SUMMARY HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Sriwahyuni Kiayi, Dr. Lintje Boekoesoe, M. Kes ,Vik Salamanja, S.Kep, Ns, M.Kes
Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email:
[email protected]
ABSTRAK Sriwahyuni Kiayi. 2015. Hubungan Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial dengan Insomnia pada Remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes, dan Pembimbing II Vik Salamanja, S.Kep. Ns. M.Kes. Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu penyebab terjadinya insomnia pada remaja yang paling sering disebabkan oleh yaitu faktor kebiasaan seperti gaya hidup remaja yang haus akan teknologi sehingga sering berlama-lama menggunakan internet terutama dalam penggunaan jejaring sosial yang intens. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan situs situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Desain penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian adalah 172 orang. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 120 responden. Pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Penelitian ini menggunakan Uji Chi Square dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja dengan nilai ρ=0,000 (ρ < 0,05). Disarankan untuk mengurangi waktu penggunaan jejaring sosial serta dapat mengatur waktu tidur sehingga siswa dapat mengatasi gangguan insomnia yang dialami. Kata Kunci :Intensitas Penggunaan Situs Jejaring sosial, Insomnia, Remaja Daftar Pustaka : 33 (2002-2015) 1
Sriwahyuni Kiayi, 841411041, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Dr. lintje Boekoesoe, M.Kes, Vik Salamanja, S.Kep., Ns., M.Kes.
SUMMARY THE RELATION BETWEEN THE USE OF SOCIAL NETWORK WITH INSOMNIA OF ADOLESCENT AT SMA NEGERI 1 TELAGA, DISTRICT OF GORONTALO Sriwahyuni Kiayi, Dr. Lintje Boekoesoe, M. Kes ,Vik Salamanja, S.Kep, Ns, M.Kes
Departement Of Nursing FIKK UNG Email:
[email protected] ABSTRACT Sriwahyuni Kiayi. 2015. The Relation between the Use of Social Network with Insomnia of Adolescent at SMA Negeri 1 Telaga, District of Gorontalo. Skripsi, Department of Nursing, Faculty of Health Sciences and Sports, State University of Gorontalo. The principal supervisor was Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes and the co-supervisor was Vik Salamanja, S.Kep. Ns. M.Kes. Insomnia is inability to fulfill the requirement of a good sleep in quality and quantity. One of factors influencing the insomia on adolescent is habitual factor such as life style of adolescent who thirst for technology so that they use internet for long time particularly in using social network intensely. The problem statement of this research was whether there is relation between the use of social network and use insomnia of adolescent. This research aimed at investigating the relation between the use of social network and insomnia of adolescent at SMA Negeri 1 Telaga, District of Gorontalo. This research design was analytical descriptive using cross sectional approarch.The population of this research were 172 people. The samples of this research were 120 respondents gained by simple random sampling. This research applied chi-square test with significance level α = 0,05. The research result showed that there was relation between the intensity of using social network and insomnia of adolescent at SMA Negeri 1 Telaga, District of Gorontalo with ρ=0,000 (ρ < 0,05). It s suggested that andolescent should cut down the intensity of using social network and control the sleeping time thus students can overcome this insomnia problem. Keywords: Intensity of Using Social Network, Insomnia, Adolescent References : 33 (2002-2015)
1
Sriwahyuni Kiayi, 841411041, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Dr. lintje Boekoesoe, M.Kes, Vik Salamanja, S.Kep., Ns., M.Kes.
I. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, begitu juga dengan perkembangan internet. Hampir setiap orang sekarang terhubung dengan internet baik melalui komputer, handphone, maupun tablet. Internet merupakan sesuatu hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi buatan manusia. Internet singkatan dari Interconected networking yang apabila di artikan berarti rangkaian komputer yang terhubung dalam beberapa rangkaian jaringan. Dengan adanya internet stiap orang dapat mengakses informasi dengan lebih cepat, efisien serta dapat melakukan berbagai hal dengan siapapun dan di manapun tanpa batas waktu dan tempat (Hutahahean, 2012)1. Pada tahun 2014, data termutahir menunjukkan pengguna internet dunia diperkirakan sudah melampaui 2,2 milyar atau sekitar 30% dari total populasi dunia. Di Indonesia pada tahun 2014 “Pengguna internet mencapai 15% atau 38,2 juta dari total jumlah penduduk sekitar 251,2 juta jiwa, sedangkan pengguna jejaring sosial di Indonesia juga sekitar 15% dari total jumlah penduduk Indonesia. Dan diprediksi penggunanya dalam beberapa tahun ke depan akan meningkat tajam” (Kementerian Perdagangan RI, 2014)2. Di Indonesia, menurut Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), “Sebanyak 63 juta orang di Indonesia adalah pengguna internet dan 95% diantaranya adalah pengguna situs jejaring sosial”. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menunjukkan pertumbuhan penggunaan Internet di Indonesia terus meningkat. Di tahun 2012, penetrasi penggunaan Internet di wilayah Indonesia mencapai 24,23% (APJII, 2012) 3. Jumlah ini merupakan potensi luar biasa, apalagi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta jiwa Dan juga merupakan jumlah yang sangat besar bila dibandingkan dengan penetrasi Internet di negara-negara sekitar Indonesia, baik di Asia Tenggara maupun Australia. Dengan adanya jejaring sosial internet kita dengan mudah untuk mendapatkan informasi yang membantu menyelesaikan persoalan hidup yang kita hadapi. Hal ini identik dengan apa yang dikemukakan oleh Wulansari, Defita (2009)4 “Adanya internet memudahkan pekerjaan orang karena tanpa bertatap muka seseorang dengan mudah berkomunikasi serta bertukar informasi”. Ini adalah salah satu efek positif yang ditimbulkan oleh penggunaan jejaring sosial melalui internet. Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh kelompok advokasi Common Sense Media Amerika terhadap lebih dari 1.000 remaja berusia antara 13 sampai 17 tahun. Dua-pertiga responden dari survei tersebut mengaku mereka berkirim pesan setiap hari dimana setengahnya mengatakan mereka mengunjungi situs jejaring sosial setiap hari. Seperempat dari remaja menggunakan setidaknya dua jenis media sosial dalam sehari. ”Melalui survei tersebut Common Sense
1
Hutahahean, 2012 tentang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kementrian Perdagangan RI, 2014 tentang Data Pengguna Internet 3 APJII, 2012tentang pengguna internet di Indonesia 4 Defita wulansari, 2009 tentang efek positif jejaring sosial 2
Media Amerika juga menemukan bahwa responden remaja merasa media sosial sebagai fasilitas yang bermanfaat bagi mereka” (Hanjani, 2013)5. Pemanfaatan situs jejaring sosial telah menjadi tren atau gaya hidup bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Jejaring sosial pada saat ini telah menguasai kehidupan para pengguna internet. Buktinya situs jejaring sosial facebook berada pada peringkat pertama website yan paling banyak di akses di Indonesia. Jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individu atau organisasi. Jejaring ini akan membuat mereka memiliki kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga bisa saling berhubungan (Kindarto, 2010)6. Layanan yang dihadirkan oleh masing-masing website jejaring sosial berbeda-beda. Hal inilah yang merupakan sebuah ciri khas dan juga keunggulan masing-masing website jejaring sosial. Tetapi umumnya layanan yang ada pada jejaring