STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. M : STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
DI SUSUN OLEH:
NIKEN LARAS GRAY KUSUMA NIM. P.09088
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. M : STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
NIKEN LARAS GRAY KUSUMA NIM. P.09088
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 ŝ
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: NIKEN LARAS GRAY KUSUMA
NIM
: P.09088
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. M DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, Maret 2012 Yang Membuat Pernyataan
NIKEN LARAS GRAY KUSUMA NIM . P.09088
ŝŝ
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: NIKEN LARAS GRAY KUSUMA
NIM
: P.09088
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. M DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK II RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Telah disetujui untuk dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta Hari/Tanggal :
Pembimbing : Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep.,Ns NIK. 201187086
ŝŝŝ
(...............................)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. M DENGAN STROKE NON HEMORAGIK
DI
RUANG
ANGGREK
II
RSUD
Dr.
MOEWARDI
SURAKARTA.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns , selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah menjadi pemimpin yang senantiasa memberikan teladan serta bimbingan kepada mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu dan memberikan kemudahan untuk menunjang pengajaran di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
ǀ
4. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. A.Purwanto, yang selalu memberikan support dan perhatiannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
ǀŝ
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME................................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................. v DAFTAR ISI ................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................... 1 B. Tujuan penulisan ............................................................ 3 C. Manfaat penulisan .......................................................... 4
BAB II
LAPORAN KASUS A. Pengkajian ...................................................................... 6 B. Perumusan Masalah Keperawatan ..................................11 C. Perencanaan Keperawatan ..............................................11 D. Implementasi Keperawatan.............................................12
ǀŝŝ
E. Evaluasi Keperawatan......................................................16 BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan.......................................................................18 B. Simpulan............................................................................25
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
ǀŝŝŝ
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Tabel.1 Pola aktifitas dan latihan ........................................................ 9
2.
Tabel.2 Implementasi Keperawatan ..................................................... 12
3.
Tabel.3 Evaluasi perkembangan tingkat aktifitas dan latihan ............... 17
4.
Tabel.4 Evaluasi perkembangan kekuatan otot .................................... 18
ŝdž
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Gambar.1 Genogram ................................................................................ 8
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini. Badan Kesehatan Dunia memprediksikan bahwa kematian stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030. Amerika Serikat mencatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Tahun 2010, Amerika Serikat telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk membiayai tanggungan medis dan rehabilisasi akibat stroke. (Anonim, 2010). Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan, angka kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit 63,52 per 100.000 penduduk usia di atas 65 tahun, sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa. (Ratna, 2011) Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol vaskuler terhadap gerakan motorik. Neuron motor melintas menyebabkan gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak berlawanan. Hemiperesis, atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Awal tahapan stroke, adalah paralisis dan hilang atau menurunnya refleks tendon dalam. Refleks tendon dalam ini muncul kembali
ϭ
Ϯ
(biasanya dalam 48 jam), peningkatan tonus disertai dengan spastisitas (peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas yang terkena dapat dilihat. (Smeltzer, 2002) Intervensi Keperawatan yang pertama atau umum dilakukan pada klien stroke adalah memperbaiki mobilitas dan mencegah deformitas. Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif. Individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit-khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. (Wahit, 2007) Kasus yang ditemukan penulis di lapangan pada tanggal 3 April 2012 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta mendata bahwa klien stroke mengalami anggota gerak bagian kanan tidak dapat digerakan. Range of Motion (ROM) adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang merupakan bagian dari proses rehabilitas pada klien stroke. Lewis 2007 mengemukakan bahwa sebagian latihan pada klien stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi. (Maria, et.al, 2011) Penelitian yang dilakukan oleh Maria Astrid, et.al tentang “Efektivitas Mobilisasi Persendian dengan Latihan ROM Aktif dan Pasif Terhadap Kekuatan
ϯ
Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Klien Stroke di RS Sint Carolus Jakarta” membuktikan mobilisasi persendian dengan latihan ROM 4 kali sehari dalam 7 hari bermanfaat untuk klien, yaitu adanya peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional. Latihan ROM juga dapat mencegah terjadinya komplikasi seperti kontraktur dan atrofi otot. Latihan ROM berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional, namun tidak berpengaruh terhadap luas gerak sendi. (Maria, et.al, 2011) Mengingat hal tersebut, maka penulis memandang bahwa pemenuhan mobilisasi pada penderita stroke sangat penting sehingga penulis tertarik untuk memberikan “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi pada Tn. M dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Tn. M dengan stroke non hemoragik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik. b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik.
