Intermezo BALABA Vol. 9 No. 2, Desember 2013, Hal. 74-81 Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Kasus leptospirosis sering tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik dan sulit didiagnosis tanpa pengujian sampel di laboratorium. Pengujian dengan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) dinilai lebih akurat dibandingkan dengan metode yang lain. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam pemeriksaan bakteri Leptospira pada sampel darah manusia menggunakan metode PCR adalah DNA template, enzim polymerase, Primer PU 1 dan Primer SU 1, Primer Lep R1, air, Mg2+ , dan dNTP. Pemeriksaan bakteri Leptospira pada sampel darah manusia meliputi pengambilan sampel, isolasi DNA, pemeriksaan dengan metode PCR, dan running elektroforesis. Kata kunci: leptospirosis, Leptospira, metode PCR
SURVEI ENTOMOLOGI DALAM RANGKA KEWASPADAAN DINI PENULARAN MALARIA DI DESA KENDAGA, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 ENTOMOLOGY SURVEY AS EARLY WARNING OF MALARIA TRANSMISION IN KENDAGA VILLAGE, BANJARMANGU SUB DISTRICT, BANJARNEGARA DISTRICT AT 2012 Bina Ikawati, Adil Ustiawan, Muhammad Umar Yusuf* *Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Jl. Selamanik No. 16A Banjarnegara E_mail:
[email protected] Accepted:1/1/2013 Reviewed:2/1/2013 Reviewed:2/10/2013 Revised:18/10/2013
ABSTRAK Kasus malaria di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun luasan wilayah yang ditemukan. Tahun 2012 tercatat Kabupaten Banjarnegara menempati jumlah kasus tertinggi kedua setelah Kabupaten Purworejo dengan API 0,68 ‰ sedangkan Purworejo 0,78 ‰. Sampai dengan tahun 2012 wilayah yang masih merupakan daerah High Case Incidence adalah Desa Kendaga, Kecamatan Banjarmangu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini vektor malaria di Desa Kendaga. Penelitian deskriptif dengan metode survei entomologi penangkapan nyamuk dan pengenalan habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, dilakukan di Desa Kendaga pada bulan Juni dan Desember 2012. Kepadatan relatif vektor malaria tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2001. Hasil penangkapan diperoleh nyamuk vektor Anopheles balabacencis, An. maculatus dan An. aconitus. MHD dinding tahun 2001 antara 0,40,75; tahun 2012 tidak ditemukan vektor malaria. MHD kandang tahun 2001 antara 0,85-2,57 dan tahun 2012 antara 0,08-0,17. MBR indoor tahun 2001 antara 0,06-0,3 dan tahun 2012 adalah 0,02. MBR outdoor tahun 2001 0,08-0,25 dan tahun 2012 adalah 0,02. Spesies ditemukan tidak berbeda jauh dari kondisi tahun 2001, namun dari segi kepadatan relatif mengalami penurunan. Kata kunci:malaria, Kendaga, kepadatan relatif ABSTRACT Central Java malaria case's decreases, either from number of cases or wide of region. Data from Central Java Province Health Office showed at 2012 malaria cases in Banjarnegara District residing in rangking two after Purworejo District with Annual Paracyte Incidence (API) as much 0.68 ‰ while Purworejo District as much 0.78 ‰. Until 2012 Banjarmangu Sub district, Kendaga Village is High Case Incidence area. The aimed of this research was to know actual malaria vector situation in Kendaga Village. This research was descriptive with all night entomology survey methode and seeking Anopheles mosquitoes larval habitat. Survey had been done in Kendaga Village on June and December 2012. This research found all species malaria vector that found in 2001 that were Anopheles balabacencis, An. maculatus and An. aconitus. Wall MHD between 0.4 to .75 was found in 2001 and zero for 2012. MHD cage between 0.85 to 2.57 in 2001 and between 0.08-0.17 in 2012. Indoor MBR between 0.06 to 0.3 in 2001 and in 2012 was 0.02 . Outdoor MBR 2001 from 0.08 to 0.25 and in 2012 was 0.02 . Trend of relative density was decreases than in 2001. Key words:malaria, Kendaga, relative density PENDAHULUAN Malaria merupakan penyakit yang masih menjadi masalah di dunia, demikian pula di Indonesia. Seluruh dunia sekitar 3,3 milyar orang berisiko terkena malaria. Tahun 2010 diestimasi 219 juta kasus terjadi, penyakit ini membunuh sekitar
660.000 orang kebanyakan anak-anak dibawah lima tahun di Afrika.1 Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 68% wilayahnya merupakan daerah endemis rendah dengan Annual Paracyte Incidence (API) rendah (<1‰), 16% wilayah dengan API sedang (1-5‰) dan 16‰ dengan API tinggi (>5‰).
33
BALABA Vol. 9, No. 02, Desember 2013 : 33-38
Kasus malaria di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami penurunan baik dari sisi jumlah, maupun luasan distribusinya. Pada tahun 2012 tercatat Kabupaten Banjarnegara menempati jumlah kasus tertinggi kedua setelah Kabupaten Purworejo dengan 2 API 0,68 ‰; sedangkan Purworejo 0,78 ‰. Salah satu program dalam menuju Millenium Development Goals adalah eliminasi malaria dengan tujuan terwujudnya masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030. Jawa Tengah mencanangkan eliminasi malaria pada tahun 2015. Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat (indigenous) dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria import serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali.2 Hampir semua wilayah Banjarnegara berpotensi terjadinya penularan malaria karena terdapatnya nyamuk vektor. Tiga kecamatan yang merupakan daerah bebas, tujuh daerah reseptif dari 20 kecamatan yang ada. Sampai tahun 2012 terdapat tiga kecamatan masih ditemukan kasus malaria yaitu Banjarmangu, Punggelan dan Wanadadi.3 Salah satu wilayah desa yang masih ditemukan kasus malaria pada tahun 2012 adalah Kendaga. Survei entomologi berupa penangkapan nyamuk dan pencarian jentik dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini vektor malaria di Desa Kendaga dibandingkan dengan data yang ada tahun 2001.
