TINJAUAN PUSTAKA
Organ Limphoid Ikan Teleost Sistem kekebalan tubuh ikan, umumnya hampir sama dengan hewan vertebrata lain. Narnun, terdapat beberapa perbedaan yaitu organ pembentuknya, proses pembentukan serta jenis dan komponen imunnya. Organ pembentuk respon imun dan darah dikenal sebagai organ limphomieloid. Disebut demikian karena jaringan lirnphoid dan mieloid bergabung menjadi satu. Jaringan tersebut terutama terbentuk dari jan'ngan granulopoietik yang kaya dengan enzim lisozim dimana diduga mempunyai peranan penting dalarn reaksi kekebalan tubuh (Fange 1982). Nabib dan Pasaribu (1989) mengatakan, bahwa jaringan pembentuk sel-sel darah I
disebut jaringan haemopoietik. Selanjutnya Smith dalam Primandaka (1992) menyatakan, bahwa sel-sel darah diproduksi di ginjal dan limpa Yang termasuk organ limphoid adalah thymus, lyrnphonodus dan limpa (Wheater et al. 1979). Selanjutnya dikatakan, ikan teleost tidak memiliki sumsum tulang dan limphonodus yang definitif O!eh karena ikan tidak memiliki limphonodus dan
tulang-tulangnya
tidak
mempunyai
rongga
bersumsum,
jaringan
haemopoietiknya terdapat dalarn stroma limpa dan interstitiurn dari ginjal, dan bisa juga di daerah periportal hati, submukosa usus dan organ4rgan limphoid khusus dan thymus. Tipe utama sel yang berkaitan dengan respon kekebalan pada ikan benulang belakang adalah sel makrophag, limfosit dan plasmosit (Dorson 1984). Sedangkan
'
organ limphoid yang berkaitan dengan respon kekebalan ikan terdiri dari limpa, bagian anterior ginjal dan thymus (Anderson 1974) serta jaringan limphoid saluran pencemaan yang terdapat pada mukosa usus @orson 1984). Thymus, merupakan pusat organ limphoid (Lames dan de Haas 1985) terletak dorsolateral subkutaneus pada faring dalam rongga insang, berupa jaringan limphoid berbentuk oval (Ferguson 1989). Secara makroskopik, thymus jelas terlihat pada ikan muda (Hibiya 1982), sedangkan pada ikan dewasa mungkin menghilang (Fange 1982). Ginjal, terletak pada posisi retroperitoneal tepat di bagian ventral dari tulang punggung, di bawah kolum vertebrae (Ferguson 1989; Nabib dan Pasaribu 1989), kaya akan sel limfosit, sel granulosit dan sel figosit (Rijkers 1981). Pada ginjal, jaringan haemopoietik ini di bagian belakang hanya berupa bercak-bercak saja, sedangkan di bagian depan hampir seluruh jaringan ginjal merupakan jaringan haemopoietik (Nabib dan Pasaribu 1989). Secara makroskopik, ginjal terlihat berwarna coklat muda atau tua atau hitam, bentuknya bervariasi menurut spesies, terbagi atas ginjal anterior dan posterior. dimana bagian anterior berfungsi sebagai organ limphomieloid, sedangkan bagian posteriornya sebagai organ ekskretori (Robert 1989). Ginjal ikan mengandung banyak limfosit dalam pelbagai ukuran dan banyak limfosit terlihat dalarn proses pembelahan diri. Perbandingan relatif jumlah limfosit yang dihasilkan ginjal dan thymus dan kepentingannya (bila ada) sehubungan dengan sumber asal limfosit dari satu atau lain organ masih belum diketahui benar. Namun dalam beberapa ha], misalnya dalam ha1 tempat pembentukan erithrosit, limfosit dan .r
