e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
THE INFLUENTS OF ISLAMIC SYMBOLISMS TOWARD THE DECISION OF CONSUMPTION BUYING OF THE FOOD PRODUCTS (A SURVEY CONDUCTED BY A STUDENT OF THE FACULTY OF SYARIAH IAIN MANADO) Syarifuddin1 Abstract This study was conducted to the influents of the Islamic symbolisms toward the decision of consumption buying of the food products. This is a quantitative research. A survey was also involved in this research. Data are also collected through questionnaire to gain an accurate information. Data analysis technique used was a simple regression. The research findings show that Islamic symbolisms have significant influents toward decision to buy food products. That is, t value of p significant is < 0,005 (0,000 < 0, 05) while R square is 0,273 or 27,3 %. In conclusion the influents of Islamic symbols toward the decision on buying have influents as of 27, 3 %. Keywords: Islamic Symbolism, Decision on buying, food products.
PENDAHULUAN Fenomena hasil produksi manakanan yang terkontaminasi dengan bahaan yang pada prinsip bertentangan dengan ajaran Islam. Pada hal makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit. Sebagai manusia yang berbudaya dan beragama tentu menkonsumsi suatu makanan hendaknya dibingkai oleh nilai budaya dan agama. Dalam konsumsi, seorang muslim harus memperhatikan kebaikan (kehalalan) sesuatu yang akan di konsumsinya. Para fuqaha' menjadikan memakan hal-hal yang baik ke dalam empat tingkatan. Pertama, wajib, yaitu mengkonsumsi sesuatu yang dapat menghindarkan diri dari kebinasaan dan tidak
1
Dosen IAIN Manado Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
88
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
mengkonsumsi melebihi kadar, yang berdampak pada dosa. Kedua, sunnah, yaitu mengkonsusmsi yang lebih dari kadar yang menghindarkan diri dari kebinasaan dan menjadikan seoarang muslim mampu shalat dengan berdiri dan mudah berpuasa Ketiga, mubah, yaitu sesuatu yang lebih dari yang sunnah sampai batas kenyang. Keempat, konsusmsi yang melebihi batas kenyang, yang dalam hal ini terdapat dua pendapat, ada yang mengatakan makruh yang satunya mengatakan haram. Pemenuhan kebutuhan seperti makanan bagi setiap masyarakat adalah suatu keniscayaan yang harus dipenuhi. Namun dalam suatu wilayah yang memiliki beragam suku, agama, nilai, dan budaya tentu perlu adanya filter moral dan agama untuk mengkonsumsi makanan. Apalagi kalau itu merupakan makanan jajanan. Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualannya dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel. Konsumsi makanan dalam konteks Islam senantiasa memperhatikan halal-haram, komitmen dan konsekuen dengan kaidah-kaidah dan hukum-hukum syariat yang mengatur konsumsi agar mencapai kemanfaatan konsumsi seoptimal mungkin dan mencegah penyelewengan dari jalan kebenaran dan dampak mudharat baik bagi dirinya maupun orang lain.Konsumsi makanan bagi mahsiswa IAIN Manado Fakultas Syariah adalah suatu hal yang wajar untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Namun dalam hal membeli produk makanan jajanan yang tersedia di warung-warung, toko-tokoh, gerobak-gerobak bahkan mall, perlu adanya selektifitas melihat kehalalannya. Akan tetapi kebiasaan membeli makanan jajanan yang siap untuk di konsumsi hanya dengan melihat simbol-simbol keislaman, seperti, penjual memakai kopia, memakai jilbab, tertulis ayat kursi atau ada kaligrafi tertera dinding, atau bahkan hanya mengenal daerah asalnya seperti berasal dari daerah Jawa, Gorongtalo, Makassar dan lain sebagainya. Pada hal masalah kehalalan suatu produk makanan jajanan dalam konteks Islam adalah suatu hal yang sangat dianjurkan. Berkenaan dengan latar belakan ini maka, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Simbol-Simbol Keislaman Terhadap Keputusan Membeli Untuk Menkonsumsi Suatu Produk Makanan (Survei Mahasiswa IAIN Manado Fakultas Syariah). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perumusan masalah yang diangkat berdasarkan hal
89
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
tersebut adalah: Apakah Simbol-Simbol Keislaman Berpengaruh Terhadap Keputusan Membeli Untuk Mengkonsumsi Suatu Produk Makanan Pada Mahasiswa IAIN Manado Fakultas Syariah?
KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Simbol-Simbol Keislaman 1. Pengertian Simbol Kata simbol berasal dari bahasa Yunani sym-ballein atau symbolos. Simbol memiliki arti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Sementara itu, dalam KBBI (2008) Simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya yang menyatakan sesuatu atau mengandung maksud tertentu. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu di luar perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Simbol tidak dapat disikapi secara isolatif, terpisah dari hu-bungan asosiatifnya dengan simbol lainnya. Simbol atau dalam bahasa komunikasi sering diistilahkan sebagai lambang meliputi kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Mead seperti dikutip Sobur membedakan simbol signifikan yang merupakan bagian dari dunia makna manusia dengan tanda alami (natural signs) yang merupakan bagian dari dunia fisik. Pertama, simbol digunakan dengan sengaja sebagai sarana komunikasi. Kedua, simbol digunakan secara spontan dalam merespons stimulan. Makna tanda alami ditemukan karena hal ini adalah bagian dari hukum (hubungan sebab-akibat) alam, seperti asap yang merupakan tanda alami dari api. Akan tetapi, makna simbol memiliki hubungan kausal dengan apa yang direpre-sentasikannya. Respons manusia bersifat simbolik, sedangkan respons hewan terutama bersifat alami (otomatis dan spontan) (Alex Sobur , 2009; 163).
Adapun symbol atau simbol dalam kamus Webster Merriam (1997) dijelaskan sebagai berikut:
90
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
a) Sesuatu yang menunjukkan, mewakili atau memberi kesan mengenai sesuatu yang lain; sebuah obyek digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak; lambang, contoh merpati adalah lambang dari perdamaian. b) Tanda yang tertulis, tercetak, huruf, singkatan dan lain-lain, mewakili sebuah obyek, kualitas, proses, kuantitas dan lain-lain, baik di dalam musik, matematika atau kimia. Lebel halal secara Islam memiliki makna tentang ajaran Islam dan spiritual yang menjadi simbol dalam produk makanan. Simbol-simbol tersebut dapat mencirikan konsumsi Islam yang terdapat pada sebuah produk Islam. Manusia dalam hidupnya selalu berkaitan dengan simbolsimbol yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Manusia adalah animal symbolicum, artinya bahwa pemikiran dan tingkah laku simbolis merupakan ciri yang betul-betul khas manusiawi dan bahwa seluruh kemajuan kebudayaan manusia mendasarkan diri pada kondisikondisi itu. Simbol adalah segala sesuatu (benda material, peristiwa, tindakan, ucapan, gerakan manusia) yang menandai atau mewakili sesuatu yang lain atau segala sesuatu yang telah diberi makna tertentu menurut Geert dalam Eny Kusmawati (2009; 26). Penjelasan simbol menurut Kusumastuti (2009; 26) bahwa simbol atau lambang mempunyai makna atau arti yang dimengerti, dipahami dan dihayati dalam kelompok masyarakatnya. Simbol memiliki bentuk dan isi yang disebut dengan makna. Bentuk simbol merupakan wujud lahiriah, sedangkan isi simbol merupakan arti atau makna. Pendapat Parson dalam Rohidi (2000; 168) menjelaskan bahwa manusia dalam berkomunikasi menggunakan simbol-simbol yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri bagi orangorang yang bersangkutan dalam tindakan antar mereka. Masing-masing perangkat simbol itu yang sekaligus merupakan jenis simbol terbagi menjadi empat macam.
