TRADISI MITONI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata SI Bidang Pendidikan Islam Dalam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh : Ahmad Maimun 210499
Oleh : Abdul Rois 131310001070
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2014/2015
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ahmad Maimun
NIM
: 210499
Judul
: Tradisi Mitoni dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak Pranatal Dalam Pandangan Islam
menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penelitian, kecuali bagian tertentu yang berisi informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, November 2012 Deklarator,
Ahmad Maimun NIM. 210499
vii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi an. Sdr. Musta’in
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama
: ABDUL ROIS
Nomor Induk
: 131310001070
Judul
: TRADISI
MITONI
DAN
IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jepara, Agustus 2015 Pembimbing,
Drs. Maswan, MM.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: ABDUL ROIS
NIM
: 131310001070
Judul Skripsi
: TRADISI
MITONI
DAN
IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penelitian, kecuali bagian tertentu yang berisi informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, Agustus 2015 Deklarator,
ABDUL ROIS NIM. 131310001070
vii
MOTTO
َاﺣ َﺪةٍ َو َﺟ َﻌ َﻞ ِﻣ ْﻨـﻬَﺎ زَْو َﺟﻬَﺎ ﻟِﻴَ ْﺴ ُﻜ َﻦ إِﻟَْﻴـﻬَﺎ ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ ِ ْﺲ و ٍ ُﻮ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻘ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﻧَـﻔ َﻫ َﺖ َدﻋَﻮَا اﻟﻠﱠﻪَ َرﺑﱠـ ُﻬﻤَﺎ ﻟَﺌِ ْﻦ َآﺗَـ ْﻴﺘَـﻨَﺎ ْ ﱠت ﺑِ ِﻪ ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ أَﺛْـ َﻘﻠ ْ ْﻼ َﺧﻔِﻴﻔًﺎ ﻓَ َﻤﺮ ً َﺖ َﺣﻤ ْ ﺗَـﻐَﺸﱠﺎﻫَﺎ َﺣ َﻤﻠ (١٨٩ : ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻟَﻨَﻜُﻮﻧَ ﱠﻦ ِﻣ َﻦ اﻟﺸﱠﺎﻛِﺮِﻳ َﻦ )اﻻﻋﺮاف Artinya: “Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".1
1
Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 189., Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 255
v
PERSEMBAHAN Dengan segenap cinta, harapan dan doa, skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ayahanda dan ibunda yang dengan segenap cinta dan kasih sayang yang tiada kenal henti telah membesarkan dan senantiasa berdoa dengan penuh kesabaran supaya penulis bisa memperoleh kebahagiaan di dunia fana ini dan terlebih kebahagiaan di akhirat kelak. Semua masyayih, asatidz, dosen dan guru yang telah mendidik penulis hingga mempunyai tekad yang penuh kemantapan, tanggung jawab dan optimisme yang tinggi untuk menggapai masa depan yang cerah. Semua saudara, kakak, adik dan kerabatku yang selalu menyayangi dan memberikan pengertian serta motivasi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. “Some one" yang hadir dalam hidupku dan menjadi harapanku. Semoga cinta akan menyatukan kita di kehidupan ini dan di akhirat kelak.
Serta orang-orang yang selalu membantu baik secara moril maupun materiil, semoga pengorbanannya diridhoi dan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baiknya pembalasan.
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah wa syukrulillah, senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatnya kepada kita semua, sehingga sampai saat ini kita masih mendapat ketetapan iman dan islam. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke pangkuan Rasulullah Muhammad SAW, pembawa rahmat bagi makhluk sekalian alam dan juga kepada keluarga beliau, para sahabat dan para tabi’in serta kepada kita umatnya, semoga kita mendapatkan pertolongan (syafa’at al-‘udzma) dari beliau di hari kiamat nanti. Skripsi yang berjudul: “Tradisi mitoni dan implikasinya terhadap pendidikan anak pranatal dalam perspektif Islam”, telah berhasil disusun dengan sungguh-sungguh, sehingga memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UNISNU Jepara. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang berganda laksa kepada : 1. Bapak Prof. DR. H. Muhtarom H.M., selaku Rektor UNISNU Jepara. 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 3. Bapak Drs. Maswan, MM., selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan pengarahan demi selesainya skripsi ini. 4. Seluruh Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam UNISNU Jepara, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan pembelajaran kepada penulis sampai selesainya tugas studi.
viii
5. Ayahanda dan Ibunda terhormat, kakak-kakakku serta adik dan kerabatku yang telah membantu baik moril maupun materiil dan selalu memanjatkan do’a demi tercapainya cita-cita. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu yang penulis ketahui. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Jepara, Agustus 2015 Penulis,
ABDUL ROIS NIM. 131310001070
ix
ABSTRAK ABDUL ROIS (NIM. 131310001070). Tradisi Mitoni dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak Pranatal Dalam Perspektif Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; 1) Apa yang dimaksud dengan tradisi mitoni ?; 2) Bagaimana proses pendidikan anak pranatal dalam pandangan Islam ?; 3) Bagaimana implikasi tradisi mitoni terhadap pendidikan anak pranatal dalam pandangan Islam ? Penelitian ini menggunakan Metode Riset Perpustakaan (library research) dengan Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan deskriptif analitis, yaitu menggambarkan wujud data secara apa adanya. Dalam hal ini memaparkan tentang tradisi mitoni dan amalan-amalannya, dan pendidikan pranatal dalam Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tradisi Mitoni adalah aktifitas ibadah yang dilakukan manusia dengan berdzikir, membaca al-Qur'an, bersedekah dalam rangka ikhtiar agar anak yang berada di dalam kandungan kelak ditakdir oleh Allah SWT sebagai orang yang berumur panjang untuk beribadah, diberi rizki yang lapang lagi halal, dan menjadi orang yang beruntung di dunia maupun akhirat. Pendidikan anak pranatal dalam pandangan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak yang masih tumbuh dan berkembang dalam kandungan menurut ajaran Islam. Tradisi Mitoni sangat erat sekali hubungannya dengan pendidikan pranatal dalam Islam, karena terkandung nilai ibadah (nilai ketaqwaan, optimis, dan rendah diri). Tradisi Mitoni merupakan sebagian di antara cara mendidik anak pranatal dalam Islam. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah UNISNU JEPARA. Kata Kunci : Tradisi Mitoni dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak Pranatal
ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
i
ABSTRAK PENELITIAN……………………………………………….....
ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………
iv
MOTTO…………………………………………………………………..…
v
PERSEMBAHAN…………………………………………………………..
vi
PERNYATAAN……………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii DAFTAR ISI………………………………………………………………..
x
PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………………
xii
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...………………………………......
1
B. Penegasan Istilah………………………………………….
9
C. Rumusan Masalah…………………………………………
10
D. Tujuan Penelitian………………………………………….
11
E. Manfaat Penelitian………………………………………...
11
F. Kajian Pustaka…………………………………………….
12
G. Metode Penelitian…………………………………………
14
H. Sistematika Penulisan Skripsi……………………………..
17
: LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Pranatal…………………………...
19
B. Proses Perkembangan Pranatal……………………………
21
C. Proses Pendidikan Pranatal………………………………..
25
D. Materi Pendidikan Pranatal………………………………..
31
E. Tujuan Pendidikan Pranatal……………………………….
36
BAB III : KAJIAN PENELITIAN A. Tradisi Mitoni 1. Pengertian tradisi mitoni……………………………... x
37
2. Dasar hukum tradisi mitoni…………………………...
40
3. Amalan-amalan tradisi mitoni………………………...
41
B. Proses Pendidikan Anak Pranatal Dalam Pandangan Islam 1. Proses pendidikan pranatal dalam Islam……………...
51
2. Metode pendidikan anak pranatal dalam Islam……….
63
3. Materi pendidikan anak pranatal dalam Islam………..
64
4. Tujuan pendidikan pranatal dalam Islam……………..
69
BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Tradisi Mitoni tradisi mitoni dalam perspektif Islam.....................................................................................
72
B. Hubungan Tradisi Mitoni dengan Pendidikan Anak Pranatal Dalam perspektif Islam…………………………
82
C. Implikasi Tradisi Mitoni Terhadap Pendidikan Anak Pranatal Dalam perspektif Islam………………………… BAB V
89
: PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………..
93
B. Saran-Saran………………………………………………..
94
C. Penutup……………………………………………………
95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI KONSONAN Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
ا
Alif
‘
ب
Ba’
B
ت
Ta’
T
ث
Śa’
Ś
ج
Jim
J
ح
Ha’
H
خ
Kha’
Kh
د
Dal
D
ذ
Żal
Ż
ر
Ra’
R
ز
Za’
Z
س
Sin
S
ش
Syin
Sy
ص
Shad
Ş
S, dengan titik dibawah
ض
had
D
D, dengan titik dibawah
ط
Tha’
Ţ
T, dengan titik dibawah
ظ
Dha’
Z
ع
Ain
‘
غ
Ghin
G
xii
Keterangan Tidak dilambangkan
S, dengan titik di atas
Z, dengan titik di atas
Koma terbalik
ف
Fa’
F
ق
Qaf
Q
ك
Kaf
K
ل
Lam
L
م
Mim
M
ن
Nun
N
و
Waw
W
ه
Ha’
H
ء
Hamzah
‘
ى
Ya’
Y
ة
Ta’ Marbutah
at, ah
Dibaca “ah” ketika mauquf
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT dengan segala kekuasaan-Nya menciptakan alam semesta beserta isinya. Dia juga menciptakan manusia dengan struktur yang sangat indah, bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Hal ini sangat jelas digambarkan dalam al-Qur`an surat at-Thin ayat 4;
(٤ :ِﻳﻢ ) اﻟﻄﻴﻦ ٍ ﺴ ِﻦ ﺗَـ ْﻘﻮ َ ﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ا ِﻹﻧْﺴَﺎ َن ﻓِﻲ أَ ْﺣ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat bagus” (Q.S. at-Thin : 4).1 Dalam proses penciptaan manusia, Allah juga telah menunjukkan kekuasaan-Nya. Dia menciptakan manusia dengan berbagai proses. Prof. Dr. M. Mutawalli al-Sya’rawi menuliskan tentang empat macam proses penciptaan manusia yaitu : 1.
Penciptaan langsung dari Allah, artinya bukan melalui sebab hubungan laki-laki dan perempuan. Contohnya, penciptaan Nabi Adam as. (disebut manusia tanpa bapak ibu).
2.
Penciptaan melalui seorang laki-laki saja, contohnya, penciptaan Siti Hawa (manusia tanpa ibu). Ia diciptakan dari tulang rusuk Adam.
3.
Penciptaan melalui laki-laki dan perempuan, contohnya kita (disebut manusia berayah dan beribu) yang diciptakan melalui hukum kausalitas (sebab akibat). Di sini Allah menciptakan manusia melalui sebab
1
Al-Qur’an surat at-Thin ayat 4., Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta :Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 1076.
1
2 hubungan antara laki-laki dan perempuan (ayah dan ibu), tetapi Allah tetap terlibat di dalamnya. 4.
Penciptaan melalui perempuan saja, contohnya Isa as bin Siti Maryam (disebut manusia tanpa ayah).2 Dari keempat proses penciptaan manusia tersebut tidak lain hanya untuk
menunjukkan bukti-bukti kekuasaaan Allah SWT. Beberapa ahli, seperti Aristoteles, Sigmund Freud, Oswald Kroh, selintas menjelaskan bahwa perkembangan anak itu terjadi setelah anak lahir, mereka tidak menjelaskan tentang perkembangan jiwa anak sejak dalam kandungan. Padahal, selama dalam kandungan, anak sudah mengalami perkembangan, dari mulai pematangan ovum karena berhasil dibuahi oleh sperma, kemudian menjadi ‘alaqah, lalu mudghah, lalu ‘idham yang kemudian Allah meniupkan ruh ke dalam janin sehingga dia menjadi makhluk yang dikehendaki oleh Allah yaitu manusia. 3 Kurang lebih 10 bulan atau 280 hari bayi dalam kandungan mengalami perkembangan, manusia baru itu mengalami banyak perubahan, perubahan atau perkembangan itu dimulai ketika salah satu sel sperma sang ayah membuahi sel ovum dari sang ibu melalui coitus, sel ovum yang telah matang, lalu terbentuklah benih, lalu berubah menjadi ‘alaqah, lalu mudghah, dan sesudah itu mulailah terbentuk organ-organ tubuh. Sebagaimana firman Allah dalam alQur`an surat Al-Mu’minun ayat 12-14: 2
M.Mutawalli al-Sya’rawi, Esensi Hidup dan Mati, terj. H. Halilullah Ahmas, Jakarta, (Jakarta : Gema Insani Press, 1993), hlm. 14-15. 3 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 194-198.
3
( ﺛُ ﱠﻢ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎﻩُ ﻧُﻄْ َﻔﺔً ﻓِﻲ ﻗَـﺮَا ٍر َﻣﻜِﻴ ٍﻦ١٢) َوﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻹﻧْﺴَﺎ َن ِﻣ ْﻦ ﺳُﻼﻟَ ٍﺔ ِﻣ ْﻦ ﻃِﻴ ٍﻦ ﻀﻐَﺔَ ِﻋﻈَﺎﻣًﺎ ﻓَ َﻜﺴ َْﻮﻧَﺎ ْ ﻀﻐَﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ ُﻤ ْ ( ﺛُ ﱠﻢ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔَ ﻋَﻠَ َﻘﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ َﻌﻠَ َﻘﺔَ ُﻣ١٣) :ﺴ ُﻦ اﻟْﺨَﺎﻟِﻘِﻴ َﻦ ) اﻟﻤﻮءﻣﻨﻮن َ ﺸﺄْﻧَﺎﻩُ َﺧ ْﻠﻘًﺎ َآ َﺧ َﺮ ﻓَـﺘَﺒَﺎر ََك اﻟﻠﱠﻪُ أَ ْﺣ َ ْاﻟْ ِﻌﻈَﺎ َم ﻟَ ْﺤﻤًﺎ ﺛُ ﱠﻢ أَﻧ (١٤ -١٢ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian kami jadikan saripati itu nutfah (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan manusia (makhluk) yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minun :12-14)”.4 Nabi Muhamad SAW juga bersabda:
ﺣﺪﺛﻨﺎ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ: ِﻲ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْﻤﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل ْ َﻋ ْﻦ أَﺑ إن أﺣﺪﻛﻢ ﻳﺠﻤﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﻓﻲ ﺑﻄﻦ أﻣﻪ أرﺑﻌﻴﻦ: وﺳﻠﻢ وﻫﻮ اﻟﺼﺎدق اﻟﻤﺼﺪوق ﻗﺎل ﻳﻮﻣﺎ ﻧﻄﻔﺔ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻋﻠﻘﺔ ﻣﺜﻞ ذﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻣﻀﻐﺔ ﻣﺜﻞ ذﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﺮﺳﻞ إﻟﻴﻪ ﺑﻜﺘﺐ رزﻗﻪ وأﺟﻠﻪ وﻋﻤﻠﻪ وﺷﻘﻲ: اﻟﻤﻠﻚ ﻓﻴﻨﻔﺦ ﻓﻴﻪ اﻟﺮوح وﻳﺆﻣﺮ ﺑﺄرﺑﻊ ﻛﻠﻤﺎت ﻓﻮاﷲ اﻟﺬي ﻻ إﻟﻪ ﻏﻴﺮﻩ إن أﺣﺪﻛﻢ ﻟﻴﻌﻤﻞ ﺑﻌﻤﻞ أﻫﻞ اﻟﺠﻨﺔ ﺣﺘﻰ ﻣﺎ. أوﺳﻌﻴﺪ ﻳﻜﻮن ﻣﺎ ﺑﻴﻨﻪ وﺑﻴﻨﻬﺎ إﻻ ذراع ﻓﻴﺴﺒﻖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻜﺘﺎب ﻓﻴﻌﻤﻞ ﺑﻌﻤﻞ أﻫﻞ اﻟﻨﺎر ﻓﻴﺪﺧﻠﻬﺎ و إن أﺣﺪﻛﻢ ﻟﻴﻌﻤﻞ ﺑﻌﻤﻞ أﻫﻞ اﻟﻨﺎر ﺣﺘﻰ ﻣﺎ ﻳﻜﻮن ﻣﺎ ﺑﻴﻨﻪ وﺑﻴﻨﻬﺎ إﻻ (ذراع ﻓﻴﺴﺒﻖ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻜﺘﺎب ﻓﻴﻌﻤﻞ ﺑﻌﻤﻞ أﻫﻞ اﻟﺠﻨﺔ ﻓﻴﺪﺧﻠﻬﺎ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Dari Abdullah r.a. katanya : Rasulullah menjelaskan kepada kami, bahwa setiap kamu diproses dalam perut ibunya selama 40 hari kemudian 40 hari lagi menjadi ‘alaqah (segumpal darah) kemudian 40 hari lagi menjadi mudghoh (segumpal daging) lalu dikirim malaikat untuk meniupkan ruh dan disuruh menuliskan 4 macam keputusan untuk hari depan si bayi; tentang rizkinya, ajalnya, amal perbuatannya, nasib celaka dan beruntungnya. Maka demi Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya seorang mengamalkan amalan ahli surga hingga jarak antaranya dan ahli 4
Al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 12-14., Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta : Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 527.
4 surga hanya sekedar satu hasta lagi, tetapi karena tulisannya telah menetapkan maka beramalah ia dengan amalan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka, sebaliknya seorang beramal dengan amalan ahli neraka, hingga sekedar satu hasta lagi jaraknya dari neraka, tetapi tulisannya telah menetap, maka ia (berbalik) mengerjakan amal ahli surga maka masuklah ia ke dalam surga.” (HR. Muslim).5 Inti dari hadits di atas menerangkan tentang perkembangan janin dalam rahim ibu, dari nutfah sampai menjadi mahluk Allah yang paling baik wujudnya. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan organ-organ fisik pada janin, maka perkembangan psikis janin pun terus berjalan sesuai dengan tahap dan perkembangan organ-organ fisiknya. Pertumbuhan
psikologis
anak
dalam
kandungan
pada
awalnya
terpengaruh dari faktor internal, yaitu dari sperma orang tuanya. Apabila orang tuanya memiliki keadaan gejala-gejala psikologis tertentu atau suatu kepribadian tertentu atau dalam cara mereka merencanakan kehadiran seorang anak saat pertama kali melalui hubungan biologisnya, maka keadaan tersebut akan sangat berpengaruh kepada keadaan konstruksi psikologis anak dalam kandungan itu.6 Selama pembentukan nutfah, atau dimulainya pembuahan dalam kandungan, umumnya seorang ibu mengalami perubahan-perubahan baik dari segi fisiknya maupun dari segi psikisnya. Kadang wanita hamil mengalami kecemasan, ketakutan selama masa kehamilan. Jika seorang wanita mengalami kecemasan atau ketidakbahagiaan yang ekstrem dan terus berlanjut selama kehamilan berlangsung, ada kemungkinan terjadi perubahan glandular, yang 5
Abu Husain, Muslim bin al-Hajjaj, al-Qusyairy, Al-Naisaburi, Al-Jami’u al-Shahih liMuslim, juz II, (Bandung : Dahlan, t.th), hlm. 451-452. 6 Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan,(Jakarta : Gema Insani, 2007), hlm. 45.
5 berkait dengan emosi yang menyebabkan gangguan kimiawi pada tubuh. Penyebab kecacatan pada anak karena tekanan emosi yang ekstrem itu terjadi pada minggu-minggu pertama setelah berlangsungnya konsepsi.7 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,dan Negara.8 Pendidikan menurut Islam, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu al-Qur`an dan al-hadits.9 Ahmad Tafsir berpendapat, pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.10 Walaupun secara riil pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan, namun Islam mengajarkan kepada setiap mukmin untuk mempersiapkan pendidikan anak-anak jauh sebelum terjadinya kelahiran itu sendiri, yaitu sejak ia menentukan pilihan jodohnya atas dasar ketaatan beragama, bukan atas dasar kecantikan, kekayaan, kebangsawanan, atau yang lainnya. 7
M. Fauzil Adhim, Bahagia Saat Hamil Bagi Umahat, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2003), hlm. 46. 8 Pemerintah Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Guru Dan Dosen, (Yogjakarta : Pustaka Merah Putih, 2007), hlm. 7. 9 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2001), hlm. 29 10 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, Cet. VI, 2005), hlm. 32
6 Karena dari wanita yang salihah akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup berumah tangga, serta kelak akan sanggup mendidik anak keturunannya sebaik mungkin.11 Pendidikan hendaknya dimulai sejak anak dalam kandungan sehingga ketika anak lahir ke dunia ini sudah terbiasa dalam pendidikan. Mengenai bagaimana metode, jenis pendidikan yang diberikan dan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan anak dalam kandungan akan peneliti bahas pada bab-bab selanjutnya. F.Rene Van de Carr, M.D., dan Marc Lehrer, Ph.D. menjelaskan, ”Menurut pengalaman kami dan pengalaman para profesional di rumah sakit, klinik dan rumah bersalin, bayi-bayi yang mendapat stimulasi sebelum lahir biasanya lebih penuh perhatian (terutama pada suara orang tua mereka) dan lebih termotivasi untuk belajar, hal ini karena anda telah mengajaknya bicara selama beberapa bulan dalam kandungan atau sebelum dilahirkan”12 Pendapat Van De Carr & Mark Lehrer di atas diperkuat oleh William Sallenbach (1998) yang menyimpulkan bahwa periode pranatal atau pralahir merupakan masa kritis bagi perkembangan fisik, emosi dan mental bayi. Ini adalah suatu masa di mana kedekatan hubungan antara bayi dan orang tua mulai terbentuk dengan konsekuensi yang akan berdampak panjang terutama berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan bayi dalam kandungan.13
11
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh, (Bandung : Al- Bayan, 1998), hlm. 48 F. Rene Van De Carr, dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, Terj. Alwiyah Abdurrohman, (Bandung, Kaifa, 2000), hlm. 39. 13 http://www.denys.web.id/2010/05/pendidikan-islam-pranatal (10 Mei 2010) 12
7 Orang tua tetap menjadi pendidik utama bagi anak, terutama selagi anak masih dalam kandungan, dengan kata lain di satu sisi orang tua memberikan faktor keturunan dan juga faktor lingkungan bagi anak. Pendidikan yang pertama adalah upaya penanaman agama dan budi pekerti, hal ini harus dilakukan oleh orang tua sedini mungkin sejak dimulainya hubungan senggama yang nantinya dapat terjadi pembentukan nutfah.14 Jadi, seorang ibu, ayah dan orang-orang di sekitarnya dapat memberikan pengaruh terhadap janin, dan menjaga dengan sebaik-baiknya terhadap anak yang ada dalam kandungan adalah langkah yang paling tepat. Kehamilan dipercaya merupakan fase di mana calon jabang bayi sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui perantaraan sang ibu. Hubungan psikis antara ibu dan anakpun sudah mulai terjalin erat mulai dari fase ini. Bagi orang Jawa, kehamilan adalah bagian dari siklus hidup seorang manusia. Oleh karena itu keberadaan si jabang bayi selalu dirayakan oleh masyarakat Jawa dengan tradisi yang bernama mitoni. Mitoni sendiri berasal dari kata ”pitu” atau tujuh. Tradisi ini bertujuan agar calon bayi dan ibu selalu mendapatkan keselamatan.15 Mengenai bagaimana tata cara, kronologis dan hal-hal yang berkaitan dengan tradisi mitoni akan peneliti bahas pada bab-bab selanjutnya.
