Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
TATA CARA PERKAWINAN KATOLIK DI GEREJA SANTA MARIA DENGAN TIDAK BERNODA ASAL KABUPATEN TULUNGAGUNG.
SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. ) Pada Jurusan Sejarah FKIP UNP Kediri
OLEH : REZA ROSARIO NYARI NPM. 14.1.01.02.0079P
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
TATA CARA PERKAWINAN KATOLIK DI GEREJA SANTA MARIA DENGAN TIDAK BERNODA ASAL KABUPATEN TULUNGAGUNG. REZA ROSARIO NYARI NPM. 14.1.01.02.0069P FKIP- Prodi Sejarah Email :
[email protected] Drs. Yatmin,M.Pd1 dan Drs. Agus Budianto, M.Pd2
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pemikiran bahwa perkawinan di Indonesia ada perkawinan menurut adat dan perkawinan menurut agama. Dalam rangka memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang perkawinan agama, maka usaha inventarisasi, dokumentasi serta pengenalan kepada masyarakat umum sangatlah diperlukan. Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti menganggap bahwa penelitian mengenai Tata Cara Perkawinan Katolik Di Gereja Santa Maria Dengan Tidak Bernoda Asal Tulungagung merupakan hal yang layak diteliti dan ditulis. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1)Bagaimanakah Sejarah Perkawinan Katolik 2) Bagaimanakah Tata Cara perkawinan Katolik di gereja Santa Maria Dengan Tidak Bernoda Asal Kabupaten Tulungagung 3) Bagaimanakah Perayaan budaya Jawa setelah pemberkatan perkawinan Katolik di gereja Santa Maria dengan Tidak Bernoda Asal di Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif etnosentris dengan lokasi di gereja Santa Maria Dengan Tidak Bernoda Asal Kabupaten Tulungagung . Sedangkan obyek penelitian ini adalah Tata Cara perkawinan Katolik di gereja Santa Maria Dengan Tidak Bernoda Asal Kabupaten Tulungagung . Hasil dari penelitian ini adalah Tata Cara perkawinan Katolik di gereja Santa Maria Dengan Tidak Bernoda Asal Kabupaten Tulungagung mengikuti tata cara perkawinan sesuai dengan Hukum Kanonik Gereja yang kemudian dilanjuttkan dengan perayaan perkawinan adat. Kata Kunci : Kata Kunci : Perkawinan Katolik, Gereja Santa Maria Dengan Tidak Bernoda Asal Tulungagung
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
I.
LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri.
di Gereja Santa Maria II. METODE Penelitian
ini
adalah
penelitian
kualitatif
yaitu
mencoba
Manusia yang satu tidak dapat lepas dari
deskriptif
manusia
saling
menggambarkan tentang sistem kepercayaan
ada
yang dianut oleh masyarakat Desa Pelem
yang
membutuhkan.
lain, Dalam
semua diri
manusia
keinginan yang kuat untuk mempertahankan
Kecamatan
hidupnya dan ingin memperoleh kehidupan
Tulungagung. Mengingat dalam penelitian ini
yang lebih baik. Untuk memenuhi dan
merupakan kajian sosio budaya , maka jenis
mempertahankan
penelitian yang tepat digunakan adalah jenis
hidup,
manusia
perlu
menjalin persaudaraan dan kekerabatan. Dari
sistem
diperlukan
lagi
kekerabatan dengan
penelitian
kemudian perkawinan.
Perkawinan ini diperlukan manusia untuk
Campurdarat
etnografi.
Kabupaten
Adapun
pengertian
etnografi adalah “ suatu gambaran mengenai kebudayaan suatu suku bangsa “. Dalam penelitian ini.
Sumber
data
meneruskan keturunan hingga terbentuk suatu
diperoleh dari responden yang dijadikan
keluarga yang terdiri dari Bapak, Ibu dan
obyek penelitian , antara
Anak.
akhirnya
lain : 1) Petugas administrasi Gereja. 2)
Sedangkan
Orang-orang yang berkaitan dengan Tata Cara
masyarakat merupakan susunan pemerintahan
perkawinan Katolik di gereja Santa Maria
yang paling kecil.
