7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pengeringan Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air
pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika kandungan air ini dikurangi, maka metabolisme bakteri terganggu dan akhirnya mati (Masyamsir, 2001). Pada kadar air rendah bakteri sudah tidak dapat aktif, bahkan sebagian mati, namun sporanya masih tetap hidup. Spora ini akan tumbuh dan aktif kembali jika kadar air meningkat. Oleh karena itu, ikan hampir selalu digarami sebelum dilakukan pengeringan. Kecepatan pengeringan ditentukan oleh faktorfaktor sebagai berikut (Masyamsir, 2001) : a. Kecepatan udara, makin cepat udara di atas ikan, makin cepat ikan menjadi kering. b. Suhu udara, makin tinggi suhu, makin cepat ikan menjadi kering. c. Kelembaban udara, makin lembab udara, makin lambat ikan menjadi kering. d. Ukuran dan tebal ikan, makin tebal ikan, makin lambat kering. Makin luas permukaan ikan, makin cepat ikan menjadi kering. e. Arah aliran udara terhadap ikan, makin kecil sudutnya, makin cepat ikan menjadi kering. f. Sifat ikan, ikan berlemak lebih sulit dikeringkan. Cara pengeringan terbagi dua golongan yaitu pengeringan alami dan buatan. Pada pengeringan alami, ikan dijemur di atas rak-rak yang dipasang agak miring (+15°) ke arah datangnya angin, dan diletakkan di bawah sinar matahari tempat angin bebas bertiup Lamanya penjemuran 8 jam/hari selama 3 hari di daerah
8
dengan intensitas sinar matahari tinggi. Pekerjaan penjemuran harus disertai pembalikkan 2-3 kali setiap hari. Untuk mengukur tingkat kekeringan ikan, dengan cara menekan tubuh ikan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan. Pada ikan kering tekanan jari tidak akan menimbulkan bekas. Cara lain dengan melipat tubuh ikan. Ikan kering tidak akan patah jika tubuhnya dilipatkan (Masyamsir, 2001). Pengeringan buatan dilakukan secara mekanis. Keuntungan pengeringan secara mekanis antara lain suhu, kelembaban dan kecepatan angin dapat diatur. Selain itu sanitasi dan higiene lebih mudah dikendalikan. Namun cara ini belum memasyarakat sebab biaya alat mekanis relatif lebih mahal jika dibandingkan pengeringan alami (Masyamsir, 2001). Alat pengering mekanis antara lain: oven, alat pengering berbentuk kotak (cabinet-type dryer), alat pengering berbentuk lorong (tunnel dryer), alat pengering bersuhu rendah (cold dryer), alat pengering dengan sinar infra merah, alat pengering beku hampa (vacuum freeze drying). 2.1.1 Pengeringan Alami Menurut Budiman (2004), pengeringan alami adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan media angin dan sinar matahari. Dalam pengeringan alami, ikan dijemur diatas rak-rak yang dipasang miring (±15º) kearah datangnya angin dan diletakkan ditempat terbuka supaya terkena sinar matahari dan hembusan angin secara langsung. Keunggulan pengeringan alami adalah proses sangat sederhana, murah dan tidak memerlukan peralatan khusus sehingga gampang dilakukan oleh semua orang.
9
2.1.2 Pengeringan Mekanis Karena banyaknya kesulitan yang didapat pada proses pengeringan alami terutama pada saat musim penghujan, maka manusia mencoba membuat alat baru untuk menghasilkan produk yang lebih baik dengan cara yang lebih efisien. Pada pengeringan mekanis, ikan disusun diatas rak-rak penyimpanan didalam ruangan tertutup yang dilengkapi dengan beberapa lubang ventilasi. Kedalam ruangan tersebut, ditiupkan hawa panas yang dihasilkan dari elemen pemanas listrik. Hawa panas ditiupkan dengan sebuah kipas angin atau blower supaya mengalir ke arah rak-rak ikan. angin yang membawa uap air dari tubuh ikan akan keluar dari lubanglubang ventilasi. Pengeringan mekanis memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Budiman, 2004) : a) Ketinggian suhu, kelembaban dan kecepatan udara mudah diatur. b) Sanitasi dan higiene lebih mudah dikendalikan. c) Tidak memerlukan tempat yang luas. d) Waktu pengeringan menjadi lebih teratur (tidak terpengaruh oleh adanya musim hujan). Perbandingan keunggulan dan kekurangan dari kedua alat ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
10
Tabel 2. Perbandingan Kajian Pustaka
No
Alat Pengeringan
Keunggulan
Kekurangan
1
Pengeringan Alami
Proses sangat sederhana, murah dan tidak memerlukan peralatan khusus.