granulosit, ginjal ikan ini banyak sekali persarnaannya dengan sumsum tulang merah pada mammalia Namun dalam hngsinya sebagai filter yang dimungkinkan oleh adanya suatu retikulum fhgositer yang ada hubungannya dengan unsur-unsur limphoid termasuk sel-sel pembentuk antibodi, ginjal ikan ini juga menyerupai kelenjar pertahanan mammalia (Nabib dan Pasaribu 1989). Limpa merupakan satu-satunya organ yang menyerupai limphonodus pada ikan. Terletak dekat lengkungan besar dari larnbung atau pada belokan usus, berwarna merah gelap atau hitam dan pada ikan sehat batas-batasnya sangat jelas. Umumnya hanya terdapat satu limpa, narnun pada beberapa spesies bisa juga terbagibagi dalam dua atau tiga bagian (Nabib dan Pasaribu 1989; Ellis 1989). Limpa mempunyai kapsula, narnun tidak mempunyai trabekula yang menjorok ke jaringan. Limpa terdiri atas ellipsoid (kapiler berdinding tebal), pulpa dan pusat melanomakrophag. Pulpa terdiri atas jaringan phagositik sinusoidal yang mempunyai banyak erythmcyt dan jaringan hemapoietik. Pusat melanomakrophag terletak di dekat pembuluh darah (Kumiasih 1999). Anderson (1 974) mengatakan, bahwa limpa merupakan organ utama dalam prosesing, penyimpanan dan pendewasaan erythrosit, netmfil dan granulosit. Pulpa putih limpa banyak mengandung limfosit (Lamen dan de Haas 1985), sedang pulpa merah limpa banyak mengandung erythrosit (Hibiya 1982; Lamers dan MuiswiPlkel 1986). Hati ikan secara relatif merupakan suatu organ besar. Pada ikan-ikan liar (ikan carnivora) umumnya bewama coklat kemerahan dan pada ikan herbivora umunya berwama coklat lebih muda, narnun dalam waktu-waktu tertentu dalam setahun bisa
berwarna kuning, bahkan keputih-putihan. Pada ikan yang makanannya kurang cocok, hatinya umumnya berwarna lebih muda. Hati ikan bisa merupakan organ yang terbatas bentuknya dan terletak di rongga perut sebelah muka atau ada juga yang mempunyai penjuluran-penjuluran sepanjang rongga perut atau melekat pada alat tubuh lainnya. Pada spesies-spesies tertentu, hati ikan bisa juga merupakan gabungan dengan pancreas sehingga disebut hepatopancreas, walaupun pada umurnnya pancreas merupakan suatu organ yang terpisah. Sinusoidnya secara tidak teratur tampak diantara sel-sel hati dengan jumlah lebih sedikit, dibatasi oleh sel-sel endotel dengan inti-inti yang sangat jelas. Jaringan haematopoietik, lengkap dengan pusatpusat rnelanomakrofagnya, ditemukan dalam jumlah yang berbeda di sekitar pembuluh darah besar dalam hati dan bila ada hepatopancreas, maka bagian pancreas ini berada di sekitar cabang-cabang pembuluh vena porta yang agak besar sebagai kelenjar-kelenjar tambahan (Nabib dan Pasaribu 1989).
Immunostimulan Spirulina I rnrn unostimulan adalah suatu bahan kimia, obat-obatan, memberi tekanan,
atau aksi ~ a n gdapat meninggikan mekanisme pertahanan rlon-spesifik atau respon kekebalan spesifik (Anderson 1992). Kategori beberapa immunostimulator dapat diklasifikasikan menurut asalnya dan biokirnia, yaitu : bakteri dan produk-,produk bakteri, carbohydrat kornpleks. vaksin, obat-obatan mempertinggi kekebalan, kktorfaktor nutrisi, ekstrak-ekstrak hewan, cytokin dan lectin (ekstrak-ekstrak tumbuhan) (Galeotti 1998).