34
Kata kunci: tikus, komoditas, pasar, sebaran NLM: WC 755 Tri Ramadhani, Jarohman Rahardjo (Balai Litbang P2B2 Banjarnegara) GAMBARAN PENINGKATAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TETEL KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA BALABA Vol. 9 No. 2, Desember 2013, Hal. 63-69
Hasil penangkapan nyamuk yang diidentifikasi spesiesnya setiap jam berdasarkan metode penangkapan selanjutnya dihitung nilai kepadatan relatif. Penangkapan umpan orang di dalam rumah dihitung Man Bitting Rate (MBR) dan penangkapan di dinding dan kandang dihitung nilai Man Hour Density (MHD) dengan rumus sebagai 5 berikut: A
N
O
Jumlah nyamuk tertangkap
MBR = Jumlah kolektor x Jumlah jam penangkapan
Jumlah nyamuk tertangkap
MHD =
Jumlah kolektor x Jumlah jam penangkapan
METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei.4 Bahan dan alat yang digunakan meliputi senter, paper cup, karet gelang, kapas, aspirator, kloroform, mikroskop dissecting, petridish, bedah set, buku, form, ballpoint. Kegiatan survei entomologi atau penangkapan nyamuk semalam suntuk (all night entomology survey) dimulai jam 18.00 – 06.00 WIB, dengan bantuan 6 orang kolektor, dilaksanakan bulan Juni dan Desember 2012 di Desa Kendaga, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Terdapat 6 rumah yang ditetapkan sebagai lokasi penangkapan nyamuk, 3 rumah dilakukan penangkapan dengan umpan orang di dalam rumah selama 40 menit dilanjutkan
sayur dan buah (4%). Rattus tanezumi lebih dominan ditemukan dibanding spesies lainnya.
penangkapan di dinding selama 10 menit tiap jamnya, 3 rumah dilakukan penangkapan di luar rumah selama 40 menit dan dilanjutkan penangkapan di kandang selama 10 menit tiap jamnya. Setiap jamnya 10 menit yang tersisa untuk istirahat. Hasil penangkapan nyamuk disetorkan tiap jamnya untuk dilakukan identifikasi. Identifikasi nyamuk dilakukan dengan merujuk pada Kunci 5,6 Bergambar Nyamuk Anopheles Dewasa di Jawa. Selama melakukan penangkapan umpan badan, celana digulung sampai ke lutut dan tidak merokok. Kegiatan survei habitat perkembangbiakan nyamuk menggunakan alat bahan berupa cidukan larva dan vial. Kegiatan dilakukan dengan cara pencarian larva Anopheles sp. Pada sumber air, genangan air dan sawah pada pagi hari jam 07.00 – 10.00 WIB.
HASIL Desa Kendaga, Kecamatan Banjarmangu mempunyai luas 409 Ha dengan ketinggian 574 m dpl terletak di bagian tengah wilayah Banjarnegara, dengan jarak ke kantor kecamatan 6,5 km dan ke ibukota kabupaten 12,5 km. Jumlah penduduk 3.264 jiwa 51% berjenis kelamin laki-laki dan 49% perempuan, dengan pertumbuhan penduduk 0,95. Penduduk yang bekerja sebanyak 60% sebagai petani, 16% pedagang, 7% jasa kemasyarakatan dan perorangan dan sisanya bekerja di bidang lain. Batas desa sebelah utara berbatasan dengan Desa Sijeruk, sebelah selatan dengan Desa Gripit, Kesenet dan Rejasari, Sebelah Timur dengan Kalilunjar dan Sebelah Barat dengan Desa Pagedangan dan
P
H
Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu daerah endemis malaria di Jawa Tengah, yang meliputi empat wilayah kecamatan yaitu Karangmoncol, Pengadegan, Kaligondang dan Rembang. Tahun 2011 dilaporkan 100 kasus yang terdiri dari 81 kasus indigenious dan 19 impor. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kejadian malaria di Desa Tetel, Kecamatan Pengadegan tahun 2012. Penelitian ini termasuk observasional dengan desain cross sectional. Pengambilan sediaan darah tebal Edilakukan di desa Tetel pada semua penduduk dengan gejala malaria dan tanpa gejala berada dalam satu rumah dengan penderita malaria. Sediaan darah diwarnai dengan giemsa 10% dan diidentifikasi menggunakan mikroskop perbesaran 1000x dengan minyak emersi. Penderita positif malaria dilakukan pengobatan. Data perilaku didapatkan melalui wawancara terhadap kasus malaria. Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk grafik dan tabel. Hasil survei di Desa Tetel didapatkan 299 sediaan darah dan 59 positif parasit malaria (SPR 20,07%) dengan proporsi Plasmodium vivax 9 kasus dan Plasmodium falciparum 50 kasus. Distribusi kasus malaria bulan Januari sampai November 2012 (109 kasus) dengan perincian laki-laki 54,1%, perempuan 45,9% dan 78% pada golongan umur >15 tahun. Penularan malaria terjadi di lingkungan sekitar (indigenous) dan disebabkan pengobatan tidak tuntas serta diagnosis terlambat dari pelayanan kesehatan. Kata kunci: malaria, kasus, Desa Tetel, Purbalingga NLM: WC 755 I Gede Wempi Dody Surya Permadi (Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Baturaja)