Pertama, simbol
konstitutif, yaitu simbol yang terbentuk sebagai kepercayaan-kepercayaan dan biasanya merupakan inti dari agama. Kedua, simbol-simbol kognitif, yaitu simbol-simbol yang membentuk ilmu pengetahuan. Ketiga, simbol-simbol penilaian moral, yaitu simbol-simbol yang membentuk nilai-nilai dan aturan-aturan. Kempat, simbol-simbol ekspresif, yaitu simbolsimbol yang berfungsi untuk mengungkapan perasaan. Simbol menurut Rohidi (2000; 169) dijelaskan bahwa prinsip pembentukan simbol pada dasarnya adalah abstraksi. Abstraksi dari sesuatu yang dikonsepkan dan diberi tanda khusus,
91
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
kemudian tanda yang disebut simbol itu mempunyai kekuatan membentuk konsep dari suatu benda atau gagasan yang ditandai, dengan demikian bahwa simbol harus ada makna dan sekaligus juga harus ada obyek. Berdasarkan uraian-uraian teori di atas simbol memberikan informasi yang jelas, dan nyata. Simbol mengandung sistem makna bagi kehidupan masyarakat yang memilikinya dengan melihat dan memaknai keberadaan simbol tersebut, seperti pengunaan konsep simbol untuk suatu kepentingan dalam kehidupan sosial yang relevan jika tindakan simbolik menghadirkan klasifikasi simbolik dan konsep tindakan sosial yang mendorong proses modernisasi, seperti penggunaan simbol untuk kepentingan ekonomi dan politik. Menurut Emile Durkheim dalam Saifuddin, Agama adalah pusat kebudayaan karena agama memiliki kekuatan terbesar untuk mengendalikan semua aspek kehidupan manusia. Hal ini karena hanya agama yang dapat menjelaskan hakikat keberadaan manusia itu sendiri, dari mana datang, apa tugasnya hidup di dunia dan akan kemana jika ia meninggal. Tak satupun unsur kebudayaan yang dapat menjelaskan hal itu kecuali agama. Diperkuat agama bukan hanya bagian dari kebudayaan tetapi juga inti kebudayaan. Sehingga dalam dewasa ini agama dan simbol-simbol agama secara imajinatif digunakan untuk kepentingan-kepentingan kehidupan sosial dan politik. Demokrasi yang menimbulkan banyak bermunculnya organisasi politik berupa partai politik. Selain menggunakan peran simbol etnik untuk mengambil simpatik yang berlatarbelakang suku, peran simbol keagamaan dapat dimanipulasi oleh elit politik sebagai alat memperoleh kekuasaan. Tabel. 1, Contoh Simbol Dalam Agama Islam NO Jenis
Ungapan/Bentuk
1.
Allahu
Kata
akbar,
Assalamualikum
Wr.Wb,
dan
Bissmilahiromanirohim, Ayat Kursi, Halal, Nama, Daerah asal 2.
Objek
Ka’abah, Masjid, Gelar H (haji), HJ (hajjah)
3.
Barang/Benda
Peci, Mukena, Sajada, Tasbi, Sarung, Jubah, dan Sorban, Gambar Masjid, Bulan/Bintang.
4.
Tindakan
Sujud, Rukuk, Membuka kedua tangan, Gerakan sholat
5.
Peristiwa
Idul fitri, Idul Adha, Puasa Ramadhan, dan Tahun Baru
92
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Islam,
Simbol-simbol pada tabel menberikan informasi mengenai keberadaan dan perlambangan kehidupan umat Islam dengan melihat atau mendengar simbol tersebut secara langsung maupun tidak dapat mengenali keberadaan agama Islam. 2. Pengertian Tanda Sign dalam kamus Webster memiliki arti sebagai berikut: a) Sesuatu yang mengindikasikan suatu kenyataan, kualitas dan lain-lain, contoh: warna hitam sebagai tanda atau indikasi perkabungan. b) Suatu isyarat atau gerak yang menyampaikan informasi, memberikan perintah dan lainlain, contoh anggukan sebagai tanda setuju. Suatu tanda atau simbol yang telah diterima dan memiliki makna yang khusus, contoh tanda H untuk sen (dalam definisi ini sign sama dengan symbol). c) Bagian dari linguistik sebagai kata, huruf dan lain-lain yang merupakan simbol dari ide, fungsi dan lain-lain. d) Berupa papan yang dipajang, plakat dan lain-lain yang memberikan informasi, iklan atau peringatan dan lain-lain. e) Sesuatu tanda dari jejak seekor binatang, contoh jejak kaki. f) Beberapa jejak nyata atau indikasi yang nyata, contoh tanda musim semi (keterangan: pada negara empat musim, musim semi ditandai dengan mulai munculnya bakal bunga dari tanaman-tanaman tertentu yang kemudian menjadi bunga pada musim semi). Beberapa jenis tanda yaitu tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Tanda, selain dipakai sebagai istilah generik dari semua yang termasuk kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian. Semiotika itu suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda dan tindakan secara langsung dan alamiah. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya
93
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini, walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem bahasa yang paling lengkap dan sempurna. 3. Label Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau penjualnya1 Angipora, Marinus, 2002; 192). Menurut Tjiptono (1997; 107) label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label biasa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada produk. Sedangkan Kotler menyatakan bahwa label adalah tampilan sederhana pada produk atau gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dengan kemasan. Label bisa hanya mencantumkan merek atau informasi. Lebih lanjut, Basu Swasta (1984; 141) mendefinisikan label yaitu bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya. Jadi, sebuah label itu mungkin merupakan bagian dari pembungkusnya, atau mungkin merupakan suatu etiket yang tertempel secara langsung pada suatu barang. Secara garis besar, terdapat tiga macam label yang sering digunakan oleh beberapa perusahaan, yaitu: a. Brand label adalah label yang semata-mata sebagai brand. Misalnya pada produk makanan
atau minuman, kita dapat mencari tulisan berbunyi: “asli”, dan sebagainya. Nama-nama tersebut digunakan oleh semua perusahaan yang memproduksinya. Selain brand label ini, masing-masing perusahaan juga mencantumkan merek yang dimilikinya pada produk makanan yang diproduksi. b. Grade label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang.
