STUDI KELAYAKAN PASAR NGALIHAN KOTA SEMARANG Oleh : Caroline* ABSTRACT A Marketis a place which a buyer and a seller meet to do economic transaction. In its growth, the comfortable, clean and peaceful market is wanted by the buyer. Beside the price of the goods is cheaper and complete, the buyer cal also bargain it. This matter is as fascination of tradisional market. Hence it needed a case study about the feasibility of Ngalihan market in Semarang city, therefore it expected by Ngalihan market do not be shifted by the rapidly growing of modern market in Semarang City. Keywords : market,feasibility, SWOT Analysis A.
PENDAHULUAN
Tantangan pembangunan pada umumnya banyak dihadapi oleh pemerintah daerah. Semakin dekat tingkat pemerintah kepada masyarakat, maka semakin sukar tugas pemerintah dalam menangani masalah-masalah pembangunan. Masalah pembangunan yang semakin nyata dan usaha-usaha perbaikan tingkat kehidupan masyarakat merupakan masalah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mampu menggali potensi dan kendala pembangunan di daerahnya dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. Pertambahan jumlah penduduk Kota Semarang, dengan segala aktivitasnya menuntut adanya pemenuhan kebutuhan pelayanan jasa prasarana dan sarana umum, seperti kebutuhan akan pasar sangatlah dibutuhkan. Pasar sebagai sarana sangatlah diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain menampung hasil pertumbuhan sektor perdagangan, pasar berfungsi pula menampung hasil-hasil sektor pertanian dan industri rumah tangga yang berasal
676
dari daerah sekitarnya, sehingga pasar menjadi tempat yang potensial untuk digali sebagai sumber penerimaan pemerintah daerah. Selain itu pasar juga dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah Kota Semarang. Perkembangan kota dan perbedaan pembangunan antar desa dan kota menyebabkan arus migrasi meningkat dari desa ke kota, sehingga menyebabkan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Seperti yang disebutkan oleh Todaro (1997), masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi membawa konsekuensi bertambahnya proporsi angkatan kerja. Kelebihan besar-besaran tenaga kerja di kota yang gagal masuk pada sektor formal mengakibatkan tumbuhnya pengangguran. Tenaga kerja yang tidak tertampung akan menciptakan pekerjaan bagi mereka sendiri, atau bekerja pada perusahaan keluarga berskala kecil. Untuk selanjutnya istilah ini lebih dikenal sebagai sektor informal. Sektor informal muncul ke permukaan karena sektor formal tidak memberikan ruang lingkup yang cukup, sehingga kegiatan ekonomi berlangsung di luar sektor yang terorganisir (Tjiptoherijanto dalam Rachbini & Hamid, 1989). Fenomena ekonomi seperti ini sering terlihat di berbagai negara sedang berkembang yang tengah melakukan proses industrialisasi, di mana terjadi pertumbuhan penduduk yang pesat, peningkatan tingkat pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Salah satu bidang usaha sektor informal yang cukup berkembang pesat dikota semarang adalah pedagangan. Berdasar data yang ada, pedagang di kota Semarang sekitar 15.000 orang, sekitar 80% pedagang menengah dan kecil, sekitar 12.000 memiliki izin dan sisanya dalam proses pengajuan izin dan tidak berizin (Dinas Pasar, 2005). Mereka tersebar di berbagai tempat, termasuk pasar-pasar yang dikelola pemerintah kota dan swasta. Pasar merupakan salah satu sarana ekonomi untuk memberikan kemudahan kepada kalangan masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli barang baik barang-barang yang bersifat konsumtif maupun produktif. Selain itu,
677
pasar juga memberikan peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat sehingga pembangunannya akan memberikan kontribusi bagi dinamika ekonomi masyarakat dan peningkatan pendapatan pemerintah. B.
PEMBAHASAN
1).
