BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang penelitian Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang merupakan makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama
W D
kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI
K U
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan (Tarigan, 2011).
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi sejak dilahirkan
©
sampai usia 6 bulan, tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes (WHO, 2002). World Health Organization (WHO) menganjurkan bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, dan pemberian ASI dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping ASI (MP-ASI) selama 2 tahun pertama. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan anjuran WHO sejak tahun 2004 melalui dengan dikeluarkannya Kepmenkes No.450/MENKES/IV/2004 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi, Undang-undang (UU) No. 36 pasal 128 tahun
1
2
2009 tentang kesehatan, serta Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 tahun 2014 tentang pemberian ASI eksklusif.
Meskipun keunggulan dan manfaat ASI dalam menunjang kelangsungan hidup bayi telah banyak diketahui, dalam kenyataannya belum diikuti pemanfaatan pemberian ASI secara optimal. Kecenderungan
ibu dalam
W D
memberikan ASI masih rendah, sebaliknya penggunaan susu formula cenderung meningkat. Proporsi pemberian ASI eksklusif berdasarkan beberapa survey mengindikasikan masih jauh dari target yang diharapkan Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar 80%.
K U
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan jumlah bayi yang menyusu pada 1 jam pertama setelah lahir
©
(inisiasi menyusu dini, IMD) baru mencapai 3,7% sementara pemberian ASI eksklusif sampai dengan usia 4 bulan adalah 55,1% dan sampai dengan usia 6 bulan adalah 39,5%. Sedangkan data SDKI tahun 2007, angka IMD sebesar 43,9%, sementara pemberian ASI eksklusif sampai dengan 4 bulan sebesar 40,6%, dan sampai bayi berusia 6 bulan sebesar 32,4%. Sedangkan data SDKI tahun 2012, angka pemberian ASI eksklusif sampai dengan 4 bulan sebesar 48,9% dan sampai bayi berusia 6 bulan sebesar 27,1%. Sementara itu, jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 serta menjadi 28,7% pada tahun 2012. Angka
3
keberhasilan program ASI eksklusif di Indonesia secara keseluruhan cenderung menurun.
Dalam rangka meningkatkan proporsi pemberian ASI eksklusif, WHO bersama United Nations Children’s Fund (UNICEF) mengusung Ten steps to succesful breastfeeding atau 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Dalam 10
W D
langkah menuju keberhasilan menyusui tersebut, salah satu hal yang menjadi langkah peningkatan pemberian ASI eksklusif yaitu dengan inisiasi menyusu dini (IMD). Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia dipengaruhi beberapa hal antara lain belum optimalnya penerapan 10 langkah
K U
menuju
keberhasilan menyusui tersebut di rumah sakit dan sarana layanan kesehatan, kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang ASI eksklusif, rendahnya pengetahuan ibu dan anggota keluarga lain mengenai manfaat ASI
©
eksklusif dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dari petugas kesehatan, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan genjarnya pemasaran susu formula (Fahriani R, 2013).
Selain itu penelitian di Peninsular Malaysia menemukan ibu yang berusia lebih tua (≥25 tahun) memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang berusia lebih muda (<25 tahun). Selain itu ditemukan juga kelompok ibu multipara memiliki kemungkinan lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan primipara. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan ASI eksklusif juga ditunjukkan pada
4
penelitian tersebut, yang menemukan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan keberhasilan ASI eksklusif selama 6 bulan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi angka pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang mengkaji pengaruh ibu bekerja terhadap ASI eksklusif, juga dilakukan dalam penelitian ini yang menemukan bahwa ibu bekerja memiliki resiko lebih besar untuk menghentikan memberikan ASI eksklusif, dibandingkan
W D
ibu yang tidak bekerja atau bekerja di rumah (Leong TK, 2011).
Selain penelitian diatas, pengetahuan
ibu berperan penting dalam
kesuksesan pemberian ASI eksklusif. Penelitian di Surakarta tahun 2011 dan
K U
Jakarta tahun 2013 menemukan, ibu yang memiliki pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif memiliki kemungkinan lebih besar untuk sukses memberikan ASI eksklusif (Juliastuti R, 2011).