ϰ
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik. f. Penulis mampu menganalisa kondisi gangguan mobilisasi yang terjadi pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik.
C. Manfaat penulisan 1. Penulis Asuhan Keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan mengenai klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik. 2. Instansi a. Pendidikan Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masalah keperawatan mengenai klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik. b. Rumah Sakit Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik.
ϱ
3. Profesi Keperawatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dibidang Keperawatan Medikal Bedah tentang Asuhan Keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada klien dengan stroke non hemoragik.
BAB II LAPORAN KASUS
Bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. M dengan gangguan mobilisasi stroke non hemoragik, dilaksanakan pada tanggal 3 April 2012. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian Hasil pengkajian tanggal 3 April 2012 jam 08.00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara autoanamnese dan alloanamnese, mengadakan pengamatan atau observasi secara langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Pengkajian tersebut didapat hasil klien bernama Tn. M umur 53 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan buruh, alamat Gemolong, nomor register 01 12 14 02, dirawat di Ruang Anggrek II kamar 2D RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sejak klien dirawat dokter mendiagnosa bahwa Tn. M menderita penyakit Stroke Non Hemoragik. Penanggung jawab klien adalah Ny. N, umur 52 tahun, pendidikan SD, pekerjaan buruh, hubungan dengan klien istri klien. Keluhan utama yang dirasakan klien adalah anggota gerak bagian kanan tidak dapat digerakan. Riwayat penyakit sekarang Tn. M mengatakan ia mulai merasakan anggota gerak bagian kanan tidak dapat digerakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Tiga hari sebelumnya ia mengeluh kemeng-kemeng, bicara
ϲ
ϳ
pelo, kemudian klien dibawa oleh keluarga ke RSUD Gemolong dan mendapatkan penanganan awal dan pemeriksaan, klien didiagnosa Stroke. Klien kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tiba di IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta jam 10.00 WIB tanggal 30 Maret 2012, klien mendapatkan penanganan dengan terapi: Infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 60x/menit, respirasi 20x/menit dan suhu 360C. Klien
dianjurkan untuk rawat inap, kemudian klien dipindah ke
Ruang Anggrek II kamar 2D untuk dilakukan perawatan lanjut. Hasil pengkajian di Ruang Anggrek II tanggal 3 April jam 08.00 WIB, riwayat penyakit dahulu, klien sebelumnya pernah mondok di RSUD Gemolong karena pingsan tidak sadarkan diri di jalan secara tiba-tiba sekitar sebulan yang lalu. Klien
tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus
maupun asma. Klien juga mempunyai kebiasaan merokok kurang-lebih sudah 10 tahun dan suka mengkonsumsi kopi, klien mengatakan dianjurkan oleh dokter untuk berhenti dari kebiasaannya tersebut semenjak mondok pertama kali ketika klien jatuh pingsan dan saat ini klien tidak merokok dan mengkonsumsi kopi. Hasil pengkajian riwayat keluarga, klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti klien, dan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus maupun asma.
ϴ
Gambar.1 Genogram Keterangan : Laki-laki : Perempuan : Klien : Meninggal : Serumah : Menikah : Garis keturunan
Hasil pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon, pola nutrisi dan metabolisme, klien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk (tahu, tempe, ikan, daging, sayur, buah), setiap makan habis satu porsi makan, minum air putih kurang-lebih 5 gelas sehari, klien suka mengkonsumsi kopi dalam sehari klien minum kopi kurang lebih 2-3 gelas. Selama sakit klien makan 3 kali sehari dengan menu yang sudah disiapkan oleh rumah sakit, ia minum air putih dan minum teh 1 gelas sesudah makan, klien mengatakan selama makan saat mengunyah serasa makanan yang dikunyah menumpuk di mulut bagian kanan, disebabkan karena mulut klien mengalami perot ke kanan.
ϵ
Tabel.1 Pola aktifitas dan latihan Tn. M di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 3 April 2012 Kemampuan perawatan diri Makan /minum Toileting Berpakaian Mobilisasi tempat tidur Berpindah Ambulasi/ROM
0
1
2
3
4
¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Keterangan : 0: mandiri, 1: dibantu dengan alat, 2: dibantu dengan orang lain, 3: dibantu dengan alat dan orang lain, 4: ketergantungan total.
Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mengatakan bahwa ia dalam keadaan sadar penuh, cara komunikasi klien baik, tidak terdapat gangguan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan pengecapan. Selama sakit klien mengatakan masih sadar penuh, masih bisa mengintepretasikan lingkungan tetapi dalam hal mengutarakan secara verbal ia mengalami hambatan. Hasil pemeriksaan fisik, keadaan umum klien sedang, pemeriksaan Glasgow Coma Scale: Eyes 4 (membuka spontan), Verbal 5 (orientasi penuh namun perkataan sulit dimengerti karena pelo/bibir mengalami perot kearah kanan), Motorik, untuk ekstremitas kanan 6 (mengikuti perintah), pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah Tn. M 110/70 mmHg, nadi 70x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 360C. Mulut sedikit perot ke kanan, mengalami hipersekresi saliva, sedikit kotor, dan tidak ada sariawan atau stomatitis. Hasil pemeriksaan dada, untuk paru simetris antara kanan dan kiri, pengembangan paru kanan dan kiri sama, vocal fremitus kanan dan kiri sama, saat diperkusi bunyi paru sonor, dan saat diauskultasi suara napas vesikuler.
ϭϬ
Pemeriksaan jantung, saat diinspeksi ictus cordis tidak tampak, dan tidak teraba saat dipalpasi, bunyi pekak saat diperkusi, dan bunyi jantung I dan II murni, tidak ada suara tambahan. Hasil pemeriksaan ekstremitas, untuk ekstremitas atas, kekuatan otot kanan 1, otot kiri 5, capilary refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral hangat, terpasang infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit di tangan kiri, untuk ekstremitas bawah, kekuatan otot kanan 3, otot kiri 5, capilary refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan perabaan akral hangat. Hasil pengkajian saraf kranial terdapat masalah pada Nervus Cranial VII (Fasialis) dengan hasil adanya ketidaksimetrisan bibir atau perot ke kanan, cara pemeriksaannya
yaitu
minta
klien
tersenyum,
mengencangkan
wajah,
menggembungkan pipi, menaikan dan menurunkan alis mata, perhatikan kesimetrisannya, Nervus Cranial XI (Aksesorius) dengan hasil klien tidak mampu mengangkat bahu sebelah kanan, cara pemeriksaannya minta klien untuk mengangkat bahu dan kita tahan dan memalingkan kepala ke sisi yang ditahan pemeriksa secara pasif, hasil pemeriksaan fungsi saraf sensori terdapat nyeri superfisial, terjadi penurunan rangsangan pada anggota gerak kanan. Hasil pemeriksaan penunjang CT Scan tanpa kontras adalah infark di lobus temporoparientalis kiri. Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir pada tanggal 31 Maret 2012 tidak ada kelainan pada hasil laboratorium. Terapi: tanggal 3 April 2012 infus NaCl 0,9% 20tetes/menit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan, Sohobion 2 x 2ml untuk pencegahan dan penyembuhan kekurangan
ϭϭ
vitamin B1, B6, B12, Citicolin 2 x 250mg untuk memperbaiki aliran darah serebral termasuk stroke iskemik, Ranitidin 2 x 50mg untuk lambung.
B. Perumusan Masalah Keperawatan Mengacu pada pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan evaluasi tindakan. Prioritas diagnosa keperawatan yang utama adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, ditandai dengan anggota gerak bagian kanan klien tidak bisa digerakan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 1, kekuatan otot ekstremitas atas kiri 5, kekuatan ekstremitas bawah kanan 3, kekuatan otot ekstremitas bawah kiri 5, tingkat kemandirian 2 dengan aktivitas klien yang sebagian besar dibantu oleh orang lain karena klien mengalami kelemahan atau ketidakmampuan untuk bergerak.
C. Perencanaan Keperawatan Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan mobilisasi Tn. M teratasi dengan kriteria hasil kekuatan otot meningkat ekstremitas atas kanan dari 1 menjadi 2 dan ekstremitas bawah kanan dari 3 menjadi 4, tingkat kemandirian 0, klien tidak lemah.
ϭϮ
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan yaitu kaji kekuatan otot dan kemampuan kemandirian klien untuk mengidentifikasikan kekuatan otot agar dapat memberikan informasi mengenai pemulihan dan mengetahui tingkat kemandirian aktivitas klien, pantau tanda-tanda vital untuk memepertahankan tekanan darah secara konsisten, menurut alogaritma penatalaksanaan stroke dengan medikamentosa posisikan dengan head up 300 menurunkan tekanan arteri dan meningkatkan drainase serta meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral, ajarkan ROM aktif atau pasif untuk meminimalkan atrofi otot dan meningkatkan sirkulasi, kolaborasi dengan fisioterapi untuk membantu memulihkan kekuatan otot, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Sohobion 1ml, Citicolin 250mg, Ranitidin 50mg untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang terganggu. (Wilkinson, 2006)
D. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. M dapat dibaca pada tabel di bawah ini: Tabel.2 Implementasi keperawatan Tn. M di RSUD Dr. Moewardi Surakarta 3 – 5 April 2012 Hari/tanggal Selasa, 3 April 2012 08.30
No Dx 1
Implementasi
Ttd
-Mengkaji kekuatan S: klien mengatakan Niken otot ekstremitas. anggota gerak kanan tidak dapat digerakan. O: kekuatan otot ekstremitas atas: kanan 1, kiri 5, ekstremitas bawah: kanan 3, kiri 5.
