THE INFLUENCE OF ECOLOGICAL FACTORS TO PUBLIC ADMINISTRATION IN VENEZUELA CASE STUDY ON Industry – OIL INDUSTRY
PENGARUH FAKTOR EKOLOGI PADA ADMINISTRASI PUBLIK DI JERMAN STUDI KASUS TENTANG INDUSTRI – INDUSTRI MINYAK
NAMA : BUNG OZZ NIM : NO URUT ABSEN : KELAS :
PAPER DIBUAT UNTUK MEMENUHI UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH EKOLOGI ADMINISTRASI KELAS : FIA – UB 2014
CHAPTER I ( BAB I ) PENDAHULUAN 1.1 Background of The Country Choose (Latar Belakang Negara) Nama Resmi Negara
: Republik Bolivar Venezuela
Bentuk Pemerintahan
: Negara Federal
Hari kemerdekaan
: 5 Juli 1811
Bahasa Nasional
: Latin
Agama
: Katolik Roma(73,6 %),Protestan (15,4 %),
Jumlah Penduduk
: 191.480.630 jiwa (sensus Agustus 2009)
Ekspor Utama
: Minyak, gas alam, bijih besi, bauksit Berlian, dan emas
Impor Utama
: Minyak mentah,
GDP
: USD 357
GDP per kapita
: USD 12,496 (2008)
Pertumbuhan
: 5,5% (2008)
Sumber daya alam merupakan salah satu komponen terpenting bagi suatu Negara salah satunya adalah faktor hasil alam. Adapun dalam makalah ini, saya memilih faktor hasil alam khusunya dibidang pertambangan minyak di Negara Venezuela. Venezuela merupakan negara yang terkenal dengan negara yang kaya akan sumber-sumber alamnya. Tidak heran Venezuela memiliki banyak komoditi utama salah satunya sumber minyak mentah yang melimpah dan banyak diproduksi dalam negeri maupun diekspor ke negara lain, terkecuali Indonesia karena masih mempunyai hubungan bilateral dengan Amerika Serikat. Oleh sebab itulah saya mengangkat kasus tentang sumber daya alam di Venezuela ini karena perkembangannya di dunia pertambangan yang sangat maju dan berkembang pesat hingga menjadikannya negara penghasil minyak dengan range harga yang lebih murah dari harga dunia dan salah satu yang terbesar di dunia, dan menjadikannya mampu menopang kesejahteraan negara tersebut, berbanding terbalik dengan Indonesia yang juga memiliki Sumber Daya Alam yang
1
melimpah namun kehidupan rakyatnya tidak sejahtera atau mungkin bisa dikatakan kondisinya buruk. Venezuela diduduki oleh Spanyol pada tahun 1500–1810. Perjuangan pergerakan kemerdekaan dimulai tahun 1797 yang dipimpin antara lain oleh Simon Bolivar dan Francisco de Miranda. Tanggal 5 Juli 1811, Francisco de Miranda memproklamasikan kemerdekaan Venezuela. Namun secara de facto kemerdekaan baru dicapai pada tahun 1823 setelah Spanyol resmi meninggalkan Venezuela. Pada era kekuasaan Simon Bolivar, tahun 1819–1830, Venezuela tergabung dalam Gran Colombia bersama Kolombia, Ekuador, Peru dan Bolivia. Tahun 1830, dibawah pimpinan Jenderal Jose Antonio Paez, Venezuela memisahkan diri dari Gran Colombia dan menjadi republik. Dalam 40 tahun pertama, Venezuela mengalami destabilisasi politik dan terjebak dalam sistem pemerintahan diktator mulai tahun 1870 sampai dengan jatuhnya diktator terakhir Jenderal Perez Girmenez pada tanggal 23 Januari 1958. Sejak saat itu Venezuela menikmati sistem demokrasi sampai dengan saat ini. Dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan nasional, maka sebuah negara idealnya mengacu pada platform atau model pembangunan yang diyakininya sebagai media untuk mewujudkan cita-cita besar negara tersebut. Platform ini tentunya tidak bisa dilepaskan dari konteks tata ekonomi politik global. Artinya platform sebuah negara biasanya mengacu pada ideologi ekonomi politik dominan yang sedang dipraktekkan saat ini atau sebaliknya justru platform tersebut hadir untuk menawarkan model alternatif atas ideologi ekonomi politik dominan yang seringkali dianggap sudah tidak relevan dengan konteks kekinian, hanya menguntungkan kelompok tertentu dan pada akhirnya menimbulkan krisis diberbagai lini dan sektor. Dari platform tersebut akan terlihat seperti apa model dan orientasi pembangunan yang hendak dijalankan. Dalam konteks kekinian misalnya, platform pembangunan sebuah negara akan menjawab dan menentukan apakah model pembangunan yang diadopsinya mengacu pada kepentingan pasar atau sebaliknya model pembangunan tersebut justru diabdikan untuk kepentingan nasional dalam
2
arti yang lebih substantif, apakah model pembangunan yang diterapkan justru hanya menguntungkan dan melanggengkan dominasi dan hegemoni kelas oligarki yang segelintir atau sebaliknya tata pembangunan tersebut sepenuhnya dijalankan untuk kepentingan bersama dan khususnya untuk kepentingan kelompok yang selalu dimarjinalkan oleh sistem yang tidak berkeadilan. Selanjutnya, dengan platform pembangunan yang jelas dan terarah, maka akan jelas tergambar siapa yang seharusnya terlibat atau menjadi subjek semua tahapan pembangunan mulai dari perumusan, penerapan, pengawasan dan proses evaluasi kebijakan pembangunan. Dalam konteks ini, maka akan sangat menarik untuk menganalisa bagaimana model kebijakan pembangunan yang diterapkan Hugo Chavez Frias dalam sektor pertambangan khususnya industri minyak. Seperti yang kita ketahui bahwa industri minyak negara ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia dan juga merupakan kontributor penting bagi kebutuhan minyak negara-negara maju khususnya Amerika Serikat. Dan sebelum Chavez berkuasa, industri ini memang mayoritas dikuasai oleh oligarki politik yang merupakan kepanjangan tangan dari kepentingan Amerika Serikat dan perusahaan-perusahaan multinasional di kawasan Amerika Latin dan khususnya di Venezuela. Namun dibawah pemerintahan Chavez industri ini kemudian mengalami perubahan model dan orientasi. Serangkaian kebijakan yang mengarah pada re-negosiasi dan nasionalisasi industri minyak dilakukan oleh Chavez yang tentu mengancam eksistensi dan dominasi kepentingan Amerika Serikat dan perusahaan-perusahaan multinasional yang telah demikian lama menguasai sektor vital ini.Dalam analisis ini, akan dijelaskan bagaimana kebijakan pada sektor industri minyak ini diterapkan pada masa pemerintahan Chavez dan selanjutnya akan diberikan gambaran bagaimana posisi negara terhadap perusahaan-perusahaan multinasional dan investor asing lainnya. 1.2 Background of The Case Study Choose (Permasalahan) Venezuela merupakan negara dengan kekayaan hayati yang tinggi di dunia seperti halnya indonesia. Masalah utama yang akan di bahas dalam makalah kali ini adalah kebijakan yang digunakan negara Venezuela dalam pengelolaan dan pengembanagan sumber minyak yang berlimpah dan bagaimana implementaasi
3
kebijakan tersebut sehingga membuat negara tersebut menjadi negara yang maju hanya dengan pemanfaatan SDA nya, dan termasuk dalam negara pengekspor minyak terbesar di dunia, dimana bisa menopang kesejateraan dinegara tersebut dengan sangat baik dan maju dengan pesat. Selain itu juga akan disertakan matrix administrasi publik di Republik Venezuela sedangkan dibagian akhir nanti akan disertakan fakta menarik yang saya temukan di Venezuela. 1.3 Main Case Study (Rumusan Masalah) Masalah utama yang akan di bahas dalam makalah kali ini adalah bagaimana kebijakan pemerintah Venezuela dalam pengolahan minyak mentah yang ada di Venezuela ? 1.3.1 Pengaruh Terhadap PA Keberhasilan kebijakan energi Venezuela dimungkinkan terlaksana dengan baik tidak lepas dari peran aktif masyarakat dalam mengontrol pelaksanaan kebijakan tersebut secara langsung. Kontrol masyarakat ini sangat penting untuk meminimalisir potensi munculnya oligarki dalam perusahaan negara dan sekaligus memastikan bahwa aktivitas perusahaan tetap berorientasi pada kepentingan publik. Kontrol masyarakat terhadap kebijakan yang diterapkan di berbagai sektor termasuk industri minyak (PDVSA) dilakukan oleh organisasi-organisasi independen masyarakat yang selama pemerintahan Chavez memang berkembang dengan pesat. Organisasi-organisasi ini berasal dari berbagai kelompok masyarakat yang tergabung melalui dewan-dewan komunal. Tiap dewan beranggotakan sekitar 150 keluarga di daerah perkotaan. Sementara di daerah pedesaan dan masyarakat adat, tiap dewan terdiri 20 dan 10 keluarga. Dewan-dewan inilah yang menjadi jembatan aspirasi terhadap pemerintah dan juga digunakan untuk meningkatkan kapasitas masing-masing anggota dewan dengan mendiskusikan banyak hal termasuk melakukan diskusi rutin menyangkut konstitusi Negara. 1.3.2 Dampak Bagi PA Berlimpah ruahnya sumber daya alam di sebuah negara sering kali tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan dan keadilan yang dirasakan oleh
4
masyarakatnya. Sehingga tidak salah kalau kondisi ini disebut Stiglitz sebagai hasil dari ”kutukan sumber daya alam (natural resources curse)”. Stiglitz melanjutkan bahwa dinamika politik di negara-negara yang kaya sumber daya alam seringkali mengarah kepada ketidakadilan. Hal ini terjadi pada negara maju dan berkembang yang kekayaan sumber daya alamnya digunakan untuk menguasai ekonomi dan politik termasuk usaha untuk memperkaya diri sendiri dengan hasil sumber daya alam tersebut. Namun kondisi sebaliknya terjadi di Venezuela, sumber daya alam berupa minyak ternyata menjadi ”anugerah” bagi rakyat Venezuela. Hal ini dapat terjadi karena ”keberanian” dan political will dari Chavez sebagai pemimpin yang menjalankan strategi renegosiasi terhadap industri minyak. Kebijakan ini kemudian memposisikan perusahaan-perusahaan multinasional yang akhirnya memutuskan untuk tetap beroperasi di Venezuela berada dibawah kontrol negara dan diharuskan mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan oleh negara melalui Konstitusi Kelima Republik Bolivarian dan Undang-Undang Hidrokarbon yang baru. Dengan demikin kita dapat mengambil pelajaran penting dari kasus Venezuela bahwa: Pertama, bahwa model nasionalisasi atau renegosiasi sektor pertambangan bukan merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan jika paltform pembangunan sebuah negara memiliki keberpihakan yang jelas terhadap rakyat serta dibarengi political will yang tegas dari pemimpin dan tentu didukung oleh partisipasi rakyat secara substansial. Kedua, nasionalisasi atau renegosiasi sektor pertambangan tidak akan berarti apa-apa jika proses tersebut tidak diabdikan untuk kepentingan rakyat secara utuh. nasionalisasi atau renegosiasi tanpa orientasi kerakyatan yang jelas justru akan melahirkan oligarki baru. Ketiga, ketakutan yang selama ini mengemuka bahwa investor asing akan memindahkan modalnya jika dilakukan proses nasionalisasi atau renegosiasi tentu sangat tidak berdasar apalagi jika sebuah negara memang memiliki kekayaan alam yang berlimpah ruah. Logikanya bahwa perusahaan-perusahaan asing tidak mungkin melepaskan keuntungan yang akan mereka dapatkan dalam proses eksplorasi hasil pertambangan meski dalam skala yang lebih kecil dari sebelumnya.