Definisi Pasar
Pasar secara umum berfungsi sebagai tempat aktivitas jual beli atau transaksi antara penjual dan pembeli (Belshaw dalam Sugiharjo, 1994). Menurut W.J Stanton dalam Vera (2000), pasar dalam konteks perekonomian adalah sekumpulan orang yang memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja serta kemauan untuk membelanjakannya. Sedangkan menurut perda nomor 3 tahun 1990, pasar diartikan sebagai tempat yang disediakan atau ditetapkan oleh walikotamadya kepala daerah sebagai tempat jual beli umum dan secara langsung memperdagangkan barang dan jasa. Adapun pengertian lain tentang pasar dilihat dari syarat-syarat berikut ini (Bappeda Dati II Kotamadia Semarang, 1992) : a. Memiliki tempat yang mampu mewadai aktivitas pasar yang berupa bangunan permanen. b. Menyediakan barang dan jasa yang akan di perjualbelikan. c. Adanya aktivitas jual beli yang dilakukan produsen dan konsumen d. Adanya penyelengaraan yang mengatur segala kegiatan yang terselenggara di pasar sehari-hari. 2). Penggolongan Pasar Penggolongan pasar didasarkan pada kemampuan pelayanan, sistem perdagangan, waktu kegiatan, jenis barang dan status kepemilikan (Perda Nomor 3 tahun 1990 Tentang Peraturan Pasar Kotamadya Dati II Kota Semarang).Pasar berdasarkan kemampuan pelayanan dibagi menjadi 2 yaitu : a. Pasar Regional Pasar regional adalah pasar yang terletak di lokasi strategis dan luas serta merupakan bangunan permanen yang mempunyai kemampuan pelayanan meliputi seluruh
678
kota bahkan sampai ke luar kota serta barang-barang yang diperjualbelikan lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. b. Pasar Kota Pasar kota adalah pasar yang tempatnya strategis dan luas serta merupakan bangunan permanen dan mempunyai kemampuan pelayanan meliputi seluruh wilayah kota, demikian juga dengan barang yang di perjualbelikan tersedia dengan lengkap. 3). Menurut sistem perdagangan Pasar dibedakan menjadi : a. Pasar Tradisional Pada dasarnya pengertian pasar tradisional adalah merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kioskios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya (Vera,2000). Pasar ini juga awalnya tumbuh dan berkembang dari satu publik/lokasi strategis ditentukan oleh jumlah konsumen potensial yang melintas. Pasar ini juga disebut juga pasar lokal yaitu pasar yang penjual dan pembelinya datang dari daerah sekeliling pasar. Sedangkan pengertian pasar tradisional yang lain, diantaranya : 1. Tempat jual beli atau tukar menukar barang antara penjual dan pembeli yang mempunyai motivasi sama dan saling menguntungkan (Sugiharjo, 1994). 2. Pasar tradisional atau dapat diartikan pasar rakyat adalah pasar yang awalnya tumbuh dan berkembang dari satu publik atau lokasi yang nilainya strategis, ditentukan oleh jumlah konsumen potensial yang melintas. Pasar ini disebut juga dengan pasar lokal yaitu pasar yang penjual dan pembelinya datang dari daerah
679
b.