Dengan Tidak Bernoda Asal Kabupaten
Dari
beberapa
keluarga
terbentuk suatu masyarakat.
Dari latar belakang
tersebut
maka
mendorong penulis untuk mengetahui lebih dalam
mengenai
Perkawinan Katolik
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
Tata
cara
Tulungagung.
Sedangkan
teknik
pengumpulan data menggunakan metode wawancara,
observasi
dokumentasi.Teknik
analisis
simki.unpkediri.ac.id || 5||
dan data
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
menggunakan taksonomi,
analisis analisis
domain,
analisis
Bernoda Asal Tulungagung sebanyak 2318
tema,
analisis
jiwa yang tergabung dalam 804 Kepala
komponensial. I.
Keluarga.
HASIL DAN KESIMPULAN
Hasil
Sejarah Perkawinan Katolik Yang pasti, bahwa usia perkawinan
Letak Geografis
lebih tua daripada usia gereja, artinya
Gereja Paroki Santa Maria Dengan
sebelum gereja lahir, lembaga perkawinan
Tidak Bernoda Asal adalah sebuah gereja
sudah ada. Sampai abad ke V, perkawinan
yang terletak di JL. Ahmad Yani IV/1
belum diurus oleh Gereja, masih menjadi
Tulungagung.
geografis
urusan negara, atau pemerintah sipil.
Gereja Paroki Santa Maria Dengan Tidak
Namun, pada abad II-V, Zaman Patristik,
Bernoda Asal sebagai berikut :
para
Adapun
Sebelah Utara
letak
:
Jl. Ahmad
Yani Timur
Gereja
mulai
membantu
menjelaskan bagaimana memaknai hakekat perkawinan dalam terang ajaran Kitab Suci.
Sebelah Selatan
: Kantor DPU
Sebelah Timur
:
SMPK ST
“Maria” Sebelah Barat
Bapa
Baru sejak abad V, kekuasaan atas perkawinan
selangkah
demi
selangkah
berpindah dari tangan pemerintah sipil ke :
Rel Kereta
Api
pimpinan
Gereja.
Karena
itu,
bentuk
peneguhan perkawinan kristen semakin
Gereja Paroki Santa Maria Dengan
banyak dibicarakan dan diatur dengan
Tidak Bernoda Asal Tulungagung termasuk
ketetapan-ketetapan yang lebih tegas. Salah
dalam keuskupan Surabaya dengan jumlah
satu akibat perkembangan ini, bahwa
stasi ada 5dan
3 wilayah . Jumlah umat
tokoh-tokoh Gereja semakin mengarahkan
Gereja Paroki Santa Maria Dengan Tidak
pada “peneguhan nikah”, lebih daripada
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
“hidup berkeluarga” sendiri yang juga
pandangan diantara para teolog, namun
harus diperhatikan. Contohnya, pada zaman
juga
ini pandangan tentang sahnya perkawinan
pimpinan Gereja, akhirnya untuk pertama
di dalam Gereja terbelah menjadi dua
kalinya dalam dokumen resmi Gereja,
kelompok besar. Kelompok pertama, lebih
Konsili
terkena
permenungan
Verona
teolog
(1184)
dan
menyebut
pengaruh
pandangan
hukum
perkawinan sebagai “sakramen” seperti
yang
menyatakan
suatu
halnya dengan sakramen babtis, tobat, dan
Romawi,
perkawinan sah bila seorang suami-isteri
Sakramen Ekaristi.
telah menyatakan konsensus (Consensus); sedang
para
kelompok
suami-isteri
perkembangan baru pada abad XIII-XI,
dikatakan sah apabila sudah ada hubungan
yakni Zaman Skolastik, Paus Alexander III
seksual (consumatio). Pandangan kedua
(1159-1181), Paus Inncentius III (1198-
lebih
1216) dan Gregorius IX (awal abad XIII)
dipengaruhi
German.
