Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata di Pantai Bosur Tapanuli Tengah Ditinjau dari Aspek Biofisik (Study of Suitability and Appeal of Tourism in Bosur Beach Central Tapanuli from Biophysical Aspect) Brawijaya Hutabarat1, Miswar Budi Mulya2, Zulham Apandy3 1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) 2 Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155 3 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
ABSTRACT Bosur beach located in Central Tapanuli where it has great potential to be developed as a tourist beach. This study aimed to analyze the suitability of coastal tourism on biophysical and also the level carrying capacity Bosur beach as a tourist attraction and to know the perception of tourist. The study was held on August 2015. Analyze of the data used purposive sampling method. This research used suitability analysis method and carrying capacity of the region, and the perception of tourists to find out the beauty value and comfort value. The results of the suitability analyzes for beach tourism is classified very appropiate (S1), for category of swimming is classified appropiate criteria (S2) and a category boating and Banana boat is classified appropriate criteria (S2). Carrying capacity of the Bosur beach can accomodate 884 tourists every day. Perception of tourists about beauty value of Bosur beach is 49%, and the comfort value of Bosur beach is 51%. Keywords : Bosur beach, Carrying capacity of the region, Land suitability assessment, The perception of tourists, Tourist attraction PENDAHULUAN Kabupaten Tapanuli Tengah terdapat cukup banyak objek wisata pantai, salah satu yang populer saat ini yaitu pantai Bosur, pantai Bosur memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata pantai. Kondisi lingkungan yang ditawarkan keindahan alam berupa pasir putih, vegetasi pantai dan lingkungan yang bersih. Pantai Bosur kurang mendapat perhatian sebelumnya, namun pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah menganggarkan dana untuk penataan pantai, pantai Bosur berubah menjadi objek wisata yang menarik dikunjungi sehingga menjadi tujuan wisata
terdepan di kabupaten Tapanuli Tengah (Mandailing, 2013). Kegiatan wisata di kawasan pantai pada umumnya lebih mengutamakan pada keuntungan ekonomi, yaitu bagaimana menarik wisatawan sebanyak – banyaknya tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan yang ada. Suatu kawasan wisata jika tidak mampu lagi menampung jumlah wisatawan atau melebihi daya dukung kawasan maka akan terjadi penurunan atau degradasi kualitas lingkungan (Effendi, 2003). Pertimbangan di atas serta belum adanya observasi secara mendalam tentang pantai Bosur, menjadi alasan perlu adanya kajian mengenai tingkat kesesuaian lahan
pantai Bosur sebagai objek wisata pantai yang ditinjau berdasarkan aspek Biofisik. Biofisik dimaksudkan untuk mengungkap kondisi biologi di lingkungan tersebut meliputi identifikasi flora dan fauna namun dalam penelitian ini dibatasi pada identifikasi flora pantai (formasi pes caprae dan formasi Barringtonia), pengamatan kondisi lingkungan pantai, tipe pantai, dan pengamatan beberapa parameter oseanografi fisika yang berhubungan dengan kegiatan rekreasi pantai dan berenang. Pengunjung pantai Bosur sangat ramai, terutama pada hari libur akhir tahun dapat mencapai ribuan pengunjung per hari. Jumlah pengunjung yang sangat banyak dikhawatirkan dapat berimbas terhadap penurunan kualitas lingkungan sehingga berdampak terhadap keberlangsungan hidup biota di sekitar pantai. Penelitian tentang kesesuaian lahan dan daya dukung kawasan diperlukan untuk perencanaan pengelolaan kawasan pantai Bosur. Pengelolaan kawasan pantai Bosur kedepan agar lebih mengutamakan aspek pemanfaatan lingkungan yang berkelanjutan. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 di pantai Bosur Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis pantai Bosur membentang antara 1o 40' 23'' LU dan 98o 49' 24'' BT dengan luas wilayah 4 Ha. Analisis sampel sedimen dikerjakan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Global Positioning System (GPS), kamera, alat tulis, roll meter, kantong plastik, papan berskala, bola duga, stop-watch, kompas, Secchi disk, dan tali.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar, dan data sekunder dari instansi pemerintahan yang terkait. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini diawali dengan mengevaluasi kondisi perairan kawasan wisata pantai Bosur. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan konsep pengembangan wisata pantai dengan melihat potensi biologi (tumbuhan pantai) dan fisik pantai. Data primer diperoleh melalui wawancara, kuisioner, dan data observasi lapangan. Data kuisioner meliputi data yang diperoleh dari responden, sementara data observasi lapangan yaitu data yang diperoleh dari pengukuran insitu dilokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka berupa buku, artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian sebelumnya. Deskripsi Area Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, pertimbangan menggunakan metode purposive sampling karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan pertimbangan tertentu atau disengaja. a. Stasiun 1. Stasiun 1 terletak di sebelah Utara pantai Bosur. Secara geografis terletak pada kordinat 1º 40’ 47,01” LU dan 98º 49’ 70,69” BT. Daerah ini merupakan daerah yang jarang dijumpai aktivitas wisata. Kondisi air pada stasiun ini keruh hal ini dikarenakan stasiun 1 terletak dekat dengan muara sungai Pandan. b. Stasiun 2. Stasiun 2 terletak di bagian tengah pantai Bosur. Secara geografis terletak pada kordinat 1º 40’ 35,29” LU dan 98º 49’ 53,13” BT. Pada daerah ini pengunjung dapat menikmati pemandangan alam, makan di kios makanan, melakukan aktivitas berenang bermain pasir, dan berperahu. c. Stasiun 3.
