Tugas Filsafat
Mohamad Kashuri 090810530M
PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008
1. Pendahuluan Sejalan dengan kemajuan pola berpikir manusia saat ini, ilmu pengetahuan berkembang secara luar biasa. Perkembangan ilmu pengetahuan telah memasuki hampir semua sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dewasa ini hampir tidak ada satu masyarakatpun yang tidak menikmati keberhasilan para ilmuwan. Dalam bidang komunikasi misalnya, dari anak-anak sampai orang tua dan dari orang miskin sampai orang kaya pada tidak asing lagi untuk memanfaatkan telepon genggam. Demikian juga dengan adanya internet, semua informasi dapat diakses dengan mudah. Namun demikian, masyarakat selain merasakan manfaat dan keuntungan yang didapat dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri juga merasakan dampak negatif bagi kelestarian hidup mereka sendiri. Manfaat dan dampak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri bagaikan dua sisi mata pisau yang tidak dapat dipisahkan. Pada satu sisi, teknologi dan industri telah membantu cara kerja manusia dan mempercepat transformasi informasi secara global, sehingga dunia terasa menjadi sangat sempit. Di sisi lain, perkembangan industri secara langsung maupun tidak langsung mengancam kelangsungan hidup manusia. Dampak paling nyata dari kemajuan ilmu pengetahuan adalah semakin kompleknya kebutuhan hidup dan kehidupan, manusia berusaha menciptakan berbagai peluang dan sarana agar kehidupannya bisa tetap eksis dan memenuhi segala keinginanya yang terus meningkat. Seiring dengan itu maka ilmu pengetahuan berkembang dan membentuk seseorang yang bertanggung jawab secara moral dan keilmuan untuk mensejahterakan manusia. Sebaliknya, apabila ilmu pengetahuan jatuh ke tangan orang yang serakah dan tidak punya tanggung jawab secara universal terhadap kesejahteraan manusia, maka ilmu pengetahuan akan menjadi bebas nilai dan akan sangat membahayakan kelangsungan keberadaan manusia dan seluruh makhluk di dunia (Suhartono, S., 2008). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatannya sampai saat ini cenderung semakin menyimpang dari arah pencapaian tujuan ilmu pengetahuan yaitu kesejahteraan hidup dan kelestarian alam. Terbukti dalam kenyataanya hanya beberapa orang saja yang dapat menikmati segala apa yang
1
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemanfaatan ilmu pengetahuan yang tidak berimbang mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan sumber dayanya., karena dikuras secara habis-habisan hanya untuk kepuasan sementara yang pada akhirnya dunia seolah-olah dipenuhi dengan persoalan yang serius berupa krisis alam yang mengabaikan aspek moral. Agar pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tujuan semula yaitu untuk mencukupi kebutuhan hidup dan kehidupan manusia diperlukan pendekatan yang dapat memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya berupa filsafat ilmu.
2. Rumusan masalah Apakah ada hubungan antara filsafat ilmu dalam pengembangan ilmu pengetahuan ?
3. Tinjauan Pustaka a. Filsafat Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (arab), philosophy (Inggris), philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda, Perancis). Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia. Istilah Yunani philein berarti “mencintai”, sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya istilah sophos berarti “bijaksana”, sedangkan sophia berarti “kebijaksanaan”. Dari segi etimologik filsafat diartikan mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (mengacu pada asal kata philein dan sophos), dan apabila mengacu pada kata philos dan sophia berarti teman kebijaksanaan. Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta yang menumbuhkan sikap ketenangan, keseimbangan pribadi, pengendalian diri, dan tidak emosional. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. Banyak persoalan abadi yang dihadapi manusia berusaha dipikirkan dan dijawab oleh para filsuf. Teori atau sistem pemikiran filsafati didasarkan atas teori-teori yang dikemukkan oleh para filsuf sesuai dengan ajarannya misalkan Socrates, Plato, Aristoteles, Thomas Aquino, Hegel, Karl Mark, August, Compte, dan lain-lain. Kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Menganalisis berarti menetapkan arti secara tepat 2
dan memahami saling hubungan diantara arti-arti tersebut. Kaitannya dengan ilmu maka filsafat mempelajari arti-arti dan menentukan hubungan-hubungan diantara konsep-konsep dasar yang dipakai sebagai ilmu. Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten. Jenis-jenis persoalan filsafat didasarkan atas cabang-cabang filsafat adalah : a. Metafisika Merupakan studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam dari kenyataan atau keberadaan. Filsafat ini menguraikan sesuatu yang ada dibelakang gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup, mati. b. Epistemologi Epistimologi disebut juga teori pengetahuan yang didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan validitas pengetahuan. c. Logika Merupakan cabang filsafat berkaitan dengan kegiatan berpikir. Obyek material logika adalah pemikiran sedangkan obyek formalnya adalah kelurusan berpikir. d. Etika Merupakan cabang filsafat mempelajari tentang moral. Obyek materialnya adalah tingkah laku atau perbuatan sedangkan obyek formalnya adalah kebaikan dan keburukan. e. Estetika Merupakan kajian filsafat tentang keindahan dan kejelekan (Mudhofir, A., 2007).