Label ini dinyatakan dengan suatu tulisan atau kata-kata. c. Descriptive
label atau juga disebut
informative label merupakan label yang
menggambarkan tentang cara penggunaan, susunan, pemeliharaan, hasil kerja dari suatu produk makanan. Mengingat label adalah alat penyampai informasi, sudah selayaknya informasi yang termuat pada label adalah sebenar-benarnya dan tidak menyesatkan. Hanya saja, mengingat label juga berfungsi sebagai iklan, disamping sudah menjadi sifat manusia untuk mudah jatuh dalam kekhilafan dengan berbuat “kecurangan” baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja,
94
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
maka perlu dibuat rambu-rambu yang mengatur. Dengan adanya rambu-rambu ini diharapkan fungsi label dalam memberi “rasa aman” pada konsumen dapat tercapai. B. Tinjauan Mengenai Perilaku Konsumen 1. Pengertian Perilaku Konsumen Tujuan suatu perusahaan adalah memenuhi, melayani dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumennya secara efisien dan efektif dibandingkan dengan pesaingnya. Tetapi, mengenal konsumen tidaklah mudah karena tingkah laku atau perilaku tiap konsumen sangat beragam dari segi usia, pendapatan, tingkat pendidikan, gaya hidup, dan selera. Mempelajari dan memahami perilaku konsumen akan memberikan petunjuk bagi para pemasar dalam mengembangkan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, dan elemen bauran pemasaran lainnya. Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur pembelian barang dan jasa. Banyak pengertian perilaku konsumen oleh para ahli, salah satunya adalah yang didefenisikan oleh Kotler (2001; 128) adalah tingkah laku konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi. Mowen, (2002; 6) menyatakan bahwa “Perilaku konsumen merupakan studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi barang dan jasa,pengalaman serta ide-ide. Engel, Blackwell dan Minard (1995; 8), menyatakan bahwa perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Schiffman dan Kanuk (2004; 19), menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan memuaskan kebutuhan mereka. Husein Umar (2003; 49), yaitu Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa.termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut. Setiadi, (2003; 2)
95
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
definisi perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan danaktivitas masingmasing individu yang dilakukan dalam rangka evaluasi, mendapatkan, penggunaan, atau mengatur barang-barang dan jasa. Perilaku konsumen (consumer behaviour) juga didefinisikan oleh Basu swastha dan Hani Handoko (2000; 39), Kegiatan-kegiatan individu-individu
yang
secara
langsung
terlibat
dalam
mendapatkan
dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984: 6) mengemukakan bahwa “Consumer behavior may be defined as decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquaring, using or disposing of good and services”. (Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa). Gerald Zaldman dan Melanie Wallendorf,( 1971; 6) menjelaskan bahwa Consumer behavior are acts, process and sosial relationship exhibited by individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and consequent experience with products, services and other resources”. (Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainya) Listyorini menyatakan bahwa, perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan apa yang mereka beli, kapan dan dimana mereka membeli, dan seberapa serius mereka membeli suatu barang. Menurut Tunggal pengertian perilaku konsumen perlu dibedakan dengan apa yang disebut sebagai perilaku pembeli (buyer behavior) atau perilaku pelanggan (customer behavior). Pengertian perilaku konsumen sering diberi batasan sebagai aktivitas manusia yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamya proses pengambilan keputusan pada persiapan penentuan dari kegiatan tersebut, aktivitas tersebut meliputi kegiatan mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan lain sebagainya, atas barang ataupun jasa agar dapat memuaskan kebutuhannya.
96
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Sehingga dapat di dimengerti bahwa perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses dimana mereka menyeleksi, menggunakan dan membuang produk, layanan, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak dari proses tersebut pada konsumen dan masyarakat. Dari pengertiann di atas, penulis mengemukakan bahwa mempelajari perilaku konsumen dan proses konsumsi yang dilakukan oleh konsumen memberikan beberapa manfaat. Mowen mengemukakan manfaat yang bisa diperoleh sebagai berikut adalah a) Membantu para manajer dalam pengambilan keputusan, b) Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar pengetahuan analisis konsumen. 1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan pembelian menurut Kotler yang kemudian dikutip oleh Bilson Simamora (2004; 6) yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologi. Yang akan diuraikan sebagai berikut: a. Faktor budaya
Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh budaya, sub-budayanya, dan kelas sosial pembeli. 1) Budaya
Secara umum budaya sendiri budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia (Muhaimin, 2001; 153). Budaya adalah susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari dari anggota suatu masyarakat, keluarga dan institusi penting lainnya.Yang termasuk dalam budaya ini adalah pergeseran budaya dan nilainilai dalam keluarga (Kotler, Philip & Gary Armstrong, 2001; 197).
97
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Geertz mengatakan bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya, suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis, diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan mengembangkan pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterpretasikan (Tasmuji, dkk, 2011; 154).
b. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen. 1) Kelompok 2) Keluarga 3) Peran status c. Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang bersangkutan. d. Faktor Psikologi
Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologi yang utama, yaitu faktor motivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap. C. Tinjauan mengenai Keputusan Membeli 1. Pengertian Keputusan Pembelian Pada dasarnya keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh motif-motif pembelian dimana bisa karena pembeli melaksanakan pembelian hanya pertimbangan (motif = terdorong) secara emosional, seperti bangga, sugesti, dan sebagainya. Tetapi juga pembeli membeli secara rasional seperti harganya. Keputuasan pembelian merupakan suatu keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk, harga, lokasi, promosi, physical evidence, people dan process, sehingga membentuk suatu sikap pada konsumen untuk
98
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
mengolah segala informasi dan mengambil kesimpulan berupa response yang muncul produk apa yang akan dibeli (Alma, Buchari, 2011; 96). Menurut Engel, Blackwell, Miniard, pembelian produk atau jasa yang dilakukan oleh konsumen bisa digolongkan ke dalam tiga jenis pembelian, yaitu sebagai berikut: a) Pembelian yang terencana sepenuhnya. b) Pembelian yang separuh terencana. c) Pembelian yang tidak terencana. Menurut Swastha dan Handoko setiap keputusan pembelian mempunyai satu struktur sebanyak tujuh komponen, yaitu: a) Keputusan tentang jenis produk b) Keputusan tentang bentuk produk c) Keputusan tentang merek d) Keputusan tentang penjualannya e) Keputusan tentang jumlah produk e) Keputusan tentang waktu pembelian g) Keputusan tentang cara pembayaran yang akan dilakukan untuk transaksi pembayaran 2. Pengertian Proses Keputusan Pembelian Pengertian proses keputusan pembelian adalah suatu tahapan keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada (Schiffman, Leon G. & Leslie Lazar Kanuk, 2004; 437). Menurut Peter dan Olson (1999; 162), Proses keputusan pembelian adalah tahap pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Pengertian lain mengatakan bahwa proses keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan Kotler dan Amstrong (2001; 162). Menurut Engel, (1995; 31) proses keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian. Pemasar perlu mengetahui siapa yang terlibat dalam keputusan membeli dan peran apa yang dimainkan oleh setiap orang untuk banyak
99
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
produk, cukup mudah untuk mengenali siapa yang mengambil keputusan (Engel, J., Blackwell, R., & Minniard, P. W, 1995; 31). 3. Tahap Pengambilan Keputusan Menurut Djatnika (2007) tahap pengambilan keputusan ada empat, yaitu: 1) Tahap menaruh perhatian (Attention) 2) Tahap ketertarikan (Interest) 3) Tahap berniat (Desire) 4) Tahap memutuskan untuk membeli (Action) Menurut Kotler dan Amstrong (2001; 162) tahap pengambilan keputusan ada lima, yaitu: 1) Pengenalan kebutuhan Tahap pertama proses keputusan pembelian, yaitu ketika konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan dimana pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
Kebutuhan dapat dipicu oleh
rasangan internal, rangsangan internal adalah kebutuhan normal seseorang yang muncul ketingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. 2) Pencarian informasi Tahap dari proses keputusan pembelian, yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya meningkatkan perhatian atau semakin aktif mencari informasi. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber, yaitu: a) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan. b) Sumber komersial: periklanan atau pameran. c) Sumber publik: media massa. d) Sumber eksperimental: pengujian atau penggunaan produk. Konsumen dengan kelas ekonomi menengah ke atas cenderung memerlukan pencarian informasi yang lebih banyak sebelum pembelian dilakukan (Sutisna, 1997: 237). 3) Evaluasi alternatif
100
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Tahap dari proses keputusan pembelian, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternative dalam peringkat pilihan. Dengan bantuan informasi-informasi yang tersedia maka akan memudahkan konsumen untuk melakukan pengamatan alternatif yang dikumpulkan melalui berbagai informasi. Dengan demikian, konsumen sudah mempunyai fungsi utility untuk setiap sifat-sifat produk yang sangat bervariasi dengan berbagai tingkat dari sifat-sifat produk. Pemasar harus mengetahui mengenai evaluasi alternatif, artinya bagaimana konsumen mengolah informasi sampai pada pemilihan merek. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen, yaitu: a) Menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atibut produk. b) Konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut yang berbeda pula, menurut kebutuhan dan keinginan masing-masing. c) Konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek tertentu yang dikenal sebagai citra merek. d) Harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. e) Konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi.
4) Keputusan membeli Tahap dari proses keputusan pembelian, yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Setelah mencari dan mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada maka konsumen harus memutuskan akan membeli atau tidak membeli produk tertentu. Bila keputusan yang diambil adalah membeli maka konsumen harus mengambil keputusan mengenai merek, harga, penjual, keasliannya, waktu pembelian, dan cara pembayarannya. Dalam tahap evaluasi konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Menurut Hahn (2002; 69) terdapat tiga aktivitas yang berlangsung dalam proses keputusan pembelian, yaitu:
101
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
a) Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian b) Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian c) Komitmen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa membeli produk pesaing. d) Pada umumnya keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli.
5) Evaluasi pasca pembelian Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu ketika konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas, hal ini akan mempengaruhi tindakan pasca pembelian. Tugas pemasar tidak berhenti pada saat telah terjadi penjualan, melainkan terus berlanjut sampai periode setelah pembelian. Sebuah keputusan tidak mungkin dapat dibentuk begitu saja. Harus ada tahapantahapan yang mendahului dalam proses pembuatan keputusan tersebut agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. C. Produk Makanan 1. Pengertian produk makanan Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi konsumen sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan konsumen yang bersangkutan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan, sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Definisi produk menurut Stanton adalah Sekumpulan atribut yang nyata, didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang mungkin bisa memuaskan keinginannnya.
102
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Definisi produk menurut Kotler dan Armstrong adalah Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat perhatian, dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Berdasarkan dua definisi mengenai produk di atas maka dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan produsen kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mampu memberikan kepuasan bagi penggunanya. Selain itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan, merek, label, pelayanan, dan jaminan. Secara etimologi makanan adalah memasukkan sesuatu melalui mulut (Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan, 1982; 525). Dalam bahasa arab makanan berasal dari kata atta’am ( )اﻟﻄﻌﺎمdan jamaknya al-atimah ( )اﻷطﻤﺔyang artinya makan-makanan (Adib Bisri dan Munawwir AF, 1999; 201). Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam yaitu segala sesuatu yang dimakan oleh manusia, sesuatu yang menghilangkan lapar, (Abdul Aziz dahlan). Halal berasal dari bahasa arab ( )اﻟﺤﻼلyang artinya membebaskan, memecahkan, membubarkan dan membolehkan. Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam yaitu: segala sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak dihukum jika menggunakannya, atau sesuatu yang boleh dikerjakan menurut syara’ (Departemen Agana RI, 2003; 3). Sedangkan menurut buku petunjuk teknis sistem produksi halal yang diterbitkan oleh DEPAG menyebutkan bahwa; makanan adalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia, serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman. Sedangkan halal adalah: sesuatu yang boleh menurut ajaran Islam (Departemen Agana RI, 2003; 3). Jadi pada intinya makanan halal adalah: makanan yang baik yang dibolehkan memakannya menurut ajaran Islam, yaitu sesuai dalam Al-Qur’an dan Al-hadits. Sedangkan pengertian makanan yang baik yaitu segala makanan yang dapat membawa kesehatan bagi tubuh, dapat menimbulkan nafsu makan dan tidak ada larangan dalam Al Qur’an maupun hadits. Tetapi dalam hal yang lain diperlukan keterangan yang lebih jelas berdasarkan ijma’dan Qiyas (ra’yi/ijtihad) terhadap sesuatu nash yang sifatnya