Stasiun 3 terletak di bagian Selatan Pantai Bosur. Secara geografis terletak pada kordinat 1º 40’ 28,75” LU dan 98º 49’ 60,90” BT. Pada daerah ini pengunjung dapat melakukan aktivitas renang, berperahu dan Banana boat.
n=
N 1 + N (e)2
Keterangan : n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi e = Margin error yang diperkenankan (10% - 15%)
Penentuan Responden Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke pantai Bosur. Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun keatas), sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Arikunto (2002) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 orang maka sampel dapat diambil antara 10-15% sebagai ukuran sampel. Dengan rumus slovin dalam Nugraha dkk (2007).
Analisis Data Analisis Indeks Kesesuaian Wisata Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan wisata pantai secara ruang dan tempat (spasial) dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Beberapa parameter fisika dihubungkan dengan kondisi biologi untuk menjadi parameter acuan untuk kesesuaian lahan wisata pantai. Parameter yang diamati untuk kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada Tabel 1 untuk rekreasi pantai dan Tabel 2 untuk berenang.
Tabel 1. Matriks Kesesuaian Wisata Pantai Parameter
Keragaman flora (Tumbuhan Pantai) Tipe Pantai berdasarkan substrat Kedalaman (m)
Skor
Kategori S2
5
Mangrove Pes caprea Barringtonia
3
Pescaprae, Barringtonia
5
Berpasir
3
Bobot
Kategori S1
Skor
Kategori S3
Skor
2
Non vegetasi /rumputrumputan
1
2
Berlump ur
1
5
0–3
3
Berpasir, sedikit karang 3–6
2
>6
1
Lebar Pantai (m) Kecepatan arus (m/det) Kecerahan (m)
5
> 10
3
3 - < 10
2
<3
1
3
0-0,17
3
0,17 –0,51
2
> 0, 51
1
3
> 10
3
> 5- 10
2
3–5
1
Kemiringan pantai
3
<10
3
10-25
2
>25-45
1
Sumber : Modifikasi Yulianda, 2007
Tabel 2. Matriks kesesuaian wisata berenang Parameter
Bobot
Kategori S1
Skor
Kategori S2
Skor
Kategori S3
Skor
Kategori N
Skor
Kedalaman perairan (m)
5
0–3
4
>3–6
3
> 6 -10
2
> 10
1
Material dasar perairan
5
Pasir
4
Karang berpasir
3
Pasir lumpur
2
Lumpur
1
Kecepatan arus (m/det)
5
0 – 0,17
4
0,17 – 0,34
3
0,34-0,51
2
> 0,51
1
Tinggi gelombang (m)
5
0 – 0,5
4
0,5 – 1
3
1 -1,5
2
> 1,5
1
Tipe pantai
3
Pasir putih
4
Pasir putih, karang
3
Pasir hitam, karang terjal
2
Lumpur berbatu, terjal
1
Lebar pantai (m)
3
> 15
4
10 – 5
3
3 - < 10
2
<3
1
Kecerahan perairan (m)
3
> 10
4
> 5- 10
3
3–5
2
<2
1
Biota berbahaya
3
Tidak ada
4
Ubur-ubur
3
Bulu babi, ubur-ubur
2
Ular air, bulu babi, uburubur
1
Ketersediaan air tawar
3
< 0,5 (km)
4
> 0,5 – 1
3
>1–2
2
>2
1
Sumber : Modifikasi Yulianda, 2007 IKW =
x 100 %
Keterangan : IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Untuk menilai kategori kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kategori kesesuaian lahan wisata berdasarkan interval kesesuaian No.
Kategori
1.
S1 (Sesuai) S2 (Cukup sesuai) S3 (Tidak sesuai)
2. 3.
Nilai interval kesesuaian 77,78 – 100 % 55,56 - < 77,78 % < 55,56 %
Sumber : Modifikasi Yulianda, 2007 Penilaian Kesesuaian Wisata kategori Berperahu dan Banana Boat Penilaian Kesesuaian lahan untuk kegiatan berperahu dan Banana Boat berdasarkan parameter kedalaman dan kecepatan arus. Matriks kesesuaian wisata kategori berperahu, dan Banana Boat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Wisata Pantai Kategori Berperahu dan Banana Boat Parameter Kedalaman
Kecepatan Arus
Kategori Penilaian S1: > 8 S2: > 4 – 8 S3: < 4 S1: 0 – 0,15 S2: > 0,15 – 0,40 S3: > 0,40
5
Nilai (Skor) 3 2 1
3
3
Bobot
2 1
Sumber: Tambunan dkk., 2003 Hasil akhir dari setiap stasiun dilakukan penjumlahan hanya pada parameter kedalaman dan kecepatan arus setelah dilakukan pengalian antara nilai bobot dan skor. Setelah itu dapat dihitung indeks kesesuaian wisata kategori Berperahu, dan Banana Boat (Tambunan dkk., 2013) yang terbagi menjadi tiga kategori yaitu: S1 (sangat sesuai) : 18,7 – 24 S2 (sesuai) : 13,3 – 18,6 S3 (tidak sesuai) : < 13,3
Luas suatu area yang dapat digunakan oleh wisatawan ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan alam dalam memberi toleransi kepada wisatawan sehingga keaslian sumberdaya alam akan tetap terjaga. Potensi ekologis wisatawan dan luas area kegiatan disajikan pada Tabel 5.