sekeliling pasar (DPU Cipta Karya Prop. Jawa Tengah, 2000). 3. Jika ditinjau dari segi kegiatannya, pasar tradisional adalah pasar yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan secara langsung dalam bentuk eceran untuk waktu sementara dan/ tetap dengan tingkat pelayanan terbatas dan kelompok kegiatan yang bersifat adanya transaksi langsung di lapangan antara penjual dan pembeli yang sifatnya menjual berbagai barang kebutuhan pokok (Agam Marsoyo, 1995). 4. Jika ditinjau menurut istilah dalam PU, pasar tradisional adalah tempat kelompoknya para pedagang yang sebagaian besar menyediakan barangbarang kebutuhan sekunder, sedangkan pedagang yang menyediakan barang-barang kebutuhan primer hanya merupakan bagian kelompok kecil. Lokasi pasar terletak pada suatu bidang tanah dengan satu blok atau lebih yang permanen (Adri Poesoro, 2007). Pasar Modern Sinaga (2004) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mal, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin, karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Jika ditinjau dari segi harga, maka pasar modern
680
memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Ciri-ciri pasar modern adalah sebagai berikut (Mona Yulia, 2002) : 1. Kondisi pasar yang menimbulkan kenyamanan bagi para pengunjungnya, sehingga kepuasan konsumen dapat terpenuhi. 2. Pasar yang menawarkan beraneka ragam barang yang diinginkan oleh konsumennya dalam memenuhi kebutuhannya. 3. Kualitas barang yang diperoleh terjamin. 4. Pasar disini tidak hanya diartikan tempat jual beli saja, tetapi juga merupakan tempat pertemuan. 5. Pasar yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan secara langsung dan atau tidak langsung dalam bentuk eceran dan grosir untuk waktu tetap serta tingkat pelayanannya yang lebih luas. Pasar berdasarkan waktu kegiatanya Pasar berdasarkan waktu kegiatannya, dapat digolongkan menjadi (Vera, 2000) : a. Pasar siang hari, yaitu pasar yang beroprasi mulai pikul 05.00 – 16.00 b. Pasar malam hari, yaitu pasar yang beroprasi mulai pukul 02.00 – 05.00 c. Pasar siang malam, yaitu pasar yang beroprasi selama 24 jam. Pasar menurut jenis barang, terdiri atas (Vera, 2000) : a. Kumpulan pedagang, yaitu pasar bersifat insidentil dan menempati posisi strategis di pusat lingkungan. Barang yang diperjualbelikan adalah barang eceran dan kebutuhan sehari-hari dan pasar cukup ditempuh dengan jalan kaki. b. Pasar lingkungan, yaitu pasar yang sudah mulai diatur pemerintah daerah serta mulai penyediaan lokasi dan pembayaran retribusi pajak. Jenis barang dagangan masih bersifat eceran tetapi
681
sudah mulai beranekaragam, jarak dekat dengan jalan. c. Pasar pusat/induk, yaitu pasar yang ditunjukan dengan aktivitas yang lebih sempurna dibanding yang lain. Barang berbentuk grosir maupun eceran dengan harga lebih murah dibanding pasar lingkungan. Jarak yang ditempuh cukup jauh. d. Pasar bandar, yaitu pasar dengan jumlah barang yang ada didalamnya sangat banyak di atas pasar sebelumnya. Menampung barang-barang langsung dari sumber produksi sehingga pendistribusiannya membutuhkan waktu yang relatif agak lama. 4). Pasar berdasarkan status kepemilikannya Pasar dibagi menjadi Pasar pemerintah, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. a. Pasar swasta, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu badan hukum yang dijalankan oleh pemerintah daerah. b. Pasar liar, yaitu pasar yang aktivitasnya di luar pemerintah daerah dan timbul atas dasar kebutuhan masyarakat setempat. Pasar ini biasanya dikelola oleh perorangan atau ketua RT/RW. 5). Fungsi dan Syarat Pasar Fungsi pasar adalah sebagai tempat untuk aktivitas jual beli atau transaksi antar penjual dan pembeli, untuk memenuhi kebutuhan masing-masing baik yang bersifat konsumtif maupun untuk bidang dan jasa. Menurut Perda Nomor 3 tahun 1990 Tentang Peraturan Pasar Kotamadya Dati II Kota Semarang dalam K. Dian dkk (2004), pada dasarnya fungsi pokok pasar adalah : a. Pasar merupakan sarana pelayanan dan penyediaan kebutuhan hidup sehari-hari. b. Pasar merupakan sumber pendapatan daerah yang dari jasa layanan perpasaran. c. Pasar merupakan sarana distribusi perekonomian yang dapat menciptakan tambahan usaha bidang jasa dan menciptakan lapangan pekerjaan.