103
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
umum yang harus digali oleh ulama agar kemudian tidak menimbulkan hukum yang syub-had (menimbulkan keraguraguan). Dan para ulama telah ijma’ tentang halalnya binatang-binatang ternak seperti unta, sapi, dan kambing serta diharamkannya segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya baik dalam bentuk keracunan, timbulnya penyakit atau adanya efek sampingan (side-effect). Dengan demikian sebagia ulama’ memberikan keterangan tentang hukum-hukum makanan dan minuman (Hussein Bahresy, 1981; 303). 2. Dasar Hukum Makanan Halal Prinsip pertama yang ditetapkan Islam, pada asalnya: segala sesuatu yang diciptakan Allah itu halal tidak ada yang haram, kecuali jika ada nash (dalil) yang shahih (tidak cacat periwayatannya) dan sharih (jelas maknanya) yang mengharamkannya (Yusuf Qardhawi, 2003; 36.). Sebagaimana dalam sebuah kaidah fikih (Abdul Wahhab Khallaf, 1994; 127).: اﻵﺻﻞ ﻓﻲ اﻵﺷﯿﺎء اﻻﺑﺎ ﺣﺔ ﺣﺘﻲ ﯾﺪ ل اﻟﺪ ﻟﯿﻞ ﻋﻠﻲ ﺗﺤﺮﯾﻤﮫ Artinya : Pada asalnya, segala sesuatu itu mubah (boleh) sebelum ada dalil yang mengharamkannya. Para ulama, dalam menetapkan prinsip bahwa segala sesuatu asal hukumnya boleh, merujuk pada beberapa ayat dalam al Qur’a n surah al Baqarah ayat 29: ھﻮ اﻟﺬي ﺧﻠﻖ ﻟﻜﻢ ﻣﺎ ﻓﻲ اﻻ ر ض ﺟﻤﯿﻌﺎ Terjemahnya: Dialah yang menciptakan untuk kalian segala sesuatu di bumi. Dari sinilah maka wilayah keharaman dalam sysriat Islam sesungguhnya sangatlah sempit, sebaliknya wilayah kehalalan terbentang sangat luas, jadi selama segala sesuatu belum ada nash yang mengharamkan atau menghalalkannya, akan kembali pada hokum asalnya, yaitu boleh yang berada di wilayah kemaafan Tuhan. Dalam hal makanan, ada yang berasal dari binatang dan ada pula yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Ada binatang darat dan ada pula binatang laut. Ada binatang suci yang boleh dimakan dan ada pula binatang najis dan keji yang terlarang memakannya. Demikian juga makanan yang berasal dari bahan-bahan tumbuhan. untuk seterusnya marilah kita mempelajari keterangan dari Al-Qur’an dan Hadits yang menyatakan
makanan dan
104
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
minuman yang halal dan yang haram dan kesimpulan hukum yang diambil dari pada keduanya (H.M.K. Bakri). Kepedulian Allah Swt sangat besar terhadap soal makanan dan aktifitas makan untuk makhluknya. Hal ini tercermin dari firmannya dalam al Qur’an mengenai kata tha’am yang berarti ”makanan” yang terulang sebanyak 48 kali dalam berbagai bentuknya. Ditambah pula dengan kata akala yang berarti ”makan”sebagai kata kerja yang tertulis sebanyak 109 kali dalam berbagai derivasinya, termasuk perintah ”makanlah” sebanyak 27 kali. Sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan makan yaitu ”minum” yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut syariba terulang sebanyak 39 kali (Tiench Tirta winata, 2006; 1). Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sayursayuran, buah-buahan dan hewan adalah halal kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa manusia. Dasar hukum Al- Qur’an tentang makanan halal diantaranya yaitu: وﻛﻠﻮاﻣﻤﺎ رزﻗﻜﻢ ﷲ ﺣﻠﻼ طﯿﺒﺎ واﺗﻘﻮاﷲ اﻟﺬ ي أﻧﺘﻢ ﺑﮫ ﻣﺆ ﻣﻨﻮن Terjemahnya: ”Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kammu beriman kepadaNya”. QS. AlMai’dah 88). Juga dalam surat An- Nahl ﻓﻜﻠﻮا ﻣﻤﺎ رز ﻗﻜﻢ ﷲ ﺣﻠﻼ طﯿﺒﺎ واﺷﻜﺮوا ﻧﻌﻤﺖ ﷲ ان ﻛﻨﺘﻢ اﯾﺎ ه ﺗﻌﺒﺪون Terjemahnay: “Makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepadan-Nya menyembah. (QS. An-Nahl) Ayat-ayat di atas bukan saja menyatakan bahwa mengkonsumsi yang halal hukumnya wajib karena merupakan perintah agama, tetapi menunjukkan juga hal tersebut merupakan salah bentuk perwujudan dari rasa syukur dan keimanan kepada Allah. Sebaliknya, mengkonsumsi yang tidak halal dipandang sebagai mengikuti ajaran syaitan. Sebenarnya Dalam Al Qur’an makanan yang di haramkan pada pokoknya hanya ada empat yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 173. اﻧﻤﺎ ﺣﺮم ﻋﻠﯿﻜﻢ اﻟﻤﯿﺘﺔ واﻟﺪ م وﻟﺤﻢ اﻟﺨﻨﺰﯾﺮ وﻣﺎ أھﻞ ﺑﮫ ﻟﻐﯿﺮ ﷲ ﻓﻤﻦ اﺿﻄﺮ ﻏﯿﺮ ﺑﺎغ وﻻ ﻋﺎد ﻓﻼ اﺛﻢ ﻋﻠﯿﮫ ان ﷲ ﻏﻔﻮر رﺣﯿﻢ
105
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Terjemahnya
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya, tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. Al-Baqoroh (2): 173) Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa makanan yang diharamkan diantaranya: a. Bangkai, yang termasuk kategori bangkai adalah hewan yang mati dengan tidak disembelih; termasuk didalamnya hewan yang mati tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk dan diterkam oleh hewan buas, kecuali yang sempat kita menyembelihnya, hanya bangkai ikan dan belalang saja yang boleh kita makan. b. Darah, sering pula diistilahkan dengan darah yang mengalir, maksudnya adalah darah yang keluar pada waktu penyembelihan (mengalir) sedangkan darah yang tersisa setelah penyembelihan yang ada pada daging setelah dibersihkan dibolehkan. Dua macam darah yang dibolehkan yaitu jantung dan limpa. c. Babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram baik darahnya, dagingnya, maupun tulangnya. d. Binatang yang ketika disembelih menyebut selain nama Allah. 3. Syarat-Syarat dan Kriteria Makanan Halal Dalam hal makanan sebenarnya ada dua pengertian yang bisa kita kategorikan kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan halal dzat atau subtansi barangnya. Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah benar dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram dan tidak pula dengan cara yang batil. Jadi, makanan yang pada dasar dzatnya halal namun memperolehnya dengan jalan haram seperti; mencuri, hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka secara otomatis berubah status hukumnya menjadi makanan haram. Namun penelitian ini hanya akan membahas tentang makanan halal dari segi dzatnya atau subtansi barangnya. Makanan halal secara dzatiyah (subtansi barangnya), menurut Sayyid Sabiq dibagi dalam dua kategori, yaitu jamad (benda mati) dan hayawan (binatang). Yang termasuk makanan dan minuman yang halal adalah:
106
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
a. Bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari binatang yang dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih menurut ajaran Islam. b. Tidak mengandung sesuatu yang digolongkan sebagai najis menurut ajaran Islam. c. Dalam proses, menyimpan dan menghidangkan tidak bersentuhan atau berdekatan dengan makanan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai mana huruf a, b, c, dan d di atas atau benda yang dihukumkan sebagai najis menurut ajaran Islam. Metode Penelitian Berdasarkan dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan menggunakan pendekatan survey untuk melaksanakan penelitian dengan menyebar kuesioner. Pendekatan survey adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu (Jogiyanto Hartono, 2012; 138). Pada umumnya yang merupakan unit dalam penelitian survei adalah individu. Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang akan disebarkan kepada responden. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Syariah dari angkatan 2011 sampai dengan angkatan 2015 yang berjumlah total sebanyak 357 responden dengan rincian tahun 2011 berjumlah 69 mahasiswa, tahun 2012 berjumlah 48 mahasiswa, tahun 2013 berjumlah 70 mahasiswa, tahun 2014 berjumlah 77 mahasiswa dan tahun 2015 berjumlah 93 mahasiswa. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: a. Symbol-simbol keislaman yaitu Sesuatu yang menunjukkan, mewakili atau memberi kesan mengenai sesuatu yang lain mengandung nilai syariat islam yang meningkatkan kesejahteraan hidup, dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan, dan dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi manusia di dunia (X) b. Keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen yang
dipengaruhi oleh
Pengenalan kebutuhan, Pencarian informasi, Evaluasi (Y) Teknik pengumpulan data yang digunakana dalam penelitian ini berupa:
107
a.
