Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam
Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005
Latar Belakang
Sikap dan perilaku keagamaan, terutama keagamaan Islam, semakin mendapat perhatian dari berbagai kalangan, secara nasional maupun internasional.
Ada anggapan bahwa varian tertentu dari pemahaman keislaman, atau bahkan Islam itu sendiri (Huntington 1993), merupakan sumber nilai bagi sikap dan perilaku yang kurang mendukung bagi toleransi terhadap pemeluk agama lain, atau bagi kebersamaan antar kelompok agama dalam sebuah masyarakat yang majemuk.
Serangkaian tindakan “kekerasan” dilakukan dengan mengatas-namakan agama seperti yang dilakukan Imam Samudera cs.
Di tingkat nasional, pemerintah punya inisiatif untuk melakukan “pengawasan” terhadap sejumlah pesantren untuk mencegah berkembangnya pemahaman keslaman yang membenarkan tindakan kekerasan.
Sikap dan perilaku yang mengatasnamakan Islam untuk melakukan perubahan mendasar tatanan sosial-politik yang ada dengan menggantikannya dengan sistem yang dipercaya lebih baik, dan dipercaya bersandar pada ajaran Islam, adalah sikap dan perilaku keislaman radikal. Atau disingkat “Islam radikal.”
Apakah kekhawatiran terhadap sikap dan perilaku keislaman radikal tersebut cukup beralasan? Seberapa banyak dan seberapa luas dukungan terhadap Islam radikal tersebut dalam masyarakat kita?
Tindakan keagamaan radikal
Tindakan untuk merubah tatanan sosial-politik secara mendasar, misalnya dengan merubah ideologi atau sistem nilai dari tatanan yang ada dengan yang belum menjelma (bisa baru, bisa lama tapi diupayakan hadir kembali) yang didasarkan atas suatu pemahaman keagamaan tertentu.
Caranya, bisa dilakukan dengan jalan damai, dan bisa juga dengan kekerasan yang dibenarkan oleh sistem nilai tersebut.
Sistem nilai, norma dan hukum Islam
Sistem nilai dari sebuah tatanan tidak mudah dicermati secara lebih nyata. Apalagi kalau sistem itu tidak hadir sekarang. Mungkin pernah ada dalam sejarah, seperti khilafah, dengan berbagai variannya, dan sekarang ada dalam tumpukan dokumen atau dalam memori sebuah komunitas tertentu. Karena itu tidak mudah menangkap sebuah sistem nilai itu. Yang mungkin bisa hanya menangkap gejala-gejalanya, penujuk-penunjuknya.
Sistem nilai itu bisa diungkap misalnya dari norma, peraturan, atau hukum yang merupakan turunan dari sistem nilai itu. Norma atau hukum ini bisa dicermati dalam buku-buku, dan dalam pikiran, sikap, dan perilaku sebuah komunitas. Bila norma atau hukum tersebut tidak atau belum hadir dalam sebuah masyarakat, dan kita ingin tahu apakah ia “ada” atau tidak, maka paling banter kita hanya dapat menangkap “potensi” dari norma atau hukum tersebut yang hidup dalam pikiran dan sikap sebuah masyarakat.
Sebutlah ada sistem nilai Islam yang mendasari tatanan (norma atau hukum) sosialpolitik yang berbeda dengan sistem nilai yang kita alami sekarang, dan ingin diwujudkan dalam kehidupan kita sekarang.
Norma-norma atau hukum itu kita sebut saja norma atau hukum Islam yang berbeda dari hukum yang kita jalani sekarang. Kalau ia diterapkan maka terjadi perubahan, dan membuat perilaku sangat berbeda atau bertentangan dengan sebelumnya.
Agenda radikal
Berikut adalah norma atau hukum Islam yang tidak kita anut dalam sistem hukum kita, tapi ada suara-suara yang menghendaki agar diterapkan. Karena itu, kita mungkin hanya bisa menangkap potensi hukum tersebut untuk menjelma dalam kehidupan kita dengan mencermati seberapa banyak masyarakat menerima penerapan hukum tersebut. Tapi ada juga yang tidak diatur dalam sistem hukum kita tapi hidup dan dipraktekan di masyarakat, dan bertentangan dengan norma-norma sosial modern:
Perempuan tidak boleh menjadi pemimpin (tidak boleh menjadi presiden)
Bunga bank harus dilarang karena bunga tersebut riba, dan riba adalah haram.
