STUDI SOSIO RELIGI WISATA ALAS KETONGGO DESA BABADAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI Anis Nuryani & Muhammad Hanif* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak wisata terhadap kehidupan sosio religi masyarakat Desa Babadan. Penelitian ini diadakan di Desa Babadan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Tepatnya objek penelitian ini berada di Dusun Nanggalan Rt. 10 Rw.02 di area perhutani RKPH Kuncen Babadan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian studi kasus. Teknik pengambilan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan sampel dengan purposive sampling. Sumber data yang dipakai yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik keabsahan data yang digunakan untuk menguji kebenaran data yaitu trianggulasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunjungan wisata ke Alas Ketonggo merupakan tradisi turun temuru dan sudah berakar kuat di kalangan masyarakat Jawa. Meskipun muncul kritik yang mencurigai praktek semacam itu dapat menodai tauhid ajaran agama, tetapi dalam faktanya kegiatan mengunjungi wisata religi tidak pernah pudar sama sekali bahkan cenderung makin ramai terutama setelah terbukti makin keramatnya wisata religi ini. Kepercayaan pengunjung memang mengkeramatkan beberapa tempat di Alas Ketonggo tersebut. Meskipun demikian, kepercayaan tersebut tidaklah tunggal karena sangat tergantung pada pola pikir, pemahaman keagamaan dan tradisi yang melingkupinya. Penelitian ini sampai pada kesimpulan adanya kepercayaan yang berbasis pada pola tradisional Islam, kepercayaan mistis yang berbasis pada tradisi, dan kepercayaan yang berdasar pada pemikiran-rasional belaka yang di yakini oleh masyarakat Desa Babadan dan para pengunjung. Kata kunci : Sosio Religi, Wisata Pendahuluan
banyak hal, yakni keadaan geografis, sistem sosial, dan sistem keagamaan.
Indonesia adalah salah satu
Hal itu dapat mempengaruhi dan
negara kepulauan, dengan beragam
membentuk watak, perilaku, maupun
budaya serta suku
Dari
pola pikir masyarakat. Ciri khas
Sabang sampai Merauke, suku bangsa
tersebut merupakan suatu nilai positif
Indonesia memiliki ciri khas berbeda-
yang dimiliki bangsa Indonesia dalam
beda. Ciri khas ini disebabkan oleh
hal keanekaragaman budaya.
bangsa.
*Anis Nuryani adalah Alumni Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN *Muhammad Hanif adalah Dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
25
Salah satunya adalah budaya
Kepercayaan Jawa tersebut
Jawa, orang Jawa dikenal ramah,
masih berlaku di Alas Ketonggo yang
terbuka, sopan dan religius, ada
terletak di Desa Babadan Kecamatan
bermacam agama dan kepercayaan
Paron, 12 km arah selatan Kabupaten
yang sempat dianut oleh orang Jawa
Ngawi. Alas Ketonggo adalah lahan
dan berpengaruh besar terhadap
perhutanan, yang sama dengan hutan-
budaya dan pandangan hidupnya.
hutan lainnya ditumbuhi berbagai
Yaitu,
jenis
kepercayaan
pra-Hindu:
pepohonan.
Namun,
Alas
animisme dan dinamisme, kemudian
Ketonggo lebih dikenal masyarakat
Hindu, Budha dan Islam (Imam Budhi
dibanding
Santosa, 2012:174).
Kabupaten Ngawi, banyak orang yang
hutan-hutan
lain
di
Agama tersebut mengandung
datang ke tempat ini. Hal ini terlihat,
nilai-nilai kepercayaan yang masih
pada hari-hari tertentu seperti Jum’at
diamalkan dalam kehidupan orang
dan
Jawa
masyarakat dari luar daerah.
hingga
saat
ini,
sehingga
Selasa
ramai
dikunjungi
berpengaruh terhadap pola tata laku,
Alas Ketonggo bukan tempat
norma, nilai dan aspek kehidupan
pariwisata yang mempunyai fasilitas
lain. Orang Jawa juga percaya kepada
hiburan sebagai daya tarik wisatawan.
suatu kekuatan yang melebihi segala
Kepariwisataan
kekuatan di mana saja yang pernah
bertumpu pada keunikan, kekhasan,
dikenal, yaitu kasakten, kemudian
dan kelokalan serta keaslian sehingga
arwah atau ruh leluhur, dan makhluk-
menempatkan
makhluk
sebagai suatu hal yang prinsip dan
halus
seperti
misalnya
pada
hakikatnya
keanekaragaman
memedi, lelembut, tuyul, demit serta
hakiki,
jin dan lainnya yang menempati alam
kepariwisataan pada dasarnya untuk
sekitar
mereka
kelestarian dan memperkukuh jati
(Koentjaraningrat, 1997:347). Jadi,
diri bangsa serta lingkungan alam
tidak mengherankan jika orang Jawa
(Muljadi.A.J, 2009:26).
tempat
menggunakan untuk
tinggal
sistem
memperoleh
ketenangan,
kepercayaan keselamatan,
ketentraman,
kebahagiaan hidup.
dan
maka
Keunikan
pengembangan
Alas
Ketonggo
yang dikunjungi banyak orang, tidak lepas dari pengaruh unsur budaya maupun sejarah yang mendukung perkembangannya.
Disamping
itu,
26
adanya unsur budaya seperti sistem
Para pengunjung biasanya
religi Jawa juga memiliki pengaruh
datang pada tanggal 1 Muharam,
dominan dalam wisata Alas Ketonggo.
Jum’at Legi, Jum’at Pon dan Selasa
Oleh karena itu, orang melakukan
Kliwon pada bulan Muharam (Sura)
kegiatan wisata bukan hanya karena
dalam perhitungan kalender Jawa. Di
kesenangan atau hobi saja. Namun,
Jawa dan bahkan bagian lain dari
agama serta kebudayaan dapat pula
Indonesia
banyak
menjadi alasan seseorang tertarik
memperingati
1
untuk
Pariwisata
dipandang sebagai hari sakral oleh
alat
orang Jawa. Kebanyakan dari mereka
membangkitkan moral yang sehat,
mengharapkan untuk ngalap berkah
serta dapat membuat keseimbangan
dari hari besar suci ini. Mereka
sifat-sifat yang emosional, sehingga
berpuasa selama 24 jam, tidak tidur
memperoleh
semalam suntuk dan ada pula yang
berkunjung.
merupakan
suatu
ketenangan
dan
kejernihan dalam berfikir.
Sura.
orang 1
Sura
melakukan meditasi secara khusuk
Menurut Marji (wawancara
(Purwadi, 2005:23).
tanggal 23 Februari 2013) memang
Dengan
demikian,
Alas
banyak orang yang datang untuk
Ketonggo menjadi salah satu tempat
ngalap
sekedar
yang dikunjungi masyarakat pada
bermeditasi dengan berbagai alasan.
tahun baru Islam (bulan Muharam),
Para pengunjung yang datang berasal
sesuai ajaran kebudayaan Jawa. Pada
dari
yang
era modern seperti saat ini, wisata
bervariasi. Mulai dari masyarakat
Alas Ketonggo masih digemari oleh
dengan
masyarakat,
berkah
lapisan
atau
masyarakat
pendidikan SD, SMP, SMA
karena
mereka
sampai Perguruan Tinggi. Mereka
mempunyai keyakinan kuat tentang
datang dengan tujuan yang berbeda-
kekuatan di luar kemampuan manusia
beda, diantaranya ngalap berkah,
biasa atau kekuatan makhluk gaib. Hal
meminta
lancar,
ini berarti bahwa ajaran kebudayaan
mencari senjata atau barang pusaka
Jawa masih banyak tercemin dalam
sampai ada juga yang meminta jodoh
kemajuan kehidupan masyarakat saat
dan minta diloloskan dari tes CPNS,
ini. Masyarakat menganggap Alas
atau hanya sekedar berkunjung untuk
Ketonggo sebagai cagar budaya lokal
kegiatan wisata.
yang
agar
karirnya
harus
dilestarikan,
dengan
27
segala nilai-nilai luhur budaya Jawa
keselamatan,
yang
ketentraman
terkandung
di
dalamnya.
ketenangan hidup,
dan
karena
Alas
Berdasarkan pandangan hidup orang
Ketonggo merupakan hutan yang
Jawa,
mengamalkan
agama
atau
mungkin,
nilai
ajaran
teduh, dikelilingi ribuan pepohonan
kepercayaan
sebaik
besar yang rindang dan letaknya jauh
memperoleh
dari kebisingan laju kendaraan jalan
untuk
keselamatan dunia dan akhirat.
raya,
sehingga
Alas Ketonggo juga sebagai
memperoleh
tempat media interaksi sosial antar
ketenangan.
masyarakat
dan
juga
para
pengunjung
kenyamanan
dan
Dari kebiasan inilah sehingga
pengunjung. Keseluruhan masyarakat
peneliti
ikut berpartisipasi pada saat malam 1
tentang wisata Alas Ketonggo yang
Muharam, yang rutin dilaksanakan
menjadi daya tarik pengunjung dari
pertunjukan wayang kulit di Alas
berbagai daerah hingga saat ini, serta
Ketonggo. Hal tersebut diwujudkan
bagaimana dampak bagi kehidupan
saat acara pertunjukan, seluruh warga
sosial dan religi masyarakat Desa
desa
Babadan Kecamatan Paron Kabupaten
dan
menjadi
pengunjung satu.
berkumpul
Komunikasi
serta
untuk
mengkaji
Ngawi.
pembicaraan terjalin satu sama lain tanpa membedakan status sosial.
tertarik
Berdasarkan latar belakang masalah
dan
batasan
masalah
Pengunjung di Alas Ketonggo
tersebut, maka dapat dirumuskan
tidak melakukan hal-hal yang sifatnya
permasalahan penelitiannya, sebagai
syirik, seperti menyembah punden,
berikut:
pohon atau yang lainnya. Akan tetapi
1.
menurut
pengamatan,
para
pengunjung hanya melakukan ritual
Mengapa Alas Ketonggo dijadikan objek wisata?
2.
Bagaimanakah
mengambil tempat Alas Ketonggo
masyarakat
sebagai
Kecamatan
tempat
menyambung kepada
perantara
segala
Tuhan.
dianggap bermeditasi,
tempat
untuk
permintaan
Alas
Ketonggo
kepercayaan Desa
Paron
Babadan Kabupaten
Ngawi terhadap Alas Ketonggo? 3.
Bagaimana
dampak
Alas
yang
cocok
Ketonggo terhadap kehidupan
memfokuskan
fikiran
sosio religi masyarakat sekitar
untuk ngalap berkah, memperoleh
28
Desa Babadan Kecamatan Paron
(melihat-lihat atau menikmati
Kabupaten Ngawi?
keindahan alam, dsb) atau untuk mempelajari sesuatu
Tujuan Penelitian
menambah
pengetahuan
(Tim Penyusun Kamus, 1991: Dalam
mengadakan
1130).
penelitian tidak terlepas dari tujuan
yang
hendak
Menurut
Gamal
dicapai,
Suwantoro (2004: 3), wisata
sebab tujuan penelitian tersebut
merupakan suatu perjalanan
akan
yang
memberi
arah
dalam
dilakukan
oleh
penelitian. Adapun yang menjadi
seseorang atau lebih dengan
tujuan dari penelitian ini, yakni:
tujuan
1. Untuk
mendapatkan
mengetahui
sejarah
antara
lain
untuk
kenikmatan
Alas Ketonggo yang dijadikan
dan memenuhi hasrat ingin
objek wisata.
mengetahui sesuatu.
2. Untuk
mengetahui
Pendapat
lain
kepercayaan masyarakat Desa
diungkapkan oleh Nyoman S.
Babadan
Pendit
Kecamatan
Paron
(2006:
3),
bahwa
Kabupaten Ngawi terhadap
istilah wisata berasal dari
wisata Alas Ketonggo.
bahasa Sansekerta yaitu wis
3. Untuk Alas
mengetahui Ketonggo
kehidupan masyarakat
sosio Desa
dampak terhadap religi Babadan
(man)
berarti
properti,
rumah, kampung,
komunitas, dan ata berarti pergi
terus-menerus,
Kecamatan Paron Kabupaten
mengembara, yang dirangkai
Ngawi.
menjadi satu kata wisata berarti pergi meninggalkan
Kajian Pustaka A.
rumah (kampung) berkeliling
Wisata
terus-menerus.
1. Pengertian Wisata Wisata berpergian untuk
Manusia merupakan adalah
kemana-mana bersenang-senang
makhluk sosial yang selalu membutuhkan
orang
lain
untuk memenuhi berbagai
29
kebutuhan
hidupnya.
Pada
prinsipnya
Sandang, pangan dan papan
kegiatan
wisata
dapat
adalah
mencakup
semua
macam
kebutuhan
utama
manusia, selain kebutuhan itu
perjalanan,
manusia juga membutuhkan
perjalanan tersebut diikuti
kebutuhan akan kesenangan
dengan pertamasyaan dan
atau hiburan yang diperoleh
rekreasi. Perjalanan tersebut
dengan melakukan kegiatan
diatas tidak bermaksud untuk
wisata. Kegiatan wisata (tour)
memangku suatu jabatan di
yaitu
suatu tempat atau daerah
suatu
perubahan
aktivitas
tempat
asal
saja
tinggal
tertentu,
sebab
perjalanan
sementara dari seseorang, di
terakhir
ini
dapat
luar tempat tinggal sehari-
digolongkan
hari dengan suatu alasan apa
perjalanan
pun
tujuan
selain
kegiatan
melakukan yang
bisa
menghasilkan upah atau gaji
ke
dalam
bukan
untuk
pertamasyaan
pariwisata
(Oka
A.
atau Yoeti,
2006: 177-178).
(Muljadi, 2010: 7).
Dari
berbagai
Pendapat yang sama
pendapat
diungkapkan
oleh
disimpulkan bahwa wisata
Kodhyat (1996: 3), bahwa
adalah suatu perjalanan, yang
kegiatan
berangkat dari satu tempat
juga
wisata
adalah
di
atas
perjalanan dan persinggahan
menuju
yang dilakukan oleh manusia
kebeberapa
di luar tempat tinggalnya
kembali
lagi
ketempat
untuk berbagai maksud dan
semula,
untuk
mencari
tujuan, tetapi bukan untuk
kesenangan atau ketenangan
tinggal menetap di tempat
hidup.
yang
merupakan
dikunjungi
disinggahi, melakukan
atau
atau untuk
pekerjaan-
pekerjaan mendapatkan upah.
dengan
interaksi dengan
dan
dapat
singgah
tempat,
Kegiatan suatu antara manusia,
dan
wisata media manusia antara
kelompok manusia dengan latar belakang sosial budaya
30
yang berbeda, maupun antara
keindahan
manusia
pegunungan,
dengan
lingkungannya.
Kegiatan
wisata dapat menimbulkan berbagai dampak positif dan
alam
pantai,
sungai,
hutan
sebagainya. b) Objek wisata budaya
negatif di berbagai bidang
Objek
kehidupan, yaitu ekonomi,
mempunyai
pendidikan, sosial
tinggi
karena
nilai
khusus
budaya,
sikap dan jati diri. 2. Objek Wisata perkara,
wisata
budaya
daya
tarik
memiliki dalam
bentuk atraksi kesenian,
Objek wisata adalah hal,
dan
orang
yang
upacara-upacara
adat,
nilai
yang
luhur
menjadi pokok pembicaraan
terkandung dalam suatu
atau
objek
benda,
sebagainya sasaran
hal,
dan
yang
dijadikan
manusia
untuk
diteliti,
lampau.
diperhatikan dan sebagainya
c) Objek
dalam wisata (Tim Penyusun
khusus
Kamus, 1991: 622).
Objek
Menurut
buah
karya
pada
masa
wisata
minat
wisata
minat
Gamal
khusus mempunyai daya
Suwantoro (2004: 19) objek
tarik dengan adanya ciri
wisata merupakan potensi
khusus/spesifikasi
yang
bersifat langka. Misalnya,
bisa
kehadiran
mendorong
wisatawan
yang
ke
atraksi wisata merupakan
suatu daerah tujuan wisata.
ciptaan manusia seperti
Objek wisata di kelompokkan
festival,
menjadi tiga macam, yaitu:
sebagainya.
a) Objek wisata alam Objek
wisata
demikian
obyek wisata adalah semua
daya
tarik
hal yang menjadi daya tarik
keindahan
dan
untuk dilihat, dirasakan dan
Objek
dinikmati oleh wisatawan,
meliputi
yang dibuat manusia atau
kekayaan wisata
Dengan
dan
alam
mempunyai pada
pameran
alam. alam
31
kekayaan alam. Contoh objek
B.
Menurut
Durkheim
wisata yang dibuat manusia
dalam
adalah
(2005: 49), meyakini bahwa
wisata
hasil
Anthony adalah
Giddens
kebudayaan, wisata atraksi,
religi
hal
paling
monumen,
pameran
dan
primitif dari segala fenomena
sebaginya.
Contoh
objek
sosial. Semua manifestasi lain
wisata kekayaan alam yaitu
dalam
aktivitas
kolektif
berupa
pemandangan
berasal
dari
pegunungan, pantai, sungai
melalui
dan sebagainya.
transformasi secara berturut-
agama
dan
berbagai
Sosio Religi
turut: antara lain menyangkut
1. Pengertian Sosio Religi
hukum, moral, seni, bentuk
Kata
sosio
berasal
politik dan sebagainya.
dari kata Yunani socius yang bearti
kawan,
teman
Budiono Herusatoto (2008:
42)
berpendapat
(Supardi, 2011: 79). Pendapat
bahwa, pada pokoknya religi
yang sama juga diungkapkan
adalah
oleh Dadang Supardan (2008:
manusia
69) bahwa sosio berasal dari
dalam
kata Yunani socius bearti
manusia itu tergantung dari
kawan,
Tuhan, bahwa tuhanlah yang
berkawan
atau
bermasyarakat. Kata
penyerahan
diri
kepada
Tuhan,
keyakinan
bahwa
merupakan keselamatan yang “religi”
sejati dari manusia, bahwa
terjemahan
manusia dengan kekuatannya
langsung dari bahasa asing
sendiri tidak mampu untuk
religion, biasa diterjemahkan
memperoleh keselamatan itu
dalam
dan
merupakan
bahasa
Indonesia
karenanya
ia
dengan perkataan “agama”,
menyerahkan dirinya.
yang berkaitan dengan sistem
Dari
kepercayaan
masyarakat
pernyataan di atas dapat
yang masih hidup sampai saat
disimpulkan
ini
religi
(Kusnaka
1983: 48).
Adimihardja,
berbagai bahwa
merupakan
sosio sistem
kepercayaan dan keyakinan
32
di
dalam
Kepercayaan
masyarakat. itu
Menurut
Durkheim
diyakini
dalam Imam Muhni (1994:
oleh
128) bahwa religi merupakan
sehingga
sesuatu yang tidak dapat
kepercayaan
dielakkan dalam kehidupan
keagamaan atau kepercayaan
masyarakat. Pembagian dunia
religius.
Kepercayaan
dalam yang sakral dan yang
keagamaan ini diwujudkan
profane merupakan ciri khas
dalam
bentuk
pemikiran religius. Hal-hal
kegiatan masyarakat, yaitu
yang sakral bukan diartikan
mengadakan
dewa-dewa
kebenarannya masyarakat, menjadi
berbagai
upacara
atau
perkawinan, kelahiran juga
melainkan
kematian, dan mempercayai
dapat menjadi sakral atau
suatu tempat, benda, waktu
dijadikan sakral.
atau
orang
sebagai
apa
roh-roh, saja
yang
yang
Menurut Imam Budhi
keramat, suci, bertuah, atau
Santosa (2012: 241), bahwa
istimewa.
penduduk asli di Jawa telah
Mempercayai sesuatu
mempunyai
sistem
religi
sebagai yang suci atau sakral
(kepercayaan) yang dianut
itu
dan
merupakan
ciri
kehidupan
khas
beragama.
diamalkan
kehidupan
Kehidupan beragama pada
Inti
dasarnya
adalah,
merupakan
kepercayaan
dari
dalam
kesehariannya. religiositas mereka
ini
percaya
terhadap
mengenai adanya roh atau
keyakinan adanya kekuatan
jiwa pada manusia, hewan,
gaib,
atau
tumbuhan, dan benda-benda
supernatural
yang
lain di dunia. Disamping itu,
berpengaruh
terhadap
mereka juga percaya akan
luar
kehidupan
biasa
individu
dan
adanya roh adikodrati, yang
masyarakat, bahkan terhadap
paling
segala
berkuasa)
gejala
alam
(Bustanuddin Agus, 2009: 3).
tinggi
(paling mengatur
kehidupan manusia. Sistem religi masyarakat merupakan
33
ekspresi spiritual seseorang
setiap manusia, walaupun
yang berkaitan dengan sistem
getaran
keyakinan, nilai dan hukum
mungkin
hanya
yang
Manusia
berlangsung
untuk
berbagai
beberapa
berlaku.
mempercayai
emosi
detik
itu
saja,
kekuatan di luar dirinya yang
untuk
memiliki daya yang luar biasa
menghilang lagi. Emosi
dalam
keagamaan itulah yang
mengendalikan
kemudian
kehidupan mereka, sehingga
mendorong
orang
berpengaruh terhadap pola
melakukan
tindakan-
tata laku, norma, nilai dan
tindakan bersifat religi.
aspek kehidupan lain.
Emosi keagamaan
2. Unsur-Unsur Religi selalu
menyebabkan
bahwa
Suatu sistem religi
suatu benda, suatu benda,
mempunyai
suatu
unsur-
tindakan,
atau
unsur yang penting untuk
gagasan, mendapat suatu
memelihara agama serta para
nilai
penganutnya.
value)
Koenjtaraningrat (2009: 295-
keramat. Demikian juga
297),
benda-benda,
berpendapat bahwa
keramat dan
(sacred dianggap tindakan-
unsur penting dalam religi,
tindakan, atau gagasan-
yaitu:
gagasan yang biasanya
a. Emosi Keagamaan
yang
Semua
aktivitas
manusia
yang
bersangkutan
dengan
tidak
keramat
(profane), tetapi apabila dihadapi yang
oleh
manusia
dihinggapi
oleh
religi berdasarkan atas
emosi
suatu getaran jiwa, yang
sehingga ia seolah-olah
biasanya disebut emosi
terpesona, maka benda-
keagamaan
(religious
benda, tindakan-tindakan,
emosi
dan gagasan tadi menjadi
emotion).
keagamaan ini biasanya pernah
dialami
keagamaan
keramat.
oleh
34
b. Sistem Keyakinan Mengenai ini para ahli antropologi biasanya menaruh
perhatian
terhadap
konsepsi
yaitu
saat-saat
beribadah,
hari-hari
keramat dan suci. 3) Benda-benda
yang
dipakai saat upacara,
tentang dewa-dewa yang
termasuk
baik maupun yang jahat,
patung,
sifat dan tanda dewa-
melambangkan dewa-
dewa, konsepsi tentang
dewa,
makluk-makluk
bunyian
halus
patungyang
alat
bunyiseperti
lainnya seperti roh-roh
lonceng suci, seruling
leluhur, ro-roh lain yang
suci, genderang suci,
baik maupun yang jahat,
dan sebagainya.
hantu,
serta
konsep
4) Orang-orang
yang
tentang dewa tertinggi
melakukan
dan
dan pencipta alam.
memimpin
upacara,
c. Sistem
Upacara
yaitu
Keagamaan
para
pendeta
Sistem
upacara
syaman, dukun, dan
keagamaan secara khusus mengandung empat aspek
biksu,
lain-lain. d.
Suatu
Umat
yang
yang menjadi perhatian
Menganut Religi
khusus dari para ahli
Secara
khusus
antropologi ialah:
subunsur ini mengikuti
1) Tempat-tempat
masalah pengikut suatu
keramat
upacara
dilakukan,
yaitu
makam, pura,
candi, kuil,
agama, hubungannya satu dengan
yang
hubungannya
lain, dengan
gereja,
para pemimpin agama,
langgar, surau, masjid
baik dalam saat adanya
dan sebagainya.
upacara
2) Saat-saat
keagamaan
upacara
maupun dalam kehidupan
keagamaan dilakukan,
sehari-hari, dan akhirnya
35
subunsur ini juga meliputi
Desa Babadan
masalah
Paron Kabupaten Ngawi. Desa
seperti
organisasi dari para umat,
Babadan
kewajiban, serta hak-hak
yang letaknya jauh dari Kota
para warganya.
Ngawi.
Dengan
merupakan Desa
ini
desa
memiliki
demikian
keadaan sosial ekonomi yang
wisata bukan hanya untuk
belum maju, sebagian besar
memperoleh
masyarakatnya
kesenangan
atau hiburan saja. Namun, wisata
juga
bermata
pencaharian sebagai petani.
untuk
Namun, di lingkungan
memperoleh ketenangan hati
masyarakat tersebut terdapat
berkaitan
nilai
potensi yang menjadi daya
religius yaitu wisata religi.
tarik tersendiri yakni obyek
Kegiatan wisata merupakan
wisata Alas Ketonggo. Adanya
suatu media interaksi antara
obyek
kelompok manusia dengan
memberikan dampak berupa
latar belakang sosial budaya
perubahan
yang berbeda. Sebagai suatu
aspek kehidupan masyarakat.
media interaksi wisata dapat
Salah
menimbulkan
dampak
perubahan
masyarakat
maupun
kepercayaan masyarakat. Hal
perorangan.
Hubungan
inilah yang menjadi keunikan
wisata dengan sosio religi
tersendiri sebagai ciri khas
diharapkan
memiliki
pada suatu daerah.
positif pada nilai-
2. Waktu Penelitian
dampak nilai
A.
Kecamatan
dengan
religius
yang
tidak
wisata dari satunya,
tersebut berbagai yakni sistem
Penelitian
dilakukan
menyimpang dengan norma
selama satu semester, pada
dan budaya masyarakat.
bulan Februari hingga Juni
Metode Penelitian
2013.
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi
atau
B.
Pendekatan
dan
Jenis
Penelitian tempat
penelitian ini dilaksanakan di
Pendekatan
ini
menggunakan metode kualitatif.
36
Metode
kualitatif
prosedur
adalah
penelitian
yang
penyelenggaraan
agar
lebih
mampu menghadapi kritik-kritik
ditujukan untuk mendiskripsikan
tradisional
dan
fenomena,
metode/tipe pilihannya (Robert
peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
K. Yin, 2008: 1). Maxfield (dalam
kepercayaan, persepsi, pemikiran
Moh.
Nazir,
2011:
57)
orang
mendefinisikan
bahwa
studi
penelitian
kasus
menganalisis
secara
individual
atau
tertentu
kelompok. Penelitian kualitataif
kasus
bersifat
peneliti
adalah penelitian tentang status
permasalahan-
subjek penelitian yang berkenaan
permasalahan muncul dari data
dengan suatu fase spesifik atau
atau dibiarkan terbuka untuk
khas
interprestasi
personalitas.
induktif:
membiarkan
2010:
60).
digunakan
(Nana
Syaodih:
Metode
kualitatif
untuk
atau
terhadap
dari
keseluruhan
Penelitian
studi
kasus
membantu
adalah studi yang melibatkan kita
peneliti mengenal subyek secara
dalam penyelidikan yang lebih
pribadi, sehingga peneliti dapat
mendalam
melihat
secara
dan
merasakan
dan
pemeriksaan
menyeluruh
terhadap
perubahan yang terjadi pada
tingkah laku seseorang individu
setiap individu dalam sebuah
(Gabriel Amin, 2003: 62). Ditinjau
organisasi yang diikuti.
dari wilayahnya, maka penelitian
Jenis
penelitian
yang
kasus hanya meliputi daerah atau
digunakan adalah jenis studi
subjek yang sangat sempit, tetapi
kasus. Studi kasus adalah salah
ditinjau
satu metode penelitian ilmu-ilmu
penelitian kasus lebih mendalam.
sosial. Secara umum, studi kasus
Penelitian
merupakan strategi yang lebih
membantu
cocok bila pokok pertanyaan
mengungkap
suatu
terjadi
penelitian
berkenaan
dengan how dan why. Selain itu, peneliti
studi
memusatkan aspek
kasus perhatian
pendesainan
dari
sifat
kasus
penelitian, ini
peneliti
dalam
masalah
dalam
dapat yang
kehidupan
masyarakat.
perlu
Kasus yang diteliti dalam
pada
penelitian ini adalah dampak
dan
Wisata
Alas
Ketonggo
yang
37
berada
di
Desa
Kecamatan
Paron
Babadan Kabupaten
data
(Suharsimi
2010: 172). Jenis sumber data
Ngawi dalam aspek sosiologi dan
yang
digunakan
religi. Alas Ketonggo merupakan
penelitian ini adalah:
wisata spiritual Jawa yang masih
a. Sumber Data Primer
menjadi daya tarik pengunjung sampai
saat
ini.
membuktikan
C.
Arikunto,
Hal
bahwa
dalam
Sumber data primer
ini
adalah data dalam bentuk
ajaran
verbal atau kata-kata yang
kebudayaan Jawa masih banyak
diucapkan
tercemin
kemajuan
gerak gerik atau perilaku
kehidupan masyarakat saat ini.
yang dilakukan oleh subjek
Masyarakat
yang
dalam
menganggap
Alas
secara
dapat
lisan,
dipercaya
Ketonggo sebagai cagar budaya
(Suharsimi Arikunto, 2010:
lokal yang harus dilestarikan.
22). Sumber data primer
Sumber
Data,
Sampel
dan
yang
digunakan
dalam
Teknik Pengumpulan Sampel
penelitian
1. Sumber Data
berupa data yang didapat
Sumber data sangat berguna
dalam
dengan
penelitian,
ini
adalah
dari wawancara sumber pertama yaitu juru kunci
sumber
data
Alas Ketonggo, kepala Desa
agar
dapat
Babadan, perangkat Desa
membantu dalam pemecahan
Babadan, serta masyarakat
masalah
memberi
sekitar
dalam
Bentuk
diupayakan
dan
kemudahan
di
Alas
Ketonggo.
dari
sumber
penelitian. Di dalam penelitian
datanya berupa hasil dari
ini ada beberapa sumber data
wawancara
yang
dilakukan oleh peneliti.
digunakan
untuk
mengumpulkan data, karena satu saling
dengan
yang
lainnya
melengkapi.
Sumber
yang
telah
b. Sumber Data Sekunder Sumber sekunder
data
adalah
data
data adalah benda, hal atau
tangan kedua atau data
orang
sekunder
tempat
peneliti
mengamati, membaca tentang
yang
biasanya
diperoleh dari otoritas atau
38
pihak
yang
berwenang
memiliki keterangan cukup
mempunyai efisiensi yang
lengkap
tinggi tetapi kadang kurang
dengan yang lain.
akurat (Saifuddin Azwar, 2004: 92). Sekunder
Sumber data yang
bila
dibandingkan
Teknik
pengambilan
sampel yang digunakan adalah
dipakai
teknik purposive sampling atau
dalam penelitian ini berupa
sampel bertujuan. Teknik ini
sumber-sumber
dipilih
pustaka
karena
purposive
yang diambil dari buku-
sampling didasarkan atas ciri-
buku
ciri tertentu yang dipandang
induk
antropologi
dan wisata. Selain sumber-
mempunyai
sumber pustaka, ada pula
yang erat dengan populasi
dokumen-dokumen
yang diketahui sebelumnya.
yang
diambil dari kantor desa. 2. Sampel
dan
Teknik
Pengumpulan Sampel Sampel
Unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteriakriteria
(contoh)
sangkut paut
tertentu
diterapkan
berdasarkan
adalah sebagian individu yang
tujuan
diselidiki
Zuriah, 2006: 124).
dari
keseluruhan
individu penelitian. Sutrisno Hadi
dalam
Abu
Achmadi
yang
penelitian
(Nurul
Peneliti secara khusus memilih sampel berdasarkan
(1999: 107). Pada penelitian
tujuan
ini peneliti mengambil 21
peneliti
sampel dari seluruh jumlah
sampel sebagai sasaran untuk
penduduk
dijadikan
Desa
Babadan
penelitiannya,
yaitu
menentukan sumber
15
sebagai
untuk dijadikan sebagai bahan
bahan penelitian. Sampel yang
penelitian.
ditentukan
21
orang yang
oleh
peneliti
dijadikan sampel ini dianggap
berdasarkan pada beberapa
sebagai
pertimbangan
pihak
yang
yaitu
orang
informasinya cukup relevan
yang dipilih sebagai sampel
untuk
sesuai
dijadikan
sebagai
sumber. Orang-orang tersebut
dengan
tema
yang
ditentukan, sehingga peneliti
merupakan pihak-pihak yang
39
akan mendapatkan informasi
sebab
sesuai kebutuhan.
pewawancara merinci data-
D. Teknik Pengumpulan Data
data yang nantinya diperoleh.
Sesuai
dengan
untuk
memudahkan
Selain itu pewawancara dapat
pendekatan penelitian kualitatif
mengembangkan
dan sumber data yang digunakan,
kerangka pertanyaan untuk
maka teknik pengumpulan data
mencari
dalam
mengarah
penelitian
ini
menggunakan beberapa teknik, yaitu:
suatu
jawabannya
yang
pada
suatu
pembuktian dari prediksinya 2. Observasi
1. Wawancara
Observasi
Wawancara
adalah
diartikan sebagai pengamatan
suatu kegiatan yang dilakukan
dan
untuk mendapatkan informasi
sistematik
secara
yang
langsung
menggunakan
dengan
pertanyaan
biasa
pencatatan
secara
terhadap
tampak
pada
gejala obyek
penelitian. Observasi langsung
pada para responden (Joko
dilakukan
Subagyo, 2004: 39). Metode
ditempat
wawancara digunakan untuk
berlangsungnya
memperoleh
yang
sehingga
obsever
berada
sifatnya primer atau pokok
bersama
obyek
yang
dari informan oleh peneliti.
diselidikinya (Joko Subagyo,
Metode ini merupakan metode
2004:
untuk mendapatkan informasi
merupakan salah satu teknik
dengan
pengumpulan
data
yang
memerlukan
ingatan
kuat
data
mengajukan
pertanyaan
langsung
dan
terbuka kepada informan. dipilih oleh peneliti yaitu jenis wawancara
terpimpin
wawancara menggunakan
objek
terjadi
atu
peristiwa,
100).
terhadap
Jenis wawancara yang
terhadap
Observasi
observasi
yang
dilakukan sebelumnya. Terdapat
jenis
atau
observasi,
yang
partisipan dan obsevasi non
konsep
wawancara. Jenis ini dipilih
partisipan.
yakni
dua
Jenis
observasi observasi
yang dipilih peneliti yakni
40
observasi
non
partisipan.
pengaruh
Wisata
Alas
Peneliti tidak ikut di dalam
Ketonggo terhadap kehidupan
kehidupan obyek yang akan
sosial dan keagamaan Desa
diobservasi,
Babadan.
dan
secara
terpisah berkedudukan selaku
3. Dokumentasi
pengamat. Di dalam hal ini
Metode
peneliti
hanya
dokumentasi
bertindak
yaitu mencari data mengenai
sebagai penonton saja tanpa
hal-hal atau variabel yang
harus ikut terjun langsung ke
berupa
dalam acara. Pada observasi
buku, surat kabar, majalah,
ini
prasasti, notulen rapat, legger,
peneliti
mendatangi
catatan,
transkrip,
peristiwanya. Kehadiran dan
agenda
peran
lokasi
(Suharsimi Arikunto, 2010:
peneliti
di
dan
sebagainya
bersifat
pasif,
sebab
201). Metode ini salah satu
kehadirannya
sebagi
orang
cara yang memudahkan dalam
asing diketahui oleh yang
kegiatan
diamati, dan bagaimanapun
dalam melakukan penelitian
hal itu membawa pengaruh
harus
pada yang diamati.
relevan
Tujuan observasi atau
penelitian, karena ada dan
sehingga
pengamatan ini adalah untuk
dilakukan
melihat
lancar.
serta
kegiatan
mengamati
Wisata
Alas
sumber
yang
mendukung
penelitian dapat
Jenis
yang berjalan
dokumentasi
Ketonggo. Hal-hal yang perlu
yang dipilih dalam penelitian
diamati
ini yaitu dokumentasi primer
atau
diobservasi
diantaranya
yaitu
waktu
dan dokumentasi sekunder.
pelaksanaan
dan
makna
Dokumentasi
simbolis
yang
primer
terkandung
diperoleh
melalui
hasil
dalam tempat wisata serta
observasi
dan
hasil
pihak-pihak yang terlibat di
wawancara. Hasil observasi
dalamnya. Selain itu kegiatan
yang diperoleh berupa hasil
observasi
pengamatan
mengetahui
bertujuan
untuk
bagaimana
peneliti
langsung
yang
oleh
kemudian
41
dideskripsikan
dalam
ini dilakukan kurang lebih selama
penelitian ini. Sedangkan hasil
5 bulan yaitu dimulai pada bulan
wawancaranya
berupa
Februari 2013 sampai Juli 2013
keterangan-keterangan dalam
yang tersusun dalam tahapan-
bentuk rekaman yang diubah
tahapan
dalam bentuk tulisan oleh
berikut:
peneliti.
1. Tahap Persiapan
Selain sumber primer,
Tahap
sebagai
persiapan
ada pula sumber sekunder
penelitian ini menyangkut
yang dipakai dalam penelitian
penentuan
ini. Sumber-sumber sekunder
pengajuan judul, pengamatan
yang didapat berasal dari
atau
sumber yang diambil selain
Kegiatan-kegiatan
manusia, diantaranya profil
dilakukan
Desa Babadan, serta foto-foto
Februari. Setelah mendapat
tempat wisata, dan dokumen.
persetujuan mengenai tema
Bentuk dokumen di atas
dianggap
berbagai
memberikan
keuntungan
diantaranya
ialah
yang bahwa
tema
dan
observasi
awal. tersebut
pada
bulan
dan judul penelitian dari dosen
pembimbing,
maka
kegiatan selanjutnya adalah mengadakan
pengamatan
bahan itu telah ada, telah
awal
tersedia dan siap pakai. Selain
penelitian agar memperoleh
itu,
gambaran
penggunaannya
meminta
biaya,
memerlukan
waktu
mempelajarinya.
tidak
terhadap tentang
objek lokasi
hanya
penelitian dan narasumber
untuk
yang akan dijadikan informan
Banyak
pengetahuan yang diperoleh dari bahan itu bila dianalisis
untuk
bagi penelitian. Prosedur Penelitian Penelitian tentang wisata alas ketonggo Desa Bababadan
mendukung
pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
dengan cermat yang berguna E.
penelitian
Kegiatan
yang
dilakukan dalam tahap ini adalah
pengumpulan
data
dari lapangan. Langkah awal untuk
memperoleh
data
42
lapangan
adalah
mencari
tahapan tersebut data yang
informasi di kantor desa agar
diperoleh kurang memadai
dapat memperoleh gambaran
maka
masyarakat,
pencarian kekurangan data
kemudian
akan
dilanjutkan dengan mencari
sehingga
informasi
pada
sejumlah
benar-benar
informan
yang
relevan
dengan
aspek
penelitian
akan teruji
kevalidannya.
penelitian.
3. Tahap Penyelesaian
Proses pencarian informasi menggunakan
dilakukan
Tahap penyelesaian ini
teknik
berupa penyusunan laporan
purposive sampling sehingga
hasil
tidak
dalam
temuan dapat dirumuskan
mengumpulkan data, karena
dengan jelas, laporan disusun
data diperoleh sesuai tujuan
secara
penelitian
melalui
sistematis sesuai data yang
pihak-
ada, sehingga validitas hasil
pihak yang sudah ditentukan
penelitian dapat tercapai dan
sebelumnya.
penyusunan hasil penelitian
sulit
wawancara
dengan
Setelah
data-data data
Setelah
obyektif
dan
dapat tersaji dengan baik.
terkumpul maka dilakukan penganalisisan
penelitian.
Secara
serta
terperinci
penelitian ini dapat diketahui
kegiatan yang telah dilakukan
melalui
untuk
mempermudah
yang dimulai sejak pengajuan
laporan.
judul sampai kegiatan akhir
penyusunan
jadwal
penelitian
Langkah awal analisis yaitu
yaitu
dimulai dengan reduksi data
penelitian yang telah melalui
untuk menyeleksi keabsahan
analisis dan berbagai revisi.
data,
kemudian
proses
selanjutnya yaitu menyajikan data
dan
kesimpulan verifikasi setelah
penarikan atau
data. melalui
proses
F.
penyusunan
hasil
Teknik Keabsahan Data Untuk menguji menguji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif,
dapat
dilakukan
Bilamana
dengan trianggulasi yaitu teknik
ketiga
pengumpulan data yang bersifat
43
menggabungkan dari berbagai
sumber
yang
berbeda-beda
teknik pengumpulan data dan
dengan
teknik
sumber data yang telah ada. Bila
(Sugiyono, 2010: 330).
peneliti melakukan pengumpulan
Teknik
yang
sama
triangulasi
data dengan trianggulasi, maka
sumber dapat dilakukan dengan
sebenarnya
cara menggali sumber-sumber
peneliti
mengumpulkan data sekaligus
data
berbeda
jenisnya,
menguji kredibilitas data, yaitu
seperti menggunakan
sumber
mengecek
data
dari informan, dalam hal ini
teknik
diambil dari hasil wawancara
pengumpulan data dan berbagai
dengan perangkat desa, tokoh
sumber data (Sugiyono, 2010:
masyarakat,
330).
akan
sekitar. Selain itu sumber data
dalam
juga dapat diambil dari arsip atau
mengembangkan suatu laporan
dokumen, serta pengamatan atau
yang akurat dan kredibel.
observasi terhadap objek kajian
dengan
kredibilitas berbagai
Trianggulasi
mendorong
ini
peneliti
Adapun jenis triangulasi data
yang
penelitian
digunakan ini
adalah
yang
pada
Alasan triangulasi
triangulasi sumber. Triangulasi
penelitian
sumber
terhadap
cara
masyarakat
yang akan diteliti.
teknik
merupakan
dan
pemilihan sumber ini
kajian
yaitu
difokuskan sosio
religi
mengarahkan peneliti agar di
wisata alas ketonggo, oleh sebab
dalam mengumpulkan data wajib
itu
menggunakan beragam sumber
sumber
data yang tersedia dan berbeda-
informasi, seperti memerlukan
beda, dengan demikian data yang
beberapa
diperoleh dari sumber satu akan
membandingkan pandangan yang
lebih teruji kebenarannya apabila
ada
dibandingkan
Penggunaan
dengan
data
memerlukan untuk
dalam
untuk
masyarakat. triangulasi
diharapkan
(H.B.Sutopo,
membandingkan
93).
menggali
informan
sejenis yang berbeda sumbernya 2006:
beberapa
ini dapat
data
yang
Triangulasi sumber berarti, untuk
diperoleh dari beberapa sumber,
mendapatkan data dari berbagai
dengan upaya penggalian data
44
yang diambil dari sumber dan
Dalam
proses
analisis
penggunaan teknik pengumpulan
data terdapat tiga komponen
data yang berbeda-beda dapat
yang
teruji
diperhatikan oleh setiap peneliti,
kebenarannya
sehingga
mengahasilkan data yang valid. Adapun
secara
singkat
harus
dipahami
dan
khususnya
pada
penelitian
kualitatif.
Tiga
komponen
teknik triangulasi sumber dapat
tersebut adalah:
dilihat dari bagan di bawah ini:
1. Data
Reduction
(Reduksi
Data) Reduksi data diartikan sebagai
proses
pemusatan
pemilihan,
perhatian
pada
penyederhanaan, Bagan 3.1 Triangulasi Sumber (H.B.Sutopo, 2006: 94)
pengabstrakan transformasi
dan data
“kasar”
yang muncul dari catatanG.
Teknik Analisis Data Analisis
catatan tertulis di lapangan.
data
adalah
Sebagaimana
kita
proses mencari dan menyusun
reduksi
secara
yang
terus-menerus selama proyek
diperoleh dari hasil wawancara,
yang berorientasi kualitatif
catatan
dan
berlangsung (Mattew B. Miles
cara
dan A. Michael Huberman,
mengorganisasikan data kedalam
1992: 16). Dengan demikian,
kategori, menjabarkan ke dalam
data yang direduksi dapat
unit-unit,
memberi gambaran yang lebih
sistematis
data
lapangan,
dokumentasi,
dengan
melakukan
menyusun
ke
sintesa,
dalam
pola,
jelas,
data,
ketahui,
hingga
berlangsung
kesimpulan-
memilih mana yang penting dan
kesimpulan
yang
ditarik dan diverifikasi.
akan
dipelajari,
dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010:335).
2. Data
finalnya
Display
dapat
(Penyajian
Data) Kami membatasi suatu “penyajian”
sebagai
45
sekumpulan tersusun
yang
informasi
melintas
memberi
penganalisa selama ia menulis
adanya
atau suatu tinjauan ulang pada
kemungkinan penarikan
kesimpulan
pengambilan
dan
dalam
pikiran
catatan-catatan lapangan.
tindakan
(Mattew B. Miles dan A.
Analisis
merupakan
Michael Huberman, 1992: 17).
proses dalam penelitian atau
Sekumpulan informasi yang
pencarian
telah tersusun memberikan
secara sistematik semua data dan
kemungkinan
bahan lain yang terkumpul, agar
penarikan
adanya
kesimpulan
dalam
peneliti mengerti benar makna
tindakan.
yang telah dikemukakan dan
penyajiannya
dapat menyajikan kepada yang
bentuk
uraian
deskriptif atau bagan. 3. Penarikan
perencanaan
dan
pengambilan Sedangkan
dan
lain secara jelas. Data mentah yang
Kesimpulan
(Verification)
terkumpul
di
lokasi
penelitian hasil dari wawancara maupun observasi ditulis dengan
Dari
permulaan
rapi, terperinci, dan sistematis.
pengumpulan data, seseorang
Langkah
selanjutnya
menganalisis kualitatif mulai
adalah melakukan reduksi data,
mencari
yaitu pemilihan hal-hal pokok
arti
benda-benda
mencatat keteraturan, pola-
yang
pola penjelasan, konfigurasi-
penelitian, pemusatan perhatian
konfigurasi yang mungkin alur
pada penyederhanaan catatan-
sebab-akibat dan proporsisi
catatan
(Mattew B. Miles dan A.
Temuan di lapangan yang telah
Michael Huberman, 1992: 19).
direduksi kemudian dilakukan
Di dalam proses ini peneliti
penyusunan
berupaya
membuat sajian data berupa
untuk
intepretasi analisis
memberi
terhadap
data.
Tahap
hasil ini
merupakan
suatu
tahap
pemikiran
kembali
yang
sesuai
dengan
tertulis
di
data
fokus
lapangan.
dengan
rangkaian kalimat yang disusun secara sehingga
logis
dan
mudah
sistematis, dibaca
dan
disajikan. Dari penyajian data
46
tersebut akan ditemukan pokok-
Babadan
(wawancara
pokok temuan yang
penting.
Surawan 25 April 2013).
Temuan-temuan
tersebut
Pada
dengan
awalnya
Alas
dijadikan acuan dalam menarik
Ketonggo bernama Punden Syeh
kesimpulan.
Dumbo yang ditemukan zaman
Simpulan
perlu
diverifikasi agar hasil penelitian
Belanda
benar-benar dapat dipertanggung
membuat jalur lori ada pohon yang
jawabkan.
akan ditebang tidak bisa roboh, hingga Hasil Penelitian
tahun
1930.
salah
Belanda
satu
Waktu
pembesar
datang
dengan
mengendarai kuda dan meninggal A. Sejarah Wisata Alas Ketonggo Wisata merupakan
Alas
wisata
Ketonggo
roh yang masuk ke dalam tubuh
yang
salah satu warga dan roh itu
terletak di area hutan jati milik
berkata apabila akan mengadakan
Perhutani
hajatan
RKPH
religi
di Alas Ketonggo. Kemudian ada
Kuncen
dan
harus
memberikan
Babadan yang berada di wilayah
sedekah di Alas Ketonggo agar
Desa Babadan tepatnya di Dusun
semuanya selamat (Wawancara
Brendil. Sejarah Desa Babadan
dengan Marji 25 April 2013).
tidak terlepas dari sejarah dari
Menurut sebagai
Ngawi. Desa ini awalnya pecahan
Ketonggo, bahwa Alas Ketonggo ini
dari Desa Gentong dan Semen,
mempunyai
waktu itu Kepala Desa adalah
legenda
Bapak
yang
Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya V
menjabat selama 30 tahun. Desa
yang singgah di sini melepaskan
Babadan yang terdiri dari 4 kasun
baju
merupakan desa paling selatan di
perjalanan
ke
Puncak
Lawu
Kecamatan Paron. Nama Babadan
menerima
gelar
Sunan
Lawu.
diambil dari sebuath keagiatan
Prabu Brawijaya pergi ke Alas
pembukaan lahan (babat) hutan,
Ketonggo setelah dari Alas Purwa
sehinnga
di Banyuwangi karena berselisih
diberi
Sentono
nama
Desa
kunci
di
Marji
masyarakat primitif di Kabupaten
Proyo
juru
Bapak
hubungan dengan
kebesaran
Alas silsilah
Kerajaan
meneruskan
47
pendapat
dengan
Prabu
Glendrawardana dari Kediri.
selalu dipegang oleh orang tua dan pendahulunya. Status juru kunci ini
Sejak tahun 1974 Alas
hampir selalu dipegang oleh orang
Ketonggo di buka sebagai tempat
dalam keluarganya, dan inilah yang
wisata religi oleh bapak Summo
terjadi sejak dulu secara turun
Darmajdi
temurun.
(kades)
dan
beliau
Pengelolaan
Alas
berpesan bahwa ‘’kalau bertempat
Ketonggo ini dilakukan oleh juru
di Alas Ketonggo diminta untuk
kunci
damai dan tentram’’. Setelah itu
setempat. Hasil kotak amal setiap
banyak pengunjung yang mulai
bulan dibukukan dan selanjutnya
datang ke Alas Ketonggo untuk
dipergunakan
menenangkan fikiran atau untuk
perawatan Alas Ketonggo, listrik
tujuan
dan kebutuhan lainnya.
lain,
seperti
mencari
dan
pekerjaan, naik drajat, mencari jodoh
dan
keseluruhan
lain-lain. itu
Namun,
tokoh
Banyak tempat,
masyarakat
untuk
biaya
situs
banyak
pengunjung
harus
tergantung
menyesuaikan tempat dan tujuan
kesungguhan pengunjung berserah
datang ke Alas Ketonggo, karena
diri memohon kepada yang kuasa,
banyak situs yang menjadi daya
di Alas Ketonggo hanya sebagai
tarik pengunjung, diantaranya ada
tempat perantara kepada Tuhan,
lebih dari sepuluh tempat atau
bukan untuk hal syirik ‘‘ujar Marji’’.
situs wisata religi. Masing-masing
Kesehariannya
Alas
tempat mempunyai nilai filosofi
Ketonggo ini dijaga dan dirawat
yang berbeda, jadi pengunjung
oleh seorang juru kunci. Karena
harus
kompleks Alas Ketonggo berada di
dan tujuannya sesuai nilai filosofi
bawah
yang
kekuasaan
warga
memenyesuaikan sudah
diyakini
tempat di
Alas
lingkungan Babadan, maka juru
Ketonggo. Tempat-tempat situs di
kunci pun ditunjuk dari dan oleh
Alas Ketonggo, diantaranya adalah:
masyarakat Babadan sendiri. Juru
1.
Goa Tugu Manik
kunci Alas Ketonggo saat ini adalah
Tugu manik ini mengandung
Bapak Marji. Ia sudah cukup lama
bahsa sastra yang artinya ‘’kita
menjabat sebagai juru kunci, yang
masih muda didididk untuk
mana
sekolah harus yang tegak dan
masa-masa
sebelumnya
48
2.
bisa membedakan mana yang
dalam untuk menuju jalan
salah dan mana yang benar’’.
paling benar.
Goa Blegonondo
6.
Goa ini bertingkat sampai 3
Artinya
tingkatan,
menghadap
artinya
menerima
apapun
langsung
atau
mentah-mentah, 3.
kita jangan
tapi
harus
berdiri
kepada
Ynag
benar. 7.
Sendang umbul Jambe
difikir selembut-lembutnya.
Artinya
Goa Ndaru Kilat
kehidupan di tengah pulau
Goa Ndaru Kilat mengandung
sungai
yang
makna ‘’kita jangan berdiam
makna
dalam
tapi bisa menerima mana yang
hidup pasti ada rintangan. 8.
untuk
sumber
mengandung perjalanan
Siti Inggil
Goa Bagus
Artinya kita mencari tempat
Goa ini bertanda dua buah
untuk
pohon beringin yang sejajar,
kepada Tuhan Yang Maha
dari dulu hingga saat ini di sini
Kuasa
tidak ada goa yang berwujud. Artinya
“ini
9.
berdo’a
mendekat
Keraton Ketonggo
bertanda
Mengandung makna seperti
bahwa
terjadi di depan kita sedang
asal-usul kita dari ke dua
bergetar di ‘’Honggo’’ orang
orang tua yaitu ayah dan ibu’’.
Jawa menyebutnya. Sehingga
Kita dilahirkan dari Goa Garbo
disebut Keraton Ketonggo.
Ibu dan do’a kedua orang tua
10. Batok Bolu/Batu Timbang
mengingatkan
5.
kita
Maha Kuasa dengan jalan yang
dimakan
baik dan yang benar’’. 4.
Sendang Soko
kita
mendo’akan supaya anaknya
Artinya kita berfikir berat, di
sholeh dan sholekhah, serta
timbang-timbang mana yang
beriman dan berbakti kepada
perlu di dahulukan dan mana
kedua orang tua.
yang masih bisa di tunda juga
Goa Mandra Guna
perlu dipertimbangkan untung
Artinya kita berfikir dengan
dan rugi suatu keputusan yang
indera ke enam (batin), paling
akan diambil dalam perjalanan hidup kita.
49
11. Goa Teluk
sering
di
kunjungi
adalah
Dimulai dari silsilah Sinuwun
Sendang Umbul Jambe dan
Brawijaya,
Palenggahan
goa
ini
Agung
Srigati,
mengahadap ke timur dan di
kedua tempat ini diyakini
tebing atas gua ada pohon
merupakan tempat petilasan
beringin, yang tumbuh tapi
Prabu
tidak bisa berkembang. Ini
mempunyai
bertanda bahwa orang yang
tersendiri bagi pengunjung.
besar dan kecil, jangan di
Keseluruhan makna dari situs
pandang kebesarannya atau
Alas
kekecilannya tetapi diambil
ajaran
artinya atas pengetahuan yang
disarankan, untuk mencapai
baik
berkah
yang
Namun,
tidak
dan
berguna
untuk
bangsa dan negara. 12. Kori Gapit Artinya
Brawijaya makna
Ketonggo
yang filosofi
merupakan
kehidupan
yang
diharapkan. semua
dari
pengunjung bisa menjalankan dalam
perjalanan
tergantung
niat
dan
hidup kita membuka hati lebih
keasungguhan pribadi masing-
hati-hati.
masing.
13. Palenggahan Agung Srigati Artinya
apabila
Memasuki Alas Ketonggo, kita
para pengunjung langsung dapat
mempunyai tanggung jawab
melihat
Pesanggrahan
Agung
sekalipun
Srigati
(petilasan
Prabu
berupa
sebuah
Kepala
Rumah
Tangga harus bisa menuju
Brawijaya),
jalan kebenaran.
rumah
kecil
meter.
Di
14. Tugu Mas Artinya
seseorang
berukuran dalamya
4x3
terdapat
apabila
gundukan tanah, yang dari ke
sudah mempunyai tanggung
hari semakin tinggi, sehingga
jawab harus yang tegak, yang
gundukan tanah semakin banyak.
benar.
Dinding
Kelihatan
jelek
rumah
itu
dikitari
tempatnya tapi aslinya bagus
bendera panjang Merah Putih.
namanya, karena nama baik
Ada juga tombak dan barang-
mahal
barang
harganya.
Beberapa
situs di Alas Ketonggo ini yang
lain
peninggalan
majapahit, khas tempat sakral
50
pasenggrahan Srigati ini pekat
sampai
dengan bau dupa. Di sekitar
sering
gundukan
tersebut
masyarakat. Hari-hari biasa
berserakan bungan tabor yang
selalu saja ada pengunjung
selalu
yang datang, meskipun yang
tanah disebarkan
para
pengunjung.
sekarang
masih
dikunjungi
paling ramai adalah pada
Fasilitas
di
sekitar
Bulan Sura. Alas Ketonggo
petilasan meliputi antara lain: 2
dikunjungi masyarakat dari
unit bangunan tempat dzikir,
berbagai
sumur dan MCK, sebuah mushalla
Kabupaten
di komplek ini sehingga kalau
diantaranya
diantara
Lamongan,
peziarah
hendak
daerah
di
luar
Ngawi, dari
Kediri,
Solo,
Sragen,
melakukan shalat.. Pemandangan
Banyuwangi
yang bisa dilihat bahwa di pohon
bahkan
banyak bekas-bekas sesaji bunga
umumnya
oleh pengunjung, di Petilasan
berombongan
Srigati juga ada bekas dupa oleh
mencarter kendaraan umum
pengunjung. Di sungai juga ada
(wawancara dengan Marji 25
yang mandi membersihkan diri,
April 2013).
sudah
menjadi
kepercayaan
sampai
Malaysia. datang
Jumlah
Bali
Mereka secara dengan
pengunjung
sebagian pengunjung, salah satu
pada hari-hari biasa, selain
ritualnya
adalah
setiap
pada Bulan Sura, tidaklah
pengunjung
yang
mempunyai
terlalu banyak. Jika dibuat
hajat tertentu harus mandi di Kali
rata-rata, kurang lebih sekitar
Tempuran untuk membersihkan
1-5 orang per hari. Tetapi
diri dari hadas kecil dan besa
jumlah itu meningkat pada
(dalam Islam), kemudian baru
saat
memulai ritualnya (wawancara
khususunya pada hari Jum’at
dengan Marji 25 April 2013).
Pon dan Jum’at Legi, kurang
hari
Bulan
Sura,
B. Kegiatan Pengunjung di Alas
lebih sekitar 10 s/d 50 orang.
Ketonggo
Hal ini dikarenakan Bulan Alas
Ketonggo
merupakan wisata religi yang
Sura dianggap sebgai bulan suci
masyarakat
Jawa,
51
sehingga tepat untuk ngalap
untuk
mendapat
berkah
keselamatan,
kesehatan,
atau
meminta
permohonan
(wawancara
dengan Sri 25 April 2013). Pengunjung
Alas
Ketonggo rata-rata berusia
keberkahan,
kesembuhan,
ungkapan
syukur,
kemudahan rizki, jodoh, dan nasib baik.
31-45 tahun ke atas, dengan
Kunjungan masyarakat
berbagai profesi diantaranya
ke
petani/buruh
(25%),
disertai dengan tradisi dan
wiraswata/pedagang (40%),
ritual tertentu sesuai dengan
sektor
kebiasaan
tani
informal
(10%),
ustadz/pekerja
sosial
Alas
Ketonggo
selalu
masing-masing.
Model ritual ini terkadang
keagamaan (10%), PNS (5%),
sangat
lainnya (10%). Kebanyakan
antara satu orang dengan
pengunjung
orang
yakin
bahwa
mencolok lain
berbeda
atau
satu
dengan
mendatangi
dan
rombongan
dengan
ngalap
berkah
Alas
rombongan
lainnya.
di
Ketonggo tersebut mereka
Semuanya tergantung pada
akan mendapatkan berkah
kebiasaan
atau keberuntungan sesuai
temurun atau keyakinan yang
yang dihajatkan.
pada
Mereka
secara
pada
turun
masing-masing
yang
pihak. Selain itu, di Alas
mengunjungi Alas Ketonggo
Ketonggo yang menjadi obyek
pada
penelitian,
umumnya
telah
walaupun
dilandasi dengan niat dan
sejumlah
tujuan yang didorong oleh
dilakukan sama tetapi ada
kemauan batin yang mantap.
hal-hal
Masing-masing
membuatnya
mempunyai
bentuk tertentu
ritual yang berbeda,
motivasi yang belum tentu
terutama karena ada ciri
sama. Secara umum, motivasi
khusus situs Alas Ketonggo
pengunjung ke Alas Ketonggo
yang berbeda. Hal inilah yang
tersebut
mempengaruhi
sesungguhnya
hampir sama, yaitu seputar
ekspresi
masyarakat dalam melakukan
52
berbagai acara dan ritual.
pikiran
dan
perasaan
Banyak
manusia
yang
selanjutnya
ritual
yang
merupakan warisan leluhur
dijadikan acuan melakukan
adat yang terwarisi secara
tindakan,
juga
turun temurun.
menafsirkan
realitas
untuk yang
Secara umum bentuk-
dihadapinya. Ada beberapa
bentuk ritual pengunjung di
alasan dan hikmah penting
Alas Ketonggo, diantaranya
yang
tabur
(nyekar),
Wisata Alas Ketonggo, yaitu:
menaruh sesaji, membakar
penegasan bahwa kematian
dupa,
hanyalah
kembang usap
wajah/kepala
dapat
diambil
suatu
dari
proses
dengan air sungai, mandi di
menuju kehidupan baru yang
sungai,
lebih
Ngurisan/srakalan,
dzikir
dan
tahlil,
abadi,
juga
ada
hubungan antara yang hidup
bertapa/menjalankan
dan yang meninggal masih
‘amalan’, syukuran (makan-
dapat dilanjutkan meskipun
makan), mengisi kotak amal,
polanya tidak sama seperti
minta
pola
doa
juru
kunci
hubungan
horizontal
(wawancara dengan Marji 25
ketika manusia sama-sama
April 2013).
masih hidup.
Ramainya
para
C. Dampak Alas Ketonggo bagi
pengunjung ke Alas Ketonggo
sosio-religi
tersebut menunjukkan bahwa
Babadan
masyarakat
mempunyai
kepercayaan Kepercayaan
khusus. itu
biasanya
masyarakat Sebagai
Desa tempat
wisata religi Alas Ketonggo tidak
ramai
dikunjungi
berpangkal dari keyakinan
banyak orang seperti wisata
tentang
hiburan yang lain. Namun,
kekeramatan
(karâmah) dari pribadi yang
Alas
dimakamkan.
mempunyai pengunjung tetap
agama
Seperti
merupakan
kata
sebuah
dari
Ketonggo luar
daerah
juga Ngawi
sistem kebudayaan, karena
bahkan dari Malaysia dan
itu agama berpusat pada
Singapura yang rutin tiap
53
tahun berkunjung. Biasanya
pernikahan atau yang lainnya,
pengunjung
harus melaksanakan acara
datang
lebih
pada
banyak Suro
sedekah yang bertempat di
Jawa.
Alas Ketonggo yang dipimpin
Letaknya yang strategis di
oleh juru kunci Alas Ketonggo
pinggir hutan dan dialiri dua
sendiri (wawancara dengan
buah sungai, sehingga tempat
Marji 25 april 2013).
dalam
ini
bulan
kalender
sangat
cocok
untuk
menentramkan
Kehidupan
hati
beragama masyarakat Desa
(wawancara dengan Sri 25
Babadan yang terletak di
April 2013).
perbatasan Jawa Timur dan
Sejak dibuka untuk
Jawa Tengah suasana budaya
wisata religi tahun 1974, Alas
Jawa sangat terasa di Desa
Ketonggo
Babadan, dalam hal kegiatan
ini
juga
sangat
berpengaruh terhadap sosio-
agama
religi
suasananya
masyarakat
Desa
Islam
misalnya, sangat
di
Babadan. Masyarakat Desa
pengaruhi oleh aspek budaya
Babadan
sebagian
dan sosial Jawa. Hal ini
beragama
Islam,
besar banyak
terlihat
dari
dipakainya
berdiri masjid dan mushola di
kalender Jawa/Islam, masih
sekitar desa. Namun, dalam
adanya
budaya
nyadran
kehidupan
(bersih
desa),
slametan,
kesehariannya
agama Islam ini dipengaruhi
tahlilan, mithoni, dan lainnya,
oleh unsur kebudayaan Jawa
yang
Alas
merefleksikan
Ketonggo.
contoh,
Sebagai
Masyarakat
Desa
Babadan sangat menjaga adat
keseluruhan sisi-sisi
akulturasi budaya Islam dan Jawa.
yang telah ditetapkan di Alas
Selain
sebagai
Ketonggo. Bila ada penduduk
ungkapan rasa syukur kepada
yang akan mempunyai hajat,
Tuhan Yang Maha Esa, Wisata
seperti
Alas Ketonggo juga diyakini
putranya khitanan),
mengislamkan (aqikahan
dan
upacara
oleh
masyarakat
sebagai
ajang
setempat untuk
54
memohon
perlindungan
Alas Ketonggo hanya yang
kepada arwah leluhur dari
berkepentingan
berbagai
dan
Pengunjung di Alas Ketonggo
malapetaka yang bisa saja
juga tidak selalu ramai, hanya
menimpa mereka. Menurut
pada bulan
masyarakat
ancaman
tertentu.
Sura diadakan
setempat,
ia
pentas budaya Jawa wayang
acara
ini
kulit. Biasanya penyelenggara
perlindungan
dan
adalah
tolak bala Sebagai sebuah
merasa
wisata religi tempat ini juga
terkabul
sering dikunjungi orang dari
Ketonggo
berbagai
daerah
dengan Surawan 24 April
Ngawi.
Mereka
mempercayai sebagai
di
luar
datang
dengan
masyarakat
yang
keinginannya berkah
di
Alas
(wawancara
2013).
berbagai
Dapat difahami bahwa
yang
sebagai sebuah bagian dari
meminta berkah dilancarkan
kepercayaan yang dianut oleh
karir dan rejeki, ada yang
masyarakat dan diwujudkan
minta disembuhkan sakit, dan
dalam
lain-lain.
Ketonngo
kepentingan,
ada
Alas
Ketonngo
membuktikkan
bahwa
riual
diyakini
bagi
dan
berlindung
masyarakat
di
oleh jaman
teknologi ini. masyarakat
masyarakat
untuk
kepada
Sang
tidak
diinginkan.
Masyarakat yang memegang Alas
erat nilai moral sosial dalam
Ketonggo adalah tempat yang
acara tersebut mempercayai
dikeramatkan atau disucikan,
bahwa apabila kegiatan itu
sangat terasa saat memasuki
tidak dilaksanakan, maka akan
Alas Ketonggo yang sunyi dan
terjadi sesuatu yang buruk
sepi,
aroma
yang
sekitar
masyarakat
bunga.
serta
bahwa
bisa
Penguasa dari berbagai hal-hal yang
Kepercayaan
Alas
memberikan kekuatan moral
budaya Jawa masih diyakini dilestarikan
adat,
pekat
Penduduk
tidak sembarangan pergi ke
akan
menimpa (wawancara
dengan Mustofa 23 Juni 2013).
55
Setiap keganjilan dan
setiap
peringatan
Hari
hal-hal yang dianggap tidak
Pramuka (14 Agustus). Jadi
sesuai dengan keinginan dan
bukan saja sebagai tempat
kebetulan menimpanya selalu
wisata religi yang dianggap
dikaitkan
Alas
mistis, namun Alas Ketonggo
Ketonggo tersebut. Menurut
juga dibuka untuk tempat
kesaksian
kegiatan
dengan dari
beberapa
lain
(wawancara
informan di Alas Ketonggo
dengan Surawan 24 April
sering terjadi hal-hal aneh
2013).
sebagai pertanda akan terjadi sesuatu hal, hingga sekarang kepercayaan diyakini
ini
Pembahasan
masih
masyarakat
Desa
Babadan (wawancara dengan
A. Alas Ketonggo Sebagai Objek Wisata
Badriyah 23 Juni 2013). Alas
Ketonggo
Alas Ketonggo merupakan
sangat diyakini masyarakat
sebuah hutan di Desa Babadan
mempunyai pengaruh bagi
Kecamatan
ketentraman dan keamanan
Ngawi. Hutan ini sedikit berbeda
Desa Babadan. Jadi hingga
fungsi dibanding hutan lain, tidak
sekarang sangat dijaga dan
hanya lahan perhutani, namun
dilestarikan tempat tersebut,
hutan
sesuai anjuran dari kepala
wisata
Desa
masyarakat hingga luar daerah
Babadan
Selain
terdahulu.
menjaga
adat,
ini
Kabupaten spiritual
kelestarian
Kabupaten
merupakan
religi,
masyarakat juga ikut menjaga tidak
Paron
yang
dikenal
Ngawi. ini
tempat
Tempat
merupakan
areal
hutan,
dengan
hutan jati milik Perhutani RKPH
menebang
pohon
Kuncen dan Babadan yang berada
sembarangan,
dan
ada
di
wilayah
Desa
kegiatan penghijauan yang
Kecamatan
diadakan
Ngawi. Berjarak sekitar 4 km dari
pihak
Perhutani.
raya
Paron,
Babadan,
Selain itu, Alas Ketonggo juga
jalan
dijadikan bumi perkemahan
Ngawi-Jogorogo.
Kabupaten
Kabupaten Dari
antara Ibukota
56
Kabupaten berjarak 15 km dengan
Sura dalam kalender Jawa, yang
waktu tempuh selama 15 menit.
dipercaya oleh masyarakat Jawa
Objek wisata adalah hal, perkara,
orang
yang
menjadi
pokok pembicaraan atau benda,
memiliki tuah dan berkah jumlah pengunjungnya
bisa
mencapai
ribuan.
hal, dan sebagainya yang dijadikan
Dari keterangan Juru Kunci
sasaran untuk diteliti, diperhatikan
dan masyarakat sekitar, bahwa
dan sebagainya dalam wisata (Tim
Alas Ketonggo memiliki sejarah
Penyusun Kamus, 1991: 622). Alas
panjang dengan masyarakat Jawa
Ketonggo
tempat
utamanya Hindu, Budha dan Islam.
mempunyai
Sehingga sangat pantas situs Alas
ini
pariwisata fasilitas
bukan
yang
hiburan,
Alas
Ketonggo memiliki nilai tersendiri
Ketonggo ini merupakan objek
dalam budaya Jawa. Dijelaskan
wisata budaya dengan daya tarik
pula
adat budaya Jawa, sekaligus juga
mempunyai
merupakan objek wisata alam yang
Prabu Brawijaya V, yang melarikan
mempunyai daya tarik keindahan
diri dan singgah di Alas Ketonggo.
alam daerah perhutani.
Masa transisi seorang raja besar ini
Para wisatawan
namun
pengunjung tidak
hanya
bahwa
atau
membuat
dari
sangat
Alas
sekuel
aura
Ketonggo kisah
dari
Alas
Ketonggo
di
kalangan
mansyur
wisatawan domestik, tetapi juga
masyarakat
dari luar negeri. Menurut Juru
tempat
Kunci Marji, tamu luar negeri yang
keprabon dan benda-benda pusaka
pernah datang di Alas Ketonggo
Prabu Brawijaya V. Dugaan lain, di
diantaranya Singapura, Malaysia
sekitar
dan
merupakan
Brunei
sudah
menjadi
Jawa.
ini
Faktanya
disimpan
Alas
di
pakaian
Ketonggo
ini
perkampungan
langganan berkunjung ke Alas
permanen, terbukti banyak kubur
Ketonggo setiap tahunnya. Dilihat
kuno disekitar situs.
dari
jumlah
pengunjungnya,
Sekarang hanya
Alas sebagai
Ketonggo
tempat spiritual ini yang paling
tidak
tempat
besar daripada tempat wisata lain
kunjungan para spiritualis Jawa,
di Kabupaten Ngawi. Terutama
namun sudah berkembang menjadi
pada hari-hari tertentu di Bulan
tempat pariwisata. Letaknya yang
57
strategis
dipinggir
hutan
dan
Wisata Alas Ketonggo
dialiri dua buah sungai, tempat ini
merupakan salah satu tindakan
menjadi
simbol
nyaman
menentramkan
untuk
hati.
religi
sebagai
sisa
Sehingga
peninggalan jaman animisme dan
banyak pengunjung yang sekedar
dinamisme. Sama halnya dengan
singgah
saja tanpa ada tujuan
pendapat Imam Budhi Santosa
tertentu. Di tempat ini pada saat
(2012:174) bahwa orang Jawa
tertentu juga seringkali diadakan
dikenal ramah, terbuka, sopan
pentas budaya Jawa, utamanya
dan
wayang
Biasanya
agama dan kepercayaan yang
penyelenggara adalah masyarakat
sempat dianut oleh orang Jawa
yang
dan berpengaruh besar terhadap
kulit. merasa
keinginannya
terkabul berkah di Alas Ketonggo. Ada beberapa tempat yang
religius,
ada
budaya dan pandangan hidupnya. Yaitu, kepercayaan pra-Hindu:
menjadi daya tarik Alas Ketonggo,
animisme
ada
kemudian Hindu,
banyak
situs
diantaranya
bermacam
dan
dinamisme, Budha
dan
Palenggahan Agung Srigati, Kali
Islam. Pemberian sesaji pada
Tempuran, Sendang Derajat, Gua
tempat tertentu dan bau pekat
Teluk, Watu Dakon, Tugu Emas, dll.
dupa yang ada merupakan salah
Keseluruhan
satu buktinya.
tempat
tersebut
mempunyai makna filosofi yang
Maksud
berbeda, jadi pengungung harus
diselenggarakannya sesaji ialah
menyesuaikan tempat dan tujuan
untuk mendukung kepercayaan
sesuai arahan juru kunci. Ternyata
mereka
di masa serba teknologi seperti ini
makluk-makluk halus. Selain itu
budaya Jawa masih dilestarikan
juga untuk meminta berkah dan
dan diyakini oleh masyarakat dari
lindungan dari penghuni tempat
berbagai kalangan dan daerah.
tersebut
B. Kepercayaan masyarakat Desa Babadan
Kecamatan
Paron
terhadap
serta
kekuatan
sebagi
bukti
penghormatan mereka. Selain itu, tujuan
diadakannya
upacara
Kabupaten Ngawi terhadap Alas
yakni merupakan suatu ajakan
Ketonggo
yang secara tidak langsung untuk menjaga
lingkungan
sekitar.
58
Masyarakat
Desa
mempunyai
tradisi
Babadan turun-
Keinginan
luhur
masyarakat
untuk
temurun, bila akan mempunyai
mengungkapkan rasa syukur ini
hajat
atau
terwujud dalam beberapa ritual
nyadran di Alas Ketonno. Tradisi
adat yang diselenggarakan pada
ini dilakukan demi mencapai
acara nyadran, antara lain prosesi
ketentraman hidup lahir batin,
pembuatan berbagai makanan
dengan
khas yang menunjukkan rasa
harus
tradisi
syukuran
mengadakan ini,
Babadan
upacara
masyarakat telah
Desa
syukur masyarakat akan potensi
memenuhi
alam yang dianugrahkan oleh
kebutuhan spiritualnya.
Sang Penguasa alam semsesta.
Kehidupan
rohani
Selain sebagai ungkapan rasa
mereka memang bersumber dari
syukur kepada Tuhan Yang Maha
ajaran agama yang telah diberi
Esa, Wisata Alas Ketonggo juga
hiasan budaya lokal. Oleh karena
diyakini
itu,
kehidupan
setempat sebagai ajang untuk
mereka
memohon perlindungan kepada
orientasi
keberagamaan
oleh
senantiasa memperhatikan nilai-
arwah
nilai luhur yang telah diwariskan
ancaman dan malapetaka yang
oleh nenek moyangnya. Sebagai
bisa saja menimpa mereka.
sebuah
ritual
agama
Alas
leluhur
masyarakat
dari
berbagai
Menurut Imam Budhi
Ketonggo adalah sebuah ekspresi
Santosa
sejarah yang juga tidak bisa
penduduk asli di Jawa telah
telepas
mempunyai
dari
nilai-nilai
(2012:
241), sistem
bahwa religi
religiusitas. Jadi sebagai sebuah
(kepercayaan) yang dianut dan
warisan budaya, acara ini juga
diamalkan
menyimpan
kesehariannya.
makna
tersirat
dalam
kehidupan Inti
dari
sebagai sarana yang berfungsi
religiositas ini adalah, mereka
sebagai media komunikasi agama
percaya mengenai adanya roh
dan spiritual. Hal ini sebagai
atau jiwa pada manusia, hewan,
bentuk rasa syukur masyarakat
tumbuhan, dan benda-benda lain
akan
di dunia. Disamping itu, mereka
berbagai
anugrah
diperoleh selama hidupnya.
yang
juga percaya akan adanya roh
59
adikodrati, yang paling tinggi
manfaat
(paling
keamanan,
berkuasa)
mengatur
kehidupan manusia. Masyarakat setempat
juga
semisal
kesembuhan,
kekayaan,
dan
kekuatan.
mempercayai
Kepercayaan
tentang
acara ini sebagai perlindungan
mukjizat atau karâmah sebab
dan tolak bala Sebagai sebuah
keduanya diakui adanya dalam
wisata religi tempat ini juga
agama. Menurut Islam, mukjizat
sering dikunjungi orang dari
hanyalah terjadi pada diri Nabi,
berbagai daerah di luar Ngawi.
sedangkan
Mereka datang dengan berbagai
terjadi pada wali atau orang-
kepentingan, ada yang meminta
orang
berkah dilancarkan karir dan
persoalan
rejeki,
keyakinan
ada
yang
minta
karomah
khusus.
hanya
Di
sinilah
problematika terhadap
kekuatan
disembuhkan sakit, dan lain-lain.
supra-natural itu muncul. Dalam
Alas
banyak fakta, masyarakat melihat
Ketonggo
bahwa
membuktikkan
budaya
Jawa
masih
bahwa orang-orang tertentu dari
diyakini dan dilestarikan oleh
kalangan
mereka
dipandang
masyarakat di jaman teknologi
memiliki suatu kelebihan, baik
ini.
dalam hal penyembuhan atau Fenomena ini sampai
kemustajabahan do'anya. Maka
sekarang acapkali terlihat dalam
ketika tokoh-tokoh ini meninggal,
kehidupan keberagamaan kaum
makam atau petilasannya selalu
awam. Umumnya mereka selalu
ramai
dikunjungi
menghubungkan
waktu
ke
keyakinan
waktu.
orang
dari
Keyakinan
agama dengan kejadian-kejadian
magis-kekeramatan
supranatural dari orang-orang
atas juga mudah dijumpai pada
yang mereka pandang "suci".
masyarakat Babadan.
Magisme
itu
timbul
karena
Keyakinan
seperti
di
keimanan
adanya harapan seseorang akan
para pengunjung dan masyarakat
terjadinya
biasa
Desa Babadan masih ambivalen,
untuk dirinya atau orang yang
campur-aduk, dan tidak murni.
dikehendaki, sebagai cara yang
Satu sisi mereka menyatakan
tepat untuk memperoleh suatu
ketauhidannya
hal-hal
luar
secara
mutlak
60
akan tetapi di sisi lain mereka
faktor dari luar. Menurut pendapat
menyimpan
kepercayaan-
Kodhyat
kepercayaan tertentu terhadap
kegiatan
makam-makam yang dianggap
menimbulkan berbagai dampak
keramat
untuk
positif dan negatif di berbagai
keberhasilan maksud dan tujuan
bidang kehidupan, yaitu ekonomi,
yang
inginkan.
pendidikan, sosial budaya, sikap
Persoalannya adalah bila mereka
dan jati diri. Meskipun hanya
melakukan kunjungan ke wisata
wisata religi, tapi Alas Ketonggo
religi
banyak
tersebut mereka
kuno
yang
diyakini
(1996:
10)
bahwa,
wisata
dikunjungi
masyarakat
masyarakat luas sebagai tempat-
dari
tempat keramat, maka niatan
memungkinkan adanya perubahan
mereka bisa jadi tetap berada
sosial yang terjadi. Sebagai wisata
pada garis yang lurus, atau
religi perubahan lebih dominan
mungkin
terjadi dalam apek sosio religi
juga
telah
terjadi
luar
dapat
daerah
penyimpangan sehingga dapat
masyarakat yaitu:
membahayakan
1. Menanamkan
kemurnian
tauhid mereka karena dalam
yang
Nilai
Positif
Kepercayaan Jawa
ritualnya terjadi tumpang tindih
Sejarah perkembangan
antara hal-hal yang berasal dari
religi orang Jawa telah dimulai
religi dan dari tradisi.
sejak jaman prasejarah. Pada
C. Dampak Wisata Alas Ketonggo
waktu itu nenek moyang orang
terhadap Sosio Religi Masyarakat
Jawa
Desa Babadan
bahwa semua benda yang ada
sudah
beranggapan
Pariwisata bagi sebagian
di sekelilingnya itu bernyawa.
daerah dijadikan suatu sarana
Semua yang bergerak dianggap
penambahan
hidup
dan
penunjang
dan
mempunyai
pendapatan/devisa suatu daerah,
kekuatan gaib atau mempunyai
namun ada hal lebih penting
roh
bahwa
maupun jahat. Dengan dasar
salah
pariwisata satu
merupakan
penyebab
adanya
yang
anggapan
berwatak demikian
baik
mereka
perubahan sosial yang terjadi di
membayangkan dalam angan-
masyarakat yang disebabkan oleh
angan
mereka
bahwa
61
disamping segala roh yang ada
Ketonggo yang dipimpin oleh
tentulah ada roh yang paling
Juru Kunci. Selain itu juga ada
berkuasa dan lebih kuat dari
masyarakat dari luar daerah
manusia.
yang datang berkunjung untuk
Untuk
menghindarkan ganguan dari
ngalap
roh itu maka mereka memuja-
tempat
mujanya
religi.
dengan
jalan
mengadakan upacara.
berkah, ini
sehingga
menjadi
Pelaksanaan
wisata upacara
Pemujaan
kepada
nenek
moyang
perwujudan
mereka
kepercayaan Jawa yang dianut
Mereka
oleh masyarakat, pada tiap
meminta berkah dan petunjuk
upacara memiliki sifat magis
dari
dan
arwah merupakan yang
agama
pertama. arwah
tersebut.
nenek moyang Sarana
yang
ditempuh
untuk
di Alas Ketonggo sebagai bukti dari
nilai
religious,
merupakan yang
karena
warisan
dalam
leluhur
pandangan
mendatangkan arwah nenek
masyarakat menduduki posisi
moyang ialah
setara dengan dewa. Hal ini
mengadakan
dengan cara upacara.
Sisa
sesuai
dengan
pendapat
upacara
religius
seperti
Koenjtaraningrat (2009: 295-
tersebut
diatas
sampai
297), bahwa suatu sistem religi
sekarang masih ada dalam
selalu mempunyai unsur-unsur
kehidupan masyarakat Jawa
yang
Khususnya masyarakat Desa
memelihara agama serta para
Babadan, yaitu Wisata Religi
penganutnya
Alas Ketonggo yang hingga saat
adalah
ini masih dilestarikan. Alas
Upacara ini dilaksanakan demi
Ketonggo
memperoleh
menjadi
tempat
upacara religi oleh masyarakat Desa
Babadan,
bila
ada
masyarakat
yang
akan
mempunyai
hajat
harus
mengadakan syukuran di Alas
penting
untuk
salah
upacara
satunya
keagamaan.
berkah
dan
kemurahan. Kepercayaan masyarakat dilandasi
tersebut karena
diatas adanya
keyakinan yang dimiliki oleh
62
masyarakat setempat. Sebagai
Tuhan
manifestasi dari agama dan
memelihara
kepercayaan yang dianut oleh
menghancurkan alam semesta
masyarakat,
juga
ini. Dialah penguasa tunggal
tentunya memiliki fungsi sosial
yang berada dan berasal dari
bagi
luar alam semesta ini.
upacara
masyarakat
pengokoh
sebagai
kekuatan
moral.
tersebut
mencipta,
dan
kemudian
Masyarakat
Desa
Setiap masyarakat bisa tetap
Babadan sudah termasuk ke
eksis dan survive karena sikap
dalam penganut kepercayaan
kooperatif
monoteisme namun hanya
dari
anggota-
anggotanya. Sifat kooperatif
secara
antarwarga
itu
mempercayai bahwa Tuhan
sendiri diperoleh melalui jalur
itu Esa dalam teori, tetapi di
sosialisasi dan agama adalah
dalam
sumber
utama
proses
mempercayai lebih dari satu
sosialisasi
yang
dimaksud.
Tuhan. Menurut Durkheim
Agama berperan memberikan
dalam Imam Muhni (1994:
sokongan psikologis. Agama
128) bahwa religi merupakan
selain membantu orang lain
sesuatu yang tidak dapat
dari kebingungan dunia dan
dielakkan dalam kehidupan
menawarkan jawaban tentang
masyarakat. Pembagian dunia
berbagai permasalahan, juga
dalam yang sakral dan yang
memberikan kekuatan moral.
profane merupakan ciri khas
masyarakat
2. Penggabungan
Kepercayaan
Animisme dan Dinamisme Pada masyarakat yang
teoritis.
praktek
Mereka
mereka
pemikiran religius. Hal-hal yang sakral bukan diartikan dewa-dewa
atau
sudah maju, kepercayaan yang
melainkan
dianut bukan lagi dinamisme
dapat menjadi sakral atau
ataupun
dijadikan sakral.
animisme
kepercayaan
tetapi
monoteisme.
apa
roh-roh,
Masyarakat
saja
yang
Desa
Para penganut monoteisme
Babadan beranggapan bahwa
beranggapan
hanya
mereka menempati dunia ini
ada satu tuhan bagi mereka.
berrsama-sama dengan begitu
bahwa
63
banyak roh. Selain itu terdapat
dengan
satu
proses
contoh, api memiliki sifat yang
gerakan alam dengan gerakan
sama dengan manusia. Api
ro-roh tersebut. Mereka juga
memiliki
mempercayai bahwa manusia
membunuh atau melenyapkan
memiliki
apapun
keterkaitan
jiwa
yang
bisa
manusia.
Sebagai
kekuatan dengan
untuk
panasnya.
meninggalkan tempatnya dan
Sebagaimana manusia mampu
memasuki
lain.
membunuh dengan kekuatan
Animisme merupakan suatu
tangannya. Karena itulah api
pemikiran yang tidak hanya
dipercaya memiliki roh, sama
memberikan penjelasan atau
halnya
suatu fenomena saja, tetapi
beberapa tempat petilasan di
memungkinkan
Alas
memahami
makhluk
manusia keseluruhan
dunia.
itulah
dengan
keberadaan
Ketonggo.
Maka dari
perlu
diadakannya
suatu penghormatan. Proses Sedangkan
sisi
tersebut dilakukan agar tidak
dinamisme mereka percaya
terjadi sesuatu yang tidak
bahwa benda atau materi
diinginkan.
memiliki
dari
kesamaan
sifat
Daftar Pustaka
Imam Muhni.1994.Moral dan Religi.Yogyakarta:Kanisius
Budiono Herusatoto.2008.Simbolisme Jawa.Yogyakarta:Ombak Joko Subagyo.2004.Metode Penelitian Dalam Penelitian da Bustanuddin Agus.2007.Agama Dalam Kehidupan Manusia.Jakarta:PT Aksara. Raja Grafindo Persada.
Koentjaraningrat.1997.Manusia dan Kebudayaan di Indon
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi.1999.Metodelogi Koentjaraningrat.2009.Pengantar Penelitian.Jakarta:PT Bumi Aksara Ilmu Antropologi.Jakar
Dadang Supardan.2008.Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kodhyat.1996.Sejarah Kajian Pendekatan Pariwisata dan Perkembangannya Struktural.Jakarta:PT Bumi Aksara
Gramedia Widiasarana Indonesia
Gabriel Amin Silalahi.2003.Metodologi Penelitian Kusnaka dan Studi Adimiharja.1983.Kerangka Kasus.Sidoarjo:Citramedia Studi Antropologi So Gamal Suwantoro.2004.Dasar-dasar Pariwisata.Yogyakarta:ANDI Pembangunan.Bandung:Tarsito
Giddens Anthony.2005.Sosiologi Sejarah dan Berbagai MatthewPemikirannya.Yogyakarta:Kreasi B. Miles dan Michael Huberman. 1992. Analisis D Wacana
Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Oleh
Imam Budhi Santosa.2012.Spiritualisme Jawa, Sejarah, Laku, Penerbit dan Universitas Intisari Ajaran.Bantul Indonesia Yogyakarta:Memayu Publishing.
Moh Nazir.2011.Metode Penelitian.Bogor:Ghalia Indonesi
64
Muljadi.A.J.2009.Kepariwisataan dan Perjalanan.Jakarta:PT Sugiyono. 2010. Raja Metode Grafindo Penelitian PersadaKuantitatif, Kualitatif d
Nana Syaodih Sukmadinata.2010.Metode Penelitian Suharsimi Pendidikan.Bandung:PT Arikunto. 2010. Manajemen Remaja Penelitian. Jakarta Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pen
Nurul Zuriah.2006.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.Jakarta:Bumi Rineka Cipta Aksara
Nyoman S Pendit.2006.Ilmu Pariwisata SebuahSupardi.2011.Dasar-dasar Pengantar.Jakarta:PT Pradnya Ilmu Sosial.Yogyakarta:Ombak Paramita
Oka A Yoeti.2006.Pariwisata Budaya Masalah dan TimSolusinya.Jakarta:Pradnya Penyusun Kamus.1991.Kamus Paramita Besar Bahasa Indones Profil Desa Babadan tahun 2012
Yin K Robert.2008.Studi Kasus Desain dan Metode.Jakarta
Purwadi.2005.Upacara Tradisional Jawa.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Saifuddin Azwar.2004.Metode Penelitian.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Sotopo H B.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif.Surakarta:Universitas Sebelas Maret
26