2
Pengeringan Mekanis
Proses pengeringan di tempat yang tertutup. Sanitasi dan higiene lebih mudah dikendalikan. Tidak memerlukan tempat yang luas
Proses Pengeringan akan sangat lambat bila terjadi hujan. Karena pengeringan berjalan lambat maka terjadi pembusukan. Mudahnya debu masuk dalam ikan tersebut. Bahan dan alat relatif lebih mahal jika dibandingkan pengeringan alami.
Sumber : Perbandingan Kajian Pustaka
2.2
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pengeringan
2.2.1 Faktor-faktor dalam Proses Pengeringan Menurut Supriyono (2003) prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian yaitu (1) panas harus diberikan pada bahan, dan (2) air harus dikeluarkan dari bahan. Dua fenomena ini menyangkut pindah panas ke dalam dan pindah massa ke luar. Pindah massa adalah pemindahan air keluar dari bahan pangan. Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimum, oleh karena itu semua usaha dibuat untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa. Perpindahan panas dalam proses pengeringan dapat terjadi melalui dua cara yaitu pengeringan langsung dan pengeringan
tidak langsung. Pengeringan
11
langsung yaitu
sumber panas berhubungan dengan bahan
yang dikeringkan,
sedangkan pengeringan tidak langsung yaitu panas dari sumber panas dilewatkan melalui permukaan benda padat
(conventer) dan konventer tersebut yang
berhubungan dengan bahan pangan. Setelah panas sampai ke bahan pangan maka air dari sel-sel bahan pangan akan bergerak ke permukaan bahan kemudian keluar. Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai berikut (Supriyono, 2003) : 1. Air bergerak melalui tekanan kapiler. 2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian bahan. 3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisanlapisan permukaan komponen padatan dari bahan. 4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan tersebut adalah (Supriyono, 2003) : a. Luas Permukaan Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau diirisiris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena: (1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas
permukaan
bahan
dan
permukaan
yang
luas
dapat
berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar, (2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana
12
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut. (Supriyono, 2003). b. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. c. Kecepatan Aliran Udara Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan. d. Tekanan Udara Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat
13
lebih banyak tertampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab,
sehingga
kemampuan
menampung
uap
air
terbatas
dan
menghambat proses atau laju pengeringan.
2.2.2 Langkah-Langkah Pengeringan Ikan Menurut Masyamsir (2001), langkah kerja pengeringan ikan adalah sebagai berikut : a. Aturlah ikan yang telah siap dikeringkan di atas rak para-para. b. Letakkan bagian tubuh ikan yang dibelah menghadap ke atas agar terkena sinar matahari. c. Letakkan bagian tubuh ikan yang dibelah menghadap ke atas agar terkena sinar matahari. d. Sore atau malam hari angkatlah ikan-ikan tersebut dari para-para untuk menghindari basah oleh air hujan, embun atau udara lembab. e. Tekanlah jari ke tubuh ikan, jika tidak meninggalkan bekas berarti ikan telah cukup kering. f. Agar mutu ikan asin lebih baik, maka gunakanlah oven. Susunlah ikan di dalam oven tersebut kemudian aturlah suhu oven 45-50°C.
2.3
Proses Perancangan Menurut Purnomo (2004), perancangan sistem produksi diawali dengan
merancang produk yang akan diproduksi. Merancang produk atau desain produk merupakan prasyarat untuk produksi. Hasil keputusan desain produk selanjutnya ditransmisikan ke operasi sebagai spesifikasi produksi, dan spesifikasi produksi
14
merumuskan karakteristik produk dan memungkinkan pelaksanaan produksi. Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Berbagai desain produk baru diciptakan karena orang percaya bahwa ada kebutuhan akan produk tersebut. Kemajuan teknologi berdampak pada desain-desain produk yang secara terusmenerus mengalami perkembangan pesat. Sebagian besar perusahaan secara kontinyu melakukan perubahan, perbaikan, dan pengembangan terhadap produkproduk lama yang telah using dan ketinggalan zaman yang tentu saja mempunyai kualitas lebih baik. Dalam hal ini dibutuhkan perancang produk yang mempunyai kepekaan ide-ide baru yang dapat terus dikembangkan. Peranan fungsi penelitian dan pengembangan dalam pengembangan produk baru sangat dibutuhkan. Penelitian memberikan dasar bagi pengembangan aplikasi-aplikasi inovatif dan menemukan cara-cara baru dalam memproduksi yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas. Meskipun demikian ide-ide inovatif tidak selamanya datang dari bagian penelitian dan pengembangan. Setiap orang dalam organisasi merupakan sumber ide-ide yang potensial. Untuk menggali dan memanfaatkan sumber ide, banyak perusahaan mencoba menghidupkan lingkungan yang kreatif bagi para karyawan. Para karyawan diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan kreatif dan mengembangkan pemikiran dan kemampuan teknis pada usaha-usaha organisasi dalam pengembangan produk. Adakalanya suatu produk dikembangkan atas dasar ide dari seseorang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan perusahaan. Perusahaan tersebut hanya membeli ide atau gagasan pengembangan produk dari suatu perusahaan atau lembaga pengembangan di luar perusahaan sepanjang ide – ide tersebut dapat direalisasikan dan dipasarkan.