682
Suatu tempat bisa dikatakan pasar apabila memenuhi berbagai persyaratan sebagai berikut (Perda Nomor 3 tahun 1990 Tentang Peraturan Pasar Kotamadya Dati II Kota Semarang dalam K. Dian dkk, 2004) : a. Memiliki tempat yang mampu mewadahi aktivitas pasar yang berupa bangunan permanen. b. Menyediakan barang dan jasa yang diperjualbelikan. c. Adanya aktivitas jual beli yang dilakukan oleh produsen dan konsumen d. Adanya penyelenggaraan yang mengatur segala kegiatan yang terselenggara di pasar sehari-hari. 6). Perkembangan Pasar Kota Semarang Pasar tradisional selain memberikan kontribusi kepada PAD dalam perkembangannya justru mengalami kemrosotan apabila di sejajarkan dengan pasar modern yang berkembang hingga dewasa ini. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita, tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Pasar modern sangat mudah dijumpai seperti minimarket, supermarket bahkan hipermarket di sekitar komplek perumahan. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Keberadaan pasar tradisional, merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus peduli terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuknya. Kenyataan ini menurut Arifin (2006) dipengaruhi oleh karakter/budaya konsumen. Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki
683
budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itulah adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern. Pusat kota merupakan tempat berlangsungnya aktivitas perekonomian dan perdagangan. Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah mempunyai beberapa pasar yang jumlahnya terbagi pada enam wilayah. Total keseluruhan pasar berjumlah 44, dapat dikelompokan sebagai berikut : 4 buah pasar kota, 11 buah pasar wilayah dan 29 pasar lingkungan. Tabel 1 Pasar Pada Wilayah IV Kota Semarang Cabang Wilayah
Nama Pasar
Karangayu Simongan Wilayah IV Manyaran Karangayu Ngaliyan Jerakah Sumber : Data dinas Pasar
Golongan Pasar Kota Lingkungan Lingkungan Wilayah Wilayah kota Semarang 2006
Luas Area (M2) 6.083,00 566,00 388,00 754,00 1.358,00
Kecamatan Ngaliyan sebagai salah satu kecamatan di kota Semarang yang dalam perwilayahan kota Semarang, bersama kecamatan Tugu masuk dalam bagian wilayah kota. Kecamatan ini mempunyai posisi yang strategis yaitu dilalui jalur antara Semarang dan Boja, yang merupakan jalur arteri sekunder. Selain itu keberadaan/munculnya beberapa pusat kegiatan perkotaan baru, mulai dari kawasan pemukiman, pusat pendidikan tinggi dan kawasan industri ikut pula mendukung kecamatan ini. Pasar Ngaliyan merupakan pasar utama kecamatan Ngaliyan dan merupakan pasar pada wilayah IV kota Semarang, dalam fungsinya mempunyai skala pelayanan wilayah. Pasar Ngaliyan berada di pinggir jalan Prof. DR.
684
HAMKA (jalan raya Ngaliyan-Boja) yang dahulunya merupakan tanah bengkok kelurahan Ngaliyan. Pasar Ngaliyan ini merupakan salah satu fasilitas perdagangan milik pemerintah kota Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor pengelola pasar, kapasitas/daya tampung (maksimal) pasar Ngaliyan adalah 150 petak (Kantor Dinas Pasar Ngaliyan), terbagi dalam 13 toko/kios, 59 los serta 78 dasaran terbuka. Namun demikian data terakhir yang diperoleh (tahun 2005), menunjukkan bahwa saat ini pasar Ngaliyan di tempati oleh 184 pedagang (184 petak), yang terbagi dalam 13 petak kios, 59 los dan 121 dasaran terbuka, yang tersebar dibagian barat dan selatan. Kondisi ini menunjukan bahwa saat ini daya tampung pasar telah mengalami over capacity (kelebihan kapasitas). Tabel 2 Kapasitas Daya Tampung Dan Jumlah Pedagang Pasar Ngaliyan 2008
No 1 2 3
Jenis Tempat Dagangan
Jumlah Pedagang