14
Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, Terj. Segaf Abdilah Assegaf dan Miqdad Turkan,( Jakarta : Lentera 2000), hlm. 49. 15 Muhammad Syafiqul Anam, Fiqih Kehamilan, (Jombang : Darul Hikmah,2011), hlm. 221.
8 Sedangkan menurut pandangan Islam, tradisi mitoni yaitu bersedekah dan diisi pembacaan doa, dengan harapan si bayi dalam kandungan diberikan keselamatan serta ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak di dunia.16 Para ulama memberi perhatian serius terhadap masalah mitoni. Bila mitoni itu diyakini dan atau dikaitkan dengan agama, sehingga menyebabkan ketakutan jika tidak melaksanakannya, maka hal ini jelas menyimpang dari syariat islam. Karena Allah tidak mensyariatkan hal tersebut sehingga akan mengarah pada upaya muhdatsatul umur atau menambahi agama dan tergolong bid'ah yang sesat. Akan tetapi, jika acara ini tidak diyakini sebagai bagian dari ibadah maka para ulama mempunyai pendapat yang berbeda. Sebagian ulama melarang jenis ritual seperti ini, karena tidak ada syariat yang mendasarinya. Tujuannya tak lain untuk membendung rusaknya agama dari munculnya bid'ah yang jelasjelas dilarang agama. Meski begitu, terdapat pula beberapa ulama yang memandang bahwa tidak semua bentuk aktivitas budaya masyarakat itu harus ditinggalkan, selama tidak mengandung unsur syirik, dosa, mudharat dan bertentangan dengan agama. Sehingga, jika pelaksanaan mitoni ini mampu menghindari unsur-unsur diatas, maka hal itu tidak dilarang. Jadi, dari penjelasan di atas pada intinya mitoni adalah tradisi yang sudah berjalan dan menjadi budaya di masyarakat dan hal ini diakulturasikan dengan
16
hlm. 8.
M. Afnan Hafidh dan A. Ma'ruf Asrori, Tradisi Islami, (Surabaya : Khalista, 2007),
9 nilai-nilai Islam yang berupa adanya doa dan sedekah, di mana keduanya adalah hal yang urgen dalam Islam.17 Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas peneliti tertarik dan memandang penting untuk membahas tradisi mitoni di masa kehamilan, di samping itu peneliti melihat keterlibatan psikologis atau tingkah laku kejiwaan pada masa kehamilan terhadap pendidikan anak yang masih ada dalam kandungan (anak pranatal). Dari sinilah peneliti bermaksud mengkaji tentang tradisi mitoni dan pengaruh atau keterlibatan tradisi mitoni terhadap pendidikan anak pranatal yang tentunya dikaitkan dengan ajaran-ajaran yang berlaku dalam agama Islam. B. Penegasan Istilah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat.18 2. Mitoni yaitu bersedekah dan diisi pembacaan doa, dengan harapan si bayi dalam kandungan diberikan keselamatan serta ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak di dunia.19 3. Implikasi, berasal dari bahasa Inggris yaitu implication artinya terlibat.20. Implikasi, keterlibatan manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya.21 17
18
www. sejarahmitoni.com
Hasan Alwi, et. all., Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Pertama, Edisi III, 2001), hlm. 1483. 19 M. Afnan Hafidh dan A. Ma'ruf Asrori, loc.cit.
10 4. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.22 5. Anak adalah individu yang sedang berkembang, padanya masih ada perubahan-perubahan yang selalu terjadi secara wajar, baik itu ditunjukan kepada dirinya maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.23 6. Pranatal dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya masa sebelum kelahiran.24 7. Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci al-Qur'an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.25 Dari penegasan istilah di atas, maka maksud penulis adalah meneliti tentang Tradisi Mitoni Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak Pranatal Dalam Perspektif Islam. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan tradisi mitoni dalam persepektif Islam? 20
John M. Echols dan Hasan Syadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, Edisi XV,1987), hlm. 312 21
Hasan Alwi, et. all., op.cit, hlm. 427
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 10 23 Muslim, Dasar-dasar Kependidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo), hlm. 27 24
Hasan Alwi, et. all., op. cit., hlm. 893
25
Ibid., hlm. 444
11 2. Bagaimana proses pendidikan anak pranatal dalam persepektif Islam? 3. Bagaimana implikasi tradisi mitoni terhadap pendidikan anak pranatal dalam persepektif Islam? D. Tujuan Penelitian Dalam setiap penulisan karya ilmiah mempunyai tujuan dan maksud tertentu, adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan tradisi mitoni dalam persepektif Islam 2. Untuk mendiskripsikan pendidikan anak pranatal dalam persepektif Islam 3. Untuk mendiskripsikan implikasi tradisi mitoni terhadap pendidikan anak pranatal dalam persepektif Islam. E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, baik
secara teoritis maupun praktis. 1. Secara teoritis Penelitian ini secara teoritis dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: a. Dapat menjelaskan tradisi mitoni dan apa saja amalan-amalannya. b. Dapat menjelaskan proses pendidikan anak pranatal dalam pandangan Islam. c. Dapat mengetahui implikasi tradisi mitoni terhadap pendidikan anak pranatal dalam pandangan Islam. 2. Secara praktis a. Bagi orang tua
12 Dapat lebih meningkatkan bimbingan mereka kepada anak sejak masih dalam kandungan sesuai aturan Islam. b. Bagi masyarakat Dapat mengetahui tradisi-tradisi yang baik yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. c. Bagi peneliti Dapat lebih memacu diri untuk mempelajari lebih jauh tentang tradisi mitoni dan pendidikan anak pranatal dalam pandangan Islam. F. Kajian Pustaka Apabila kita perhatikan betul-betul seberapa besar perhatian manusia terhadap anak, maka kita akan tahu bahwa manusialah yang mempunyai perhatian lebih besar terhadap anak. Sebagai amanah Allah SWT. Di satu sisi, anak adalah cobaan bagi kedua orang tuanya. 26 Jika baik anak tersebut dikelak kemudian hari, berarti orang tua telah lulus dalam ujian. Tetapi jika anak tersebut mempunyai kepribadian yang tidak baik, maka itu berarti orang tua telah gagal mengemban amanah tersebut. Manusia merupakan makhluk tanpa daya”. 27 Sehubungan dengan itu, maka untuk memiliki daya agar dapat hidup mandiri, menentukan pilihan yang baik dan benar, maka manusia memerlukan bantuan dan bimbingan yang intensif, terencana, dan terarah. Upaya tersebut dilakukan melalui proses pendidikan. 26
24.
Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak Dalam Islam,( Surabaya : Bina Ilmu, 1983), hlm.
27
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 47.
13 Penulis telah menemukan sejumlah kepustakaan ada relevansinya dengan judul skripsi ini, di antaranya yaitu sebagai berikut : 1. Prof. Drs. Brojonagoro, menjelaskan bahwa permulaan pendidikan di mulai sebelum adanya pernikahan, yaitu sejak pemilihan jodoh, dengan mempertimbangkan adanya unsur “Bibit, Bebet, Bobot”28 Selain itu dalam
Islam
juga
diajarkan
ketika
memilih
jodoh
harus
mempertimbangkan, keturunan, kecantikan, kekayaan, dan agama. Dari keempat unsur tersebut, agamalah yang paling kekal, karena keturunan, kecantikan/rupa, dan kekayaan akan luntur dan habis dimakan waktu, sehingga Islam menekankan agar memilih pasangan hidup berdasarkan agamanya. 2. Dr. Mansur, M.A, menjelaskan bahwa untuk mendidik anak dalam kandungan dibutuhkan upaya psikhis (spiritual) dan upaya fisik. Adapun upaya spiritual ada bermacam-macam, ada yang dipengaruhi oleh pengalaman keagamaan, dan ada pula yang dipengaruhi oleh tradisi. Upaya spiritual yang dipengaruhi oleh pengalaman keagamaan antara lain: melaksanakan shalat lima waktu, memperbanyak membaca al-Qur’an, bershadaqah dan berdoa. Sedangkan upaya spiritual yang dipengaruhi oleh tradisi antara lain: menjalani wewaler (pantanganpantangan), mengadakan tingkepan (mitoni). 29
28
Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), hlm. 27. 29 Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan,( Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2005), hlm. 163.
14 3. Skripsi yang disususun oleh Encep Idrus (1197011 Tahun 2002) yang berjudul: “Konsep Pembinaan Remaja menurut Pemikiran Prof. Zakiah Daradjat ”. Kesimpulan skripsi ini dapat diungkap sebagai berikut : a. Pertumbuhan seorang remaja sangat ditentukan oleh bagaimana cara keluarga membina anak remaja itu. Seorang yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang penuh cinta kasih dan perhatian maka kecenderungan anak itu mencintai dan mengasihi sesamanya. Sebaliknya remaja yang hidup dalam keluarga yang penuh dengan dendam, kebencian, kekerasan dan masa bodoh, maka remaja itu akan menjadi anak yang cenderung asosial, amoral dan merugikan orang lain. b. Dalam membina remaja harus melakukan berbagai pendekatan terutama pendekatan agama menjadi syarat mutlak. Namun demikian agar agama tidak terkesan pemaksaan, maka pendekatan psikologis harus turut dilibatkan. Dan
dari
sejumlah
kepustakaan
tersebut
penulis
belum
menemukan suatu pembahasan khusus tentang tradisi mitoni yang intinya adalah doa dan shadaqah serta implikasinya terhadap pendidikan anak pranatal dalam Islam. G. Metode Penelitian Di dalam suatu penelitian diperlukan sebuah metode penelitian. Metode penelitian itu sendiri merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut
15 cara kerja untuk mengetahui atau memahami obyek yang menjadi sasaran penelitian. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang data-datanya diperoleh dengan cara menelaah buku-buku atau referensi dari perpustakaan.30 Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, artinya penelitian yang dalam teknik analisisnya tidak menggunakan teknik perhitungan atau statistik akan tetapi menggunakan logika ilmiah. 31 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, penulis mengunakan penelitian pustaka yaitu mencari data dengan cara melakukan penelusuran terhadap buku-buku, kitab-kitab dan sejumlah tulisan di perpustakaan yang berkaitan dengan tema yang akan dikaji dan menelaahnya. Dalam pengumpulan data ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu: pertama, sumber data yang berkaitan dengan tradisi Mitoni, diperoleh dari buku Tradisi Islami karya M. Afnan H dan A. Ma'ruf Asrori, Tradisi Orang-Orang NU karya H. Munawwir Abdul Fattah, Pedoman Do’a dan Dzikir karya Hasbi Ash Shiddiqi, Ensiklopedi Syirik dan Bid’ah Jawa karya Fahmi Suwaidi dan Abu Aman, dan Fiqih Kehamilan karya Muhammad Safiqul Anam. 30
Masri Singarimbun dan Sofiah Efendy, Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1989), hlm. 70. 31 Lexy J. Moleony, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993), hlm. 2.
16 Kedua, sumber data yang berkaitan dengan pendidikan anak pranatal
diperoleh dari buku Mendidik Anak dalam Kandungan karya Prof. Dr Baihaqi, Bahagia Saat Hamil bagi Ummahat karya Mohammad Fauzil Adhim, Mendidik Anak sejak dalam Kandungan karya Dr. Mansur, M.A, Mendidik Anak dalam Kandungan karya Ubes Nur Islam, Cara Baru Mendidik Anak sejak dalam Kandungan karya F.Rene Van de Carr, M.D., dan Marc Lehrer, Ph.D, dan sumber-sumber lainnya. Untuk melengkapi data-data yang berkaitan dengan tradisi Mitoni peneliti juga menggunakan metode interview, yaitu berupa dialog yang dilakukan
oleh
pewawancara
untuk
memperoleh
informasi
dari
terwawancara.32 3. Teknik Analisis Data Data
yang
sudah
diperoleh
kemudian
dianalisis
dengan
menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu menggambarkan wujud data secara apa adanya. Dalam hal ini memaparkan tentang tradisi Mitoni dan amalan-amalannya yang berisi doa, dan pendidikan pranatal dalam Islam. Selanjutnya diikuti dengan membandingkan antar kedua variabel, sehingga ditemukan perbedaan dan persamaannya33. Setelah itu, dilanjutkan dengan menyusun dan mengurutkan dengan data-data yang sudah diperoleh dengan mengelompokkan, mengkategorikan, menganalisis dan menginterpretasikan, dari situ barulah kemudian ditarik sejumlah inti buah pikiran atau kesimpulan. 32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Cet. XI, (Jakarta : Reneka Cipta, 1998), hlm. 145. 33 Ibid, hlm. 245-248.
17 H. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penyusunan skripsi ini penulis membuat sistematika penulisan sebagai jaminan bahwa skripsi mengarah untuk tercapainya tujuan pembahasan agar mempermudah pemahaman secara tertib. Sistematika penulisan tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Bagian Muka. Bagian ini berisi tentang halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan halaman daftar isi. 2. Bagian Isi Pada bagian ini secara garis besar terdiri dari lima bab, antara bab yang satu dengan bab lainnya saling berkaitan yang utuh. Kelima bab tersebut itu adalah : Bab I
: Pendahuluan Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Pendidikan Pranatal, tradisi Mitoni dan Amalan-amalannya. Pembahasan bab ini meliputi: pengertian pendidikan pranatal, proses perkembangan pranatal, proses pendidikan pranatal, materi pendidikan pranatal, tujuan pendidikan pranatal, tradisi orang-orang NU, pengertian tradisi Mitoni, amalan-amalan
18 tradisi Mitoni, do'a tradisi Mitoni, dan dasar hukum tradisi Mitoni. Bab III: Pendidikan Pranatal Menurut Islam Pada bab ini menguraikan tentang, pandangan umum pendidikan menurut Islam, pengertian pendidikan anak pranatal
menurut
Islam, proses perkembangan pranatal menurut Islam, proses pendidikan pranatal menurut Islam, metode pendidikan anak pranatal menurut Islam, materi pendidikan anak pranatal menurut Islam, dan tujuan pendidikan pranatal menurut Islam. Bab IV: Analisis Hasil Penelitian. Pada bab ini menguaraikan tentang: analisa amalan-amalan tradisi Mitoni dan implikasi tradisi Mitoni terhadap pendidikan anak pranatal menurut Islam Bab V: Penutup Bab ini merupakan bab yang terakhir sehingga berisikan kesimpulan, saran-saran dan penutup. 3. Bagian Akhir Bagian ini berisi tentang daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan lampiran-lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tradisi Mitoni 1. Pengertian Tradisi Mitoni Tradisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah adat kebiasaan turun- temurun, atau bisa diartikan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.1 Bagi orang Jawa, kehamilan adalah bagian dari siklus hidup seorang manusia. Oleh karena itu keberadaan si jabang bayi selalu dirayakan oleh masyarakat Jawa dengan tradisi yang bernama mitoni. Mitoni, berasal dari kata pitu (tujuh). Hal ini karena mitoni diadakan ketika usia kandungan masuk tujuh bulan. Disebut juga tingkeban. Tingkeb berarti tutup, ada yang memaknai tingkeban ini sebagai upacara atau selamatan penutup, karena setelah usia kandungan tujuh bulan si istri tak boleh dicampuri oleh suaminya sampai nifas berakhir.2 Dalam buku Tradisi Islami disebutkan, mitoni yaitu bersedekah dan diisi pembacaan doa, dengan harapan si bayi dalam kandungan diberikan keselamatan serta ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak di dunia. 3 Upacara tersebut dilaksanakan pada saat usia kehamilan sekitar tujuh bulan, karena pada saat itu sempurnalah janin dalam bentuk manusia yang
1
Hasan Alwi, et. all., Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Pertama, Ed. III, 2001), hlm. 1208. 2 Fahmi Suwaidi dan Abu Aman, Ensiklopedi Syirik dan Bid’ah Jawa, (Solo: Aqwam Media Profetika, 2011), hlm. 63. 3 M. Afnan Hafidh dan A. Ma'ruf Asrori, Tradisi Islami, (Surabaya: Khalista, 2007), hlm. 8.
19
20 mulai siap dilahirkan di dunia. Para ulama memberi perhatian serius terhadap masalah mitoni. Bila mitoni itu diyakini dan atau dikaitkan dengan
agama,
sehingga
menyebabkan
ketakutan
jika
tidak
melaksanakannya, maka hal ini jelas menyimpang dari syariat islam. Karena Allah tidak mensyariatkan hal tersebut sehingga akan mengarah pada upaya muhdatsatul umur atau menambahi agama dan tergolong bid'ah yang sesat. B. Pengertian Pendidikan Pranatal Secara etimologis, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4 Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut education, yang berarti pendidikan.5 Sedangkan dalam bahasa Arab, kata ”pendidikan” berasal dari kata
ﺗﺮﺑﯿﺔ
- ﺗﺮﺑﯿﺎ- رﺑﻰ – ﯾﺮﺑﻲ
yang artinya, mengatur, menyayangi, mendidik.6 Sedangkan secara terminology, para ahli mendeskripsikan pendidikan
dengan beberapa definisi, di antaranya adalah: 1. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, pendidikan adalah "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi 4
Anton M. Moeliono ,(et.al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 599. 5 John M. Echols, Hasan Shadily,Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm. 207. 6 A. Warison Munawar, Al-Munawwir, PP. Al-Munawir, Krapyak, Yogyakarta, 1984, hlm. 497
21 dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,dan Negara”.7 2. Hadari Nawawi berpendapat, pendidikan adalah “usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah”.8 3. Ahmad Tafsir mengemukakan, pendidikan adalah “berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif”.9 4. Menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.10 5. Musthafa al-Ghalayainy mendefinisikan pendidikan dengan:
اﻟﱰﺑﻴﺔ ﻫﻲ ﻏﺮس اﻻﺧﻼق اﻟﻔﺎﺿﻠﺔ ﰲ ﻧﻔﻮس اﻟﻨﺎﺷﺌﲔ وﺳﻘﻴﻬﺎ ﲟﺎء اﻹرﺷﺎد .وﺣﺐ اﻟﻌﻤﻞ اﻟﻮﻃﻦ
Pendidikan adalah menanamkan akhlaq yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta cinta tanah air.”11 6. Pendidikan menurut Islam, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung 7
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), hlm. 3. 8 Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 4 9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2000), hlm. 28 10 A. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, al-Ma’arif, Bandung, 1989, hlm. 19 11 Musthafa al-Ghalayainy, Idhatun Nasyi’in,(Beirut: Dar al-Fikr, 1953), hlm. 185
22 dalam sumber dasarnya yaitu al-Qur`an dan al-Hadits.12 Sedangkan istilah “Pranatal“ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti ”pralahir” atau ”sebelum lahir”.13 Istilah tersebut digunakan sebagai sebutan bagi anak yang masih berada dalam kandungan. Dengan demikian, yang dimaksud pendidikan anak dalam kandungan atau pendidikan pranatal adalah usaha secara sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa (sebagai pendidik) dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan, yang dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan ibu (pranatal) sampai anak tersebut lahir ke dunia. Jika dikaitkan dengan ajaran Islam, maka yang dimaksud pendidikan anak pranatal dalam pandangan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang tua kepada anak yang masih tumbuh dan berkembang dalam kandungan menurut ajaran Islam. C. Proses Perkembangan Pranatal Semua kejadian yang ada di dunia ini, bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya melalui beberapa rangkaian yang selanjutnya menjadi suatu kejadian. Begitu juga dengan keberadaan manusia. Manusia diciptakan melalui sebuah “proses” atau tahapan-tahapan tertentu. Proses tersebut akan selalu berubah ke arah yang lebih maju, atau
12
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001, hlm. 29 Hasan Alwi, et. all., Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Pertama, Ed. III, 2001), hlm. 893 13
23 dengan kata lain ke arah yang lebih sempurna yang disebut sebagai perkembangan.14 Elizabeth B. Hurlock, membagi fase perkembangan manusia menjadi tiga periode/fase, yaitu periode ovum, periode embrio dan periode janin.15 1. Periode Ovum Periode ini berlangsung mulai dari pembuahan hingga akhir minggu kedua. Pada periode ini belum ada sumber makanan dari luar sehingga secara praktis ukurannya tidak berubah. Perkembangan intern sangat cepat. Implantasi pada dinding rahim terjadi sekitar 10 hari sesudah pembuahan. Dengan adanya implantasi, ovum menjadi sebuah parasit. 2. Periode Embrio Periode ini berlangsung mulai dari akhir minggu kedua hingga akhir bulan lunar kedua. Dalam periode ini organ seks terbentuk cukup baik untuk membedakan jenis kelamin embrio. Semua ciri ekstern dan intern yang penting mulai berkembang dan berfungsi. Pertumbuhan di bagian kepala secara proporsional jauh lebih besar daripada bagian tubuh lain. Pada akhir periode ini, ukuran embrio 1½ sampai 2 inci panjangnya dan beratnya sekitar 1 ons. 3. Periode Janin Periode ini berlangsung dari akhir bulan lunar kedua sampai lahir. Pertumbuhan mengikuti hukum arah perkembangan yaitu dari bentuk yang belum sempurna ke bentuk yang lebih sempurna. Kegiatan janin sudah 14
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada, 1995), hlm. 178 15 Elisabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga,1978), hlm. 66
24 dimulai antara bulan kedua dan ketiga, misalnya menyepak, menggeliat dan memutar-mutar. Organ intern hampir mendekati posisi orang dewasa. Ciri ekstern dan intern terus berkembang dari bulan ke bulan, sampai bentuk janin benar-benar sempurna dan selanjutnya, tinggal menunggu kelahiran janin. Menurut Quraish Shihab, proses kejadian manusia terbagi menjadi lima periode yaitu, “al-nutfah, al-’alaq, al-mudhgah, al-idzam, dan allahm.16 Pendapat tersebut berpedoman pada proses kejadian manusia yang diuraikan dalam al-Qur`an sebagai berikut:
( ﺛُ ﱠﻢ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎﻩُ ﻧُﻄْ َﻔﺔً ﻓِﻲ ﻗَـﺮَا ٍر١٢) ِﻦ ﺳُﻼﻟَ ٍﺔ ِﻣ ْﻦ ﻃِﻴ ٍﻦ ْ َوﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻹﻧْﺴَﺎ َن ﻣ
َﻀﻐَﺔ ْ ﻀﻐَﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ ُﻤ ْ ( ﺛُ ﱠﻢ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔَ َﻋﻠَ َﻘﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ َﻌﻠَ َﻘﺔَ ُﻣ١٣) َﻣﻜِﻴ ٍﻦ ﺴ ُﻦ َ َك اﻟﻠﱠﻪُ أَ ْﺣ َ ﺸﺄْﻧَﺎﻩُ َﺧ ْﻠﻘًﺎ َآ َﺧ َﺮ ﻓَـﺘَﺒَﺎر َ ِْﻋﻈَﺎﻣًﺎ ﻓَ َﻜﺴ َْﻮﻧَﺎ اﻟْ ِﻌﻈَﺎ َم ﻟَ ْﺤﻤًﺎ ﺛُ ﱠﻢ أَﻧ (١٤-١٢ :اﻟْﺨَﺎﻟِﻘِﻴ َﻦ ) اﻟﻤﻮءﻣﻨﻮن Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian kami jadikan saripati itu nutfah (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan manusia (makhluk) yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minun :12-14)”.17 Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Rasulullah tersebut mencakup pembahasan fase-fase janin sebagai berikut: 1. An-Nuthfah
16
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 58 Al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 12-14., Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta : Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 527. 17
25 Adanya air mani ini disebabkan suatu proses interaksi biologis antara laki-laki dan perempuan, di mana keduanya atau salah satunya telah mencapai titik kulminasi hubungan komunikasi biologis, yang akhirnya memancarkan air sperma yang disebut sebagai nuthfah.18 Keberadaan air mani atau sperma pria di dalam rahim perempuan selama 40 hari memungkinkan ia untuk bersiap-siap dibentuk dan dicipta (bakal manusia).19 2. Al-‘Alaqah Kata al-‘alaqah secara bahasa berarti segumpal darah, atau sejenis cacing yang terdapat dalam air. Bila diminum dapat melekat pada tenggorokan. Al-Qur’an menggunakan kata ‘alaqah dengan maksud seperti itu, yaitu nuthfah yang melekat pada dinding rahim. Proses ini terjadi hingga akhir minggu kedua.20 Pada fase minggu kedua ini disebut juga dengan periode darah karena sperma pria yang membuahi sel telur wanita akan menjadi sebuah gumpalan darah yang akhirnya menjadi sebuah zigot dan kemudian menjadi sebuah embrio.21 3. Al-Mudhghah Setelah proses ‘alaqah, yaitu sperma sampai di dinding rahim, selaput janin pun mulai terbentuk, kemudian terlentanglah tali pusar yang menghubungkan zigot dengan si ibu untuk menerima makanan
18
37
19
Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan,( Jakarta: Gema Insani, 2007), hlm.