b. Filsafat Ilmu Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalanpersoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu (The Liang Gie, 1999).
3
Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakekat ilmu. Oleh sebab itu, filsafat ilmu ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu tersebut, seperti : 1. Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud hakiki obyek tersebut ? Bagaimana hubungan obyek dengan daya tangkap manusia (misalnya berpikir, merasa, mengindera) ? 2. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apa kriterianya ? Cara, teknik, atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ? 3. Untuk apa ilmu itu dipergunakan ? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral / profesional ? Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan landasan-landasan ilmu, yakni : 1. Landasan ontologis adalah tentang obyek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai obyek penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi obyek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda. 2. Landasan epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verivikasi seperti telah diuraikan diatas. 3. Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta membagi peningkatan kualitas hidup manusia. 4
4. Sarana Berpikir Ilmiah secara baik untuk melakukan kegiatan ilmiah. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat (Notoatmodjo, S., 2002). Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono,
1984),
dapatlah
kemungkinan-kemungkinan
dipahami
bahwa
pengembangannya,
perspektif-perspektif keterjalinannya
antar
ilmu, ilmu,
simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.
c. Filsafat Ilmu Pengetahuan Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu bidang studi filsafat yang mempelajari segala jenis macam, bentuk dan sifat ilmu pengetahuan menurut segi yang paling hakikiki. Jenis ilmu pengetahuan menurut obyeknya diklasifikasikan ke dalam ilmu pengetahuan humanoria dengan obyek materi manusia, ilmu pengetahuan sosial sebagai obyek materinya masyarakat, ilmu pengetahuan alam dengan obyek materi badan-badan benda alam, dan ilmu pengetahuan agama dengan obyek materi Tuhan sebagai causa prima. Dari perbedaan pemikiran obyek materi terdapat suatu hubungan sebab akibat yang tidak terpisahkan, jika salah satu ilmu dipelajari maka harus mempertimbangkan yang lain, dan akhirnya dapat ditemukan hakekat ilmu pengetahuan yaitu pluralisme ilmu pengetahuan berada dalam satu sistem hubungan yang integral. Sehingga maksud filsafat ilmu pengetahuan adalah bidang studi filsafat yang kegiatan pokoknya mencari dan menemukan keterkaitan antara berbagai jenis ilmu pengetahuan. Keberadaan ilmu pengetahuan untuk menghasilkan teknologi yang berkemampuan spektakuler ditentukan oleh faktor : 1. Intern yaitu dari dalam ilmu pengetahuan bahwa pengembangan pluralitas ilmu pengetahuan didasarkan pada sifat internal obyek penyelidikan yang terdiri atas bagian-bagian. Setiap bagian, karena khusus, mengandung kebenaran lebih obyektif, pasti dan dapat dipercaya. Atas dorongan internal 5
ilmu itu ilmu pengetahuan lahir dari filsafat dengan obyek, metode, sistem dan kebenaran yang bersifat khusus. 2. Ekstern yaitu dari luar ilmu pengetahuan berupa kenyataan bahwa laju perkembangan penduduk dunia sudah tidak berimbang lagi dengan ketersediaan sumber daya alam. Hal ini mendorong diperlukan pengetahuan khusus yang benar dan pasti dan bersifat praktis teknis. Pengetahuan ini memiliki kemampuan reproduktif untuk mengolah sumber daya alam sehingga dapat bermanfaat bagi usaha mencukupi kebutuhan manusia. Dengan sistem teknologi manusia mengutamakan kebutuhan sekunder dan menomorduakan kebutuhan primer. Akibatnya manusia menjadi lupa akan tugasnya memakmurkan bumi. Oleh kaenanya filsafat hadir di tengah-tengah keanekaragaman ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meluruskan jalan dan menempatkan fungsi ilmu pengetahuan dan teknologi bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia. Keberadaan filsafat ilmu pengetahuan berfungsi sebagai filsafat praktis dan normatif yang menekankan pada nilai kebenaran ilmiah dan kegunaannya. Keberadaan kedua nilai ini dibangun dalam satu kesatuan sistem, sehingga keberadaan pluralisme ilmu pengetahuan tetap terikat dalam sikap ilmiah yang bersifat interdisipliner dan multidisipliner. Selain itu ilmu pengetahuan harus bebas dari ilmu artinya ilmu harus didasarkan pada sifat ilmu itu sendiri dan tidak disalahgunakan dan d Didasarkan pada pertanggungjawaban dan etika yaitu tanggung jawab untuk mengusahakan kemungkinan tertib yang terbaik dan bermoral, sehingga jalan dan metode pemberdayaan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
secara
pragmatis
bagi
kelangsungan kehidupan yang berkeadilan menjadi jelas dan tepat (Sidharta, B.A., 2008).