Daya Realisasi Kios/Toko 13 13 Los 59 59 Dasaran Terbuka 78 112 Jumlah 150 184 Sumber : Dinas Pasar Kota Semarang, 2008
Pasar Ngaliyan dalam perkembangan keuangannya berdasarkan data yang diperoleh (Dinas Pasar kota Semarang), pendapatan dari retribusi pasar Ngaliyan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 3 Pendapatan Retribusi Pasar Ngaliyan Tahun 2005-2008 No 1 2 3 4
Tahun 2005 2006 2007 2008
Retribusi Pasar Pertumbuhan (%) Rp. 25.984.000,00 Rp. 33.713.654,00 29,75 Rp. 42.530.000,00 26,15 Rp. 42.661.000,00 0,31 Rata-rata/th 18,74% Sumber : Data Dinas Pasar kota Semarang, data diolah
685
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa penerimaan retribusi pasar Ngaliyan secara nominal mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Meski secara nominal mengalami peningkatan, tetapi tingkat pertumbuhan retribusi mengalami penurunan dari tahun 2005 sampai 2008, hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah pedagang tidak diikuti oleh penambahan jumlah los yang tersedia, sehingga diduga pedagang tersebut tidak terkena retribusi pasar. Seiring berjalannya waktu bertambahnya jumlah pedagang dan keterbatasan luas pasar dan fasilitas penunjangnya adalah alasan klasik/utama yang melatarbelakangi pasar tersebut menjadi kumuh. Dari sisi pembeli akan muncul sikap antipati dan tidak mau kerepotan mencari kebutuhan hingga masuk ke dalam pasar. Pada akhirnya mereka lebih memilih cara praktis untuk membeli di luar pasar, sehingga dapat berakibat kios di dalam pasar menjadi tidak laku dan sebaliknya para pedagang yang berjualan di luar pasar menjadi banyak dan tidak terkendali. Banyaknya pedagang keliling yang menjajakan dagangannya ke lingkungan perumahan dan perkampungan, juga kemunculan pasar modern (seperti Alfamart, Indomaret) secara tidak langsung memberikan dampak terhadap para pedagang yang ada di pasar tradisional. 7). Analisis SWOT Analisis strength, weakness, opportunity dan threat (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan pasar Ngaliyan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan strenght-opportunity, namun secara bersamaan dapat meminimalkan weakness-threat. Analisis ini merupakan strategi dalam membantu para pengembang melalui empat strategi yaitu strategi strenghtopportunity (SO), weakness-opportunity (WO), strenghtthreats (ST), weakness-threat (WT). a. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Matriks EFE ini digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor eksternal pada pasar tradisional Ngaliyan.
686
Pengumpulan data eksternal dimaksudkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan dan persaingan dalam pasar. Semua persoalan ini akan terangkum dalam peluang dan ancaman pada matriks EFE. Matriks EFE mempunyai ketentuan sebagai berikut (Husein Umar dan Freddy Rangkuti, 2005): 1. Jumlahkan total rata-rata rating pada masing-masing faktor peluang dan ancaman, apabila total rata-rata skor sebesar 4,0 maka hal ini mengindikasikan bahwa posisi eksternal pasar adalah sangat kuat. Apabila total skor sebesar 1,0 maka hal ini mengindikasikan bahwa faktor eksternal pasar adalah sangat lemah. 2. Jumlahkan total rata-rata skor dari faktor eksternal untuk mendapatkan skor total bagi pasar yang dinilai. Nilai rata-ratanya adalah 2,5. Apabila nilai rataratanya diatas 2,5 hal ini mengindikasikan bahwa Dinas Pasar kota Semarang merespon secara luar biasa terhadap peluang yang ada dan menghindari ancamanancaman diluar pasar, sedangkan jika nilai r`ata-rata berada dibawah 2,5 mengindikasikan bahwa Dinas Pasar kota Semarang belum memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam menghindari ancaman. Berikut ini ditampilkan matriks EFE dengan total rata-rata skor didapat dari rating pada masing-masing point pada peluang dan ancaman : Tabel 4 Matriks EFE dengan faktor-faktor eksternal