M.Syafiqul Anam, Fiqih Kehamilan, (Jombang: Darul Hikmah, 2011), hlm. 42 Ubes Nur Islam, op.cit, hlm. 39 21 M.Syafiqul Anam, op.cit, hlm. 43 20
26 dari darah. Di sini fase gumpalan darah akan menjadi gumpalan daging (mudhghah).22 4. Al-‘Idham Adapun fase janin selanjutnya adalah al-‘idham yaitu periode janin yang ditandai dengan adanya organ-organ utama bayi dan otak yang telah terbentuk. Misalnya, struktur mata mulai terbentuk meskipun belum terbentuk kelopak mata secara utuh, otot-otot mulai berkembang ke seluruh titik fungsi anggota tubuh, struktur telinga mulai terbentuk, jantung bayi dapat berdenyut dan jari jemari kaki mulai terbentuk.23 5. Al-Lahm Pada fase ini jenis kelamin bayi mulai dapat diamati dengan jelas. Fase ini juga dapat diartikan sebagai kulit ketuban, yaitu suatu selaput yang membungkus janin. Di dalamnya terdapat cairan yang memenuhi kantong tersebut yang berfungsi penting bagi janin.24 D. Proses Pendidikan Pranatal 1. Persiapan Pendidikan Pranatal Secara kodrati setiap orang tua sejak zaman dahulu hingga sekarang dan yang akan datang, berkeinginan untuk mendidik dan mengajar anaknya.25 Pendidikan sebaiknya diberikan sedini mungkin dengan persiapan yang matang. Semakin dini pendidikan itu diberikan, maka diharapkan hasilnya juga semakin baik. 22
Ubes Nur Islam, op.cit, hlm. 40 Ibid, hlm. 40 24 Ibid, h. 54 25 Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 23
hlm. 3
27 Menurut pendapat Brojonegoro, persiapan pendidikan dimulai pada saat pemilihan jodoh, yaitu dengan mempertimbangkan “bibit, bebet dan bobot”.26 Bibit atau lebih kita kenal dengan sebutan keturunan, sangat penting sekali dijadikan sebagai pertimbangan dalam memilih pendamping hidup. Jadi dalam memilih pendamping hidup diutamakan berasal dari keturunan yang baik-baik, karena jika tidak, dikhawatirkan akan mempengaruhi keturunannya. Selain mempertimbangkan bibit, pribadi dari calon pendamping atau dalam ungkapan jawa dikenal sebagi “bebet” juga tidak kalah pentingnya karena menyangkut orangnya secara langsung. Untuk itu perlu juga bagi orang yang akan memilih pendamping hidup mempertimbangkan kepribadian dari calon pendampingnya, bagaimana sikap dan tampangnya, bagaimana wataknya, sehatkah, pantaskah, haluskah, tegaskah, keras dan lain-lain. Yang menjadi pertimbangan lain bagi seseorang ketika memilih calon pendamping adalah “bobot”, apakah calon pendampingnya anak orang berada atau cukupan atau kurang. Apakah calon pendampingnya dapat mencari nafkah untuk hidup berkeluarga kelak. Jadi dalam hal “bobot” atau harta kekayaan ataupun kemampuan dalam mencari nafkahpun dijadikan pertimbangan pula, dengan harapan agar keturunanya kelak bisa tercukupi kebutuhannya. Ketiga istilah yang dijadikan pertimbangan dalam memilih pendamping hidup tersebut, sampai saat ini masih banyak dilakukan/dipraktekan orang. Hal itu tidak dipandang 26
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm. 27
28 sebagai sesuatu yang salah. Karena seperti apa yang diungkapkan oleh Prof. Brodjonegoro, ketiga hal tersebut merupakan langkah yang paling awal atau persiapan bagi
pendidikan anak dengan harapan agar
keturunanya nanti menjadi anak yang baik, baik fisik maupun non fisik, serta tercukupi kebutuhannya. 2. Pelaksanaan Pendidikan Pranatal Secara riil pendidikan dilakukan setelah anak dilahirkan. Seperti halnya pendapat Langeveld yang mengatakan bahwa pendidikan anak baru bisa dimulai setelah anak berumur 3 tahun. Sementara Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dimulai dari lahir sampai mati, atau istilah yang biasa digunakan adalah “long life
education”.27 Pendapat lain
diungkapkan oleh F. Rene Van De Carr, dalam bidang perkembangan pra lahir menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, bayi dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang.28 a. Pendidikan Fisik Yang dimaksud dengan pendidikan fisik ialah pemeliharaan kesehatan ibu yang sedang mengandung agar anak yang dikandung juga sehat. Untuk menjaga hal tersebut, maka kesehatan ibu harus benarbenar dijaga dengan cara memeriksa kandungan secara rutin ke dokter, mengkonsumsi makanan yang bergizi, memperhatikan kebersihan pakaian dan lingkungan. b. Pendidikan Psikis 27
Sutari Imam Barnadib, op. cit., hlm. 28 F.Rene Van De Carr dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, Terj. Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, Ed. Baru, Cet. I, 2008), hlm.35 28
29 Pendidikan psikis yang dimaksud disini, pada waktu seorang ibu sedang mengandung jangan memikirkan persoalan yang berat-berat dan ruwet-ruwet. Sebaiknya selalu memikirkan hal-hal yang menyenangkan saja. Jangan membenci dan memfitnah orang lain, memperbanyak istirahat dan rileks di dalam hidup sehari-hari. Jadi kondisi fisik ibu harus selalu dijaga agar tetap stabil. Kondisi fisik dan psikis ibu yang sedang mengandung harus tetap dijaga karena keduanya sangat berpengaruh sekali terhadap bayi yang dikandungnya. Seorang ibu yang sering sakit, maka bayi yang dikandungpun akan ikut sakit. Demikian pula dengan kondisi psikis ibu yang tidak stabil, akan mempengaruhi watak anaknya. Jadi tidak hanya pendidikan fisik saja yang diberikan pada anak pranatal. Akan tetapi pendidikan psikis juga tidak kalah pentingnya. Semakin sehat kondisi jasmani seseorang maka semakin sehat juga jiwa dari orang tersebut. F. Rene Van De Carr, dalam Bukunya Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, mengungkapkan ada delapan prinsip dasar yang membentuk pondasi filosofis dan prosedur pendidikan pra lahir.29 Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Prinsip kerja sama Permainan-permainan belajar dan latihan-latihan stimulasi membantu orang tua dan anggota keluarga lain belajar bekerja sama
29
F.Rene Van De Carr, op. cit, hlm. 50
30 untuk mencapai kesejahteraan bayi sebelum ia dilahirkan sehingga mereka akan mengetahui bagaimana bekerja sama setelah bayi lahir. 2. Prinsip ikatan cinta pralahir Latihan-latihan pendidikan pra lahir membantu seseorang untuk menerima bayinya. Dengan memainkan permainan-permainan belajar dan melakukan latihan-latihan, seseorang dapat mengungkapkan dan mengembangkan ikatan cinta sebelum lahir. 3. Prinsip stimulasi pra lahir Seorang bayi belajar dari stimulasi. Sudah jelas bagi orang tua baru bahwa stimulasi indra peraba seperti gelitik, stimulasi indra pendengaran seperti suara ibu, dan stimulasi indra penglihatan seperti gerakan dan warna-warna menjadi kesukaan bayi setiap hari dalam perkembangan kehidupannya. Latihan-latihan pendidikan pra lahir memberikan stimulasi sistematis bagi otak dan perkembangan syaraf bayi sebelum dilahirkan. Semakin sering latihan dilakukan, dapat membantu otak bayi menjadi lebih efisien dan menambah kapasitas belajar setelah ia dilahirkan. Masa pertumbuhan otak bayi terjadi sebelum kelahiran sampai ia berusia kurang lebih 2 tahun. 4. Prinsip kesadaran pra lahir Latihan-latihan
pendidikan
pra
lahir
memiliki
potensi
mengajarkan bayi untuk menyadari bahwa tindakannya mempunyai efek. Dalam permainan bayi menendang, misalnya ketika
ia
menendang perut ibu di satu tempat, tangan ibu menekan di tempat
31 yang sama. Kenyataan bahwa bentuk stimulasi lingkungan yang diajarkan sebelum
kelahiran mempunyai
potensi
besar dalam
mempercepat bayi belajar tentang sebab akibat setelah ia dilahirkan. 5. Prinsip kecerdasan Program pendidikan pra lahir mencakup latihan-latihan untuk menarik minat bayi yang sedang berkembang terhadap sensasi dan urutan yang dapat dipahami sebelum kelahiran. Setelah lahir seorang bayi akan lebih penuh perhatian, artinya ia telah mulai mengembangkan kecerdasannya. 6. Prinsip mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik Dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik seperti berbicara dengan jelas kepada bayi diharapkan bayi pranatal dapat menanggapi dan mengulang latihan-latihan pendidikan pralahir dengan perasaan senang. Kebiasaan-kebiasaan ini kemudian dengan mudah diteruskan setelah bayi lahir. 7. Prinsip melibatkan kakak-kakak sang bayi. Keikutsertaan anggota keluarga yang lain selain ibu (kakak), dalam latihan-latihan pendidikan pralahir, akan menjadikan mereka merasa penting dan tidak diabaikan oleh orang tuanya. Mereka belajar berharap bahwa adik bayi akan belajar dari mereka. Selain itu mereka belajar menerima keberadaan bayi sebagai adik bukan sebagai saingan dalam memperebutkan kasih sayang dari orang tua. 8. Prinsip peran penting ayah dalam masa kehamilan
32 Hasil penelitian F.Rene Van De Carr, terbukti bahwa hubungan baik antara ayah dan sang bayi sangat berkaitan dengan perkembangan kemampuan sosial anak. Karena banyak latihan pendidikan pralahir dapat dilakukan dengan mudah oleh ayah dan sang bayi akan lebih menanggapi nada dalam suara ayah. Kedelapan prinsip tersebut yang menjadikan seseorang merasa perlu bahkan harus melakukan latihanlatihan sebagai upaya pendidikan yang diberikan kepada anak yang masih berada dalam kandungan. E. Materi Pendidikan Pranatal Mendidik anak pranatal berbeda dengan mendidik anak yang sudah lahir. Anak sebagai obyek pendidikan, jika ia sudah dilahirkan, nyata keberadaannya. Meskipun demikian, mendidik anak pranatal bukanlah sesuatu yang sulit dilakukan dan memakan waktu yang banyak. Justru sebaliknya, hal itu sangat mudah dilakukan dan sangat sedikit waktu yang diperlukan dalam melaksanakan proses pendidikan. Selanjutnya F. Rene Van De Carr, juga telah menyusun materi-materi yang perlu diberikan dalam pendidikan pralahir. Sesuai dengan usia perkembangan anak dalam kandungan ibunya.30 1. Usia 1-5 Minggu Yang harus dilakukan oleh seorang ibu adalah meningkatkan nutrisi selama kehamilan, karena pada saat itu otak bayi sedang tumbuh. Jadi ketika usia kehamilan minggu pertama sampai keenam, seorang ibu
30
Ibid.,hlm. 180
33 dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk merangsang pertumbuhan otak. Selain itu juga harus menghindari pekerjaan yang berat karena kondisi janin masih sangat lemah dan belum terbentuk. 2. Usia 6-16 Minggu Latihan komunikasi pertama dengan bayi. Pada bulan kelima kehamilan, bayi yang sedang berkembang sudah siap mempelajari komunikasi verbal (suara) dan sentuhan. Latihan dimulai dengan mengajar bayi menanggapi suara ibu dan dorongan halus pada perut ibu dalam permainan bayi menendang. Dalam hal ini, sebaliknya seorang ibu meneruskan panggilannya kepada bayinya dan konsisten mengunakan nama tersebut selama latihan. 3. Usia 17 Minggu Detak jantung dan irama gendang. Sejak pembuahan terjadi, bayi dapat merasakan detak jantung ibunya bahkan sebelum organ pendengaran berkembang, bayi tumbuh dengan merasakan denyut jantung yang selalu ada. Detak ini dapat berfungsi sebagai lirik biologis ketika otak dan tubuh mulai tumbuh dan tersusun. Suatu penelitian awal oleh Dr. Brent Logan, direktur international society for prenatal learning and bonding, menyarankan bahwa membuat variasi dalam frekuensi suara detak jantung merangsang hubungan antar neuron dalam otak bayi pralahir dan menghasilkan kerja intelektual yang lebih baik. Oleh karena itu bayi perlu diperkenalkan pada irama-irama di luar tubuh ibu melalui latihan irama
34 gendang pendidikan pralahir, misalnya walaupun secara fisik bayi belum bisa mendengar, namun dia bisa merasakan getarannya. 4. Usia 20 Minggu Permainan bayi menendang. Sekitar awal bulan kelima, seorang ibu akan mulai merasakan tendangan atau gerakan kecil di perut bagian bawah. Tendangan pada usia kehamilan ini merupakan hal yang normal. Itulah cara bayi memulai eksplorasi dan belajar sesuatu tentang dunianya. Karena bayi yang mengambang di dalam rahim, dihubungkan dengan tali plasenta dan kadang-kadang menyentuh sisi-sisi uterus, satu-satunya cara untuk melakukan kontak dengan dunia luar adalah dengan menendang. Menendang dapat membantu memperkuat kaki bayi pralahir. Dalam permainan ini, bayi akan belajar dasar-dasar menanggapi orang lain. Jika bayi menendang, maka seorang ibu harus menepuk dengan lembut atau menekan tepat pada bagian perut yang ditendang. Tepukan untuk menanggapi tendangan, jika dilakukan secara konsisten, maka bayi akan lebih sering menendang pada saat-saat dan tempat-tempat tertentu. Setelah tiga atau empat minggu memainkan permainan ini, ibu bisa menepuk perut pada tempat berbeda dan melihat apakah ia menendang di tempat tersebut. 5. Usia 27 Minggu Menentukan posisi bayi. Untuk melakukan beberapa permainan belajar lanjutan, seorang ibu perlu mengetahui posisi bayi dalam rahim. 6. Usia 28 minggu
35 Fase kedua: Kata-kata utama setelah menemukan posisi bayi maka bisa dilanjutkan latihan-latihan yang lain. Pada saat usia bayi
dalam
kandungan 28 minggu, seorang ibu bisa mempersiapkan daftar kata-kata untuk diajarkan kepada bayi. Tujuannya
adalah mengajar bayi
menghubungkan sensasi tertentu dengan kata-kata tertentu. Ini dilakukan dengan cara menggunakan kata-kata yang menggambarkan tindakan atau sensasi yang dapat dialami bayi di dalam rahim. 7. Usia 29 Minggu Cerita rahim, lagu rahim dan melodi rahim. Cerita dan lagu rahim merupakan bagian dari program pendidikan pralahir. Latihan ini dilakukan dengan membaca cerita dan menyanyi untuk bayi pra lahir sebagai cara alami ibu dan bayi untuk saling mengenal. 8. Usia 31 Minggu Fase ketiga : Permainan xilofon/musik. Tujuan diberikannya permainan ini adalah untuk merangsang indra-indra bayi yang mulai berkembang, misalnya pendengaran, perasaan dan pengenalan cahaya. Menggunakan xilofon /piano/gitar dapat mengajarkan kepada bayi bahwa bunyi yang diucapkan dapat digunakan untuk memperkirakan dan menjelaskan kejadian-kejadian yang akan datang. Bayi juga akan belajar tentang hubungan waktu antara stimulus (nada yang ditimbulkan oleh xilifon) dan bunyi tujuh huruf pertama dalam abjad. Menyanyi selama masa kehamilan merupakan metode lain stimulasi pralahir yang dapat
36 meningkatkan kesadaran akan irama musik yang berbeda dengan irama percakapan. 9. Usia 33 Minggu sampai menjelang kelahiran, ucapan bayi. Ucapan bayi merupakan bagian unik dalam program pendidikan pra lahir. Kata-kata yang ada dalam ucapan bayi dirancang untuk memudahkan bayi berinteraksi verbal dengan lingkungannya. Selain itu juga memudahkan bayi mengucapkan emosinya pada tingkat verbal seperti pada tingkat fisik, yang pada gilirannya akan meningkatkan rasa percaya diri dalam menyatakan kebutuhan dan perasaannya. Menjelang kelahiran bisa ditambahkan pelajaran musik, yaitu dengan memperdengarkan irama musik pada bayi pra lahir. F. Tujuan Pendidikan Pranatal Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Dalam tujuan pendidikan, harus berdasarkan pada kenyataan yang terdapat pada individu.31 Dalam pendidikan pranatal, ibu adalah guru yang utama, dan biasanya dibantu oleh ayah atau anggota keluarga yang lain. Dengan melibatkan seluruh anggota keluarga dalam program pendidikan pranatal, akan membuahkan hasil yang positif, di antaranya: 1. Terciptanya kebersamaan dan kesan bahwa semua anggota keluarga, yang terkecil sekalipun dapat membantu pendidikan sang bayi.
31
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 43
37 2. Dengan latihan-latihan tersebut, akan membuat setiap anggota keluarga menjadi guru yang lebih baik. Lebih penting lagi, latihan-latihan tersebut membuat setiap anggota keluarga mempunyai ikatan dengan sang bayi yang belum dilahirkan.32 Adapun tujuan pendidikan pra lahir adalah membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan yang lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk belajar dini dan mendorong perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung selamalamanya.33 Jadi jelaslah bahwa tujuan dari pendidikan pranatal sesuai dengan fase perkembanganya, adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu belajar lebih dini, yang diberikan melalui stimulus oleh orang tua dan anggota keluarga yang lain, untuk mengenalkan lingkungan sekelilingnya, agar setelah kelahirannya bayi sudah merasa lebih mengenal lingkungan yang ada di sekelilingnya.
32 33
F. Rene Van De Carr, op. cit., hlm.45 Ibid., hlm. 27
BAB III KAJIAN PENELITIAN A. Tradisi Mitoni 1. Pengertian Tradisi Mitoni Tradisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah adat kebiasaan turun- temurun, atau bisa diartikan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.1 Bagi orang Jawa, kehamilan adalah bagian dari siklus hidup seorang manusia. Oleh karena itu keberadaan si jabang bayi selalu dirayakan oleh masyarakat Jawa dengan tradisi yang bernama mitoni. Mitoni, berasal dari kata pitu (tujuh). Hal ini karena mitoni diadakan ketika usia kandungan masuk tujuh bulan. Disebut juga tingkeban. Tingkeb berarti tutup, ada yang memaknai tingkeban ini sebagai upacara atau selamatan penutup, karena setelah usia kandungan tujuh bulan si istri tak boleh dicampuri oleh suaminya sampai nifas berakhir.2 Dalam buku Tradisi Islami disebutkan, mitoni yaitu bersedekah dan diisi pembacaan doa, dengan harapan si bayi dalam kandungan diberikan keselamatan serta ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak di dunia. 3 Upacara tersebut dilaksanakan pada saat usia kehamilan sekitar tujuh
1
Hasan Alwi, et. all., Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Pertama, Ed. III, 2001), hlm. 1208. 2 Fahmi Suwaidi dan Abu Aman, Ensiklopedi Syirik dan Bid’ah Jawa, (Solo: Aqwam Media Profetika, 2011), hlm. 63. 3 M. Afnan Hafidh dan A. Ma'ruf Asrori, Tradisi Islami, (Surabaya: Khalista, 2007), hlm. 8.
