STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh QUMI LAILA NIM 11107108
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
xi
xii
STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh QUMI LAILA NIM 11107108
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
xiii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama
: Qumi Laila
NIM
: 11107108
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: METODESTIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Telah disetujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 11 Agustus 2011 Pembimbing
Prof. Dr. Mansur, M.Ag NIP: 196806131994031004
xiv
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA JL. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website :www.stainsalatiga.ac.id E-Mail:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN SKRIPSI METODE STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
DISUSUN OLEH QUMI LAILA NIM: 11107108 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusn Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga, pada tanggal 19 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: H. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: M. Hafidz, M.Ag
Penguji I
: Mufiq, S. Ag. M. Phil
Penguji II
: M. Ghufron, M.Ag
Penguji III
: Prof. Dr. H. Mansur , M.Ag Salatiga, Agustus 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 195808271983031002
xv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Bismillahirrohmanirrohim Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Qumi Laila
NIM
: 11107108
Jurusan
: Tarbiyah
Bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 11 Agustus 2011 Yang menyatakan
Qumi Laila NIM: 11107108
xvi
MOTTO
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
~ An-Nahl (Lebah)
78 ~
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" ~ Al-A raaf (Tempat yang tinggi)
172~
Jiwa anak-anak adalah jiwa yang suci yang dapat merasakan betapa besar karya-karya Tuhan di bumi ini. Maka kembalilah pada jiwa anak-anak tetapi bukan kekanak-kanakan ∼ Penulis ~
xvii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1. Dua orang terhebat dan sumber motivasi dalam hidupku Ayahanda Bp. Jumardi dan Bunda Ibu Yasiroh
yang telah mempertaruhkan hidup
mereka untuk membesarkan dan mendidikku. Yang tanpa lelah memberikan segenap kebahagiaan untuk
ku walaupun dengan
mengabaikan kebahagiaan mereka. Ya Robb curahkan lah kasih sayangMu seperti mereka mencurahkan kasih sayang mereka untukku 2. Sofhatun Jamilah, Tri Lutfatul Hasanah, dan Atika Nur Hanifah, adikadik ku tersayang yang senantiasa memberikan warna-warni pelangi dalam kehidupanku 3. Sahabat-sahabat terbaik ku Sidah, Umi W, Kasun, Dina, dan Intan yang tak pernah lelah memberi motivasi dan semangat dalam menjalani pahit manisnya perjalanan ini. Semoga Allah senantiasa mengukuhkan tali persaudaraan kita. Amin 4. Teman-teman ku Seven D Best PAI D 2007 yang selalu bersama dalam menapaki hari
hari untuk menuntut ilmu di jalan Illahi.
We are
Seven D Best 5. Teman-teman Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga dan Panter-panter Brigade Khusus Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. 6. Teman-teman ku KKN yang berjuang bersama-sama di Kampung Bambu Sidodadi .Semoga apa yang pernah kita dapatkan di sana menjadi guru yang baik untuk kehidupan kita. Dan seluruh teman-teman, saudara ku di Kampung Bambu Dusun Sidodadi trimakasih atas segala pelajaran berharga yang pernah kalian berikan . 7. Seluruh teman-teman PAI angkatan 2007 STAIN Salatiga. Semoga kesuksesan mengiringi kita semua
xviii
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohiim Segenap rasa syukur terucap atas kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat Iman Islam, taufik serta hidayahnya kepada kita semua. Sholawat beriring salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumil akhir nanti. Tak henti tercurah rasa yukur penulis kepada Allah SWT yang senantiasa membukakan pintu kemudahan sehingga dengan pertolongan dan ijin dari Allah dan usaha yang dilakukan penulis maka skripsi ini dapat terselesaikan Skripsi ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucakan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Dra. Siti Asdiqoh selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga 3. Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku pembimbing yang telah membibing penulis dengan sabar untuk menyelesaikan skripsi ini 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai. 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
xix
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangan bagi pengembangn dunia Pendidikan khususnya dan di dunia Pendidikan Islam pada umumnya. Amin ya robbal ‘alamin
Salatiga, 11 Agustus 2011 Penulis
xx
ABSTRAK Laila, Qumi. 2011. Stimulasi Kecerdasan Spiritual Pada Periode Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam . Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Prof. Dr. Mansur, M.Ag Kata Kunci: Kecerdasan Spiritual, Pendidikan Pranatal Manusia di dunia ini dibekali dengan kecerdasan oleh Tuhan, kecerdasan tersebutlah yang dapat menjadikan perbedaan antara manusia dengan makhluk lain. Ada banyak jenis kecerdasan yang ditemukan oleh para ahli, diantaranya tiga kecerdasan Q, yaitu IQ,EQ,SQ. masyarakat pada umumnya lebih cenderung memperhatikan kecerdasan otak saja (IQ), padahal ada kecerdasan yang lebih utama yaitu EQ, seiring dengan perkembagan jaman EQ juga dirasa kurang dapat memberikan makna dalam kehidupan manusia, dan pada akhirnya ditemukan jenis kecerdasan tertinggi yaitu SQ atau Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual rupaya sudah dianugerahkan oleh Allah saat manusia belum dilahirkan, akan tetapi perlu adanya stimulus-stimulus yang berfungsi untuk menjaga dan mengembangkan kecerdasan tersebut. Stimulasi tersebut dilakukan oleh orang tua khususnya ibu sebagai orang yang paling dekat dan berinteraksi paling banyak dengan sang janin. Dalam skripsi ini peulis membahas tentang kecerdasan spiritual dalam prspektif Islam dan bagaimana menstimulasi kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam Jenis dalam penelitian ini penulis adalah library research maka penulis menggunakan metode content analysis, yaitu metode menganalisis isi dari berbagai kajian pustaka yang dapat berupa buku, jurnal, artikel dari internet, dan skripsi. Dan akhirnya skripsi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang tua dapat memberikan stimulasi kecerdasan spiritual pada anak yang masih berada dalam periode prenatal, dengan melakukan atau menjalankan ibadah dengan tekun, Menjalankan ibadah dengan tekun, membaca al-Qur’an, berzikir, memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak dalam kandungan, berakhlak mulia, menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak dalam kandungan.
xxi
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i LEMBAR BERLOGO .................................................................................. ii LEMBAR JUDUL ........................................................................................ iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iv PENGESAHAN KELULUSAN.................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi MOTTO........................................................................................................ vii PERSEMBAHAN ........................................................................................ viii KATA PENGANTAR .................................................................................. ix ABSTRAK ................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ....................................................... 9
xxii
D. Manfaat Penelitian ..................................................... 9 E. Metode Penelitian....................................................... 10 F. Penegasan Istilah ........................................................ 13 G. Sistematika Penulisan ................................................. 15 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kecerdasan Spiritual................................................... 17 B. Pendidikan Pranatal .................................................... 22 C. Kecerdasan Spiritual dan Pendidikan Pranatal dalam Skripsi Ini .................................................................. 26 BAB III
: KONSEP KECERDASAN SPIRITUAL DAN PENDIDIKAN PRANATALDALAM PERSPEKTIF ISLAM A. Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Islam .............. 28 B. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam ............... 45
BAB IV
: STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM A. Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam .............. 53 B. Tahap Perkembangan Janin Menurut Islam ................ 56 C. Prinsip dan Metode pendidikan pranatal ..................... 58
xxiii
D. Metode Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Perspektif Islam ............. 60
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................ 69 B. Saran-saran ................................................................ 70 C. Penutup ...................................................................... 71
xxiv
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165. Jakarta: Arga. Ari Kunto, Suharsimi. 1990. Managemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arifin. 1977. Hubungan Timabl balik Pendidikan Agama di Sekolah dan Keluarga (Sebagai Pola Pengembangan Metodologi). Jakarta: Bulan Bintang Az-Zumaro, Lutfil Kirom. 2011. Aktifitas Energi Doa & Dzikir Khusus Untuk Kecerdasan Super (Otak + Hati). Jogjakarta: Diva Press. Badiah, Zahrotul. 2006. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual Anak dalam Perspektif Islam. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga Buzan, Tony. 2003.The Power Of Spiritual Intelligence, Sepuluh Cara Jadi Orang Yang Cerdas Secara Spiritual. Terjemahan oleh Alex dan Febrina. Jakarta: Gramedia
Fajri, Em Zul dan Senja, Ratu Aprilia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Jakarta: Difa Publisher Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi UGM.. Hasbi, ash-Shiddieqy. 2003. Tafsir al-Qur anul Majid An-Nur. Semarang: PT. Rineka Cipta Hujjati, MuhammadBaqir. 2008. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Terjemahan oleh MJ. Bafaqih.Jakarta: Cahaya. Hurlock, Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Ridwa.Erlangga J. Suherman, Rizki dan Suherman. 2010.Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak Dalam Kandungan. Jogjakarta:Madani Mansur. 2004. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Jogjakarta:Mitra Pustaka Marimba. 1964. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: al- Maarif Maslikhah. 2009. Ensiklopedi Pendidikan.Salatiga: Salatiga Press
xxv
Monks, Knoers, dan Siti Rahayu. Tt. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.Jogjakarta : UGM Press
Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting.Jogjakarta : Diva Press. Mudrikah, Siti. 2003. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam.Skripsi tidak
diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga Mufida, Fitria. 2003. Pendidikan Pranatal dan Implikasinyaterhadap Pembentukan Kepribadian Anak. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga Munir, Moh.2007. Pranatal Dalam Perspektif Pendidikan Islam Dan Barat. Cendekia Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan. Mustafidz, Chairil. 2009. Pendidikan Yang Kaffah Bagi Anak Kita. Jogjakarta: Unggun Religi Nataatmadja, Hidayat. 2003 . Intelegensi Spiritual. Jakarta: Intuisi Press. Nurfaijah.2010. Pengaruh Qiyamul al-Lail Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri
Asrama Pendidikan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang tahun 2009. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga Peperonity. com Rahman, Jamal Abdur. 2005. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rosulullah. Terjemahan oleh Bahrun Abu bakar. Bandung: Irsyad Baitussalam. Rejeki, Sri. 2006. Spiritual Quotient (SQ) Korelasinya Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa STAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI Tahun Angkatan 2002/2003.Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga Rumini, Sri dan Sundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Sambasalim.com Sriyanti, Lilik , Muna Erawati, dan Suwardi. 2009. Teori-teori Pembelajaran. Salatiga:STAIN Salatiga
Taufik Nasution, Ahmad. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asma ul Khusna. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Uhbiyati, Nur. 2009. Long Life Education Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Sampai Lansia. Semarang : Walisongo Press.
xxvi
Van de Carr, Rene dan Lehrer, Marc. 1997. Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Terjemahan oleh Alwiyah Abdurrahman Bandung : Kaifa. www.itb.ac.id http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/. yundahamasah.blogspot.com Zohar, danah dan Marshal, Ian. 2000. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Integralistik & Holistik Untuk Memaksimalkan Kehidupan. Bandung. Mizan
xxvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sempurna yang dikaruniai oleh Allah seuatu kecerdasan.Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia dapat berfikir dan memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam dunia sains telah lama dikenal
istilah
Kecerdasan
Intelektual
(Intelligence
Quotient).
IQ
diperkenalkan oleh William Stern dan mejadi sebuah patokan bagi sukses atau tidaknya seseorang, padahal menurut seorang psikolog yang bernama Daniel Goleman IQ hanya menyumbangkan 5-10 % bagi kesuksesan hidup (Taufiq, 2004:15). Banyak masyarakat mengira jika seseorang memiliki IQ yang tinggi berarti dia memiliki peluang sukses yang lebih besar dari pada orang yang memiliki IQ yang lebih rendah. Padahal dalam kehidupan nyata orang yang secara akademis memiliki nilai yang tinggi dan berprestasi belum tentu mendapatkan pekerjaan yang layak yang sesuai kapabilitas mereka. Hal tersebut membuktikan bahwa orang yang ber-IQ tinggi tidak menjamin akan mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. Masyarakat pada umumnya masih menekankan pentingnya nilai dan makna rasional murni yang menjadi tolak ukur IQ dalam kehidupan seharihari, akan tetapi kecerdasan tidak akan berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa (Goleman, 1997:5). Kecerdasan Emosional merupakan suatu bentuk kecerdasan dalam pengolahan emosi, menurut Daniel Goleman pencetus
xxviii
kecerdasan emosional, keberhasilan seseorang ditentukan oleh 20% IQ dan 80% EQ (Lutfil, 2011:95), oleh sebab itu EQ dipandang lebih penting eksistensinya dibanding dengan IQ. Selain dua kecerdasan di atas ditemukan lagi sebuah konsep kecerdasan yang tidak hanya berkutat pada ranah otak dan emosi saja, tapi lebih jauh lagi kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang mempunyai esensi yang lebih dalam tentang makna hidup seseorang. Kecerdasan tersebut yakni kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan spiritual merupakan serangkaian kecerdasan yang ada pada diri manusia, yaitu IQ, EQ, SQ. Kecerdasan spiritual adalah suatu kemampuan untuk memberikan makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan serta mampu mengkombinasikan 3 kecerdasan yang lain secara komprehensif. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang menyinergikan 2 kecerdasan lain secara komprehensif (Ginanjar, 2007:47). Konsep Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) pertama kali dicetuskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, mereka mendefinisakan kecerdasan spiritual sebagai bentuk dari kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value (Ginanjar, 2004:47). Zohar berpendapat bahwa pengenalan diri terutama kesadaran diri adalah suatu kesadaran internal otak, Zohar juga berpendapat bahwa proses yang berlangsung pada otak sendirilah tanpa pengaruh panca indra dan dunia luar yang membentuk kesadaran sejati manusia (Taufiq, 2004:27).
