4
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur putih termasuk dalam jenis ayam petelur ringan. Ayam ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Periode pemeliharaan unggas dimulai dari masa awal (starting period), pertumbuhan (growing period), perkembangan (developing period), dan akhir (finishing period). Pada masa awal pemberian pakan dilakukan secara penuh karena pada masa tersebut tubuh unggas tumbuh secara cepat dan dapat menyesuaikan kebutuhannya. Lepas dari periode tersebut pembatasan pemberian pakan harus dilakukan karena perkembangan berbagai organ tubuh tidak sama cepatnya dan unggas cenderung mengkonsumsi pakan melebihi kebutuhannya. Berdasarkan kandungan gizinya, kebutuhan dasar pakan ayam dapat dibedakan berdasarkan atas tujuh komponen, yaitu : karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, vitamin, mineral, dan air. Kekurangan salah satu dari komponen itu bisa mengganggu proses metabolisme secara keseluruhan (Sarwono 2002).
Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas Secara umum sistem kekebalan pada unggas tidak berbeda jauh dengan sistem kekebalan pada manusia maupun mamalia. Unggas mempunyai dua organ limfoid primer, yaitu timus dan bursa Fabricius (BF). Bursa fabricius adalah organ limfoid primer yang berfungsi sebagai tempat pematangan dan diferensiasi bagi sel dari sistem pembentuk antibodi, sehinga sel ini disebut sel B. Disamping itu bursa juga berfungsi sebagai organ limfoid sekunder (Tizard 2004). Anak ayam yang baru menetas memiliki antibodi asal induk yang diturunkan dari induknya. Penghambatan respon pembentukan antibodi oleh antibodi asal induk berlangsung sampai antibodi tersebut habis, yaitu sekitar 10 sampai 20 hari setelah menetas (Tizard 2004).
5
Antigen yang masuk ke dalam tubuh pertama kali akan dijerat sehingga dapat diketahui sebagai bahan asing. Materi yang telah diketahui sebagai bahan asing, kemudian oleh makrofag disampaikan ke sel limfosit melalui pembentukan berbagai sitokin ke sistem pembentuk antibodi atau ke sistem kebal berperantara sel. Sistem kebal ini harus menyimpan “ingatan” tentang kejadian ini sehingga pada paparan berikutnya dengan antigen yang sama, tanggapannya akan jauh lebih efisien (Tizard 2004). Antibodi bekerja melalui dua cara yang berbeda untuk mempertahankan tubuh terhadap agen penyebab penyakit yaitu : (1) dengan cara langsung menginaktivasi agen penyebab penyakit, (2) dengan mengaktifkan sistem komplemen yang kemudian akan menghancurkan agen penyakit tersebut (Hartati 2005).
Avian Influenza (AI) Penyakit flu burung disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI), yang termasuk Virus Influenza A dan digolongkan pada famili orthomyxoviridae dan genus orthomyxovirus (Kalthoff et al. 2010). Virus ini diidentifikasi pertama kali dengan sebutan Fowl Plague (sampar ayam) (Alexander 2000). Myxo berarti lendir dan ortho berarti asli (bahasa Yunani). Virus ini mempunyai kemampuan untuk berikatan pada lendir atau mukoprotein saluran pernafasan dan organ lain (Malole 1988). Virus influenza ini memiliki tiga genera yaitu Influenza tipe A, B, dan C. Perbedaan tersebut didasarkan pada karakter protein M dari amplop virus dan nukleoprotein virus. Influenza A dapat menginfeksi manusia, babi, kuda, kucing, dan anjing laut serta berbagai jenis unggas (ayam, itik, angsa, kalkun, burung dara, burung camar, dan burung elang) dan Influenza B dan C hanya menginfeksi manusia (Fenner et al. 1995). Virus ini bentuk virionnya membulat tidak beraturan atau menyerupai benang dan berdiameter 90 sampai 120 nanometer (1 nanometer = 1/1 000 000 mm). Partikel virus AI mempunyai lapisan luar yang mengandung glikoprotein yang berperan dalam aktivasi aglutinasi, disebut antigen Hemaglutinin (HA) dan Neuromidase (NA) (Hartati 2005). Ada 16 jenis antigen HA yaitu H1 sampai H16, dan 9 jenis antigen NA yaitu N1 sampai N9. Jika keduanya dikombinasikan
6
maka terdapat 144 kemungkinan subtipe virus yang bisa muncul. Diantara 16 subtipe virus AI hanya H5 dan H7 yang bersifat ganas (virulen) pada unggas (OIE 2006).