lmmunostimulator dapat diberikan pada ikan dengan tiga cara, yaitu: dengan cara penyuntikan, perendaman, dan dengan cara mencampurkan immunostimulator dalam pakan (oral) (Ward 1982). Immunostirnulan dapat menaikkan respon imun nonspesifik dan memproteksi infeksi berulang pada ikan (Duncan et al. 1996). Salah satu immunostimulan yang telah dilakukan pada catfish adalah Spirulina. Spirulina telah banyak diteliti oleh para ahli sekarang ini. Hal ini berkenaan
karena Spirulina sangat bemanfaat bagi manusia, terutama untuk kesehatan tubuh. Dari berbagai penelitian yang dilakukan pada Spirulina menunjukkan bahwa Spirulina mengandung berbagai jenis senyawa yang sangat penting bagi tubuh
sehingga Spirulina
telah diproduksi sebagai makanan kesehatan. Spirulina
mempunyai dinding sel yang lembut, sehingga mudah dicernakan (Henrikson 2000). Dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap hewan yang diberi Spirulina dalam pakannya, seperti tikus, tupai, ayam, kucing, ayam kalkun, ikan dan beberapa makhluk hidup lain membuktikan bahwa Spirulina dapat meningkatkan hngsi sistem imun. Selanjutnya dikatakan, bahwa pada hewan Spirulina menaikkan ketahanan terhadap serangan penyakit, walaupun dalam dosis rendah. Spirulina adalah salah satu jenis mikroalga yang termasuk ke dalam famili C'yunophyceae. Spirulina telah banyak diperdagangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat suku Azstec di Meksiko sejak 400 tahun yang lalu, sehingga Spirulina rncrnpunyai nilai ekonomi yang tinggi. Masyarakat Meksiko pada waktu dulu mengenal ,Spirulina dengan nama DIHE yaitu berupa lempengan hijau kebiruan.
Lama kelamaan para ahli Phycology Perancis dapat mengidentifikasi bahwa yang disebut DIHE tersebut adalah Spirulina (Kabinawa dan Inawati 1993). Spirulina ini juga merupakan jenis mikroalga yang banyak ditemukan di
perairan Indonesia terutama pada daerah dengan dasar perairan berkapur seperti di Ranu Klakah, Waduk Ciburuy, danau Beratan (Sachlan 1982). Disamping itu, Spirulina juga terdapat di kolam perairan tawar Ragunan Pasar Minggu, Jakarta serta
di daerah sekitar Sleman, Yogayakarta (Kabinawa 1994). Dari segi fisiologis, Spirulina adalah alga biru-hijau multiseluler yang tumbuh
di danaudanau yang bersifat basa yang kaya akan natrium karbonat dan natrium bikarbonat. Kondisi lingkungan yang dibutuhkannya untuk hidup adalah suhu air lingkungan hidup berkisar antara 25 - 4 0 ' ~dan dapat berkembang dengan baik pada air dengan pH antara 8 - I I . Namun demikian, Spirulina dapat juga tumbuh pada pH mendekati 7 atau di atas 1 1,3 (Aiba dan Ogawa 1977). Untuk fotosintesis, Spirulina membutuhkan cahaya, mengambil C 0 2 dari udara dan tidak membutuhkan karbohidrat sebagai sumber karbon. Spirulina tidak dapat mengambil nitrogen dari udara, oleh karena itu, nitrogen ditambahkan pada media pertumbuhannya. Spirulina ini berukumn kecil dimana sel-selnya berbentuk bergelung seperti
spiral sehingga disebut "Spirulina" yang berarti "spiral kecil". Spirulina mempunyai filamen yang dapat bergerak, berbentuk silinder dengan diameter antara 1-12 pm, tidak bercabang dan ukuran selnya 110 pm, sehingga mudah memanennya (Richmond 1987). Fungsi dari Spirulina adalah memproduksi protein, karbohidrat,
vitamin-vitamin, asam-asam amino, pigmen-pigmen protektif, dan nutrien-nutrien penting yang sangat diperlukan bagi kesehatan manusia. Spirulina terdiri dari 60% protein tumbuhan, mudah dicerna, dengan