Key Eksternal Faktor PELUANG Lokasi pasar Ngaliyan yang strategis Peningkatan aktifitas perdagangan di pasar Ngalihan Tingginya kesadaran akan pelestarian budaya berbelanja di pasar tradisional. ANCAMAN Kemacetan lalu lintas di sekitar
Total rata-rata skor 3.34 3.31 3.58
1.74
687
pasar Key Eksternal Faktor Kemunculan PKL liar Munculnya persaingan dengan pasar modern
Total rata-rata skor 2.29 2.65
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa total rata-rata skor tertinggi peluang terletak pada tingginya kesadaran akan pelestarian budaya berbelanja di pasar tradisional, skor tertinggi berikutnya pada lokasi pasar Ngaliyan yang strategis dan skor terendah yaitu pada peningkatan aktifitas perdagangan di pasar Ngaliyan. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa tingginya kesadaran akan pelestarian budaya berbelanja di pasar tradisional menunjukan bahwa pasar tradisional Ngaliyan dapat diterima oleh masyarakat setempat dengan baik dengan didukung lokasi pelayanan yang strategis. Hal ini akan berdampak baik terhadap peningkatan aktifitas perdagangan wilayah Ngaliyan. Faktor eksternal ancaman diketahui total rata-rata skor tertinggi terletak munculnya persaingan dengan pasar modern. Hal ini menunjukan bahwa kecil ancaman yang di timbulkan dari pasar modern terhadap pasar tradisional. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat dua penyebab, yaitu : 1. Penyebab dari perbedaan segmentasi pelanggan kedua pasar tersebut. Perbedaan pendapatan pelanggan terdiri atas berbagai kelompok segmen. Namun, karena pasar yang tersedia hanya pasar tradisional, maka pelanggan dari segmen yang berbeda ini berbelanja di tempat yang sama. Segmen yang tertentu sebenarnya tidak merasa puas dengan layanan, akses maupun pilihan produk yang ada. Namun, karena tidak memiliki pilihan lain, mereka terpaksa berbelanja di tempat tersebut. Ketika pasar modern beroperasi, maka segmen yang tidak puas ini akan segera beralih ke pasar modern tersebut. Dengan demikian maka masing-masing segmen terlayani sesuai kebutuhannya.
688
2.
Beberapa pelanggan beralih ke pasar modern hanya sekedar ingin mencoba. Namun, hal ini tidak akan berlangsung lama karena memang mereka adalah segmen yang merupakan target pasar sesungguhnya dari pasar tradisional. Total rata-rata skor tertinggi berikutnya yaitu mengenai munculnya PKL liar, sedangkan skor terendah terletak pada kemacetan lalu lintas di sekitar pasar. Berdasarkan pengamatan dilapangan, masalah kemacetan jalan di depan pasar Ngaliyan timbul karena hambatan dari pelebaran jalan Ngaliyan-boja yang mengenai bangunan pasar Ngaliyan, parkir kendaraan, proses bongkarmuat barang serta munculnya PKL liar disekitar luar pasar juga dapat menyebabkan arus lalu lintas saat aktivitas pasar menjadi tidak teratur . Berdasarkan analisis data EFE maka didapatkan total rata-rata skor faktor eksternal pada masing-masing point yaitu sebesar 2,86. Hal ini menunjukan bahwa Dinas Pasar kota Semarang telah merespon terhadap peluang-peluang yang ada di pasar Ngaliyan. b. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks IFE ini digunakan untuk mengevaluasi faktorfaktor internal pada pasar tradisional Ngaliyan. Pengumpulan data faktor internal ini diambil dari aspek pengaturan pasar Ngaliyan, kondisi pasar, pedagang dan produk-produk yang dijual di dalam pasar Ngaliyan. Semua persoalan ini akan terangkum dalam matriks IFE. Matriks EFE mempunyai ketentuan sebagai berikut (Husein Umar dan Freddy Rangkuti, 2005): 1. Jumlahkan total rata-rata rating pada masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan, apabila total ratarata skor sebesar 4,0 maka hal ini menandakan posisi internal yang sangat kuat. Apabila total skor sebesar 1,0 maka hal ini menandakan bahwa secara internal pasar adalah sangat lemah. 2. Jumlahkan total rata-rata skor dari faktor internal untuk mendapatkan skor total bagi pasar yang dinilai. Nilai rata-ratanya adalah 2,5. Apabila nilai rataratanya dibawah 2,5 mengindikasikan bahwa Dinas Pasar