Sumber: Lee and Saif (2009)
Gambar 1 Diagram skematik struktur virus influenza A Virus influenza bersifat labil atau mudah mengalami perubahan pembawa sifat (mutasi genetik) dari kurang ganas (Low Pathogenic Avian Influenza) menjadi sangat ganas (High Pathogenic Avian Influenza). Masa inkubasi virus ini adalah 3 hari untuk unggas di luar kandang dan 14 sampai 21 hari untuk unggas di dalam kandang (flok). Virus ini merupakan virus yang lemah, tidak tahan panas dan zat desinfektan (seperti karbol, lisol, kaporit, dan sebagainya), tetapi mampu bertahan selama 35 hari pada suhu 4˚C pada kotoran ayam. Di dalam air, virus ini dapat bertahan hidup selama 4 hari pada suhu 22˚C dan 30 hari pada suhu 0˚C (Nuh 2008). Virus influenza bersirkulasi dalam inang alaminya, terutama unggas air dari ordo Anseriformes (bebek dan angsa) dan Charadriiformes (burung camar dan burung laut lainnya) (Kalthoff et al. 2010). Penularan dapat terjadi melalui jalan faecal-oral, paparan muntahan hewan, lubang anus unggas yang sakit, dan melalui sepatu, pakaian peternak yang terkontaminasi, kendaraan, peralatan kandang dan kontak langsung dengan permukaan air dan pakan yang terkontaminasi (Nuh 2008; Shahid et al. 2009; CDC 2010; Kalthoff et al. 2010).
7
Gejala klinis penyakit AI sangat bervariasi, dari hewan mati tanpa menunjukkan gejala klinis sampai dengan gejala klinis yang kompleks. Gejala klinis yang sering teramati adalah pada jengger dan pial kebiruan (cyanosis), terjadi abnormalitas sistem reproduksi, pencernaan dan syaraf, ditemukan eksudat yang keluar dari mata dan hidung, edema daerah wajah dan kepala, beberapa daerah subkutan mengalami perdarahan, ptechie pada daerah dada dan kaki, batuk, bersin, ngorok, unggas mengalami diare dan kematian tinggi (Nuh 2008). Virus Influenza A memiliki cakupan inang yang sangat luas, virus ini dapat diisolasi dari berbagai hewan, termasuk manusia, babi, kuda, kucing, dan burung. Namun, beberapa penelitian menyatakan bahwa reservoir alami virus ini adalah burung air liar, seperti bebek liar, burung camar, dan burung laut lainnya (Chen and Holmes 2006). Model penularan virus Influenza A dari satu inang ke inang lain serta sifat infeksinya di gambarkan oleh Kalthoff et al. (2010) dalam Gambar 2.
Sumber: Kalthoff et al. (2010)
Gambar 2 Transmisi silang virus influenza A Pencegahan dan Pengendalian AI Penanggulangan virus AI dilakukan tiga pola, yaitu pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk
menghindari
terjadinya
AI,
pengendalian
adalah
upaya
untuk
8
mengendalikan jika terjadi kasus AI sehingga tidak meluas dan pemberantasan adalah upaya untuk membebaskan kembali suatu wilayah dari AI (Nuh 2008). Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan pada kandang-kandang unggas yang disinyalir telah terinfeksi virus flu burung dan melakukan pengawasan yang ketat terhadap ayam potong yang berasal dari luar daerah, mencuci tangan dengan sabun cair pada air yang mengalir sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan, tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata khusus), mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 800˚C selama satu menit, dan mengkonsumsi telur unggas dipanaskan dengan suhu 640˚C selama lima menit. Pencegahan yang dilakukan berdasaran keputusan Direktorat Jendral Peternakan No. 71 / Tahun 2000 yaitu bila akan melakukan importasi unggas hanya dari negara bebas patogenik AI, pengawasan distribusi unggas oleh Dinas Peternakan setempat, dan karantina berdasarkan sertifikasi kesehatan hewan yang dikeluarkan oleh dokter hewan berwenang dan dokumen lain yang memuat tentang negara asal hewan (Nazaruddin 2008, Baraniah 2009). Pelaksanaan penanggulangan virus AI dapat dilakukan dengan sembilan langkah penanggulangan, yaitu : peningkatan biosekuriti, vaksinasi lengkap (tiga kali setahun), depopulasi di daerah tertular, pengendalian lalu-lintas unggas, produk unggas dan limbah peternakan unggas, surveilans dan penelusuran (tracing back), pengisian kandang kembali (restocking), pemusnahan menyeluruh (stamping out) di daerah tertular baru, peningkatan kesadaran masyarakat, pemantauan dan evaluasi (Nuh 2008).