Orang mencuri harus dihukum potong tangan
Orang berjina harus dirajam (dilempari sampai mati)
Laki-laki boleh poligami (beristri lebih dari satu).
Hak waris anak perempuan separuh dari hak waris anak laki-laki.
Pembenaran untuk melakukan tindakan “kekerasan” dengan alasan mempertahankan atau membela Islam.
METHODOLOGI
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Survei dilaksanakan secara serentak dari tanggal 23 – 27 Januari 2006
Dalam survei ini jumlah sampel ditetapkan sebanyak 1200 orang. Dengan metode multistage random sampling, survei dengan sampel 1200 orang punya toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 2,9% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel akhir yang valid dan dianalisis sebanyak 1173 orang.
Sampel berasal dari 33 Propinsi yang dipilih secara proporsional terhadap populasi disetiap propinsi
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan (10 responden).
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
Multistage Random Sampling Populasi desa/kelurahan tingkat provinsi Kab k
Kab 1
…
…
Desa/kelurahan di tingkat Kabubapten/kota dipilihsecara random dengan jumlah proporsional
Ds 1 … Ds m
Ds 1 … Ds n RT1
RT2
RT3
RT4
RT5
Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK
KK1 KK2
Laki-laki
RT/lingkungan dipilih secara random sebanyak 5 dari tiap-tiap desa terpilih
Perempuan
Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan
PROFIL RESPONDEN Survei LSI (n =1173)
Survei LSI (n = 1173)
BPS
JENIS KELAMIN
BPS
AGAMA
Laki-Laki
49.7
50
Islam
87.6
87
Perempuan
50.3
50
Kritiani
10.4
10
Hindu
1.5
2
Budha
0.5
1
PENDIDIKAN SD Atau Tidak Pernah Sekolah
51
60 *
Lulus SLTP
20.5
19
Lulus SLTA
21.5
18
7.5
4
Pernah Kuliah Atau Di Atasnya UMUR
SUKU BANGSA Jawa
39.8
41.6
Sunda
14
15.4
3.6
5
Melayu
3.4
3.4
20-29 Tahun
22.8
25
Madura
3.9
3.4
30-39 Tahun
27.3
22
Minang
3.7
2.7
40-49 Tahun
22.1
17
Bugis
3.8
2.5
Lebih Dari 50 Tahun
24.3
20
Betawi
2.2
2.5
Lainnya
29.8
28.5
19 Tahun Atau Di Bawahnya
PENDAPATAN < 400 ribu 400 ribu – 1 juta > 1 Juta
48.2
42
33
38
18.6
20
*Sensus BPS mencakup warga yang belum berumur 17 tahun, maka proporsinya menjadi lebih besar.
Apakah anda setuju dengan pandangan-pandangan berikut ini? (% setuju per gender)
P, 67
Perempuan Muslim tidak boleh menikah dengan lakilaki non-muslim
L, 65 P, 52
Orang berzinah harus dirajam
L, 45 P, 54
Dalam pembagian waris, anak perempuan harus mendapat setengah bagian dari bagian anak laki-laki
L, 54 P, 34
Perempuan sebaiknya tidak boleh menjadi presiden
L, 36 P, 39
Pemerintah harus melarang bunga bank
Laki-laki boleh beristri lebih dari satu
Hukum potong tangan bagi pencuri
Keterangan : P (Perempuan); L (Laki-laki)
L, 38 P, 24 L, 56 P, 39 L, 37
Setuju dengan hukum potong tangan bagi pencuri (%) 45
40
39
40
38
35
33
30
29 25
20 2001
2002
2004
2005
2006
Januari 2006: Lembaga Survei Indonesia (LSI)
November 2005: Freedom Institute dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), UIN Jakarta