689
kota Semarang tidak memanfaatkan kekuatan yang ada atau tidak menghindari kelemahan dari faktor internal pasar, sedangkan jika nilai rata-rata berada diatas 2,5 mengindikasikan bahwa Dinas Pasar kota Semarang merespon secara luar biasa terhadap kekuatan yang ada dan menghindari kelemahan-kelemahan didalam pasar tradisional. Berikut ini ditampilkan matriks IFE dengan total rata-rata skor didapat dari rating pada masing-masing point pada kekuatan dan kelemahan : Tabel 5 Matriks IFE dengan faktor-faktor internal
Key Eksternal Faktor KEKUATAN Menjual produk bahan makanan yang segar Adanya proses tawar menawar harga. Kelengkapan barang kebutuhan pokok yang ditawarkan KELEMAHAN Fasilitas pasar Ngaliyan yang kurang memadai. Minimnya keamanan pasar. Luas pasar Ngaliyan sempit
Total rata-rata skor
3.30 3.48 3.08
1.22 1.81 1.13
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa total rata-rata skor kekuatan tertinggi berada pada adanya proses tawar menawar harga dan menjual produk barang makanan yang segar, sedangkan total rata-rata kekuatan terendah yaitu pada kelengkapan barang kebutuhan pokok yang ditawarkan. Pasar tradisional masih memiliki potensi dan pangsa pasar untuk dapat terus beroperasi sekalipun muncul pasar modern. berdasarkan pengamatan di lapangan, yang masih menjadi kekuatan pasar tradisional terhadap pasar modern adalah budaya dan perilaku konsumen Indonesia yang gemar tawar-menawar adalah faktor penting yang dapat dikatakan sebagai keunggulan dari pasar tradisional, sebab hal ini
690
hampir tidak mungkin diterapkan oleh pasar-pasar modern. Keunggulan lain adalah kedekatan antara penjual dan pembeli yang biasanya ada di pasar tradisional dan jarang ditemukan pada pasar modern. Persepsi pelanggan mengenai harga pasar tradisional yang lebih murah juga menjadi faktor lain, belum lagi di pasar tradisional pelanggan bisa membeli sesuai jumlah barang minimum yang diperlukan sementara di pasar modern sudah dikemas dengan ukuranukuran standar. Berdasarkan pengamatan, kesegaran bahan makanan dan kelengkapan barang kebutuhan pokok yang dijual dalam pasar tradisional dapat dikatakan sama dengan kesegaran dan kelengkapan bahan makanan di pasar modern, hanya saja di pasar modern kebersihan bahan makanan lebih terjamin dan barang yang ditawarkan jauh lebih lengkap dibandingkan pasar tradisional. Total skor tertinggi pada faktor internal kelemahan terletak pada minimnya keamanan pasar Ngaliyan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara, jarang sekali adanya gangguan kriminalitas seperti penjambretan dan pencurian sepeda motor terjadi di pasar Ngaliyan. Berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan, perlunya meningkatkan keamanan adalah hal utama guna mendukung kelancaran dan kenyamanan pengunjung dan pedagang di pasar Ngaliyan dalam melakukan aktivitas di pasar Ngaliyan. Total rata-rata skor tertinggi berikutnya adalah fasilitas pasar Ngaliyan kurang memadai. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pedagang dan pembeli, pasar Ngaliyan dapat dikatakan sangat minim dengan penyediaan fasilitas-fasilitas yang memadai pada umumnya. Minimnya penyediaan fasilitas-fasilitas di pasar Ngaliyan yaitu seperti : 1. Fasilitas tempat parkir dan bongkar muat yang belum memadai dan hanya dengan menggunakan ruas-ruas jalan sehingga akan berdampak pada kemacetan jalan/akses pada lokasi industri pada jam-jam tertentu. 2. Fasilitas drainase dan pembuang limbah yang kurang baik yang akan mengakibatkan bercampurnya air kotor