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Metode kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk dijawab dengan memberikan angket. Pada umumnya isi materi kuesioner meliputi identitas responden dan
butir-butir
pertanyaan variabel penelitian beserta alternatif jawaban (Danang Sunyoto, 2013; 23). b.
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan bisa berupa buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, laporan, catatan kasus, atau dokumen lainnya. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengungkapkan data berupa simbol-simbol keislaman.
Pengujian Instrumen Pengujian instrumen dengan Uji validitas. Uji validitas digunakan untuk mendapatkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen untuk mendapatkan ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan peneliti. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas instrumen adalah Korelasi Pearson Product Moment, yaitu sebagai berikut, Suharsimi Arikunto:
rxy
n XY ( X )( Y )
{n X 2 ( X ) 2 }{n Y 2 ( Y ) 2 }
Ketarangan: a. rxy = b. ∑X = c. ∑Y = d. ∑XY = e. (∑X)2 = f. (∑Y)2 = g. N =
Koefisien korelasi antara variabel X dan Y Jumlahskorbutir Jumlahskor total Jumlah perkalian antara skor X dan skor Y Jumlah kuadrat dari skor butir Jumlah kuadrat dari skor total Jumlah responden
Setelah rhitung ditemukan kemudian dikonsultasikan dengan rtabel untuk mengetahui butir yang valid dan tidak valid. Apabila rhitung lebihbesar atau sama dengan rtabel pada taraf signifikan 5%, maka butir pernyataan tersebut valid. Namun, jika rhitung lebih kecil dari rtabel , maka butir pernyataan tidak valid.
108
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Teknik Analisa Data
Menurut suharsimi Arikunto (2004: 13) uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat memiliki hubungan linier atau tidak. Uji linieritas dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Freg = Keterangan: Freg
= Nilai bingan F untuk regresi
RKreg = Rerata kuadrat garis regresi RKres = Rerata kuadrat residu Harga F yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga Ftabel pada taraf signifikansi 5%. Kriterianya apabila harga Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% maka hubungan antara variabel bebas dikatakan linier. Sebaliknya, apabila Fhitung lebih besar dari pada Ftabel, maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak linier. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik. Data-data yang telah terkumpul kemudian diolah menggunakan teknik statistik. Hasil tersebut dihitung melalui program IBM SPSS versi 16.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Hasil Penelitian a. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan data dan meringkas data yang
diobservasi berupa nilai rata-rata (mean) untuk setiap variable. Variable yang dideskripsikan adalah veriabel Simbol-simbol keislaman (X) dan variabel Keputusan membeli (Y). secara ringkas hasil analisis deskriptif dari variabel simbol-simbol keislaman (X) dan variabel keputusan membeli (Y) dapat dilhat pada table berikut:
109
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Tabel. 4. 6
Descriptive Statistic Simbol-simbol
Keputusan
Valid
Keislaman
Membeli
(Listiwise) 125
N
Statistic 125
125
Range
Statistic
42,00
33,00
Minimum
Statistic
33,00
39,00
Maximum Statistic
75,00
72,00
Sum
Statistic
7025,00
7309,00
Mean
Statistic
56,2000
58,4720
Error
,72672
,56472
Statistic
8,12503
6,31380
Statistic
66,016
39,864
N
Std.
Std Deviantion Variance
Sumber: Data diolah Peneliti Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 125 responden, variabel simbo-simbol keislaman memiliki rata-rata (mean) = 56, 2000 dan variabel Keputusan membeli memiliki rata-rata (mean) = 58, 4720. b.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menguji validitas data digunakan teknik korelasi Pearson, dengan ketentuan jika α > 0, 05 maka butir angket dalam kuesioner dinyatakan valid. Jika α < 0, 05, maka butir angket dalam kuesioner dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji validitas yang dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4. 7.
110
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Variabel
Koefisien
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Sig.