15
Tiga hal yang perlu diperhatikan sebagai pendekatan dalam merancang produk adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004) : 1. Menarik pasar. Produk ditentukan oleh pasar dengan sedikit perhatian terhadap keberadaan teknologi dan proses operasi. Jenis – jenis produk yang akan diproduksi ditentukan melalui riset pasar atau umpan balik pelanggan. 2. Mendorong teknologi. Produk diperoleh dari teknologi produksi dengan sedikit perhatian terhadap pasar. Penggunaan teknologi sangat dominan. Melalui penelitian dan pengembangan serta operasi yang agresif, diciptakan produk yang memiliki keunggulan dan keuntungan alami dalam pasar. 3. Antar fungsional. Proses pengembangan produk tidak dilakukan dengan menarik pasar atau mendorong teknologi, melainkan ditentukan oleh usaha antar fungsi yang terkoordinasi, baik itu fungsi pemasaran, operasi, teknik, dan fungsi lainnya.
2.3.1 Proses Perancangan Produk Pokok-pokok dalam proses perancangan produk dapat dijelaskan sebagai berikut. Konsep perancangan (rancangan pendahuluan) merupakan tahap awal dari proses produksi yang berkaitan dengan pengembangan ide-ide. Ide-ide dapat dikembangkan dari pasar atau teknologi. Hanya saja tidak semua ide-ide tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu produk baru. Ide-ide untuk mengembangkan suatu produk dapat dikembangkan bila memenuhi beberapa pengujian atau analisis, antara lain potensi pasar, kelayakan dari segi keuangan dan kesesuaian operasi. Tujuan melakukan analisis adalah untuk mengidentifikasi ide terbaik. Jika konsep perancangan disetujui selanjutnya dilakukan perancangan sebuah prototype yang
16
kemudian dilanjutkan pembuatan prototipe dan proses pengembangannya. Prototipe merupakan bentuk tiruan yang menyerupai produk akhir. Pembuatan prototipe yang telah dibuat kemudian dilakukan pengujian (Purnomo, 2004).
Design Concept Product Engineering
Prototype Design
Prototype Build
Process Development
Preliminary Design Review & Release
Manufacturing Engineering
Pre Production Build
Tool Design & Build
Design Review & Release
Production unit
Gambar 2. Hubungan perancangan manufaktur Sumber : Purnomo, 2004
Production
17
Untuk mengesahkan penampilan (performance) pemasaran dan teknis dilakukan pengujian. Salah satu cara untuk menilai penampilan pasar adalah membuat sejumlah prototipe yang cukup untuk mendukung uji pasar dari produk tersebut. Maksud dari pengujian pasar adalah untuk mengumpulkan data kuantitaif dari tanggapan pelanggan mengenai produk tersebut. Prototipe juga diuji untuk mengetahui penampilan teknis produk yang bersangkutan. Sebagai akibat pengujian prototipe ini sering terjadi perubahan-perubahan/ rekayasa. Jika pengujian/ tinjauan awal terhadap prototipe telah memenuhi syarat, tahap selanjutnya melakukan produksi awal dan perancangan alat termasuk penginstalan peralatan tersebut. Pada tahap ini, sesuai dengan hasil pengujian prototipe, perubahan-perubahan tertentu dapat digabungkan menjadi rancangan akhir. Jika terdapat perubahan produk dapat diuji lebih lanjut untuk memastikan penampilan produk akhir. Setelah semua memenuhi syarat, maka perancangan dapat diluncurkan ke bagian produksi. Yang perlu diingat bahea bagian penelitian dan pengembangan sebaiknya tidak hanya mengembangkan spesifikasi desain untuk operasi. Suatu paket informasi perlu dikembangkan untuk memastikan bahwa produk memungkinkan untuk diproduksi. Isi dari paket informasi ini, antara lain mengenai teknologi, data pengendalian kualitas, tata cara pengujian penampilan produk, dan sebagainya (Purnomo, 2004). Kegiatan perancangan produk merupakan pekerjaan yang cukup sulit, karena adanya kendala-kendala. Kendala-kendala tersebut antara lain sebagai berikut (Purnomo, 2004) : 1. Ide-ide yang muncul dalam perancangan produk sangat kurang. 2. Persaingan pasar yang sangat ketat, menuntut produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas dan bernilai jual tinggi.