Respon Klien
ϭϯ
08.35
1
-Mengkaji tingkat S: klien mengatakan Niken aktivitasnya dibantu kemandirian aktivitas. oleh istri. O: tingkat kemandirian 2.
08.40
1
-Memberikan terapi injeksi Sohobion 1ml, Citicolin 250mg, Ranitidin 50mg.
S: klien mengatakan Niken mau disuntik. O: tidak ada alergi dan tidak muntah.
08.45
1
-Mengajarkan ROM.
S: klien mengatakan anggota gerak bagian kanan tidak dapat Niken digerakan. O: ekstremitas atas kanan pasif, kiri aktif, ekstremitas bawah kanan pasif, kiri aktif.
09.00
1
-Memberikan posisi S: klien mengatakan yang nyaman (head up nyaman dengan 0 30 ). posisinya. Niken O: posisi klien tidur dengan kepala head up 300.
11.30
1
-Memonitor tanda vital.
1
-Mengkaji ulang S: klien mengatakan kekuatan otot dan anggota gerak bagian kanan masih lemah, Niken tingkat kemandirian. kaki sedikit dapat digerakan dan aktivitasnya dibantu oleh istri. O: kekuatan otot ekstremitas atas kanan 1, kiri 5, ekstremitas bawah kanan 4, kiri 5,
Rabu, April 08.00
4 2012
tanda- S: klien mengatakan tidak pusing. O: tekanan darah Niken 100/70 mmHg, nadi 70x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,60C.
ϭϰ
tingkat kemandirian 2. 08.15
1
-Memberikan terapi injeksi Sohobion 1ml, Citicolin 250mg, Ranitidin 50mg.
S: klien mengatakan mau disuntik. O: tidak ada alergi dan Niken tidak muntah.
08.30
1
-Mengajarkan ROM.
S: klien mengatakan anggota gerak kanan masih sulit untuk Niken digerakan, tetapi untuk kaki kanan sedikit dapat digerakan. O: ekstremitas atas kanan pasif, kiri aktif, ekstremitas bawah kanan aktif, kiri aktif.
09.00
1
-Memberikan posisi S: klien mengatakan yang nyaman (head up nyaman dengan 0 Niken 30 ). posisinya. O: posisi klien tidur dengan kepala head up 300, tangan diganjal bantal.
10.00
1
-Berkolaborasi dengan S: klien mengatakan fisioterapi. sudah bisa menggerakan sedikit Niken demi sedikit anggota gerak kanannya meskipun dengan bantuan tangan yang sehat. O: tangan kanan digerakan dengan bantuan tangan kiri yang sehat, kaki kanan dapat digerakan namun tidak dapat menahan beban.
12.00
1
-Memonitor tanda vital.
tanda- S: klien mengatakan tidak pusing.
ϭϱ
O: tekanan darah Niken 100/70mmHg, nadi 72x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 360C. Kamis, 5 April 2012 08.00
1
-Mengkaji ulang S: klien mengatakan kekuatan otot dan tangan kanan masih lemah, kaki kiri sudah Niken tingkat kemandirian. dapat bergerak sedikit demi sedikit namun pergerakannya lambat, aktivitasnya dibantu oleh istri dan keluarga. O: kekuatan otot ekstremitas atas kanan 2, kiri 5, ekstremitas bawah kanan 4, kiri 5, dan tingkat kemandirian 2.
08.30
1
-Memberikan terapi injeksi Sohobion 1ml, Citicolin 250mg, Ranitidin 50mg.
08.40
1
-Memberikan yang nyaman.
08.50
1
-Memberikan motivasi kepada keluarga untuk tetap melatih ROM kepada klien di rumah.
11.00
posisi S: klien mengatakan nyaman dengan posisinya. O: posisi klien dengan tidur setengah duduk. Niken S: keluarga klien mengatakan akan tetap melatih dan merawat klien saat di rumah. O: klien rencana Niken pulang.
tanda- S: klien mengatakan tidak pusing dan keadaannya sudah sedikit membaik. O: tekanan darah Niken 110/70mmHg, nadi 70x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 360C.
