 19 13 41
11 13 8 41
9,8% 17,1% 63,4% 100%
233
12,2% 46,3% 31,7% 100%
26,8% 31,7% 19,5% 100%
Siklus II Pertemuan II Jlh % 10 24,4% 25 6 0 41
61% 14,6% 0% 100%
Hasil data di atas pada kemampuan berbahasa di siklus I pada pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan, begitu pula di siklus II pada pertemuan 1 dan 2 juga sangat mengalami peningkatan yakni sebagai berikut: 1. Pada kriteria sangat baik mengalami peningkatan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 24,4% atau sebanyak 10 orang siswa. 2. Pada kriteria baik mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 61% atau sebanyak 25 orang siswa. 3. Pada kriteria cukup mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan I dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 14,6% atau sebanyak 6 orang siswa. 4. Sedangkan untuk kriteria kurang mengalami penurunan dari siklus I pada pertemuan 1 dan 2 ke siklus II pada pertemuan 1 dan 2 sebesar 0% atau tidak ada siswa yang kurang dalam hal berbicara.
Tabel 3.
No 1 2
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dilihat perubahan tingkat kemampuan berbahasa siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 9,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 17,1% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 63,4% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Pada siklus I pertemuan II dari 41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 12,2% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 46,3% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Pada siklus II pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 22% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 26,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 19,5% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat kemampuan berbahasa siswa meningkat dari 41 orang siswa terdapat 24,4% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 61% siswa tingkat kemampuan berbahasa baik dan 14,6% siswa tingkat kemampuan berbahasa cukup.
Rekapitulasi Persentase Hasil Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbahasa Siswa Secara Klasikal Siklus I (Pertemuan I & II) dan Siklus II (Pertemuan I & II)
Tingkat Ketuntasan Kemampuan Berbahasa Siswa Tuntas ≥65% Tidak tuntas ≤65% Jumlah
Siklus I pertemuan I
Siklus I pertemuan II
Siklus II pertemuan I
Siklus II prtemuan II
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
Jlh
%
10 31
24,4% 75,6%
17 24
41,5% 58,5%
24 17
58,5% 41,5%
41 0
100% 0%
41
100%
41
100%
41
100%
41
100%
234
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan berbahasa siswa dari 41 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas. Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada Pelajaran Bahasa Prancis dapat meningkatkan kemampuan berbicara (production orale) siswa di kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan baik secara individual maupun klasikal.
siklus I pertemuan II, persentase rata – rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 62,4% (Cukup). Pada siklus II pertemuan I, persentase rata – rata nilai tingkat kemampuan berbahasa siswa adalah 69,9% (Baik) dan pada siklus II pertemuan II mengalami peningkatan rata-rata nilai tingkat kemampuan berbahasa mencapai 79,2% (Baik). Perubahan tingkat kemampuan berbahasa siswa secara klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 9,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 17,1% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 63,4% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Pada siklus I pertemuan II dari 41 orang siswa terdapat 9,8% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 12,2% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 46,3% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Pada siklus II pertemuan I dari 41 orang siswa terdapat 22% siswa tingkat kemampuan berbahasa sangat baik, 26,8% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa baik, 31,7% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa cukup dan 19,5% siswa memiliki tingkat kemampuan berbahasa kurang. Dan pada siklus II pertemuan II persentase tingkat kemampuan berbahasa siswa meningkat dari 41 orang siswa terdapat 24,4% siswa tingkat
KESIMPULAN a. Penggunaan Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa siswa pada Pelajaran Bahasa Prancis di kelas XI IPA2 SMA Negeri 12 Medan Tahun Ajaran 2012 / 2013. b. Penelitian dibagi menjadi II siklus tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan, peneliti menggunakan analisis data observasi. c. Hasil penelitian berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru: Rata – rata skor peningkatan kemampuan berbahasa siswa secara individual terus meningkat selama 2 siklus (4 pertemuan). Pada siklus I pertemuan I, persentase rata – rata nilai tingkat kemampuam berbicara siswa adalah 54,3% (Kurang). Pada 235
SMA, SMK. Bandung : Yrama Widya
kemampuan berbahasa sangat baik, 61% siswa tingkat kemampuan berbahasa baik dan 14,6% siswa tingkat kemampuan berbahasa cukup. Dan persentase hasil tingkat ketuntasan kemampuan berbahasa siswa dari 41 orang siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas dan 75,6% siswa tidak tuntas. Pada siklus I pertemuan II terdapat 41,5% siswa yang tuntas dan 58,5% siswa yang tidak tuntas. Pada siklus II pertemuan I terdapat 58,5% siswa yang tuntas dan 41,5% siswa yang tidak tuntas sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang siswa yang tuntas.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta : Kencana Tarigan, Henry Guntur. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakata : Kencana. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990), Kamus Besar Bahasa Prancis cetakan 3, Jakarta : Balai Pustaka Sekilas tentang penulis : Sri Palupi, S.Pd. adalah Guru Bahasa Prancis pada SMA Negeri 12 Medan
SARAN 1. Guru harus menggunakan bermacam – macam variasi dalam mengajar agar siswa tidak bosan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Baik dalam metode mengajar, teknik mengajar maupun strategi mengajar. 2. Guru harus menggunakan media yang menarik perhatian siswa dan sesuai dengan materi yang diajarkan. 3. Guru harus lebih giat dalam memberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan minat belajar siswa 4. Guru harus melakukan pendekatan secara emosional kepada para siswa agar disenangi dan dikagumi oleh para siswa.
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal., Maftuh, M., Sujak., Kawentar. 2009. Penelitian Tindkan Kelas untuk Guru SMP, 236