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU M A S YA R A K AT T E R H A D A P K E T I D A K PAT U H A N P E N G G U N A A N KELAMBU BERINSEKTISIDA DI DESA TEGAL REJO, KECAMATAN LAWANG KIDUL, KABUPATEN MUARA ENIM BALABA Vol. 9 No. 2, Desember 2013, Hal. 70-73 Malaria merupakan penyakit menular di daerah tropis dan sub tropis serta dapat menimbulkan kematian pada penderitanya. Kondisi pemukiman padat dan kurang tertata, banyaknya tempat penampungan air dan kubangan bekas galian tambang di setiap rumah penduduk dapat memperbesar peluang berkembangnya vektor malaria di masyarakat. Kelambu yang telah diproduksi memakai insektisida (Long Lasting Incetiside nets). Kelambu ini dapat membunuh nyamuk apabila nyamuk terpapar oleh insektisida. Ada beberapa masyarakat yang tidak patuh memakai kelambu. Di Solomon, faktor terbesar penyebab tidak memakai kelambu adalah faktor kenyamanan saat menggunakan kelambu pada waktu tidur. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat yang tidak menggunakan kelambu. Jenis penelitian diskriptif dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di Desa Tegal Rejo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan bulan April 2013. Sampel berjumlah 100 KK. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. 98% responden tidak tahu ciri-ciri penyakit dan jenis nyamuk malaria. Seluruh responden tidak mengetahui beda kelambu berinsektisida dengan kelambu biasa. Sebagian besar responden tidak mengetahui cara penggunaan kelambu (73%), tidak benar dalam pemakaian kelambu (99%), tidak mendapatkan penjelasan sebelum memakai kelambu (89%), dan tidak mengetahui tujuan dibagikan kelambu (89%). Masyarakat Desa Tegalrejo tidak memakai kelambu karena sebagian besar mereka lebih memilih menggunakan obat nyamuk. Kata kunci: perilaku, kelambu, ketidakpatuhan NLM: WC 420 Sefrita Tri Utami,Dyah Fitri Kusharyati, Hendro Pramono (Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto) EXAMINATION OF LEPTOSPIRA BACTERIA IN LEPTOSPIROSIS SUSPECT HUMAN BLOOD SAMPLES USING PCR METHOD (POLYMERASE CHAIN REACTION)
Survei Entomologi ...................................(Bina Ikawati et al.)
NLM: QX 400 Ribia Tutstsintaiyn (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan) PEMERIKSAAN CACING ENDOPARASIT PADA TIKUS (Rattus spp.) DI DESA CITEREUP KECAMATAN DAYEUH KOLOT, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT 2013 BALABA Vol. 9 No. 2, Desember 2013, Hal. 47-52 Kejadian penyakit zoonosis bersumber dari tikus disebabkan oleh adanya endoparasit berupa cacing yang hidup pada tikus. Bulan April 2013, di Desa Citereup Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, Jawa Barat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis. Sebagai salah satu upaya kewaspadaan dini, pengukuran risiko dan studi potensi bahaya kesehatan penyakit bersumber tikus, perlu di lakukan pemeriksaan endoparasit pada tikus. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan penangkapan dan identifikasi tikus, identifikasi keberadaan dan jenis endoparasit pada organ dalam, dan identifikasi spesies yang ditemukan. Penangkapan tikus selama tiga hari menggunakan 100 perangkap. Spesies tikus yang ditemukan Rattus tanezumi dan Rattus norvegicus. Jenis cacing endoparasit yang ditemukan pada organ hati Taenia taeniaeformis, pada organ lambung dan usus Hymenolepis diminuta, dan Nippostrongilus brassiliensis ditemukan pada organ usus. Cacing yang ditemukan dalam penelitian ini seluruhnya bersifat zoonosis. Kata kunci : tikus, zoonosis, cacing endoparasit NLM: WC 420 Rahmawati (Balai Litbang P2B2 Banjarnegara) ANALISIS SPASIAL KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KASUS LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2011 BALABA Vol. 9 No. 2, Desember 2013, Hal. 53-57 Pada tahun 2011 terjadi KLB di Kulonprogo dengan jumlah kasus 273 dan jumlah kematian 18 orang (CFR = 6,59%). Oleh sebab itu sangat penting untuk mengetahui gambaran penyebaran leptospirosis. Analisis ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan subjek berjumlah 249 kasus yang
terdata di Dinas Kabupaten Kulonprogo selama bulan Januari-November 2011. Titik koordinat rumah penderita ditentukan dengan GPS. Data ditampilkan dengan peta digital Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 25000 menggunakan software ArcView 3.3. Analisis spasial dilakukan dengan skoring pada variabel curah hujan, penggunaan lahan dan ketinggian tempat. Analisis spasial besarnya curah hujan dengan kejadian leptospirosis pada masa tersebut menunjukkan angka korelasi 0,179, dengan demikian korelasi antara curah hujan dengan kasus leptospirosis sangat lemah. Kasus leptospirosis di Kabupaten Kulonprogo banyak terjadi di penggunaan lahan kebun dan permukiman dengan ketinggian antara 0100 mdpl. Analisis spasial menunjukkan 55,7% kasus leptospirosis terjadi di zona kerawanan sedang dan 31,79% terjadi di zona kerawanan rendah. Kata kunci: analisis spasial, curah hujan, penggunaan lahan, ketinggian