Keterangan
0,594
0,000
Valid
Butir angket No.2
0,556
0,000
Valid
Butir angket No. 3
0,476
0,000
Valid
Butir angket No. 4
0,599
0,000
Valid
Butir angket No. 5
0,377
0,000
Valid
Butir angket No. 6
0,564
0,000
Valid
Butir angket No. 7
0,452
0,000
Valid
Butir angket No. 8
0,506
0,000
Valid
Butir angket No. 9
0,493
0,000
Valid
Butir angket No. 10
0,241
0,007
Valid
Butir angket No. 11
0,358
0,000
Valid
Butir angket No. 12
0,520
0,000
Valid
Butir angket No. 13
0,527
0,000
Valid
Butir angket No. 14
0,607
0,000
Valid
Butir angket No. 15
0,551
0,000
Valid
0,212
0,017
Valid
Butir angket No. 17
0,206
0,021
Valid
Butir angket No. 18
0,219
0,014
Valid
Butir angket No. 19
0,324
0,000
Valid
Butir angket No. 20
0,152
0,090
Valid
Butir angket No. 21
0,231
0,010
Valid
Butir angket No. 22
0,162
0,071
Valid
Butir angket No. 23
0,242
0,007
Valid
Butir angket No. 24
0,291
0,001
Valid
Butir angket No. 25
0,044
0,623
Valid
Butir angket No. 26
0,188
0,035
Valid
Butir angket No. 27
0,185
0,039
Valid
Kerolesi Butir angket No.1
Butir angket No. 16
X
Y
111
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Butir angket No. 28
0,185
0,000
Valid
Butir angket No. 29
0,397
0,000
Valid
Butir angket No. 30
0,324
0,000
Valid
Sumber: Data diolah Peneliti c. Uji Realibilitas Setelah dilakukan uji validitas terhadap butir angket dalam koesioner, maka selanjutnya dilakukan uji realibilitas untuk menunjukkan sejauhmana alat ukur yang digunakkan dalam penelitian ini dapat diandalkan atau dapat dipercaya. Untuk menguji realibilltas digunakan koefisien alpha cronbach > 0,45. Hasil analisis reliabilitas dengan bantuan SPSS versi 16 dalam penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 4. 8 di bawah ini: Tabel 4. 8
Cases
N
%
Valid
125
100%
Exclude#
0
,0
Total
125
100%
a. Listwise deletion based on all variables in procedure Tabel. 4. 8 Variable
Alpha
Keterangan
Symbol-simbol keislaman
0,740
Reliabel
Keputusan Membeli
0,726
Reliabel
Sumber: Data diolah SPSS 16 Berdasarkan pada tabel di atas, output SPSS memberikan nilai alpha cronbach untuk variable simbol-simbol keislaman sebesar 0,740 dan variable keputusan membeli sebesar 0,726. Nilai alpha cronbach ini jelas berada di ata batas minimal 0,45 sehingga dapat disimpulkan bahwa variable simbol-simbol keislaman dan variable keputusan membeli mempunyai realibilitas yang baik. d. Uji Normalitas 112
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui distribusi data, apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan P-value > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika P-value < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji normalitas yang dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut: Tabel 4. 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Simbol
Keputusan
keislaman
Membeli
125
125
56.2000
58.4720
8.12503
6.31380
.053
.104
Positive
.033
.055
Negative
-.053
-.104
Kolmogorov-Smirnov Z
.594
1.161
Asymp. Sig. (2-tailed)
.873
.135
N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most
Extreme Absolute
Differences
a. Test distribution is Normal. Sumber: Data diolah oleh peneliti Dari hasil uji normalitas di atas terlihat bahwa variabel Simbol-simbol Keislaman memiliki P-value = 0,873 dan variabel Keputusan membeli memiliki P-value = 0,135. Kedua P-value tersebut lebih besar dari α = 0, 05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
113
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
e. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varians variabel Perilaku Konsumen (X). Hal ini dilakukan karena variabel tersebut dipergunakan untuk memprediksi variabel dependent, yaitu variabel Keputusan Membeli (Y). Untuk menguji homogenitas data digunakan Analisis Ragam Satu Arah (Oneway Anova). Adapun kriteria pengujiannya yaitu P-value > α (0, 05) maka data homogen dan jika P-value < α (0,05) maka data tidak homogen. Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.10 di bawah ini: Levene Statistic
Dfl
ddf2
Sig.
1,374
26
89
.138
Sumber: Data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variable simbol keislaman memiliko nilai P-value = 0,138 yang berarti lebih dari α = 0, 05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data variable symbol keislaman adalah homogen atau berasal dari populasi yang mempunyai ragam (varians) sama. f. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis regresi sederhana. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu simbol-simbol keislaman, dengan indikator Pengetahuan, Kebiasaan, Motivasi dan Kepribadian serta satu variabel terikat yakni keputusan membeli dengan indikator Pengenalan kebutuhan, Pencarian informasi, Evaluasi, Pengambilan keputusan serta Perilaku pasca pembelian pengenalan serta perilaku pasca pembelian. g. Koefisien Determinan Koefisien determinasi (R²) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun nilai koefisien determinasi terhadap hubungan variabel symbol-simbol keislaman terhadap variabel keputusan membeli produk makanan dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel. 4. 11
114
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Model 1
R
.522a
R Square
.273
Adjusted R Square
.267
Std. Error of the Estimate
5.40555
a. Predictors: (Constant), symbol Koefisien determinasi (R square) digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis dari table model summary dapat diketahui bahwa nilai R square sebesar 0,273 atau 27,3%. Hal ini berarti bahwa pengaruh variabel simbol-simbol keislaman terhadap keputusan membeli memiliki pengaruh sebesar 27,3% . Pengujian Signifikan Variabel Sementara hasil analisis Anova akan ditampilkan sebagai berikut: Tabel. 4. 12 ANOVAb Sum Model 1
of
Squares
Mean Df
Square
F
Sig.
Regression 1349.091
1
1349.091
46.170
.000a
Residual
3594.061
123
29.220
Total
4943.152
124
a. Predictors: (Constant), symbol b. Dependent Variable: keputusan Berdasarkan tabel Anova di atas mengindikasikan bahwa regresi secara statistik sangat signifikan dengan nilai F = 46,170 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n – 1 = 125 – 1 – 1 = 123 dan P – value = 0,000 yang jauh lebih kecil dari α = 0, 05. h. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan α (0,05) dengan ketentuan sebagai berikut :
115
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Jika nilai signifikansi (P Value) < α (0,05) atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dan jika nilai signifikansi (P Value) > α (0,05) atau t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Adapun hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel 4.15 dibawah ini: Tabel. 4. 13 Coefficientsa Model 1 (Constant
Simbol
B
35.657
.406
Std. Error
3.392
.060
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Beta
.522
T
10.511
6.795
Sig.
.000
.000
a. Dependent Variable: keputusan Pengambilan keputusan a. Persamaan garis regresi menggunakan method kuadrat terkecil (least squares method) yang didapat adalah y = 35,657 + 0,406x. b. Untuk menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi digunakan uji statistik t. Dari hasil output SPSS di atas dapat nilai uji – t = 6,795 dengan P – value = 0,000. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan Ho, karena P – value = 0,000 lebih kecil dari α = 0, 05. Jadi dapat disimpulkan bahwa simbol-simbol keislaman berpengaruh terhadap keputusan membeli produk makanan untuk dikonsumsi. 2. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol-simbol keislaman tergolong dalam kategori pokok, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap keputusan membeli produk makanan bagi mahasiswa IAIN Manado Fakultas Syariah Manado angkatan 2011 sampai 2015.