5
CHAPTER II (BAB II) PEMBAHASAN 2.1 Brief Overview of Polcy Theory (Acuan Teoritik) 2.1.1 Teori Pasar Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan. Aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan melibatkan dua subyek pokok, yaitu produsen dan konsumen. Kedua subyek tersebut masing-masing mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pembentukan harga barang di pasar.Struktur Pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri.Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi :Struktur Pasar terdiri dari :
Pasar Persaingan Sempurna
Pengertian pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaandengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa banyaknya atau tidak terbatas. Ciri-ciri pokok dari pasar persaingan sempurna adalah: a. Jumlah perusahaan dalam pasar sangat banyak. b. Produk/barang yang diperdagangkan serba sama (homogen). c. Konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar. d. Tidak ada hambatan untuk keluar/masuk bagi setiap penjual. e. Pemerintah tidak campur tangan dalam proses pembentukan harga. f. Penjual atau produsen hanya berperan sebagai price taker (pengambil harga).
Pasar Persaingan tidak Sempurna
6
1.
Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawarandi mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeliatau konsumen. Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah: a. Hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran; b. Tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute); c. Produsen memiliki kekuatan menentukan harga; dan d. Tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berupa keunggulan perusahaan. 2.
Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaanpasar.Ciriciridari pasar oligopoli adalah: 1) Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar. 2) Barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak (differentiatedproduct), seperti air minuman aqua. 3) Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan diluar pasar untuk masuk kedalam pasar. 4) Satu di antaranya para oligopolis merupakan price leader yaitu penjual yang memiliki/pangsa pasar yang terbesar. Penjual ini memiliki kekuatan yang besar untuk menetapkan harga dan para penjual
lainnya
harus
mengikuti
harga
tersebut. Contoh dari produk oligopoli: semen, air mineral. 3.
Pasar Duopoli
Duopoli adalah suatu pasar di mana penawaran suatu jenis barang dikuasai oleh dua perusahaan.Contoh: Penawaran minyak pelumas dikuasai oleh Pertamina dan Caltex. 4.
Monopolistik
Pasar monopolistik adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran di mana terdapat sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang sama. Pasar monopolistik merupakan pasar yang memiliki sifat monopoli pada
7
spesifikasi barangnya. Sedangkan unsur persaingan pada banyak penjual yang menjual produk yang sejenis. Contoh: produk sabun yang memiliki keunggulan misalnya untuk kecantikan,kesehatan dan lain-lain. Ciri-ciri dari pasar monopolistik adalah: 1) Terdapat banyak penjual/produsen yang berkecimpung di pasar. 2) Barang yang diperjual-belikan merupakan differentiated product. 3) Para penjual memiliki kekuatan monopoli atas barang produknya sendiri. 4) Untuk memenangkan persaingan setiap penjual aktif melakukan
promosi/iklan.
5) Keluar masuk pasar barang/produk relatif lebih mudah. 5.
Pasar Monopsoni
Bentuk pasar ini merupakan bentuk pasar yang dilihat dari segi permintaan atau pembelinya. Dalam hal ini pembeli memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Dalam pengertian ini, pasar monopsoni adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana permintaannya atau pembeli hanya satu perusahaan. Contoh yang ada di Indonesia seperti PT. Kereta Api Indonesia yang merupakan satu-satunya pembeli alat-alat kereta api. 6.
Landasan Pemikiran
Melihat permasalahan di atas penulis akan mencoba mendeskripsikannya dengan menggunakan konsep dan teori. Konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu obyek, sifat suatu obyek, atau suatu fenomena tertentu.4 Sedangkan teori adalah suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi, menjelaskan mengapa itu terjadi dan mungkin juga meramalkan kemungkinan berulangnya kejadian itu di masa depan. Teori merupakan suatu bentuk pertanyaan yang menjawab pertanyaan “mengapa”, artinya, berteori adalah upaya memberi makna pada fenomena yang terjadi.5 Konsep yang digunakan untuk menjelaskan pokok permasalahan di atas yaitu konsep kepentingan nasional menurut Jack C. Plano dan Roy Olton. Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan dan memahami perilaku internasional. Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power, di mana power adalah segala
8
sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain. Hubungan kekuasaan atau pengendalian diri dapat melalui teknik pemaksaan atau kerjasama. Karena itukekuasaan dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana dan sekaligus tujuan 2.1.2 Teori Policy Formulation Grid Dalam teori Policy Formulation Grid, Harmon menjelaskan tentang 5 model dan tingkatan dalam masalah perumusan sebuah kebijakan yang dipakai oleh suatu negara, dimulai dari tingkat paling rendah ketingkat paling tinggi yaitu: 1.
Survival style dengan poin (1.1)
2.
Perspektive style dengan poin (9.1)
3.
Reactive style dengan poin (5.5)
4.
Rational style dengan poin (1.9)
5.
Proactive style dengan poin (9.9)
2.2 Ecological Process (Proses Ekologi) Dalam kasus perumusan kebijakan yang terjadi di Venezuela, dimana kebijakannya tersebut diambil dengan memperhatikan faktor yang penting dalam membuat kemajuan dimana kesejahteraan petambang sangatlah menjadi prioritas utama di bidang Recources atau pertambanga, sehingga memutuskan untuk melakukan pengembangan atau peningkatan pertambangan serta pertanian, entah petambangan, proses pembuatannya, proses pengolahannya, serta teknologi pertambanganya, hingga membuat banyak manfaat baik bagi pemerintahan maupun bagi rakyatnya, dengan demikian dalam hal ini Venezuela termasuk kedalam pemerintah yang dalam perumusan kebijakannya termasuk kerational style karena pemerintahan tidak serta merta membuat kebijakan tanpa tau apa yang dibutuhkan untuk membuat kemajuan dibidang Agrikulturnya tetapi juga memperhatikan efek domina yang akan dirasakan oleh rakyatnya dan melibatkan rakyat pula didalamnya sehinga tidak menambah beban rakyatnya kelak, oleh karena itu terjadi timbal balik yang baik antara rakyat disini para petani dan pemerintah yang akhirnya membuat semua kebijakan dan implementasinya bisa dilakukan dengan mudah dan efektif.
9
2.3 Ecological Factor to Public Administration Case On Oil Industry Industri minyak dikembangkan oleh Juan Vicente Gomez sejak 1908-1935 setelah cadangan minyak dalam jumlah besar ditemukan di Maracaibo tahun 1917. Pemerintah
Venezuela
mengalami
kejayaan
pada
tahun
1976
dengan
menasionalisasi industri minyak. Pada waktu itu pendapatan nasional melambung karena harga minyak yang tinggi. Akan tetapi pada tahun 1980 ekonomi nasional mulai merosot karena jatuhnya harga minyak. 2.3.1 Minyak dan Demokrasi Venezuela Era demokrasi Venezuela dimulai ketika Rómulo Ernesto Betancourt Bello yang didukung oleh partai Democratic Action (Acción Democrática/AD) dilantik sebagai Presiden Venezuela pada 13 Februari 1959, sebagai hasil pemilihan langsung, dengan dukungan suara 49%, mengalahkan dua pesaingnya, Wolfgang Larrazábal (35%) yang diusung partai Democratic Republican Union (Unión Republicana Democrática/URD) dan Rafael Caldera Rodríguez (16%) yang didukung Christian
Democratic
Party
(Comité
de
Organización
Política
Electoral
Independiente/COPEI). Pada masa-masa sebelumnya, sejarah Venezuela diwarnai pemerintahan militer dan diktator yang silih berganti, yang seringkali dicapai melalui kudeta kekuasan. Agenda demokrasi Venezuela pasca-era kediktatoran yang panjang, dimanifestasikan dalam serangkaian kebijakan yang mencakup bidang politik dan sosial-kemanusiaan seperti promosi penegakan HAM, hak penentuan nasib sendiri tanpa intervensi asing dan memelihara perdamaian dan keamanan nasional. Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi diprioritaskan pada peningkatan pembangunan dan pengelolaan sumber pendapatan utama negara, yaitu minyak. Sepanjang sejarahnya, kebijakan luar negeri Venezuela senantiasa berlandaskan pada gagasan Simon Bolivar mengenai promosi integrasi ekonomi dan politik di Amerika Latin. Rangkaian kebijakan tersebut, di tingkat internasional diwujudkan, antara lain dengan mempertahankan dan meningkatkan peran Venezuela sebagai anggota organisasi internasional, seperti PBB sejak 1945, OPEC yang turut dibentuknya pada 1960, Organization of American States (OAS), dan Latin American
10
