BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR AMPUTASI
1. Pengertian amputasi Amputasi adalah tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas, atau dengan kata lain suatu tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh. (Suratun.dkk. 2008). Amputasi adalah tindakan pemisahan organ ekstrimitas yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. (Henry. 2009) Amputasi adalah pembedahan yang melibatkan pemotongan sebagian atau seluruh anggota badan karena trauma, tumor, penyakit, atau indikasi medis lain. Agar mempermudah dan penggunaan prostesis. (T.M. Mmarrelli. 2006)
2 Etiologi Indikasi utama bedah amputasi adalah karena : 1.
Iskemia Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua, seperti klien dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.
2.
Trauma amputasi Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal injury seperti (terbakar) , infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets deases dan kelainan congenital.
3.
Gas ganggren Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan gas dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob, yang diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.
4.
Osteomielitis Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan lumpuh) dan bias juga terjadi assending infection.
5.
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
6.
Keganasan Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif. (Brunner & suddart. 2001)
3. Patofisiologi Terjadinya
trauma
pada
ekstrimitas
karena
kecelakaan
yang
mengakibatkan kerusakan atau patahan. ( Patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka ), Serta penanganan yang salah karena kurangnya pengetahuan dan informasi, trauma akan lebih parah hingga terjadi nekrosis pada jaringan hingga menimbulkan gas ganggren, Dari sinilah akan dilakukan amputasi memutus kontinuitas tulang, otot dan saraf, kehilangan organ yang mempengaruhi citra diri. (Brunner & suddart.2001). Luka pasca amputasi yang memungkinkan bisa terkena bakteri dan dapat mengakibatkan infeksi pada luka, Proses infeksi pada luka pasca
amputasi menimbulkan ketidak nyamanan pada penderita karena luka mengeluarkan pus yang dapat menekan saraf dan terjadi rasa nyeri. Pasca amputasi yang memotong tulang dan otot secara otomatis saraf juga terputus dan ujung saraf merangsang hipotalamus yang mengakibatkan gangguan mobilitas fisik pada penderita. (Phillips & Grace. 1996) 4. Gambaran klinis Kehilangan anggota gerak pada (ektremitas atas atau bawah), menimbulkan rasa nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang dekat dengan permukaan. Edema apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengan keronitis. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom) Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit) Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan. Wilkinson, (Judith.M. 2006).
5. Pathway Kecelakaan lalu lintas Fraktur Defisit pengetahuan
Penanganan yang salah
Informasi
Nekrosis jaringan Gas ganggren
terputusnya kontinuitas tlg otot saraf hilang organ gangguan citra diri
amputasi
luka pasca amputasi invasi bakteri inflamasi
saraf terputus
vasokontriksi dilatasi
ujung saraf
makrofag, leukosit
merangsang hipotalamus persepsi nyeri gangguan mobilitas fisik
infeksi kalor, rubor, dolor
menempel pada jaringan luka pus
menekan saraf
Nyeri
B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana atau selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin merupakan tindakan darurat. a. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, riwayat medis lainnya. b.
Integumen , Kulit secara umum, Lokasi amputasi Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi. Lokasi amputasi mungkin mengalami peradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan lokasi amputasi, terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
c.
Sistem Cardiovaskuler, Pembuluh darah. Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai
salah
satu
indikator
fungsi
jantung.Mengkaji
kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
d. Sistem respirasi, Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas e. Sistem urin Mengkaji jumlah urine 24 jam. Menkaji adanya perubahan warna, banyak jumlah urine. f. Cairan dan elektrolit, Mengkaji tingkat hidrasi. Memonitor intake dan output cairan. g. Sistem neurologis, Mengkaji tingkat kesadaran klien.Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorikdan sensorikdaerah yang akan diamputasi. h. Sistem muskulus keletal, Mengkaji kemampuan otot kontralateral. i. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkat persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas. Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif. Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. ( Engram, Barbara.1999 )
2. Diagnosa keperawatan Menurut Linda jual,( 2010), Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul antara lain : 1) Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif. 2) Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi. 3) Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi. 4) Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi. 5) Resiko tinggi terhadap komplikasi Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi. 3. Perencanaan 1) Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif. Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria hasil : Evaluasi Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.Mengungkapkan pemahaman tentang operasi. a. Berikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral. Rasional : Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya. b. Terangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya. Rasional : Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien. c. atur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien. Rasional : Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat. 2) Berduka yang
antisipasi (anticipated griefing) berhubungan
dengan kehilangan akibat amputasi. Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
Kriteria hasil mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru. a. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup. Rasional : Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental. b. Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan amputasi. Rasional : Membantu klien dalam penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi. c. Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah. Rasional : Meningkatkan dukungan mental. d. Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi. Rasional : Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri
3.
Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi Karakteristik penentu. Tujuan : nyeri hilang atau berkuranng. Kriteria hasil : Menyatakan nyeri hilang. Ekspresi wajah rileks. a. Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri. Contoh kesemutan. Rasional
:
Membantu
dalam
evaluasi
kebutuhan
dan
keefektifan intervensi. b. Evaluasi nyeri, berasal dari sensasi dari luka insisi. Rasional : Sensasi dari luka insisi memerlukan waktu yang lama untuk sembuh. c. Berikan tindakan kenyamanan ( contoh ubah posisi sering, pijatan punggung) dan aktifitas terapeutik, dorong penggunaan tehnik menejemen stres (contoh latihan nafas dalam,visualisasi pedom khayalan) dan sentuhan terapeutik. Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan kemampuan koping dan dapat menurunkan terjadinya nyeri d. Beri analgesik ( kolaboratif ). Rasional : Mengurangi rasa nyeri
4) Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi. Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru. Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan terhadap diri, Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup. a. Validasi masalah yang dialami klien. Rasional : Meninjau perkembangan klien. b. Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung. Rasionsl : Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh. c. menggunakan putung: Perawatan luka, Mandi, Menggunakan pakaian. Rasional : Adaptasi dengan keadaan perubahan citra tubuh. d. Berikan dukungan moral. Rasional : Meningkatkan status mental klien.
5.
Resiko
tinggi
terhadap
komplikasi
:
Infeksi,
hemorragi,
kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi Tujuan : Tidak terjadi komplikasi. Kriteria hasil : Tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak. a. Lakukan perawatan luka adekuat. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi. b. Tutup balutan dengan plastik bila menggunakan pispot. Rasional : Mencegah kontaminasi pada
amputasi tungkai
bawah c. Pantau Kondisi balutan tiap 4-8 jam. Rasional : Indikator adanya perdaraham masif d. Awasi tanda tanda vital. Rasional : Peningkatan suhu atau takikardi dapat menunjukkan terjadinya sepsis.
4. Implentasi Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mengatasi nyeri, mengatasi, kurang pengetahuan tentang proses penyakit (Lynda Juall C, 2006, Rencana Asuhan Keperawatan) 5) Evaluasi Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan
telah
dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinue, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : nyeri berkurang / hilang (Keliat Budi Anna, 2004, Proses Keperawatan).
C. KONSEP DASAR NYERI 1. Pengertian Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya
orang
yang
mengalaminya
yang
dapat
menjelaskan
dan
mengevaluasi perasaan tersebut. (Long,1996) 2. Fisiologi nyeri Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti.Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan tranmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus.Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin (2008). 3. Nosisepsi Nosisepsi merupakan proses fisiologis terkait dengan nyeri .ada 4 fase yakni a. Transduksi. Stimulus atau rangsangan yang membahayakan (mis., bahan kimia,
suhu),
memicu
pelepasan
mediator
biokimia
(mis.,
prostaglandin, bradikinin, histamin, substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor.
b. Tranmisi. Nyeri merambat dari serabut saraf perifer ke medula spinalis . tranmisi nyeri dari medula spinalis menuju batang otak dan talamus melalui spinothalamic tract (STT).sinyal diteruskan ke korteks sensorik somatik tempat nyeri diersepsikan .impuls yang ditranmisikan melalui STT mengaktifkan respon otonomi dan limbik. c. Persepsi. Individu mulai menyadari adanya nyeri d. Modulasi. (sistem desenden).Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, norepinefrin yang menghambat impuls asenden yang membahayakan di dorsal medula spinalis. 4. Pengalaman nyeri Dipengaruhi oleh: (1) arti nyeri bagi seseorang, (2) persepsi nyeri individu, (3) toleransi nyeri, (4) reaksi individu terhadap nyeri
5. Faktor yang mempengaruhi toleransi nyeri Tabel 2.1 Meningkat
Menurun
Alkohol
Capai atau kelelahan
Obat-obatan
Marah
Hipnosis
Kebosanan
Panas
Cemas
Gesekan atau garukan
Nyeri yang kronis
Pengalihan perhatian
Sakit atau penderitaan
Kepercayaan yang kuat
6. Jenis dan bentuk nyeri a. Jenis nyeri 1) Nyeri perifer. Nyeri ada 3 macam (1) nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa , (2) nyeri viseral, yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeridi rongga abdomen ,kranium, thoraks, (3) nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.
2) Nyeri sentral. Nyeri yang timbul akibat stimulasi pada medula spinalis, batang otak dan talamus 3) Nyeri psikogenik. Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya . nyeri ini timbul akibat fikiran si penderita sendiri. b. Bentuk nyeri 1) Nyeri akut. Nyeri biasanya berlangsung tidak lebih dari 6 bulan.awitan gejalanya mendadak,biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. 2) Nyeri kronis. Nyeri ini berlangsung lebih dari 6 bulan. sumber nyeri bisa diketahui atau tidak.nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya sudah tidak dapat disembuhkan
7. Skala nyeri Tabel 2.2 Skala
Keterangan
0
Tidak nyeri
1-3
Nyeri ringan
4-6
Nyeri sedang
7-9
Sangat nyeri masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biadsa
10
dilakukan Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
8. Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama yakni (1) riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien, (2) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. P : provoking atau pemicu yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri Q : quality atau kualitas nyeri (mis. Tumpul, tajam) R : region atau daerah yaitu daerah perjalanan kedaerah lain S : severity yaitu intensitas nyeri T : time atau waktu yaitu serangan nyeri, lamanya nyeri