38
39 bulan, karena pada saat itu sempurnalah janin dalam bentuk manusia yang mulai siap dilahirkan di dunia. Para ulama memberi perhatian serius terhadap masalah mitoni. Bila mitoni itu diyakini dan atau dikaitkan dengan agama, sehingga menyebabkan ketakutan jika tidak melaksanakannya, maka hal ini jelas menyimpang dari syariat islam. Karena Allah tidak mensyariatkan hal tersebut sehingga akan mengarah pada upaya muhdatsatul umur atau menambahi agama dan tergolong bid'ah yang sesat. Akan tetapi, jika acara ini tidak diyakini sebagai bagian dari ibadah maka para ulama mempunyai pendapat yang berbeda. Sebagian ulama melarang jenis ritual seperti ini, karena tidak ada syariat yang mendasarinya. Tujuannya tak lain untuk membendung rusaknya agama dari munculnya bid'ah yang jelas-jelas dilarang agama. Meski begitu, terdapat pula beberapa ulama yang memandang bahwa tidak semua bentuk aktivitas budaya masyarakat itu harus ditinggalkan, selama tidak mengandung unsur syirik, dosa, mudharat dan bertentangan dengan agama. Sehingga, jika pelaksanaan mitoni ini mampu menghindari unsur-unsur diatas, maka hal itu tidak dilarang. Jadi, dari penjelasan di atas pada intinya mitoni adalah tradisi yang sudah berjalan dan menjadi budaya di masyarakat dan hal ini diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam yang berupa adanya doa dan sedekah, di mana keduanya adalah hal yang urgen dalam Islam.4
4
www. sejarahmitoni.com
40 2. Dasar Hukum Tradisi Mitoni Para ulama yang tidak melarang pelaksanaan tradisi mitoni ini menggunakan dalil-dalil dari al-Qur’an dan Hadis. Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 189:
َاﺣ َﺪةٍ َو َﺟ َﻌ َﻞ ِﻣ ْﻨـﻬَﺎ زَْو َﺟﻬَﺎ ﻟِﻴَ ْﺴ ُﻜ َﻦ إِﻟَْﻴـﻬَﺎ ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ ِ ْﺲ و ٍ ُﻮ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻘ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﻧَـﻔ َﻫ َﺖ َدﻋَﻮَا اﻟﻠﱠﻪَ َرﺑﱠـ ُﻬﻤَﺎ ﻟَﺌِ ْﻦ ْ ﱠت ﺑِ ِﻪ ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ أَﺛْـ َﻘﻠ ْ ْﻼ َﺧﻔِﻴﻔًﺎ ﻓَ َﻤﺮ ً َﺖ َﺣﻤ ْ ﺗَـﻐَﺸﱠﺎﻫَﺎ َﺣ َﻤﻠ (١٨٩ : َآﺗَـ ْﻴﺘَـﻨَﺎ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻟَﻨَﻜُﻮﻧَ ﱠﻦ ِﻣ َﻦ اﻟﺸﱠﺎﻛِﺮِﻳ َﻦ )اﻻﻋﺮاف
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".5 Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda:
ﺣﺪﺛﻨﺎ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ: ﻋﻦ أَﺑِ ْﻲ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ ﱠﺮﺣْﻤﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل إن أﺣﺪﻛﻢ ﻳﺠﻤﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﻓﻲ ﺑﻄﻦ أﻣﻪ أرﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻧﻄﻔﺔ: وﻫﻮ اﻟﺼﺎدق اﻟﻤﺼﺪوق ﻗﺎل ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻋﻠﻘﺔ ﻣﺜﻞ ذﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﻜﻮن ﻣﻀﻐﺔ ﻣﺜﻞ ذﻟﻚ ﺛﻢ ﻳﺮﺳﻞ إﻟﻴﻪ اﻟﻤﻠﻚ ﻓﻴﻨﻔﺦ ﻓﻴﻪ اﻟﺤﺪﻳﺚ )رواﻩ. ﺑﻜﺘﺐ رزﻗﻪ وأﺟﻠﻪ وﻋﻤﻠﻪ وﺷﻘﻲ أوﺳﻌﻴﺪ: اﻟﺮوح وﻳﺆﻣﺮ ﺑﺄرﺑﻊ ﻛﻠﻤﺎت (اﻟﺒﺨﺎري
Dari Abdullah r.a. katanya : Rasulullah menjelaskan kepada kami, bahwa setiap kamu diproses dalam perut ibunya selama 40 hari kemudian 40 hari lagi menjadi ‘alaqah (segumpal darah) kemudian 40 hari lagi menjadi mudghoh (segumpal daging) lalu dikirim malaikat untuk meniupkan ruh dan disuruh menuliskan 4 macam
5
Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 189., Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 255
41 keputusan untuk hari depan si bayi; tentang rizkinya, ajalnya, amal perbuatannya, nasib celaka dan beruntungnya.” (HR. Bukhari).6 Menurut peneliti kedua dalil tersebut sudah cukup dibuat dasar untuk melakukan tradisi mitoni. Karena saat itulah yang paling tepat untuk memohon sekaligus bersyukur dan berdo’a kepada Allah SWT, agar kelak anak yang lahir dapat selamat dan dijadikan anak yang shalih atau shalihah. 3. Amalan-amalan Tradisi Mitoni a. Amalan tradisi mitoni menurut budaya Jawa Di Jawa, proses kehamilan mendapat perhatian tersendiri bagi masyarakat setempat. Harapan-harapan muncul terhadap bayi dalam kandungan, agar mampu menjadi generasi yang handal dikemudian hari. Untuk itu, dilaksanakan beberapa tradisi yang dirasa mampu mewujudkan keinginan mereka terhadap anak tersebut. Di antara tradisi tersebut adalah upacara mitoni. Mitoni adalah ritual yang dilaksanakan pada saat bayi menginjak usia tujuh bulan dalam kandungan. Ada keyakinan bahwa upacara ini berpengaruh terhadap keselamatan bagi sang ibu dan anak yang ada dalam kandungan.7 Ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan dalam mitoni, yaitu siraman, memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain calon ibu oleh sang suami, ganti busana, memasukkan kelapa gading muda, memutus lilitan benang atau janur, memecahkan periuk, mencuri telur 6
Abu Abdillah Muhammad Bin Isma’il al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz II, (Semarang, AlMunawwar,t.th. ), hlm. 211. 7 www.sejarah mitoni.com
42 dan minum jamu. Rangkaian upacara itu dipercaya sebagai prosesi pengusiran marabahaya dan petaka dari ibu dan calon bayinya.8 Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang, bermakna memohon doa restu supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.9 Sedangkan memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain calon ibu adalah perwujudan dari harapan agar bayi bisa dilahirkan tanpa hambatan yang berarti. Hal ini dilakukan oleh suami. Ia memasukkan telur ayam kampong ke dalam kain calon ibu melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan simbol harapan supaya bayi lahir dengan lancar, tanpa suatu halangan.10 Memasukkan kelapa gading muda ke dalam sarung dari perut atas calon ibu ke bawah adalah simbolisasi agar tidak ada aral melintang yang menghalangi kelahiran si bayi. Setelah itu calon ibu akan berganti pakain dengan kain 7 motif, kemudian para tamu diminta untuk memilih salah satu dari tujuh kain tersebut yang cocok untuk sang ibu. Sedangkan pemutusan lilitan benang atau janur yang dilakukan setelah pergantian kain, masih bermakna agar kelahiran bayi berjalan dengan lancar. Lilitan itu harus diputus oleh suami. Pemecahan periuk mengandung makna agar nanti
221.
8
Muhammad Syafiqul Anam, Fiqih Kehamilan, (Jombang: Darul Hikmah, 2011), hlm.
9
Ibid, hlm. 222. Ibid
10
43 sang ibu mengandung lagi, dan diharapkan kehamilannya berjalan dengan lancar. Sedangkan minum jamu berarti bayi bisa lahir dengan cepat. Dan yang terakhir, mencuri telur, merupakan perwujudan atas keinginan calon bapak agar proses kelahiran berjalan dengan cepat, secepat maling yang mencuri.11 Untuk melakukan mitoni, harus dipilih hari yang benar-benar bagus dan membawa berkah. Orang Jawa memiliki perhitungan khusus dalam menentukan hari baik dan hari yang dianggap kurang baik. Hari yang dianggap baik adalah Senin siang sampai malam dan Jum’at siang sampai malam. Setelah melakukan serangkaian upacara, para tamu yang hadir diajak untuk memanjatkan doa bersama-sama demi keselamatan ibu dan calon bayinya. Tak lupa setelah itu, mereka akan diberi berkat untuk dibawa pulang. Budaya mitoni masih sangat lekat dengan budaya Jawa dan merupakan salah satu budaya yang paling populer di kalangan masyarakat Jawa. Mayoritas masyarakat menganggap budaya mitoni merupakan tradisi yang benar-benar sakral dan pantang dilewatkan, hal tersebut
mengingat
paham
tentang
ketakutan
mereka
akan
ketidaksempurnaan lahir dari bayi bila tidak dipitoni. Hal lainnya tentu saja untuk meneruskan budaya yang telah lama turun temurun dari nenek moyang, sehingga sering kali di beberapa daerah, keluarga yang
11
Ibid
44 tidak melakukan akan dicela warga. Peninggalan dari jaman Hindu ini sudah mendarah daging di masyarakat. Beberapa di antaranya menyebutkan bahwa ajaran ini juga mengandung nilai-nilai dan merupakan salah satu wujud ibadah Islami yaitu untuk minta selamat pada yang kuasa melalui ibadah berbentuk ceremonial yang kerap kali memang di sisipi nuansa Islami (sholawatan misalnya).12 Meski demikian, tidak sepenuhnya masyarakat berpendapat sama dan memberi tanggapan positif akan paham tersebut. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang agama, justru paham inilah yang seringkali menimbulkan protes keras dari beberapa pihak. Mereka menyebutkan bahwa paham tersebut sama sekali bukan ajaran Islam dan melenceng jauh dari nilai-nilai agama Islam, bahkan di antaranya menganggap acara tersebut haram dilakukan karena dianggap melencengakan agama (bid’ah). Oleh karena itu kebanyakan upacara mitoni jaman sekarang hanya berupa metode ‘syukuran’ dan tidak merunut tata cara keseluruhan seperti yang telah dicontohkan leluhur masyarakat Jawa. b. Amalan tradisi mitoni yang diakulturasikan dengan ajaran Islam Para ulama membatasi kebolehan mitoni dengan acara berdzikir, membaca al-Qur`an, berdoa, dan bersedekah. Jika ditambah dengan memecahkan kendi, siraman, perut yang berisi jabang bayi harus diberi tali dengan janur, lalu dimasuki cangkir gading maka tidak
12
www.sejarah mitoni.com
45 diperkenankan. Sebab hal tersebut merupakan tabdzir, sedangkan hukum tabdzir adalah haram.13 Amalan-amalan yang dilaksanakan ketika mitoni di daerah yang satu dengan lainnya tidaklah sama, di antaranya: 1) Di daerah perkotaan kabupaten Kudus, acaranya membaca doa rasul, membaca surat Yusuf, membaca surat Maryam, dan berdoa. 2) Di desa Getassrabi kecamatan Gebog kabupaten Kudus, acaranya membaca tahlil, membaca surat al-Insyirah tiga kali, membaca surat al-Qadr tiga kali, dan berdoa. Ada yang ditambah membaca surat Yusuf dan surat Maryam bersamaan dengan bacaan tahlil. 3) Di desa Padurenan kecamatan Gebog kabupaten Kudus, acaranya membaca surat Yusuf tiga kali, membaca surat Yasin tiga kali, membaca surat al-Rahman tiga kali, membaca surat Waqi’ah tiga kali, membaca surat al-Mulk tiga kali, membaca manaqib alJawahiril Ma’ani tujuh kali, membaca shalawat al-Jawahiru alSaniyyah tujuh kali. Berikut ini adalah bacaan dan doa yang biasanya dibaca dalam upacara mitoni: 1) Membaca fatihah, dengan hadlrah sebagai berikut:
اﻟﻰ ﺣﻀﺮة اﻟﻨﺒﻲ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻋﻠﻰ اﻟﻪ..... وﺻﺤﺒﻪ أﺟﻤﻌﻴﻦ ﻟﻬﻢ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ
13
Munawwir Abdul Fattah, Tradisi Orang-Orang NU, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, Cet. III, 2007 ),hlm. 292.
46
ﺛﻢ اﻟﻰ أرواح ﺟﻤﻴﻊ اﻷﻧﺒﻴﺎء واﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ واﻟﺸﻬﺪاء واﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ واﻷوﻟﻴﺎءواﻟﻤﻔﺴﺮﻳﻦ واﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ واﻟﻌﻠﻤﺎء واﻟﻤﺼﻨﻔﻴﻦ ﺧﺼﻮﺻﺎ ﺳﺎداﺗﻨﺎ اﻟﻜﺮام أﺻﺤﺎب ﺑﺪر رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻢ ﻣﻦ اﻟﻤﻬﺎﺟﺮﻳﻦ واﻷﻧﺼﺎر وﺧﺼﻮﺻﺎ اﻟﺸﻴﺦ ..... ﻋﺒﺪ اﻟﻘﺎدر اﻟﺠﻴﻼﻧﻲ ﻟﻬﻢ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ اﻟﻠﻬﻢ ﺣﺼﻞ ﻣﻘﺎﺻﺪﻧﺎ وﺳﻠﻢ أﻣﻮرﻧﺎ واﻗﺾ ﺣﻮاﺋﺠﻨﺎ واﻧﻔﻊ ﻋﻠﻮﻣﻨﺎ ﺑﺒﺮﻛﺔ..... اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ
2) Membaca surat al-Ikhlas tujuh kali, surat al-Falaq satu kali, surat an-Naas satu kali, surat al-Fatihah satu kali, dan ayat Kursi tiga kali. 3) Membaca surat Yasin tiga kali, surat al-Rahman tiga kali, surat Waqi’ah tiga kali, dan surat al-Mulk tiga kali. 4) Membaca doa sebagai berikut:
اﻟﻠﻬﻢ ﺳﻠﻤﻨﺎ ﻣﻦ أﻓﺎت اﻟﺪﻧﻴﺎ وﻋﺬاب اﻷﺧﺮة ﻓﺘﻨﺘﻬﻤﺎ وﻓﻀﻴﺤﺘﻬﻤﺎ إﻧﻚ ﻋﻠﻰ اﻟﻠﻬﻢ ﺳﻠﻢ ﺟﻨﻴﻨﻬﺎ وﻋﺎف ﻣﺎ ﻓﻲ ﺑﻄﻨﻬﺎ ﻣﻤﺎ ﻻ ﻧﺮﺟﻮﻩ.ﻛﻞ ﺷﻴﺊ ﻗﺪﻳﺮ اﻟﻠﻬﻢ. إﻧﺎ ﻛﺬاﻟﻚ ﻧﺠﺰي اﻟﻤﺤﺴﻨﻴﻦ. ﺳﻼم ﻋﻠﻰ ﻧﻮح ﻓﻲ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ.وﻧﺨﺎف إﻧﺎ ﻧﺴﺄﻟﻚ ﺑﺠﺎﻩ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أن ﺗﺼﻠﻲ ﻋﻠﻴﻪ وأن ﺑﺮﺣﻤﺘﻚ ﻳﺎ.ﺗﺴﻠﻢ ﺟﻨﻴﻨﻬﺎ ﻣﻦ اﻻﻓﺎت واﻟﻌﺎﻫﺎت واﻷﻣﺮاض وﻋﻦ أم ﻣﻠﺪن رﺑﻨﺎ ﻫﺐ ﻟﻨﺎ ﻣﻦ أزواﺟﻨﺎ وذرﻳﺎﺗﻨﺎ ﻗﺮة أﻋﻴﻦ واﺟﻌﻠﻨﺎ ﻟﻠﻤﺘﻘﻴﻦ.أرﺣﻢ اﻟﺮاﺣﻤﻴﻦ .إﻣﺎﻣﺎ
Ya Allah, selamatkanlah kami dari bencana dunia dan azab akhirat, petaka dan keburukan keduanya (dunia dan akhirat), sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, sejahterahkan janinnya, selamatkanlah kandungan di dalam perutnya dari sesuatu yang tidak kami harapkan dan yang kami khawatirkan. Kesejahteraan terlimpah kepada Nuh di seluruh alam. Sungguh demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Ya Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu dengan kepangkatan pemimpin kami Muhammad Saw, hendaklah Engkau mengaugerahkan shalawat kepada beliau, dan selamatkanlah janin ini dari bahaya, sakit, penyakit, dan dari jin
47 Ummi Muldin, dengan rahmat-Mu wahai Tuhan yang paling pengasih di antara para pengasih. Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kami beristri dan berketurunan yang menyejukkan hati, dan jadikanlah kami sebagai imam kaum bertakwa”.14
اﻟﺤﻤﺪ ﷲ ﺧﺎﻟﻖ اﻻﺷﺒﺎح واﻻرواح اﻟﻤﻨﻔﺮد ﺑﺎﻟﻜﻤﺎل واﻟﻌﺰ واﻟﺠﻤﺎل واﻟﻌﻈﻤﺔ واﻟﺠﻼل ﺧﺎﻟﻖ اﻟﺨﻼﺋﻖ وﺑﺎرﻳﻬﺎ وﻣﺼﻮر اﻟﺼﻮر وﻣﻨﺸﺌﻬﺎ وﺣﺎﻓﻆ اﻻﺷﺨﺎص ﻣﻤﺎ ﻳﺆذﻳﻬﺎ ﺑﺪﻳﻊ اﻟﺴﻤﻮات وﻣﺎ ﻓﻴﻬﺎ وﺑﺎﺳﻂ اﻻرض وﻣﺪﺣﻴﻬﺎ وﺟﺎﻋﻞ رواﺳﻴﻬﺎ وﻣﺨﻀﺐ اﻻﺷﺠﺎر وﻣﺰﻫﻴﻬﺎ وﺑﺬﺑﻴﺐ اﻟﻤﺎء ﻣﺤﻴﻴﻬﺎ ﻗﺎﺑﻞ اﻟﺤﺴﻨﺎت ﻣﺎﺣﻲ اﻟﻠﻬﻢ وﻛﻤﺎ اﻣﺮﺗﻨﺎ ﺑﺎﻟﺼﻼة واﻟﺘﺴﻠﻴﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻚ.اﻟﺴﻴﺌﺎت ﻏﺎﻓﺮ اﻟﺰﻻت اﻟﻜﺮﻳﻢ اﻟﺮؤف اﻟﺮﺣﻴﻢ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﺨﻠﻖ اﻟﻌﻈﻴﻢ ﻓﺼﻞ اﻟﻠﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ اﻟﻪ وﺻﺤﺒﻪ اﺟﻤﻌﻴﻦ وﻧﺴﺄﻟﻚ اﻟﻠﻬﻢ ﺑﻠﻄﻔﻚ اﻟﺤﻔﻲ وﺣﻠﻤﻚ اﻟﺤﻔﻲ واﻟﻜﻤﺎل اﻟﻤﺤﻤﺪي واﻟﺠﻤﺎل اﻟﻴﻮﺳﻔﻲ ان ﺗﺤﻘﻘﻨﺎ ﺑﺎﻟﺴﻼﻣﺔ واﻟﻜﺮاﻣﺔ ﻓﻰ اﻟﻠﻬﻢ وﻛﻤﺎ ﺣﺴﻨﺖ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﻓﺤﺴﻦ. اﻟﺬات واﻟﺼﻔﺎت واﻟﺪﻳﻦ واﻻﻫﻞ واﻟﺒﻨﻴﻦ اﻟﻠﻬﻢ اﺧﻼﻗﻨﺎ ووﺳﻊ اﻟﻠﻬﻢ رزﻗﻨﺎ وﺗﻤﻢ اﻟﻠﻬﻢ ﻗﺼﺪﻧﺎ ﻳﺎ ﻣﻦ رﺣﻢ اﻳﻮب وﺟﻨﻴﻨﻪ اﻟﻠﻬﻢ. وﻳﻌﻘﻮب واﻧﻴﻨﻪ وﻓﺮج ﻋﻨﻪ ﺣﺰﻳﻨﻪ ورد ﻋﻠﻴﻪ ﺣﻨﻴﻨﻪ ﻓﺴﺮ ﺑﻪ واﻋﻔﻰ ﺑﻨﻴﻨﻪ ﺳﺮﻧﺎ ﺑﺒﻨﻴﻨﺎ واﺣﻔﻆ اﻫﻠﻨﺎ وﺟﻨﻴﻨﻨﺎ وارﺣﻢ ﺟﻨﻴﻨﻨﺎ واﻧﻴﻨﻨﺎ ﻳﺎ ﻣﻦ ﺧﻠﻖ اﻻﻧﺴﺎن ﻣﻦ ﻳﺎ ﻣﻦ ادﺧﻞ اﻟﻨﻔﺲ ﻓﻰ اﻟﻨﻔﺲ واﺧﺮج اﻟﻨﻔﺲ ﻣﻦ اﻟﻨﻔﺲ.ﻃﻴﻦ ﻣﻦ ﻣﺎء ﻣﻬﻴﻦ ﻓﺮج اﻟﻠﻬﻢ ﻋﻨﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻓﺮﺟﺖ ﻋﻦ ﻣﺮﻳﻢ وﻋﻴﺴﻰ واﻣﻨﺔ وﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ .اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم
Segala puji bagi Allah, pencipta daun ruh, yang sendiri kesempurnaanNya, kemuliaanNya, keindahanNya, keagunganNya, dan kebesaranNya, penciptaan makhluk-makhlukNya dan pembuat berbagai bentuknya. Pemelihara manusia-manusia dari segala sesuatu yang membahayakannya, pencipta langit dan seisinya, pembentang bumi, pembuat gunung-gunungnya, dan pewarna pepohonannya. Yang menghidupinya dengan keringnya air, penerima segala kebaikan, penghapus keburukan, pengampun segala dosa. Wahai Allah, sebagaimana telah Engkau perintahkan kami untuk memohon rahmat dan kesejahteraan bagi nabi Engkau yang mulia, yang memiliki kasih sayang, pemilik akhlak yang luhur, maka limpahkanlah rahmat, wahai Allah, kepada penghulu kami, nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya sekalian. Kami 14
M. Afnan Hafidh dan A. Ma'ruf Asrori, op.cit, hlm. 10.
48 memohon kepada Engkau, wahai Allah, dengan kelemahlembutan Engkau yang baik, kemuliaan nabi Muhammad, serta ketampanan nabi Yusuf, agar Kau wujudkan bagi kami kesejahteraan dan kemuliaan di dalam zat, sifat, agama, keluarga dan anak-anak. Wahai Allah, sebagaimana telah Engkau baguskan penciptaan kami, maka baguskanlah, wahai Allah, akhlak kami. Luaskanlah, wahai Allah, rezeki kami, dan sempurnakanlah, wahai Allah, maksud kami. Wahai Zat Yang Menyayangi nabi Ayyub dan janinnya, nabi Ya’kub dan rintihannya, melepaskan kesedihannya dan menjawab ratapannya, maka ia membahagiakan dan menyehatkan anak-anaknya. Wahai Allah, berikanlah kami kebahagiaan dengan anak-anak kami, peliharalah keluarga dan janin kami, kasihailah janin dan rintihan kami, wahai Zat Yang telah menciptakan manusia dari tanah dan dari air yang hina, wahai Zat Yang telah memasukkan jiwa ke dalam jiwa, dan mengeluarkan jiwa dari dalam jiwa, lepaskanlah, wahai Allah, dari padanya sebagaimana telah Kau lepaskan dari Maryam dan Isa, Aminah dan penghulu kami, Muhammad, semoga rahmat dan kesejahteraan terlimpah atasnya.”15 Sima Mikhbar dalam buku “Panduan Ibu Muslim” yang diterjemahkan oleh Andi Emme menerangkan amalan-amalan yang perlu dilakukan selama masa kehamilan, baik amalan bulanan maupun amalan umum.16 1) Amalan bulanan Pada bulan pertama setiap hari Kamis dan Jum’at hendaklah membaca surat Yasin dan ash-Shaffat, kemudian meniupkan ke arah perut. Setiap hari hendaklah memakan buah kurma sebelum sarapan dengan membaca surat al-Qadr.
15
hlm. 110.
16
97-106.
Hasnah May Ziadah, Kado Terindah untuk Ibu Hamil, (Yogyakarta, Mutiara, , 2010), Sima Mikhbar, Panduan Ibu Muslim, Terj. Andi Emme, (Jakarta, Zaha, 2008),, hlm.
49 Pada bulan kedua setiap hari Kamis dan Jum'at, bacalah surat al-Mulk dan shalawat dengan menambahkan wa 'ajjil farajahum pada bagian akhirnya.
اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ وأل ﻣﺤﻤﺪ وﻋﺠﻞ ﻓﺮﺟﻬﻢ
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad beserta keluarga Nabi Muhammad dan segerakanlah kemunculannya". Surat al-Mulk dibaca satu kali pada hari Kamis maupun Jum'at, sedangkan shalawat tersebut dibaca sebanyak 140 kali pada hari Kamis dan 100 kali pada hari Jum'at. Pada bulan ketiga setaip hari Kamis dan Jum'at, hendaklah membaca surat Ali Imran dan shalawat dengan menambahkan wa 'ajjil farajahum pada bagian akhirnya. Pada hari Kamis dan Jum'at membaca surat Ali Imran 1 kali dan shalawat tersebut 140 kali. Pada bulan keempat setiap hari Kamis dan Jum'at, bacalah surat al-Insan. Dalam setiap shalat hendaklah membaca surat alQadr pada satu rakaatnya. Setelah shalat membaca surat al-Qadr, al-Kautsar, dan shalawat, kemudian membaca ayat ini:
َاﺟﻨَﺎ َوذُ ﱢرﻳﱠﺎﺗِﻨَﺎ ﻗُـ ﱠﺮةَ أَ ْﻋﻴُ ٍﻦ وَا ْﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ﻟِ ْﻠ ُﻤﺘﱠﻘِﻴ َﻦ إِﻣَﺎﻣًﺎ ِ َﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ أَزْو ْ َرﺑـﱠﻨَﺎ ﻫ
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kamisebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang bertakwa". Lalu baca istighfar sebanyak 7 kali:
اﺳﺘﻐﻔﺮاﷲ رﺑﻲ وأﺗﻮب اﻟﻴﻪ
50
Nya".
"Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaPada bulan kelima setiap hari Kamis dan Jum'at, bacalah
surat al-Fath. Dalam setiap shalat bacalah surat al-Nashr. Sebaiknya juga mengkonsumsi sebutir telur dengan membaca surat al-Fatihah setiap hari sebelum sarapan. Pada bulan keenam membaca surat al-Waqi'ah setiap hari Kamis dan Jum'at. Di malam hari bacalah surat at-Tin dalam satu kali shalat. Disarankan mengkonsumsi delima setelah membaca surat al-Fath setiap hari sebelum sarapan. Pada bulan ketujuh sampai seterusnya, setelah shalat Shubuh bacakanlah surat al-An'am. Setiap hari Senin membaca surat anNahl, hari Kamis dan Jum'at membaca surat Yasin dan an-Nahl. Di bulan ketujuh, kedelapan, dan kesembilan dianjurkan untuk membaca surat an-Nur. 2) Amalan umum Adapun amalan umum yang hendaknya dilaksanakan selama masa kehamilan, di antaranya adalah sebagai berikut: a) Selalu dalam keadaan suci, khususnya di saat makan. b) Di malam hari hendaknya tidak melihat cermin. c) Menjahui maksiat dan dosa-dosa. d) Sebisa mungkin melaksanakan hal-hal yang disunahkan. e) Menjaga ketengan hati dan tidak emosional.
51 f)
Mendengarkan kaset al-Qur'an dan membaca al-Qu'an setiap hari akan membantu anak mudah menghafal al-Qur'an
g) Membaca surat al-Ikhlash 50 kali sehari setelah shalat shubuh. h) Meletakkan tangan di atas perut sambil bershalawat dan membaca surat al-Ikhlas ketika merasakan gerakan janin. i)
Agar anak menjadi orang yang penyabar, hendaklah membaca surat an-'Ashr sambil meletakkan tangan di atas perut.
j)
Sering membaca surat al-Anbiya', karena sangat berpengaruh pada keshalihan anak.
Pada bulan-bulan akhir saat menunggu kelahiran, sebaiknya senantiasa mengerjakan shalat Hajat, membaca surat Luqman, surat Maryam, surat-surat yang lain, dan memperbanyak membaca doa berikut:
أﻋﻴﺬﻩ ﺑﺎﻟﻮاﺣﺪ اﻟﺼﻤﺪ ﻣﻦ ﺷﺮ ﻛﻞ ذي ﺣﺴﺪ
“Aku memohon perlindungan (untuk kandungan anak ini) kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tempat meminta, dari kejahatan setiap orang yang dengki”.17 B. Proses Pendidikan Anak Pranatal Dalam Pandangan Islam
Pendidikan anak pranatal dalam pandangan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak yang masih tumbuh dan berkembang dalam kandungan menurut ajaran Islam. Dasar pendidikan anak pranatal tidak lain yaitu al-Qur'an dan Hadits. Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 172:
17
M. Afnan Hafidh dan A. Ma'ruf Asrori, op.cit, hlm. 11.
52
ْﺖ ُ ُﺴ ِﻬ ْﻢ أَﻟَﺴ ِ ﱡﻚ ِﻣ ْﻦ ﺑَﻨِﻲ َآ َد َم ِﻣ ْﻦ ﻇُﻬُﻮِرِﻫ ْﻢ ذُ ﱢرﻳﱠـﺘَـ ُﻬ ْﻢ َوأَ ْﺷ َﻬ َﺪ ُﻫ ْﻢ َﻋﻠَﻰ أَﻧْـﻔ َ َوإِ ْذ أَ َﺧ َﺬ َرﺑ ﺑَِﺮﺑﱢ ُﻜ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا ﺑَـﻠَﻰ َﺷ ِﻬ ْﺪﻧَﺎ أَ ْن ﺗَـﻘُﻮﻟُﻮا ﻳـ َْﻮَم اﻟْ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ إِﻧﱠﺎ ُﻛﻨﱠﺎ َﻋ ْﻦ َﻫﺬَا ﻏَﺎﻓِﻠِﻴ َﻦ )اﻻﻋﺮاف (۱۷۲ :
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka. Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa mereka (seraya berfirman) : Bukankah Aku ini Tuhanmu ? “Mereka menjawab : Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”, (Kamu lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap (ke-Esa-an Tuhan)”. (QS. al-A’raf ayat 172).18 Menurut Baihaqi proses pembaitan ruh oleh Allah itu merupakan proses pendidikan pertama yang diberikan oleh Allah kepada ruh yang akan memasuki jasad bayi yang masih dalam kandungan.19 Jadi ayat tersebut
menjelaskan bahwa nyawa sebelum bertugas memberi hidup kepada manusia dia sudah dibaiat oleh Allah SWT, inilah yang menjadi dalil dari al-Qur'an bahwa anak pranatal sudah bisa dididik. Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Barr menurut peneliti bisa dijadikan dasar pendidikan anak pranatal. Rasulullah SAW bersabda:
اﻃﻠﺒﻮا اﻟﻌﻠﻢ ﻣﻦ اﻟﻤﻬﺪ اﻟﻰ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ, ﻋﻦ اﻧﺲ اﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ()رواﻩ اﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺒﺮ. اﻟﻠﺤﺪ
“Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah bersabda: “tuntutlah ilmu sejak masa ayunan sampai di lubang lahad”. (Ibnu Abdul al-Barr).20
Menurut Baihaqi, penafsiran kalimat al-mahd diartikan sebagai rahim ibu, karena rahim ibu merupakan ayunan nomor satu.21 18
Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172., Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 250 19 Baihaqi, AK., Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2000)., hlm.31 20 Ibnu Al-Barr Al-Qurtuby, Bayanul Ilmi wa Fadlihi, Juz 1-2, (Beirut: Darul Fikr, t.th.), hlm. 10
53 1. Proses pendidikan pranatal dalam Islam Anak merupakan amanat dari Allah yang dititipkan kepada orang tuanya. Sebagai amanat, anak harus dijaga, dibimbing dan diarahkan selaras dengan apa yang diamanatkan. Rasulullah SAW bersabda :
ﻗﺎل اﻟﻨﺒ ﱡﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻛ ﱡﻞ ﻣﻮﻟﻮ ٍد ﻳﻮﻟَ ُﺪ:ﻋﻦ أﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮةَ رﺿﻲ اﻟﻠّﻪُ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل (ﺼﺮاﻧِﻪ أو ﻳُﻤﺠﱢﺴﺎﻧِﻪ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﺄﺑَﻮاﻩُ ﻳُﻬﻮﱢداﻧ ِﻪ أو ﻳُﻨ ﱢ،ِﻋﻠﻰ اﻟﻔِﻄﺮة
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW. Bersabda : Tiaptiap anak dilahirkan dengan keadaan putih bersih, maka dua ibu bapaknya yang meng-yahudikan atau me-nasranikan atau me-majusikan”. (H. R. Muslim).22 Al Ghazali seperti dikutip oleh Zainuddin dkk. memberikan komentar terhadap hadits tersebut yakni: “Sesungguhnya seorang anak itu diciptakan Allah dapat menerima kebaikan dan keburukan, dan hanya kedua orang tuanya yang dapat menjadikan anak itu cenderung pada salah satu pihak”.23 Dengan demikian, fitrah pada dasarnya baik dan sempurna. Fitrah memiliki kemungkinan dan kesediaan untuk menerima kebaikan dan keburukan. Atau dengan kata lain, fitrah adalah dasar-dasar kemampuan untuk menerima pendidikan dan pengajaran. Pendidikan merupakan sebuah proses yang panjang dan bertahap sesuai dengan perkembangan manusia. Proses yang panjang tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika tidak diikuti dengan persiapan yang matang. Demikian pula dalam pelaksanaan pendidikan pranatal, juga 21
Baihaqi, op. cit., hlm. 64 Muslim bin Hajjaj al-Qusairy, Al-Jami’ as-Shahih, (Beirut: Darul Fikr, t.th.), hlm. 458 23 Zainuddin, et. all., Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 65 22
54 membutuhkan persiapan-persiapan yang harus dilakukan oleh keluarga, jauh sebelum terjadinya kehamilan. Menurut ajaran Islam, persiapan pendidikan pranatal dimulai sejak pemilihan jodoh, pada saat melakukan hubungan suami istri dan pada masa kehamilan. Dalam skripsi ini, penulis akan mengelompokkan persiapan pendidikan pranatal dalam dua tahap, yaitu : pra nikah dan pasca nikah. a. Pra Nikah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.24 Apabila keluarga sudah terbentuk, maka sepasang suami istri masih merasa ada yang kurang, jika di tengah-tengah mereka belum hadir “anak. Setelah hadir seorang anak di tengah-tengah mereka, maka kebahagiaanpun semakin bertambah. Namun satu hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua, bahwa anak adalah amanat Allah untuk bisa dijaga dan dibimbing agar bisa mengenal penciptanya. Keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pertama dan utama
bagi
anak
untuk
memperoleh
pembinaan
mental
dan
pembentukan yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Demikian pula halnya dengan pendidikan agama, harus 24
Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, No I Tahun 1974, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1991), hlm. 6
55 diberikan oleh orang tua semenjak kanak-kanak dengan membiasakan diri berakhlak dan bertingkah laku sesuai yang diajarkan agama. Inti dari pendidikan dalam istilah Islam adalah untuk mewujudkan insan “kamil” yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT. Penanaman iman itu harus dilakukan sedini mungkin oleh orang tua. Bahkan Islam mengajarkan untuk mempersiapkan pendidikan anak jauh sebelum terjadinya kelahiran itu sendiri, yaitu sejak pemilihan jodoh. Ajaran Islam tentang pemilihan istri terlihat dari hadits Nabi SAW :
»ﺗُﻨ َﻜ ُﺢ اﻟﻤﺮأة:ﻋﻦ أﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮَة رﺿ َﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ اﻟﻨﺒ ﱢﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل «َﺖ ﻳَﺪاك ْ ﺑﺬات اﻟﺪﱢﻳ ِﻦ ﺗ ِﺮﺑ ِ ﻓﺎﻇﻔَﺮ، وﻟﺪِﻳﻨﻬﺎ، َوﺟَﻤﺎﻟِﻬﺎ،ﺴﺒِﻬﺎ َ َوﻟِ َﺤ، ﻟﻤﺎﻟﻬﺎ:ﻷَرﺑ ٍﻊ ()رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Perempuan dikawini karena empat (sebab), yaitu : karena kekayaannya, keturunannya, kecantikannya dan keberagamaan-nya. Maka upayakanlah mendapat perempuan yang beragama niscaya engkau akan beruntung”. (H.R.Bukhari).25 Dari makna hadits di atas dapat diuraikan bahwa jika akan memilih jodoh harus diperhatikan empat hal yaitu : 1) Memilih berdasarkan kekayaan Pernikahan bukanlah tempat untuk mencoba akan tetapi dijalani untuk selamanya, dan di zaman sekarang seolah-olah harta adalah segala-galanya, tanpa harta orang tidak akan bisa hidup, memang kebanyakan laki-laki menyenangi perempuan yang berharta
25
al-Bukhari op.cit, juz 3, hlm. 242
56 tanpa memperhatikan akhlaq dan budi pekertinya, padahal kekayaan yang tanpa didasari dengan akhaq yang baik dan agama yang kuat, perkawinan hanya akan menghasilkan kepahitan dan berakhir dengan malapetaka dan kerugian. 2) Memilih berdasarkan keturunannya Memilih pasangan berdasarkan keturunan artinya, memilih yang keturunanya mempunyai agama yang kuat, akhlaq yang baik dan juga tingkat kecerdasannya. 3) Memilih berdasarkan kecantikan Kecantikan di sini menurut penulis ada dua macam yaitu kecantikan lahir dan batin, dan yang paling diutamakan adalah kecantikan batin, karena kecantikan batin itu merupakan pondasi yang utama dalam perkawinan. 4) Memilih berdasarkan agama Kecantikan, harta warisan atau kekayaan bukanlah satusatunya pilihan dalam mencari istri, kriteria-kriteria tersebut harus dibarengi dengan kriteria agama. Jika ajaran agama diamalkan dengan baik, di samping dapat bertahan untuk selama-lamanya serta berguna untuk dua kehidupan, dunia dan akhirat, juga senantiasa dapat menumbuhkan ketenangan lahir batin yang pada akhirnya bermuara pada kebahagiaan hakiki dalam rumah tangga.
57 Demikian pula seorang wanita di dalam menentukan orang yang akan menjadi pendamping hidupnya, juga harus
melihat dari segi
agama, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
» إِذَا ﺟَﺎءَ ُﻛ ْﻢ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ َﺎل َرﺳ َ َﺎل ﻗ َ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻰ ﺣَﺎﺗ ٍِﻢ اﻟْ ُﻤ َﺰﻧِ ﱢﻰ ﻗ
.«ْض َوﻓَﺴَﺎ ٌد ﻋﺮﻳﺾ ِ َﻣ ْﻦ ﺗـ َْﺮﺿ َْﻮ َن دِﻳﻨَﻪُ َو ُﺧﻠُ َﻘﻪُ ﻓَﺄَﻧْ ِﻜﺤُﻮﻩُ إِﻻﱠ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮا ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﻓِ ْﺘـﻨَﺔٌ ﻓِﻰ اﻷَر ()رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬي
“Dari Abu Khatim al-Muzani berkata, Rasulullah SAW. Bersabda:”Apabila kepada kamu datang laki-laki (meminang puterimu) yang agama dan akhlaknya kamu senangi, maka kawinkanlah puterimu dengannya. Jika kamu tidak melakukannya, akan terjadilah fitnah dan bencana yang banyak”. (H. R. Turmudzi).26 Anak yang dikandung, dilahirkan, diasuh serta dididik oleh
orang tua yang taat beragama, kemungkinan untuk menjadi anak yang shalih dan baik sangatlah besar. Itulah sebabnya Islam sangat menganjurkan pada setiap muslim, agar dalam memilih pendamping hidupnya, mengutamakan orang yang beragama dan senantiasa menjalankan dan mengamalkan ajarannya. b. Pasca Nikah Setelah pemilihan ditetapkan, dijalankan dengan peminangan, kemudian
persetujuan
sudah
dicapai,
dan
perkawinan
akan
diselenggarakan, maka selanjutnya adalah akad nikah. Nilai pendidikan yang dapat diambil dari pelaksanaan akad nikah tersebut adalah motivasi dan pendidikan yang diterapkan pada kedua pengantin. Motivasi dan pendidikan yang dimaksud dimulai dari
26
Abu Isa Muahammad bin Isa ibnu Saurah, Sunan at-Turmudzi, Juz II, (Beirut: Dar alFikr, t. th.), hlm. 345
58 pembinaan kecintaan antara sesama mereka, pembinaan
kerukunan
rumah tangga dalam lingkungan mereka dan lingkungan sekitar mereka, sehingga tercipta suasana rumah tangga yang harmonis. Adapun persiapan pendidikan yang dilakukan setelah akad nikah, yaitu : 1) Pada saat melakukan hubungan suami istri (bersetubuh) Sebelum melakukan hubungan badan atau bersetubuh, Islam menganjurkan untuk berdo’a terlebih dahulu, agar tidak mendapat gangguan setan, baik yang ditujukan terhadap mereka sendiri pada saat bersetubuh, maupun terhadap anak yang mungkin terkonsepsi pada waktu persetubuhan itu. Rasulullah SAW bersabda :
) ﻟﻮ أن أﺣﺪﻛﻢ إذا: ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻳﺒﻠﻎ ﺑﻪ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎل أﺗﻰ أﻫﻠﻪ ﻗﻞ ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﻠﻬﻢ ﺟﻨﺒﻨﺎ اﻟﺸﻴﻄﺎن وﺟﻨﺐ اﻟﺸﻴﻄﺎن ﻣﺎ رزﻗﺘﻨﺎ ﻓﻘﻀﻲ (ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ وﻟﺪ ﻟﻢ ﻳﻀﺮﻩ ( )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري
“Dari Ibnu Abas berkata. Rasulullah SAW. Bersabda:”Jikalau seorang dari kamu menyampuri istrinya maka ia berdo’a : (Ya Allah, jauhkanlah setan dari padaku, dan jauhkan setan dari pada yang telah engkau limpahkan kepada kami). Maka jika ada anak antara keduanya, akan dijauhkan dari godaan setan”. (H.R. Bukhari).27 Nilai pendidikan yang terkandung dari do’a tersebut sesungguhnya adalah mendidik diri agar senantiasa dekat kepada Allah SWT dan melindungi diri serta bermohon kepadanya. Oleh karena itu, jika akan melakukan hubungan suami istri, mereka dianjurkan berdo’a terlebih dahulu untuk diri mereka dan anak 27
al--Bukhari, op.cit., hlm.348
59 mereka yang mungkin terkonsepsi pada waktu persetubuhan mereka berlangsung, yang berarti pula mereka telah melakukan persiapan pendidikan anak. 2) Ketika masa kehamilan Kehamilan seorang isteri lebih-lebih kehamilan pertama, merupakan anugrah terindah yang diterima oleh sepasang suami isteri, karena salah satu tujuan perkawinan adalah untuk meneruskan atau mendapatkan keturunan. Pada saat istri mengandung, maka suami sebagai kepala rumah tangga, harus memberikan makanan dan pakaian yang halal pada anak pranatal melalui ibunya sebagai langkah persiapan pendidikannya, agar kelak anak yang lahir menjadi anak salih dan salihah. Al-Ghazali menegaskan bahwa jika anak terutama yang pranatal diberikan makanan dan pakaian yang haram, maka darah, daging bahkan seluruh dirinya menjadi haram.28 Oleh karena itu sangat penting sekali dan sudah merupakan kewajiban orang tua untuk memberikan sesuatu yang halal bagi anak pranatal sebagai bagian dari pendidikan. Dengan demikian, sebagai upaya persiapan pendidikan anak dalam kandungan pada saat kehamilan adalah upaya pemberian makanan dan minuman yang halal dari orang tua, agar anak tersebut 28
Ahmad Tafsir, op. cit., hlm. 35
60 terbiasa menerima barang yang halal, sehingga nantinya jika ia lahir menjadi anak yang shaleh atau shalehah. Selain pemberian makanan maupun pakaian yang halal, juga harus diupayakan menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis, di mana di dalamnya terdapat ketenangan, ketentraman dan kedamaian. Terutama emosi ibu, harus tetap dijaga agar tetap stabil, sehingga bayi dalam kandungan tidak akan bergerak-gerak akibat konflik batin yang dialami ibu. Menurut Baihaqi, pendidikan anak secara aktif menurut pedagogis Islami, harus dimulai sejak masa diketahui bahwa anak tersebut sudah ada dalam kandungan istri (pranatal).29 Al-Qur'an juga telah menjelaskan bahwa roh (nyawa) yang ditiupkan malaikat berdasarkan ijin dan perintah Allah yang lantas memberi hidup pada anak di dalam kandungan, sudah memiliki daya kognitif tinggi, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-A’raf ayat 172 tersebut di atas. Ayat tersebut menjelaskan bahwa ruh (nyawa) yang sudah menyatu dalam tubuh janin yang ada dalam kandungan bersifat responsif. Sebab manusia tanpa ruh adalah bangkai (mayit) yang tidak berdaya, tidak berakal fikir, dan tidak responsif lagi terhadap semua rangsangan.30 Karena sifat tersebut, maka orang tua harus lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertindak sebab apapun yang dilakukan oleh orang tua
29 30
Baihaqi, op. cit., hlm. 29 Ibid., hlm. 31
61 terutama ibu, akan dirasakan anak dalam kandungan sebagai pembiasaan yang diberikan kepadanya (pendidikan). Oleh karena pendidikan dapat dimulai ketika anak berada dalam kandungan, maka keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama bagi anak dan orang tua sebagai pendidik yang utama, harus bisa menciptakan suasana kehidupan yang nyaman dan tentram dalam upaya pendidikan tersebut. Dari beberapa pendapat tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan bisa dimulai jauh sebelum terjadinya kelahiran, yaitu sejak pemilihan jodoh. Namun pendidikan tersebut hanya bersifat peneladanan ataupun pembiasaan yang dilakukan oleh orangorang yang ada di sekeliling anak tersebut. 2. Metode pendidikan anak pranatal dalam Islam Pendidikan yang diberikan pada anak pranatal berbeda dengan pendidikan yang diberikan pada anak postnatal dalam hal teknis pelaksanaannya. Adapun metode-metode yang sesuai untuk pendidikan anak pranatal yaitu : a. Metode Doa Doa
merupakan
instrumen
yang
sangat
ampuh
untuk
mengantarkan kesuksesan sebuah perbuatan. Dengan doa seseorang akan termotivasi menjadi seorang yang kuat, penuh optimistis dan
62 memiliki harapan yang pasti, dan mampu melakukan aktivitas-aktivitas yang baik. Metode ini sangat relevan dijadikan sebagai metode utama dalam pendidikan anak pranatal. Para nabi dan orang-orang salih terdahulu banyak melakukan metode doa ini, seperti nabi Ibrahim, keluarga Imron, Maryam, nabi Zakariya, nabi Nuh, dan sebagainya.31 b. Metode Ibadah Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah, sebagai satu kewajiban. Maka sudah seharusnya ibadah dijadikan metode dalam pendidikan anak prenatal.32 Wanita yang sedang hamil harus menerapkan metode ini. Karena secara tidak langsung berarti orang
tua memperkenalkan
kepada calon anaknya terhadap syariat-syariat Allah. Contoh, jika wanita hamil melaksanakan shalat baik yang wajib maupun sunah, maka bayi yang ada dalam rahimnyapun secara otomatis ikut shalat. Diharapkan dengan menggunakan metode ibadah yang tentu saja yang dikenakan metode adalah kedua orang tuanya terlebih-lebih adalah ibunya yang sedang mengandung akan berpengaruh kepada janin yang masih ada dalam kandungannya. c. Metode Membaca al-Qur'an Membaca al-Qur'an
merupakan metode mendidik keimanan
pada anak pranatal yang sangat baik. Diharapkan dengan menerapkan 31 32
Ubes Nur Islam, op.cit, hlm. 57 Ibid, hlm. 58
63 metode membaca al-Qur’an ini,bayi yang ada dalm kandungan akan mendapatkan pengaruh dari apa yang dibacakan oleh orang tuannya.33 d. Metode Suri Tauladan/Keteladanan Kedudukan orang tua sebagai pusat kehidupan rohani bagi anak dalam kandungan mengharuskan ia berhati-hati dalam segala sikap dan tindakan yang dilakukan. Sikap hati-hati yang dilakukan merupakan perwujudan dari rasa tanggung jawab orang tua yaitu senantiasa menjaga dan melindungi keluarganya dari hal-hal yang akan menyesatkan mereka ke jalan yang tidak diridhai oleh Allah. Firman Allah SWT :
... ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َآ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأَ ْﻫﻠِﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (Q.S. at-Tahrim : 6).34 Ayat tersebut menjelaskan bahwa umat yang beriman wajib memelihara diri dan keluarganya dari kesengsaraan, kehancuran atau kebinasahan karena dibakar oleh api neraka. Pemeliharaan tersebut melekat pada kewajiban mendidik keturunannya dengan berbagai cara berupaya
secara
sadar
membimbing,
mengembangkan
dan
menumbuhkan serta mendorongnya sampai dapat mencapai setinggitingginya harkat dan martabat sebagai manusia.