-Memonitor tanda vital.
S: klien mengatakan mau disuntik. O: tidak ada alergi dan Niken tidak muntah.
ϭϲ
E. Evaluasi Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2012 jam 12.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang dihasilkan adalah klien mengatakan anggota gerak bagian kanan masih belum dapat digerakan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 1, ekstremitas atas kiri 5, ekstremitas bawah kanan 3, ektremitas bawah kiri 5, klien lemah, tingkat kemandirian aktifitas 2, dengan masalah belum teratasi dan lanjutkan seluruh dari intervensi: kaji ulang kekuatan otot dan tingkat kemandirian, posisikan head up 300 ketika klien tidur, ajarkan ROM, kolaborasi dengan fisioterapi. Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012 jam 11.30 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang dihasilkan adalah klien mengatakan anggota gerak bagian kanan sudah dapat sedikit digerakan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 1, ekstremitas atas kiri 5, ekstremitas bawah kanan 4, ektremitas bawah kiri 5, klien sedikit lemah, tingkat kemandirian aktifitas 2, dengan masalah belum teratasi dan lanjutkan seluruh dari intervensi: kaji ulang kekuatan otot dan tingkat kemandirian, posisikan head up 300 ketika klien tidur, ajarkan ROM, kolaborasi dengan fisioterapi. Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Kamis, 5 April 2012 jam 12.00 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang dihasilkan adalah klien mengatakan anggota gerak bagian kanan sudah mulai dapat sedikit demi sedikit digerakan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 2, ekstremitas atas kiri 5, ekstremitas bawah kanan 4, ektremitas bawah kiri 5, klien masih sedikit lemah,
ϭϳ
tingkat kemandirian aktifitas 2, dengan masalah teratasi, klien rencana pulang dan motivasi keluarga untuk tetap melatih ROM kepada klien di rumah. Tabel.3 Evaluasi perkembangan tingkat aktifitas dan latihan Tn. M di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada tanggal 3-5 April 2012 Kemampuan aktifitas
3/4/12
4/4/12
5/4/12
Makan/minum
2
2
2
Toileting
1
1
1
Berpakaian
2
2
2
Mobilisasi ditempat tidur Berpindah Ambulasi/ROM
2 2 2
0 2 2
0 2 2
Keterangant: 0: mandiri, 1: dibantu dengan alat, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu alat dengan orang lain, 4: ketergantungan total.
ϭϴ
Tabel.4 Evaluasi perkembangan kekuatan otot Tn.M Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada tanggal 3-5 April 2012 Kekuatan otot
3/4/12
4/4/12
5/4/12
Ektremitas atas a. kanan b. kiri
1 5
1 5
2 5
Ekstremitas bawah a. kanan b. kiri
3 5
4 5
4 5
Keteranga: 1: paralisis sempurna, 2: tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi/dilihat, 3: gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan, 4: gerakan yang normal melawan gravitasi, 5: gerakan yang normal melawan gravitasi dan kekuatan tahanan minimal.
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 di Ruang Anggrek II RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan pada aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri tahap pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan,
pelaksanaan
tindakan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik dengan Stroke Non Hemoragik, pengkajian dilakukan dengan cara autoanamnese dan alloanamnese, mulai dari biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pola kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik terutama saat dilakukan pengkajian keluhan utama adalah mengeluh anggota gerak bagian kanan tidak bisa digerakan atau hemiparese dextra. Sekitar 50% dari penderita stroke yang mengalami kelumpuhan separuh badan dan gejala berat lainnya, bisa kembali memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Mereka bisa berpikir dengan jernih dan berjalan dengan baik, meskipun penggunaan lengan atau tungkai yang terkena agak terbatas. Sekitar 20% penderita stroke meninggal di rumah sakit. (Dewi, 2011). Gejala-gejala serangan stroke pada seseorang dapat dikenali antara lain seperti tiba-tiba lemah (lumpuh) pada satu sisi tubuh (sisi kiri atau kanan), rasa baal dan
ϭϴ
ϭϵ