Analisis Daya Dukung Kawasan Adapun rumus untuk menghitung daya dukung kawasan (DDK) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007) yaitu: DDK = K x
x
Tabel 5. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) No. 1. 2. 3.
Jenis Kegiatan
1 1
Unit Area (Lt) 50 m2 50 m2
1 org setiap 10 m panjang x 5m lebar pantai 1 org setiap 10 m panjang x 5m lebar pantai
1
500 m2
1 org setiap 50 m panjang x 10m lebar pantai
K ( Wisatawan)
Rekreasi Pantai Berenang Berperahu dan banana boat
Keterangan
Sumber: Modifikasi Yulianda, 2007 Waktu kegiatan wisatawan (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh wisatawan melakukan kegiatan wisata. Waktu wisatawan diperhitungkandengan mempertimbangkan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No.
1. 2. 3.
Jenis kegiatan Rekreasi Pantai Berenang Berperahu dan Banana boat
Waktu yang dibutuhkan (Wp-jam)
Total Waktu 1 hari (Wtjam)
3
6
2
4
1
8
Sumber: Modifikasi Yulianda, 2007 Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan Analisis mengenai persepsi wisatawan digunakan untuk mengetahui tingkat keindahan dan kenyamanan objek wisata pantai Bosur. Tingkat keindahan dan kenyamanan menurut Yulianda (2004) dibagi atas keindahan dan kenyamanan lokasi wisata.
Penilaian terhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaaan (kuisioner) yang ditujukan kepada masyarakat setempat dan wisatawan. Secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus (Yulianda, 2004): Ka =
x 100%
Keterangan: ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden Ka : Nilai Keindahan alam (%) Kriteria/ nilai keindahan alam: Ka 75% : Indah (3) 40 Ka 75% : Cukup Indah (2) Ka < 40% : Tidak Indah (1) Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap kelapangan, ketentraman, dan keamanan. Pengukuran nilai kenyamanan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2004):
Na =
x 100%
Keterangan : ERs : Jumlah responden yang mengatakan nyaman ERo : Jumlah seluruh responden Na : Nilai Kenyamanan alam (%)
5. 6.
oppositifolia Peperomia pellucida L solanum ovigerum
Katumpangan air Terung
Stasiun 3 Formasi pes caprae 1. Ipomoea pes caprae
Kriteria/ nilai keindahan alam: Na 75% : Indah (3) 40 Na 75% : Cukup Indah (2) Na < 40% : Tidak Indah (1)
2. 3.
Wedelia biflora Pongamia pinata
Tapak kuda Seruni laut Malapari
Formasi Barringtonia
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ekosistem Tumbuhan Pantai Formasi pes-caprae merupakan bagian dari vegetasi perintis yang terdapat pada garis pantai di belakang jangkauan pasang tertinggi. Formasi Barringtonia adalah formasi yang ditemukan di belakang formasi pes-caprae, pada umumnya terdiri atas tumbuhan yang berukuran lebih besar. Jenis tumbuhan pada tiap stasiun disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis tumbuhan pada tiap stasiun No.
Nama Ilmiah Nama Indonesia Stasiun 1 Formasi pes caprae 1. Ipomoea pes caprae Tapak kuda Formasi Barringtonia 2. Cocos nucifera
Kelapa
3.
Pinus pantai
Casuarina equisetifolia
Ipomoea pes caprae
Tapak kuda
Formasi Barringtonia 2. 3.
Cocos nucifera Terminalia catappa
Kelapa Ketapang
4.
Ochrosia
Buah cinta
5.
Casuarina equisetifolia Cocos nucifera
Pinus pantai Kelapa
Pada stasiun 1 tumbuhan yang dijumpai tidak terlalu banyak, hanya terdapat beberapa jenis seperti Ipomoea pes-caprae, Cocos nucifera, dan Casuarina equisetifolia. Pada stasiun 2 terdapat lebih banyak jenis tumbuhan, tumbuhan yang mendominasi adalah tumbuhan yang berukuran kecil hanya sedikit yang berjenis pohon. Pada stasiun 3 didominasi tumbuhan yang berukuran besar seperti Casuarina equisetifolia dan Cocos nucifera. Kondisi Oseanografi Kondisi oseanografi merupakan faktor penting yang dibutuhkan dalam menentukan kondisi perairan sebagai tempat wisata yang mendukung keamanan dan kenyamanan pengunjung. Hasil pengukuran parameter-parameter oseanografi di pantai Bosur dapat dilihat pada Tabel 8.
Stasiun 2 Formasi pes caprae 1.
4.