Sigeblog. Sebagian besar lahan di Desa Kendaga 7 merupakan lahan perkebunan utamanya salak. Peta lokasi penelitian dan gambaran tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil penangkapan nyamuk diperoleh spesies An. balabacensis, An. maculatus, An. aconitus, An. barbirostris, An. vagus dan An. kochi. Anopheles balabacensis, An. maculatus dan An. aconitus dikenal sebagai vektor malaria di Banjarnegara. Hasil selengkapnya untuk keseluruhan spesies yang diperoleh selama penangkapan disajikan pada Tabel 1. Pada penangkapan di luar rumah ditemukan An. Aconitus dengan MBR 0,02/orang/jam dan An. balabacensis MBR 0,02/orang/jam. Penangkapan di dalam rumah ditemukan An. aconitus dengan MBR 0,02/orang/jam. Penangkapan nyamuk dinding
tidak diperoleh spesies Anopheles yang merupakan vektor di Banjarnegara. Penangkapan nyamuk di kandang diperoleh An. balabacensis dengan MHD 0,08/orang/jam, An. maculatus MHD 0,08/orang/jam dan An. aconitus MHD 0,17/orang/jam. Anopheles aconitus yang ditemukan di dalam rumah tertangkap pada pukul 20.00-21.00 WIB, serta di luar rumah pada pukul 21.00-22.00 WIB. Nyamuk An. balabacensis di kandang pada survei ini ditemukan pada pukul 02.00-03.00 WIB, An. maculatus ditemukan pada pukul 22.00-23.00 WIB, serta An. aconitus ditemukan pada pukul 21.00-22.00 WIB dan 01.00-02.00 WIB. Lokasi desa yang sama di tahun 2001 hampir semua cara penangkapan umpan orang di dalam dan luar rumah, dinding dan kandang
NLM: WA 106 Dwi Ernawati, Dwi Priyanto (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro) POLA SEBARAN SPESIES TIKUS HABITAT PASAR BERDASARKAN JENIS KOMODITAS DI PASAR KOTA BANJARNEGARA BALABA Vol. 9 No. 2, Desember 2013, Hal. 58-62 Tikus (Ordo Rodentia) merupakan hewan liar dari golongan mamalia dan dikenal sebagai hewan pengganggu dalam kehidupan manusia, terutama tikus domestik. Tikus domestik mempunyai habitat dekat dengan kehidupan manusia seperti perumahan, sawah dan pasar. Pasar merupakan tempat yang banyak makanan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pola sebaran spesies tikus habitat pasar berdasarkan jenis komoditas di Pasar Kota Banjarnegara. Metode penelitiannya adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh tikus di Pasar Kota Banjarnegara dengan sampel tikus yang tertangkap. Teknis analisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah tikus yang tertangkap antara lain Rattus tanezumi sebanyak 28 ekor, R. norvegicus sebanyak 1 ekor dan Suncus murinus sebanyak 4 ekor. Berdasarkan peletakkannya, hanya spesies R. tanezumi yang berada di dalam los. Persentase los berdasarkan komoditasnya yang positif R. tanezumi tertinggi adalah los sembako (35%), sedangkan terendah adalah los bumbu dapur,
Gambar 1. Peta Tata Guna Lahan dan Batas Desa Kendaga Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara
Tabel 1. Spesies Nyamuk yang Tertangkap pada Penangkapan Nyamuk di Desa Kendaga Tahun 2012
No. Species MBR outdoor 1. An. balabacensis 0,02 2. An. maculatus 0 3. An. aconitus 0,02 4. An. barbirostris 0,04 5. An. kochi 0,02 6. An. vagus 0 Keterangan : satuan untuk MBR dan MHD /orang/jam
MBR indoor 0 0 0,02 0 0,04 0
MHD dinding 0 0 0 0,33 0,33 0
MHD kandang 0,08 0,08 0,17 1,83 4,4 0,17
35
ISSN 1858-0882 E-ISSN 2338-9982
BALABA Vol. 9, No. 02, Desember 2013 : 33-38
menemukan ketiga spesies Anopheles vektor malaria di Banjarnegara. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa tahun 2001 dengan berbagai metode penangkapan ditemukan semua jenis spesies nyamuk vektor malaria dan pada tahun 2012 pada penangkapan di luar rumah An. maculatus tidak ditemukan, penangkapan dengan umpan orang di dalam rumah hanya An. aconitus yang ditemukan. Penangkapan di dinding tidak ditemukan satupun spesies vektor malaria dan di kandang semua spesies vektor malaria ditemukan. Survei jentik jarang menjumpai tempat yang positif ditemukan jentik Anopheles. Jentik Anopheles hanya ditemukan pada genangan air di sawah dengan umur padi sekitar 2 bulan pada beberapa titik pengamatan saja. Berdasarkan informasi yang diperoleh, baru dilakukan penyemprotan pembasmian hama tanaman pada wilayah pertanian tersebut. Jentik nyamuk Anopheles juga ditemukan pada satu titik genangan air di dekat kebun salak. Pada tahun 2001 jentik An. balabacensis ditemukan pada genangan air di perkebunan salak dan air rendaman kayu. PEMBAHASAN Spesies Anopheles yang ditemukan di Desa Kendaga, Kecamatan Banjarmangu menunjukkan