kesemutan pada satu sisi tubuh, pandangan gelap, bila melihat ada bayangan (melihat dobel), tiba-tiba tidak dapat berbicara, pelo, mulut jadi mengot (miring ke kanan atau kiri), tiba-tiba perasaan mau jatuh saat akan berjalan, kadangkadang disertai pusing terasa berputar, mual-mual dan muntah, sakit kepala, atau kesadaran tiba-tiba menurun. (Virzara, 2007) Lesi-lesi neuron motorik atas dapat melibatkan korteks motor, kapsul internal, medula spinalis dan struktur-struktur lain pada otak dimana sistem kortikospinal menuruninya, jika neuron motorik atas rusak atau hancur sering menyebabkan stroke, paralisis (kehilangan gerakan yang disadari). Pengaruh hambatan dari neuron motorik atas utuh pada keadaan ini mengalami kerusakan, gerakan refleks (tidak disadari) tidak dihambat, akibatnya otot tidak atrofi atau menjadi lumpuh, tetapi sebaliknya, tetap lebih tegang secara permanen daripada normal dan menunjukan paralisis spastik. Paralisis dihubungkan dengan lesi-lesi neuron motorik atas dan biasanya mempengaruhi seluruh ekstremitas, kedua ekstremitas, atau separuh bagian tubuh. (Smeltzer, 2002) Ketidakmampuan dalam mobilisasi merupakan penyebab utama klien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasanya contoh aktivitas sehari-hari (ADL). Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif. Individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakitkhususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
ϮϬ
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. (Wahit, 2007) Pemeriksaan penyakit sekarang ditemukan klien mengeluh kemengkemeng, kesemutan dan mati rasa pada anggota gerak kanan. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati dan sesuai dengan keadaan anatomi yang terganggu. Kerusakan otak akibat lesi yang luas mencakup hilangnya sensasi, yang mempengaruhi seluruh sisi tubuh, dan neuropati yang dihubungkan dengan penggunaan alkohol dengan penyebaran seperti sarung tangan dan kaos kaki. (Smeltzer, 2002: 2096). Hasil pemeriksaan ditemukan juga cara bicara klien pelo ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti. Kehilangan komunikasi, fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Gangguan tersebut disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. (Smeltzer, 2002) Riwayat penyakit dahulu ditemukan adanya sudah 10 tahun klien merokok dan suka mengkonsumsi kopi. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Semua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit berbahaya seperti jantung dan stroke. (Virzara, 2007) Pemeriksaan penunjang yang mendukung tegaknya diagnosa adalah pada pemeriksaan radiologi CT Scan karena untuk memperlihatkan adanya edema,
Ϯϭ
hematoma, iskemia, dan adanya infark. (Ratna, 2011). Hasil ditemukan infark di lobus temporoparientalis kiri yang dapat memperkuat penegakan diagnosis. Hasil pemeriksaan pengkajian saraf kranial terdapat kelainan pada Nervus Cranial VII (fasialis) dibuktikan dengan adanya ketidaksimetrisan bibir/perot kearah kanan. Nervus fasialis, atau saraf ke VII, merupakan saraf motorik, yang menginervasi otot-otot ekspresi wajah. Saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah dan air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung. (Lumbantobing, 2004). Kelainan pada Nervus Cranial XI (aksesories) dibuktikan dengan klien tidak mampu mengangkat bahu sebelah kanan, gangguan pada saraf ke XI dapat terjadi karena lesi supranuklir, nuklir atau infranuklir. Lesi supranuklir (sentral, upper motor neuron) dapat terjadi karena kerusakan di korteks, atau traktus piramidalis (di kapsula interna dan batang otak), misalnya oleh gangguan peredaran darah (stroke). (Lumbantobing, 2004) Diagnosa keperawatan yang diangkat penulis adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Pengertian dari gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. (NANDA, 2009). Diagnosa tersebut diangkat sebagai diagnosa utama karena merupakan faktor utama yang membuat pasien mengalami berbagai macam gangguan dalam melakukan aktivitas, istirahat, pola makan, dan melakukan kegiatan mobilisasi, sehingga gangguan mobilitas merupakan tersangka utama yang membuat klien mengalami gangguan tidak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan keadaan normal. Ini dibuktikan
ϮϮ
dengan adanya keluhan utama yang mengungkapkan secara verbal tentang gangguan mobilitas. (NANDA, 2009) Pengangkatan diangnosa ini juga didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dasar klien tentang mobilitas fisik. Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif. Individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit-khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. (Wahit, 2007) Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (jelas), Measureable (dapat diukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, yang dilakukan oleh penulis adalah gangguan mobilitas teratasi dengan kriteria hasil: melaporkan peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas kanan menjadi 2, ekstremitas bawah kanan menjadi 4, klien tidak lemah, mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Perencanaan keperawatannya sesuai dengan manajemen penatalaksanaan gangguan mobilitas, yaitu: Kaji kekuatan otot untuk mengidentifikasi kekuatan otot agar dapat memberikan informasi mengenai pemulihan, kaji kemampuan aktivitas untuk mengetahui tingkat kemandirian aktivitas klien, penatalaksanaan alogaritma