Tabel 8. Pengukuran parameter-parameter oseanografi Parameter
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Kecepatan arus (m/detik)
3,19 0,19
3,68 0,43
3,86 0,30
Kecerahan (m)
0,84
1,89
2,05
Tinggi Gelombang (m)
0,53
0,54
0,42
Kedalaman (m)
Kedalaman perairan menentukan keamanan dan kenyamanan pengunjung saat melakukan kegiatan wisata karena sangat berpengaruh pada aspek keselamatan pada saat berenang. Perairan yang memiliki kedalaman relatif dangkal menjadi daya tarik pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata mandi dan renang. Pengukuran kedalaman dilakukan hingga pada jarak 150 m ke arah laut, dimana pada kedalaman tersebut merupakan batas akhir yang digunakan pengunjung untuk berenang. Hasil pengukuran kedalaman diperoleh pada stasiun 1 berkisar antara 3,12 – 3,32 m, stasiun 2 antara 3,17 - 4,05 m, dan stasiun 3 antara 3,80 - 3,97 m. Kedalaman perairan pada setiap stasiun relatif sama dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kecepatan arus merupakan parameter yang menentukan kondisi perairan sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata, terutama wisata mandi dan renang. Besar kecilnya kecepatan arus berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan pengunjung. Kecepatan arus perairan yang relatif kecil dan tenang menjadi syarat penting bagi keyamanan wisatawan. Pengukuran kecepatan arus menggunakan alat bola duga. Tali plastik diikatkan kepada bola sepanjang 5 m, kemudian dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga tali renggang sejauh 5 m dengan melihat waktu pada stopwatch. Hasil pengukuran arus yang diperoleh pada setiap stasiun didapatkan pada stasiun 1 kecepatan arusnya yaitu 0.19 m/detik, stasiun 2 yaitu 0.43 m/detik, dan stasiun 3 yaitu 0.30 m/detik. Kecerahan perairan berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung atau wisatawan karena berdampak pada penglihatan didalam air. Kecerahan perairan yang tinggi sangat baik untuk kenyamanan wisatawan saat mandi dan berenang.
Pengukuran kecerahan menggunakan alat Secchi disk diukur berapa jarak Secchi disk tidak terlihat di dalam air (L1) kemudian jarak Secchi disk kembali terlihat (L2). Kecerahan diperoleh dari penjumlahan jarak tidak terlihat dan jarak terlihat dibagi dua. Hasil pengukuran didapatkan tingkat kecerahan pada stasiun 1 yaitu 0.84 m, stasiun 2 yaitu 1,83 m, dan stasiun 3 yaitu 2,05 m. Pengukuran dilapangan diperoleh tinggi gelombang tertinggi berada di stasiun 2 sebesar 0,54 m, tinggi gelombang yang terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 0,42 m sementara pada stasiun 1 tinggi gelombang 0,53 m. Pasang Surut Peristiwa pasang surut di daerah pesisir terjadi karena adanya pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari yang menyebabkan naik turunnya permukaan air laut. Data pasang surut yang disajikan merupakan prediksi pasang surut dari tanggal 6 – 20 Agustus di PPN Sibolga yang diperoleh dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Kelautan Dan Perikanan (BPPKP). Prediksi pasang surut air laut di PPN Sibolga disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Prediksi pasang surut air laut di PPN Sibolga (BPPKP PPN Sibolga 6-8-2015/ 20-8-2015 Lokasi 98.000 BB, 1.000 LU) Tipe pasang surut di PPN Sibolga dikategorikan pasang surut campuran condong ke harian ganda. Pasang tertinggi terjadi pada tanggal 6 agustus 2015 dengan ketinggian air laut 49,16 cm, surut terendah terjadi pada hari yang sama 44,36 cm diukur dari titik 0 (nol).
dengan hasil 59,28% pasir, 24,56% debu dan 16,16% liat. Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada stasiun 1, 2, dan 3 tergolong pantai berpasir karena tersusun dan didominasi oleh endapan sedimen bertekstur lempung berpasir tergolong kategori sesuai untuk kegiatan wisata pantai. Nilai ukuran persentase tiap ukuran partikel sedimen pada tiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 9.