©
Sudah ada beberapa penelitian di Yogyakarta mengenai faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, namun masih perlu dilakukan penelitian dalam rangka meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif yang masih rendah jumlahnya. Atas dasar masalah tersebut, penelitian ini bermaksud mengetahui hubungan faktor-faktor pada ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Danurejan 1 & 2, Yogyakarta.
1.2 Masalah penelitian
5
ASI merupakan hak bayi. Namun dalam kenyataannya, tidak semua ibu memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan. Persentase ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah yang ditargetkan oleh Depkes RI yaitu 80 %. Tidak terpenuhinya hak bayi akan ASI ekslusif akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan daya tahan tubuh bayi yang dapat menimbulkan
W D
masalah dikemudian hari. Banyak faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Dari banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif tersebut, terdapat beberapa faktor yang hanya berasal dari ibu itu sendiri.
K U
1.3 Pertanyaan penelitian
1. Apakah terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan:
©
a. Tingkat pendidikan ibu
b. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif c. Status pekerjaan ibu d. Umur ibu
e. Jumlah paritas ibu f. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum
6
Meningkatkan pemberian ASI eksklusif melalui identifikasi hubungan faktor ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif, pekerjaan, umur, dan jumlah paritas ibu terhadap pemberian ASI
W D
eksklusif.
2. Mengetahui proporsi pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Danurejan 1 & 2 tahun 2015.
K U
1.5 Manfaat penelitian
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
©
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan serta meninjau kembali ilmu atau teori yang sudah ada mengenai pemberian ASI eksklusif.
2. Karya tulis ini dapat digunakan sebagai pengantar penelitian lebih lanjut, terutama dalam membuat strategi untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif 6 bulan kepada bayi.
3. Membantu meningkatkan perhatian masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif 6 bulan.
1.6 Keaslian Penelitian
7
Berikut adalah penelitian lain yang berhubungan dengan judul penelitian mengenai Hubungan Faktor-Faktor Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Danurejan I & II, Yogyakarta : Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No.
Peneliti,
Judul
Tahun
Desain
1.
Kesimpulan
Penelitian
W D
Nurwulan, Pengaruh Status 1997
Pendidikan Terhadap Sikap dan Tindakan Dalam Pemberian ASI Eksklusif 4 Bulan di
K U
Cross
Ada pengaruh
Sectional
status pendidikan terhadap sikap dan tindakan ibu dalam pemberian
kelurahan Nagarawangi
ASI eksklusif 4
Kecamatan Cihideung,
bulan.
Kabupaten Tasikmalaya
2.
Reni, 2013 Faktor yang
©
mempengaruhi
Cross
Faktor yang
sectional
terbukti
pemberian ASI
mempengaruhi
eksklusif pada bayi
pemberian ASI
cukup bulan yang
eksklusif adalah
dilakukan IMD di salah
faktor psikis ibu,
satu rumah sakit sayang
dukungan
bayi di Jakarta
keluarga, pengetahuan ibu yang benar, dan konseling ASI dari petugas kesehatan.
8
Berbeda dengan penelitian dari Nurwulan, penelitian tersebut hanya meneliti satu variabel bebas yaitu pendidikan ibu, sedangkan pada penelitian ini mempunyai 5 variabel bebas lainnya yang merupakan faktor yang berasal dari ibu. Selain itu, tahun dan lokasi penelitian juga berbeda. Sedangkan dibandingkan dengan penelitian Reni, perbedaan terletak pada jumlah variabel bebas, kriteria inklusi, tahun, dan lokasi penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Reni,
W D
variabel bebas yang digunakan adalah semua faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif dan salah satu kriteria inklusi adalah bayi yang telah dilakukan IMD. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, variabel bebasnya adalah faktor yang hanya berasal dari ibu saja dan dalam
K U
kriteria inklusi tidak dibedakan bayi yang sudah atau belum dilakukan IMD.
©