Ϯϯ
dengan medikamentosa head up 300 untuk menurunkan tekanan arteri dan meningkatkan drainase serta meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral, ajarkan ROM pasif atau aktif untuk meminimalkan atrofi otot dan meningkatkan sirkulasi, berkolaborasi dengan fisioterapi untuk membantu memulihkan kekuatan otot, dan berkolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
program
terapi
untuk
menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang terganggu. (Wilkinson, 2006) Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis adalah mengkaji kekuatan otot, kekuatan otot ekstremitas didefinisikan sebagai kekuatan otot ekstremitas penderitan stroke non hemoragik yang telah melewati penyakitnya, pengukuran dilakukan pada awal (sebelum dilakukan fisioterapi) dan pada akhir (sesudah dilakukan fisioterapi). Selisih kekuatan otot (“K) dinilai dengan skor 0 sampai dengan 5. Skor 0 – 5 merupakan skor penilaian kekuatan otot ekstremitas yaitu: 0 jika tidak timbul kontraksi otot, lumpuh total, 1 jika timbul sedikit kontraksi otot, 2 jika terdapat gerakan, tetapi gerakan tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi), 3 jika dapat melakukan gerak melawan gaya berat (gravitasi) tanpa mampu melawan tahanan, 4 jika dapat melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang, 5 jika dapat melawan gravitasi dan tahanan penuh, tidak ada kelumpuhan. (Muhammad, et.al, 2010) Mengkaji kemampuan aktivitas, gerak fungsional merupakan gerak yang harus distimulasi secara berulang-ulang supaya terjadi gerakan yang terkoordinasi secara disadari serta menjadi refleks secara otomatis berdasarkan ketrampilan aktivitas sehari-hari (AKS). Latihan pergerakan bagi klien stroke merupakan prasarat bagi tercapainya kemandirian klien, karena latihan akan membantu secara
Ϯϰ
berangsur-angsur fungsi tungkai dan lengan kembali atau mendekati normal, dan memberi kekuatan pada klien tersebut untuk mengontrol kehidupannya. (Irdawati, 2012). Memberikan terapi injeksi sesuai program dokter, jika pada menit pertama sampai beberapa jam setelah terjadi iskemik pada stroke akut, sel-sel neuron otak segera mengalami kerusakan. Bila tidak mendapatkan pengobatan yang optimal, maka kerusakan sel-sel neuron otak tersebut akan berlangsung terus sehingga mengakibatkan kerusakan yang permanen pada sel-sel neuron otak yang disebut sebagai infark. (Marwatal, 2005) Mengajarkan Range of Motion (ROM), latihan ROM berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional, namun tidak berpengaruh terhadap luas gerak sendi. Dalam analisis multivariat, ditemukan bahwa variable perancu: umur, frekuensi dan jenis stroke tidak berhubungan dengan kemampuan fungsional. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa baik itu latihan ROM yang dilakukan 4 kali sehari maupun latihan ROM yang diberikan hanya 1 kali sehari sama-sama berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fungsional. (Maria, et.al, 2011) Memberikan posisi yang nyaman (head up 300) dan rileks untuk meningkatkan kenyamanan, menurunkan tekanan arteri dan meningkatkan drainase serta meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral, memberikan kesempatan beristirahat klien. (Potter, 2005). Memonitor tanda-tanda vital, penderita stroke tekanan darahnya harus diturunkan dan dipertahankan secara konsisten pada tekanan yang dapat diterima penderita dan tidak sampai
Ϯϱ
menyebabkan terjadinya iskemik otak, yaitu antara 120-140/80-85 mmHg. (Iskandar, 2009) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diperoleh hasil evaluasi klien mengatakan anggota gerak bagian kanan sudah mulai dapat sedikit demi sedikit digerakan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 2, ekstremitas atas kiri 5, ekstremitas bawah kanan 4, ektremitas bawah kiri 5, klien masih sedikit lemah, tingkat kemandirian aktifitas 2, dengan masalah teratasi, klien rencana pulang dan motivasi keluarga untuk tetap melatih ROM kepada klien di rumah.
B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn. M, maka penulis menyimpulkan berdasarkan studi kasus sebagai berikut : a.
Hasil pengkajian pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik adalah anggota bagian kanan tidak dapat digerakan atau terjadi kelemahan.
b.
Perumusan diagnosa keperawatan pada klien stroke non hemoragik yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
c.