116
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Sebuah kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa bahwa simbol-simbol keislaman bagi kebanyakan orang mengambil keputusan membeli produk makanan mahasiswa IAIN Manado Fakultas Syariah. Mengkonsumsi makanan halal merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Simbol keislaman salah satu media untuk mengetahui bahwa produk makanan diproduksi oleh orang Islam yang sudah barang tentu bahan-bahan produksinya adalah halal. Oleh karena itu mendapatkan pangan halal seharusnya merupakan hak bagi setiap konsumen Muslim. Makanan yang halal adalah yang diijinkan untuk dikonsumsi atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya. Baik (Thayyib) adalah lezat, baik, sehat dan menentramkan (Girindra, 2006). Clifford Geertz (1992: 5) mendefinisikan agama sebagai: (1) Sebuah sistem simbol yang bertujuan untuk menciptakan perasaan dan motivasi kuat, mudah menyebar, dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang (2) dengan cara membentuk konsepsi tentang sebuah tatanan umum eksistensi dan (3) melekatkan konsepsi ini kepada pancaran-pancaran faktual, dan pada akhirnya perasaan dan motivasi ini akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik. Dalam hal ini, seseorang memperlihatkan simbol-simbol keagamaan dalam perilakunya akibat dari motivasi tertentu yang muncul dalam dirinya. Motivasi ini tentunya mempunyai tujuan-tujuan tertentu dan orang yang termotivasi tersebut dibimbing oleh seperangkat nilai tentang apa yang penting, apa yang baik dan buruk, apa yang benar dan salah bagi dirinya. Komitmen tentang pentingnya perlunya mengkonsumsi makanan yang halal, maka salah satu cara untuk memahaminya adalah dengan memperhatikan simbol-simbol keislaman. Perlhakuan terhadap simbol-simbol keislaman dalam mengidentifikasi akan kehalalan suatu produk makan adalah suatu hal yang sangat penting dala menjalankan ajaran agama Islam. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan dianaman simbol-simbol keislaman mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian di kalangan mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Manado. Dengan memiliki pengaruh sebesar 27,3%.
117
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa simbol-simbol keislaman mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk makanan karena dalam penelitian ini nilai t signifikan p < 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima, yaitu symbol-simbol keislaman mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian di kalangan mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Manado. Pengaruh antara simbol-simbol keislaman dan keputusan pembelian tersebut adalah pengaruh positif (berbanding lurus/searah). Maksudnya adalah apabila terjadi peningkatan terhadap symbol-simbol keislaman, maka keputusan pembelian juga akan meningkat. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai R square sebesar 0, 273 atau 27, 3%. Hal ini berarti bahwa pengaruh variabel simbol-simbol keislaman terhadap keputusan pembelian memiliki pengaruh sebesar 27, 3%. Daftar Pustaka Abdul Aziz Dahlan et al; Ensiklopedi hukum Islam. Abdul Wahhab Khallaf, (1994), Ilmu Ushul Fiqh, Semarang, Dina Utama. Adib Bisri dan Munawwir AF, (1999) Kamus Indonesia Arab, Surabaya; pustaka progressif. Alex Sobur (2009) Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Karya Rosdakarya. Alma, Buchari, (2011), Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfabeta, Bandung Angipora, Marinus, (2002), Dasar-Dasar Pemasaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal direktorat Jenderal bimbingan masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, ( 2003) Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, Departemen Agana RI, Jakarta.
118
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Basu Swastha dan Hani Handoko, (2000), Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen Yogyakarta; BPEE Basu Swastha, (1984) Azas-Azas Marketing, Yogyakarta: Liberty. Bilson Simamora, (2004) Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama David L. Louden and Albert J. Della Bitta (1984), Consumer Behavior: Concept and Applications. (The United States of America: ByMcGraw Hill. Inc Engel, J., Blackwell, R., & Minniard, P. W, (1995) Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara Engel, J., Blackwell, R., & Minniard, P. W. (1995), Perilaku Konsumen, Jakarta: Binarupa Aksara. Eny
Kusumastuti,
(2009)
Ekspresi
Estetis
dan
Makna
Simbolis
Kesenian
Laesan.(Harmonia Jurnal Pengetahuan dan pemikiran Seni, Vol IX, No.1 26-27. Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS UNNES. Gerald Zaltman and Melanie Wallendorf, (1971) Consumer Behavior: Basic Findings and Management Implications, The United States of America: By John Willey and Sons Inc Hahn, Fred. E. & Mangun, Kenneth. G, (2002), Beriklan dan Berpromosi Sendiri, Jakarta: PT. Grasindo Husain Umar, (2003), Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hussein Bahresy, (1981), Pedoman Fiqh Islam, Surabaya, Al-Ikhlas. Jogiyanto Hartono, (2012), Metodologi Penelitian Bisnis, Yokyakarta: BPEF Kotler dan Armstrong, (2001), Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Jakarta: PT. Prenhallindo Kotler, Philip & Gary Armstrong, (2001), Principle of Marketing, 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall Lang J, (1987) Creating Architectural Theory, The Role of The Behavioral Sciences in Environmental Design, Van Nostrand Reinhold Company Inc, New York Mowen. (2002), Perilaku Konsumen, Yogyakarta: Andi.
119
e-ISSN; 2528-0325 Tasharruf : Journal Economic and Business Of Islam
Vol. 1 No. 2. Desember 2016
Muhaimin, (2001), Islam dalam Bingkai Buduaya Lokal;Potret dari Cirebon, Jakarta: Logos Peter, Paul. J. & Olson, C. Jerry, (1999), Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi Keempat. Jilid 1 Jakarta: Erlangga Proyek Perguruan Tinggi Agama IAIN di Pusat Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, (1982), Ilmu Fiqih, Jakarta Schiffman, Leon G. & Leslie Lazar Kanuk, (2004), Consumer Behavior. 8th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Setiadi, (2003), Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasinya untukStrategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media. Tasmuji, Dkk, (2011), Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press Thobieb Al-Asyhar, (2003), Bahaya Makanan Harambagi Kesehatan Jasmani Dan Rohani, Jakarta; Al Mawardi Prima Tiench Tirta winata, (2006), Makanan Dalam Perspektif Al Qur’an Dan Ilmu Gizi, (Jakarta, Balai Penerbit FKUI Tjetjep Djatnika, (2007), Majemen Pemasaran. Bandung: Politeknik Negeri Bandung Tjetjep Rohendi Rohidi, ( 2000), Ekspresi Seni Orang Miskin: Adaptasi Simbolik terhadap Kemiskinan. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia Tjiptono, Fandy,( 1997), Strategi Pemasaran, Edisi 2, Yogyakarta: Penerbit Andi. Webster Merriam, (1997), New Word Dictionary & Thesaurus, IDG Books of India Pvt Ltd, New Delhi. Yusuf Qardhawi, (, 2003), Halal Haram Dalam Islam ( Solo, Era Intermedia.
120