terdapatnya tiga jenis vektor yang pernah dikonfirmasi di Banjarnegara yaitu An. balabacensis, An. maculatus dan An. aconitus. Keadaan ini masih sama kondisinya dengan survei yang dilakukan pada tahun 2001 di Desa Kendaga yang menemukan tiga spesies vektor malaria tersebut. Perbedaan dari data tahun 2001 dan penangkapan yang dilakukan adalah penurunan nilai kepadatan relatif serta cara/metode penangkapan. Kepadatan relatif survei tahun 2001 dan tahun 2012 memang tidak dapat dibandingkan karena perbedaan kondisi iklim mikro, perkembangan perumahan, maupun penggunaan lahan. Namun demikian penulis hanya ingin menunjukkan bahwa ada pergeseran kepadatan relatif dari spesies vektor malaria yang ditemukan. Anopheles balabacensis mempunyai habitat berdekatan dengan daerah hutan dan pada beberapa lokasi ditemukan dengan habitat pada kondisi tanaman yang seragam seperti misalnya perkebunan salak. Hasil survei pernah ditemukan habitat perkembangbiakan An. balabacensis di genangan air di kebun salak, kolam rendaman kayu, telapak kaki kerbau, mata air. Sifat antropofilik (kesukaan menghisap darah manusia) dari An. balabacensis berbeda-beda untuk tiap wilayah. Penelitian Alfiah S di wilayah Magelang menunjukkan kecenderungan 9 sifat antropofilik dari spesies ini rendah. Pada kejadian luar biasa malaria di Jawa Tengah keberadaan An. balabacensis mempunyai peran
Tabel 2. Kepadatan Relatif Vektor Malaria pada Penangkapan Tahun 2012 dan Data Tahun 2001
No. Spesies Penangkapan umpan orang di luar rumah 1. An. balabacensis 2. An. maculatus 3. An. aconitus Penangkapan umpan orang di dalam rumah 1. An. balabacensis 2. An. maculatus 3. An. aconitus Penangkapan di dinding 1. An. balabacensis 2. An. maculatus 3. An. aconitus Penangkapan di kandang 1. An. balabacensis 2. An. maculatus 3. An. aconitus
Rerata MBR 2001
Rerata MBR 2012
0,25 0,08 0,1
0,02 0 0,02
0,3 0,06 0,06
0 0 0,02
0,65 0,75 0,4
0 0 0
0,85 2,57 1,32
0,08 0,08 0,17
BALABA
JURNALLITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA
VOLUME 9 NO. 2 Desember 2013 Lembar Abstrak Lembar abstrak ini boleh diperbanyak/di-copy tanpa izin NLM: WC 765 Bina Ikawati, Adil Ustiawan, Muhammad Umar Yusuf (Balai Litbang P2B2 Banjarnegara) SURVEI ENTOMOLOGI DALAM RANGKA K E WA S PA D A A N D I N I P E N U L A R A N MALARIA DI DESA KENDAGA, KECAMATAN B A N J A R M A N G U , K A B U PAT E N BANJARNEGARA TAHUN 2012 BALABA Vol. 9 No. 2, Desember 2013, Hal. 33-38 Kasus malaria di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun luasan wilayah yang ditemukan. Tahun 2012 tercatat Kabupaten Banjarnegara menempati jumlah kasus tertinggi kedua setelah Kabupaten Purworejo dengan API 0,68 ‰ sedangkan Purworejo 0,78 ‰. Sampai dengan tahun 2012 wilayah yang masih merupakan daerah High Case Incidence adalah Desa Kendaga, Kecamatan Banjarmangu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini vektor malaria di Desa Kendaga. Penelitian deskriptif dengan metode survei entomologi penangkapan nyamuk dan pengenalan habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, dilakukan di Desa Kendaga pada bulan Juni dan Desember 2012. Kepadatan relatif vektor malaria tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2001. Hasil penangkapan diperoleh nyamuk vektor Anopheles balabacencis, An. maculatus dan An. aconitus. MHD dinding tahun 2001 antara 0,4-0,75; tahun 2012 tidak ditemukan vektor malaria. MHD kandang tahun 2001 antara 0,85-2,57 dan tahun 2012 antara 0,080,17. MBR indoor tahun 2001 antara 0,06-0,3 dan tahun 2012 adalah 0,02. MBR outdoor tahun 2001 0,08-0,25 dan tahun 2012 adalah 0,02. Spesies ditemukan tidak berbeda jauh dari kondisi tahun 2001, namun dari segi kepadatan relatif mengalami penurunan. Kata kunci : malaria, Kendaga, kepadatan relatif
(Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro) SPESIES TIKUS, CECURUT DAN PINJAL YANG D I T E M U K A N D I PA S A R K O TA B A N J A R N E G A R A , K A B U PAT E N BANJARNEGARA TAHUN 2013 BALABA Vol. 9 No. 2, Desember 2013, Hal. 39-46 Tikus merugikan bagi kehidupan manusia, baik dari sisi ekonomi maupun kesehatan. Tikus membawa kuman penyakit, ektoparasit dan endoparasit. Pasar tradisional merupakan tempat potensial ditemukan tikus dalam jumlah cukup tinggi. Tujuan penelitian untuk mengetahui keberadaan tikus, cecurut dan ektoparasit pinjal di Pasar Kota Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian deskriptif dengan metode survei dan pendekatan cross sectional. Data tikus dari penangkapan tikus menggunakan live trap. Populasi adalah fauna tikus yang hidup di Pasar Kota Banjarnegara. Sampel adalah tikus yang tertangkap menggunakan perangkap yang diberi umpan kelapa bakar dan mentimun. Analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tikus yang tertangkap sebanyak 33 ekor. Tikus yang banyak tertangkap adalah Rattus tanezumi (84,85%) dan paling sedikit tertangkap Rattus norvegicus (3,03%). Tikus berjenis kelamin jantan lebih banyak ditemukan 20 ekor (60,61%) daripada tikus betina 13 ekor (39,39%). Tikus sebagian besar terdapat di dalam los pasar (77,42%) daripada di luar los pasar (22,58%). Trap success tikus sebesar 8,25% dengan keberhasilan penangkapan paling tinggi pada hari ke-2 (4,5%). Trap success berdasarkan lokasi penangkapan di dalam los pasar lebih besar (6,5%) daripada luar los pasar (1,75%). Jumlah pinjal yang menginfestasi spesies tertangkap sebanyak 67 ekor. Spesies pinjal yaitu Xenopsylla cheopis. Indeks umum pinjal sebesar 2,03 melebihi standar. Perlu dilakukan pengendalian tikus dan pinjal (Xenopsylla cheopis).