Integration Association. Tentu bukan tanpa dasar historis, ketika Presiden Betancourt mengeluarkan doktrin yang menyatakan bahwa Venezuela tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan negara-negara yang pemerintahannya dibentuk atas dasar kudeta militer. Namun, dalam konteks Amerika Latin yang sebagian besar negara-negaranya diperintah oleh rezim nondemokratis, doktrin Betancourt secara perlahan menempatkan Venezuela dalam posisi terisolasi. Kenyataan ini kemudian menyebabkan doktrin tersebut dimodifikasi pada awal dekade 1970-an, yang berujung pada pemulihan hubungan baik Venezuela dengan Argentina, Panama, Peru dan sejumlah negara komunis. Pada Desember 1974, di bawah Presiden Rafael Caldera, Venezuela menormalisasi hubungannya dengan Kuba. Fakta bahwa Venezuela merupakan negara pengekspor minyak dunia terbesar kelima dengan cadangan minyak mentah dunia terbesar kedua, tentu tidak dapat diabaikan dalam upaya memahami Venezuela, sebab sepanjang sejarahnya, sejak minyak ditemukan di negeri ini, proses perkembangan dan pembangunan yang dilaksanakan di Venezuela senantiasa terkait erat dengan dinamika pengelolaan bisnis minyaknya. Dinamika yang terjadi di sektor ini praktis turut membentuk hampir setiap aspek negeri ini, mulai dari sejarah, ekonomi, politik dan budaya. Wilpert membagi sejarah industri minyak Venezuela ke dalam empat periode: periode penemuan dan produksi awal minyak (1912-1943), periode kontrol negara terhadap industri minyak (1943-1974), periode oil boom dan nasionalisasi industri minyak (1974-1998) dan periode upaya pengambilalihan industri minyak yang menjadi independen oleh pemerintah (1999-2003). Keempat periode ini akan diuraikan lebih lanjut demi memperoleh pemahaman yang lebih komperehensif atas proses pembangunan yang dilaksanakan dalam setiap periode. Pada periode pertama, Venezuela mulai melakukan pengeboran sumur minyak pertama pada tahun 1912. Tak lama setelah itu, Royal Dutch Shell mulai beroperasi sebagai pemroduksi minyak di Venezuela disusul kemudian oleh Rockefeller’s Standard Oil. Pada tahun 1929, Venezuela telah menjadi negara pemroduksi minyak kedua setelah Amerika Serikat, sekaligus menjadi penekspor
11
minyak pertama dunia. Total minyak yang diekspor Venezuela untuk pasar minyak dunia pada tahun 1935 sebesar 91,2%, meningkat drastis dibandingkan dekade sebelumnya yang hanya 1,9% pada tahun 1920.[6] Peningkatan ekspor yang dramatis ini berdampak pada lonjakan pendapatan negara secara drastis, namun serentak menjadi awal dari fase industrialisasi yang berdampak pada menurunnya produksi sektor lainnya, terutama pertanian. Fenomena ini oleh para pengamat disebut dengan istilah “The Dutch Disease”. Memasuki periode kedua, pada tahun 1943 Venezuela melakukan reformasi atas kebijakan minyaknya, dengan mengeluarkan Hydrocarbons Act. Intinya, perusahaan asing yang melaksanakan eksplorasi dan produksi minyak di Venezuela dikenai pajak yang lebih tinggi untuk aktivitas mereka, sehingga keuntungan yang mereka peroleh dari hasil kegiatan produksi minyak tidak lebih besar dari yang mereka bayarkan ke negara. Jadi, pada periode ini, negara memberlakukan kebijakan yang menguatkan perannya dalam mengontrol produksi minyak yang dilakukan oleh perusahaan asing. Namun, periode ini pun ditandai dengan meluasnya korupsi di tingkat elit dan kerap mangkirnya perusahaan asing dalam memenuhi kewajiban pajaknya kepada negara, sehingga pendapatan besar yang mestinya bisa diperoleh dari industri minyak akhirnya justru tidak terwujud. Kalaupun ada, pendapatan itu lebih banyak jatuh ke tangan-tangan segelintir elit yang berkuasa. Hal ini diperparah dengan ketidakstabilan pemerintahan, yang ditandai dengan seringnya terjadi pergantian kekuasaan secara tidak sah/kudeta. Pada periode 1943-1958, praktis Venezuela tidak memiliki platform pembangunan nasional yang jelas. Pada tahun 1950, industri minyak dunia mulai memasuki masa kelebihan produksi sebagai akibat munculnya negara-negara industri minyak di wilayah Timur Tengah dan pemberlakuan kuota impor oleh Amerika Serikat, yang berujung pada anjloknya harga minyak dunia. Untuk mengatasi hal ini, Venezuela bersama negaranegara industri minyak utama dunia kemudian membentuk OPEC pada tahun 1960. Pada tahun yang sama, Venezuela juga mendirikan Venezuelan Petroleum Corporation (Corporación Venezolana de Petróleos/CVP), yang nantinya menjadi basis bagi kebijakan nasionalisasi industri minyaknya.
12
Pada periode ketiga, dengan kebijakan embargo minyak oleh negara-negara Timur Tengah pada tahun 1973, Venezuela berhasil meningkatkan pendapatannya dari minyak secara signifikan pada tahun 1974. Kenaikan pendapatan yang drastis dan cepat ini memberi kesempatan kepada presiden Venezuela saat itu, Carlos Andrés Perez, untuk melaksanakan program pembangunan yang disebutnya “La Gran Venezuela”, yaitu memerangi kemiskinan melalui kontrol harga dan peningkatan pendapatan, dan melakukan diversikasi ekonomi melalui substitusi impor. Ia juga menjalankan kebijakan produksi minyak sebanyak mungkin demi meraih peningkatan pendapatan. Untuk mewujudkan kebijakannya, ia melakukan nasionalisasi industri minyak Venezuela pada tahun 1976 melalui pembentukan Petróleos de Venezuela S.A. (PDVSA). PDVSA berfungsi sebagai sebuah holding company yang menjadi induk bagi empat perusahaan besar yang menjadi cabang/afiliasinya. Empat afiliasi besar itu dibentuk dari penggabungan empat belas perusahaan asing yang sudah beroperasi di Venezuela dan dan satu perusahaan negara yang sudah ada, yaitu CVP. Afiliasi yang terbentuk kemudian terdiri dari Lagoven,
yang
merupakan
cabang
terbesar.
Lagoven
merupakan
hasil
penggabungan unit dan fasilitas yang dulunya dioperasikan oleh Exxon dari AS. Lagoven merupakan penyumbang terbesar bagi produksi naksional tahun 1976, yaitu sebesar 40%. Dari penggabungan dua perusahaan yang dulunya dikelola oleh British dan Dutch Shell, PDSVA membentuk anak perusahaan kedua yang dinamakan Maraven. Empat perusahaan AS digabungkan menjadi anak perusahaan ketiga, Meneven. Anak perusahaan keempat dibentuk dari enam perusahaan kecil lain ditambah CVP, yang dinamakan Corpoven. Namun, situasi kemudian justru memburuk, ketika pada pertengahan tahun 1980-an harga minyak dunia kembali jatuh karena negara-negara OPEC tidak lagi menjalankan kesepakatan kuota produksi. Pada tahun 1998, harga minyak dunia terpuruk hingga mencapai 3,19 dolar per barel. Kondisi ini berimbas pada menurunnya pendapatan per kapita Venezuela dan ekonomi Venezuela perlahan mengalami kemunduran. Pada pemerintahan Presiden Jaime Lusinchi (1984-1989), ia mencoba mengatasi krisis dengan melakukan devaluasi nilai mata uang, pengetatan proteksi impor, meningkatkan produksi sektor agrikultur dan program ketahanan pangan, serta memberikan subsidi bagi sektor publik. Memang sesaat,
13
kebijakan ini cukup mampu memberi stimulasi pada pertumbuhan ekonomi, sehingga mampu mengangkat tingkat pertumbuhan dari yang semula negatif pada tahun 1980-1981, hingga ke tingkat positif namun stagnan pada tahun 1982. Namun, pertumbuhan ini tidak cukup cepat untuk memperbaiki perekonomian negara, sehingga pada tahun 1989, perekonomian negara akhirnya tidak mampu lagi menopang beban subsidi sektor publik dan lonjakan utang luar negeri. Hal ini diperparah oleh turunnya harga minyak dunia hingga 50% pada tahun 1986. Suksesor Lusinchi, Carlos Andrés Pérez Rodríguez yang sebelumnya memerintah pada 1974-1979, pada tahun 1989, akhirnya meluncurkan program “penyelamatan” ekonomi dengan meminta bantuan IMF dan Bank Dunia. Hal ini berarti Venezuela mesti menjalankan paket Structural Adjustment Program (SAP) sebagai prasyaratnya. Kebijakan ini memancing terjadinya kerusuhan besar pada bulan Februari 1989, yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan merupakan kerusuhan terbesar pascademokrasi 1958. Ironisnya, Perez-lah yang pada tahun 1976 melakukan nasionalisasi penuh atas industri minyak Venezuela melalui pembentukan PDVSA. Kini justru ia pula yang melakukan kebijakan yang sebaliknya, dengan melaksanakan SAP yang memangkas intervensi dan kontrol negara terhadap sektor publik dan terutama terhadap industri minyak nasional, yang akhirnya membawa perekonomian Venezuela pada sistem pasar bebas dan pada gilirannya memberi stimulus bagi masuknya dominasi asing melalui foreign direct investment (FDI), terhadap sektor-sektor ekonomi strategis Venezuela, termasuk minyak. Hal ini ditandai dengan privatisasi sejumlah besar perusahaan negara, penyesuaian nilai tukar, liberalisasi perdagangan melalui penurunan tarif, serta pengetatan belanja publik dengan pemotongan subsidi.[7] Pada periode pemerintahan berikutnya, praktis perekonomian Venezuela berjalan dalam koridor neoliberalisme kapitalis. Periode keempat ditandai dengan terpilihnya Hugo Chavez sebagai presiden Venezuela pada tahun 1998. Pada masa pemerintahannya, ia mulai mempelopori pemberlakuan kembali kebijakan kuota produksi negara-negara OPEC, yang sebelumnya sering dilanggar oleh angota-anggotanya. Sebab, kerap mangkirnya negara-negara OPEC, termasuk Venezuela, atas kesepakatan kuota produksi,
14