33
Baihaqi, op. cit., hlm. 156 Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 951 34
64 Bagi anak pranatal, pendidikan tersebut dilakukan oleh orang tua. Jadi apapun yang dilakukan oleh orang tua itulah pendidikan yang diberikan pada anak pranatal. e. Metode Mengikut Sertakan dengan Ucapan Yang dimaksud dengan mengikut sertakan dengan ucapan adalah mengajak kepada anak dalam kandungan dengan menggunakan kata-kata untuk bersama-sama melakukan perbuatan-perbuatan baik, atau amal-amal saleh atau ibadah-ibadah yang akan dikerjakan oleh ibu yang mengandungnya. Misalnya, ketika ibu akan melaksanakan shalat, maka dia mengajak anak yang dikandungnya dengan ucapan: “nak, ayo kita sama-sama shalat”. Atau dengan ungkapan-ungkapan lain, yang sifatnya mengajak anak untuk ikut serta dalam setiap tindakan yang dilakukan. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh ibu saja tetapi ayah juga harus ikut serta dalam pelaksanaan pendidikan anak, karena dia juga mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anaknya 3. Materi pendidikan anak pranatal dalam Islam Materi pelajaran bagi anak pranatal sangat bergantung kepada tingkatan potensi, kemampuan dan latar belakang orang tuanya. Hal ini akan terefleksikan dalam hal mengarahkan dan mendidik anak dalam kandungan si ibu.
65 Anak pranatal tidak bisa langsung melaksanakan materi pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya. Karena pada kenyataannya yang melaksanakan pendidikan adalah orang tua sendiri, sedangkan si anak dalam kandungan hanya merespon saja. Prof. Dr. M. Baihaqi, telah menyusun materi pendidikan yang diberikan kepada anak pranatal, sebagai berikut : a. Shalat Perempuan yang sudah mengandung tidak lagi mendapat menstruasi (haidh). Oleh kerena itu, selama sembilan bulan, mulai dari masa awal mengandung sampai dengan melahirkan, ia tidak pernah lagi mendapat halangan shalat secara syar’i. Keadaan perempuan semacam itu membuat ia bisa secara terus menerus untuk mendirikan shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunah. Istri (calon ibu), dengan tetap mendirikan shalat tersebut berarti membina lingkungan islami untuk anaknya dan merangsang atau mengajarkan secara tetap materi dan aplikasi shalat kepada bayi yang dikandungnya
melalui
dirinya.
Sedangkan
suaminya
membina
lingkungan dan merangsang (mengajar) materi dan aplikasi shalat itu dengan mendirikan shalat berjama’ah bersama istrinya atau mendirikan shalat di dekatnya. Dengan demikian, mereka secara bersama-sama atau sendirian telah merangsang (mengajarkan) materi dan aplikasi shalat kepada bayi mereka yang masih di dalam kandungan. b. Membaca al-Qur'an
66 Membaca al-Qur'an merupakan materi pelajaran yang sangat relevan. Anak dalam kandungan harus sudah direspon (diajar) membaca al-Qur'an oleh ibu atau
ayahnya. Metodenya adalah dengan
membacakan al-Qur'an kepadanya. Suami merespon (mengajarkannya) dengan membacakan al-Qur'an di dekat istrinya yang sedang mengandung. Istri merespon (mengajarkannya) dengan membacakan sendiri secara langsung dan mengajak bayinya itu membaca bersamanya. Setiap kali membaca al-Qur'an, istri atau suami berkata kepada bayi dalam kandungan : ayo nak, kita sama-sama mengaji”. Dengan metode ajakan semacam itu, orang tua terbiasa bercakap-cakap dengan bayinya. Sehingga dia merasa lebih dekat dan dapat merasakan kehadirannya. c. Aqidah/Tauhid Mata pelajaran aqidah atau tauhid sangat penting sekali diajarkan kepada anak untuk mengembangkan fitrah (potensi) beragama yang dimiliki setiap anak. Potensi tersebut tidak akan berkembang jika tidak ada usaha dari luar diri anak tersebut untuk mengembangkannya. Cara mengajarkan mata pelajaran aqidah pada anak dalam kandungan yaitu melalui ibunya. Misalnya mengajarkan tentang wujud dan keEsa-an Allah. d. Ilmu Pengetahuan
67 Maksud mengajarkan ilmu pengetahuan di sini, adalah membina kondisi dan situasi ilmiah dalam keluarga sehingga menjadi lingkungan ilmiah yang islami dan dapat memberi rangsangan positif kepada anak pranatal. Cara mengajarkannya kepada anak dalam kandungan adalah dengan mengajarkan atau mempercakapkannya kepada ibu yang mengandung. Dengan cara tersebut, maka anak dalam kandungan mendapat rangsangan ilmu pengetahuan dan dia akan meresponnya dengan baik. e. Akhlak Akhlak secara umum tidak pernah terpisahkan dari manusia. Di antara manusia ada yang berakhlak baik dan adapula yang berakhlak buruk. Atau kadang-kadang, seseorang pada suatu masa berakhlak baik, tetapi di masa lainnya ia berakhlak buruk. Jika dihubungkan dengan anak pranatal, maka yang diajarkan kepadanya adalah akhlak baik dan mulia. Caranya, orang tua dalam kehidupannya sehari-hari baik ketika bergaul dengan keluarga ataupun dengan orang lain, harus selalu menggunakan akhlak yang baik. Selain itu jika suami mempunyai pengetahuan yang berkaitan dengan akhlak, maka hendaknya ia mau menceritakan kepada istrinya. Istri harus mendengarkan dengan baik. Dengan demikian, suami telah merangsang (mengajar) bayi dalam kandungan, akhlak mulia melalui ibunya. Istri mengajak serta bayinya untuk mendengarkan cerita suami seraya
68 berucap : “Nak, dengarkan, ayah akan menerangkan tentang akhlak mulia”. f. Do’a Do’a merupakan amalan yang membuat hati tenang dan mantap. Setiap manusia mukmin senantiasa merasakan ketenangan dan kemantapan bila ia sudah berdo’a kepada Allah baik untuk diri dan orang tuanya, maupun untuk anak-anak dan keluarganya, terutama setiap ia selesai mendirikan shalat fardhu lima waktu. Dengan berdo’a itu, terasa adanya sandaran hati dan tempat mengadu serta adanya harapan bahwa pada masanya nanti akan dikabulkan oleh Allah. Bagi istri yang sedang mengandung, do’a tersebut mengandung makna positif bagi dirinya dan anak yang dikandungnya, ia merasa tenang dan mantap dengan berdo’a. Begitu juga jika ia dido’akan oleh suaminya, oleh orang tuanya, atau oleh orang lain yang dekat kepadanya. Semakin banyak ia berdo’a atau didoa’kan oleh orang lain, semakin tenang dan mantap hatinya, termasuk pada saat-saat akan melahirkan nanti. Do’a semacam itu, atau do’a-do’a
lainnya yang sederhana,
sudah harus dirangsangkan (diajarkan) kepada anak dalam kandungan melalui ibunya. Metodenya adalah dengan membacakan do’a oleh istri, atau suami di dekat istrinya. Pembacaan itu akan direspon secara positif oleh bayi dalam kandungan, lebih-lebih jika ibunya menggunakan
69 metode mengikutsertakan dengan ucapan “Nak, mari kita berdo’a, dan belajar do’a bersama”. g. Lagu Lagu atau musik dapat dijadikan pelajaran bagi bayi dalam kandungan. Yang melagukan hendaknya ibu yang mengandungnya, atau orang lain di dekatnya, atau kaset lagu yang diputar di sekelilingnya. Dan bayi tersebut merespon. Dengan musik-musik atau lagu-lagu baik yang bernafaskan Islam ataupun musik klasik tersebut bayi melalui responnya, sudah belajar tentang musik, dan dia akan merasa tenang. Selain itu, musik dapat merangsang perkembangan otak bayi. Yang paling penting pada saat anak masih berada dalam kandungan, suami dan istri, harus senantiasa menjalankan ajaran agama, dan berusaha menciptakan suasana yang tenang dalam rumah tangga, karena bayi dalam kandungan sangat peka terhadap rangsangan dari luar. 4. Tujuan pendidikan pranatal dalam Islam Berbicara tentang tujuan pendidikan, tidak dapat tidak, akan membawa kita kepada tujuan hidup. Sebab pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Dalam konteks al-Qur’an disebutkan bahwa tindakan apapun yang dikerjakan oleh manusia haruslah dikaitkan dengan Allah. Hal itu sesuai dengan firman-Nya :
َب اﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴ َﻦ ي َوَﻣﻤَﺎﺗِﻲ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ر ﱢ َ ﺴﻜِﻲ َوَﻣ ْﺤﻴَﺎ ُ ُﺻﻼَﺗِﻲ َوﻧ َ ﻗُ ْﻞ إِ ﱠن
70 ”Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku, semuanya untuk Allah .Tuhan seluruh alam”. (Q.S. al-An’am :162). 35 Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk menumbuhkan kesadaran manusia sebagai mahluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya. Dalam perspektif Islam, menurut Abu Amr Ahmad Sulaiman, tujuan pendidikan anak secara umum adalah usaha mencari keridhaan Allah dan usaha untuk mendapatkan surgaNya, keselamatan dari nerakaNya serta mengharapkan pahala dan balasanNya.36 Secara rinci, tujuan pendidikan anak dalam Islam dapat dismpulkan sebagai berikut: a. Menjawab seruan Allah. b. Membentuk akidah dan keimanan anak-anak yang bersih. c. Membentuk keilmuan dan pengetahuan anak-anak. d. Membentuk akhlak mulia, perilaku dan sopan santun anak-anak. e. Membentuk sisi sosial anak-anak yang bertanggungjawab. f. Membangun sisi kejiwaan yang kukuh dan perasaan anak-anak. g. Membentuk fisik yang kuat dan kesehatan tubuh anak-anak. h. Membentuk rasa estetika, seni dan kreativitas anak-anak. Tujuan pendidikan anak dalam Islam begitu komprehenshif dan universal, menerobos ke berbagai aspek, baik spiritual, imajinatif, jasmaniah, ilmiah, maupun bahasa. Oleh karena itu, pendidikan anak 35
Al-Qur’an surat al-An’am ayat 162, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 216 36 Ubes Nur Islam, op.cit, hlm.10
71 pranatal harus bisa mendorong semua aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian semua kesempurnaan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. Dan begitu juga dalam program dan langkah-langkah pendidikan anak pranatal hendaknya diarahkan kepada tujuan sebagaimana berikut: a. Merefleksi nilai-nilai ajaran agama, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan yang dimiliki orang tuanya sekaligus mengajak bersama anak yang berada di dalam kandungannya tersebut untuk melakukan refleksasi nila-nilai tersebut. b. Melatih kecenderungan anak yang berada di dalam kandungan tentang nilai-nilai tersebut di atas dan sekaligus melatih ketrampilan amaliah sesuai yang diajarkannya, setelah ia dilahirkan dan dewasa nanti. c. Melatih kekuatan dan potensi fisik dan psikis anak yang berada di dalam kandungan. d. Membangun prakesadaran bahasa dan komunikasi antara anak yang berada di dalam kandungan dan orang tuanya. e. Meningkatkan rentang konsentrasi, kepekaan dan kecerdasan anak yang berada di dalam kandungan.37 Jadi tujuan pendidikan pranatal
dalam Islam adalah untuk
mengembangkan potensi dasar manusia (fitrah) dan untuk mewujudkan insan kamil yang diberikan sedini mungkin, yaitu sejak dalam kandungan melalui orang tua terutama ibu, yang bersifat peneladanan ataupun pembiasaan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
37
M.Syafiqul Anam, op.cit, hlm. 78
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa tradisi mitoni dalam persepektif islam Amalan-amalan yang dilaksanakan ketika mitoni di daerah yang satu dengan lainnya tidaklah sama, di antaranya: 1. Di daerah perkotaan kabupaten Kudus, acaranya membaca doa rasul, membaca surat Yusuf, membaca surat Maryam, dan berdoa.1 2. Di desa Getassrabi kecamatan Gebog kabupaten Kudus, acaranya membaca tahlil, membaca surat al-Insyirah tiga kali, membaca surat alQadr tiga kali, dan berdoa. Ada yang ditambah membaca surat Yusuf dan surat Maryam bersamaan dengan bacaan tahlil.2 3. Di desa Padurenan kecamatan Gebog kabupaten Kudus, acaranya membaca surat Yusuf tiga kali, membaca surat Yasin tiga kali, membaca surat al-Rahman tiga kali, membaca surat Waqi’ah tiga kali, membaca surat al-Mulk tiga kali, membaca manaqib al-Jawahiril Ma’ani tujuh kali, membaca shalawat al-Jawahiru al-Saniyyah tujuh kali.3 Berikut ini adalah bacaan dan doa yang biasanya dibaca dalam upacara mitoni: a. Membaca fatihah, dengan hadlrah sebagai berikut:
1
Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. KH. Ali Usman HS, M. Ag. selaku tokoh masyarakat di kota Kudus Tanggal 05 September 2015. 2 Hasil Wawancara dengan Bapak KH. Moh Ishomuddin, Al- Hafidz, S. Pd. I, M. Pd. I selaku tokoh masyarakat di desa Getassrabi Tanggal 17 September 2015. 3 Hasil Wawancara dengan Bapak KH. Maimun, Al- Hafidz, S. Pd. I, M. Pd. I selaku tokoh masyarakat di desa Getassrabi Tanggal 16 September 2015.
72
73
اﻟﻰ ﺣﻀﺮة اﻟﻨﺒﻲ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻋﻠﻰ اﻟﻪ وﺻﺤﺒﻪ
-
..... أﺟﻤﻌﻴﻦ ﻟﻬﻢ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﺛﻢ اﻟﻰ أرواح ﺟﻤﻴﻊ اﻷﻧﺒﻴﺎء واﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ واﻟﺸﻬﺪاء واﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ واﻷوﻟﻴﺎءواﻟﻤﻔﺴﺮﻳﻦ واﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ واﻟﻌﻠﻤﺎء واﻟﻤﺼﻨﻔﻴﻦ ﺧﺼﻮﺻﺎ ﺳﺎداﺗﻨﺎ اﻟﻜﺮام أﺻﺤﺎب ﺑﺪر رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻢ ﻣﻦ اﻟﻤﻬﺎﺟﺮﻳﻦ واﻷﻧﺼﺎر وﺧﺼﻮﺻﺎ اﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ اﻟﻘﺎدر ..... اﻟﺠﻴﻼﻧﻲ ﻟﻬﻢ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ اﻟﻠﻬﻢ ﺣﺼﻞ ﻣﻘﺎﺻﺪﻧﺎ وﺳﻠﻢ أﻣﻮرﻧﺎ واﻗﺾ ﺣﻮاﺋﺠﻨﺎ واﻧﻔﻊ ﻋﻠﻮﻣﻨﺎ ﺑﺒﺮﻛﺔ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ.....
b. Membaca surat al-Ikhlas tujuh kali, surat al-Falaq satu kali, surat anNaas satu kali, surat al-Fatihah satu kali, dan ayat Kursi tiga kali. c. Membaca surat Yasin tiga kali, surat al-Rahman tiga kali, surat Waqi’ah tiga kali, dan surat al-Mulk tiga kali. d. Membaca doa sebagai berikut:
اﻟﻠﻬﻢ ﺳﻠﻤﻨﺎ ﻣﻦ أﻓﺎت اﻟﺪﻧﻴﺎ وﻋﺬاب اﻷﺧﺮة ﻓﺘﻨﺘﻬﻤﺎ وﻓﻀﻴﺤﺘﻬﻤﺎ إﻧﻚ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺳﻼم. اﻟﻠﻬﻢ ﺳﻠﻢ ﺟﻨﻴﻨﻬﺎ وﻋﺎف ﻣﺎ ﻓﻲ ﺑﻄﻨﻬﺎ ﻣﻤﺎ ﻻ ﻧﺮﺟﻮﻩ وﻧﺨﺎف.ﺷﻴﺊ ﻗﺪﻳﺮ اﻟﻠﻬﻢ إﻧﺎ ﻧﺴﺄﻟﻚ ﺑﺠﺎﻩ ﺳﻴﺪﻧﺎ. إﻧﺎ ﻛﺬاﻟﻚ ﻧﺠﺰي اﻟﻤﺤﺴﻨﻴﻦ.ﻋﻠﻰ ﻧﻮح ﻓﻲ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أن ﺗﺼﻠﻲ ﻋﻠﻴﻪ وأن ﺗﺴﻠﻢ ﺟﻨﻴﻨﻬﺎ ﻣﻦ اﻻﻓﺎت رﺑﻨﺎ ﻫﺐ ﻟﻨﺎ ﻣﻦ. ﺑﺮﺣﻤﺘﻚ ﻳﺎ أرﺣﻢ اﻟﺮاﺣﻤﻴﻦ.واﻟﻌﺎﻫﺎت واﻷﻣﺮاض وﻋﻦ أم ﻣﻠﺪن .أزواﺟﻨﺎ وذرﻳﺎﺗﻨﺎ ﻗﺮة أﻋﻴﻦ واﺟﻌﻠﻨﺎ ﻟﻠﻤﺘﻘﻴﻦ إﻣﺎﻣﺎ
Ya Allah, selamatkanlah kami dari bencana dunia dan azab akhirat, petaka dan keburukan keduanya (dunia dan akhirat), sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, sejahterahkan janinnya, selamatkanlah kandungan di dalam perutnya dari sesuatu yang tidak kami harapkan dan yang kami khawatirkan. Kesejahteraan terlimpah kepada Nuh di seluruh alam. Sungguh demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Ya Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu dengan kepangkatan pemimpin kami Muhammad Saw, hendaklah Engkau mengaugerahkan shalawat kepada beliau, dan selamatkanlah janin ini dari bahaya, sakit,
74 penyakit, dan dari jin Ummi Muldin, dengan rahmat-Mu wahai Tuhan yang paling pengasih di antara para pengasih. Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kami beristri dan berketurunan yang menyejukkan hati, dan jadikanlah kami sebagai imam kaum bertakwa”.4
اﻟﺤﻤﺪ ﷲ ﺧﺎﻟﻖ اﻻﺷﺒﺎح واﻻرواح اﻟﻤﻨﻔﺮد ﺑﺎﻟﻜﻤﺎل واﻟﻌﺰ واﻟﺠﻤﺎل واﻟﻌﻈﻤﺔ واﻟﺠﻼل ﺧﺎﻟﻖ اﻟﺨﻼﺋﻖ وﺑﺎرﻳﻬﺎ وﻣﺼﻮر اﻟﺼﻮر وﻣﻨﺸﺌﻬﺎ وﺣﺎﻓﻆ اﻻﺷﺨﺎص ﻣﻤﺎ ﻳﺆذﻳﻬﺎ ﺑﺪﻳﻊ اﻟﺴﻤﻮات وﻣﺎ ﻓﻴﻬﺎ وﺑﺎﺳﻂ اﻻرض وﻣﺪﺣﻴﻬﺎ وﺟﺎﻋﻞ رواﺳﻴﻬﺎ وﻣﺨﻀﺐ اﻻﺷﺠﺎر وﻣﺰﻫﻴﻬﺎ وﺑﺬﺑﻴﺐ اﻟﻤﺎء ﻣﺤﻴﻴﻬﺎ ﻗﺎﺑﻞ اﻟﺤﺴﻨﺎت ﻣﺎﺣﻲ اﻟﺴﻴﺌﺎت اﻟﻠﻬﻢ وﻛﻤﺎ اﻣﺮﺗﻨﺎ ﺑﺎﻟﺼﻼة واﻟﺘﺴﻠﻴﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻚ اﻟﻜﺮﻳﻢ اﻟﺮؤف.ﻏﺎﻓﺮ اﻟﺰﻻت اﻟﺮﺣﻴﻢ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﺨﻠﻖ اﻟﻌﻈﻴﻢ ﻓﺼﻞ اﻟﻠﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ اﻟﻪ وﺻﺤﺒﻪ اﺟﻤﻌﻴﻦ وﻧﺴﺄﻟﻚ اﻟﻠﻬﻢ ﺑﻠﻄﻔﻚ اﻟﺤﻔﻲ وﺣﻠﻤﻚ اﻟﺤﻔﻲ واﻟﻜﻤﺎل اﻟﻤﺤﻤﺪي واﻟﺠﻤﺎل اﻟﻴﻮﺳﻔﻲ ان ﺗﺤﻘﻘﻨﺎ ﺑﺎﻟﺴﻼﻣﺔ واﻟﻜﺮاﻣﺔ ﻓﻰ اﻟﺬات واﻟﺼﻔﺎت واﻟﺪﻳﻦ اﻟﻠﻬﻢ وﻛﻤﺎ ﺣﺴﻨﺖ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﻓﺤﺴﻦ اﻟﻠﻬﻢ اﺧﻼﻗﻨﺎ ووﺳﻊ اﻟﻠﻬﻢ. واﻻﻫﻞ واﻟﺒﻨﻴﻦ رزﻗﻨﺎ وﺗﻤﻢ اﻟﻠﻬﻢ ﻗﺼﺪﻧﺎ ﻳﺎ ﻣﻦ رﺣﻢ اﻳﻮب وﺟﻨﻴﻨﻪ وﻳﻌﻘﻮب واﻧﻴﻨﻪ وﻓﺮج ﻋﻨﻪ ﺣﺰﻳﻨﻪ اﻟﻠﻬﻢ ﺳﺮﻧﺎ ﺑﺒﻨﻴﻨﺎ واﺣﻔﻆ اﻫﻠﻨﺎ وﺟﻨﻴﻨﻨﺎ. ورد ﻋﻠﻴﻪ ﺣﻨﻴﻨﻪ ﻓﺴﺮ ﺑﻪ واﻋﻔﻰ ﺑﻨﻴﻨﻪ ﻳﺎ ﻣﻦ ادﺧﻞ.وارﺣﻢ ﺟﻨﻴﻨﻨﺎ واﻧﻴﻨﻨﺎ ﻳﺎ ﻣﻦ ﺧﻠﻖ اﻻﻧﺴﺎن ﻣﻦ ﻃﻴﻦ ﻣﻦ ﻣﺎء ﻣﻬﻴﻦ اﻟﻨﻔﺲ ﻓﻰ اﻟﻨﻔﺲ واﺧﺮج اﻟﻨﻔﺲ ﻣﻦ اﻟﻨﻔﺲ ﻓﺮج اﻟﻠﻬﻢ ﻋﻨﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻓﺮﺟﺖ ﻋﻦ ﻣﺮﻳﻢ .وﻋﻴﺴﻰ واﻣﻨﺔ وﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم
Segala puji bagi Allah, pencipta daun ruh, yang sendiri kesempurnaanNya, kemuliaanNya, keindahanNya, keagunganNya, dan kebesaranNya, penciptaan makhlukmakhlukNya dan pembuat berbagai bentuknya. Pemelihara manusia-manusia dari segala sesuatu yang membahayakannya, pencipta langit dan seisinya, pembentang bumi, pembuat gunung-gunungnya, dan pewarna pepohonannya. Yang menghidupinya dengan keringnya air, penerima segala kebaikan, penghapus keburukan, pengampun segala dosa. Wahai Allah, sebagaimana telah Engkau perintahkan kami untuk memohon rahmat dan kesejahteraan bagi nabi Engkau yang mulia, yang memiliki kasih sayang, pemilik akhlak yang luhur, maka limpahkanlah rahmat, wahai Allah, kepada penghulu kami, nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya sekalian. 4