sosial adalah chatting, email, berbagai pesan (messaging), berbagi video dan atau foto, forum diskusi, blog dan lain-lain (Kindarto, 2010)7. Untuk menjelajah internet sekedar mengakses jejaring sosial seringkali remaja begadang sehingga menyebabkan remaja mengalami kurang tidur, walaupun hanya sekedar megakses jejaring sosial dengan chatting atau berinteraksi dengan pengguna lainnya sebelum jam tidur dapat mengganggu pola tidur, memicu insomnia, sakit kepala dan kesulitan konsentrasi. “Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling sering dijumpai. Biasanya timbul sebagai suatu gejala dari gangguan lain yang mendasarinya, terutama gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi atau gangguan emosi lainnya” (Ferrita, 2010)8. “Studi yang dilakukan oleh Associated Chambers of Commerce and Industry of India ASSOCHAM 2012 (dalam Wiyda, 2015)9 mayoritas responden menyatakan bahwa kecanduan jejaring sosial telah membuat mereka mengalami insomnia, depresi dan hubungan personal yang buruk dengan rekan-rekan mereka di dunia nyata”. Penelitian terbaru Great British Sleep Survey (GBSS, 2012)10 menunjukkan jumlah perempuan yang berisiko menderita penyakit susah tidur atau insomnia tiga kali lipat lebih banyak dari laki-laki. Berdasarkan laporan dari berbagai negara untuk kasus insomnia itu sendiri kira-kira 30% orang dewasa mengalami satu atau lebih gejala insomnia seperti sulit tidur, sulit mengatur waktu tidur, bangun tidur terlalu awal, dan kualitas tidur yang buruk. Penelitian menunjukkan 30-45% orang dewasa di seluruh dunia mengalami insomnia. Di Indonesia, prevalensi penderita insomnia diperkirakan mencapai 10%, yaitu sekitar 23 juta jiwa penduduk. Secara garis besar ada berbagai macam faktor yang menyebabkan insomnia yaitu stres situasional seperti masalah keluarga, masalah di lingkungan sosial, adanya penyakit atau kehilangan orang yang dicintai, selain itu insomnia 5
Hanjani, 2013 tentang penelitian pada remaja yang menggunakan jejaring sosial Kindarto, 2010 tentang Jejaring sosial 7 Kindarto, 2010 tentang jenis-jenis jejaring sosial 8 Ferrita, 2010 tentang Insomnia 9 Wiyda, 2015 tentang dampak jejaring sosial 10 GBBS, 2012 tentang gejala insomnia 6
juga dapat disebabkan oleh kekhawatiran yang berlebihan, stres dan kecemasan. Namun sebagian besar penyebab insomnia pada remaja yang paling sering disebabkan oleh dua hal yaitu faktor kebiasaan dan faktor psikologis. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Suryantoro, Siswowijoto, dan Kuntari (dalam Hidayanti, 2008)11 bahwa angka pervalensi terjadinya insomnia pada usia remaja tergolong tinggi. Faktor kebiasaan dan gaya hidup remaja yang haus akan teknologi sehingga sering berlama-lama dalam menggunakan internet, adapun faktor lain yang memicu timbulnya insomnia pada remaja yaitu faktor psikologis berupa kecemasan, seperti yang dikemukakan oleh Laugesen bahwa remaja mempunyai reputasi berani mengambil resiko paling tinggi dibandingkan dengan periode lainnya. Faktor psikologis memegang peran utama terhadap kecenderungan insomnia, hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga kondisi fisik senantiasa siaga dan sulit diajak kompromi untuk tidur sehingga menyebabkan gangguan insomnia. Menurut wiyono (2009) orang tidak selamnya dapat menikmati tidur dengan baik. Rata-rata waktu tidur yang dibutuhkan manusia perhari pada usia sekolah 6-12 tahun jumlah kebutuhan tidur berkisar 9-11 jam perhari, untuk usia remaja 12-18 tahun jumlah kebutuhan tidur 8,5 jam perhari, untuk usia dewasa muda 18-40 tahun jumlah kebutuhan tidur berkisar 7-8 jam perhari, untuk usia masa muda paruh baya 40-60 tahun jumlah kebutuhan tidur 7 jam perhari, sedangkan untuk dewasa tua atau golongan lanjut usia 60 tahun keatas berkisar 6 jam perhari. Semakin tinggi usia maka semakin kurang waktu tidur yang diperlukan (Putra, 2011)12. Berdasarkan data awal yang diperoleh di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo pada siswa kelas XI Matematika dan Ilmu Alam (MIA) yang terdiri dari kelas XI MIA 1 sampai XI MIA 6 berjumlah 172 siswa. Pada pengambilan data awal yang dilakukan pada 63 siswa dari keseluruhan siswa kelas XI MIA, yang merupakan pengguna media sosial aktif didapatkan fakta bahwa setiap siswa memiliki lebih dari 2 jenis jejaring sosial, remaja menggunakan jejaring sosial melalui smartphone, gadget maupun Lalptop/komputer lebih dari 30 menit bahkan mereka mengaku dapat menghabiskan waktu berjam-jam dan seringkali menggunakan jejaring sosial hingga larut malam walaupun hanya sekedar berkomunikasi dengan teman lain, mengupdate status dan berbagi informasi kepada pengguna jejaring sosial lainnya. Dari data awal yang didapatkan diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang digunakan untuk mengetahui hubungan
11 12
Hidayanti, 2008 tentang penyebab insomnia Putra, 2011 tentang jumlah jam tidur
Intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya obyektif dan subyektif yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut” (Hidayat, 2008)13. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak 172 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, dimana sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 orang siswa kelas XI MIA di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat untuk mencari hubungan antar variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji Chi Square. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Univariat Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi masing-masing variabel yang telah diteliti baik variabel independen yaitu Intensitas penggunaan situs jejaring sosial, kemudian variabel dependen yaitu insomnia. Tabel 3.1 Distribusi responden berdasarkan Intesitas penggunaan situs jejaring sosial pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo Intensitas penggunaan situs No Jumlah (%) jejaring sosial 1 Intens 79 65.8 2 Tidak Intens 41 34.2 Total 120 100 Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan tabel diatas, dari 120 responden yang menunjukkan Intensitas penggunaan jejaring sosial yang intens yaitu sebanyak 79 responden (65.8%) dan yang tidak intens sebanyak 41 responden (34.2%). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswi di SMA Negeri 1 Telaga cukup intens dalam penggunaan jejaring sosial yakni sebesar 79 responden (65.8%). Tabel 3.2 Distribusi responden berdasarkan Insomnia pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo No Insomnia Jumlah (%) 1 Insomnia 67 55.8 2 Tidak Insomnia 53 44.2 Total Sumber: Data Primer 2015 13
Hidayat, 2008 tentang definisi populasi
120
100
Berdasarkan tabel diatas, dari 120 responden jumlah responden yang mengalami insomnia yaitu sebanyak 67 responden (55.8 %) dan yang tidak insomnia 53 (44.2%).Hasil penelitian menunjukkan siswa-siswi sebagian besar sering mengalami insomnia yakni sebanyak 67 responden (55.8%) 2. Hasil Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen yaitu intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan variabel dependen insomnia dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.3 Hubungan Intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo Insomnia Jumlah % Intensitaas No penggunaan situs Insomnia % Tidak % jejaring sosial Insomnia 1 Intens 59 74.7 20 25.3 79 100 2 Tidak Intens 8 19.5 33 80.5 41 100 67 55.8 53 44.2 120 100 Total P= 0,000 (α = 0,05) Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil uji statistik menggunakan Uji Chi Square dengan bantuan komputer SPSS 16.0 diperoleh nilai P=0,000 (α = 0,05), sehingga secara statistik berarti ada hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Pembahasan 1. Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 120 responden menunjukkan bahwa siswa-siswi di SMA Negeri 1 Telaga cukup intens dalam penggunaan situs jejaring sosial yakni sebanyak 65.8%. Remaja yang intens menggunakan situs jejaring sosial merupakan responden yang memiliki jejaring sosial, responden yang sering menggunakan jejaring sosial setiap hari, menggunakan jejaring sosial setiap saat atau lebih dari 12 jam/hari, menggunakan jejaring sosial sebelum tidur, sering merasa cemas jika tidak mengakses jejaring sosial dan sering lupa waktu tidur jika sudah bergabung di jejaring sosial. Bedasarkan hasil penelitian, dari kuesioner yang digunakan didapatkan bahwa penggunaan jejaring sosial yang dikatakan intens di SMA Negeri 1 Telaga disebabkan oleh karena seringnya remaja menggunakan jejaring sosial setiap hari melalui gadget ataupun smartphone dengan penggunaan yang lebih dari 12 jam, dan remaja akan lupa waktu tidur jika sudah menggakses jejaring sosial sehingga penggunaan menjadi intens. The graphic, Visualization & Usability Center, The Georgia Institute of Technologi (dalam surya, 2002)14 menggolongkan pengguna internet menjadi tiga 14
Surya, 2002 Pengguna Internet
kategori dengan berdasarkan intensitas internet yang digunakan, yaitu Heavy users dengan pemakaian internet lebih dari 40 jam perbulan, Medium users dengan pekaian internet antara 10 sampai 40 jam perbulan, dan Light users dengan pekaian internet kurang dari 10 jam perbulan. Penggunaan internet yang cukup tinggi ini didasari oleh aktivitas-aktivitas dalam penggunaan internet yang dalam studi investigasi yang telah dilakukan oleh Buente dan Robbin (2008), dibagi dalam empat dimensi kepentingan penggunaan internet antara lain informasi (information utility), kesenangan (leisure/fun activities), komunikasi (communication), dan transaksi (transaction). Menurut Kuss & Griffiths (2011)15, penggunaan jejaring sosial secara berlebihan dapat menyebabkan adiksi bagi penggunanya. Individu dapat dikatakan mengalami adiksi atau kecanduan situs jejaring sosial apabila memenuhi tiga atau setegah dari enam indikator yang dinyatakan oleh Griffiths, indikator adiksi situs jejaring sosial yaitu salience (dominasi situs jejaring sosial dalam pikiran dan tingkah laku peserta didik), mood modification (peserta didik mendapatkan kesenangan dari aktivitas online situs jejaring sosial), tolerance (aktivitas online situs jejaring sosial mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan), withdrawal (perasaan tidak menyenangkan pada saat peserta didik tidak melakukan aktivitas online situs jejaring sosial), conflict (pertentangan yang muncul dari dirinya sendiri tentang tingkat kegemarannya online situs jejaring sosial yang berlebihan maupun konflik yang terjadi antara remaja dengan orang lain sebagai akibat perilakunya online situs jejaring sosial) dan relapse (kecenderungan perilaku peserta didik untuk mengulangi pola yang sempat dilakukan pada awal mengenal situs jejaring sosial meskipun telah mencoba melakukan kontrol atas dirinya). 2. Insomnia Dari hasil Penilitian pada 120 responden menunjukkan jumlah responden yang mengalami insomnia sebanyak 55.8% dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 44.2%.Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan remaja yang mengalami insomnia lebih banyak dibanding remaja yang tidak insomnia. Berdasarkan kuisioner yang digunakan, responden yang dikatakan mengalami insomnia jika responden memiliki tanda berupa sering mengalami kesulitan tidur, kurang semangat saat bangun tidur, sering kelelahan disiang hari, memiliki waktu tidur yang yang kurang dari 7-8 jam perhari, terbangun lebih awal dari yang diinginkan, sering merasa tidur tidak memuasakan, dan remaja merasa sulit untuk berkonsentrasi. Berdasarkan hasil penelitian dari lembar kuisioner yang digunakan insomnia yang terjadi pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo lebih banyak remaja mengalami insomnia disebabkan karenasiswa mengalami tanda berupa kesulitan untuk memulai tidur, memiliki waktu tidur yang kurang dari 7-8 jam perhari, terbangun lebih awal dari yang diinginkan, sering merasa tidur tidak memuaskan, dan remaja merasa sulit untuk berkonsentrasi.