kedua,
Lembaga perkawinan mengalami
pandangan
hukum
Pandangan kelompok pertama
pada
periode
didukung oleh Paus Nicolas I, sedang
perkawinan
pandangan kedua Incmar, uskup reims).
perkawinan
Pada abad XI-XII menjelang
ini
tentang
sudah
peneguhan
dipastikan,
menjadi
sah
bahwa dengan
“consensus”, tetapi baru sepenuhnya “tak
zaman skolastik, sudah ada kesepakatan
terceraikan”
umum dalam Gereja, bahwa perkawinan
dengan
“Cumsummatio”
berada di bawah wewenang hukum Gereja
seksual).
Konsili
semata-mata. Dengan demikian terbuka
menegaskan kembali bahwa perkawinan
jalan lebar untuk memahami perkawinan
kristen
sebagai
sekarang, sebab pada Gereja Reformasi
mengalami
peristiwa
religius.
perdebatan,
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
Setelah
apabila
merupakan
sudah
Trente
dilengkapi (hubungan (1547-1563)
sakramen
perselisihan
simki.unpkediri.ac.id || 7||
hingga
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
(kristen)
ditegaskan
bahwa
lembaga
Upacara panggih dilaksanakan pada waktu
perkawinan bukan sakramen. [SHD]
yang dianggap baik menurut perhitungan Jawa
Tata cara Perkawinan Gerega Katolik
(wawancara dengan dalang pengantin, Mas
Santa Maria Dengan Tidak bernoda Asal
Purnomo). Pada wawancara upacara panggih
di Kabupaten Tulungagung
ini pengantin dirias dengan gaya Jawa (Yogya
Dalam ajaran gereja ada istilah yang dinamakan
Sakramen
yang
artinya
atau Solo). Hal itu sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Arif (perias pengantin)
kegiatan suci termasuk kegiatan suci
bahwa
upacara
temu,
riasan
pengantin
perkawinan.
menggunakan adat Jawa, walaupun sebelum Setelah
upacara panggih menggunakan riasan dan
Pemberkatan Perkawinan katolik di Gereja
busana yang beraneka ragam seperti gaya
Santa maria dengan Tidak Bernoda Asal di
Eropa ataupun Jawa Eropa. Tetapi pada saat
Kabupaten Tulungagung
temu, hendaknya menggunakan tata rias adat
Perayaan
Dari
Budaya
hasil
Jawa
pengamatan
lapangan
pelaksanakan upacara perkawinan setelah
Jawa. Upacara
panggih
ini
biasanya
diiringi
sering kali
dengan gending “Kebo Giro” atau Asrokalan.
didasarkan oleh kemampuan ekonomi masing-
Upacara panggih ini terdiri dari beberapa
masing keluarga.
rangkaian acara yaitu :
pemberkatan dari Gereja
Adapun
tahapan-tahapan
upacara
perayaan budaya Jawa setelah pemberkatan perkawinan dari Gereja Santa Maria dengan tidak bernoda asaldi Kabupaten Tulungagung adalah sebagai berikut :
1) Balangan Gantalan Sirih Sesudah pengantin wanita muncul atau kedua pengantin sudah berhadapan, dalam jarak kurang lebih melempar
dua meter mereka saling gantalan
sirih.
Menurut
kepercayaan masyarakat Desa Rejotangan a.