4. Kerangka Konseptual Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta yang menumbuhkan sikap ketenangan, keseimbangan pribadi, pengendalian diri, dan tidak emosional. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. Kaitannya dengan ilmu maka filsafat mempelajari arti-arti dan menentukan hubungan-hubungan diantara konsep-konsep dasar yang dipakai sebagai ilmu. 6
Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten. Jika salah satu ilmu dipelajari maka harus mempertimbangkan ilmu yang lain, karena pluralisme ilmu pengetahuan berada dalam satu sistem hubungan yang integral. Dihubungkan dengan filsafat maka filsafat ilmu pengetahuan adalah bidang studi filsafat yang kegiatan pokoknya mencari dan menemukan keterkaitan antara berbagai jenis ilmu pengetahuan. Dari filsafat ilmu pengetahuan ini maka berkembanglah ilmu pengetahuan dan teknologi yang tujuan adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup dan kehidupan manusia dan kemaslahatan makhluk di bumi. Karena pada diri manusia ada sisi sifat buruknya, maka pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatannya sampai saat ini cenderung semakin menyimpang dari arah pencapaian tujuan ilmu pengetahuan yaitu kesejahteraan hidup dan kelestarian alam. Terbukti dalam kenyataanya hanya beberapa orang saja yang dapat menikmati segala apa yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemanfaatan ilmu pengetahuan yang tidak berimbang mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan sumber dayanya., karena dikuras secara habishabisan hanya untuk kepuasan sementara yang pada akhirnya dunia seolah-olah dipenuhi dengan persoalan yang serius berupa krisis alam yang mengabaikan aspek moral. Maka dari itu, dibutuhkan pendekatan yang dapat memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya berupa filsafat. Pada filsafat ilmu pengetahuan, maka pengembangan ilmu pengetahuan harus dilandasi secara : ontologis yaitu obyek yang ditelaah mempunyai obyek penelaahan yang jelas, epistemologi yaitu cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut, aksiologi yaitu berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia terutama dapat menyumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta membagi peningkatan kualitas hidup manusia. Selain itu, dalam pengembangan ilmu pengetahuan perlu diperhatikan bahwa : 1. Pengetahuan tidak pernah salah karena selalu ditemukan kebenaran baru yang menggantikan kebenaran yang lama, yang bisa salah atau keliru adalah sikap mental saintis sehingga diperlukan adanya etika. 7
2. Pengetahuan harus bebas nilai dari ilmu yaitu pengembangan ilmu harus didasarkan pada sifat ilmu itu sendiri bukan pada nilai-nilai lain dan tidak disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. 3. Pengetahuan harus didasarkan pada pertanggungjawaban dan etika yaitu tanggung jawab untuk mengusahakan kemungkinan tertib sesuai aturan ilmiah yang terbaik disertai moral yaitu selalu memikirkan dampak negatif yang terjadi akibat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Hipotesis Hubungan filsafat ilmu dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah filsafat ilmu sebagai pengendali moral dari pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan.
6. Daftar Pustaka Koento Wibisono S., 1984., Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan, Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta. Mudhofir, A., 2007, Pengenalan Filsafat, Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Cet. Ke-4, Liberty, Yogjakarta. Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cet. ke-2, Rineka Cipta, Jakarta. Sidharta, B.A., dkk, 2008, Apakah Filsafat dan Fi;safat Ilmu Itu, Cet. Ke-1, Pustaka Sutra, Bandung. Suhartono, S., 2008., Filsafat Ilmu Pengetahuan, Persoalan Eksistensi dan Hakekat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruzz Media, Yogjakarta. The Liang Gie., 1999., Pengantar Filsafat Ilmu, Cet. Ke-4, Penerbit Liberty Yogyakarta.
8