M. Afnan Hafidh dan A. Ma'ruf Asrori, op.cit, hlm. 10.
75 Kami memohon kepada Engkau, wahai Allah, dengan kelemahlembutan Engkau yang baik, kemuliaan nabi Muhammad, serta ketampanan nabi Yusuf, agar Kau wujudkan bagi kami kesejahteraan dan kemuliaan di dalam zat, sifat, agama, keluarga dan anak-anak. Wahai Allah, sebagaimana telah Engkau baguskan penciptaan kami, maka baguskanlah, wahai Allah, akhlak kami. Luaskanlah, wahai Allah, rezeki kami, dan sempurnakanlah, wahai Allah, maksud kami. Wahai Zat Yang Menyayangi nabi Ayyub dan janinnya, nabi Ya’kub dan rintihannya, melepaskan kesedihannya dan menjawab ratapannya, maka ia membahagiakan dan menyehatkan anakanaknya. Wahai Allah, berikanlah kami kebahagiaan dengan anak-anak kami, peliharalah keluarga dan janin kami, kasihailah janin dan rintihan kami, wahai Zat Yang telah menciptakan manusia dari tanah dan dari air yang hina, wahai Zat Yang telah memasukkan jiwa ke dalam jiwa, dan mengeluarkan jiwa dari dalam jiwa, lepaskanlah, wahai Allah, dari padanya sebagaimana telah Kau lepaskan dari Maryam dan Isa, Aminah dan penghulu kami, Muhammad, semoga rahmat dan kesejahteraan terlimpah atasnya.”5 Sima Mikhbar dalam buku “Panduan Ibu Muslim” yang diterjemahkan oleh Andi Emme menerangkan amalan-amalan yang perlu dilakukan selama masa kehamilan, baik amalan bulanan maupun amalan umum.6 1) Amalan bulanan Pada bulan pertama setiap hari Kamis dan Jum’at hendaklah membaca surat Yasin dan ash-Shaffat, kemudian meniupkan ke arah perut. Setiap hari hendaklah memakan buah kurma sebelum sarapan dengan membaca surat al-Qadr. Pada bulan kedua setiap hari Kamis dan Jum'at, bacalah surat al-Mulk dan shalawat dengan menambahkan wa 'ajjil farajahum pada bagian akhirnya. 5
hlm. 110.
6
106.
Hasnah May Ziadah, Kado Terindah untuk Ibu Hamil, (Yogyakarta, Mutiara, , 2010), Sima Mikhbar, Panduan Ibu Muslim, Terj. Andi Emme, (Jakarta, Zaha, 2008),, hlm. 97-
76
اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ وأل ﻣﺤﻤﺪ وﻋﺠﻞ ﻓﺮﺟﻬﻢ
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad beserta keluarga Nabi Muhammad dan segerakanlah kemunculannya". Surat al-Mulk dibaca satu kali pada hari Kamis maupun
Jum'at, sedangkan shalawat tersebut dibaca sebanyak 140 kali pada hari Kamis dan 100 kali pada hari Jum'at. Pada bulan ketiga setaip hari Kamis dan Jum'at, hendaklah membaca surat Ali Imran dan shalawat dengan menambahkan wa 'ajjil farajahum pada bagian akhirnya. Pada hari Kamis dan Jum'at membaca surat Ali Imran 1 kali dan shalawat tersebut 140 kali. Pada bulan keempat setiap hari Kamis dan Jum'at, bacalah surat al-Insan. Dalam setiap shalat hendaklah membaca surat alQadr pada satu rakaatnya. Setelah shalat membaca surat al-Qadr, al-Kautsar, dan shalawat, kemudian membaca ayat ini:
َاﺟﻨَﺎ َوذُ ﱢرﻳﱠﺎﺗِﻨَﺎ ﻗُـ ﱠﺮةَ أَ ْﻋﻴُ ٍﻦ وَا ْﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ﻟِ ْﻠ ُﻤﺘﱠﻘِﻴ َﻦ إِﻣَﺎﻣًﺎ ِ َﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ أَزْو ْ َرﺑـﱠﻨَﺎ ﻫ
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kamisebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang bertakwa. Lalu baca istighfar sebanyak 7 kali:
اﺳﺘﻐﻔﺮاﷲ رﺑﻲ وأﺗﻮب اﻟﻴﻪ
Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya. Pada bulan kelima setiap hari Kamis dan Jum'at, bacalah
surat al-Fath. Dalam setiap shalat bacalah surat al-Nashr. Sebaiknya juga mengkonsumsi sebutir telur dengan membaca surat al-Fatihah setiap hari sebelum sarapan.
77 Pada bulan keenam membaca surat al-Waqi'ah setiap hari Kamis dan Jum'at. Di malam hari bacalah surat at-Tin dalam satu kali shalat. Disarankan mengkonsumsi delima setelah membaca surat al-Fath setiap hari sebelum sarapan. Pada bulan ketujuh sampai seterusnya, setelah shalat Shubuh bacakanlah surat al-An'am. Setiap hari Senin membaca surat anNahl, hari Kamis dan Jum'at membaca surat Yasin dan an-Nahl. Di bulan ketujuh, kedelapan, dan kesembilan dianjurkan untuk membaca surat an-Nur. 2) Amalan umum Adapun amalan umum yang hendaknya dilaksanakan selama masa kehamilan, di antaranya adalah sebagai berikut: a) Selalu dalam keadaan suci, khususnya di saat makan. b) Di malam hari hendaknya tidak melihat cermin. c) Menjahui maksiat dan dosa-dosa. d) Sebisa mungkin melaksanakan hal-hal yang disunahkan. e) Menjaga ketengan hati dan tidak emosional. f)
Mendengarkan kaset al-Qur'an dan membaca al-Qu'an setiap hari akan membantu anak mudah menghafal al-Qur'an
g) Membaca surat al-Ikhlash 50 kali sehari setelah shalat shubuh. h) Meletakkan tangan di atas perut sambil bershalawat dan membaca surat al-Ikhlas ketika merasakan gerakan janin.
78 i)
Agar anak menjadi orang yang penyabar, hendaklah membaca surat an-'Ashr sambil meletakkan tangan di atas perut.
j)
Sering membaca surat al-Anbiya', karena sangat berpengaruh pada keshalihan anak. Pada bulan-bulan akhir saat menunggu kelahiran, sebaiknya
senantiasa mengerjakan shalat Hajat, membaca surat Luqman, surat Maryam, surat-surat yang lain, dan memperbanyak membaca doa berikut:
أﻋﻴﺬﻩ ﺑﺎﻟﻮاﺣﺪ اﻟﺼﻤﺪ ﻣﻦ ﺷﺮ ﻛﻞ ذي ﺣﺴﺪ
Aku memohon perlindungan (untuk kandungan anak ini) kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tempat meminta, dari kejahatan setiap orang yang dengki”.7
Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya bahwa inti amalanamalan tradisi mitoni yang diakulturasikan dengan ajaran Islam adalah membaca al-Qur`an, berdzikir, berdo'a, dan sedekah, karena hal tersebut yang diyakini bisa menembus takdir Allah SWT. Ayat-ayat al-Qur`an ataupun surat dalam al-Qur`an yang biasa dibaca pada acara mitoni ialah surat al-Fatihah, surat al-Ikhlas, surat al-Falaq, surat an-Naas, ayat Kursi, surat al-Insyirah, surat al-Qadr, surat Yusuf, surat Maryam, surat Yasin, surat Waqi'ah, surat al-Mulk, shalawat, dan lain-lain. Dari amalan-amalan yang berbeda-beda dalam pelaksanaan acara mitoni, yang sering tidak ditinggalkan adalah membaca surat Yusuf dan surat Maryam. Karena dengan membaca surat Yusuf diharapkan kalau nanti anak lahir laki-laki dapat tampan rupanya dan mempunyai akhlak yang mulia 7
M. Afnan Hafidh dan A. Ma'ruf Asrori, op.cit, hlm. 11.
79 seperti Nabi Yusuf AS. Dibacakan surat Maryam dikandung maksud jika anak lahir perempuan menjadi anak yang shalihah dan cantik sebagaimana Siti Maryam. Dibacakan surat al-Insyirah dengan harapan si bayi dan ibunya dapat dihilangkan kesusahan dan kesukaran yang menimpanya, dapat lahir dengan selamat, dan kelak dimudahkan oleh Allah urusan dunia dan akhirat.8 Dibacakan surat al-Qadr dengan harapan si bayi nantinya dibukakan pintu hatinya, dan diberi perlindungan oleh Allah dari godaan Iblis dan sekutunya.9 Dibacakan surat Yusuf dan Maryam, karena kedua surat ini merupakan bacaan ahli surga di surga. Dan apabila surat Yusuf dibaca dan didengar orang yang sedang susah maka kesusahannya akan hilang.10 Adapun sedekah yang terdapat dalam acara mitoni adalah adanya ketan yang ditaruh pada takir yang ada janur kuning serta diberi jarum. Sedekah tersebut merupakan do'a isyarat, karena janur kuning mempunyai kepanjangan dari bahasa Arab Jâ`a nur al-qana'ah "اﻟﻘﻨﺎﻋﺔ
"ﺟﺎء ﻧﻮر, yang
mempunyai arti semoga datang cahaya qana'ah. Diberi jarum dikandung maksud janin nantinya mempunyai akal yang cerdas bagaikan jarum yang mudah menembus sesuatu.
8
Muhammad Haqqi al-Nazili, Khazinatu al-Asrar, (Semarang: Thaha Putra, t. th.), hlm. 172 9 Ibid, hlm. 173. 10 Ahmad al-Shawi, Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, (Bandung: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, Juz II, t. th.), hlm. 233
80 Acara mitoni merupakan usaha orang tua dengan meminta bantuan orang lain untuk ikut mendo'akan agar janin yang ada dalam kandungan ditakdir oleh Allah kelak menjadi anak yang diberi rezeki yang lapang dan halal, umur yang panjang untuk ta'at kepada Allah, dan sebagai orang yang beruntung. Acara mitoni dilaksanakan pada usia kehamilan berumur tujuh bulan. Menurut Islam tujuan dari penciptaan manusia di dunia pada hakikatnya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling baik di antara makhlukmakhluk lainnya. Namun manusia itu juga memiliki kekurangan dan kelemahan sehingga akan selalu memerlukan pertolongan guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Do'a bagi manusia merupakan kebutuhan, bukan semata-mata sekedar ibadah. Manusia dituntut untuk selalu berdo'a kapanpun dan di manapun ia berada. Sebagai orang tua yang mempunyai keinginan agar anak-anaknya jadi anak yang shalih dan shalihah tidak lepas untuk selalu berdo'a baik sendirian maupun dengan bantuan orang lain, utamanya ketika janin berumur tujuh bulan, di mana janin sudah sempurna sebagai bentuk manusia yang siap dilahirkan ke dunia, orang tua juga berdo'a dengan meminta bantuan orang lain agar anak bisa lahir dengan selamat dan menjadi anak yang shalih dan shalihah. Acara do'a bersama yang diadakan pada saat usia kehamilan
81 berumur tujuh bulan dikenal dengan istilah mitoni atau tingkeban atau tasbi'.11 Acara mitoni adalah membaca al-Qur`an, berdzikir, bershalawat, berdo'a, dan bersedekah. Hal tersebut sebagai salah satu wujud ketaqwaan kepada Allah SWT. Ketaqwaan merupakan perwujudan dari kepatuhan hamba kepada khaliqnya, yang harus patuh atas seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya, baik secara sembunyi-sembunyi, maupun terangterangan, di mana dan kapanpun berada. Dalam perintah Allah terdapat dampak positif bagi kelangsungan hidup manusia dan sebaliknya dalam larangan Allah terdapat dampak negatif bagi manusia atau lingkungannya, bila diterjang dapat merusak kehidupan manusia. Tujuan utama acara mitoni adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar apa yang diharapkan dan dicita-citakan, yakni anak lahir dengan selamat dan kelak menjadi anak yang shalih dan shalihah bisa terkabul. Sebagaman firman Allah SWT di dalam surat al-Baqarah ayat: 186
َﺠﻴﺒُﻮا ِ ﱠاع إِذَا َد َﻋـﺎ ِن ﻓَـ ْﻠﻴَﺴْـﺘ ِ ْـﻮةَ اﻟـﺪ َ ـﺐ َدﻋ ُ ُﺟﻴ ِ ـﺐ أ ٌ َﻚ ِﻋﺒَﺎدِي َﻋﻨﱢﻲ ﻓَـِﺈﻧﱢﻲ ﻗَ ِﺮﻳ َ َوإِذَا َﺳﺄَﻟ (۱۸٦) ﻟِﻲ َوﻟْﻴـ ُْﺆِﻣﻨُﻮا ﺑِﻲ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳـ َْﺮ ُﺷﺪُو َن
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat (kepada mereka). Aku perkenankan do'a-do'a orang yang berdo'a apabila ia memohon (berdo'a) kepada-Ku. Sebab itu maka hendaklah mereka memenuhi
11
M. Afnan Chafidh dan A. Ma’ruf Asrori, Tradisi Islami, (Surabaya: Khalista, Cet II, 2007), hlm. 8
82 (seruan) Ku hendaklah mereka beriman kepada-Ku, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk". (Q.S. Al-Baqarah: 186).12 Demikian juga firman Allah dalam surat al-Mu'min ayat: 60
ﺐ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ْ َﺠ ِ َﺎل َرﺑﱡ ُﻜ ُﻢ ا ْدﻋُﻮﻧِﻲ أَ ْﺳﺘ َ وﻗ
Dan berfirman Tuhanmu "memohonlah(brdo'alah) kepada-Ku, Aku perkenankan permohonan (do'a) mu itu." (Q.S. al-Mu'min: 180)13.
Mengapa tidak dilaksanakan sendiri, malah mendatangkan orang banyak?. Pertanyaan ini bisa dijawab, bahwa dengan mendatangkan orang banyak ini juga perintah agama, sebagaimana hadits Nabi:
ْﺖ ﻣِـ ْﻦ ٍ َﺎل ﻣَﺎ ا ْﺟﺘَ َﻤ َﻊ ﻗـ َْﻮٌم ﻓِﻲ ﺑَـﻴ َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ َ ﻋَﻦ أَﺑِﻲ ُﻫ َﺮﻳْـ َﺮةَ ﻋَﻦ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ ـﺖ َﻋﻠَـ ـ ْﻴ ِﻬ ْﻢ ْ ـﺎب اﻟﻠﱠـ ـ ِﻪ َوﻳَـﺘَﺪَا َر ُﺳ ــﻮﻧَﻪُ ﺑَـ ْﻴ ـ ـﻨَـ ُﻬ ْﻢ إِﻻٌ ﻧَـ َﺰﻟَ ـ َ ـﻮت اﻟﻠﱠـ ـ ِﻪ ﺗَـ َﻌ ــﺎﻟَﻰ ﻳَـ ْﺘـﻠُ ــﻮ َن ﻛِﺘَ ـ ِ ﺑُـﻴُ ـ َﻼﺋِ َﻜﺔُ َوذَ َﻛ َﺮُﻫ ْﻢ اﻟﻠﱠـﻪُ ﻓِـﻴ َﻤ ْﻦ ِﻋ ْﻨـ َﺪﻩُ ﺻـﺤﻴﺢ َ َﺸﻴَْﺘـ ُﻬ ْﻢ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤﺔُ َو َﺣ ﱠﻔ ْﺘـ ُﻬ ْﻢ اﻟْﻤ ِ ﺴﻜِﻴﻨَﺔُ َوﻏ اﻟ ﱠ ﺳﻨﻦ أﺑﻲ داود
Dari Abi Hurairah dari Nabi Muhammdad SAW beliau bersabda,"tiada berkumpul sesuatu kaum di dalam sesuatu rumah Allah (masjid) untuk membaca kitab Allah dan bertadarrus di antara mereka melainkan diturunkan ketenangan kepada mereka dan diselubungi mereka dengan rahmat dan dinaungilah mereka oleh para malaikat, juga Allah menyebut-nyebut mereka itu di hadapan orang-orang yang di sisi-Nya (H.R. Abu Dawud).14 B. Proses Pendidikan Anak Pranatal Dalam persepektif Islam Dalam skripsi
ini, penulis akan mengelompokkan persiapan
pendidikan pranatal dalam dua tahap, yaitu : pra nikah dan pasca nikah.