Upacara Panggih
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
apabila melempar gantalan sirih terlebih
Bapak dan Ibu pengantin wanita untuk
dahulu maka dalam mengarungi kehidupan
berjalan ke pelaminan yang terletak di muka
rumah tangga terutama dalam adu pendapat
sentong (kamar) tengah. Maksud pengantin
akan selalu menang,
didudukkan di muka sentong adalah menurut
2) Wiji Dadi (Menginjak Telur)
cerita
Kedua
pengantin
bersalaman,
nenek
moyang,
sentong
tengah
kemudian
merupakan tempat peristirahatan Dewi Sri,
pengantin pria menginjak telur yang sudah
Dewi Rumah Tangga dan Dewi Kesuburan.
disediakan
Menurut
Maksudnya agar kedua mempelai kelak selalu
kepercayaan masyarakat Desa Rejotangan
bahagia dalam mengarungi bahtera rumah
apabila telur pecah dan keadaannya baik,
tangga. Tetapi karena perkembangan dan
maka pengantin wanitanya masih perawan dan
kemajuan jaman, tempat pelaminan (sasono
dapat menurunkan keturunan. Apabila telur
renggono) sudah tidak lagi harus di muka
pecah dan ada darahnya, maka pengantin
sentong tengah, boleh di sudut rumah dan
wanita sudah tidak perawan lagi (hasil
bagian manapun boleh. Diambil kepraktisan
wawancara dengan Mbah Asro). Setelah
antara tempat dan pelaminan serta tempat para
menginjak telur, pengantin wanita membasuh
tamu undangan.
kedua kaki pengantin pria dengan air kembang
4) Bobot Timbang
setaman. Ini sebagai lambing bahwa seorang
Kedua pengantin duduk di pangkuan Bapak
istri harus berbakti kepada suami.
pengantin wanita, kemudian sang Ibu bertanya
3) Sindur Binayang
kepada sang Ayah “Berat mana pak?”
Kedua pengantin ini berdiri sejajar kemudian
Ayahnya menjawab “Sama beratnya”. Maksud
disuapi nasi kepelan dan diberi minum air
dari acara ini adalah untuk menunjukkan
waning oleh Ibu pengantin wanita, kemudian
bahwa
sampai
pecah.
kasih
saying
terhadap
pengantin digendong dengan kain sindur oleh
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 9||
menantu
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
disamakan dengan anak sendiri. Upacara ini
oleh juru rias. Pada saat pengantin pria
dipimpin oleh juru rias
menuang beras kuning, juru rias berkata
5) Tanem Jero
„Kacar-kucur, wong liyo dadi sedulur, kacang
Kedua pengantin didudukkan di pelaminan
kawah dele kawah, wong liyo dadi sanak”.
oleh kayah pengantin wanita. Maksud dari
Artinya orang lain akan menjadi saudara dan
pada acara Tanem Jero ini adalah ditanam
menjadi suami istri yang setia.
secara mendalam ibarat tanaman yang ditanam
Kemudian beras kuning, kacang-kacangan dan
dengan dalam atau ibarat suatu tiang yang
sejumlah uang logam tadi dibungkus dengan
ditanam kedalam tanah secara mendalam,
kain sindur atau sapu tangan dan diberikan
maka tanaman atau tiang tersebut akan kokoh
kepada Ibu untuk disimpan.
dan kuat, tidak goyah diterpa angin. Jadi
7) Sungkem atau Ngabekti
upacara tanam jero ini melambangkan harapan
Kedua mempelai bersujud untuk menyembah
orang tua agar rumah tangga yang dibangun
orang tua pengantin wanita, adapun orang tua
oleh kedua mempelai dapat berdiri kokoh dan
pengantin
kuat dalam menghadapi tantangan hidup.
kepercayaan,
6)
mendatangkan bencana. Hal ini menirukan
Kacar-kucur
pria
tidak
hadir.
apabila
akan
perbuatan
kacang-kacangan dan sejumlah uang logam ke
menghadap
pangkuan pengantin wanita. Pada pangkuan
mertuanya untuk menunjukkan bahwa seorang
pengantin wanita dipasang kain sindur atau
anak tidak akan berani kepada orang tuanya
sapu tangan sebagai tempat menampung beras
(wawancara
kuning
pengantin).
dicampur
dengan
kacang-
kacangan dan uang logam yang dituangkan
dan
Ageng
hadir
Pengantin pria menuangkan beras kuning,
yang
Ki
Menurut
Wanguir
sungkem
dengan
Pak
ke
oleh pengantin pria tadi. Upacara ini dipimpin
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
pangkuan
Arif,
8) Dahar Kembul
simki.unpkediri.ac.id || 10||
waktu
perias
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Kedua mempelai saling menyuapi nasi kuning.