18
3. Adanya perlindungan terhadap konsumen, baik dari lembaga pemerintah maupun dari masyarakat. Konsumen harus dilindungi dari keamanan pemakaian produk dan akibat dari proses produksi. 4. Biaya dalam perancangan produk sangat besar, karena produk baru merupakan hasil dari sejumlah besar gagasan yang ada.
2.4
Pendekatan Rancang Bangun Menurut Alwi (2006), ikan dikenal sebagai bahan makanan
cepat dan mudah membusuk. Proses pengeringan
yang sangat
ikan bertujuan untuk
menurunkan kadar air sampai pada suatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu mutu ikan sehingga masih dapat dimanfaatkan dalam keadaan baik dan layak. Pengeringan yang biasa dilakukan di Indonesia dengan penjemuran langsung di bawah Penjemuran
sebagian besar dilakukan
sinar matahari
(cara tradisional).
ikan memerlukan waktu yang sansat bervariasi, tergantung pada
kondisi cuaca. Pada saat cuaca cerah. penjemuran ikan memakan waktu ± 3 hari dan membutuhkan proses pembalikan 4-5 kali. Apabila ketika ikan sedang dijemur tiba-tiba turun hujan, ikan diangkat dan dimasukkan kedalam tumpukan garam. sebaliknya, bila cuaca terlalu
panas, pengeringan berlangsung terlalu cepat
sehingga dapat terjadi case hardening yaitu permukaan daging ikan mengeras. Masalah lain yang sering dihadapi dalam pengering ikan adalah gangguan lalat. Karena pengeringan dilakukan di tempat terbuka, maka banyak lalat yang hinggap pada ikan. Lalat - lalat tersebut akan bertelur pada ikan yang masih basah. Dalam waktu 24 jam. telur lalat akan menetas menjadi larva berwujud ulat yang tumbuh dan makan daging, serta meninggalkan kotoran berbau busuk. lalat dapat dikurangi dengan membuat asap disekitar tempat sarang lalat (Alwi, 2006).
19
2.5
Alternatif Desain Sebelum menentukan bentuk disain yang sesuai kriteria yang diinginkan
adapun dua alternatif desain (Alwi, 2006) : 2.5.1 Cabinet – Type Dryer (alat pengering berbentuk kotak) Alat pengering berbentuk kotak dibuat dengan sistem pemasukan udara dari bagian bawah dan pengeluaran uap di bagian atas. Udara panas dialirkan masuk ke dalam cabinet dari bawah ke atas melalui ikan – ikan yang dikeringkan, dan akhirnya dikeluarkan dari pengering melalui celah di bagian atas. Ikan disusun di dalam pengering dengan cara : diletakan di atas rak – rak. Uap air yang keluar dari ikan mengalir bersarma udara ke atas melalui pintu pengeluaran. Kelembaban di dalam dryer dapat diatur dengan mengatur celah pada pintu ini. Bagian atap dibuat agak miring agar embun yang terbentuk tidak menetesi ikan, melainkan mengalir ke bawah melalui
dinding. Udara panas
dihasilkan dengan menggunakan (Alwi, 2006) : a. Tungku pemanas (burner) dengan bahan bakar kayu, minyak tanah dan lain – lainnya yang dipasang di luar ruangan. Untuk mencegah asap, jelaga, dan hasil pembakaran lain masuk ke dalam ruangan, dipasang filter dari logam. Udara yang panas dapat dibiarkan mengalir sendiri atau dialirkan dengan bantuan kipas. b. Alat pemanas listrik atau pipa – pipa berisi uap panas mengalir yang dipasang di dalam ruangan.