ditambah kemunculan negara-negara penghasil minyak non-OPEC seperti Rusia dan Meksiko, dianggap menjadi penyebab tepuruknya harga minyak dunia. Upaya Chavez kemudian terbukti berhasil menstabilkan harga minyak dunia pada kisaran 27 dolar per barel. Dalam penjelasan diatas bisa diketahui kinerja pemerintahan venezuela yang sangat baik dengan masuk kedalam type yang rational, mereka bisa melihat dan mempelajari potensi terbaik negara dan apa faktor utama penunjangnya meskipun pada awalnya pemerintah berada pada ekonomi yang kurang stabil yang biasanya dalam keadaan seperti itu cenderung pembuatan keputusana sangatlah sulit untuk di buat dan dilaksanakan. Khususnya pada bidang Pertambangan Minyak, dalam proses pegembangan dan pemberdayaan kopi serta melakukan ekspor ke pasarpasar luar negeri. venezuela yang tetap berpegang pada dasar kebijakan ekonomi pada konstitusinya dimana segala pembangunan harus didasarkan pada kemampuan dan potensi dalam negara dan salah satunya adalah pertanian kopi dan diserahkan pada negara seutuhnya tetapi juga membatasi keikutsertaan pihak swasta didalamnya, jika dilihat dari hasilnya yang begitu berhasil dalam kemajuan pengembangannya yang begitu tersebar luas hingga kepelosok daerah yang sehingga mempermudah akses produksi dan pengolahan kopi, sehingga menjadi daya tarik tersendiri karen kemudahan akses tersebut yang berdampak pada jumlah pengunjung produksimeningkat hingga menjadikannya salah satu yang tertinggi didunia, sangat luar biasa, sangat efisien dan efektif sekali dan itu juga membuat dampak yang positif dari segi pekerjaan dimana agrikultur kopi tersebut sangatlah menyerap banyak sekali tenaga kerja. 2.4 Analysis (Analisis) Fakta bahwa Venezuela merupakan negara pengekspor minyak dunia terbesar kelima dengan cadangan minyak mentah dunia terbesar kedua[3], tentu tidak dapat diabaikan dalam upaya memahami Venezuela, sebab sepanjang sejarahnya, sejak minyak ditemukan di negeri ini, proses perkembangan dan pembangunan yang dilaksanakan di Venezuela senantiasa terkait erat dengan dinamika pengelolaan bisnis minyaknya. Dinamika yang terjadi di sektor ini praktis
15
turut membentuk hampir setiap aspek negeri ini, mulai dari sejarah, ekonomi, politik dan budaya. Wilpert membagi sejarah industri minyak Venezuela ke dalam empat periode: periode penemuan dan produksi awal minyak (1912-1943), periode kontrol negara terhadap industri minyak (1943-1974), periode oil boom dan nasionalisasi industri minyak (1974-1998) dan periode upaya pengambilalihan industri minyak yang menjadi independen oleh pemerintah (1999-2003). Keempat periode ini akan diuraikan lebih lanjut demi memperoleh pemahaman yang lebih komperehensif atas proses pembangunan yang dilaksanakan dalam setiap periode. Pada periode pertama, Venezuela mulai melakukan pengeboran sumur minyak pertama pada tahun 1912. Tak lama setelah itu, Royal Dutch Shell mulai beroperasi sebagai pemroduksi minyak di Venezuela disusul kemudian oleh Rockefeller’s Standard Oil. Pada tahun 1929, Venezuela telah menjadi negara pemroduksi minyak kedua setelah Amerika Serikat, sekaligus menjadi penekspor minyak pertama dunia. Total minyak yang diekspor Venezuela untuk pasar minyak dunia pada tahun 1935 sebesar 91,2%, meningkat drastis dibandingkan dekade sebelumnya yang hanya 1,9% pada tahun 1920.[6] Peningkatan ekspor yang dramatis ini berdampak pada lonjakan pendapatan negara secara drastis, namun serentak menjadi awal dari fase industrialisasi yang berdampak pada menurunnya produksi sektor lainnya, terutama pertanian. Fenomena ini oleh para pengamat disebut dengan istilah “The Dutch Disease”. 2.5 Matrix NO
ECOLOGICAL FACTORS
1
Geography
8
Natural resources
2
Number of population
5
Big
3
Idiology
5
Democracy
4
Political party
6
Single party
5
Culture
4
Latin america
6
Industry
8
Oil mining
16
Influence to PA %
NOTE
7
Legal system
4
Based on constitution
8
International relation
5
Friendly
9
Security & defence
5
Strong
10
International law
4
Big role
11
Globalization & free tarde
3
Participate in export import
12
Technology
7
Modern
13
Employee & salary system
4
Average
14
State revennue & expenditures
5
Petroleum
15
National leadership
8
Strong leader
16
People lifestyle
6
Hard working
17
CHAPTER III ( BAB III ) PENUTUP
3.1 Fact Finding (Temuan Menarik) 3.1.1 Dalam Negeri
1.
Sistem Kepartaian Demokrasi dengan menganut sistem multi partai. Partai politik dan
pemimpinnya, antara lain Un Nuevo Tiempo/UNT (Omar Barbosa), Copei (Luis Ignacio Planas), Partido Comunista de Venezuela/PCV (Oscar Figuera), Accion Democratica/AD (Henry Ramos Allup), Patria Para Todos/PPT (Jose Albornoz), Podemos (Ramon Martinez), Primero Justicia (Julio Borges), Moviemiento Al Socialismo/MAS (Felipe Mujica), Partido Socialista Unido de Venezuela/PSUV (Hugo Chavez) dan Projecto Venezuela/PV (Henrique Salas Romer). Sejak terpilih kembali pada pemilu tahun 2006, Presiden Chàvez bertekad menyatukan seluruh partai politik pendukungnya dalam sebuah partai tunggal yang diberi nama Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV), yang pembentukannya mulai dilaksanakan sejak 1 Januari 2008. 2. Parlemen National Assembly memiliki sistem satu kamar yang terdiri dari 165 kursi, diantaranya 3 kursi disediakan untuk indigenous people. Anggota parlemen dipilih untuk masa jabatan 5 tahun. Pemilihan anggota parlemen terakhir dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 dengan hasil pro pemerintah 98 kursi (59,4 %) dan oposisi 67 kursi (40,6%). Sembilan puluh delapan kursi atau 59,4% yang direbut oleh pihak partai pemerintah tersebut hanya mewakili suara rakyat/popular sebesar 48%, sedangkan 67 kursi atau 40,6% kursi yang diperoleh kelompok oposisi mewakili suara rakyat/popular sebesar 52%.
18
3. Sistem Pemerintahan Presiden menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Presiden dipilih melalui pemilihan langsung untuk masa jabatan enam tahun. Konstitusi Venezuela tahun 1999 mengijinkan seorang presiden menjabat selama beberapa kali apabila terpilih kembali, sesuai dengan hasil Enmienda tanggal 15 Februari 2009 yang lalu. 4. Mahkamah Agung Anggota Mahkamah Agung (Tribunal Suprema de Justicia) dipilih oleh National Assembly untuk masa jabatan 12 tahun. 5. Konstitusi Konstitusi yang berlaku adalah Konstitusi hasil referendum tanggal 15 Desember 1999 yang antara lain mengatur perubahan nama Republik Venezuela menjadi Republik Bolivarian Venezuela. Pada tahun 2007 Presiden Chàvez mengajukan paket amandemen 33 pasal Konstitusi Venezuela yang antara lain menghapus pembatasan seseorang untuk dipilih kembali menjadi presiden. Usulan ini ditolak oleh masyarakat Venezuela dalam referendum tanggal 2 Desember 2007 dengan 51% berbanding 49%. Namun pada
tanggal
15
Februari
2009,
pembatasan
itu
dihapuskan
oleh
Enmienda/referendum terbatas atas Konstitutsi. 6. Perkembangan Dalam Negeri Hugo Chávez terpilih menjadi Presiden Venezuela setelah memenangkan pemilu pada tanggal 6 Desember 1998. Dalam pemilu tanggal 3 Desember 2006, Chávez terpilih kembali untuk masa jabatan kedua. Dalam periode masa jabatannya, Presiden Chávez senantiasa mendapat perlawanan dari kelompok oposisi sayap kanan yang tidak sepaham dengan kebijakannya membawa Venezuela menjadi negara sosialis. Kelompok sayap kanan yang didukung oleh kalangan pengusaha memimpin kudeta yang menggulingkan Presiden Chávez pada tanggal 11 April 2002. Namun demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh para pendukungnya serta dengan bantuan dari militer yang setia kepadanya, Presiden Chávez kembali menduduki jabatannya pada tanggal 13 April 2002.
19
Kelompok oposisi yang oleh Chávez dituduh didalangi oleh Pemerintahan AS kembali menggoyang pemerintahannya melalui mogok nasional di sektor industri minyak yang mengakibatkan krisis dalam negeri sepanjang tahun 2003 dan 2004. Pertikaian ini mencapai puncaknya setelah kelompok oposisi berhasil menghimpun suara untuk dilakukan referendum konvokatoria atas jabatan presiden. Namun dalam referendum yang dilaksanakan pada bulan Desember 2004, Presiden Chávez berhasil meraih kemenangan sekaligus mempertahankan jabatannya. Setelah memenangkan pemilu tahun 2006 untuk masa jabatan periode kedua, Presiden Chávez mengeluarkan sejumlah kebijakan yang ditujukan untuk membawa Venezuela ke arah sosialis. Presiden Chávez memperkenalkan lima motor penggerak revolusi yang diantaranya adalah mendesak Majelis Nasional untuk memberikan kekuasaan kepada presiden untuk mengeluarkan dekrit khusus yang bertujuan untuk mempercepat revolusi Bolivarian, reformasi Konstitusi, reformasi pendidikan dan pembagian sistem kepemimpinan daerah yang baru. Dengan wewenang khusus (Ley Habilitante) yang diberikan oleh Majelis Nasional, Presiden Chávez mengumumkan nasionalisasi sejumlah industri strategis dengan alasan untuk menjamin pembangunan nasional. Sektor yang terkena kebijakan nasionalisasi adalah industri minyak, telekomunikasi, listrik, semen dan baja, pertanian dan pendidikan. Namun demikian revolusi Bolivarian yang dijalankan oleh Presiden Chávez mengalami langkah mundur setelah masyarakat Venezuela melalui referendum pada tanggal 2 Desember 2007 menolak usulan reformasi Konstitusi yang diajukannya.