8
Sumber data: UPF-PVRP. Data tidak dipublikasikan. Laporan Kegiatan Survei Pengamatan Vektor dan Aspek Pemberantasan oleh petugas UPF-PVRP Jawa Tengah Tahun Anggaran 2000/2001
Kata kunci: keberhasilan penangkapan, tikus, pinjal NLM: WA 106 Dina Supriyati, Adil Ustiawan
36
Survei Entomologi ...................................(Bina Ikawati et al.)
Pengadegan District in 2012. This study included observational cross-sectional design. Thick blood survey was conducted throughout the village area Tetel on all residents with symptomatic and asymptomatic malaria in the same house with someone who has malaria. Blood preparations stained with Giemsa 10% and identified by microscopy 1000x magnification with emersion oil. The behaviour data obtained through interviews of malaria cases . The data were analyzed descriptively in the form of graphs and tables. The results of blood survey in the Tetel village obtained 299 specimen and 59 positive malaria parasites (SPR 20.07%) with the proportion of Plasmodium vivax (9 cases) and Plasmodium falciparum (50 cases). Distribution of malaria cases from January to November 2012 found 109 cases with detailed males 54.1% and females 45.9%, 78% in the age group >15 years. Transmission of malaria occurred in the neighborhood (indigenous) and more due to incomplete treatment and late diagnosis of the health service. Key words: malaria, incidence,Tetel, Purbalingga NLM: WC 755 I Gede Wempi Dody Surya Permadi (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, Baturaja) KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF COMMUNITY WITH THE USE OF MOSQUITO NETS BERINSEKTISIDA DISOBEDIENCE IN TEGAL REJO VILLAGE OF LAWANG KIDUL SUBDISTRICT, MUARA ENIM REGENCY BALABA Vol. 9 No. 2, December 2013, Pages. 70-73 Malaria is an infectious disease in the tropics and sub ?tropics and can cause death. Densely and less arranged settelement, many water reservoirs and pools of former excavation mine in every home residents may increase the odds of malaria vectors in the community. Mosquito nets have been produced using insecticides (Long Lasting Incetiside nets). It can kill resting mosquito when mosquitoes exposed to insecticide. There are some people who disobey the rule. In Solomon, the biggest factor of this disobedience is the uncomfortable condition when using mosquito nets at bedtime. The purpose of this study to describe the knowledge, attitudes, behavior of people do not use mosquito nets. A descriptive study with cross-sectional design. The study was conducted in the village Tegal Rejo, Lawang Kidul District, Muara Enim, South Sumatra Province in April 2013. Samples were 100 households.
Collecting data using questionnaires. 98% of respondents do not know the characteristics of the disease and malaria mosquitoes. All respondents did not know the difference insecticide-treated nets to regular nets . Most respondents did not know how to use bed nets (73%), incorrect usage of bed nets (99%), did not get an explanation before using nets (89%), and did not know the purpose of mosquito nets (89%). Some people in Tegalrejo did not use LLIN's because most of them prefer to use insect repellent.
yang cukup penting sebagai penularnya. Demikian pula pada penangkapan di Kendaga ditemukan An. balabacensis di kandang. Anopheles maculatus mempunyai habitat 10 pada aliran air yang jernih dan mengalir lambat. Pernah ditemukan pada habitat perkembangbiakan berupa genangan air di sepanjang sungai sewaktu musim kemarau, mata air, genangan di kebun salak. Anopheles maculatus mempunyai sifat utama zoofilik atau lebih menyukai darah binatang karena lebih banyak ditemukan di kandang dan sekitarnya, meskipun juga ditemukan menggigit manusia baik di dalam maupun di luar rumah. Hal tersebut sejalan dengan penangkapan yang dilakukan di Kendaga, spesies An. maculatus ditemukan di kandang.
Key words : behaviour, LLIN's, disobendience NLM: WC 420 Sefrita Tri Utami,Dyah Fitri Kusharyati, Hendro Pramono (Public Health Faculty, Jenderal Soedirman Purwokerto University) EXAMINATION OF LEPTOSPIRA BACTERIA IN LEPTOSPIROSIS SUSPECT HUMAN BLOOD SAMPLES USING PCR METHOD (POLYMERASE CHAIN REACTION) BALABA Vol. 9 No. 2, December 2013, Pages. 74-81 A O Leptospirosis is a zoonotic disease, whichN is caused by Leptospira. Leptospirosis cases often show no specific clinical symptoms and is difficult to diagnose without testing samples in the laboratory. Testing using PCR (Polymerase Chain Reaction) is considered more accurate than the other methods. Components required in the examination Leptospira bacteria in human blood samples using PCR method is DNA template, DNA polymerase enzyme, forward primer (PU1 and SU1) and reverse primer (Lep R1), nuclease free water, Mg 2 +, and dNTPs. Examination of Leptospira bacteria in human blood samples include sampling, DNA isolation, examination by PCR, and electrophoresis running.