15
Kuss & Griffiths, 2011 tentang indikator adiksi jejaring sosial
Menurut Widya (2011)16 ”ada 15 tanda-tanda umum apabila seseorang mengalami serangan insomnia yaitu, Adanya gangguan tidur yang bervariasi dari ringan sampai parah, Sulit jatuh ke dalam fase tidur, Sering terbangun di malam hari, Saat terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun terlalu pagi, terbangun terlalu cepat, tidur yang tidak memulihkan, pikiran seolah dipenuhi berbagai hal, selalu kelelahan di siang hari, penat, mengantuk, sulit berkonsentrasi, lekas marah/emosi, merasa tidak pernah mendapat tidur yang cukup, sering sakit/nyeri kepala”. 3. Hubungan intensitas Penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja, dapat dilihat melalui uji pearson chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05), hasil analisa menunjukkan nilai P= 0,000 maka nilai P <α. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan kejadian insomnia. Dari hasil penelitian pada 120 responden didapatkan pengguna jejaring sosial yang intens dan insomnia sebanyak 74,7% yang disebabkan karena frekuensi remaja dalam mengakses jejaring sosial melalui smartphone dan gadget yang dilakukan setiap hari dengan durasi penggunaan ≥ 12 jam/perhari serta perasaan cemas ketika tidak mengakses jejaring sosial. Penggunaan smarthphone dan gadget dalam mengakses jejaring sosial setiap saat menyebabkan cahaya dari smartphone dapat memicu dan menstimulus otak untuk membuat kita tetap terbangun dan menunda keinginan untuk tidur sehingga menyebabkan remaja mengalami insomnia (Jackson, 2010)17. Selain itu terdapat responden yang intens tapi tidak mengalami insomnia sebanyak 25.3%, hal ini disebabkan karena frekuensi yang digunakan dalam mengakses jejaring sosial setiap hari tidak setiap saat, juga dengan durasi yang kurang dari 12 jam perhari, dan tidak menggunakan jejaring sosial sebelum tidur sehingga gejala insomnia dari mengakses jejaring sosial melalui smartphone juga tidak ada. Selain itu juga terdapat reponden yang tidak intens dan mengalami insomnia sebanyak19.5%, penggunaan jejaring sosial yang jarang dilakukan tatapi mengalami insomnia, menurut peneliti hal ini disebabkan karena faktor lain seperti stres, banyak fikiran atau kecemasan akan sesuatu masalah yang dirasakan oleh remaja itu sendiri, sehingga menyebabkan remaja mengalami insomnia. Sehingga intensitas penggunaan jejaring sosial bukan satu-satunya penyebab dari insomnia. Adapun responden yang tidak intens dan tidak insomnia sebanyak 80.5%, hal ini berarti remaja tidak mengakses jejaring sosial setiap hari dan juga tidak mengalami gejala insomnia baik dikarenakan oleh penggunaan jejaring sosial yang berlebihan atau karena hal lain. Berdasarkan hasil penelitian, insomnia yang terjadi pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo dikarenakan siswa mengalami kesulitan untuk memulai tidur, penggunaan situs jejaring sosial yang intens yang diakses 16 17
Widya, 2011 tentang tanda-tanda umum serangan insomnia Jackson, 2011 tentang dampak penggunaan smarthpone
melalui fasilitas media elektronik berupa smarthphone dan gadget yang mereka miliki yang diketahui bahwa benda tersebut dapat mempengaruhi kerja otak yang menyebabkan penggunanya mengalami gangguan tidur seperti insomnia dengan gejala yang ada. Menurut Uppsala University di Swedia (dalam Jackson, 2010)18, penggunaan jejaring sosial yang intens melalui gadget ataupun smartphone secara berlebihan dapat menyebabkan remaja merasakan kesenangan sendiri dalam mengakses jejaring sosial sehingga menyebabkan mereka kecanduan yang dapat memicu mereka menjadi lebih intens dalam menggunakan jejaring sosial. Penggunaan jejaring sosial setiap hari serta kebiasaan membawa ponsel atau gadget ketempat tidur dan semakin lama penggunaan jejaring sosial melalui gadget tersebut maka akan semakin mengganggu pengaturan dari hormon melatonin sehingga dapat menyebabkan insomnia bagi penggunanya (Kompas Kesehatan, 2010). Melatonin adalah hormon yang dibentuk oleh kelenjar pineal dan retina yang bertugas untuk membuat kita tertidur dan mengembalikan energi fisik ketika kita tidur. Produksi hormon melatonin dapat dipacu oleh gelap dan hening serta dihambat oleh sinar yang terang maupun medan elektromagnetik. Melatonin dalam tubuh tergantung pada jumlah cahaya yang diterima mata, banyak cahaya akan memperlambat proes pembentukan hormon melatonin, sebaliknya kekurangan cahaya akan membuat peningkatan secara cepat jumlah melatonin yang menyebabkan timbulnya rasa mengantuk (Siregar, 2011)19. Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Case Western Reserve School of Medicine, Cleveland (2008)20 yang melibatkan 238 remaja dengan rentang umur 13-16 tahun didapatkan bahwa ”salah satu faktor penyebab insomnia pada remaja adalah akses media sosial di internet melalui telepon seluler dan komputer yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pada remaja”. Hasil penelitian dari Northwestern University oleh Phyllis Zee (dalam Wydia, 2015)21 juga mengungkapkan bahwa benda elektronik yang bersinar terang dan langsung menyorot pada mata dapat mengganggu kerja otak dan merusak sistem jam biologis tubuh, apabila seseorang sering menyalakan notebook atau iPad sebelum tidur, cahayanya dapat memicu atau menstimulasi otak untuk membuat kita terbangun dan menunda keinginan untuk tidur dan mengganggu pengaturan hormon melatonin yang berperan dalam pengaturan jam tidur, sehingga nantinya seseorang akan mengalami gangguan tidur (Insomnia). IV. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh Intensitas Penggunaan jejaring sosial pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo yang intens lebih banyak daripada yang tidak intens yaitu intens sebanyak 65.8 % dan yang tidak intens sebanyak 34.2%. Sedangkan responden yang mengalami insomnia lebih banyak dari yang tidak mengalami insomnia yaitu 18
Jackson, 2010 tentang penggunaan smartphone secara berlebihan Siregar 2011 tentang produksi hormon melatonin 20 Case Western Reserve School of Medicine, Cleveland, 2008 tentang penelitian faktor insomia 21 Wydia, 2015 tentang penggunaan benda elektronik 19
insomnia sebanyak 55.8 % dan yang tidak insomnia sebanyak 44.2% . Hasil analisa menunjukkan terdapat hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan insomnia pada remaja di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Saran Diharapkan bagi siswa dapat mengurangi waktu penggunaan jejaring sosial serta dapat mengatur waktu tidur sehingga siswa dapat mengatasi gangguan insomnia yang dialami. Dan bagi peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan masukan dan dapat melanjutkan penelitian ini lebih baik lagi dan dengan variabel yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Asosiasi Penyelenggara Jasa internet Indonesia. 2012. Profil pengguna internet Indonesia.(http:www.apjii.or.id/v2/upload/Laporan?Profil%20Internet%2 0Indonesia%202012%20(INDONESIA).pdf. Buente, Weyne.,& Robbin, A. (2008). Trends in Internet Information Behavior:2000-2004. Journal of the America Society for Information Science. Case Western Reserve School of Medicine. (2008). Poor Teen Sleep Habits may raise Blood Pressure.Journal. Ferrita, Karyono. 2010. Hubungan Antara Derajat Insomnia dengan beratnya Kebiasaan Merokok pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi.Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah. Malang Hanjani ,Febyuka. (2013). PeningkatanKebutuhanakan Media SosialPadaRemaja, Salah Siapa?. Personal Growth,Conseling and Development Center.Journal. Hidayat, A. A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hidayat, A. A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hutahaean, N. Br. (2012). Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XII IPA SMA Di Kota Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Universitas Negeri Medan. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22257Abstrak.pdf. Diunduh Pada Tanggal 3 April 2013. Kindarto, A. (2010). Efek Bogging Dengan Aplikasi Facebook. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kuss, D. J., & Griffiths, M. D. (2011). Addiction to social networks on the internet: A literature review of empirical research. International Journal of Environment and Public Health, 8, 3528-3552. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Putra, S.R. 2011. Tips Sehat dengan Pola Tidur Tepat dan Cerdas. Jokjakarta:Buku Biru.
Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset keperawatan. Yokyakarta:GrahaIlmu. Siregar, M.H. (2011). Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat dan Cara Terapi Insomnia. Jogjakarta: FlashBooks. Surya, Yuyun W.I (2002). Pola Konsumsi dan Pengaruh Internet sebagai Media Komunikasi Interaktif pada Remaja (Studi Analisis Persepsi pada Remaja di Kotamadya Surabaya). Surabaya : Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Syarifudin, B. 2010. Paduan TA Keperawatan dan kebidanan dengan SPSS. Yokyakarta:Gravindo Litera Media. Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI. 2014. Paduan optimalisasi media sosial untuk kementrian Perdagangan RI. jakarta: Ministry Of Trade. Widya, G. 2011. Mengatasi Insomnia.Yokyakarta:Katahati. Wydia, Kristianty Putriny Syamsoedin, Hendro Bidjuni, Ferdinand Wowiling. 2015. Hubungan Durasi Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Remaja di SMA negeri 9 Manado. Jurnal. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.