Akibat
kekalahan
tersebut,
Presiden
Chávez
berupaya
mengkonsolidasi semua elemen pendukungnya yang terpecah dalam berbagai partai politik menjadi satu partai tunggal yang disebut Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV). 3.1.2 Luar Negeri
Di bidang politik luar negeri, Venezuela mendasarkan pada prinsip-prinsip kemerdekaan, kesetaraan, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, mengutamakan penyelesaian konflik secara damai dan penghormatan hak-hak asasi
20
manusia. Sementara sasaran hubungan luar negeri Venezuela adalah terciptanya suatu integrasi kawasan Amerika Latin dan Karibia demi terbentuknya suatu masyarakat bangsa sekawasan yang mampu mempertahankan kepentingankepentingan politik, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup di kawasan tersebut. Dalam kerjasamanya dengan negara-negara berkembang lainnya, Venezuela telah menunjukkan peran aktifnya sebagai penyelenggara KTT OPEC tahun 2000. Di kawasan Amerika Latin dan Karibia, Venezuela memanfaatkan organisasi subregional seperti masyarakat ALBA dan UNASUR sebagai penggerak utama. Venezuela juga terlihat ingin memainkan perannya dalam percaturan internasional, hal ini dapat dilihat dari berbagai gagasan Presiden Chavez untuk mendukung integrasi total (politik, ekonomi dan sosial budaya) di kawasan Amerika Latin dan Karibia, serta keinginan untuk membentuk kerjasama pertahanan dan keamanan model NATO untuk kawasan Amerika Latin dan Karibia. Pemerintahan Chavez selalu menentang “neo-liberalisme” dan secara politik banyak menentang kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat. Pemerintahan Chavez juga menentang diterapkannya Free Trade Area of the Americas (FTAA) pada tahun 2005 yang dipandang hanya menguntungkan negara-negara maju di utara. Chavez melihat bahwa rencana itu tidak memperhatikan kesiapan negaranegara di sekitar kawasan Amerika Latin. Sebagai respon terhadap FTAA, Pemerintah Venezuela menawarkan suatu bentuk kerjasama regional yang disebut dengan ALBA (the Bolivarian Alternative for the Americas). ALBA merupakan suatu bentuk kerjasama untuk menentang hegemoni kapitalis yang bertujuan menyediakan penghidupan yang lebih layak bagi warga Amerika. Sebagai upaya untuk membendung dominasi AS, pemerintah Venezuela menjalin aliansi dengan Kuba, Rusia, China, Korea Utara, Belarusia, dan Iran. Selain itu, dengan keuntungan yang diperoleh dari industri minyak Venezuela, Presiden Chàvez berupaya menyebarkan paham sosialisme dan revolusi Bolivariannya ke kawasan Amerika Latin dan Karibia dengan menawarkan minyak murah kepada negara-negara sekutunya seperti Bolivia, Ecuador, Nicaragua dan beberapa negara Karibia.
21
Presiden Chàvez juga tampil sebagai mediator untuk perdamaian antara pemerintah Colombia dengan kelompok gerilyawan FARC untuk membicarakan pembebasan sandera yang diculik oleh gerilyawan FARC. Presiden Colombia Alvaro Uribe yang sebelumnya merestui upaya mediasi yang dilakukan oleh Presiden Chàvez, mendadak memutuskan hubungan dengan Presiden Chàvez karena menganggap Presiden Chàvez telah melampaui wewenang seorang mediator dan bahkan mencampuri urusan dalam negeri Colombia. Namun demikian gerilyawan FARC tetap membebaskan 6 orang sandera dan menyerahkannya kepada Presiden Chàvez sebagai ungkapan terima kasih atas itikad Presiden Chàvez dalam negosiasi perdamaian. Upaya mediasi yang dilakukan oleh Presiden Chàvez mendapat dukungan dari kalangan internasional seperti dari Perancis, Brasil, Argentina, Swiss, Spanyol dan negara-negara Uni Eropa lainnya. Hubungan Venezuela dan Amerika Serikat akhir-akhir ini menunjukkan penurunan yang berarti. Dalam setiap kesempatan, Presiden Chavez cenderung selalu melontarkan kritik terhadap pemerintah AS di bawah Presiden Bush. Kritikan tersebut mulai dari memanggil Presiden Bush dengan sebutan Mr. Danger sampai dengan menyebut AS berusaha untuk menguasai cadangan minyak Venezuela. Kritik tersebut sedikit menurun sejak Barrack Obama menjadi Presiden AS, namun tidak dapat dipulihkan kembali seperti semula. Meskipun demikian, Presiden Chavez tetap berkeinginan untuk menjalin hubungan ekonomi dengan AS mengingat AS masih merupakan mitra dagang yang penting Venezuela. Berkebalikan dengan hubungan Venezuela-AS, hubungan Venezuela-Kuba menunjukkan peningkatan. Bisa dikatakan saat ini Venezuela merupakan sekutu paling dekat Kuba di kawasan Amerika. Venezuela mengekspor minyak ke Kuba sebesar 90.000 barrel/hari dengan harga khusus. Sementara sebagai gantinya, Kuba mengirimkan sejumlah tenaga dokter, pendidik serta olahragawan untuk terlibat dalam Mission Barrio Adentro, program khusus Chavez untuk membantu masyarakat miskin dalam bidang kesehatan dan pendidikan serta olahraga. Pada saat ini, Pemerintah Venezuela tampak ingin menjadi pemimpin di kawasan Amerika Latin serta berusaha mematahkan dominasi AS. Hal ini tampak terlihat dari dibentuknya perusahaan minyak regional PetroSur, pembentukan Petrocaribe (perusahaan minyak untuk negara-negara kawasan Karibia), serta
22
usulan pembentukan perusahaan gas regional yang disebut Gas del Sur, pembentukan Banco del Sur. Politik luar negeri yang aktif dan provokatif yang dijalankan oleh Presiden Chavez meningkatkan popularitasnya di kawasan Amerika Latin. Tema pidato Presiden Chavez yang menentang imperaliasme Amerika dan pentingnya persatuan di antara negara-negara Amerika Latin mendapatkan simpati dari sebagian besar kalangan masyarakat Amerika Latin. Strategi yang digunakan Chavez untuk menarik simpati para pendukungnya dengan jalan mengecam Amerika Serikat adalah strategi yang sama digunakan oleh Fidel Castro. Namun demikian, Chavez mempunyai satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh Castro. Chavez adalah pemimpin yang negaranya mempunyai cadangan minyak terbesar di luar Timur Tengah, satu hal yang dijadikannya sebagai daya pikat dalam menjalin hubungan bilateral dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia. 1. Ekonomi Perekonomian Venezuela pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,6%. Dalam 2 tahun berturut-turut perekonomian Venezuela terus mengalami penurunan, mengingat pada tahun 2009 GDP Venezuela mengalami penurunan sebesar 3,3%. Perkembangan ini paralel dengan adanya penurunan cadangan devisa dari USD 35,83 milyar pada tahun 2009 menjadi USD 30,3 milyar pada tahun 2010. Dalam Rasio hutang dengan GDP mengalami perbaikan, pada tahun 2010 hanya mencapai 18,6%. Pada tahun 2010 pendapatan negara dari sektor migas mencapai USD. 14,1 milyar dan dari sektor non-migas USD.23,8 milyar. Menurut data yang dikeluarkan oleh Instituto Nacional de Estadistica (INE) atau Institut Statistik Nasional dan Banco Central de Venezuela (BCV) terlihat perkembangan yang dicapai selama tahun 2010 sebagai berikut : -
Tingkat inflasi tahun 2010 sebesar 27,2,% cukup tinggi jika dibandingkan tahun 2009 hanya mencapai sebesar 25,1%;
-
Ekspor minyak pada tahun 2010 rata-rata sebesar 2,32 juta bpd,
angka ini
menunjukan penurunan 6,3% dibandingkan tahun 2009; -
Cadangan devisa tahun 2010 mencapai US$30,3 milyar sedangkan tahun 2009 sebesar US$35,83 milyar berarti mengalami penurunan sebesar USD 5,53 milyar;
23
-
Tingkat pengangguran tahun 2010 mencapai 6,5% mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2009 yang mencapai sebesar 6,6%. Sementara upah buruh minimun Bs. 1223.9 (USD 284) perbulan. Volume perdagangan Venezuela didominasi oleh ekspor minyak dan impor barang barang konsumsi. Ketergantungan pada ekspor minyak sangat besar. Hal ini menguntungkan Venezuela mengingat tingginya harga migas dunia. Adapun nilai ekspor/impor Venezuela sebagai berikut :
-
Nilai impor non migas tahun 2010 mencapai sebesar USD 30,746 milyar, mengalami penurunan sebesar USD 6,161 milyar (16%) dibandingkan dengan nilai impor tahun 2009 yang mencapai sebesar USD 36,907 milyar.
-
Nilai ekspor non migas tahun 2010 sebesar USD 2,382 milyar, sedangkan pada tahun 2009 mencapai sebesar USD 2,487 milyar, berarti mengalami kenaikan sebesar 4,4%;
-
Produk Ekspor Utama Non-Migas Venezuela adalah sbb: industri makanan, minuman, tembakau, produk pertambangan, produk kimia, plastik dan manufaktur, cammon metal, peralatan listrik dan peralatan transportasi.
-
Produk Impor Utama Venezuela adalah sbb: makanan, daging, susu, ayam potong, minuman, tembakau, kertas, plastik dan manufaktur, metal, peralatan listrik, peralatan transportasi dan suku cadang.
-
Mitra dagang utama Venezuela adalah sbb: Amerika Serikat, Belanda, Mexico, Antillas Belanda, Spanyol, Ecuador, Jepang, Pulau Aruba, canada, Italia, China dan Peru
-
Negara-negara Eksportir ke Venezuela adalah sbb: Amerika Serikat, Brasil, Colombia, México, China, Jepang, Jerman, Italia, Panama, Korea Selatan, Argentina dan Spanyol. 2. Sosial Budaya Dan Penerangan Kehidupan sosial rakyat Venezuela banyak terpengaruh oleh budaya dan cara hidup beberapa bangsa Eropa (Spanyol, Italia, Portugis, dan Jerman), termasuk suku bangsa Indian dan keturunan Afrika/Negro. Penduduk asli (suku Indian) sangat lemah dan mudah terasimilasi oleh kelompok imigran yang umumnya berasal dari Spanyol, Italia, Portugis, dan Jerman.