2001, 2002, 2004: PPIM
Setuju dengan hukum rajam bagi yang berbuat zina (%) 60 55
50 48
40 39
30 2001
2005
2006
Januari 2006: Lembaga Survei Indonesia (LSI)
November 2005: Freedom Institute dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), UIN Jakarta
2001: PPIM
Setuju dengan poligami… (%)
40 40
40
39 39 38
37 37 36
35 2002
2004
2005
2006
Januari 2006: Lembaga Survei Indonesia (LSI)
November 2005: Freedom Institute dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), UIN Jakarta
2002, 2004: PPIM
Tidak setuju perempuan menjadi presiden negara kita (%) 50 41 40 34 30
34 26
20 10 6 0 2001
2002
2004
2005
2006
Januari 2006: Lembaga Survei Indonesia (LSI)
November 2005: Freedom Institute dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), UIN Jakarta
2001, 2002, 2004: PPIM
Setuju dengan pelarangan bunga bank oleh pemerintah (%)
60
49
50
47
40
38
30 20
26
10 0 2001
2004
2005
2006
Januari 2006: Lembaga Survei Indonesia (LSI)
November 2005: Freedom Institute dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), UIN Jakarta
2001, 2002, 2004: PPIM
Apakah Ibu/Bapak tahu (pernah dengar, lihat atau baca) nama-nama organisasi/kelompok keagamaan berikut ini? …(%)
Hijbut Tahir Jaringan Islam Liberal (JIL) Syiah Lia Eden Front Pembela Islam (FPI) Ahmadiyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Majelis Ulama Indonesia (MUI)
12.1 14.1 21 23 37.4 41.5 64.7 72.3
Muhammadiyah
83.4
Nahdatul Ulama (NU)
86
Apakah Ibu/Bapak setuju dengan yang diperjuangkan oleh organisasi atau kelompok berikut …(%)
Lia Eden Jaringan Islam Liberal (JIL)
0.7 2.5
Syiah
3.2
Hijbut Tahir
3.3
Ahmadiyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Front Pembela Islam (FPI) Muhammadiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nahdatul Ulama (NU)
3.9 11 16.9 54.1 59.1 71.7
Ada orang yang berpendapat bahwa bom bunuh diri dan bentuk kekerasan lain terhadap sasaran sipil dapat dibenarkan demi membela Islam dari musuh-musuhnya. Bagaimana pendapat anda? 74.30%
9.60% 0.50%
1.60%
Selalu Dapat Dibenarkan
Sering Dapat Dibenarkan
Kadang-Kadang Dibenarkan
Tidak Dapat Dibenarkan Sama Sekali
Bagaimana pandangan anda terhadap hal-hal berikut ini?
Pemerintah akan melakukan pengawasan terhadap pesantren-pesantren untuk mencegah menyebarnya faham keislaman yang dijadikan alasan seorang Muslim untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain, terutama non-Muslim. Apakah anda mendukung atau tidak
Setuju & Sangat Setuju 55.40%
Imam Samudera, Amrozi, dan Muhlas telah diputus hukuman mati oleh pengadilan dan sekarang sedang menunggu pelaksanaannya. Menurut anda apakah putusan mati terhadap mereka tersebut adil atau tidak adil?
Adil & Sangat Adil 77.60%
Sejumlah orang seperti Imam Samudra, Amrozi, Dr. Azahari, Noorudin M. Top, dll., percaya bahwa melakukan pengeboman seperti yang mereka lakukan di Bali adalah jihad untuk menegakan agama Islam. Seberapa setujukah anda dengan keyakinan mereka tersebut?