konsentmi makanan yang tinggi dari antioksidan beta karoten, besi, vitamin B 12 dan GLA (Gamma Linolenic Acid). Warna hijau gelap datang dari kombinasi caroten phytonutrien, chlomphyl dan phycocyanin. Spirulina juga merupakan surnber dari polysaccharida yang terdapat pada dinding selnya dan sulfoglycolipid serta mempunyai dinding sel yang lembut sehingga mudah untuk dicemakan (Henrikson 2000; Ruane 2000; Belay et al. 1993). Vonshak (1997) mengatakan, bahwa kandungan lipopolysaccharida yang terdapat dalam Spirulina sebesar 1,5% berat kering sel dan alga ini dapat dikultur secara massal. Menurut Belay dan Ota (1 993), Spirulina mengandung 60 - 70% protein dan kaya akan vitamin, terutama vitamin BIZ, beta carotene, mineral, dan asam gamma l inolenat. Selanjutnya A1len (2000) dan Richmond (1 987), mengatakan bahwa Spirulina mengandung 65
-
72% protein, 9 macam asam amino essensial, beta
caroten, chlomphyl, GLA, glycogen, rhamnosa, asam lemak essensial, vitaminvitamin dalam konsentrasi seimbang, vitamin BI2, lebih dari 14 macam mineral termasuk Fe dan Mg, lebih dari 2.000 enzym-enzym aktifl cholesterol dan tepung (sangat rendah sodium dan kalori, tetapi tinggi energi). Kelly (2000) mengatakan, bahwa produksi Spirulina
berupa makanan
kesehatan kaya akan konsentrasi tinggi vitamin-vitamin, mineral-mineral dan asamasam amino, juga sejumlah enzym dan asam-asam lemak essensial. Dalam tahun 1979, peneliti Rusia telah mempublikasikan pengaruh stimulasi irnmun pada kelinci
dari lypopolysaccharida yang terkandung dalam Spirulina . Selanjutnya Richmond (1 987) mengatakan, bahwa Spirulina mengandung asam-asam lemak yaitu asam
palmitat, asam palmitoleat, asam stearat, asarn oleat, asam linoleat dan asam qlinolenat. Mikroalga Spirulina dapat dikonsumsi langsung oleh manusia karena tidak beracun dan mikroalga ini juga telah banyak diusulkan sebagai sumber Protein Sel Tunggal karena kandungan proteinnya yang tinggi antara 50 - 74% berat kering (Ciferri 1983). Baojiang (1994) dari penelitiannya pada tikus mengatakan bahwa polysaccharida Spirulina dapat memperbaiki hngsi immunitas seluler nonspesifik dan fungsi humoral spesifik. Mekanisme ini kelihatannya berhubungan dengan kenyataan bahwa polysaccharida dapat mempertinggi kemampuan reproduksi dari "marrowcyte", pertumbuhan thymus dan limpa, biosynthesis serum protein, dan bahwa polysaccharida dapat mengurangi pengaruh harnbatan dari "inhibitive circular phosphamide" dalam sistem irnrnun tubuh. Menurut Belay dan Ota (1993), bahwa Spirulina dapat mempertinggi sistem immun, menurunkan toksisitas dari logam-
logam berat dan mempertinggi kekebalan terhadap keracunan, serta memproteksi radiasi. Menurut Sakai (1 998), bahwa komponen karbohidrat dan asam nukleat yang terdapat pada dinding sel bakteri gram-negatif bisa dipakai sebagai immunostimulan, apabila dicampur ke dalam pakan akan memberikan respon kekebalan. Dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa Spirulina juga berpotensi dalam meningkatkan
.
sistem kekebalan tubuh beberapa jenis hewan seperti: ayam, tikus, kelinci, kucing, termasuk ikan (Henrikson 2000; Duncan dan Klesius 1996; Sakai 1998). Besednova (1979) dari hasil penelitiannya pada kelinci mengatakan, bahwa sel-sel alga biru-hijau dan isolasi lipopolysaccharida (LPS) dari sel-selnya menunjukkan aktivitas immunostimulan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya stimulasi produksi antibodi makro dan mikroglobulin, dimana kelinci yang sebelumnya diinduksi dengan isolasi LPS dari alga biru-hijau dalam waktu 24-48 jam menunjukkan kenailcan secara significant macrophage dan microphage. Anderson (1 992) juga mengatakan, bahwa LPS yang diekstrak dari bakteri gram-negatif dapat