Key words: leptospirosis, Leptospira, PCR methods
P
H
Anopheles aconitus mempunyai habitat pada persawahan terasering, selain itu juga pada saluran irigasi dan pinggiran aliran air yang jernih dan mengalir lambat. Ditemukan pada daerah pantai sampai ketinggian 1000m dpl.10 Spesies ini dianggap sebagai vektor utama di Jawa, tetapi hal ini terjadi apabila ditemukan kepadatan menggigit yang tinggi pada manusia. Sejalan dengan penelitian lain bahwa An. aconitus sifat dominannya merupakan zoofilik, E yang secara umum ditemukan di kandang daripada di tempat tinggal manusia.10 Pendapat tersebut sejalan dengan penangkapan yang dilakukan di Kendaga bahwa meskipun ditemukan di kandang dan umpan orang, namun kepadatan tertinggi An. aconitus adalah di kandang. Kondisi lingkungan Desa Kendaga dengan penggunaan lahan terbesar merupakan perkebunan salak tidaklah menjadi penyebab sepenuhnya masih ditemukannya malaria di wilayah ini. Beberapa wilayah yang tata guna lahannya merupakan kebun salak di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan berhasil mengendalikan terjadinya penularan malaria antara lain desa-desa di wilayah Madukara. Demikian pula keberadaan sawah pertanian terasering yang merupakan habitat untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles utamanya An. aconitus. Penelitian Sustriayu Nalim, dkk menunjukkan bahwa pemberian ikan konsumsi Cyprinus carpio 9/10 m2 bersamaan dengan ikan pemakan jentik Poecilia reticulata pada kepadatan 2 ekor/m2 di sawah mampu menurunkan populasi An. aconitus selama 5 tahun sebesar 99,7%.11 Dengan tata laksana surveilans yang tepat dalam pengamatan vektor dan kasus malaria, penularan seyogyanya dapat dicegah.
Keberadaan tiga vektor penular merupakan penyumbang besar untuk terjadinya penularan malaria di Desa Kendaga. Pada era modern dengan mobilitas penduduk yang tinggi kemungkinan masuknya penderita malaria baik dari luar kecamatan, luar kabupaten bahkan luar provinsi maupun luar pulau dapat menjadi pemicu untuk terjadinya penularan malaria di desa ini. Hal inilah yang patut diwaspadai oleh pemegang program kesehatan serta masyarakat setempat. Dalam rangka mencapai Eliminasi Malaria di Jawa Tengah pada tahun 2015 terdapat beberapa program yang perlu didukung bersama oleh semua pihak yaitu penemuan dini dan pengobatan penderita, meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas, pemberdayaan dan penggerakan masyarakat (dalam hal ini termasuk surveilans migrasi, penemuan kasus dan kepatuhan pengobatan, serta pengendalian habitat perkembangbiakan nyamuk), meningkatkan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), menggalang kemitraan, meningkatkan sistem surveilans (termasuk pengamatan pada lingkungan yang dapat menjadi habitat perkembangbiakan vektor malaria), meningkatkan sistem monitoring dan evaluasi, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. KESIMPULAN Desa Kendaga merupakan daerah reseptif malaria, masih berpotensi terjadi kejadian malaria apabila terdapat penduduk sakit/carrier malaria. Hal tersebut didasarkan pada masih ditemukannya An. balabacencis, An. maculatus dan An. aconitus yang merupakan vektor malaria di Banjarnegara meskipun kepadatan ketiga spesies tersebut turun apabila dibandingkan kondisi di Desa Kendaga tahun 2001. SARAN Dengan masih ditemukannya ketiga jenis vektor malaria pada kegiatan ini, Dinas kesehatan dan jajarannya, lintas program dan sektor serta masyarakat Desa Kendaga perlu melakukan pencegahan penularan dengan penemuan kasus sedini mungkin. Upaya penerapan peraturan dan pelaksanaan tentang surveilans migrasi, untuk bidang pertanian dalam pengelolaan kebun salak dan sawah yang dapat mencegah adanya tempat perkembangbiakan nyamuk misalnya dengan
37
BALABA Vol. 9, No. 02, Desember 2013 : 33-38
mengurangi jumlah pelepah salak, menghilangkan rembesan air, distribusi ikan pada kolam penampung air yang cukup besar, demikian pula di sawah dapat diterapkan sistem mina padi.
4. Nazir M. Metode penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia: 2003.
5. Ditjen PPM dan PL. Pedomen survei entomologi malaria. Jakarta: Depkes RI; 2001.
6. Ditjen PPM dan PLP. Kunci bergambar nyamuk UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Balai P2B2 Banjarnegara, Adi Wicaksono dan Hari Ismanto, rekan-rekan Juru Malaria Desa yang membantu dalam kegiatan penangkapan nyamuk, Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara utamanya bagian P2PL, Kepala Puskesmas Kendaga 2 beserta staf dalam membantu koordinasi kegiatan.
Anopheles dewasa di Jawa. Jakarta: Depkes RI; 2000.
7. BPS Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Banjarmangu dalam angka 2011/2012. Banjarnegara: Badan Pusat Statistik; 2012.