Kondisi Topografi Pantai Tipe Pantai Hasil analisis substrat di Pantai Bosur pada masing-masing stasiun yang diklasifikasikan berdasarkan tiga parameter yaitu pasir, debu dan liat. Pada stasiun 1 dengan hasil 73,28% pasir, 14,56% debu dan 12,16% liat, Stasiun 2 dengan hasil 75,28% pasir, 10,56% debu dan 14,16% liat sementara stasiun 3 Tabel 9. Persentase ukuran sedimen tiap stasiun Parameter
Satuan
Pasir Debu Liat
% % %
Tekstur
-
Kemiringan dan Lebar Pantai Kemiringan pantai merupakan tingkat atau derajat kelandaian suatu pantai. Hasil pengukuran kemiringan pada stasiun 1, 2, dan 3 didapatkan kemiringan pantai Bosur termasuk kategori pantai datar dengan kemiringan < 100. Hasil pengukuran stasiun 1, 2, dan 3 termasuk dalam kategori sesuai untuk kegiatan pariwisata pantai berdasarkan matriks kesesuaian. Pengukuran kemiringan menggunakan tali meteran diukur panjang yaitu dari batas pasang tertinggi hingga surut terendah (X) dengan tali ditarik lurus kemudian diukur tinggi pantai (Y), selanjutnya diukur sudut yang terbentuk. Pantai datar sampai landai sangat baik untuk kegiatan wisata renang dimana wisatawan dapat melakukan berbagai kegiatan seperti berenang, bermain pasir dan bermain-main dengan ombak di tepi pantai. Pengukuran lebar pantai dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar wilayah pantai yang dapat digunakan
1 73,28 14,56 12,16 Lempung berpasir
Stasiun 2 75,28 10,56 14,16 Lempung berpasir
3 59,28 24,56 16,16 Lempung berpasir
untuk berbagai kegiatan wisata pantai. Pengukuran lebar pantai menggunakan tali meteran, diukur dari batas vegetasi terakhir hingga surut terendah. Dari hasil pengukuran pada masing-masing stasiun didapatkan bahwa lebar pantai pada stasiun 1 yaitu 16,39 m, stasiun 2 yaitu 20,32 m, dan stasiun 3 yaitu 27,30 m. Hasil pengukuran kemiringan dan lebar pantai dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kemiringan dan lebar pantai setiap stasiun Parameter Kemiringan (o) Lebar Pantai (m)
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
3,26
3,14
3,03
16,39
20,32
27,30
Analisis Kesesuaian Wisata Pantai Berdasarkan hasil pengukuran pada masing-masing stasiun pengamatan di pantai Bosur selanjutnya disesuaikan dengan matriks kesesuaian untuk mendapatkan kategori kesesuaian tiap parameter. Matriks indeks kesesuaian wisata pantai disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil pengukuran Indeks Kesesuaian Wisata Pantai di Pantai Bosur Pantai Bosur Parameter
Stasiun 1 Sko Hasil r
Bobot Keragama n flora (Tumbuha n Pantai) Tipe Pantai berdasarka n substrat Kedalaman (m) Lebar Pantai (m) Kemiringa n pantai Kecepatan arus (m/detik) Kecerahan perairan (m) Total Skor Indeks Kesesuaian wisata (%) Tingkat kesesuaian
Stasiun 2
Stasiun 3
Ni
Hasil
Skor
Ni
Hasil
Skor
Ni
5
Pescaprae Barrington ia
2
10
Pescaprae Barrington ia
2
10
Pescaprae Barrington ia
2
10
5
Pasir hitam
1
5
Pasir putih
3
15
Pasir putih
3
15
5
4,35
2
10
3,68
2
10
2,86
3
15
5
16,39
3
15
20,32
3
15
27,30
3
15
3
3,26
3
9
3,14
3
9
3,03
3
9
3
0,19
2
6
0,43
1
3
0,30
2
6
3
0,84
1
3
1,89
1
3
2,05
1
3
87
58
65
73
66,66 %
74,71 %
83,90 %
S2
S2
S1
Keterangan : S1 (Sesuai); S2 (Cukup sesuai); S3 (Tidak sesuai) Nilai indeks kesesuaian wisata untuk wisata pantai diperlukan untuk mengetahui kesesuaian wilayah pantai untuk kegiatan wisata berdasarkan faktor yang mempunyai nilai penting terhadap pengelolaannya. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai indeks kesesuaian wisata di Pantai Bosur pada stasiun 3. 83,90% termasuk kategori sangat sesuai (S1), stasiun 1 dan 2 kategori cukup sesuai (S1) dengan nilai 66,66% dan 74,71% sehingga kawasan pantai Bosur dikategorikan sesuai
untuk kegiatan wisata pantai. Kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan Pantai Bosur antara lain mandi dan renang, duduk santai dan menikmati pemandangan alam seperti panorama matahari tenggelam (sunset), berjalan-jalan di tepi pantai, kegiatan fotografi, dan pengenalan ekosistem tumbuhan pantai. Hasil perhitungan indeks kesesuaian lahan untuk wisata berenang di Pantai Bosur disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil pengukuran Indeks Kesesuaian Wisata Berenang di Pantai Bosur Pantai Bosur Parameter
Stasiun 1
Bobot
Stasiun 2
Stasiun 3
Hasil
Skor
Ni
Hasil
Skor
Ni
Hasil
Skor
Ni
5
4,35
3
15
3,68
3
15
2,86
4
20
5
Pasir, Lumpur
2
10
Pasir
4
20
Pasir
4
20
5
0,19
3
15
0,43
2
10
0,30
3
15
5
0,53
3
15
0,54
3
15
0,42
4
20
Tipe pantai
3
Pasir hitam
2
6
Pasir Putih
4
12
Pasir Putih
4
12
Lebar pantai (m)
3
16,39
4
12
20,32
4
12
27,30
4
12
Kecerahan perairan (m)
3
0,84
1
3
1,89
1
3
2,05
1
3
Biota berbahaya
3
Tidak ada
3
9
Tidak ada
3
9
Tidak ada
3
9
Ketersediaan air tawar
3
< 0,5 km
3
9
< 0,5 km
3
9
< 0,5 km
3
9
Kedalaman Perairan (m) Material dasar Perairan Kecepatan arus (m/detik) Tinggi gelombang (m)
Total Skor
140
Indeks Kesesuaian wisata (%) Tingkat kesesuaian
94
105
120
67,14 %
75,00 %
85,71 %
S2
S2
S1
Keterangan : S1 (Sesuai); S2 (Cukup sesuai); S3 (Tidak sesuai) Nilai indeks kesesuaian wisata untuk wisata berenang diperlukan untuk mengetahui kesesuaian wilayah untuk kegiatan berenang di Pantai Bosur. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai indeks kesesuaian wisata berenang di Pantai Bosur pada stasiun 1 dan 2 yaitu 67,14%
dan 75,00% termasuk kategori cukup sesuai (S2) sementara pada stasiun 3 nilainya sebesar 85,71% termasuk kategori sangat sesuai (S1). Analisis kesesuaian wisata kategori berperahu dan Banana boat disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis kesesuaian wisata kategori berperahu dan Bana boat Pantai Bosur No.