dipakai sebagai imunostimulan. LPS akan sangat potensial apabila diberikan dengan dosis yang sangat rendah. Duncan dan Klesius (1 996) telah mengevaluasi pengaruh Spirulina terhadap peningkatan respon kekebalan tubuh ikan Channel Catfish (Ictaluruspunctatus). Dari hasil pengamatannya diketahui bahwa pemberian 2,7% Spirulina dalam pakan dapat meningkatkan aktivitas limfosit dan makrophag ikan uji. Sejumlah studi menunjukkan bahwa Spirulina atau ekstrak Spirulina dapat menghambat atau menginhibisi kanker pada manusia dan hewan. Penelitian tentang pakan menunjukkan bahwa Spirulina dapat membangun sistem kekebalan humoral dan seluler. Spirulina mempercepat produksi dari sistem kekebalan humoral, (antibodi dan cytokin), juga menghambat proteksi sekeliling invasi kuman. Sistem kekebalan seluler termasuk didalamnya sel-T, makrophag, selB dan sel-sel Natural Killer anti-kanker. Sel-sel ini bersirkulasi dalam darah dan
adalah sangat kaya pada organ-organ tubuh seperti hati, ginjal, thymus, lymphonodus,
adenoid-adenoid, tonsil-tonsil dan sumsum tulang belakang. Spirulina meregulasi kembali sel-sel dan organ-organ kunci ini, meningkatkan kemarnpuannya untuk fungsi dari stres akibat toksin-toksin yang terdapat dalam lingkungan hidupnya dan dari agen-agen penginfeksi (Evets 1998). Menurut Kozlenko dan Henson (1 998), bahwa Spirulina merupakan obat kuat yang mempunyai kekuatan yang sangat tinggi untuk sistem kekebalan. Studi para ahli pada tikus, tupai, ayam, kalkun, kucing dan ikan, menemukan bahwa Spirulina konsisten dalam memperbaiki hngsi sistem kekebalan. Pam ahli kedokteran menemukan bahwa Spirulina tidak hanya menstimulasi sistem kekebalan, namun dalam kenyataannya dapat mempertinggi kemampuan tubuh untuk membentuk sel-sel darah baru. Qureshi et al., (1995) dari penelitian terhadap ayam Leghorn Gallus gallus yang diberi pakan 10 gr Spirulinal L, menunjukkan bahwa dosis rendah Spirulina dapat menaikkan hngsi sel-T dan thymus. Penelitian pada tikus yang diberi tambahan ekstrak Spirulina dalam pakannya, terbukti dapat meningkatkan fungsi makrophage, produksi antibodi dan sel T dalam menghadapi paparan infeksi. Pada penelitian lain, Qureshi et a]., (in press) menemukan, bahwa pemberian Spirulina secam in vitm pada ayam, menaikkan jumlah makrophag. Bakteri Aeromonas hydrophila Salah satu jenis bakteri yang bersifat patogen yang menyerang ikan di perairan tawar diantaranya adalah Aeromonas hydrophila dan menginfeksi pada semua fase kehidupan (Cipriano et al. 1984; Kabata 1985 dan Eidman dkk. 198I),
yang dapat menyebabkan septisemia hemoragik atau bercak merah pada ikan. Aeromonas hydrophila dapat ditemukan di semua perairan alam. Bakteri ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Selanjutnya Snieszko (1 978) menyatakan, bahwa habitat normal bakteri Aeromonas hydrophila adalah air tawar, terutarna yang mengand~ngbahan organik. Aeromonas hydrophila merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek hampir kokobasil dengan ukuran lebar berkisar antara 0,7 - 0,8 pm dan ukuran panjang berkisar antara 1,O -13 p. Bersifat motil dengan satu flagela polar yang terletak pada bagian ujung dan dapat berkembang biak dengan baik pada medium Tryptic Soy Agar (TSA) pada suhu kamar (20 - 30 OC). Ada juga bakteri ini yang berbentuk batang tunggal, kadang-kadang berpasangan, berbentuk rantai atau filamen yang panjangnya mencapai 8 pm. Bersifat cytochrom oksidase positif dan fermentatif; fakultatif aerob. Habitat bakteri ini adalah di air (Kabata 1985). Noterdaeme et al., (1991) menemukan, bahwa dari 25 strain A. hydrophila yang diisolasi dari ikan-ikan air tawar dan dari air tawar ditemukan bahwa 10 strain tidak memiliki plasmid, 11 strain memiliki satu plasmid dan 4 strain mengandung dua atau tiga plasmid. Popoff (I 984), menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila dapat turnbuh cepat dalam media buatan (agar nutrien) dengan suhu optimum untuk perturnbuhannya adalah 28 OC. Koloni Aeromonas hydrophila yang tumbuh pada agar nutrien terlihat halus perrnukaannya dengan bagian tepi koloni rata Koloni tersebut berwarna jemih dan putih kekuningan.