Vaksin Vaksin merupakan bahan biologis yang berasal dari mikroorganisme atau parasit yang lain, yang dapat merangsang pembentukan kekebalan terhadap penyakit (Malole 1988). Bahan baku vaksin ada dua, yakni menggunakan sel dan telur berembrio. Pemberian vaksin secara umum dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni : melalui air minum, tetes mata (vaksinasi intraocular) dan tetes hidung (intranasal), vaksinasi dengan suntikan (intramuscular dan subcutan), tusuk sayap (wing web), serta spray (Sudaryani 2003).
9
Vaksin unggas yang dibuat harus cocok dengan virus yang akan mewabah, karena vaksin untuk infeksi subtipe virus tertentu tidak efektif digunakan sebagai vaksin untuk infeksi subtipe yang lain. Vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi AI di Indonesia adalah vaksin inaktif karena penggunaannya relatif lebih aman dibandingkan vaksin virus aktif. Keamanan vaksin inaktif tersebut disebabkan virus vaksin sudah tidak mampu bereplikasi dalam tubuh inang sehingga tidak menyebabkan sakit pada inang. Berbagai jenis strain virus AI telah banyak digunakan sebagai virus bibit vaksin AI atau influenza pada unggas dan manusia (Tabel ). Tabel 1 Strain masterseed virus AI yang ditemukan di Indonesia dan dijadikan sebagai bakal vaksin AI. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Strain Masterseed Ck/West Java-Crb/M16/2009 Ck/Jambi/M19/2009 Ck/East Java-Mdn/M17/2009 Ck/Central JavaSmrg/M18/2009 Ck/West Java/M13/2009 Ck/East Java/M09/2008 Ck/East Java/M11/2008 Ck/ West Java/M05/2008 Ck/Central JavaPkl/M20/2009 Ck/East Java/M12/2009 Ck/East Java/M14/2009 Ck/South SulawesiMksr/M19/2009
No 13 14 15
17 18 19 20
Strain Masterseed Ck/East Java/M08/2008 Ck/West Java/M07/2008 Ck/West Java/M06/2008 Chicken/West Java/PWTWIJ/2006 West Java/SMI-PAT/2006 Ck/West Java/M04/2008 Ck/West Java/M03/2007 Ck/Banten/M15/2009
21
Chicken/Wajo/2005
22 23
Chicken/Indonesia/BL/2003 Turkey/Kedaton/2004
24
Ck/North Sumatra/M10/2008
16
Sumber: http://info.medion.co.id 2009
Vaksin inaktif diberikan dengan dosis yang redah namun membutuhkan booster sebanyak dua sampai tiga kali (Hartati 2005). Vaksin yang baik harus melewati uji dan ketentuan farmasitekal, antara lain: karekteristik umum vaksin, identifikasi dan uji bahan aktif, identifikasi dan uji bahan tambahan, identifikasi dan uji adjuvan, uji keamanan, uji kemurnian, uji inaktif, dan uji terhadap residu (Mulia 2005). Kelompok individu manusia yang dianjurkan vaksinasi menurut WHO adalah (a) semua orang yang kontak dengan ternak atau peternakan yang dicurigai
10
atau diketahui terkena virus AI (H5N1), khususnya orang yang melakukan kontak dengan hewan/ternak yang terjangkit/mati akibat AI, orang-orang yang tinggal dan bekerja pada peternakan yang dilaporkan atau dicurigai terkena AI atau di tempat pemusnahan ternak penderita, (b) para pekerja kesehatan yang setiap hari berhubungan dengan pasien yang diketahui atau dicurigai menderita H5N1, (c) jika jumlah vaksin memadai, maka para pekerja kesehatan dalam Unit Gawat Darurat (UGD) di area terjangkit H5N1 pada unggas bisa diberikan.