Parameter
Bobot Hasil
Stasiun 2 Skor
Ni
Hasil
Stasiun 3 Skor
Ni
1.
Kedalaman (m)
5
8,78
3
15
6,19
2
10
2.
Kecepatan Arus (m/s)
3
0,43
1
3
0,30
2
6
Total Skor Tingkat kesesuaian
24
18
16
S2
S2
Nilai indeks kesesuaian wisata untuk wisata berperahu dan Banana boat di Pantai Bosur ditinjau berdasarkan dua parameter penting yaitu kedalaman perairan dan kecepatan arus. Nilai indeks kesesuaian wisata berperahu dan Banana
boat di Pantai Bosur pada Stasiun 2 yaitu 18 dan stasiun 3 16, termasuk kategori cukup sesuai (S2). Daya dukung kawasan dan daya dukung pemanfaatan pantai Bosur disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Daya Dukung Kawasan dan Daya Dukung Pemanfaatan Pantai Bosur No
Jenis Kegiatan
Luas Area (Lp) (m2)
DDK (orang)
1.
Rekreasi Pantai
10.563
422
2.
Berenang
10.060
402
3.
Berperahu dan Banana boat Jumlah
3.750 24.373 DDP
60 884 88 orang/hari
Luas area yang dapat dimanfaatkan untuk rekreasi pantai sebesar 10.563 m2 dengan daya dukung 422 orang . Kegiatan untuk wisata berenang luas area yang dapat dimanfaatkan sebesar 10.060 m2, daya dukung kawasan 402 orang. Sementara untuk kegiatan berperahu dan Banana boat luas area yang dapat dimanfaatkan 3.750 m2 dengan daya dukung sebesar 60 orang. Pantai Bosur dapat menampung wisatawan yaitu sebanyak 884 orang, perlu adanya pembatasan pemanfaatan kawasan yaitu sebesar 10 % dari jumlah daya dukung kawasan sehingga didapat daya dukung pemanfaatan adalah 88 orang/hari. Persepsi Wisatawan Persepsi wisatawan terhadap keindahan dikaji untuk melihat tanggapan pengunjung terhadap keindahan obyek wisata Pantai Bosur. Persepsi wisatawan diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung. Jumlah responden yang dibagikan kuisioner sebanyak 82 orang, 22 dari pengunjung yang menjawab obyek wisata pantai Bosur itu indah dan 9 menjawab sangat indah, dominan pengunjung menjawab cukup indah yaitu sebanyak 40 orang, yang menjawab kurang indah dan tidak tahu berjumlah 7 dan 4 orang. Persepsi wisatawan terhadap keindahan alam/pantai
di dalam kawasan Pantai Bosur disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Persepsi wisatawan Terhadap Keindahan alam/pantai di kawasan Pantai Bosur Jumlah responden yang dibagikan kuisioner sebanyak 82 orang, 22 dari pengunjung yang menjawab obyek wisata pantai Bosur itu nyaman dan 5 orang menjawab sangat nyaman, dominan pengunjung menjawab cukup nyaman yaitu sebanyak 42 orang, sisanya 10 pengunjung menjawab kurang nyaman dan 3 orang menjawab tidak tahu. Persepsi wisatawan terhadap kenyamanan di dalam kawasan Pantai Bosur disajikan pada Gambar 3.
Sibolga ke Pantai Bosur ± 27 km dan dapat ditempuh selama ± 45 menit menggunakan kendaraan bermotor dan ± 1 jam menggunakan mobil. Kondisi jalan menuju kawasan Pantai Bosur masih kurang baik walaupun jalan sudah diaspal namun di beberapa titik masih terdapat lubang-lubang yang menganggu laju kendaraan. Letak pantai Bosur sendiri tidak jauh dari jalan raya utama. Akses jalan masuk menuju ke pantai cukup baik dengan adanya jalan batu-batu yang disusun rapi bisa dilalui oleh kendaraaan, jarak jalan raya ke pantai ±300 m. Kondisi sarana prasarana di dalam kawasan Pantai Bosur disajikan pada Tabel 15.
Gambar 3. Persepsi wisatawan Terhadap Kenyamanan di kawasan Pantai Bosur Aksesibilitas, Sarana dan Prasarana Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dengan daerah tujuan wisata. Jarak dari pusat kota
Tabel 15. Kondisi sarana prasarana di dalam kawasan Pantai Bosur No. 1.
Jenis Sarana dan Prasarana
Fisik (unit)
Fasilitas wisata dan pelayanan 1. Jalan 1
2.