Mendukung & Sangat Mendukung 8.90%
0%
25%
50%
75%
100%
Apakah anda setuju dengan pandangan di bawah ini? (% Setuju dan Sangat Setuju)
Tindakan pengeboman yang dilakukan oleh Imam Samudera, Amrozi, Dr. Azhari, Nurdin Top, dll dibolehkan sebagai bentuk perlawanan umat Islam terhadap Barat Osama Bin Laden (dan Al-Qaidah) adalah pelaku sejumlah aksi teror di berbagai negara
8%
43%
Tindakan anti Amerika oleh umat Islam Indonesia
28%
Penyerangan Amerika terhadap Afganistan dan Irak merupakan serangan terhadap Islam secara keseluruhan
29%
Kebudayaan Barat lebih banyak membawa keburukan bagi umat Islam di Indonesia
62%
Bagaimana pandangan anda terhadap cara mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap Amerika Serikat berikut ini ....(%)
49 42 31 26
22
1 Memboikot barang-barang buatan Amerika
Berdemonstrasi menentang Amerika
Mendukung
Menekan pemerintah agar memutuskan hubungan dengan Amerika Tidak Mendukung
Diskusi dan kesimpulan
Pandangan terhadap beberapa ide-ide Syariah menunjukkan pola yang menarik. Pada tema-tema yang tidak menyangkut hubungan antara pria dan wanita, pandangan Muslim dan Muslimah Indonesia relatif sama. Meskipun ide-ide itu menyangkut wanita, seperti tentang waris dan presiden, tetapi tidak menyangkut tentang hubungan pria dan wanita, maka pandangan kedua kelompok gender ini, praktis, hampir sama. Akan tetapi dalam issue poligami atau zina, maka terjadi perbedaan pandangan yang cukup signifikan. Artinya, penolakan dan penerimaan terhadap ide-ide yg bersumber pada Syari’ah itu tidak semata-mata merupakan cermin ketaatan pada agama, tetapi merupakan cermin faktor lainnya.
Kesetujuan pada ide-ide yang bersumber pada Syariah di Indonesia cukup tinggi. Akan tetapi hal itu tidak tercermin di dalam dukungan terhadap partai-partai politik yang memperjuangkan dilaksanakannya Syari’ah di Indonesia. Artinya, kesetujuan terhadap ide-ide tidak sama dengan kemauan untuk mendukung pelaksanaannya.
Diskusi dan kesimpulan
Organisasi/kelompok keagamaan tradisional dan kultural masih dominan. Nahdhatul Ulama (NU) merupakan organisasi/kelompok keagamaan yang paling tinggi tingkat penerimaannya di kalangan muslim di Indonesia. 7 dari 10 orang Indonesia menyatakan setuju dengan halhal yang diperjuangkan oleh NU. Organisasi besar lain seperti Muhammadiyah memiliki tingkat penerimaan yang sedikit lebih rendah.
Kelompok yang tingkat penerimaannya cukup rendah adalah Lia Eden, Jaringan Islam Liberal (JIL), Syi’ah, Hijbut Tahir dan Ahmadiyah. Kelompok-kelompok ini hanya disetujui oleh kurang dari 4% Umat Islam di Indonesia. Artinya, kelompok-kelompok ini memiliki tingkat penolakan yang sangat tinggi di kalangan umat Islam Indonesia.
Survey ini menunjukkan bahwa tingkat kesetujuan terhadap organisasi/kelompok keagamaan konservatif macam Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan organisasi/kelompok liberal (JIL).
Diskusi dan kesimpulan
Radikalisme keagamaan ketika difahami sebagai satu faham untuk melakukan perubahan atau penggantian tatanan sosial-politik yang ada dengan yang lain yang didasarkan atas pemahaman keagamaan tertentu dan diterjemahkan ke dalam norma dan hukum Islam, punya dukungan cukup banyak dalam masyarakat Islam Indonesia, meskipun tidak mayoritas. Setidaknya sikap masyarakat Islam Indonesia terhadap agenda-agenda radikal Islamis terbelah, sebagian cenderung pro agenda radikal, dan sebagian lagi cenderung anti agenda radikal.
Radikalisme keagamaan ketika diterjemahkan ke dalam cara kekerasan demi agama juga mendapat dukungan yang lumayan, yakni sekitar 1 dari 10 Muslim Indonesia. Memang terlihat kecil, tapi cukup besar untuk dukungan terhadap tindakan ekstrim seperti yang dilakukan Amrozi cs.
7 dari 10 orang Indonesia mengatakan bahwa kekerasan terhadap sipil tidak dapat dibenarkan sama sekali, apapun alasannya. Hal ini makin menguatkan bahwa tindak kekerasan itu bukanlah metode yang disukai dan didukung.
Pandangan terhadap kebudayaan barat juga relatif minor. 6 dari 10 Muslim menganggap kebudayaan Barat lebih banyak membawa keburukan bagi Indonesia. Hal ini bisa sejalan dengan kenyataan bahwa pandangan dan kelompok radikal lebih banyak disetujui umat Islam Indonesia dibandingkan dengan kelompok yang berpandangan liberal.