Perencanaan asuhan keperawatan yang dapat dibuat pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik antara lain: kaji kekuatan otot, kaji tingkat kemandirian aktivitas, berikan posisi yang nyaman (head up 300), ajarkan ROM aktif atau pasif, kolaborasi dengan fisioterapi, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat.
Ϯϲ
d.
Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien gangguan mobilisasi adalah mengkaji kekuatan otot, mengkaji tingkat kemandirian aktivitas, memberikan terapi injeksi sesuai program, mengajarkan ROM, memberikan posisi yang nyaman (head up 300), berkolaborasi dengan fisioterapi, memonitor tanda-tanda vital.
e.
Evaluasi keperawatan menunjukan peningkatan kekuatan otot dan masalah teratasi.
2. Saran a. Penulis Bagi penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada penderita stroke yang lebih berkualitas. b. Rumah Sakit Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan Rumah Sakit khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan dan klien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien stroke pada khususnya diharapkan di rumah sakit mampu menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kesembuhan pasien. c. Profesi Keperawatan Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada klien stroke yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010. Angka Kejadian Stroke Di Dunia.http://medicastore.com/stroke.htmldi akses tanggal 13 April 2012.
AurynVizara, (2007), Mengenal & Memahami Stroke, penerjemah Abdul Qadir, Penerbit Katahati, Jogjakarta.
Doenges Marilynn E, Moorhaouse Mary Frances,(2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Penerjemah I Made Kariasa, S.Kp, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Irdawati, 2012. Pengaruh Latihan Gerak Terhadap Keseimbangan Pasien Stoke Non Haemoragik. Jurnal Kesehatan Masyarakat. http://journal.unnes.ac.id/indek.php/kemas diakses tanggal 9 April 2012.
Junaidi Iskandar, (2009), Rahasia Hidup Sehat & Panjang Umur, Penerjemah Dinar Tanama, Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Lumbangtobing, (2004), Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik Dan Mental, penerjemah Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D, dkk, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Marwatul Hutadjulu, 2005. Studi Literatur Perbandingan Penatalaksanaan Stroke di Unit Stroke dengan Bangsal Umum SMF RSUP Fatmawati Jakarta. Berkala Ilimah Kesehatan Fatmawati, Edisi Vol 6 No.15. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=stroke%3Bjournal+pdf di akses tanggal 15 April 2012.
Maria astrid, Elly Nurachmah, Budiharto, 2011. Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint Carolus Jakarta. J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol I No.4. http://stroke.ahajournal.org diakses tanggal 9 April 2012.
Muhammad Hayyi Wildani, Ika Rosdiana, Ken Wirasstuti, 2010. Pengaruh Fisioterapi Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Penderita Stroke Non Haemoragik, http://www.stroketherapy.co.org/articles_health.detail.php? Diakses tanggal 15 April 2012.
MIMS Indonesia, (2010), Petunjuk Konsultasi 2009-2010, Edisi 9, Penerjemah dr. Arlina Pramudianto, dkk, Penerbit CMPMedica Drug References Worldwide.
Mubarak, Wahit Iqbal, (2007), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi dalam Praktik, Penerjamah Eka Anisa Mardella, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
NANDA Internasional, (2010), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2010, Penerjemah Made Sumarwati, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Potter Perry, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Penerjemah Renata Komalasari, S.Kp, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Pudiastuti Ratna Dewi, (2011), Penyakit Pemicu Stroke: Dilengkapi dengan Posyandu Lansia dan Posbindu PTM, Penerbit Nuha medika, Yogyakarta.
Sandina
Dewi, (2011), 9 Penyakit Mematikan Mengenali Tanda & Pengobatannya, Penerjemah Lara Roselina, Penerbit Smart Pustaka, Yogyakarta.
Smeltzer Suzanne C, Bare Brenda G, (2002), Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Volume 3, Edisi 8, Penerjemah dr. Andry Hartono, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Wilkinson, Judith M, (2006), Buku Saku Diagnosa keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Widyawati, S.Kep, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: NIKEN LARAS GRAY KUSUMA
Tempat, tanggal lahir : Kediri, 03 Juni 1991 Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat rumah
: Jurang Jero Kidul RT 18/05, Karang Malang, Sragen
Riwayat pendidikan : TK Pertiwi Saradan
Lulus tahun 1997
SD N Jurang Jero I
Lulus tahun 2003
SMP N Karang Malang II
Lulus tahun 2006
SMK Kasatriyan Kraton Surakarta Lulus tahun 2009 STIKES Kusuma Husada Surakarta Riwayat organisasi
: Osis Pramuka