xxix
Dengan SQ manusia mampu memandang kehidupan dengan penuh makna, tidak sebatas ukuran materiil saja yang dicari akan tetapi kehidupan imateriil yakni kepercayaan kepada Tuhannya. Orang yang cerdas secara spiritual membentuk suatu kesadaran bahwa eksistensinya tidak terjadi begitu saja dan bukan merupakan suatu kebetulan akan tetapi dia sadar sepenuhnya bahwa eksistensinya di dunia merupakan maha karya dari sang pencipta (Taufik, 2009:37). SQ tidak terbatas hanya pada pemberian makna dalam setiap kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang akan tetapi SQ adalah kemampuan memberikan makna spiritual dalam setiap apa yang dia perbuat dan yang dia kerjakan, ada suatu hubungan yang integral antara apa yang terjadi dalam kehidupan manusia dengan campur tangan yang Maha Kuasa. Pada masa modern ini banyak terjadi degradasi moral pada masyarakat, banyak terjadi kasus pembunuhan, bunuh diri, perampokan karena kemiskinan dan lain sebagainya, Hal tersebut terjadi tentunya disebabkan tidak adanya nilai spiritual yang tertanam dalam diri manusia, bukan hanya terbatas bahwa nilai spiritual itu berkaitan dengan pengetahuan seseorang terhadap suatu permasalahan agama akan tetapi jauh lebih penting nilai spiritual itu adalah tentang bagaimana seseorang memahami dan melaksanakan agama. SQ tidak dapat datang dengan begitu saja pada diri manusia akan tetapi perlu suatu proses untuk bisa cerdas secara spiritual yakni dengan pendidikan.
xxx
Pendidikan sangat diperlukan untuk mengurangi dan mencegah dekadensi moral pada diri manusia. Pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak terbatas pada suatu instansi kelembagaan saja akan tetapi pendidikan juga dapat diperoleh dari lingkungan. Lingkungan pendidikan yang paling utama adalah lingkungan keluarga terutama orang tua karena orang tua mempunyai intensitas komunikasi dan interaksi yang paling banyak dengan anak atau seseorang sejak kecil sebelum mereka mengenal pendidikan dari lingkungan luar (masyarakat dan sekolah). Pendidikan dalam keluarga tidak terbatas ketika anak sudah dilahirkan ke dunia maupun setelah dia dewasa akan tetapi pendidikan sudah dapat diberikan sejak masa pranatal atau masa sebelum kelahiran anak. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dari luar negeri menumbangkan asumsi masyarakat bahwa pendidikan hanya dapat diberikan setelah anak sudah dilahirkan. Dua orang pakar yang pertama kali mendirikan pelatihan pranatal adalah F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer (1999:39), melalui penelitian mereka diketahui bahwa pada periode pranatal pendidikan sudah dapat diberikan, janin yang ada dalam kandungan dapat merespon apa yang diberikan kepadanya. Dari hasil penelitian mereka diketahui bahwa anak yang pada saat dalam kandungan mendapatkan stimulasi pranatal maka setelah dia dilahirkan anak tersebut menjadi pribadi yang lebih perhatian dan memperhartikan apa yang disampaikan orang tuanya.
xxxi
Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (yundahamasah.blogspot.com).Dalam periode pranatal sangat penting memberikan stimulasi – stimulasi kepada janin, stimulasi tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, stimulasi langsung adalah stimulasi yang dilakukan secara langsung kepada sang janin, sedangkan stimulasi tidak langsung dapat berupa berjalannya aktifitas otak yakni dengan belajar atau berfikir yang dilakukan oleh seorang ibu (Suherman & Rizki, 2010:63). Seperti apa yang disampaikan F. Rene Van De carr dan Marc Lehrer (1999:40), dalam bukunya yang telah diterjemahkan yakni Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan yakni sebagai berikut Banyak orang tua yang mengikuti Pendidikan Pralahir memberitahukan kepada kami bahwa dengan memberikan perhatian penuh selama dilakukannya stimulasi, sekalipun hanya dua menit atau kurang, mengajarkan pelajaran penting bagi mereka, yaitu bahwa stimulasi membuat mereka siap dan merasa senang memenuhi kebutuhan bayi mereka setelah dilahirkan. Dalam Islam, pendidikan pranatal bahkan dimulai sebelum masa kehamilan. Pendidikan pranatal sudah dapat dilakukan sejak masa prakonsepsi yaitu dalam masa dalam memilih jodoh. Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
:
xxxii
Artinya: Dari Abi Hurairoh, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung (HR. Ibnu Majjah) Hadits tersebut menjelaskan kepada kita untuk memilih jodoh karena agamanya. Hal tersebut lebih penting dari pada hal-hal yang lain seperti karena kecantikannya dan karena hartanya. Orang tua yang memiliki akhlak yang baik tentu akan menurunkan sifat baiknya tersebut kepada sang anak. Sebagai contoh, orang tua yang berbakti kepada orang tuanya dimungkinkan akan menurunkan sifat-sifat berbaktinya tersebut kepada anak-anak mereka melalui gen-gen yang disumbangkan. Sedangkan jika ditinjau dari segi paedagogis dan lingkungan, orang yang berbakti kepada orang tuanya tentu akan mendidik anak-anaknya untuk berbakti kepada orang tuanya juga (Munir, 2007:159). Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang tua tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan anak yang masih berada dalam kandungan atau masih dalam masa pranatal. Perilaku
yang dapat
mempengaruhi hal tersebut adalah perilaku secara fisik dan psikhis (spiritual), atau perilaku jasmani dan rohani. Perilaku-perilaku tersebut dapat berakibat baik secara langsung maupun tidak langsung (Mansur, 2004:200). Ayah dan ibu memiliki peran dalam memberikan pengaruh secara genetik kepada anak. Penelitian pernah dilakukan pada sebuah keluarga di New York seperti yang dikutip dalam buku
Mendidik Anak Sejak dalam
Kandungan karya yang telah diterjemahkan yang ditulis oleh Muhammad
xxxiii
Baqir Hujjati, penelitian dilakukan oleh Gedard terhadap seorang prajurit Amerika yang menikah dengan wanita yang lemah secara mental, keluarga tersebut menghasilkan keturunan yang kurang baik, keturunan mereka ada yang menjadi pelaku criminal, pelacur, mengalami cacat mental. Penelitian yang kedua dilakukan pada keluarga yang sama akan tetapi dari istri yang berbeda. Prajurit tersebut menikah kembali dengan wanita terhormat dan keturunan yang dihasilkan adalah keturunan yang berkualitas baik kecuali tiga orang, diantaranya menjadi dokter, hakim, guru. Jelas dari hasil penelitian ilmiah di atas bahwa kondisi kepribadian maupun kecerdasan seseorang mempunyai andil yang besar bagi terbentuknya karakter seorang anak. Tidak cukup dengan sifat luhur dan kecerdasan dari orang tua saja yang diperlukan untuk memperoleh anak yang cerdas secara spiritual perlu adanya treatmen yang harus diberikan selama anak dalam kandungan. Dalam perspektif agama Islam pendidikan pranatal adalah salah satu pendidikan yang sangat diperhatikan. Perhatian Islam terhadap pendidikan pranatal seperti halnya tentang mewajibkannya Islam kepada para suami untuk menafkahi isterinya yang mengandung walaupun sudah ditalak tiga. Nafkah suami memang telah gugur ketika sudah dijatuhkannya talak tiga akan tetapi nafkah yang diwajibkan kepada seorang suami tersebut ialah bertujuan untuk menafkahi anak yang sedang dikandung (Munir, 2007:154) Perhatian Islam terhadap pendidikan pranatal yang lain adalah diperbolehkannya seorang ibu yang tengah hamil untuk tidak berpuasa pada
xxxiv
bulan Romadhon karena dikhawatirkan dapat membahayakan kondisi janin dan dapat diganti dengan membayar fidyah, selain hal tersebut Islam juga memerintahkan untuk menunda hukuman bagi wanita yang sedang hamil karena dikhawatirkan dapat membahayakan keadaan janin dalam kandungan (Munir, 2007:154) Selama periode pranatal orang tua hendaknya memberikan pendidikan tentang agama, misalnya dengan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an, berzikir, sholawat dan amalan-amalan Islam lainnya sehingga nilai-nilai spiritual sudah tertanam sejak anak masih dalam kandungan dan mempelajari kitab suci al-Qur’an dengan mendalam akan mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak (Muallifah, 2009:185). Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui ulama-ulama besar atau kyai-kyai pemimpin pesantren merupakan keturunan dari seseorang yang menguasai ilmu agama, juga memiliki kecerdasan secara spiritual, dan tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap keturunannya. Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tema di atas dan penulis mengangkat sebuah judul
penelitian
yaitu
“METODE
STIMULASI
KECERDASAN
SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM”
xxxv
B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana konsep kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam?
2.
Bagaimana metode stimulasi kecerdasan spiritual anak pada periode pendidikan pranatal dalam perspektif Islam?
C. Tujuan Penelitian Dalam menyusun penelitian ini penulis memiliki beberapa tujuan yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam 2. Untuk mengetahui bagaimana metode stimulasi kecerdasan spiritual anak pada periode pendidikan pranatal dalam perspektif Islam.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang pendidikan pranatal 2. Manfaat secara praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang pentingnya pendidikan pranatal untuk membentuk anak yang cerdas secara spiritual.
xxxvi
E. Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode library research yaitu suatu research kepustakaan (Hadi, 1981:9) atau penelitian yang dilakukan dengan cara menggali informasi dari literature-literatur yang dapat berupa buku, majalah, jurnal, internet dan sebagainya. 2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber bahan atau dokumen yang ditemukan atau digambarkan sendiri oleh orang atau pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan tersebut berlangsung, termasuk sember primer adalah misalnya buku harian, notulen, dan lain-lain (Ari Kunto,1990). Sedangkan dalam penelitian ini yang termasuk dalam sumber data primer adalah naskah-naskah atau bukubuku yang membahas tentang judul skripsi di atas, yaitu: 1) F. Rene Van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D, bukunya berjudul berisi
Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan tentang
metode-metode
pelatihan
pranatal.
(Kaifa,
Bandung:1999) 2) Dr. Mansur, M.A berjudul
Mendidik Anak Sejak Dalam
Kandungan , berisi tentang pendidikan yang dimulai sebelum masa dalam kandungan, yakni sejak pemilihan jodoh, perkawinan,
xxxvii
hingga
masa
kandungan
atau
pranatal.
(Mitra
Pustaka,
Jogjakarta:2004) 3) Dra. Nur Uhbiyati, dengan buku yang berjudul
Long Life
Education Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Sampai Lansia berisi tentang paparan tentang pendidikan yang dimulai dari masa pranatal sampai masa lansia. (Walisongo Press, Semarang:2009) 4) Rizki J. Suherman dan Suherman dalam bukunya yang bertajuk Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak Dalam Kandungan berisi cara-cara menstimulasi kecerdasan anak selam dalam kandungan. (Madani, Jogjakarta:2010) 5) Ary Ginanjar Agustina. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165. Yang mengupas secara mendalam tentang ESQ dalam hal ini kecerdasan spiritual. (Arga, Jakarta:2007) 6) Muhammad
Baqir
Hujjati.
Mendidik
Anak
Sejak
Dalam
Kandungan. Berisi tentang pembahasan–pembahasan tantang pendidikan dan pembinaan dalam perspektif al-Qur’an. (Cahaya, Jakarta:2008) 7) Ahmad Taufik Nasution. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna. Berisikan tentang asmaul husna sebagai sarana melejitkan SQ. (Gramedia, Jakarta:2009)
xxxviii
b. Sumber Data Skunder Sumber data sekunder adalah sumber kajian yang digambarkan oleh bukan orang yang ikut mengalami (ibid), dalam penelitian ini maksudnya adalah sumber yang memiliki tema serupa dengan judul skripsi akan tetapi tidak secara khusus membahas tema judul skripsi ini. 3. Metode Analisis Data Mengacu pada metode pengumpulan data pada penelitian ini yang berupa metode library research maka penulis menggunakan metode content analysis untuk menganalisis penelitian ini. Sedangkan metode content analysis itu sendiri yaitu suatu metode untuk menganalisis isi sebuah teks (www.itb.ac.id), metode ini digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik berupa surta kabar, buku, majalah, dan lain sebagainya, penelitian dimulai dengan merumuskan beberapa masalah yang akan diteliti kemudian dilanjutkan dengan pencarian data pokok dan data primer, yakni yang berup teks, karena sebagai metode analisis isi maa teks adalah objek yang paling pokok (www.wordpress.com).
xxxix
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalahan pemahaman atau pemahaman yang berbeda dengan maksud penulis mengenai judul dari penelitian ini perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah dari judul penelitian ini Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: 1.
Metode Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki (Depdiknas, tt:740)
2. Stimulasi Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
(yundahamasah.blogspot.com),
sedangkan
stimulasi
yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah merangsang janin dalam kandungan supaya janin tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 3. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Spiritual terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai makna tersendiri yakni: a. Kecerdasan : kesempurnaan perkembangan akal budi b. Spiritual: berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin) (Depdiknas, 2000:263)
xl
Sedangkan definisi dari kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi (Taufiq, 2009 : 4) Kecerdasan Spiritual sejati adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, tidak saja terhadap manusia tetapi juga dihadapan Allah (M. Suyanto, 2006:1) 4. Anak Yang dimaksud dengan anak adalah keturunan dari ayah dan ibu. 5. Periode Periode adalah masa atau waktu 6. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia (Maslikhah, 2009:130-131). 7. Pranatal Pranatal adalah masa sebelum kelahiran seorang anak atau masa dalam kandungan. Pranatal dalam pandangan psikologi adalah aktivitas-aktivitas manusia sebagai calon suami istri yang berkaitan dangan hal-hal sebelum melahirkan yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam rangka memilih
xli
pasangan hidup agar lahir anak sehat jasmani dan rohani (Mansur, 2004:17). 8. Perspektif Islam Perspektif adalah pandangan atau sudut pandang ( Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: 647). Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan dengan sesama manusia (Peperonity.com). Jadi yang dimaksud Perspektif Islam di sini adalah suatu masalah atau persoalan yang ditinjau dari sudut pandang Islam.
G. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari V bab yaitu dengan uraian sebagai berikut: 1. BAB I : Pendahuluan Pada Bab I yakni pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian baik secara praktis maupun teoritis, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan. 2. BAB II : Kajian Pustaka Kajian Pustaka berisi tentang kajian-kajian yang pernah dilakukan yang temanya hampir sama dengan judul yang diangkat penulis, kajiankajian tersebut dapat berupa buku, jurnal, ataupun skripsi
xlii
3. BAB III : Kecerdasan Spiritual dan Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam Dalam Bab ini merupakan penjelasan dari Kecerdasan Spiritual dilihat dari sudut pandang agama Islam yang terdiri dari pembahasan Suara Hati manusia sebagai dasar pembentukan SQ, Ciri-ciri dari kecerdasan spiritual, manfaat yang didapat jika kita memiliki kecerdasan spiritual, Karakteristik Kecerdasan Spiritual, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjadi orang yang cerdas secara spiritual 4. BAB IV :
Implikasi
Pendidikan
Pranatal
dalam
Menstimulasi
Kecerdasan Spiritual Anak dalam perspektif Islam Dalam bab ini akan dijelaskan tentang interaksi edukatif yang dilakukan pada periode pranatal, tahap-tahap perkembangan janin menurut Islam, prinsip-prinsip dan metod pendidikan pranatal, Metode stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak pada periode penddikan pranatal dalam perspektif Islam 5.
BAB V: Kesimpulan dan Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan diakhiri dengan penutup
xliii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Spiritual Dalam ranah psikologi kecerdasan pada manusia sebenarnya ada berbagai macam, seperti kecerdasan majemuk yang diperkenalkan oleh Gardner. Selain kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner terdapat 3 jenis kecerdasan manusia yaitu IQ, EQ, dan SQ. IQ (Inteligent Quotient) merupakan kecerdaan yang berhubungan dengan otak manusia, EQ (Emotional
Quotient)
adalah
kecerdasan
yang
berhubungan
dengan
kemampuan seseorang untuk mengelola emosi dirinya sendiri ataupun orang lain (Muallifah, 2009:113). Dan yang teakhir adalah SQ (Spiritual Quotient) kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi (Taufiq, 2009 : 4). Kecerdasan spiritual merupakan jenis kecerdasan ketiga pada manusia dan kecerdasan spiritual atau SQ (Spiritual Quontient) dianggap sebagai kecerdasan yang tertinggi, kecerdasan ini berhubungan dengan value atau nilai.Kecerdasan Spiritual digagas oleh dua orang yang bernama Danah Zohar dan
Ian
Marshall.
Pada
tahun
1990-an
mereka
menyusun
dan
memperkenalkan buku yang komprehensif tentang kecerdasan spiritual yang berjudul “The Ultimate Intelligence” dengan mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Persinger dan Prof. V.S. Ramachandra tentang adanya God Spot pada diri manusia (Taufik, 2009:76), V.S. Ramachandra dan tim nya dari
17 xliv
California University menemukan eksistensi God spot dalam otak manusia, sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak diantara saraf dan otak (Agustina, 2007:44) Kemudian semakin bayak kajian yang membahas tentang Kecerdasan Spiritual atau SQ. Penelitian-penelitian dan kajian literatur yang pernah disusun antara lain: 1. Buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual ESQ Way Ary Ginanjar Agustina Dalam buku yang berjudul
Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual ESQ Way
melakukan
kajian tentang Kecerdasan Spiritual dengan mengenalkan konsep ESQ model yang berfungsi sebagai mekanisme penggabungan 3 kecerdasan manusia yaitu IQ,EQ, dan SQ dalam satu kesatuan yang integral dan transendental (Agustina, 2007:45). Dalam bukunya tersebut Ary menggambarkan tentang EQ berhubungan dengan interaksi antara manusia dan manusia, SQ berhubungan dengan interaksi antara manusia dan Tuhan, sedangkan dalam ESQ merupakan penggabungan dari kedua kecerdasan tersebut sehingga yang terjadi adalah suatu interaksi bukan saja antara manusia dengan manusia akan tetapi hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan. Di dalam buku ini Ary membagi pembahasan menjadi empat bagian, bagian yang pertama berisi tentang ZMP (Zero Mind Process), ZMP merupakan sebuah landasan awal dalam memahami pemikiran tentang ESQ yang juga merupakan
xlv
langkah pembersih God Spot (titik Tuhan) (Agustina, 2007:104-105). Bagian kedua dalam buku ini membahas tentang Mental Building (pembangunan mental), Pembangunan mental ini berhubungan dengan pembangunan kecerdasan emotional setelah manusia memiliki kejernihan emosi dan suara hati.Bagian ketiga, pada bagian ini menjelaskan tentang Personal Strenght (ketangguhan pribadi), ketangguhan pribadi ini dibangun dengan beberapa langkah yaitu, mission statement (penetapan misi), character building (pembangunan karakter), self controlling (pengendalian diri).Bagian keempat, bagian yang terakhir ini berisi tentang Social Strenght (ketangguhan sosial), dalam membangun ketangguhan sosial ini ada dua langkah yang harus ditempuh yang merupakan implikasi dari dua rukun Islam yaitu, zakat (strategic collaboration), dan haji (total action). 2. Buku
The Power Of Spiritual Intelligence, Sepuluh Cara Jadi Orang
Yang Cerdas Secara Spiritual Buku ini disusun oleh Tony Buzan dengan judul asli The Power Of Spiritual Intelligence, 10 Ways to Tap into Your Spiritual Genius . Berisi tentang cara-cara yang dapat dilakukan untuk menimbulkan kecerdasan spiritual, buku ini berisi latihan-latihan dalam hal spiritualitas dan dilengkapi dengan Mind-Map.10 cara yang dikemukakan oleh Tony Buzan dalam buku ini adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan “Gambaran Menyeluruh” b. Menggali Nilai-Nilai
xlvi
c. Visi dan Panggilan Hidup d. Belas Kasih: Memahami Diri Sendiri dan Orang Lain e. Memberi dan Menerima! Kemurahan Hati dan Rasa Syukur f. Kekuatan Tawa g. Menjadi Kanak-Kanak Kembali h. Kekuatan Ritual i.
Ketentraman
j.
Yang Anda Perlukan hanyalah Cinta
3. Buku Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 Asmaul Husna Buku ini disusun oleh Ahmad Taufik Nasution, fokus dalam buku ini adalah untuk memahami secara mendalam makna tertinggi dan dampaknya dalam kehidupan manusia dengan mengenal dan memhami hati manusia melalui kecerdasan spiritual yang berprinsip pada 99 Asmaul Husna. Dia juga menjelaskan tentang kecerdasan spiritual (SQ) berdasarkan pada suara hati dan Asmaul Husna, karena Asmaul Husna sebenarnya adalah sumber dari setiap suara hati pada diri manusia. 4. Skripsi berjudul Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual Anak dalam Perspektif Islam Skripsi ini disusun oleh Zahrotul Badiah pada tahun 2006, penelitian yang dilakukannya tersebut tidak hanya terfokus pada satu jenis kecerdasan saja akan tetapi dia meneliti dua kecerdasan sekaligus, yaitu tentang EQ dan SQ. Titik berat dalam penelitian ini adalah mengupas tentang peranan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan EQ dan SQ
xlvii
anaknya dalam kaca mata Islam, Karena orang tua sebagai ujung tombak dari berkembangnya kecerdasan sang anak. Dalam tulisan ini di tambahkan juga dalil–dalil yang menjelaskan peranan orang tua dalam perkembangan anaknya. 5. Skripsi berjudul
Spiritual Quotient
(SQ) Korelasinya Terhadap
Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa STAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI Tahun Angkatan 2002/2003 Skripsi ini disusun oleh Sri Rejeki pada tahun 2006, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara orang yang memiliki kecerdasan spiritual terhadap motivasi berprestasi mereka. Penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa STAIN Salatiga ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa tidak ada hubungannya antara orang yang memiliki kecerdasan spiritual dengan motivasi mereka untuk berprestasi. 6. Skripsi berjudul
Pengaruh Qiyamul al-Lail Terhadap Kecerdasan
Spiritual Santri Asrama Pendidikan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang tahun 2009 Penelitian dalam skripsi ini dilakukan oleh Nurfaijah pada tahun 2009 terhadap santri Pondok Pesantren API di Magelang, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah ada pengaruh antara melakukan Qiyamul al-Lail (sholat, berzikir, dan membaca al-Qur’an) terhadap kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh santri-santri tersebut. Dan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Nurfaijah menunjukkan bahwa
xlviii
melaksanakan Qiyamul al-Lail dapat berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual para santri.
B. Pendidikan Pranatal Pendidikan pranatal merupakan pendidikan yang dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan, bahkan dalam beberapa buku disebutkan bahwa pendidikan pranatal sudah dimulai sebelum masa kehamilan. Pada masyarakat awam atau umumnya hanya cenderung memperhatikan pendidikan formal di sekolah saja dan masih jarang yang cenderung memperhatikan pendidikan pada masa pranatal. Padahal pendidikan pranatal merupakan step pendidikan yang tidak bisa begitu saja diabaikan, karena pendidikan pranatal memberi kontribusi dalam perkembangan anak pada masa yang akan datang. Melihat betapa pentingnya proses pendidikan pranatal para ahli mulai meneliti tentang kehidupan pranatal dan proses pendidikannya. Penelitianpenelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Buku Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan Buku ini disusun oleh dua orang ahli yang bernama Rene Van de Carr dan Marc Lehrer. Judul asli buku ini adalah Expecting
While You re
Your Own Pranatal Classroom .Pendidikan pranatal pertama
kali dikembangkan oleh Rene Van de Carr yang bergabung dengan Marc Lehrer seorang Psikolog, dalam mengembangkan stimulasi pranatal (Abdurrahman, 1999:27). Buku ini berisi tentang cara-cara atau langkahlangkah yang dapat orang tua lakukan saat bayi masih berada dalam
xlix
kandungan untuk menstimulasi bayi tersebut. Buku ini menunjukkan bahwa pendidikan sudah bisa dilakukan pada saat periode pranatal. Dalam buku ini berisi tentang apa saja prinsip-prinsip dari pendidikan pranatal itu, kemudian apa saja yang dapat dilakukan agar dapat memperoleh kehamilan yang sehat, beberapa langkah yang dilakukan pada pendidikan pranatal, latihan-latihan untuk sang janin, dan beberpa pembahasan tentang melahirkan. 2. Buku Long Life Education Buku karangan dari Nur Uhbiyati ini berisi tentang tahap–thap pendidikan yang diberikan, yaitu mulai dari pendidikan anak sejak periode pranatal sampai pendidikan lansia.Dalam pembahasan tentang pendidikan pranatal dia menjelaskan tentang pengertian pendidikan pranatal, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan pranatal, bagaimana hukum Islam tentang pendidikan yang dilakjukan pada periode pranatal, siapa yang menjadi pendidik dan terdidik pada pendidikan pranatal, metode-metode yang digunakan pada pendidikan pranatal, dan materi apa saja yang diberikan pada pendidikan pranatal. 3. Buku
Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan
Buku ini disusun oleh Mansur, yang berisi tidak saja tentang pembahasan hal-hal yang berhubungan dengan masa kandungan akan tetapi lebih jauh lagi membahas tentang masa sebelum kehamilan yaitu sejak masa pemilihan jodoh, perkawinan (prakonsepsi) hingga masa kehamilan. Pada pembahasan pertama buku ini berisi tentang pranatal dan
l
pentingnya pendidikan dalam kandungan yang menjelaskan tentang pandangan-pandangan psikologi terhadap pranatal, pandangan Islam terhadap pranatal dan pendidikannya. Pembahasan kedua dalam buku ini adalah tentang pendidikan dalam kandungan sebagai sarana pengembangan kulitas anak, implikasi pernikahan dalam pengendalian kualitas anak, proses kejadian manusia dan pendidikan dalam kandungan, memperhatikan kualitas keturunan, dan faktor yang mempengaruhu kualitas keturunan. Pada pembahasan yang ketiga menjelaskan tentang kewajiban ibu hamil untuk memberikan pendidikan pada bayi yang dikandungnya, pembahasan yang keempat tentang bagaimana mempersiapkan ibu hamil dan menghindari penyakit keturunan, mempersiapkan masa kehamilan yang sehat, macam-macam penyakit keturunan, faktor-faktor penyebab bayi lahir cacat, dan strategi yang dilakukan dalam mempersiapkan pendidikan dalam kandungan. Pada bagian keempat berisi tentang upayaupaya spiritual yang dilakukan untuk memberikan pendidikan dalam kandungan., dan penjelasan pada bagian terakhir berisikan tentang implikasi pendidikan kandungan bagi pendidikan Islam. 4. Buku Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak dalam Kandungan Buku ini disusun oleh Rizki J. Suherman dan Suherman. Buku ini berisi tentang bagaimana cara untuk menstimulsai kecerdasan bayi sejak dalam kandungan dengan dasar Islam, dalam buku ini terbagi menjadi delapan bab, yaitu pada bab pertama berisi tentang amalan-amalan apa saja
li
yang dapat dilakukan saat periode kehamilan atau pranatal, juga berisi tentang bagaimana puasa bagi ibu hamil dan menyusui. Bab kedua menjelaskan tentang perkembangan janin berdasarkan alQur’an dan hadits, tumbuh kembang janin berdasarkan USG. Pada bab ketiga berisi tentang bagaimana cara mencerdaskan anak sejak dalam kandungan. Pada bab keempat menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan periode pascanatal. Pada bab lima berisitentang apa saja makanan yang bisa diberikan pada anak usia 0-6 bulan. Bab yang keenam berisi tentang penjelasan bagaimana merangsang perkembangan otak anak pada periode pascanatal. Bab ketujuh menjelaskan tentang perkembangan jiwa bayi yang sudah dilahirkan dan bab yang terakhir menjelaskan tentang kesehatan bayi yang sudah dilahirkan. Jadi pada buku ini tidak terbatas pada penjelasan tentang stimulasi yang dapat dilakukan saat periode pranatal, akan tetapi juga menjelakan tentang stimulasi bayi pascantal dan beberapa penjelasan tentang bayi pascanatal. 5. Skripsi berjudul Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam Penelitian tentang pendidikan pranatal yang selanjutnya dilakukan oleh Siti Mudrikah, dengan judul Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam . Dalam skripsi ini penulis meneliti tentang bagaimana pendangan Islam mengenai pendidikan pranatal, dalam penelitian ini yang ditekankan oleh penulis adalah kajian al-Qur’an dan hadits tentang pendidikan yang dilakukan ketika anak masih dalam kandungan, dasar-dasar al-Qur’an
lii
tentang pendidikan yang dilakukan saat anak masih dalam kandungan, serta analisis ayat-ayat al-Qur’an dan implikasinya terhadap pendidikan dalam kandungan atau pendidikan pranatal. 6. Skripsi berjudul
Pendidikan Pranatal
dan
Implikasinyaterhadap
Pembentukan Kepribadian Anak . Kajian tentang Pendidikan Pranatal juga pernah dilakukan oleh Fitria Mufida. Penelitian ini membahas tentang implikasi dari pendidikan yang dilakukan sejak dalam kandungan, isi dari penelitian ini adalah tentang konsep-konsep dari pendidikan pranatal, pembentukan kepribadian anak, apa saja faktor yang dapat mempengaruhikepribadian anak, dan implikasi pendidikan pranatal terhadap perkembangan kepribadian anak.
C. Kecerdasan Spiritual dan Pendidikan Pranatal dalam Skripsi ini Berbagai macam penelitian atau literature telah dilakukan dan disusun. Akan tetapi penelitian dalam Skripsi ini yang berjudul
Menstimulasi
Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal belum pernah dilakukan. Skripsi ini berbeda dengan kajian atau penelitian penelitian lain yang pernah dilakukan. Yang berbeda dari penelitian ini yaitu penulis mencoba meneliti tentang bagaimana cara menstimulasi kecerdasan spiritual pada anak pada saat periode pendidikan pranatal. Kajian yang sudah ada tentang kecerdasan spiritual adalah cara-cara mengembagkan kecerdasan spiritual anak setelah anak dilahirkan, bahkan ketika anak sudah beranjak dewasa. Akan tetapi dalam penelitian ini mencoba
liii
menggali informasi bagaimana cara menstimulasi kecerdasan spiritual anak sejak dalam kandungan.
liv
BAB III KONSEP KECERDASAN SPIRITUAL DAN PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Islam Pada era modernisasi dewasa ini banyak manusia yang mengalami kekeringan jiwa, berbagai pemberitaan di media menunjukkan betapa rapuhnya jiwa manusia pada saat ini seperti banyak kasus pembunuhan, pencurian, perampokan, penganiyayaan dan sebagainya.Padahal manusia mempunyai hati nurani, akan tetapi demi kepentingan pribadinya manusia acap kali melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nurani atau suara hati mereka. Pola hidup materialistic dan hedonisme semkin bersatu pada kehidupan manusia, meminjam istilah Tony Buzan manusia sekarang ini tengah “kehilangan jiwa” mereka. Kehidupan duniawi yang mereka dewakan pada kenyataannya tidak dapat memberikan ketentraman pada batin mereka. Mereka kadang merasa hampa dan tidak bahagia karena mereka melupakan suatu hal yang bersifat transendental. Banyak orang pintar otaknya akan tetapi perbuatan mereka menyimpang dari moralitas kehidupan, orang yang cerdas secara otak di atas tidak mempuyai kecerdasan jiwa sehingga mereka melakukan sesuatu yang buruk dengan kepintarannya, contohnya adalah orang yang membuat bom kemudian meledakkan bom terebut untuk mencelakai orang lain. Memang dia cerdas secara IQ akan tetapi dia tidak mempunyai kecerdaan jiwa.
28 lv
Seperti yang diungkapkan oleh Taufiq Pasiak (2009:23) yaitu sebagai berikut Akhir-akhir ini banyak terjadi bunuh diri dan pembunuhan. Di Jepang muncul fenomena bunuh diri bersama melalui internet, di Indonesia terjadi mutilasi (membunuh dan memotong-motong tubuh korban mnjadi beberpa bagian)….. Semua ini berakar dari krisismakna tentang siapa diri kita sesungguhnya. Dan inilah yang disebut dengan “krisis makna kehidupan”. Mengapa semua hal ini bisa terjadi? Karena paradigma keliru yang tertanam di masyarakat dan lembaga pendidikan. Telah diajarkan bahwa kunci kesuksesan dapat diperoleh melalui kecerdasan otak semata. Padahal, kebehagiaan tidak hanya cukup dengan kecerdasan tersebut. Seperti yang dipaparkan oleh Taufiq Pasiak di atas bahwa kecerdasan otak saja tidak akan mampu menjadikan manusia menjadi bahagia, dan manusia belum mendapatkan makna hidupnya. Bahkan kecerdasan emosipun kurang mampu menjadikan manusia menemukan nilai dari kehidupannya. Taufiq juga menuturkan bagaimana kita dapat merasa bahagia dan tentunya mengerti apa makna dan tujuan hidup kita serta memaknai setiap peristiwa yang terjadi, dia menuliskan dalam buku yang sama sebagai berikut Jika demikian halmya, kita tidaklah cukup hanya mengandalkan dua kecerdaan itu (otak dan emosi). Dibutuhkan kiat tertentu agar kita bisa menjadi bahagia dan damai di tengah kesegsaraan, derita, dan musibah yang datang silih berganti. Kita harus cerdas mengelola penderitaan menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kita mengakui bahwa apa yang kita alami hari ini adalah sebuah ujian dan keputusan Allah. Inilah sebuh kesadaran yang dituju dari Spiritual Quotient (SQ). Manusia memerlukan SQ atau kecerdasan spiritual agar dalam kehidupannya manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan ketentraman. Karena SQ adalah kecerdasan tertinggi dari dua kecerdasan yang ada yaitu IQ dan EQ.
lvi
Kecerdasan
spiritual
itu
ialah
kecerdasan
untuk
memberikan
pemaknaan dalam kehidupan, nilai, serta memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupannya, serta dapat memberikan makna spiritual dalam setiap apa yang dia perbuat dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang cerdas secara spiritual membentuk suatu kesadaran bahwa eksistensinya tidak terjadi begitu saja dan bukan merupakan suatu kebetulan akan tetapi dia sadar sepenuhnya bahwa eksistensinya di dunia merupakan maha karya dari sang pencipta (Taufik, 2009:37). 1. Spiritual dan Kecerdasan Spiritual Spiritual dan kecerdasan spiritual merupakan dua hal yang sangat berkaitan, akan tetapi secara makna ada perbedaan diantara dua hal tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia spiritual berarti sesutau yang berhubungan dengan jiwa. Menurut Taufik (2009:10) spiritual merupakan halhal yang berhubungan dengan sesuatu yang ada di dalam diri manusia, sehingga dapat
dikatakan bahwa spiritual merupakan sesuatu
yang
berhubungan dengan jiwa manusia yang berasal dari dalam diri manusia tersebut, spiritual juga berarti suatu hal yang berhubungan antara manusia dengan Tuhannya. Sedangkan maksud dari kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk menemukan dan memaknai hidup serta dapat memberikan makna spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sebenarnya antara spiritual dan kecerdasan spiritual merupakan dua hal yang erat hubungannya. Nilai-nilai dalam spiritual merupakan hal yang dapat memberikan makna hidup yang merupakan bagian dari kecerdasan spiritual.
lvii
2. Suara Hati (self conscience) Sebagai Dasar SQ Menurut Ary Ginanjar, Dalam konsep kecerdasan spiritual dikenal suatu istilah “self conscience , yaitu suara hati yang merupakan landasan terwujudkannya SQ. manusia memiliki suara hati yang membisikkan kebaikan pada hati seseorang, orang yang akan melakukan perbuatan buruk di dalam hatinya pasti ada larangan untuk melakukannya, suara hati memberikan nasehat bagi orang yang ingin melakukan perbuatan yang tidak baik, dan suara hati akan memberikan efek penyesalan bagi orang yang melakukan perbuatan buruk. Dalam makna sufistik SQ berhubungan dengan fitrah pada diri mausia. Dengan fitrah tersebut manusia dapat mengenal suara buruk (fujur) maupun suara baik (Taqwa), suara-suara tersebut adalah suara hati yang dimiliki oleh manusia. Suara hati (self conscience) itulah yang merupakan basic fitrah manusia yang suci.Dengan suara hati manusia terdorong untuk berjalan ke arah perubahan yang lebih bermakna dan bernilai (Taufik, 2009:4). Dalam buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual ESQ
Ary Ginanjar memperkenalkan kepada kita “anggukan
universal” yang dimiliki oleh setiap manuia di dunia ini. Seperti contoh ketika seseorang diberikan pertanyaan atau bahkan melihat sendiri suatu peristiwa dimana ada anak kecil yang menangis kelaparan, maka kita akan merasakan suara hati yang sama pada masing-masing individu ketika dalam kondisi fitrah (Agustina, 2007:71), di dalam hati kita tanpa disuruhpun akan mendorong kita untuk memberi anak tersebut.
lviii
Dalam perspektif Islam suara hati manusia bertumpu pada sifat-sifat Allah yang tercermin dalam 99 Asmaul Husna dan dapat dikatakan bahwa 99 Amaul Husna merupakan sumber dari segala suara hati yang baik pada manusia (Agustina, 2007: 107). Dengan tanpa melihat status sosial, suku atau agama. Suara hati dapat berupa suatu larangan, peringatan, pnyesalan, pada dasarnya manusia juga memiliki suara hati yang sama, suara hati yang universal itulah yang terdapat dalam God Spot dan inilah yang disebut “Kesadaran Spiritual” (Agustina, 2007: 73), God Spot sendiri yaitu bagian dari otak yang membri respon terhadap hal-hal yang bersifat agama, God Spot juga disebut sebagai “titik Tuhan”. Suara hati pada diri mausia bisa tertutup, jika hati manusia terpengaruhi oleh hal-hal yang tidak benar, manusia seringkali mengabaikan pengakuan yang timbul dari suara hati, jika hal tersebut terjadi maka manusia dapat terjerumus dalam perilaku-perilaku yang tidak baik. Ary Ginanjar menjelaskan tujuh faktor yang dapat membelenggu suara hati manusia yaitu: a. Prasangka Prasangka dapat menjebak kita pada pemikiran negatif (negative thinking) kepada orang lain. Prasangka akan mengalir dan berubah menjadi sikap tertutup. Prasangka ada dua macam prasangka baik dan prasangka buruk (positive thinking dan negative thinking). Prasangka baik menjadikan seseorang saling percaya, saling mendukung, koperatif, terbuka. Sedangkan perasaan negatif menimbulkan sifat tertutup, menahan informasi. Tindakan seseorang sangat bergantung
lix
oleh alam fikirannya, jika alam fikiran seseorang telah terkontaminasi oleh lingkungan yang buruk, maka hal ini dapat menjadikannya merasa curiga dan selalu berprasangka buruk. b. Prinsip-prinsip hidup Prinsip hidup seseorang dapat mempengaruhi paradigma orang tersebut. Prinsip hidup yang baik menjadikan seseorang menjadi personal yang berkualitas, begitu pula sebaliknya. Prinsip hidup yang “salah” akan berakibat manusia terjebak dalam kehancuran, dan orang yang berprinsip baik serta kuat akan membawanya kearah kebahagiaan. c. Pengalaman Pengalaman seseorang tentang kehidupan dan lingkungan akan mempengaruhi cara berfikirnya orang yang memiliki pengalaman dari lingkungan yang baik maka dia juga akan menjadi orang yangbaik begitu pula sebaliknya,. Seseorang yang mendapatkan pengalam dari lingkungan yang tidak baik akan menjadikannya orang yang tidak baik juga. Seperti teori naturalism yang dipelopori oleh J.J. Rosseau, yaitu bahwa setiap manusia sebenarnya lahir dengan membawa pembawaan yang baik, akan tetapi pembawaan baik tersebut akan
rusak jika
terpengaruh dengan lingkungan yang buruk (Lilik dkk, 2008:36). Lingkungan yang buruk itulah yang menimbulkan pengalaman buruk pada seseorang.
lx
d. Kepentingan Semua orang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Dan masingmasing mempunyai prioritas terhadap kepentingannya terebut, apakah kepentingan pribadi menjadi prioritas utama atau kepentingan orang lain yang menjadi main priority. Dalam banyak hal manusia melakukan sesuatu bukan karena dorongan hati nurani melainkan hanya berorientsi pada kepentingan pribadinya sendiri, mereka mengabaikan suara hati yang memberikan informasi yang penting dalam menentukan prioritas. e. Sudut pandang Sudut pandang seseorang mengenai orang lain akan menentukan sikap yang diambil orang tersebut, seseorang akan salah dalam persepsi jika tidak bijaksana menilai seseorang, sehingga yang terjadi adalah perasaan merasa benar sendiri, dan menganggap sudut pandang orang lain salah. Agar tidak terbelenggu pada sudut pandang yang kerdil diajarkan dalam Islam supaya menjadikan al-Qur’an yaitu ajaran sebagai sudut pandang ideal, karena kebenarannya mutlak (Taufik,. 2009: 96) f. Pembanding Manusia sering terjebak pada pikirannya ketika dihadapkan pada persoalan atau hal yang berbeda, maka yang menjadi acaun pembanding seringkali adalah diri kita sendiri atau apa yang pernah kita alami, padahal diri kita sebagai manusia adalah makhluk yang lemah dan sering berbuat kesalahan
lxi
g. Literatur Di zaman yang semakin berkembang ini banyak sekali literatur – literatur yang dengan mudah dapat kita peroleh, dan jika tidak cermat dalam memilih literatur yang ada kita dapat terjebak pada hal-hal yang dapat mempengaruhi diri kita kepada sesuatu yang buruk. Ketujuh komponen di atas adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi cara berfikir seeorang. Menurut Taufik (2009:69) tujuh belenggu tersebut dapat mengesampingkan suara hati. Dan akibat dari mengesampingkan suara hati adalah menjadikan manusia mempunyai sikap-sikap berikut ini: a. Cenderung kepada kemaksiatan b. Mudah marah dan kehilangan kesabaran c. Melukai orang secara fisik d. Mengabaikan perasaan dan kebutuhan orang lain e. Menutup diri atau menghindarkan diri untuk membantu orang lain Untuk mengatasi ketujuh belenggu (pengaruh-pengaruh buruk yang dapat mempengaruhi jernihnya suara hati) manusia harus menjernihkan lagi hati mereka, mengembalikan manusia pada fitrah hatinya (God Spot), sehingga manusia dapat menerima lagi sinyal suara hati pada diri mereka. Ary Ginanjar memunculkan konsep Zero Mind Proses (ZMP) yaitu pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan suci. Proses dari ZMP terhadap ketujuh belenggu hati tersebut adalah sebagai berikut : a. ZMP 1: Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik kepada orang lain
lxii
Berprasangka buruk kepada orang
lain akan menimbulkan
perasaan tidak suka dan tida senang terhadap orang tersebut, dan akhirny selalu memandang salah terhadap apa yang diperbuat orang lain, oleh sebab itu supaya hati kita tidak terbelenggu dan tidak tertutup maka kita sudah seharusnya berprasangka baik kepada orang lain. b. ZMP 2: berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Abadi Dengan berprinsip kepada Allah dapat menjadikan diri kita akan menemukan makna hakiki dalam kehidupan, karena prinsip tersebut adalah mutlak kebenarnnya, berbeda dengan prinsip yang dipegang manusia yang belum tentu benar, karena pada dasarnya mausia adalah tempat salah dan lupa c. ZMP 3: bebaskan diri anda dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka! Pengalaman
adalah
hasil
dari
interaksi
yang
dilakukan
dilingkungan sekitar, pengalaman yag buruk kemungkinan besar berasal dari lingkungan yang tidak kondusif, oleh sebab itu manusia hrus berhati-hati terhadap arus lingkungan yang dapat merusak kejernihan hati dan tingkah laku. d. ZMP 4: dengarlah suara hati, peganglah prinsip “karena Allah”. Berpikirlah melingkar, sebelum menentukan kepentingan dan prioritas
lxiii
Dengan mendegarkan suara hati dapat menjadikan manusia bertindak sesuai dengan lintasannya. Karena apa yang dibisikkan dari hati pada dasarnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan e. ZMP 5: lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan semua suara hati yang bersumber dari Asmaul Husna Manusia sering salah dalam menilai orang disekitarnya hal tersebut tidak jarang disebabkan karena manusia menilai dari satu sudut pandang, untuk itu mausia seharusnya melihat sesuatu tidak hanya sebatas pada sudut pandang nya sendiri, dalam Islam diajarkan untuk melihat dari sudut pandang al-Qur’an dan Asmaul Khusna karena alqur’an merupakan kebenaran yang mutlak f.
ZMP 6: periksa pikiran anda terlebih dahulusebelum menilai segala sesuatu, jangan melihat sesuatu karena pikiran anda, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya (Taufik, 2009:99)
g. ZMP 7: Janganlah terbelenggu oleh literatur-litertur, berpikirlah dengan merdeka (Agustina, 2007:79-103).
Menurut Ary Ginanjar (2007: 107), suara hati manusia pada dasarnya bersifat universal, dengan catatan manusia telah mencapai titik zero dan terbebas dari paradigma dan belenggu, kemudian ketika jiwa manusia mengakui dan mengangguk kepada Allah. Suara hati manusia adalah kunci dari spiritual.
lxiv
3. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual Dalam kecerdasan spiritual terdapat ciri-ciri atau indikasi yang dapat dilihat apakah seseorang tersebut memiliki kecerdasan spiritual, ciri-ciri tesebut adalah (Nurfaijah, 2010:44): a. Kemampuan bersikap fleksibel b. Mengakui bahwa Tuhan sebagai sumber pembawa rizki c. Tingkat kesadaran diri yang tinggi d. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan e. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit f. Kualitas hidup yang berdasarkan dari visi dan nilai-nilai g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal h. Menciptakan pola dan aturan baru pada kondisi sangat terjepit i. Mandiri. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall ciri-ciri kecerdasan spiritual adalah sebagai berikut (2000:14) a. Memiliki kesadaran diri b. Bersifat Spontanitas, sangat responsive, dan rela bertanggung jawab c. Terbimbing oleh visi dan nilai d. Holistic, yaitu suatu kemampuan untuk melihat suatu permasalahan dari setiap sisi dan melihat bahwa setiap persoalan mempunyai dua sisi atau lebih e. Memiliki rasa kepedulian
lxv
f. Menghargai keberagaman, menghargai orang lain dan pendapatpendapat yang bertentangan atas daar perbedaan bukannya meremehkan perbedaan-perbedaan itu g. Independensi terhadap lingkungan, yakni bersikap teguh, focus, tabah, berpikir independen, kritis terhadap diri sendiri, berdedikasi dan berkomitmen h. Keingin tahuan yang aktif i. Pemanfaatan positif atas kemalangan, berarti mengambil hikmah dalam setiap cobaan atau kesusahan j. Rendah hati, tidak mementingkan ego 4. Urgensi kecerdasan spiritual (SQ) bagi kehidupan manusia Menurut Taufik (2009) SQ memiliki urgensi bagi kehidupan manusia yaitu: a. SQ menjadikan manusia kuat di ujung kegundahan, orang yang cerdas secara spiritual dapat membelokkan pandangan tentang kegagalan sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan b. SQ menjadikan diri dapat menyatukan perbedaan secara pribadi dengan orang lain, kelompok, bahkan dalam konteks agama, sehingga seseorang lebih respect other atau dapat menghargai orang lain c. SQ membantu manusia keluar dari permasalahan hidup karena dengan kecerdasan ini manusia dapat membaca dan memahami secara intuitif mengapa Allah memberikan dia cobaan, sehingga ketika manusia mendapatkan masalah dia tidak terpuruk karena dia tahu bahwa
lxvi
permasalahan tersebut merupkan ujian sebagai bentuk kecintaan Tuhan kepadanya. d. SQ mampu membantu manusia keluar dari blenggu “egoisme” yang merupakan
suatu
kekeliruan
yang
menyebabkan
kita
lebih
mementingkan diri sendiri dari pada orang lain e. SQ bukanlah suatu agama akan tetapi dengan SQ dapat membantu manusai untuk meyakini lebih dalam terhadap keyakinan agama yang dianutnya f. SQ membuat manusia selalu berfikir positif Banyak sekali yang kita dapatkan jika kita memiliki kecerdasan spiritual, kita tidak akan berfikir sempit dalam menghadapi permasalahan, dengan memiliki kecerdasan spiritual kita dapat selalu mengambil hikmah dari setip peristiwa yang terjadi dan akan bangkit mecari solusi ketika mendapatkan suatu masalah. Dan yang lebih penting lagi adalah orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan bersungguh – sungguh dalam menjalankan perintah agamanya tanpa bersifat fanatik yang berlebihan terhadap pemeluk agama lain. Menurut Sukidi urgensi kecerdasan Spiritual (SQ) dapat ditinjau dari dua sisi (sambasalim.com), yaitu: a. Kecerdasan spiritual secara vertical, yaitu bagaimana kecerdasan spiritual bisa mendidik hati kita untuk menjalin hubungan atas kehadirat Tuhan.
lxvii
b. Kecerdasan spiritual secara horizontal, dimana kecerdasan spiritual mendidik hati kita di dalam budi pekerti yang baik. Diatas arus demoralisasi perilaku manusia akhir-akhir ini. 5. Karakteristik Kecerdasan Spiritual (SQ) Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi atau rendah. Seperti yang dipaparkan oleh Lutfil Kiromaz-Zumaro (2011:98), yaitu sebagai berikut: a. Karakteristik SQ tinggi 1)
Kemampuan mentransendensikan yang fisik dan material
2)
Memiliki fleksibilitas
3)
Mempunyai kesadaran diri yang tinggi
4)
Memiliki kapasitas untuk memperdayakan diri, dan bangkit dari keterpurukan
5)
Kualitas kehidupan yang bersumber pada visi masa depan dan berpedoman pada nilai kebenaran
6)
Kemampuan
untuk
menggunakan
sumber
spiritual
dalam
memecahkan masalah dan kemampuan berbuat sebaik mungkin b. Karakteristik SQ rendah 1) Fanatisme berlebihan terhadap nilai kebenaran 2) Keyakinan yang lemah dan tidak didasari oleh pertimbangan yang memadai 3) Mudah kehilangan kendali diri 4) Mudah terjebak pada penyalah gunaan wewenang
lxviii
6. Cara-cara menjadi orang yang cerdas secara spiritual Tony Buzan (2003), merumuskan sepuluh cara agar seseorang dapat cerdas secara spiritual. Cara-cara tersebut adalah: a. Mendapatkan gambaran menyeluruh Orang yang memiliki kecerdasan spiritual menyadari sepenuhnya keberdaannya di dunia ini. Melihat gambaran secara menyeluruh eksistensinya di dunia ini, dengan mengamati kebesaran alam di dunia akan menimbulkan rasa kagum, heran, dan terpesona dan pada akhirnya akan melahirkan beberapa pertanyaan spiritual tentang makna eksistensi kita di dunia ini. Cinta dan hormat kepada alam merupakan ciri sangat khas pada orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Orang
yang
memiliki
kecerdasan
spiritual
aktif
dalam
menimbulkan kesadaranatas eksistensi semua makhluk di dunia ini, serta betapa luasnya jagat raya hasil karya Sang Pencipta. Dengan memahami secara menyeluruh gambaran tentang eksistensi makhlukmakhluk di dunia ini maka akan menimbukan kecerdasan spiritual b. Menggali nilai-nilai Nilai atau value adalah panduan-panduan untuk bersikap yang berasal dari dalam diri kita sendiri, nilai-nilai tersebut menimbulkan prinsip-prinsip yang akan menentukan perilaku dan hidup kita. c. Visi dan panggilan hidup Visi, rencana atau panggilan hidup adalah tujuan yang sangat didambakan untuk menjadi “Cahaya Pembimbing” hidup.Dengan visi
lxix
yang kita rumuskan maka kita mempunyai harapan dalam kehidupan ini. d. Belas kasih: Memahami diri sendiri dan orang lain Orang yang memiliki kecerdasan spiritual dan rasa belas kasihan kepada sesama akan memiliki komitmen kepada orang lain dan ikut bertanggung jawab terhadap orang lain. Dengan memiliki rasa belas kasih akan memunculkan kecerdasan pada diri kita e. Memberi dan menerima: Kemurahan hati dan rasa sukur Kemurahan hati dan rasa syukur merupakan rahmat spiritual. Kemurahan hati dan rasa sukur lahir dari belas kasih. Ketika kita mempraktekkan kemurahan hati dan rasa syukur maka kita sedang meningkatkan kecerdasan spiritual kita f. Kekuatan tawa Sense of humor atau selera humor adalah salah satu kualitas utama dari kecerdasan spiritual. Tawa akan mengurangi stress dalam diri, dan meningkatkan kesehatan secara umum. Dengan tertawa maka hati kita terasa ringan dan tidak terbebani. Maka ada sebuah senam yang berjudul senam tertawa, karena tertawa baik untuk kesehatan asal tidak berlebihan g. Menjadi kanak-kanak kembali Anak-anak merupakan gambaran kecerdasan spiritual sejati, jika ingin menggugah spiritulitas dalam diri kita, kita harus mengamati dan belajar dari ketulusan anak-anak.
lxx
Kembali menjadi kanak-kanak bukan lantas kita bersikap kekanakkanakan, kembali menjadi anak-anak maksudnya adalah kita berfikir secara polos dan tulus dalam melaksanakan sesuatu h. Kekuatan ritual Ritual adalah suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan cara-cara tertentu. Dalam konteks agama ritual merupakan kegiatan keagamaan dari masing-masing agama. Melalui ritual yang kita lakukan dapat meningkatkan stabilitas spiritual dan emosional, mengurangi stress, menjadi lebih tekun, lebih yakin, dan lebih percaya diri i. Ketentraman Ketentraman adalah keadaan hening atau tenang dimana kita terbebas dari kecemasan atau kesedihan. Dengan ketenangan kita dapat menetralisir stress, karena agar dapat bertahan hidup secara spiritual maka kita perlu meredakan stress. j. Yang anda butuhkan hanyalah cinta Cinta terhadap diri sendiri, sesama, dan jagad raya, serta Tuhan dianggap sebagi tujuan hidup dan spiritualitas yang tinggi. Dengan cinta kita dapat memperoleh kecerdasan spiritual yang tinggi. Kecerdasan Spiritual (SQ) memang tidak terikat pada agama tertentu. Dan tidak juga berarti bahwa seorang yang religius (taat beragama) mempunyai kecerdasan yang tinggi. Terbukti pada kehidupan sehari-hari seseorang yang notabene rajin beribadah tetapi tidak dapat menghargai
lxxi
keberagaman pendapat. Padahal salah satu ciri dari orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi adalah orang yang dapat menghargai pendapatnya. Jika apa yang disampaikan oleh Tony Buzan seperti di atas membuktikan bahwa kecerdasan spiritual itu dapat dilatih. Kecerdasan spiritual bukan hanya milik orang yang memiliki pondasi agama tinggi. Seperti halnya yang disampaikan oleh Danah Zohar dan Ian Marshal (2000:12) “seorang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi dapat memiliki kualitas spiritual tanpa beragama sama sekali”.
B. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari istilah educare yang berarti membawa keluar (sesuatu yang ada di dalam), sedangkan dalam bahasa Jerman berasal dari kata erziehung yang berarti menarik keluar atau mengeluarkan, sedangkan dalam Orang Belanda menggunakan istilah opvoeden
untuk pendidikan, dan orang Inggris menggunakan istilah to
educate yang diartikan sebagai
to give moral and intellectual training
(Noeng Muhadjir,1993:16). Menurut Munir (2007:147) Pendidikan adalah suatu upaya untuk mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam kehidupan sekaligus untuk memperbaiki peradaban manusia, dengan pendidikan manusia dapat memilih jalan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan menurut Marimba pendidikan adalah sebagai suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
lxxii
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1964:19). Dalam konteks pendidikan, yang berkewajiban memberikan pendidikan pertama kali adalah orang tua yakni sebagai lingkungan pendidikan primer. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua tidak hanya ketika anak sudah dilahirkan, akan tetapi pendidikan tersebut harus diberikan sedini mungkin yakni sejak masa sebelum kelahiran sang bayi (pranatal).pendidikan pranatal berarti suatu bentuk stimulasi yang dilakukan ketika bayi berada dalam kandungan yang bertujuan untuk menstimulasi kecerdasan calon bayi yang kelak akan lahir (Rizki dan Suherman 2010:60). Dalam pelaksanaan pendidikan pranatal terdapat sesuatu yang ingin dicapai sebagai tujuannya yaitu membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan yang lebih baik bagi sang calon bayi serta mendorong perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung selamanya (Abdurrahman,1999:27). Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen bagi tumbuhnya generasi yang berkualitas, pendidikan sebagai tujuan utama dari agama samawi yaitu untuk membina dan mendidik manusia yakni membina ruh, menyeimbangkan berbagai kecenderungan memperkuat ruh dan akal serta mendorong manusia ketingkat yang lebih tinggi (Bafaqih, 2008:32).
lxxiii
1. Tahap-tahap pendidikan pranatal Pendidikan pranatal dimulai bahkan sejak sebelum kehamilan sang ibu, proses pendidikan sebelum masa kehamilan tersebut meliputi (Munir, 2007:151): a. Yang pertama adalah hal-hal yang bersangkutan dimulai dari masa konsepsi sampai masa kelahiran, b. Yang kedua adalah yang berhubungan dengan pemilihan jodoh, karena kualitas calon ayah dan calon ibu akan berpengaruh besar pada perkembangan sang anak. Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah (221):
Ÿwur(#qßsÅ3Zs?ÏM»x.ÎŽô³ßJø9$#4Ó®Lym£`ÏB÷sãƒ×p4 tBV{urîpoYÏB÷s•B׎ö•yz`ÏiB7px.ÎŽô³•Böqs9uröNä3÷Gt6yfôãr &3Ÿwur(#qßsÅ3Zè?tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$#4Ó®Lym(#qãZÏB÷sãƒÓ4‰ö7yès9urí`ÏB÷s•B׎ö•yz`ÏiB78ÎŽô³•Böqs9uröNä3t6yfôãr &3y7Í´¯»s9'ré&tbqããô‰tƒ’n<Î)Í‘$¨Z9$#(ª!$#ur(#þqããô‰tƒ’n<Î)Ïp¨Yyfø9$#Íot•ÏÿøóyJø9$#ur¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ß(ûÎiüt7ãƒur¾ÏmÏG»tƒ #uäĨ$¨Y=Ï9öNßg¯=yès9tbrã•©.x‹tGtƒÇËËÊÈ Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
lxxiv
menerangkan
ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya)
kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Hasbi, 2000:373)
Dalam ayat tersebut kita diperintahkan untuk tidak menikah dengan orang yang berbeda keyakinan dan akhlaknya dengan kita orang Islam. Karena baik buruknya akhlak anak sangat dipegaruhi oleh akhlak yang dimiliki orang tua, dan keyakinan orang tua terhadap suatu agama akan berpengaruh dengan keyakinan anak terhadap agama yang dianutnya. Dalam memilih pasangan hidup diibaratkan seorang petani yang memelihara dan memilih biji tanaman yang berkualitas dan lahan yang berkualitas sehingga panen yang berkulaitas tinggi dapat terealisasi, dengan demikian memilih jodoh seperti harapan di atas maka kemungkinan mempunyai anak turun yang diharapkan berkualitas dapat tercapai (Mansur, 2004:44). Menurut Baqir Hujjati dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Bafaqih (2008:107-109). Rasulullah menjelaskan beberapa poin tentang pemilihan jodoh yang baik, yang diantaranya adalah tentang ciri-ciri istri yang baik yang tentunya akan mempengaruhi generasi yang akan dilahirkannya ciri-ciri tersebut adalah: a. Taat beragama Seorang istri haruslah seseorang yang taat beragama, tentu apabila orang tua dalam hal ini istri yang beriman akan mendidik anak-anaknya berdasarkan norma-norma agama dan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan pada anaknya
lxxv
b. Berakhlak mulia akhlak mulia merupakan asas utama dalam Pembinaan generasi yang sehat. Dan kemuliaan akhlak pada diri orang tua memberikan pengaruh pada anak ketika masih berupa janin dalam kandungan c. Berasal dari keluarga yang baik Memilih pasangan hidup hendaklan pasangan yang berasal dari keluarga yang baik akhlaknya dan agamanya karena keadaan keluarga tentu berpengaruh pada keadaan si anak Pentingnya pemilihan jodoh sangat berkaitan dengan eksistensi pendidikan dalam keluarga, karena pendidik yang paling utama adalah ayah dan ibu. Terutama pendidikan dalam kandungan, ayah dan ibulah sosok yang paling berpengaruh bagi perkembangan edukasi anak. 2. Kewajiban Orang Tua dalam Memeberikan Pendidikan Pranatal Orang tua adalah elemen terpenting dalam pendidikan terhadap anak dalam kandungan, orang tua (bapak dan ibu) pada umumnya adalah orang yang paling banyak mengadakan interaksi dengan anak yang masih berada dalam kandungan, maka orang tua harus mengadakan interaki edukatif supaya dapat merangsang kecerdasan anak. Kondisi dan pendidikan anak pada periode pranatal harus diperhatikan oleh orang tua, Rasulullah juga telah menjelaskan bahwa pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada sang anak semenjak dalam kandungan sangat penting karena anak yang tidak mendapatkan pendidikan dari orang tuanya sejak dalam kandungan akan merugi di hari dewasanya. Sabda Rasulullah SAW:
lxxvi
(
)
Artinya: orang yang celaka adalah yang telah (menderita) celaka dalam perut ibunya (HR. Muslim) Oleh sebab itu islam sangat menganjurkan bahkan memerintahkan pendidikan pranatal (Uhbiyati, 2009:11). Agar bayi yang ada dalam kandungan
mulai
merasakan
pendidikan
yang
akan
menuntun
kehidupannya kelak ketika dia sudah lahir ke dunia. 3. Materi Pendidikan Anak Pranatal Sejak periode pranatal sang calon anak sudah dapat diberikan pendidikan, hal ini dilakukan supaya ketika anak sudah lahir akan terbiasa melakukan hal-hal yang positif, seperti yang pernah diterimanya sewaktu dia belum dilahirkan. Menurut Uhbiyati (2009:31-33), materi yang dapat diberikan untuk menstimulasi sang calon bayi antara lain adalah sebagai berikut: a. Bahasa Pada periode ini jelas anak belum dapat berbahasa, akan tetapi apa yang diucapkan oleh pendidik (orang tua) sudah dapat direspon oleh janin, oleh sebab itu orang tua harus selalu mengucapkan kata-kata yang baik, seperti membaca al-Qur’an, zikir, sholawat, dan lain sebagainya. b. Al-Qur’an dan Hadits Anak dalam kandungan direspon dengan ayat-ayat al-Qur’an agar dia terbina dan terlatih untuk mengenal kalam Allah.
lxxvii
c. Akhlak Mulia Ibu yang sedang hamil dan sang ayah harus selalu menjaga akhlaknya dengan baik dimana hal itu akan memberikan pengaruh yang besar pada sisi mental dan kepribadian si bayi dalam kandungan. Materi-materi
pendidikan
di
atas
merupakan
sarana
untuk
mendapatkan generasi atau keturunan yang berkualitas, karena sejak dia masih dalam kandungan sudah terbiasa dengan amalan-amalan yang sangat baik. Lain halnya ketika pada periode pranatal anak tidak mendapatkan pendidikan sama sekali, maka akan sangat sayang sekali karea orang tua melewatkan masa-masa pendidikan yang sangat berharga. Islam merupakan agama yang sangat memperdulikan
pendidikan
anak dalam kandungan, hal tersebut dibuktikan dengan hal-hal sebagai berikut: (Abdurahman, 2005:35-37). 1) Diberikannya hak istimewa terhadap ibu yang sedang hamil selama bulan Ramadhan , yaitu diperbolehkannya ibu hamil untuk berbuka puasa walaupun belum tiba saatnya untuk berbuka puasa. Jika merasa khawatir apabila diteruskan berpuasa akan membahayakan kondisi janin dalam kandungan. Oleh karena itu, puasa tersebut dapat diganti dengan membayar kifarat. 2) Islam memerintahkan kepada suami yang telah menceraikan istrinya untuk tetap memberikan nafkah kepada janin yang dikandung karena bagaimanapun juga nafkah yang diberikan sang suami yang menceraikan istrinya tidak dapat secara langsung diterima oleh sang
lxxviii
janin dan melalui ibulah nafkah tersebut bisa sampai kepada sang janin, misalnya materi yang diberikan mantan suaminya tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumsi. 3) Perhatian Islam terhadap periode pranatal yang lain adalah dengan menangguhkan hukuman yang akan diterima oleh sang ibu jika hukuman tersebut dapat membahayakan janin. Hal-hal di atas merupakan bentuk perhatian Islam dalam pendidikan pranatal. Islam tidak memaksakan atau tidak mewajibkan seorang wanita yang sedang hamil untuk menjalankan perintah puasa. Jika wanita tersebut tidak sanggup menjalankan ibadah tersebut. Dan perhatian-perhatian yang lain yang menunujukkan betapa besar perhatian Islam terhadap pendidikan pranatal. Hal tersebut diberikan karena untuk menjaga kondisi sang janin yang merupakan generasi mendatang yang akan menegakkan agama Islam.
lxxix
BAB IV STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam Manusia dipandang sebagai makhluk yang harus dididik yang disebut homo educandum , yang membedakan manusia dengan binatang adalah manusia tergolong sebagai animal educabic yaitu sebangsa binatang yang dapat dididik sedangkan binatang adalah makhluk yang hanya dapat dilakukan
dressure
yaitu dilatih untuk dapat melakukan sesuatu yang
bersifat statis, sehingga fungsi dari pendidikan adalah memanusiakan manusia karena manusia tanpa pendidikan tidak dapat menjadi manusia sebenarnya (M. Arifin 1997:21-22). Pendidikan yang harus diberikan peratama kali kepada anak atau obyek pendidikan adalah pendidikan keluarga, keluarga khususnya ayah dan ibu memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan pendidikan anak, sebelum dia memperoleh pendidikan dari milliu yang lain seperti masyarakat dan sekolah. Seperti firman Allah yang termaktub dalam Qur’an surat at-Tahrim (66:6) yaitu:
$pkš‰r'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#þqè%ö/ä3|¡àÿRr&ö/ä3‹Î=÷dr&ur#Y‘$tR$ydߊqè%urâ¨$¨Z9$#äou‘$yfÏtø:$#ur$pköŽn=tæîps3Í´¯»n=tBÔ âŸxÏî׊#y‰Ï©žwtbqÝÁ÷ètƒ©!$#!$tBöNèdt•tBr&tbqè=yèøÿtƒur$tBtbrâ•sD÷sãƒÇÏÈ 53 lxxx
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk memelihara atau menjauhkan dirinya dan keluarganya dari api neraka, yakni salah satunya dengan memberikan pendidikan agar keluarga atau anaknya bisa mengerti mana perbuatan yang baik dan yang buruk. Menurut Ahmad Tafsir (2001:74) tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak disebabkan setidaknya oleh dua hal yaitu yang pertama karena kodrat orang tua, orang tua ditakdirkan menjadi orang tua untuk anak-anaknya dengan demikian mereka ditakdirkan juga untuk bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan untuk anak-anaknya. yang kedua adalah disebabkan karena kepentingtan orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Islam mewajibkan kaumnya untuk melaksanakan pendidikan, dan pendidikan yang diberikan tidak sekedar pendidikan dari masa anak-anak sampai dewasa, akan tetapi pendidikan sudah bisa diberikan walaupun sang anak belum dilahirkan. Sejak abad 15 Islam telah mengenal konsep pendidikan seumur hidup (Life long Education) yaitu pendidikan yang dilakukan mulai dari kandungan sampai pendidikan untuk orang tua. Pendidikan pranatal dimulai bahkan sejak sebelum kehamilan sang ibu, proses pendidikan sebelum masa kehamilan tersebut meliputi, Pertama, adalah hal-hal yang bersangkutan dimulai dari masa konsepsi sampai masa
lxxxi
kelahiran, dan yang kedua adalah yang berhubungan dengan pemilihan jodoh, karena kualitas calon ayah dan calon ibu akan berpengaruh besar pada perkembangan sang anak (Munir, 2007:151). Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah (221):
Ÿwur(#qßsÅ3Zs?ÏM»x.ÎŽô³ßJø9$#4Ó®Lym£`ÏB÷sãƒ×p4 tBV{urîpoYÏB÷s•B׎ö•yz`ÏiB7px.ÎŽô³•Böqs9uröNä3÷Gt6yfôãr&3Ÿwur(# qßsÅ3Zè?tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$#4Ó®Lym(#qãZÏB÷sãƒÓ4‰ö7yès9urí`ÏB÷s•B׎ö•yz`ÏiB78ÎŽô³•Böqs9uröNä3t6yfôãr&3y7Í´¯»s9'ré&tbqã ãô‰tƒ’n<Î)Í‘$¨Z9$#(ª!$#ur(#þqããô‰tƒ’n<Î)Ïp¨Yyfø9$#Íot•ÏÿøóyJø9$#ur¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ßû ( Îiüt7ãƒur¾ÏmÏG»tƒ#uäĨ$¨Y=Ï9öNßg¯=yès9tb rã•©.x‹tGtƒÇËËÊÈ Artinya:
Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Dalam ayat tersebut kita diperintahkan untuk tidak menikah dengan orang yang berbeda keyakinan dan akhlaknya dengan kita orang Islam. Karena baik buruknya akhlak anak sangat dipegaruhi oleh akhlak yang dimiliki orang tua, dan keyakinan oran tua terhadap suatu agama akan berpengaruh dengan keyakinan anak terhadap agama yang dianutnya. Mansur (2004 : 201-202) menjelaskan tentang perilaku edukatif yang dapat dilakukaqn oleh orang tua yang menginginkan anaknya kelak memiliki perilaku yang baik, perilaku edukatif ini berupa perilaku edukatif secara fisik dan psikis. Edukasi secara fisik dapat dilakukan dengan mencegah kondisi
lxxxii
fisik yang tidak menguntungkan dan menjaga kondisi badan, sedangkan edukasi psikis dapat dilakukan dengan meciptakan kondisi psikis ibu yang menguntungkan, menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan stress pada sang ibu karena hal tersebut akan sangat berpegaruh pada sang janin.
B. Tahap Perkembangan Janin Menurut Islam Perkembangan bayi pada periode pranatal sangat penting fase kehidupan masa pranatal terdiri dari beberapa tahap perkembangan, akan tetapi yang membedakan perkembangan pada periode pranatal dengan periode–periode kehidupan yang lain adalah bahwa periode pranatal merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia, dan periode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan manusia (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004:1). Menurut Baqir Hujjati (2008:140-143) membagi periode tahapan kehidupan janin kedalam 3 bagian yaitu: 1.
Tahapan ovum (Zigot) Pada minggu pertama ovum merupakan sesuatu yang terpisah dan tidak berhubungan dengan rahim ibu. Ovum tidak mengalami pertambahan ukuran dan tidak menerima apapun dari si ibu.
2.
Tahapan alaqah (embrio) Di akhir minggu kedua calon bayi telah melekatkan diri pada rahim dan sudah ada interaksi antara rahim dan embrio, pada periode ini
lxxxiii
perkembangan tubuh mencapai 95%, pada masa ini janin manusia sudah dapat dibedakan dengan janin binatang 3.
Tahapan terakhir (janin) Dalam Islam disebut mudghah (sesegumpal darah), Dalam alQur’an tahapan ini disebut dengan tahapan mudhghah atau segumpal darah dan masanya adalah 30 minggu sebelum kelahiran. Dalam periode ini lebih banyak mengarah pada pertumbuhan dalam ukuran, dengan kata lain pertumbuhan secara menyeluruh yakni tubuh janin semakin besar. Perkembangan-perkembangan pada periode pranatal tersebut sangat
cepat, dalam waktu sembilan bulan banyak sekali perkembangan yang telah terjadi, dibandingkan dengan perkembangan pada periode pasca natal yang perkembangannya lebih lambat dari perkembangan periode pranatal. Oleh sebab itu maka hendaklah orang tua sebagai lingkungan yang paling sering berinteraksi dengan sang janin memberikan pendidikan semaksimal mungkin. Penelitian membuktikan bahwa hubungan yang terjalin baik antara ayah dan ibu sangat berkaitan dengan kemampuan bayi. Pendidik yang paling utama adalah ayah dan ibu terutama dalam kegiatan pendidikan pranatal. Maka perlu adanya kerjasama yang seimbang antara ayah dan ibu, selain itu peran keluarga sangat penting pula seperti yang disampaikan oleh F.Rene dan Marc Lehrer yaitu: Melibatkan seluruh kelurga dalam stimulasi membuahkan hasil positif. Pertama terciptanya kebersamaan dan kesan bahwa semua anggota yang terkecil sekalipun dari keluarga dapat membantu pendidikan sang bayi. Kedua, melaksanakan latihan-latihan ini degan membuat anggota keluarga menjadi guru yang lebih baik lebih penting
lxxxiv
bagi latihan - Latihan ini membuat setiap naggta keluarga mempunyai ikatan dengan sang bayi.
Jadi tentu saja bukan ayah dan ibu yang harus ambil bagian dalam pendidikan pranatal. Baik kakek, nenek, kakak atau anggota keluarga yang lain harus selalu secara intens memberikanperhatian kepada sang janin. Dan hendaknya selama kehamilan tidak ada pertengkaran yang akan mengganggu ketenangan sang janin.
C. Prinsip dan Metode pendidikan pranatal Dalam melaksanakan pendidikan pranatal terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami oleh orang tua prinsip-prinsip tersebut dikemukakan oleh Rene dan Lehrer (1999:50-52) yakni sebagai berikut: 1. Prinsip kerjasama Pendidikan yang dilakukan harus tergabung dari kerjasama antar keluarga dan tidak terbatas pada peran ayah atau ibu saja. 2. Prisip ikatan cinta pranatal Latihan-latihan pendidikan pranatal membantu orang tua dalam mempersiapkan mereka untuk menerima kehadiran sang anak. Hal ini mematahkan pendapat psikolog-psikolog terdahulu yang menyatakan bahwa ikatan cinta antara orang tua dan anak belum terjalin sampai anak lahir. 3. Prinsip stimulasi pranatal Seorang bayi belajar dari stimulus yang diberikan sejak saat dia dalam kandungan, stimulus tersebut dapat berupa sentuhan dan suara, bayi
lxxxv
yang ada dalam kandungan akan merespon apa yang distimulasikan kepadanya
dengan
tendangan-tendangan
kecil.
Latihan
pranatal
memberikan stimulasi bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum dilahirkan. 4. Prinsip kecerdasan pranatal Latihan yang dilakukan pada masa ini memiliki potensi mengajarkan bayi untuk menyadari bahwa tindakannya mempunyai efek,ketika bayi menendang kemudian dibalas ibu dengan sedikit tekanan di tempat yang sama dapat mempercepat bayi dalam belajar tentang sebab akibat setelah dilahirkan. 5. Prinsip kecerdasan Program latihan pranatal mencakup latihan – latihan untuk menarik minat bayi yang sedang berkembang, kecerdasan berkembang dari rasa tertarik pada hal yang terjadi dan mengapa terjadi. 6. Prinsip mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang diajarkan orang tua terhadap sang bayi seperti berbicara dengan baik akan dapat diterusakan sang bayi setelah lahir. 7. Prinsip melibatkan kakak sang bayi Melibatkan kakak sang bayi sangat penting, karena anak-anak tersebut akanyakin bahwa posisi mereka dalam keluarga aman walaupun waktu sang ayah dan ibu mereka terbagi dengan sang calon adik.
lxxxvi
8. Prinsip peran penting ayah dalam masa kehamilan Hubungan baik yang terjalin antara ayah dan anak dalam kandungan akan menimbulkan efek yang sangat baik, dan sangat berkaitan dengan kemampuan social anak. Prinsip-prinsip diatas dapat membantu orang tua dalam mengambil sikap saat melakukan pendidikan pranatal. Dalam prinsip-prinsip tersebut yang ditekankan bukan saja peran kedua orang tua melainkan juga diharapkan adanya kontribusi aktif keluarga sekitar dalam membantu pendidikan pranatal. Tidak harus melakukan latihan-latihan seperti yang dilakukan oleh kedua orang tua sang calon bayi, keluarga dapat membantu dengan mencurahkan perhatian dan kasih sayang terhadap kehadiran sang calon bayi. Dalam melaksanakan pendidikan ada beberapa syarat yang harus dilakukan oleh orang tua agar pendidikan yang dilaksanakan berjalan dengan baik (Uhbiyati, 2009:13-16): 1. Taqwa kepada Allah SWT Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak harus selalu bertaqwa kepada Allah, dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya, agar sang anak juga dapat menjadi anak yang soleh seperti orang tuanya. 2. Berakhlak mulia Anak pasti akan meniru apa yang diperbuat oleh orang tua karena bagi sang anak orang tua adalah sosok sempurna yang menjadi panutan
lxxxvii
mereka, oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak dengan berakhlak yang mulia atau berperilaku yang baik. 3. Ikhlas Orang tua sebagai pendidik dalam melaksanakan kewajibannya dalam mendidik anak harus selalu didasari rasa ikhlas yakni semata-mata karena Allah. Allah SWT berfirman:
!$tBur(#ÿrâ•ÉDé&žwÎ)(#r߉ç6÷èu‹Ï9©!$#tûüÅÁÎ=øƒèCã&s!tûïÏe$!$#uä!$xÿuZãm(#qßJ‹É)ãƒurno4qn=¢Á9$#(#qè?÷sãƒurno4qx .¨“9$#4y7Ï9ºsŒurß`ƒÏŠÏpyJÍhŠs)ø9$#ÇÎÈ Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Hasbi, 2000:4659) 4. Merasa yakin bahwa anak yang dikandung dapat menangkap didikan yang disampaikan pendidik Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa roh atau nyawa yang ditiupkan malaikat sudah mempunyai kognisi yang tinggi. Allah berfirman:
øŒÎ)urx‹s{r&y7•/u‘.`ÏBûÓÍ_t/tPyŠ#uä`ÏBóOÏdÍ‘qßgàßöNåktJ-ƒÍh‘èŒöNèdy‰pkô-r&ur#’n?tãöNÍkŦàÿRr&àMó¡s9r&öNä 3În/t•Î/(#qä9$s%4’n?t/¡!$tRô‰Îgx©¡cr&(#qä9qà)s?tPöqtƒÏpyJ»uŠÉ)ø9$#$¯RÎ)$¨Zà2ô`tã#x‹»ydtû,Î#Ïÿ»xîÇÊÐËÈ Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Hasbi, 2000:1508).
lxxxviii
5. Bercita-cita dan bertekat melakukan pendidikan anak dalam kandungan Orang tua harus memiliki cita-cita yang tinggi dan mempunyai tekat kuat untuk melaksanakan pendidikan dalam kandungan, hal ini disebabkan karena pendidikan periode pranatal sangat membutuhkan dedikasi tinggi dan pengorbanan. Motivasi yang tinggi dan teguh akan menjadikan pendidik tidak mudah putu asa dan mudah menyerah. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua di atas adalah dalam rangka supaya pendidikan yang diberikan oleh orang tua dapat maksimal, sehingga tujuan dari pendidikan pranatal untuk menciptakan generasi atau keturunan yang berkualitas dapat tercapai. Orang tua yang bertakwa ke pada Allah tentunya akan mengjarkan anak nya nilai-nilai yang mencerminkan ketakwaan, sehingga setelah anak dilahirkan sudah terbiasa dengan pendidikan tentang ketuhanan, begitu juga orang tua yang memiliki akhlak yang mulia, maka dia akan selalu menjaga sikap dan tingkah lakunya selama proses mendidik anak dalam kandungan, orang tua yang merasa ikhlas dalam mendidik anak nya walaupun secara fisik belum pernah bertemu, akan dirasakan oleh si anak. Karena apa yang dirasakan oleh orang tua dalam hal ini ibu turut dirasakan pula oleh janin yang dikandungnya, jika perasaan sang ibu senang atau ikhlas maka sang janin pun akan merespon dengan baik.
D. Metode Stimulasi Kecerdasan Spiritual dalam Periode Pendidikan Pranatal Perspektif Islam
lxxxix
Kecerdasan spiritual sebenarnya adalah potensi yang dimiliki manusia bahkan sebelum dia dilahirkan kedunia. SQ telah hadir sejak Allah meniupkan roh pada janin dalam kandungan. kecerdasan spiritual mulai berfungsi sejak janin dalam kandungan berusia 100 hari (Yuwono, 2010:29). Hal tersebut berarti bahwa kecerdasan spiritual tidak hanya dimiliki oleh orang dewasa akan tetapi dalam banyak kasus anak-anak lebih menunjukkan kecerdasan spiritualnya dari pada orang dewasa (Taufik, 2009:9). Potensi tersebut dapat luntur seiring dengan pengaruh lingkungan tempat tinggal seseorang. Karena lingkungan sangat berpengaruh pada perkembagan pribadi seseorang. Seperti padangan dari teori naturalism yang diungkapkan oleh J.J. Rosseau, dia mengemukakan bahwa sebenarnya manusia itu terlahir dengan memiliki pembawaan yang baik, akan tetapi jika lingkungan tempatnya berinteraksi tidak kondusif, atau buruk maka pembawaan baik yang dibawa sejak kelahirannya akan luntur (Lilik dkk, 2008:36). Kecerdasan spiritual memang telah dibekalkan oleh Allah kepada manusi sejak manusia masih dalam kandungan, akan tetapi agar kecerdasan tersebut dapat terjaga dan kelak ketika anak sudah lahir akan dapat mempertahankan kecerdasan spiritual tersebut maka perlu adanya stimulasi yang dilakukan oleh orang tua kepada anak sejak dalam periode pendidikan pranatal. Tidak pernah ada kata terlalu dini untuk orang tua dalam memberikan pendidikannya sejak sang anak masih berada di rahim sang ibu. Yang pertama perlu dilakukan adalah menjaga kondisi kesehatan sang ibu baik
xc
secara fisik maupun psikis. Karena kondisi yang dialami oleh ibu yang sedang mengandung besar pengaruhnya terhadap keadaan sang janin. Seperti apa yang di jelaskan oleh Elizabeth (1978:52) “Favorable condition in the mother s body foster the development of hereditary potential while unfavorable of condition can stunt their development.” Maksudnya
yaitu
kondisi
ibu
yang
menyenangkan
atau
menguntungkan selama kehamilan dapat mempertinggi perkembangan, begitu pula sebaliknya, kondisi ibu yang tidak baik dapat menghalangi perkembangan (mengganggu pola perkembangan selanjutnya). Tidak terlalu awal juga untuk memberikan anak dasar spiritual, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual, kecerdasan spiritual diberikan kepada janin saat berusia seratus hari yaitu masa dimana Allah meniupkan ruh kepada janin tersebut. Dalam fenomena yang ada orang tua kurang memperhatikan stimulasi kecerdasan spiritual pada anak-anaknya (rahmabluesky.wordpress.com) padahal hal ini sangat penting untuk perkembangan SQ anak-anak mereka.Maka hendaklah orang tua memberikan stimulasi sedini mungkin, bahkan sejak masa kehamilan. Proses kehamilan adalah suatu bagian dari perjalanan spiritual seorang ibu pada khususnya bersama dengan calon anaknya, dan untuk menjaga dan merangsang kecerdasan spiritual tersebut dapat dilakukan sejak periode pendidikan pranatal. Dalam periode pranatal ada beberapa cara untuk menstimulasi kecerdasan spiritual anak agar kelak ketika dilahirkan dapat berfungsi secara optimal. Dalam memberikan stimulasi kecerdasan spiritual anak yang harus
xci
dilakukan terlebih dahulu oleh orang tua adalah melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan kecerdasan spiritual mereka, hal-hal yang dapat dilakukan adalah seperti pendapat Sukidi untuk mengasah kecerdasan spiritual dengan langkah–langkah sebagai berikut (sambasalim.com): 1.
Mengenali diri sendiri, orang yang tidak mengenali dirinya sendiri akan mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual.
2.
Melakukan introspeksi diri
3.
Aktifkan hati secara rutin, dalam konteks agama dilakukan dengan mengingat Tuhan dengan cara berzikir, sholat, membaca al-qur’an dan sebagaiya
4.
Menemukan keharmoisan dan ketenangan hidup Dengan melakukan hal-hal diatas orang tua (ayah dan ibu) dapat
mengembangkan kecerdasan spiritual. dan jika orang tua khususnya ibu melakukan hal-hal tersebut ketika proses kehamilan maka secara tidak langsung berdampak juga terhadap perkembangan kecerdasan spiritual anak. Karena apa yang dirasakan oleh sang ibu akan berdampak dengan keadaan sang janin. Begitu juga apa yang dikerjakan oleh ibu juga berpengaruh pada janinnya. Saat sang ibu membaca al-qur’an sang janin sudah dapat mendengarnya, maka hendaknya jika sang ibu akan sholat untuk mengusapusap perut nya sebagai ajakan kepada sang janin untuk beribadah kepada Allah, maka sang anak sudah terbiasa dengan amalan-amalan ibadah tersebut. Dan hatinya selalu terbuka dan aktif berhubungan dengan Allah, hal tersebut
xcii
akan membantu dalam menjaga dan mengembangkan kecerdasan spiritual anak. Selain itu metode stimulasi langsung yang dapat diberikan pada anak dalam kandungan yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut (Uhbiyati, 2009:27-31): 1. Menjalankan ibadah dengan tekun Segala bentuk ibadah baik itu bersifat wajib ataupun sunnah seperti sholat, puasa, haji, zakat, bersedekah, dan yang lainnya dapat digunakan sebagai metode dalam memberika pendidikan dalam periode pranatal, dan sangat besar pengaruhnya terhadap sang janin, disamping melatih kebiasaan-kebiasaan, hal tersebut juga dapat menguatkan mental dan spiritual sang janin 2. Membaca al-Qur’an Orang tua sang calon bayi hendaklan selalu menyenandungkan ayatayat al-Qur’an, karena hal tersebut dapat memberikan rangsangan edukatif yang sangat positif terhadap bayi yang ada dalam kandungan sang ibu. 3. Berzikir Zikir adalah aktivitas sadar yang dilakukan sebagai cara untuk senantiasa menjaga interaksi dengan sang Tuhan. Dengan berzikir kita dapat mengisi pikiran dan hati kita sehingga peluang untuk memikirkan dan merasakan hal yang tidak baik hanya sedikit, karena sudah kita isi dengan berzikir. Menurut Abdul Wahid Hasan merasakan kehadiran Allah yang sangat dekat, saat berzikir, berdoa, dan aktivitas yang lain
xciii
merupaakan alah satu langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kecerdasan spiritual (sambasalim.com). oleh sebab itu maka orang tua (ayah dan ibu) harus selalu menjaga zikir untuk merangsang anak supaya terbiasa dengan zikir atau mengingat Allah. 4. Berakhlak mulia Ibu yang tengah hamil harus menjaga akhlaknya dengan baik dan berbudi luhur dimana hal itu akan memberikan pengaruh yang besar pada sisi mental dan kepribadian sang bayi dalam kandungan. Pendidikan akhlak mulia yang diberikan oleh orang tua kepada anak, dengan cara orang tua harus berprilaku yang mulia atau memiliki akhlak yang mulia sangat penting, hal ini berhubungan dengan kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual merupakan dasar pembentukan akhlak anak. Oleh sebab itu pendidikan ini sangat penting karena jika kita mengajarkan akhlak mulia pada sang janin itu berarti kita telah merangsang kecerdasan spiritual yang tertanam dalam diri anak. 5. Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak dalam kandungan Memperdengarkan lagu-lagu menjadikan janin dalam kandungan merasa nyaman, membiasakan janin untuk mendengarkan musik juga dapat melatih ketrampilan kognitif dan motorik janin (Suherman, 2010:70). Selain itu janin dalam kandungan juga sudah dibiasakan menumbuhkan dimensi spiritual dalam jiwanya.
xciv
6. Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak dalam kandungan Menurut Nanang (2010), upaya menstimulasi kecerdasan spiritual dapat dilakukan dengan cara menceritakan kisah-kisah teladan supaya janin dalam kandungan sudah terbiasa dengan contoh-contoh kepribadian para tokoh yang baik. Rene dan Lehrer (1999:132) memasukkan sesi bercerita dalam bagian program pendidikan pranatal mereka. Bayi yag berada dalam rahim sudah mampu menangkap suara dan merasakan getaran dari tubuh sang ibu. Oleh sebab itu orang tua harus bijaksana dalam berkata, karena apa yang mereka ucapkan ditangkap atau direspon oleh sang janin dalam kandugan. Langkah-langkah di atas adalah upaya-upaya dan stimulasi-stimulasi yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menjaga dan mengembangkan kecerdasan spiritual yang sebenarnya sudah tertanam pada jiwa sang anak meskipun belum dilahirkan. Ibu yang sedang mengandung dapat pula menstimulasi kecerdasan buah hatinya dengan mengasah kecerdasan spiritual nya terlebih dahulu, karena secera tidak langsug hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap penjagaan dan pengembangan
kecerdasan spiritual
sang anak dalam kandungan.
xcv
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan kajian terhadap literatrur-literatur baik berupa buku, jurnal, skripsi-skripsi, pembahasan yang dilakukan penulis pada bab depan maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang hasil penelitian ini, yaitu: 1. Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi dari dua kecerdaan lain yang ada pada diri manusia. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan value atau nilai-nilai dalam kehidupan manusia. Kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam merupakan kecerdasan yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, orang yang memiliki kecerdasan spiritual melaksanakan agamanya dengan baik.
xcvi
2. Dari penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa metode menstimulasi kecerdasan spiritual anak dalam periode pranatal dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut: a. Menjalankan ibadah dengan tekun b. Membaca al-Qur’an c. Berzikir d. Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak dalam kandungan e. Berakhlak mulia f. Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak dalam kandungan
69
B. Saran–Saran Sehubungan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Orang Tua a. Pendidikan pranatal adalah salah satu pendidikan yang sangat penting yang menentukan perkembangan anak pada periode selanjutnya, stimulasi yang diberikan pada periode itu juga sangat penting. Maka hendaknya untuk para orang tua untuk I memberikan pendidikan pada masa pranatal dengan semaksimal mungkin. Supaya anak yang akan dilahirkan menjadi insan yang berkualitas. b. Dalam memberikan pendidikan pranatal orang tua tidak hanya memberikan pendidikan yang dapat mencerdaskan otak saja, akan
xcvii
tetapi orang tua juga harus memberikan treatmen keagamaan agar sang anak menjadi insan yang dekat dengan Tuhan walaupun belum dilahirkan. 2. Bagi Calon Orang Tua a. Pendidikan prantal sebagai cara untuk menstimulasi kecerdasan spiritual
anak
dapat
dilakukan
bahkan
sebelum
penikahan
dilaksanakan, hendaklah dalam memilih pasangan mencari yang seagama supaya dapat
memberikan kualitas keturunan yang
berkualitas menurut agama b. Mempersiapkan diri dengan mendekat pada Allah supaya ketika menjadi orang tua kita dapat mengasuhnya secara baik.
C. Penutup Terucap rasa syukur, Alhamdulillahirobbil alamin, dengan segala puji penulis haturkan kepada Allah yang senantiasa memberikan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu lancarnya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis.Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap kajian berikutnya tentang tulisan ini dapat berlanjut agar dapat menambah khasanah
xcviii
kepustakaan. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan yang akan datang. Amin.
xcix