8. UPF-PVRP. Laporan kegiatan survei pengamatan vektor dan aspek pemberantasan oleh petugas UPF-PVRP Jawa Tengah tahun anggaran 2000/2001.
9. Alfiah S, Damar TB, Mujiyono, Farida DH. DAFTAR PUSTAKA
1.
Millenium development goals. [diakses tanggal ta nggal 11 September 2013]. A v a i l a b l e f r o m : http://www.who.int/topics/millennium_de velopment_goals/diseases/en/.
2. Dinkes Prov Jateng. Kebijakan Eliminasi Malaria di Jawa Tengah. Disajikan pada Pertemuan Eliminasi Malaria di Kabupaten Endemis Banjarnegara, 10 September 2013.
3. Dinkes Kabupaten Banjarnegara. Data Kasus Malaria di Kabupaten Banjarnegara. Data tidak diterbitkan.
Pemilihan hospes Anopheles di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Media Litbang. Kes. 2008; 18 (4): 185-192.
Incidence of zoonotic disease, caused by endoparacitic helminth in rats. April 2013, in Citereup - Dayeuhkolot Bandung, West Java occurred Outbreak rat bourne disease. Study of endoparasitic helminth in rats performed as an early warning effort, risk measurement and study of potential hazards. This type of research is descriptive qualitative approach. The data collected by trapping rats and identification rat species and identification of the presence and type of endoparasites in internal organs. Trapping rats using 100 live traps during three days. Rats species found in this study is Rattus tanezumi and Rattus norvegicus. Endoparasitic helminth identified species i.e. Taenia taeniaeformis in the liver, Hymenolepis diminuta in the stomach and intestines. On the intestinal Nippostrongilus brassiliensis was also found. All worms were found in this study are zoonotic. Key words: rats, zoonotic, endoparacites helminth
10. Sundararman S, Soeroto RM, Siran M. Vectors of malaria in Mid Java. Indian Journal of Malariology.1957; 11 (4): 321-38.
11. Nalim S, Damar TB, Arif H dan Elias W. Control demonstration of the rice field breeding mosquito Anopheles aconitus Donitz in Central Java using Poecilia reticulata through community participation. 3. field trial and evaluation. Bul. Penelit.Kesehat. 1988; 16 (1): 6-11.
NLM: WC 420 Rahmawati (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, Banjarnegara) LEPTOSPIROSIS OUTBREAK SPATIAL ANALYSIS IN KULONPROGO DISTRICT, 2011 BALABA Vol. 9 No. 2, December 2013, Pages. 53-57 Indonesia's case totally rate of leptospirosis was ranked third in the world. There were outbreak of leptospirosis in 2011 with 273 cases with 18 deaths (CFR = 6.59%). Therefore it was necessary to describe the spread of leptospirosis. This research was descriptive study that using cross-sectional design with 249 leptospirosis cases recorded by Kulonprogo District Health Office during January to November 2011. The coordinates of the patients was determined by GPS. The data is displayed with digital maps Indonesian RBI (RBI) scale 1: 25,000 using ArcView 3.3 software. Spatial analysis is done by scoring the following variable i.e. rainfall, land use and altitude. The results showed correlation of rainfall with leptospirosis cases is 0.179, most of cases occured in plantation and residential land use with altitude 0-100asl. Rainfall concluded weak relationship with leptospirosis. Spatial analysis shows 55.7% of cases of leptospirosis occur in moderate vulnerability zone and 31.79% occur in low vulnerability. Key words: spatial analysis, rainfall, land use, altitude
38
NLM: WA 106 Dwi Ernawati, Dwi Priyanto (Public Health Faculty, Diponegoro University) PATTERN OF RAT DISTRIBUTION IN MARKET HABITAT BASED ON COMMODITY IN BANJARNEGARA CITY MARKET BALABA Vol. 9 No. 2, December 2013, Pages. 58-62 Rodents (Order Rodentia) is a wild animal from mammals class and are known as nuisance animals in human life, especially domestic rats. Domestic rats have habitats close to human life such as housing, fields and markets. The market is a place where there are lots of food. The purpose of this research was describing the distribution of rat species habitat based on the type of commodity markets in the Banjarnegara City Market. The research method was a survey with cross-sectional approach, the whole population was rats in City Market and sample was trapped rats in Banjarnegara City Market. A research instrument set mouse traps and pieces of identification, technical analysis is used descriptively and presented in narrative form and frequency distribution table. The results showed that the number of rats caught consists of several species, 28 Rattus tanezumi, 1 R. norvegicus and 4 S. murinus. Based on trap location only R. tanezumi found inside kiosk. The percentage of rat positive trap based on kiosk higher found in groceries kiosk (35%), while the lowest is spice kiosk, vegetables and fruits (4%). Rattus tanezumi more dominantly found than other species. Key words: rats, commodity, market, distribution NLM: WC 755 Tri Ramadhani, Jarohman Rahardjo (Vector and Animal Borne Disease Control Unit, Banjarnegara) DESCRIPTION OF INCIDENCE OF MALARIA IN TETEL VILLAGE PENGADEGAN SUB DISTRICT PURBALINGGA DISTRICT BALABA Vol. 9 No. 2, December 2013, Pages. 63-69 Malaria is still a public health problem in Indonesia. Purbalingga is one of endemic malaria in Central Java, distributed in four areas Karangmoncol District, Pengadegan, Kaligondang and Rembang. In 2011, 100 malaria cases were reported consisted of 81 indigenious and 19 imported. This study aims to describe the increased malaria incidence in Tetel,