Bakteri ini dapat mengakibatkan tejadinya kerusakan tubuh yang terlihat dari luar, berupa borok pada kulit yang menembus ke daerah daging dan perubahan yang serius pada garnbaran damh, seperti perubahan pada kandungan haemoglobin, jumlah erythrocyt dan leucocyt (Supriyadi dan Widagdo 1986). Kasus pada destruksi jaringan hematopoietik dan inhibisi phagocytosis ditemukan pada air yang mengandung endotoksin leukocytolitic yang diproduksi oleh Aeromonas salmonicida (Bendele et al. 1987). Stevenson dan Allen dalam Munro (1982) mengatakan, bahwa bakteri Aeromonas hydrophila menghasilkan enzim-enzim dan racun-racun enterotoksin yang menyebabkan haemolisis serta dapat mengakibatkan kerusakan pada sel dan jaringan. Menurut Supriyadi (1983) ikan-ikan yang terinfeksi penyakit ini warna tubuhnya akan menjadi gelap, kulit kasat dan timbul perdarahan, bernafas megapmegap di permukaan air, berenang sangat lambat dan tejadi perdarahan pada alat-alat dalam seperti ginjal, limpa dan hati. Santoso (1994) selanjutnya mengatakan bahwa bakteri ini akan menyerang terutarna pada ikan-ikan yang mengalami stres. akibat perubahan lingkungan maupun setelah pengangkutan jauh dan biasanya menyerang dalam kurun waktu yang lama (kronis). Menurut Stevenson (1 988), bahwa strain Aeromonas hydrophila merupakan organisme patogen pada ikan yang dapat menyebabkan septisemia hemoragik dibawah kondisi ikan stres ataupun bersamaan dengan infeksi oleh patogen lain. Septisemia hemoragik merupakan penyakit sistemik yang dapat menyebabkan pembengkakan rongga perut dan perdarahan organ-organ tubuh. Pada beberapa
kasus, bahkan dapat menimbulkan kematian tanpa menimbulkan gejala-gejala pada bagian luar tubuhnya. Penyakit septisemia hemoragik ini dapat menyerang berbagai jenis ikan dalam segala umur dan ukuran, yang mungkin dapat masuk melalui insang, kulit ikan yang luka, mulut maupun saluran pencemaan (Trust 1986), yaitu melalui makanannya (Anderson 1974). Selanjutnya Suyanto (1 982) mengatakan, bahwa penyakit septisemia hemoragik menyerang atau merusak jaringan pembuat sel darah. Penyakit ini dapat ditularkan melalui air, ikan yang sakit maupun ikan sehat, serta vertebrata lain yang terinfeksi. Snieszko (1 974) mengatakan, bahwa gejala penyakit septisemia hemoragik dan patologinya dapat di bagi kedalam 4 kategori, yaitu :
-
Akut, dengan gejala septisemia y m g cepat dan ktal, tubuh ikan menjadi gemuk dan kasar. Organ dalam mengalami pembengkakan, usus sedikit hemoragik, penyakit dapat meluas dalam waktu satu atau dua hari
- Bentuk akut dengan oedem, terjadi lepuh yang berisi air, abses dan sisik berdiri. Pada bentuk oedem terjadi ascites dengan akumulasi eksudat furulen yang berwarna kuning jemih dalam abdomen; degenerasi hati, limpa, ginjal dan traktus intestinal. Exophtalamus seringkali terlihat pula pada bentuk ini dan abdomen bengkak.
- Bentuk kronis, ulcerosa dengan firunkulosis dan srbses. Beniuk ini ditandai dengan adanya sisik yang tipis dan mudah lepas disertai adanya eksudat. Pada sisik dapat te rjadi abses yang dapat berpenetrasi ke dalam otot. Jika abses ini dikuakkan akan tarnpak luka yang dalam dan
permukaannya kasar. Ikan yang sembuh seringkali meninggalkan luka parut yang berwama gelap. Bentuk laten, tidak terlihat gejala Pada bentuk ini ikan terinfeksi dan bakteri dapat diisolasi dari organ internal lumen usus, darah dan peritoneum, tapi tak ada tanda penyakit yang terlihat dari luar maupup ." dari dalarn. Biasanya ikan mengandung antibodi terhadap bakteri Aeromonas hydrophila.