691
dan limbah yang akan menimbulkan bau busuk di lingkungan pasar. 3. Fasilitas penataan tandon air yang buruk yang akan berakibat masuknya air hujan saat aktivitas pasar berlangsung. 4. Tidak adanya fasilitas pemadaman api untuk mencegah terjadinya kebakaran. Total rata-rata skor terendah pada faktor internal kelemahan terletak pada luas pasar Ngaliyan yang sempit. Berdasarkan data yang diterima, pengamatan di lapangan, dan wawancara dengan pedagang maupun pembeli, luas pasar Ngaliyan dapat dibilang kurang mencukupi, hal ini dapat dilihat dari luas bangunan 900 m2 sementara lahan keseluruhan mencapai 2,070 m2 maka selisih lahan yang belum terpakai di pasar Ngaliyan adalah 1,170 m2. Berdasarkan data yang ada, luas pasar Ngaliyan apabila dibandingkan dengan pasar-pasar yang berada pada wilayah IV Karangayu maka terletak dibawah luas pasar Mijen dengan luas bangunan 1.141 m2 dan Gunungpati dengan luas bangunan 1.523 m2. Dengan menganalisis faktor-faktor internal pada masing-masing point dalam tabel analisis didapatkan total rata-rata skor pada matriks IFE sebesar 2,24. Oleh karena itu rata-rata skor berada dibawah 2,5 maka dalam hal ini menunjukan bahwa Dinas Pasar kota Semarang belum mengembangkan kekuatan dalam meminimalkan kelemahan yang ada. C. PENUTUP Pasar Ngalihan merupakan satu dari beberapa pasar di Kota Semarang, memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan Kota Semarang. Dengan kondisi pasar Ngalihan yang kotor, kumuh dan becek membuat para pembeli kadangkala enggan berbelanja. Perkembangan pasar modern seperti Indomart,Alfamart, Swalayan Ada, Matahari,dan lain sebagainya memacu Pasar Ngalihan untuk bersaing dan eksis di gelombang persaingan dunia bisnis. Di samping pasar Ngalihan harganya murah, pembeli bisa menawar harga, pasar ini juga tidak meninggalkan citra sebagai pasar tradisional, sehingga perlu diadakan studi
692
kelayakan agar pasar Ngalihan mampu bersaing sehat dengan pasar modern serta meninggalkan citra pasar yang koyor, kumuh dan becek menjadi pasar yang nyaman berbelanja, bersih, murah dan tertata rapi. * Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Sultan Fatah Demak
693
DAFTAR
PUSTAKA
Adri Poesoro, 2007, Pasar tradisional di era persaingan global, Lembaga penelitian SMERU, Jakarta. Agam Marsoyo, 1995, Prospek pengembangan pasar di kotamadya Surakarta, Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta. Biro Pusat Statistik, 2005, Semarang dalam angka, Biro Pusat Statistik, Nasional. Bappeda Dati II kotamadya Semarang, 1992, Laporan akhir master plan pasar waru indah. Chandrakirana, Kamala dan Isono Sadoko. 1995. Dinamika Ekonomi Informal di Jakarta (Industri Daur Ulang, Angkutan Becak dan Dagang Kaki Lima). Jakarta: UI Press. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Diponegoro, 2003, Pedoman Penyusunan Skripsi dan Ujian akhir Program Sarjana (Strata Satu), Fakultas Ekonomi Undip. Dinas Pasar kota Semarang, 2006. Freddy Rangkuti, 2005, Analisis SWOT : Teknik membedah kasus bisnis, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Irdrianto & Supomo, 1999, Metodologi untuk akutansi dan Bisnis, BPFE, Yogjakarta. Pedoman Teknis, 2000, Pembangunan pasar Tradisional/pasar rakyat di Jawa Tengah, DPU Cipta Karya Prop. JATENG. Rachbini, Didik J. dan Abdul Hammid. 1994. Ekonomi Informal Perkotaan: Gejala Involusi Gelombang Kedua. Jakarta: LP3ES. Saaty, 1993, Pengambilan keputusan bagi para pemimpin, PT. Pustaka Binaman, Pressindo, Jakarta.
694