24
Kebebasan pers dan kebebasan untuk mengekspresikan diri merupakan hal yang dijamin oleh Konstitusi Venezuela. Terdapat banyak penerbitan surat kabar, stasiun televisi dan radio yang berskala nasional maupun lokal. Surat kabar terkemuka antara lain El Universal dan El Nacional (berbahasa Spanyol) dan Daily Journal (berbahasa Inggris). Untuk stasiun televisi yang terkemuka antara lain RCTV, Venevision, Televen, Globovision, Meridiano, CMT (semuanya milik swasta) dan Venezolano TV (milik pemerintah). Mengingat masih cukup tingginya angka buta huruf di Venezuela, khususnya di daerah pedesaan, media elektronik merupakan media paling ekfektif dalam penyampaian informasi. Venezuela mendanai 51% pembentukan stasiun Telesur yang merupakan stasiun televisi regional Amerika Latin sementara sisanya ditanggung oleh Argentina, Kuba dan Uruguay. Stasiun televisi ini bertujuan untuk mengimbangi berita-berita negatif dari stasiun-stasiun besar dunia seperti CNN, menampilkan image yang nyata tentang Amerika Latin dan lebih menonjolkan penampilan budaya Amerika Latin. Stasiun ini mulai mengudara pada akhir Juli 2005. Pada tanggal 29 Mei 2008 stasiun televisi RCTV mengakhiri siaran melalui frekuensi umum milik pemerintah karena tidak memperoleh ijin perpanjangan penggunaan frekuensi penyiaran oleh pemerintah. Alasan tidak memperpanjang ijin penyiaran oleh pemerintah adalah stasiun RCTV tidak menyampaikan siarannya secara proporsional dan terlibat dalam upaya kudeta tahun 2002. Penghentian siaran RCTV ini oleh kelompok oposisi dianggap sebagai suatu bentuk tindakan represif dari pemerintah yang dapat mengancam kebebasan pers di Venezuela. Bentuk kebijakan lain yang dianggap represif adalah dengan tidak diperpanjangnya ijin siar dari sebanyak 34 stasiun radio dan televisi swasta yang disinyalir tidak sehaluan dengan pemerintah. 3. Pertahanan Dan Keamanan Dibidang pertahanan dan keamanan masih banyak dihadapkan kepada permasalahan yang menyangkut perbatasannya dengan Kolombia serta tingkat rawan kejahatan di ibu kota dan daerah sekitarnya mengingat tingginya angka pengangguran dan kemiskinan. Di samping itu masalah lalu lintas perdagangan obat
25
terlarang tampaknya cukup tinggi dan Venezuela telah dijadikan tempat transit perdagangan obat-obat terlarang. Angkatan Bersenjata Venezuela (Fuerzas Armadas Nacional-FAN) terdiri dari angkatan yaitu Angkatan Darat (Fuerzas Terrestres or Ejercito), Angkatan Udara (Fuerzas Aereas of Aviacion), Angkatan Laut (Fuerzas Navales or Armada) dan Pengawal Nasional (Fuerzas Armada or Guardia Nacional). Total kekuatan Angkatan Bersenjata pada tahun 2004 adalah 83.300 personil. Personil angkatan darat yang berjumlah 34.000 personil memegang kendali utama dalam tubuh FAN, yang terdiri 18.300 angkatan laut, 7.000 personil angkatan udara (Aviación Militar Venezuela-AMV) dan 24.000 personil Garda Nasional (Guardia Nacional de Venezuela-GNV). Nama resmi Garda Nasional adalah
Angkatan
Bersenjata Kerjasama (Fuerzas Armadas de Cooperation-FAC). Meskipun Garda Nasional merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata dan di bawah koordinasi menteri pertahanan, namun Garda Nasional memiliki wewenang dan tanggung jawab yang luas dalam keamanan dalam negeri, termasuk keamanan maritim, menjaga ketertiban umum, menjaga keamanan instalasi penting pemerintah dan penjara, melaksanakan operasi anti narkoba, mengawasi perbatasan, dan menjaga daerah terpencil. Menurut pasal 329, Konstitusi Bolivar menyebutkan bahwa tugas utama AD, AU dan AL adalah untuk membuat perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atas semua operasi militer guna mempertahankan negara. Sementara Pengawal Nasional (GN) berkoordinasi dengan ketiga angkatan tersebut dalam kegiatan operasi-operasi militer yang dilakukan. Kegiatan tersebut untuk menjaga kedaulatan negara dan secara umum bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasi keamanan dan menjaga ketertiban di dalam negeri. Sejak tahun 2006 Pemerintah Venezuela berupaya memperkuat angkatan bersenjatanya dengan membeli peralatan militer dari Rusia. Tercatat Venezuela telah membeli 24 pesawat Sukhoi Su-30, helikopter Mi-6, 1000 pucuk senjata Kalashnikov. Sementara untuk tahun 2008, Venezuela merencanakan untuk membeli 4 kapal selam tenaga diesel dari Rusia. Meningkatkan kerjasama Venezuela dan Rusia di bidang pertahanan ini tidak terlepas dari memburuknya hubungan antara Venezuela dengan Amerika Serikat.
26
3.1.3 Hubungan Bilateral Indonesia – Venezuela A.
Politik Hubungan diplomatik kedua negara secara resmi dibuka pada tanggal 10
Oktober 1959. Indonesia menempatkan Duta Besar yang pertama di Caracas pada bulan Januari 1977, sedangkan Venezuela menempatkan Duta Besarnya yang pertama di Jakarta pada bulan Mei 1981. Pada bulan Oktober 2005, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Venezuela telah menyelenggarakan Peringatan 45 tahun Hubungan Diplomatik kedua negara. Dalam kesempatan tersebut telah dilakukan serangkaian kegiatan antara lain pertunjukan kesenian Indonesia, pagelaran busana batik dan resepsi diplomatik. Pemerintah Venezuela secara konsisten mendukung integritas wilayah NKRI. B.
Ekonomi
Ekonomi antara Indonesia dan Venezuela telah ditandatangani beberapa persetujuan di bidang ekonomi yaitu: 1. Persetujuan Kerjasama Ekonomi dan Teknik (KSET) ditandatangani
di
Caracaspada 26 September 1991; 2. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) ditandatangani di Jakarta pada tanggal 27 Februari 1997. Persetujuan antara Pemri dengan Pemerintah Venezuela mengenai Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak atas Penghasilan dan atas Kekayaan beserta Protokol mulai berlaku efektif sejak tanggal 18 Desember 2000; 3. Persetujuan Kerjasama Perbankan (Central Banking Cooperation Agreement / CBCA) antara Bank Indonesia (BI) dengan Bank Sentral Venezuela (BCV) ditandatangani di Caracas pada 21 Juli 1997. Kemudian B.I. dan BCV sepakat mengubah CBCA menjadi MoU (Memorandum of Understanding) agar lebih terfokus pada kerjasama antar bank sentral kedua negara. Untuk memfokuskan kerjasama antar bank central tersebut, telah ditandatangani MOU antara Bank Indonesia (B.I.) dengan Bank Central Venezuela (BCV) pada tanggal 4 Agustus 2005 penandatanganan dilakukan oleh kedua gubernur bank central melalui korespondensi;
27
4. MoU Pembentukan Komisi Bersama Tingkat Tinggi RI-Venezuela ditandatangani di Jakarta pada 29 Mei 2001; 5. MoU Kerjasama Bidang Energi, ditandatangani tahun 2005. Pada tanggal 6-7 September 2005 telah dilaksanakan Sidang ke-2 Komisi Bersama Indonesia-Venezuela bertempat di Bandung, Jawa Barat. Delegasi Venezuela dipimpin oleh Wakil Menlu Venezuela untuk Asia, Timur tengah dan Ocenia. Sedangkan pihak Indonesia oleh Dirjen Amerika dan Eropa, Departemen Luar Negeri. Dalam sidang ke-2 telah dicapai untuk melanjutkan realisasi beberapa kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang energi, perdagangan dan investasi, pariwisata, perbankan, UKM, KTNB, pertanian, pendidikan dan kebudayaan, lembaga pendidikan diplomatik, dan industri aviasi; Dalam usaha untuk meningkatkan kerjasama ekonomi serta menggarap pasar Amerika Selatan, pada tanggl 25-28 Juni 2005 di Caracas telah dilaksanakan Pameran Terpadu Indonesia I. Pameran dimaksud diikuti oleh 14 pengusaha, wakil dari Departemen Luar Negeri, Departemen Perdagangan, BPEN, Departemen ESDM, Departemen Perindustrian dan Perdagangan NTT dan Sulut serta team kesenian Sulawesi Utara. Beberapa produk Indonesia yang ditampilkan adalah furniture, garment, handicraft, tas, sandal, aksesoris, perhiasan, besi kontruksi, bola, jaring ikan, mainan anak-anak, dan ikan asap. Secara keseluruhan pameran berjalan dengan lancar dan sukses dengan menghasilkan nilai transaksi sebesar US$ 744.970,- yang terdiri dari penjualan langsung sebesar US$ 66.920,- order sebesar US$ 60.000,- dan trial order sebesar US$ 618.050,-. Keberhasilan pameran terpadu Indonesia pertama tahun 2005, dilanjutkan dengan Promosi Terpadu Indonesia kedua pada tanggal 13 s/d 16 Juli 2006 di Caracas. Hubungan perdagangan Indonesia dan Venezuela terus mengalami peningkatan terutama produk ekspor Indonesia ke Venezuela, surplus bagi Indonesia begitu sebaliknya ekspor Venezuela ke Indonesia mengalami penurunan, dengan tabel berikut:
28
Tabel Ekspor – Impor Indonesia dan Venezuela dalam dollar AS Keterangan
2005
2006
2007
Ekspor Indonesia
89,821,550
103,899,115
506,281,327
Impor Indonesia
10,658,240
2,673,373
4,318,888
Volume Perdagangan 100,479,790
106,572,488
510,600,215
Surplus Indonesia
101,225,742
501,962,439
79,163,310
Sumber : Institut Nasional Statistik (INE) Tahun
Ekspor
Impor
Saldo
Total Perdagangan
2004
55.210.000
8.577.800
46.632.200
63.787.700
2005
60.525.300
19.983.000
40.542.300
80.508.300
2006
62.131.400
1.198.200
60.933.100
63.329.600
2007
78.436.500
4.123.400
74.313.100
82.559.800
2008
79194.900
13.077.700
66.117.100
92.272.600
2009
34.351.400
1.129.700
33.221.700
35.481.100
(Jan-Okt)
Sumber : Institut Nasional Statistik (INE) Sepuluh besar produk ekspor utama Indonesia ke Venezuela sbb: Januari – Agustus 2007 No
Keterangan
HS Code Number
1
Technically Specified Natural Rubber 4001220000
Jumlah US$ 124.376.977,00
(TSNR) 2
Other Woven Fabrics, 85% or More By 5512190000
51.171.615,00
Weight of Polyester Staple Fibres 551221 Unbleached or Bleached Fabrics, Acrylic or Modacrylic Staple 85% 3
Footwear With Outer Soles of Leather or 6404200000
44.088.806,00
Composition Leather 4
Boards, sheets, panels, tiles and similar 6809110000 articles, Faced or reinforced with paper
29
34.132.280,00
or paperboard only 5
Cotton Yarn (Combed Cotton Less than 5206230000
24.223.942,00
85%; 232.6-192.31decitex) 6
Yarn of Polyester Staple Fibres, Mixed 5509530000
15.812.142,00
Cotton 7
Primary Cells, Primary Batteries, of 8506109100 Manganese
Dioxide,
Not
13.090.258,00
Exceeding
300cm3 8
Cotton Yarn (Combed Cotton Less than 5206220000
6.768.713,00
85%; 714.29-232.56 Decitex) 9
Other Madeup Clothing Accessories
6217100000
6.640.148,00
10
Cotton Yarn (Multiple Yarn, Per Single 5205420000
6.169.541,00
Yarn 714.29-232.56 Decitex) Sumber : Instituto Nacional de Estadistica/INE Produk ekspor Venezuela ke Indonesia sbb : Januari – April 2007 No
Keterangan
HS Code Number
1
Moulds for Rubber or Plastics, 8480719000
Jumlah US$ 340.572
Injection or Compression Types 2
Other Cyclic Amides and Their 2924294000
55.860
Derivatives, Salts Thereof 3
Silicon Dioxide
2811229000
23.582
4
Other Articles of Iron or Steel
7326900000
15.893
5
Aluminum alloys:
7601200000
13.282
Venezuela merupakan negara penghasil minyak terbesar di wilayah Amerika Selatan dengan pertumbuhan ekonomi diatas 8% pertahun. Dilihat dari segi impor Venezuela merupakan salah satu negara pengimpor utama di Amerika Selatan terutama produk kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakatnya. Peluang bagi
30
Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Venezuela terutama bagi produk peralatan listrik, CPO, suku cadang kendaraan bermotor dan produk-produk makanan cukup terbuka. Ekspor Indonesia ke Venezuela mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun ini mengalami kenaikan hingga mencapai US$408.692.037. Volume perdagangan kedua negara belum menunjukan potensi sebenarnya dan masih terdapat peluang cukup besar untuk ditingkatkan. Venezuela memilki sumber minyak, gas dan barang tambang lainnya, sedangkan Indonesia memiliki produkproduk manufacturing yang cukup kompetitif dalam bersaing di pasar Venezuela. Kecenderungan naiknya ekspor Indonesia ke Venezuela setiap tahunnya secara signifikan, menunjukkan bahwa Venezuela merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk Indonesia. Peluang ini merupakan kesempatan yang baik, dan merupakan saat yang tepat bagi pengusaha dan produsen Indonesia untuk melakukan penetrasi pasar ke Venezuela secara lebih luas. Untuk itu, KBRI Caracas terus menjalin kontak dengan mitra usaha di Venezuela dalam rangka mendukung peningkatan perdagangan ke dua negara. Sosial Budaya Indonesia dan Venezuela telah menandatangani Persetujuan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, dan Pendidikan pada tanggal 19 September 2000 di Caracas.Sebagai wujud kerjasama di bidang sosial dan budaya, Departemen Pendidikan Nasional telah menawarkan program beasiswa Dharmasiswa bagi warga Venezuela yang berminat mempelajari seni, budaya dan bahasa Indonesia di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Sejak tahun 2003 telah tercatat 4 orang mahasiswa Venezuela yang mengambil program beasiswa ini untuk mendalami seni tari di Indonesia. Penerbangan Indonesia dan Venezuela telah memiliki MoU Kerjasama Bidang Pers antara LKBN ANTARA dan Kantor Berita Venezuela, VENPRES yang juga ditandatangani pada 15 September 1997 saat kunjungan Menteri Luar Negeri Ali Alatas di Caracas. Sejarah Singkat Grup Amistad Parlemen Indonesia — Venezuela Kelompok Persahabatan Parlemen Venezuela – Indonesia
dibentuk pada
tanggal 22 Mei 2001. Pembentukan ini didasarkan kepada semakin meningkatnya
31
hubungan baik kedua negara baik di tingkat bilateral maupun dalam kerjasama di forum multilateral dan dirasakan adanya kebutuhan dari kedua belah pihak untuk meningkatkan lagi saling pengertian bukan hanya di tingkat eksekutif namun juga diantara kalangan legislatif. Pada tanggal 17 — 22 September 2006, Grup Kerjasama yang dipimpin oleh Ketua Delegasi, Bpk. Abdul Gaffur telah berkunjung ke Venezuela dan melakukan pertemuan dengan Kelompok Persahabatan Parlemen Venezuela — Indonesia serta Presiden Majelis Nasional. 3.2 Conclusion ( Kesimpulan )
Keberhasilan pemerintah venezuela dalam pemamfaatan kekayaan minyak mentah sangat membantu perekonomian masyarakat di negaranya, melalui kebijakan – kebijakan yang mengacu berat dan peduli akan lingkungan ekologi maka tidak hayal negara Venezuela sangat memperhatikan rakyat, negara venezuela merupakan salah satu pengahsil minyak terbesar du dunia yang tidak dibawah naungan dari pihak amerika, dan mempunyai harga minyak termurah. 3.3 Recomendations (Rekomendasi )
Untuk memajukan dan memakmurkan sebuah bangsa dan negara pemerintah tidak harus mengikuti kebijakan apa yang dilakukan oleh negara lain karena semua itu belum tentu akan berhasil jika diterapkan dan dilaksanakan pada negaranya, melainkan pemerintah harus membuat suatu kebijakan sendiri dengan mempelajari dan melihat lebih dalam potensi-potensi murni dan menonjol yang ada pada negaranya dan melibatkan masyarakat didalamnya agar tidak terjadi kesalah pahaman antara keinginan rakyat dan keinginan pemerintah sehingga terjadi keseimbangan dan tercipta adanya transparansi, rationalitas, legitimasi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, dan haruslah tetap konsisten terhadap apa yang telah dimulai hingga selesai dan mencapai tujuan yang dicapai tanpa menimbulkan masalah yang lain.
32
REFERENCES DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada http://en.wikipedia.org/wiki/Venezuela#Etymology 10 Maret 2014 Diakses
pada
http://venezuela-us.org/2013/10/09/oil-and-mining-minister-foreign-
partners-maintain-interests-in-orinoco-oil-belt/ 10 Maret 2014 Diakses pada http://keajaibandunia.net › Arsip 10 Maret 2014 Diakses pada http://berdikarionline.com/.../venezuela-mas 10 Maret 2014 Diakses pada http://mesran.net/berita-297-venezuela-negara 13 Maret 2014 Diakses pada http://bocahsastra.wordpress.com/2011/12/26/teori-pasar/ 13 Maret 2014 Diakses pada http://prezi.com/e8hi8u6ksrgw/ekonomi-internasional/ 13 Maret 2014 Diakses
pada
http://misskey.wordpress.com/2008/03/22/nasionalisasi-sumber-
minyak-di-venezuela/ 20 Maret 2014 Diakses pada http://www.gatra.com/ekonomi-1/31519-dubes-venezuela-berbagi-tatakelola-pertambangan.html 7 April 2014 Diakses pada http://indonesian.irib.ir/artikel1/-/asset_publisher/7xTQ/content/belajardari-chavez-dan-venezuela/pop_up 7 April 2014 Diakses
pada
https://groups.google.com/forum/#!topic/Migas-Indonesia-
Google/qfixX2b0ONQ 11 April 2014 Diakses pada http://mineritysriwijaya.blogspot.com/2012/10/minyak-bumi.html 11 April 20114 Diakses pada http://sona-adiansah.blogspot.com/2013/12/revolusi-venezuela.html 11 April 2014
33
List Of Draw (Daftar Gambar)
34
35
36
List Of Table (Daftar Tabel) Bolivarian Republic of Venezuela[a]
República Bolivariana de Venezuela (Spanish)
Flag
Coat of arms
Anthem: Gloria al Bravo Pueblo Glory to the Brave People
Menu 0:00
37
Capital and largest city Caracas 10°30′N 66°58′W Official language Spanish[b] Ethnic groups (2011[1])
51.6% Mestizo
43.6% European
2.9% Black
1.2% Others
0.7% Afrodescendant
Demonym Venezuelan Government Federal presidential constitutional republic - President Nicolás Maduro - Vice President Jorge Arreaza - President of the National Assembly Diosdado Cabello Legislature National Assembly Independence - from Spain 5 July 1811 - from Gran Colombia 13 January 1830 - Recognized 30 March 1845 - Current constitution 20 December 1999 Area - Total 916,445 km2 (33rd)353,841 sq mi - Water (%) 0.32[d] Population - 2011 census 28,946,101 (44th) - Density 30.2/km2 (181st)77/sq mi GDP (PPP) 2013 estimate - Total $408.805 billion[2] - Per capita $13,634[2] GDP (nominal) 2013 estimate - Total $382.424 billion[2] - Per capita $11,527[2] Gini (2010) 39[3] medium HDI (2013)
0.748[4]
high · 71st Currency Bolívar fuerte[e] (VEF) Time zone VET (UTC–4½) Drives on the right Calling code +58 ISO 3166 code VE Internet TLD .ve
38
a. ^
The "Bolivarian Republic of Venezuela" has been the full official title since the
adoption of the new Constitution of 1999, when the state was renamed in honor of Simón Bolívar. b. ^
The Constitution also recognizes all indigenous languages spoken in the
country. c. ^
Some important subgroups include those of Spanish, Italian, Amerindian,
African, Portuguese, Arab and German descent. d. ^
Area totals include only Venezuelan-administered territory.
e. ^
On 1 January 2008, a new bolivar was introduced, the bolívar fuerte (ISO 4217
code VEF) worth 1,000 VEB.
39
List of Suplementary (Daftar Lampiran)
Location and Geography Venezuela is located in the north of South America; geologically its mainland
rests on the South American Plate. It has a total area of 916,445 square kilometres (353,841 sq mi) and a land area of 882,050 square kilometres (340,560 sq mi), making it the 33rd largest country. The territory it controls lies between latitudes 0° and 13°N, and longitudes 59° and 74°W. Shaped roughly like a triangle, the country has a 2,800 km (1,700 mi) coastline in the north, which includes numerous islands in the Caribbean Sea, and in the northeast borders the northern Atlantic Ocean. Most observers describe Venezuela in terms of four fairly well-defined topographical regions: the Maracaibo lowlands in the northwest, the northern mountains extending in a broad east-west arc from the Colombian border along the northern Caribbean coast, the wide plains in central Venezuela, and the Guiana Highlands in the southeast. The northern mountains are the extreme northeastern extensions of South America's Andes mountain range reach. Pico Bolívar, the nation's highest point at 4,979 m (16,335 ft), lies in this region. To the south, the dissected Guiana Highlands contains the northern fringes of the Amazon Basin and Angel Falls, the world's highest waterfall as well as tepuis, large table-like mountains. The country's center is characterized by the llanos, which are extensive plains that stretch from the Colombian border in the far west to the Orinoco River delta in the east. The Orinoco, with its rich alluvial soils, binds the largest and most important river system of the country; it originates in one of the largest watersheds in Latin America. The Caroní and the Apure are other major rivers. Venezuela borders Colombia to the west, Guyana to the east, and Brazil to the south. Caribbean islands such as Trinidad and Tobago, Grenada, Curaçao, Aruba and the Leeward Antilles lie near the Venezuelan coast. Venezuela has
40
territorial disputes with Guyana (formerly United Kingdom), largely concerning the Essequibo area, and with Colombia concerning the Gulf of Venezuela. In 1895, after years of diplomatic attempts to solve the border dispute, from Venezuela, the dispute over the Essequibo River border flared up, it was submitted to a "neutral" commission (composed of British, American and Russian representatives and without a direct Venezuelan representative), which in 1899 decided mostly against Venezuela's claim.[54] Venezuela's most significant natural resources are petroleum and natural gas, iron ore, gold and other minerals. It also has large areas of arable land and water.
Demographics Venezuela is among the most urbanized countries in Latin America;[6][7] the
vast majority of Venezuelans live in the cities of the north, especially in the capital Caracas, which is also the largest city. About 93% of the population lives in urban areas in northern Venezuela; 73% live less than 100 kilometres (62 mi) from the coastline.[117] Though almost half of Venezuela's land area lies south of the Orinoco, only 5% of Venezuelans live there. The largest and most important city south of the Orinoco is Ciudad Guayana, which is the sixth most populous conurbation.[118] Other major cities include Barquisimeto, Valencia, Maracay, Maracaibo, Mérida, San Cristóbal and Barcelona-Puerto La Cruz.
Ethnic groups Venezuela is connected to the world primarily via air (Venezuela's airports
include the Simón Bolívar International Airport in Maiquetía, near Caracas and La Chinita International Airport near Maracaibo) and sea (with major sea ports at La Guaira, Maracaibo and Puerto Cabello). In the south and east the Amazon rainforest region has limited cross-border transport; in the west, there is a mountainous border of over 2,213 kilometres (1,375 mi) shared with Colombia. The Orinoco River is navigable by oceangoing vessels up to 400 kilometres (250 mi) inland, and connects the major industrial city of Ciudad Guayana to the Atlantic Ocean.
41
Venezuela has a limited national railway system, which has no active rail connections to other countries. The government of Hugo Chávez tried to invest in expanding it, but Venezuela's rail project is on hold due to Venezuela not being able to pay the $7.5 billion and owing China Railway nearly $500 million.[113] Several major cities have metro systems; the Caracas Metro has been operating since 1983. The Maracaibo Metro and Valencia Metro were opened more recently. Venezuela has a road network of nearly 100,000 kilometres (62,000 mi) in length, placing the country around 45th in the world;[114] around a third of roads are paved. Nevertheless, in the 2011 census, which Venezuelans were asked to identify themselves according to their customs and ancestry, the term mestizo was excluded from the answers. The majority claimed to be mestizo or white — 49.9% and 42.2%, respectively.[1] Practically half of the population claimed to be moreno, a term used throughout Ibero-America that in this case means "dark-skinned" or "brownskinned", as opposed to having a lighter skin (this term connotes skin color or tone, rather than facial features or descent). Ethnics minorities in Venezuela consist of groups that descend mainly from African or indigenous peoples; 2.8% identified themselves as "black" and 0.7% as afrodescendiente (Afro-descendant), 2.7% claimed to belong to indigenous peoples, and 1.1% answered "other races".[1][119] Among indigenous people, 58% were Wayúu, 7% Warao, 5% Kariña, 4% Pemón, 3% Piaroa, 3% Jivi, 3% Añu, 3% Cumanagoto, 2% Yukpa, 2% Chaima and 1% Yanomami; the remaining 9% consisted of other indigenous nations.[120] According to an autosomal DNA genetic study conducted in 2008 by the University of Brasilia (UNB), the composition of Venezuela's population is 60.60% of European contribution, 23% of indigenous contribution, and 16.30% of African contribution.[121] During the colonial period and until after the Second World War, many of the European immigrants to Venezuela came from the Canary Islands,[122] which had a significant cultural impact on the cuisine and customs of Venezuela. [citation
42
needed]
However, with the start of oil exploitation in the early 20th century, companies from the United States began establishing operations in Venezuela, bringing with them US citizens. Later, during and after the war, new waves of immigrants from other parts of Europe, the Middle East, and China began; many were encouraged by government-established immigration programs.[citation needed] Between 1900 and 1958 more than one million Europeans immigrated to Venezuela. [citation needed] In addition, Venezuela also experienced immigration from other Latin American countries (especially Colombia) in the mid-to-late 19th century.[citation needed] According to the World Refugee Survey 2008, published by the US Committee for Refugees and Immigrants, Venezuela hosted a population of refugee and asylum seekers from Colombia numbering 252,200 in 2007, and 10,600 new asylum seekers entered Venezuela in 2007.[123] Between 500,000 and one million illegal immigrants are estimated to be living in the country.[124] The total indigenous population of the country is estimated at about 500 thousand people (2.8% of the total), distributed among 40 indigenous peoples. [125] The Constitution recognizes the multi-ethnic, pluri-cultural, and multilingual character of the country and includes a chapter devoted to indigenous peoples' rights, which opened up spaces for their political inclusion at national and local level in 1999. Most indigenous peoples are concentrated in eight states along Venezuela's borders with Brazil, Guyana, and Colombia, and the majority groups are the Wayuu (west), the Warao (east), the Yanomami (south), and the Pemon (southeast).
Education The literacy rate for the adult population was already 91.1 by 1998.[130] In
2008, 95.2% of the adult population was literate. Net primary school enrollment rate was at 91% in 2005. Net secondary enrollment rate was at 63% in 2005. Venezuela has a number of universities, of which the most prestigious are the Central University of Venezuela (UCV), founded in Caracas in 1721, the University of Zulia (LUZ) founded in 1891, the University of the Andes (ULA), founded in Mérida State in 1810, and Simón Bolívar University (USB), founded in Miranda State in 1967.
43
Currently, large numbers of Venezuelan graduates seek for a future elsewhere due to the country's troubled economy and heavy crime rate. It is believed nearly 12% of Venezuelans live abroad with Ireland becoming a popular destination for students.
Health Venezuela has a national universal health care system. The current
government has created a program to expand access to health care known as Misión Barrio Adentro, although its efficiency has been largely criticized by Venezuelan journalists. Infant mortality in Venezuela is 19.75 deaths per 1,000 births for 2013, lower than the South American average (by comparison, the U.S. stands at 5.9 deaths per 1,000 births in 2013). Child malnutrition (defined as stunting or wasting in children under age five) stands at 17%; Delta Amacuro and Amazonas have the nation's highest rates. According to the United Nations, 32% of Venezuelans lack adequate sanitation, primarily those living in rural areas. Diseases ranging from typhoid, yellow fever, cholera, hepatitis A, hepatitis B, and hepatitis D are present in the country. Obesity is prevalent in approximately 30% of the adult population in Venezuela. Venezuela has a total of 150 plants for sewage treatment. However, still 13% of the population lack access to drinking water, but this number has been dropping.
44
SUMMARY (RINGKASAN)
Sebagai sebuah kawasan dengan potensi kekayaan alam yang melimpah Venezuela telah dilirik oleh negara-negara imperialis, pergumulannya dalam sejarah menyebabkan ia harus mengalami situasi jatuh bangun. Pada akhirnya, bangsa ini tak terhindarkan dari pertarungan ideologi yang saling menegasi antara dua gagasan tak terdamaikan dimana yang satu merupakan anti-tesa bagi yang lain, Neo Liberalisme Vs Sosialisme. Namun, setelah melalui proses dialektika yang panjang, Vanuzuela telah menemukan jalannya dan berdiri di atas praktek dan teori yang tepat yang tidak hanya menjadi mimpi buruk bagi lawan akan tetapi turut mengantarkannya menuju puncak revolusi. Tentu saja fenomena ini merupakan capaian prestisius dimana justru terjadi di saat bangsa lain berkubang dalam degradasi tak berkesudahan, ia merupakan satu dari segelintir negara yang berani melawan hegemony sekaligus manivestasi konkrit dari kemenangan ploretar yang bangkit dari ketertindasannya. Saat ini Venezuela menjadi negara yang memiliki cadangan minyak terbesar pertama di dunia karena mampu mengolah limpahan minyak yang begitu besar dengan menggunakan perusahaan dalam negeri maupun bekerjasama dengan pihak asing. Kebijakan yang diambil Hugo Chavez sangatlah berani karena telah menentang beberapa negara besar seperti Amerika Serikat dan berhasil membuat kebijakan yang bisa mensejahterakan rakyat Venezuela dengan tidak bergantung dengan bantuan negara lain.
i
PREFACE (KATA PENGANTAR)
Dengan segenap kerendahan hati, pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Dalam penyusunan tugas ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materi maupun spiritual sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat, cinta, dan rasa terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi motivasi belajar dan doa kepada penulis. 2. Bapak Dwi Sulistyo, Drs, MPA dosen Kebijakan Publik yang tidak hentihentinya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 3. Teman-teman yang selalu menemani penulis dalam pembuatan karya tulis ini. 4. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun demikian, penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan berguna bagi kemajuan dan kesempurnaan tugas ini. Akhirnya tidak lupa penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dalam pembuatan karya tulis ini karena terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, mengingat penulis adalah manusia biasa dan masih dalam tahap pembelajaran.
Malang, April 2014
Penulis
ii
LIST OF CONTENT SUMMARY .......................................................................................................................................i PREFACE ........................................................................................................................................ii List of Contents .............................................................................................................................iii CHAPTER I 1.1 Background of the Country Choose .......................................................................................1 1.2 Background of The Case Study Choose.................................................................................3 1.3 Main Case Study.......................................................................................................................4 1.3.1 Influence to Public Administration ................................................................................4 1.3.2 Impact to Public Administration ...................................................................................4 CHAPTER II 2.1 Brief Overview Of Ecology Theory..........................................................................................6 2.1.1 Teori Pasar .....................................................................................................................6 2.1.2 Teori Policy Formulation Grid.......................................................................................9 2.2 Ecological Process...................................................................................................................9 2.3 Ecological Factor to Public Administration Case on Oil Industry........................................10 2.3.1 Minyak dan Demokrasi Venezuela ................................................................................10 2.4 Analysis.....................................................................................................................................15 2.5 Matrix Ecological Factors ........................................................................................................16 CHAPTER III 3.1 Fact Finding ..............................................................................................................................18 3.1.1 Dalam Negeri ..................................................................................................................18
iii
3.1.2 Luar Negeri .....................................................................................................................20 3.1.3 Hubungan Bilateral Indonesia-Venezuela....................................................................27 3.2 Conclusion ................................................................................................................................32 3.3 Recommendations....................................................................................................................32 REFERENCES .................................................................................................................................33 List of Draw ...................................................................................................................................34 List of Table ....................................................................................................................................37 List of Suplementary ......................................................................................................................40
iv