12
Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 186, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an Departemen Agama RI, 2001), hlm. 45 13 Al-Qur’an surat al-Mu’min ayat 180, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an Departemen Agama RI, 2001), hlm. 767 14 Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats al-Sajastani, Sunan Abi Dawud, (Semarang: Thaha Putra, Juz I, t.th.), hlm. 340
83 a. Pra Nikah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.15 Apabila keluarga sudah terbentuk, maka sepasang suami istri masih merasa ada yang kurang, jika di tengah-tengah mereka belum hadir “anak. Setelah
hadir
seorang
anak
di
tengah-tengah
mereka,
maka
kebahagiaanpun semakin bertambah. Namun satu hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua, bahwa anak adalah amanat Allah untuk bisa dijaga dan dibimbing agar bisa mengenal penciptanya. Keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Demikian pula halnya dengan pendidikan agama, harus
diberikan oleh orang tua
semenjak kanak-kanak dengan membiasakan diri berakhlak dan bertingkah laku sesuai yang diajarkan agama. Inti dari pendidikan dalam istilah Islam adalah untuk mewujudkan insan “kamil” yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT. Penanaman iman itu harus dilakukan sedini mungkin oleh orang tua. Bahkan Islam mengajarkan untuk
mempersiapkan pendidikan anak jauh sebelum
terjadinya kelahiran itu sendiri, yaitu sejak pemilihan jodoh. 15
Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, No I Tahun 1974, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1991), hlm. 6
84 Ajaran Islam tentang pemilihan istri terlihat dari hadits Nabi SAW :
»ﺗُﻨ َﻜ ُﺢ اﻟﻤﺮأة:ﻋﻦ أﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮَة رﺿ َﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ اﻟﻨﺒ ﱢﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل َﺖ ﻳَﺪاك« )رواﻩ ْ ﺑﺬات اﻟﺪﱢﻳ ِﻦ ﺗ ِﺮﺑ ِ ﻓﺎﻇﻔَﺮ، وﻟﺪِﻳﻨﻬﺎ، َوﺟَﻤﺎﻟِﻬﺎ،ﺴﺒِﻬﺎ َ َوﻟِ َﺤ، ﻟﻤﺎﻟﻬﺎ:ﻷَرﺑ ٍﻊ (اﻟﺒﺨﺎري
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Perempuan dikawini karena empat (sebab), yaitu : karena kekayaannya, keturunannya, kecantikannya dan keberagamaannya. Maka upayakanlah mendapat perempuan yang beragama niscaya engkau akan beruntung”. (H.R.Bukhari).16 Dari makna hadits di atas dapat diuraikan bahwa jika akan memilih jodoh harus diperhatikan empat hal yaitu : 1) Memilih berdasarkan kekayaan Pernikahan bukanlah tempat untuk mencoba akan tetapi dijalani untuk selamanya, dan di zaman sekarang seolah-olah harta adalah segalagalanya, tanpa harta orang tidak akan bisa hidup, memang kebanyakan laki-laki menyenangi perempuan yang berharta tanpa memperhatikan akhlaq dan budi pekertinya, padahal kekayaan yang tanpa didasari dengan akhaq yang baik dan agama yang kuat, perkawinan hanya akan menghasilkan kepahitan dan berakhir dengan malapetaka dan kerugian. 2) Memilih berdasarkan keturunannya Memilih pasangan berdasarkan keturunan artinya, memilih yang keturunanya mempunyai agama yang kuat, akhlaq yang baik dan juga tingkat kecerdasannya. 3) Memilih berdasarkan kecantikan
16
al-Bukhari op.cit, juz 3, hlm. 242
85 Kecantikan di sini menurut penulis ada dua macam yaitu kecantikan lahir dan batin, dan yang paling diutamakan adalah kecantikan batin, karena kecantikan batin itu merupakan pondasi yang utama dalam perkawinan. 4) Memilih berdasarkan agama Kecantikan, harta warisan atau kekayaan bukanlah satu-satunya pilihan dalam mencari istri, kriteria-kriteria tersebut harus dibarengi dengan kriteria agama. Jika ajaran agama diamalkan dengan baik, di samping dapat bertahan untuk selama-lamanya serta berguna untuk dua kehidupan, dunia dan akhirat, juga senantiasa dapat menumbuhkan ketenangan lahir batin yang pada akhirnya bermuara pada kebahagiaan hakiki dalam rumah tangga. Demikian pula seorang wanita di dalam menentukan orang yang akan menjadi pendamping hidupnya, juga harus melihat dari segi agama, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
» إِذَا ﺟَﺎءَ ُﻛ ْﻢ-ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ- ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ َﺎل َرﺳ َ َﺎل ﻗ َ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻰ ﺣَﺎﺗ ٍِﻢ اﻟْ ُﻤ َﺰﻧِ ﱢﻰ ﻗ .«ْض َوﻓَﺴَﺎ ٌد ﻋﺮﻳﺾ ِ َﻣ ْﻦ ﺗـ َْﺮﺿ َْﻮ َن دِﻳﻨَﻪُ َو ُﺧﻠُ َﻘﻪُ ﻓَﺄَﻧْ ِﻜﺤُﻮﻩُ إِﻻﱠ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮا ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﻓِ ْﺘـﻨَﺔٌ ﻓِﻰ اﻷَر ()رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬي
Dari Abu Khatim al-Muzani berkata, Rasulullah SAW. Bersabda:”Apabila kepada kamu datang laki-laki (meminang puterimu) yang agama dan akhlaknya kamu senangi, maka kawinkanlah puterimu dengannya. Jika kamu tidak melakukannya, akan terjadilah fitnah dan bencana yang banyak”. (H. R. Turmudzi).17
17
Abu Isa Muahammad bin Isa ibnu Saurah, Sunan at-Turmudzi, Juz II, (Beirut: Dar alFikr, t. th.), hlm. 345
86 Anak yang dikandung, dilahirkan, diasuh serta dididik oleh orang tua yang taat beragama, kemungkinan untuk menjadi anak yang shalih dan baik sangatlah besar. Itulah sebabnya Islam sangat menganjurkan pada setiap muslim, agar dalam memilih pendamping hidupnya, mengutamakan orang yang beragama dan senantiasa menjalankan dan mengamalkan ajarannya. b. Pasca Nikah Setelah pemilihan ditetapkan, dijalankan dengan peminangan, kemudian
persetujuan
sudah
dicapai,
dan
perkawinan
akan
diselenggarakan, maka selanjutnya adalah akad nikah. Nilai pendidikan yang dapat diambil dari pelaksanaan akad nikah tersebut adalah motivasi dan pendidikan yang diterapkan pada kedua pengantin. Motivasi dan pendidikan yang dimaksud dimulai dari pembinaan kecintaan antara sesama mereka, pembinaan
kerukunan
rumah tangga dalam lingkungan mereka dan lingkungan sekitar mereka, sehingga tercipta suasana rumah tangga yang harmonis. Mitoni merupakan bagian dari pendidikan anak pranatal dalam Islam, yakni masuk dalam ibadah. Ibadah di sini meliputi segala amal shalih yang dikerjakan manusia atau segala aktivitas manusia yang didasarkan atas ajaran Islam untuk meraih ridla Allah SWT. Ibadah harus dilakukan terus menerus dan berulang-ulang untuk membiasakan anak didik atau orang mukmin hidup dengan akhlak yang mulia dan senantiasa berpegang teguh dengan akhlak
87 kapan dan di manapun berada. Karena akhlak merupakan buah dari iman kepada Allah SWT. Dalam acara mitoni terdapat nilai-nilai yang positif yakni sikap taqwa, optimis dan tawadlu' (rendah hati). Nilai-nilai tersebut harus ditanamkan dalam sanubari anak didik dimulai ketika masih dalam kandungan supaya kelak anak dapat memiliki kepribadian yang terintegrasi. Pendidikan anak dalam kandungan menurut Islam adalah usaha sadar dari pihak orang tua (ayah dan ibu) untukmendidik anak mereka yang masih dalam perut ibunya dengan cara mengikuti petunjuk Islam mengenai pendidikan, khususnya pendidikan anak dalam kandungan. Sementara pendidikan pranatal dalam Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi dasar manusia (fitrah) dan untuk mewujudkan insan kamil yang diberikan sedini mungkin, yaitu sejak dalam kandungan melalui orang tua terutama ibu, yang bersifat peneladanan ataupun pembiasaan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga orang-orang yang di sekitarnya diharapkan untuk membantu pendidikan itu. Pendidikan anak pranatal merupakan hal yang sangat urgen diketahui, dipahami dan diamalkan oleh setiap orang tua. Dalil Islami tentang hukum wajib atas orang tua untuk mendidik anak dalam kandungan adalah dalil yang sama dengan hukum wajib mendidik anak secara umum karena anak dalam kandungan adalah anak mereka yang belum lahir. Anak adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang hadir di tengah keluarga atas dasar fitrah. Mereka menjadi sumber kebahagiaan keluarga
88 yang harus dijaga dan dipertahankan kesuciannya oleh kadua orang tuanya dan seluruh anggota keluarga lainnya, guna kelestarian pertumbuhan kepribadian
mereka
secara
totalitas.
Berkenaan
dengan
kewajiban
memelihara dan mendidik tersebut terdapat dalam Q.S. 66/At-Tahrim ayat 6 :
ْﺤﺠَـﺎ َرةُ َﻋﻠَْﻴـﻬَـﺎ ِ س وَاﻟ ُ ﺴ ُﻜ ْﻢ َواَ ْﻫﻠِـ ْﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَـﺎرًا ﱠوﻗـ ُْﻮد ُْوﻫَـﺎ اﻟﻨﱠـﺎ َ ﻳﺎاَﻳﱡـﻬَﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ ا َﻣﻨـُﻮْا ﻗـُﻮْا اَﻧْـ ُﻔ .ظ ِﺷﺪَا ٌد ﻻﱠ ﻳَـ ْﻌﺼ ُْﻮ َن اﷲَ ﻣَﺎ اََﻣ َﺮ ُﻫ ْﻢ َوﻳَـ ْﻔ َﻌﻠ ُْﻮ َن ﻣﺎَ ﻳـ ُْﺆ َﻣﺮُْو َن ٌ َﻣَﻠﺌِ َﻜﺔٌ ِﻏﻼ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. ATTahrim : 6).18 Berdasarkan ayat tersebut,Allah SWT memerintahkan kepada segenap manusia yang beriman, agar memelihara dirinya dan keluarganya dengan penuh tanggung jawab agar terhindar dari bahaya dunia dan akhirat. Terutama pada anak-anak yang membutuhkan orang tua dalam pendidikan dan masa depannya kelak. Pendidikan anak secara aktif menurut ajaran paedagogis Islami harus dimulai sejak masa diketahui bahwa anak tersebut sudah ada di dalam kandungan istri (prenatal). Dengan kata lain, pendidikan anak secara aktif sudah harus dimulai sejak masa ia di dalam kandungan dengan cara atau teknik pendidikan yang Islami. Untuk membentuk kepribadian muslim yang bertaqwa serta memiliki akhlaq yang terpuji, pendidikan keyakinan kepada Allah SWT, pendidikan
Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an Departemen Agama RI, 2001), hlm. 951. 18
89 akhlaq, dan pendidikan ibadah sangatlah penting. Ketiga prioritas pendidikan itu terdapat dalam acara mitoni. Sebab amalan-amalan acara mitoni merupakan
perintah
Allah
SWT
kepada
hamba-hamba-Nya
untuk
dilakukannya. Di dalam acara mitoni tercermin pengakuan hamba atas ketidakberdayaannya dan sekaligus munumbuhkan keyaqinan bahwa hanya Allah yang Maha Kuasa atas segala-galanya. Dengan demikian antara acara mitoni dengan pendidikan anak pranatal dalam Islam terdapat hubungan timbal balik. Nilai-nilai yang terdapat dalam acara mitoni jika diterapakan dalam pendidikan anak pranatal dalam Islam akan melahirkan serta membentuk sikap taqwa, optimis dan rendah hati, sehingga anak diharapkan besok dapat memiliki kepribadian dan keyaqinan yang mantap kepada Allah SWT. Acara mitoni merupakan sebagian di antara pendidikan anak pranatal dalam Islam. C. Implikasi Tradisi Mitoni Terhadap Pendidikan Anak Pranatal Dalam persepektif Islam Dari kedua hubungan sebagaimana dibahas sebelumnya, maka dapatlah diketahui bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam acara mitoni (sikap taqwa, optimis, dan rendah hati) sangat penting untuk dapat diterapkan dan diimplementasikan dalam pendidikan pranatal dalam Islam, sebab apa yang ada dalam pikiran penyembah adalah rasa kecil dan tidak berdaya, dan sekaligus pengakuan akan keagungan dan kekuasaan Tuhan. 1. Sikap taqwa
90 Taqwa berarti melaksakan perintah Allah SWT dan menjahui segala larangan-larangan-Nya, baik secara terang-terangan maupan secara rahasia. Demikian halnya dengan tradisi mitoni merupakan salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan dan diajarkan dalam Islam. Tradisi mitoni merupakan salah satu bukti dari perwujudan ketaqwaan kepada Allah SWT, untuk menjalin rapat hubungan denganNya. Jika manusia sudah bertaqwa kepada Allah SWT, maka akan memberikan pengaruh yang baik di dalam jiwa, dan mengarahkan perilaku ke arah yang baik dan benar, ketinggian dan keindahan. Di antara ciri orang yang taqwa adalah menginfaqkan sebagian hartanya baik di waktu yang lapang maupun di waktu yang sempit, mampu menahan emosi, mudah mema'afkan kesalahan orang lain, gemar menunaikan yang haq dan benar, dan apabila melakukan kesalahan cepat ingat Allah kemudian meminta ampun atas segala dosanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran: 133-135
ﱠت ْ ض أُ ِﻋـ ـﺪ ُ َات وَاﻷَ ْر ُ ﺴـ ـﻤَﻮ ﺿـ ـﻬَﺎ اﻟ ﱠ ُ َو َﺳ ــﺎ ِرﻋُﻮا إِﻟَ ــﻰ َﻣﻐْ ِﻔـ ـ َﺮةٍ ِﻣـ ـ ْﻦ َرﺑﱢ ُﻜـ ـ ْﻢ َو َﺟﻨﱠـ ـ ٍﺔ ﻋ َْﺮ ﻆ َ ﻀـ ـﺮﱠا ِء وَاﻟْ َﻜ ــﺎ ِﻇﻤِﻴ َﻦ اﻟْﻐَـ ـ ْﻴ ﺴـ ـﺮﱠا ِء وَاﻟ ﱠ ( اﻟﱠـ ـﺬِﻳ َﻦ ﻳُـ ْﻨ ِﻔ ُﻘ ــﻮ َن ﻓِ ــﻲ اﻟ ﱠ١٣٣) ﻟِ ْﻠ ُﻤﺘﱠ ِﻘ ــﻴ َﻦ ( وَاﻟﱠـ ـﺬِﻳ َﻦ إِذَا ﻓَـ َﻌﻠُـــﻮا١٣٤) ْﺴـ ـﻨِﻴ َﻦ ِ ـﺐ اﻟْ ُﻤﺤ ُﺤ ـ ﱡ ِ ـﺎس وَاﻟﻠﱠـ ـﻪُ ﻳ ِ وَاﻟْ َﻌ ــﺎﻓِﻴ َﻦ َﻋـ ـ ِﻦ اﻟﻨﱠ ـ
ُﻮب َ ﺴ ُﻬ ْﻢ ذَ َﻛﺮُوا اﻟﻠﱠﻪَ ﻓَﺎ ْﺳﺘَـﻐْ َﻔﺮُوا ﻟِ ُﺬﻧُﻮﺑِ ِﻬ ْﻢ َوَﻣـ ْﻦ ﻳَـﻐْﻔِـ ُﺮ اﻟـ ﱡﺬﻧ َ ﺸﺔً أ َْو ﻇَﻠَﻤُﻮا أَﻧْـ ُﻔ َ َﺎﺣ ِﻓ (١٣٥) ﺼﺮﱡوا َﻋﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓَـ َﻌﻠُﻮا َو ُﻫ ْﻢ ﻳَـ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن ِ ُإِﻻ اﻟﻠﱠﻪُ َوﻟَ ْﻢ ﻳ
Dan bersegeralah kepada ampunan dari Tuhanmudan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orangorang yang bertaqwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-
91 orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui".19 Kebahagiaan itu terletak pada menyembah kepada Allah SWT sepanjang hidup, itu artinya di dalam beribadah kepada Allah SWT tidak terlepas dari ruang dan waktu, kapan dan di manapun berada. Karena pada hakikatnya Allah SWT Maha Tahu, Maha Melihat, Maha Mendengar apa yang dilakukan hamba-hambanya, tiada satupun perbuatan yang luput dari penglihatan Allah SWT. Oleh karena itu penanam jiwa taqwa harus dilakukan sejak dini (pranatal). 2. Sikap Optimis Dengan melaksanakan tradisi mitoni akan memiliki sikap optimis. Karena inti tradisi mitoni adalah berdo'a, di mana do'a adalah merupakan rintihan seorang hamba yang memiliki harapan untuk memperoleh kemuliaan dan pertolongan dari Dia yang menjadi penguasa atas dirinya. Optimis merupakan modal utama dalam menjalani hidup, yang mana orang yang optimis memiliki kepercayaan dan keyaqinan yang mantap, kestabilan dan kedamaian dalam berfikir. Dalam kaitannya dengan pendidikan pranatal dalam Islam, di sini dibutuhkan pendidik (orang tua dan orang yang di sekitarnya) yang dapat menanamkan kepercayaan pada anak dengan pembiasaan orang tua bahwa Allah pasti menolong, karena yang dilakukan merupakan bagian dari 19
Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an Departemen Agama RI, 2001), hlm. 98
92 rencana Allah SWT. Dengan harapan besok anak punya keyaqinan yang mantap dalam setiap langkah, memiliki harga diri, kebijaksannan dan citacita yang luhur. 3. Sikap rendah hati Dengan melaksanakan tradisi mitoni akan memiliki sikap rendah hati, baik di hadapan Allah SWT maupun di hadapan sesamanya. Orang yang memiliki sikap ini dalam pergaulannya akan selalu berlaku bijak, arif dan berbuat baik kepada siapapun.Ia tidak mau menyombongkan diri, karena sadar kesombongan itu hanya milik Allah SWT semata. Dari ungkapan di atas kiranya telah jelas bahwa orang-orang yang memiliki sikap rendah hati akan mendapat kemuliaan, baik di sisi Allah SWT
maupun
di
mata
manusia.
Sebaliknya
orang-orang
yang
meyombongkan diri akan dikucilkan dan tidak disenangi oleh Allah SWT maupun manusia. Dalam kaitannya dengan pendidikan pranatal dalam Islam, karena orang tua yang dibantu oleh orang-orang yang di sekitarnya melakukan hal yang dapat menimbulkan sikap rendah hati, maka ada harapan anak besok juga mempunyai sikap rendah hati yang dapat bermanfa'at bagi dirinya maupun orang lain.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang telah penulis kemukakan dalam pembahasan “Tradisi Mitoni dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak Pranatal Dalam persepektif Islam”, maka sebagai hasil dari pembahasan ini akan penulis tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Tradisi Mitoni dalam persepektif islam adalah aktifitas ibadah yang dilakukan manusia dengan berdzikir, membaca al-Qur'an, bersedekah dalam rangka ikhtiar agar anak yang berada di dalam kandungan kelak ditakdir oleh Allah SWT sebagai orang yang berumur panjang untuk beribadah, diberi rizki yang lapang lagi halal, dan menjadi orang yang beruntung di dunia maupun akhirat Upacara tersebut dilaksanakan pada saat usia kehamilan sekitar tujuh bulan, karena pada saat itu sempurnalah janin dalam bentuk manusia yang mulai siap dilahirkan di dunia. Tradisi Mitoni merupakan ibadah kepada Allah SWT yang sebenarnya diperintahkah oleh agama, bukan hanya sekedar adat yang tidak berdasarkan agama. Namun dalam hal ini ada sebagian daerah yang melaksanakan hal tersebut dicampur dengan adat kejawen yang terkandang tidak ada dasar dalam agama. Menurut peniliti adat asal tidak melanggar syari'at silahkan dijalankan. Namun apabila ada hal yang sudah melanggar agama harus dihilangkan.
93
94 2. Proses pendidikan anak pranatal dalam persepektif islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak yang masih tumbuh dan berkembang dalam kandungan menurut ajaran Islam. Menurut ajaran Islam, persiapan pendidikan pranatal dimulai sejak pemilihan jodoh, pada saat melakukan hubungan suami istri dan pada masa kehamilan. Dalam pendidikan pranatal dalam Islam, yang dituju pada dasarnya adalah pembiasaan pembinaan dan pengembangan fithrah manusia, baik jasmani maupun rohani, sehingga anak diharapkan kelak mempunyai ruang gerak yang lebih luas untuk mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian yang terintegrasi serta muslim yang taqwa, sehingga anak sejak dini (pranatal) disiapkan mengalami ketentraman dan pembiasaan hal-hal yang Islami. 3. Implikasi tradisi mitoni terhadap pendidikan anak pranatal dalam persepektif islam implikasi tradisi mitoni terhadap pendidikan anak pranatal dalam persepektif islam Tradisi Mitoni sangat erat sekali hubungannya dengan pendidikan pranatal dalam Islam, karena terkandung nilai ibadah (nilai ketaqwaan, optimis, dan rendah diri). Tradisi Mitoni merupakan sebagian di antara cara mendidik anak pranatal dalam Islam. B. Saran-Saran Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan sesuai dengan topik dan permasalahan yang menjadi obyek kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
95 Mengingat sangat pentingnya tradisi mitoni bagi pendidikan pranatal dalam Islam, maka penulis menyarankan: 1. Hendaknya tradisi mitoni jangan dianggap suatu hal yang remeh dan tidak berguna, tetapi sebaliknya harus dilestarikan karena merupakan ibadah yang ada dasarnya. 2. Hendanya nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi mitoni diaplikasikan dalam pendidikan pranatal dalam Islam, agar anak sejak dini memiliki jiwa taqwa, optimis, dan rendah hati, sehingga pada akhirnya mampu mengapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup. 3. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi mitoni hendaknya ditanamkam dan dibiasakan sejak dini (pralahir) sebagai bekal anak kelak setelah dewasa. 4. Lingkungan pendidikan punya andil yang sangat besar, terutama lingkungan keluarga sebagai pengalaman pertama bagi anak dalam pendidikan. Maka orang tua hendaknya membiasakan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi mitoni. C. Penutup Sebagai penutup penulisan skripsi ini, penulis panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan i'anahnya sehinnga skripsi ini dapat terselesaikan, walaupun dengan berbagai keterbatasan yang ada. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, bukan berarti luput dari kesalahan serta kekurangan, oleh karena itu penulis menyadari bahwa skripsi
96 ini masih perlu penyempurnaan walaupun segala usaha serta kemampuan telah penulis curahkan dalam menyusun skripsi ini. Dengan demikian saran dan kritik yang konstruksif dari para pembaca senantiasa penulis harapkan. Sepenuhnya penelitian ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu ucapan terima kasih yang berlaksa ganda penulis ucapkan kepada mereka, semoga mendapatkan balasan yang tak terhingga dari Allah SWT. Dan akhirnya, penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Fattah, Munawwir, Tradisi Orang-Orang NU, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007 Adhim, M. Fauzil, Bahagia Saat Hamil Bagi Umahat, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003 AK, Baihaqi, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Jakarta: Darul Ulum Press, 2000 Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad Bin Isma’il, Shahih Bukhari, juz II, Semarang : Al-Munawwar, t.th. Al-Ghalayainy, Musthafa, Idhatun Nasyi’in, Beirut: Dar al-Fikr, 1953 Al-Nazili, Muhammad Haqqi, Khazinatu al-Asrar, Semarang: Thaha Putra, t. th. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001 Al-Qurtuby, Ibnu Al-Barr, Bayanul Ilmi wa Fadlihi, Juz 1-2, Beirut: Darul Fikr, t.th. Al-Qusairy, Muslim bin Hajjaj, Al-Jami’ as-Shahih, Beirut: Darul Fikr, t.th. Al-Sajastani, Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats, Sunan Abi Dawud, Juz I, Semarang: Thaha Putra, t.th. Al-Shawi, Ahmad, Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, Juz II, Bandung: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, t. th. Al-Tirmidzi, Abu Isa Muahammad bin Isa ibnu Saurah, Sunan at-Turmudzi, Juz II, Beirut: Dar al-Fikr, t. th. Alwi, Hasan, et. all., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2001 Anam, M.Syafiqul, Fiqih Kehamilan, Jombang: Darul Hikmah, 2011 Barnadib, Sutari Imam, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset, 1995 Chafidh, M. Afnan dan A. Ma’ruf Asrori, Tradisi Islami, Surabaya: Khalista, 2007 Daradjat, Zakyiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang,1970
, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Deny, Pendidikan Islam Pranatal, http://www.denys.web.id/2010/05/pendidikanislam-pranatal Echols, John M. dan Hasan Syadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1987 Hurlock, Elisabeth B., Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga,1978 Islam Ubes Nur, Mendidik Anak dalam Kandungan, Jakarta: Gema Insani, 2007 Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000 Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Yogyakarta: Mitra Pustaka, , 2005 Mansur, Sejarah Mitoni, http://www.bejasboy/2011/02/sejarah-mitoni Marimba, A.D, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: al-Ma’arif, 1989 Mikhbar Sima, Panduan Ibu Muslim, Terj. Andi Emme, Jakarta: Zaha, 2008 Moeliono, Anton M. ,(et.al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993 Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, , 1996 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001 Munawir, A. Warson, Al-Munawwir, Yogyakarta: PP. Al-Munawir, 1984 Muslim, Dasar-dasar Kependidikan, Semarang: Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Perkawinan di Indonesia No I Tahun 1974, Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1991 Pemerintah Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2009 Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1994 Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada, 1995
Suwaidi, Fahmi dan Abu Aman, Ensiklopedi Syirik dan Bid’ah Jawa, Solo: Aqwam Media Profetika, 2011 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1992 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008 Syar’I, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005 Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda Karya, 2000 Tantowi, Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2009 Van De Carr, F. Rene, dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, Terj. Alwiyah Abdurrohman, Bandung: Kaifa, 2000 Zainuddin, et. all., Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991 Ziadah, Hasnah May, Kado Terindah untuk Ibu Hamil, Yogyakarta: Mutiara, 2010
RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS Nama
: ABDUL ROIS
NIM
: 131310001070
TTL
: Kudus, 02 Pebruari 1988
Alamat
: Getassrabi RT 04 RW 04 Gebog Kudus
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Pendidikan Formal : 1. SD Getassrabi VI lulus tahun 2000 2. MTs Qudsiyyah Kudus lulus tahun 2006 3. MA Qudsiyyah Kudus lulus tahun 2009
Kudus, Agustus 2015 Penulis,
ABDUL ROIS