2.5.2 Tunnel Dryer (alat pengering berbentuk lorong) Tunnel Dryer berupa ruangan yang mirip dengan lorong atau terowongan. Ke dalam ruangan itu, ikan basah dimasukkan melalui satu pintu, dan ikan yang sudah
20
kering keluar dari pintu yang lain. Sistem pemanasan dan sirkulasi udara sama dengan pada cabinet dryer. Ada dua macam tunnel dryer, yaitu (Alwi, 2006) : a. Tunnel dryer dengan menggunakan kereta – kereta (trolley). Ikan diatur di atas kereta - kereta, kemudian dimasukkan ke dalam dryer satu per satu. Ikan yang sudah kering keluar dan ikan yang masih basah dimasukkan dengan menggeser kereta di depannya. Gerakan kereta berlawanan dengan arah tiupan udara. b. Tunnel Dryer dengan menggunakan ban berjalan (conveyor). Beberapa conveyor dipasang paralel, ikan masuk melalui pintu masuk atas, dibawa oleh conveyor menuju celah pengeluaran di bawah. Dalam perancangan telah diperhitungkan berapa waktu yang diperlukan untuk berjalan di sepanjang conveyor, sehingga pada waktu keluar melalui celah pengeluaran, ikan sudah kering.
2.6
Kriteria Perencanaan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem pengering tenaga surya
dengan memanfaatkan prinsip konversi photothermal merupakan cara pengeringan yang paling sesuai untuk
iklim indonesia. Dengan sistem ini diharapkan pada
proses pengeringan ikan, kerugian – kerugian yang tidak perlu dapat ditekan seminimal mungkin. Perencanaan system pemanas udara tenaga surya untuk pengeringan ikan ini mengacu pada pertimbangan faktor - faktor berikut (Alwi, 2006) : a. Menggunakan sistem yang sederhana mungkin (tepat guna). b. Dapat dikerjakan dengan teknologi sederhana. c. Menggunakan material – material yang mudah didapat.
21
d. Mudah dioperasikan. e. Biaya pengoperasian yang murah. f. Perawatan mudah dan murah. Dengan memenuhi persyaratan/ kriteria di atas diharapkan sistem pengering ini akan mudah dikembangkan dan dapat dipergunakan oleh masyarakat.
2.6.1 Disain Fungsional Sistem pemanas udara tenaga surya untuk pengeringan ikan ini terdiri atas tiga unit fungsional, yaitu (Alwi, 2006) : 1. Kolektor Surya Plat Datar Kolektor surya berfungsi untuk mengumpulkan energi radiasi matahari dan mengubahnya menjadi energi panas. Energi panas yang didapat kemudian dipindahkan ke fluida kerja, dalam hal ini udara. Konstruksi dari kolektor surya plat datar yang digunakan terdiri dari : a. Plat penyerap, berfungsi untuk menyerap energi radiasi yang diteruskan oleh penutup transparan. Bahan plat yang digunakan adalah aluminium. Permukaan plat dicat hitam buram untuk meningkatkan kemampuan serapnya. b. Saluran alir (flow passage), sebagai tempat jalannya fluida kerja dalam kolektor. Dimana fluida kerjanya adalah udara sehingga saluran air berupa suatu ruang diantara plat penyerap dan insulator. c. Penutup transparan, terbuat dari kaca yang dapat meneruskan sebagian besar energi radiasi. Fungsinya adalah untuk mengurangi kehilangan panas konveksi dan radiasi ke sekeliling.
22
d. Insulator, yaitu alat penyekat terbuat dari bahn glass wool yang memiliki sifat konduktivitas rendah. Sesuai dengan namanya, fungsinya sebagai penyekat untuk meminimalkan kehilangan panas pada bagian bawah kolektor. e. Kerangka atau kotak penyangga, sebagai tempat atau wadah kolektor. 2. Ducting dan Turbine Ventilator Saluran udara yang digunakan adalah jenis saluran segiempat (rectangular duct) dan fan atau turbine ventilator digunakan untuk menarik udara panas melewati ruang pengering. Karena pada sistem pemanas udara tenaga surya ini temperatur fluida kerja lebih tinggi daripada temperatur lingkungan, maka pada semua komponen sistem akan terjadi kehilangan panas. Dengan melihat kondisi operasi masing - masing komponen, maka kehilangan panas akan terjadi pada saluran dimana fluida kerja mengalir. Berdasarkan fenomena di atas, untuk mengurangi kehilangan panas, saluran diisolasi pada bagian luarnya dengan bahan yang konduktivitas termalnya rendah, untuk ini digunakan busa. Untuk menarik udara keluar dari ruang pengering digunakan fun atau turbine ventilator. 3. Ruang Pengering Udara panas yang keluar dari kolektor masuk ke dalam ruang pengering dimana terdapat ikan yang akan dikeringkan. Ikan diletakkan dalam penjepit yang digantung, posisi ikan berdiri dan kepala ikan terletak diatas. Penjepit yang digunakan terbuat dari bambu hal ini dilakukan untuk
23
menghindari ikan lengket pada penjepit sehingga merusak kualitas ikan kering yang dihasilkan.