Keterangan
2. Kamar mandi/WC
2
3. 4. 5. 6. 7.
18 1 2 50 1
Kios Makanan Kios Cenderamata Parkir Pondok/ tempat duduk Mushola
Kondisinya cukup baik sudah di aspal, namun masih terdapat beberapa kekurangan seperti lubanglubang dibahu jalan Kondisinya ada yang masih baik, ada yang mengalami kerusakan Kondisi baik Kondisinya cukup baik Kondisi baik, parkir cukup luas Kondisi baik Kondisi kurang terawat
Fasilitas Pendukung 1. Taman bermain 2. Instalasi Listrik
Sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menunjang kegiatan parawisata agar setiap pengunjung yang datang mendapat kemudahan, kenyamanan dan merasa puas dalam melakukan kegiatan wisata. Sarana dan prasarana yang terdapat di Pantai Bosur masih sangat minim. Hal inilah yang menjadi keluhan utama dari setiap pengunjung yang datang. Hasil wawancara singkat dengan pengunjung yang datang mereka mengeluhkan kurangnya fasilitas
1 1
Kondisi kurang terawat Kondisi baik
tempat ibadah, kamar mandi (WC) dan tempat sampah yang dapat memberikan kenyamanan saat berwisata. Ketersediaan air tawar tidak menjadi masalah di Pantai Bosur. Sumur bor dapat dijumpai di toilet dan berada tepat dibawah pohon kelapa yang mengindikasikan adanya airnya tawar. Persentase persepsi wisatawan terhadap sarana dan prasarana di dalam kawasan Pantai Bosur disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Persepsi wisatawan terhadap sarana prasarana di kawasan Pantai Bosur Pembahasan Indeks Kesesuaian Wisata Hasil pengukuran diperoleh pasang tertinggi sebesar 49 cm dan ketinggian gelombang 0,42 - 0,54 m, berdasarkan hasil tersebut pasang surut dan ketinggian gelombang di pantai Bosur masih sesuai untuk aktifitas wisata. Menurut Ali (2004) gelombang laut yang tidak terlalu besar antara 0,5 - 1,5 meter sangat ideal untuk aktifitas selancar dan perahu layar. Kecepatan arus di pantai Bosur dalam penelitian ini berkisar antara 0,19 m/s sampai 0,43 m/detik. Penggolongan kecepatan arus dalam penelitian ini termasuk kedalam kategori sedang. Sari dkk (2012) mengemukakan bahwa penggolongan kecepatan arus terdiri atas 4 kategori yaitu kategori arus lambat dengan kecepatan pada kisaran 0 – 0,25 m/detik, kategori arus sedang dengan kecepatan pada kisaran 0,25 – 0,50 m/detik, kategori arus cepat dengan kecepatan pada kisaran 0,5 – 1 m/detik dan kategori arus sangat cepat dengan kecepatan di atas 1 m/detik. Kedalaman Pantai Bosur untuk aktivitas rekreasi dan berenang pada stasiun setiap stasiun yaitu berkisar 3,12 m - 4.05 m, Matriks kesesuaian wisata pantai, kedalaman 0 – 3 m termasuk kategori yang sesuai. Nugraha dkk (2007), mengemukakan kedalaman yang paling baik untuk kegiatan berenang berada pada kisaran 0 – 5 m. Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut nilai
kecerahan air laut untuk kegiatan wisata adalah > 6 m. Nilai kecerahan di pantai Bosur di bawah baku mutu air laut yaitu berkisar 0,84 m – 2,05 m. Kecerahan tidak terlalu besar, hal ini disebabkan oleh substrat lumpur yang terbawa dari muara sungai Pandan. Substrat lumpur menyebabkan air keruh dan penetrasi cahaya kedalam perairan tidak maksimal. Kemiringan pantai akan berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan dalam wisata terutama berenang. Purbani (1999) mengatakan bahwa kemiringan lereng yang datar sampai landai sangat sesuai untuk wisata pantai seperti kegiatan mandi dan renang. Kemiringan pantai di Pantai Bosur dikategorikan datar dimana kategori datar yaitu kemiringan < 100, hasil pengukuran yang diperoleh kemiringan pantai Bosur berada dikisaran 30. Tipe pantai di Pantai Bosur adalah pantai Lempung berpasir. Tipe pantai berpasir lebih sesuai peruntukannya untuk kegiatan wisata daripada pantai berlumpur maupun berkarang. Hal ini sesuai dengan pendapat Widiatmaka (2007) yang menyatakan bahwa untuk pariwisata pantai akan sangat baik jika suatu pantai merupakan pantai yang berpasir atau dengan kata lain didominasi oleh substrat pasir. Lebar pantai sangat mempengaruhi aktivitas kegiatan wisata dan dengan lebar pantai yang luas maka akan membuat para wisatawan leluasa melakukan kegiatan wisatanya. Lebar pantai di pantai Bosur sebesar 16,39 m – 27,30 m sehingga kondisi semacam ini cocok dibuat pengembangan pariwisata pantai. KepMen L H (2004), daya tarik wilayah pantai untuk pariwisata adalah keindahan dan keaslian lingkungan seperti lebar pantai, dan hutan pantai. Daya Dukung Kawasan Berdasarkan hasil analisis total keseluruhan daya dukung kawasan wisata Pantai Bosur 884 orang pengunjung dengan luas kawasan wilayah baik zona