Dengan Tidak Bernoda Asal Tulungagung
Ini menggambarkan agar suami istri saling
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
membantu
tantangan
1. Gereja Paroki Santa Maria Dengan Tidak
dirasakan
Bernoda Asal Tulungagung mempunyai 5
bersama sebagai milik bersama. Setelah acara
Stasi, 3 Wilayah , 15 lingkungan dengan
suapan selesai, maka perias mengambil nasi
jumlah umat 2318 jiwa
hidup.
dalam
Segala
menghadapi
yang
diperoleh
kuning tadi. Dua piring nasi tadi dijadikan satu
2. Tata cara perkawinan Katolik
d Gereja
sambil berkata “Sato Saplek”. Kemudian
Paroki Santa Maria Dengan Tidak Bernoda
perias
pengantin
undangan
yang
berkata hadir,
kepada
para
Asal Tulungagung sesuai dengan tata cara
“Bagaimana
para
perkawinan dalam Hukum Kanonik Gereja
hadirin, sudah pas atau cocok, dan memang
3. Setelah prosesi upacara perkawinan Katolik
sudah jodoh”.
di
9) Kirab
perkawinan adat masing-masing daerah.
gereja,
diteruskan
dengan
upacara
Kedua pengantin menuju panti busono untuk
Berdasarkan uraian tentang Tata cara
berganti pakaian pangeranan. Adapun di Desa
perkawinan Katolik di Gereja Paroki Santa
Rejotangan Kecamatan Rejotangan Kabupaten
Maria
Tulungagung
jarang
Tulungagung , saran yang dapat diberikan
dilaksanakan, tetapi ada juga beberapa juga
kepada masyarakat dan peneliti yang lain
yang masih melaksanakan tergantung dari
adalah sebagai berikut :
keadaan ekonomi keluarga para pengantin.
1. Dalam penelitian kualitatif etnografi ini
acara
Kirab
ini
KESIMPULAN Berdasarkan
Dengan
Tidak
Bernoda
Asal
memerlukan kesabaran, ketelitian serta hasil
penelitian
yang
dilakukan di Gereja Paroki Santa Maria
sumber yang cukup agar mendapatkan hasil
penelitian
yang
semaksimal
mungkin.
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 11||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
2. Pada umat Katolik hendaknya melakukan perkawinan Katolik sesuai dengan aturan Hukum Kanonik Gereja IV. DAFTAR PUSTAKA
Idrus, Fahmi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Kementrian Agama. 2000. Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Surabaya : diperbanyak oleh Duta Ilmu Moleong, Lexy. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Depdikbud. Nawari, Hadari. 1992. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Haturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito
Reza Rosario Nyari| 14.1.01.02.0079P FKIP- Sejarah
Paroki Blok B - Keuskupan Agung Jakarta, 2015 . Perkawinan Katolik Hakekat Dan Tujuannya ( on line ) tersedia : http://www.parokiblokb.org/index.php?option=com_conte nt&view=article&id=54:hakekat-dantujuan-perkawinankatolik&catid=27&Itemid=151 . diunduh 11 Mei 2016 Rubiyatmoko, Robertus. 2011. Perkawinan Katolik Menurut Kitab Hukum Kanonik. Surabaya : Kanicius Suharsini. 1990. Manajemen Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta Uskup Surabaya. 2005. Hukum Kanonik Gereja. Surabaya : Kanicius Uskup Surabaya . 2015. Hukum Gereja Mengenai Pernikahan Katolik ( on line ) tersedia : http://www.kaj.or.id/dokumen/kursuspersiapan-perkawinan-2/hukum-gerejamengenai-pernikahan-katolik . diunduh 10 Mei 201
simki.unpkediri.ac.id || 12||