2.6.2 Cara Kerja Mesin Pengering Ikan Menurut Alwi (2006), sistem pengering yang digunakan adalah sistem pengering tenaga surya pemanasan tidak langsung dengan sirkulasi paksa-siklus terbuka (solar dryer indirect system with forced ventilation open circuit). Pada sistem ini energy radiasi surya terlebih dahulu digunakan untuk memanaskan plat penyerap kolektor. Jadi, disini kolektor bertindak sebagai perangkat pemindah panas (heat exchanger) yang akan memanaskan udara kerja sehingga mencapai suhu 70ºC. Dengan bantuan tarikan fan atau turbine ventilator, udara yang telah menjadi panas tersebut kemudian dialirkan secara paksa melalui ducting ke bagian ruang pengering sehingga menguapkan kandungan air ikan yang dijepit. Udara yang digunakan kemudian dibuang keluar secara paksa melalui fan atau turbine ventilator. Demikian proses ini berkelanjutan hingga dicapai kadar air ikan yang diinginkan.
2.7
Brainstorming Menurut Wright (2005), salah satu teknik yang paling populer dalam
memecahkan masalah secara berkelompok adalah melalui brainstorming. Pada dasarnya, sesi brainstorming ini dapat berupa 6 hingga 12 orang yang secara spontan mengemukakan semua ide atau gagasanya untuk membantu memecahkan masalah. Dalam sesi ini, seluruh ide termasuk ide-ide yang nampaknya mustahil diterapkan. Berbagai upaya perlu terus dilakukan untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide. Para peserta diminta berani mengkombinasikan atau memperbaiki ide-
24
ide peserta lain. Selama sesi ini kita tidak diperkenankan melakukan penilaian dan evaluasi ide. Teknik brainstorming juga dapat digunakan secara individu. Seseorang dapat mengikuti aturan yang sama dengan aturan-aturan yang diterapkan pada sesi kelompok,
yaitu
: mengkombinasikan
ide, menunda
tahap
evaluasi,
dan
menekankan pencapaian ide sebanyak mungkin. Sesi brainstorming individual ini memerlukan waktu hanya beberapa menit. Sekali lagi, ide-ide tersebut kemudian dirangkum dan dievaluasi pada suatu saat nanti.
2.8
Focus Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD) menurut Darmanto (2008), merupakan sebuah
teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif. Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data dari suatu kelompok masyarakat berdasarkan hasil diskusi yang terfokus pada suatu permasalahan tertentu. FGD dipakai untuk tujuan menghimpun data sebanyak-banyaknya dari peserta. Hanya saja kalau metode lain diperoleh data dari informan/ responden yang bersifat individu, sedangkan informasi yang diperoleh dari FGD merupakan informasi, sikap, pendapat, dan keputusan kelompok. Dengan demikian kebenaran informasi bukan lagi kebenaran perorangan (subyektif), tetapi menjadi kebenaran intersubyektif. Karena selama diskusi berlangsung masing-masing orang/ peserta tidak saja memperhatikan pendapatnya sendiri, namun ia juga mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh peserta FGD lainnya. Hasil diskusi dipengaruhi oleh wakil masyarakat yang menjadi peserta diskusi. Agar hasil diskusi dapat mencerminkan kondisi masyarakat yang ada berkaitan dengan topik diskusi, maka peserta diskusi diharapkan dapat mewakili komunitas
25
dan keragaman umur yang ada serta memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang topik yang didiskusikan. Pelaksanaan diskusi dipimpin oleh seorang pimpinan diskusi/ moderator dan dibantu oleh notulis yang akan mencatat jalannya diskusi. Peserta dihadapkan pada satu fokus persoalan yang sedang dihadapi dan dibahas bersama. Sasaran fokus diskusi dapat dirumuskan oleh pemimpin diskusi agar peserta dapat melakukan diskusi secara terfokus. Dan pada saat diskusi berlangsung, pemimpin diskusi selain menjadi katalisator, ia juga menjaga agar dinamika diskusi berjalan dengan lancar.