darat maupun perairan adalah 24.373 m2. Pemanfaatan lestari diperlukan pembatasan pemanfaatan kawasan yaitu sebesar 10 % dari luas zona pemanfaatan sehingga didapat daya dukung pemanfaatan adalah 88 orang/hari. Persepsi terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan Persepsi wisatawan terhadap keindahan kawasan Pantai Bosur dinyatakan indah oleh sebanyak 22 orang responden dari total 82 orang responden. Hasil dari 22 orang responden tersebut diperoleh nilai keindahan kawasan sebesar 27%. Nilai tersebut masuk ke dalam kisaran antara < 40% yang menunjukkan bahwa kriteria keindahan kawasan di Pantai Bosur adalah tidak indah. Keindahan alam tersebut menjadikan salah satu daya tarik Pantai Bosur. Daya tarik yang ada dapat dikembangkan lebih baik lagi untuk kegiatan ekowisata dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. Strategi Pengelolaan Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan adalah penanaman tumbuhan pantai terutama formasi Baringtonia, sehingga dapat mengurangi instrusi air laut, memperkokoh sedimen pantai, serta menambah nilai estetika pantai. Kondisi sarana dan prasarana di dalam kawasan pantai Bosur dibutuhkan beberapa perbaikan baik dari segi jumlah maupun kondisi agar lebih terawat. seperti akses jalan, kamar mandi/WC, mushola dan taman bermain. Berdasarkan persepsi wisatawan, Ketersediaan tempat sampah dan tempat ibadah merupakan faktor yang dikategorikan kurang baik. Pengelolaan pantai Bosur kedepannya diharapkan menambah ketersediaan tempat sampah dan tempat ibadah di kawasan pantai. Daya dukung kawasan pantai Bosur adalah 884 orang/ hari. Agar kawasan pantai Bosur tetap lestari maka jumlah pengunjung yang berkunjung dibatasi tidak melebihi daya dukung,
Ketika hari libur keagamaan atau tahun baru jumlah pengunjung di pantai Bosur bisa melebihi seribu pengunjung per hari demi keberlanjutan kawasan, hal tersebut sebaiknya dapat diantisipasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Nilai Indeks Kesesuaian untuk wisata pantai pada stasiun 1 dan 2 termasuk kategori cukup sesuai (S2) dengan nilai 66,66% dan 74,71% sementara pada stasiun 3 dengan nilai 83,90% kategori sangat sesuai (S1), untuk kategori berenang pada stasiun 1 dan 2 termasuk kategori cukup sesuai (S2) dengan nilai 67,14% dan 75,00% pada stasiun 3 kategori sesuai (S1) dengan nilai 85,71% . Kategori berperahu dan Banana boat termasuk kategori sesuai (S2) dengan skor 18 (stasiun 2) dan 16 (stasiun 3). Sementara daya dukung kawasan Pantai Bosur mampu menerima kunjungan wisatawan sebesar 884 orang dalam luas area 24.373 m2. 2. Persepsi wisatawan terhadap kawasan Pantai Bosur yang menyatakan memiliki panorama alam yang cukup indah sebesar 49% dan wisatawan yang menyatakan cukup nyaman yaitu sebesar 51%. Saran 1. Sebaiknya perlu dilakukan sosialisasi dan peningkatan sumberdaya manusia berkaitan dengan pengembangan wisata bahari. 2. Masyarakat di sekitar pantai Bosur harus dilibatkan dalam pengelolaan wisata sehingga wisata bahari yang dikembangkan dapat berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA Ali, D. 2004. Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Pantai Sebagai Obyek Wisata dan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Lokasi Wisata (Studi Kasus di Kawasan Wisata Pantai Kartini Jepara) Program Pasca sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. BPPKP PPN Sibolga 6-8-2015 - 20-82015. Data Prediksi Pasang Surut Air Laut di PPN Sibolga. Holloway, J.C. dan R.V. Plant. 1989. Marketing for Tourism. Pitman Pub. London. Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari. Nugraha, P.H., I. Agus dan Muhammad. 2013. Studi Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan untuk Rekreasi Pantai di Pantai Panjang Kota Bengkulu. Journal of Marine Research. 2 (2): 130-139. Purbani. D., 1999. Aplikasi Geografi Fisik Indonesia – Kawasan Wisata Pesisir di Pulau Lombok. Pasca Sarjana Ilmu Geografi UI. Jakarta.Simond, J. O., 1978, Eartscape, New York: McGraw Hill Book Company. Sari, Y. E dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepualauan Meranti Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1 (2012) : 88-100.
Stasiun Meteorologi Kelas III PinangsoriSibolga. 2014. Data Penyinaran Matahari dan Kecepatan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009 - 2014 Stasiun Meteorologi Kelas III PinangsoriSibolga. 2014. Data Suhu Udara di Kecamatan Tapanuli Tengah Tahun 2014. Tambunan, J.M. S. Anggoro, H.Purnaweni. 2013. Kajian Kualitas Lingkungan dan Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. ISBN 978-602-170011-2. Widiatmaka, S. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yulianda, F. 2004. Pedoman Analisis Penentuan Status Kawasan konservasi Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor