i
STRES KERJA DI KALANGAN STAF PERPUSTAKAAN: STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Skripsi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh
Elsavani Prima Putri NIM : ( 105025001013)
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
STRES KERJA DI KALANGAN STAF PERPUSTAKAAN: STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh :
Elsavani Prima Putri NIM : ( 105025001013)
Di Bawah Bimbingan
Ida Farida, MLIS NIP. 19700407 200003 2 003
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
i
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRES KERJA DIKALANGAN STAF PERPUSTAKAAN: STUDI KASUS di PERPUSTAKAAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan. Jakarta, 5 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA NIP. 19530319 199504 1 001
Penguji
Mukmin Suprayogi, M.Si NIP. 19620311999031001
Sekretaris
Pungki Purnomo, MLIS NIP. 19641215 199903 1 005
Pembimbing
Ida Farida, MLIS NIP. 19700407 200003 2 003
iii
ABSTRAK ELSAVANI PRIMA PUTRI Stres Kerja di Kalangan Staf Perpustakaan: Studi Kasus di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur. Skripsi ini membahas tentang “Stres Kerja di Kalangan Staf Perpustakaan: Studi Kasus di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur”. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan informasi dan pemahaman tentang gejala stres kerja yang disebabkan karena stres dan hal-hal apa saja yang dianggap menjadi sumber stres oleh staf perpustakaan sehubungan dengan pekerjaan. Metode penelitian ini dilakukan melalui penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan September-Oktober 2009. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode wawancara kepada staf perpustakaan di tiap bagian/unit dan obserasi dengan melakukan pengamatan langsung. Populasi penelitian 30 orang staf yang di tetapkan 15 orang staf perpustakaan masing-masing bagian pengadaan 5 orang, pengolahan 5 orang dan pelayanan 5 orang. Adapun sampel yang menggunakan teknik Stratified Random Sampling Masing-masing Bagian/ unit kerja responden yang diwawancara adalah bagian pengadaan 5 (lima) orang, bagian pengolahan 5 (lima) orang, dan bagian pelayanan 5 (lima) orang di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur. Apabila populasi menunjukkan sifat berstrata setiap unit harus diketahui secara pasti jumlah anggotanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala keluhan fisik yang disebabkan karena stres antara lain: terpikir untuk pindah kerja, mudah menyalahkan orang lain, mudah bermusuhan dan menyerang, gugup, ide kreatif tidak berkembang, acuh dan mendiamkan orang lain, mudah lupa, sulit berkonsentrasi, kepercayaan menurun, dan daya ingat menurun mengenai hal-hal yang dapat menjadi sumber stres keja pada staf perpustakaan. Selanjutnya sumber stres kerja di lingkungan perpustakaan dalam penelitian ini meliputi: 1) Beban kerja yang berlebihan 2) Beban kerja yang rendah 3) Pekerjaan yang harus diselesaikan dibawah tekanan waktu 4) Hubungan dengan rekan kerja 5) Hubungan dengan pemakai perpustakaan 6) Hubungan dengan masyarakat di luar perpustakaan 7) Kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf 8) Kondisi fisik lingkungan kerja. Faktorfaktor yang dianggap menjadi sumber stres kerja oleh responden dalam penelitian ini adalah : beban kerja yang rendah, pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu, kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf, dan kondisi fisik lingkungan.
i
iv
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir kuliah (Skripsi) tepat pada waktunya. Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mengambil judul tentang “Stres kerja di kalangan staf perpustakaan : studi kasus Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur” yang merupakan hasil penelitian selama penulis melakukan kegiatan penelitian yang dilakukan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur’. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan pengalaman lebih bagi penulis didalam mengetahui dunia perpustakaan demi menunjang pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Serta memberikan sumbangsih terhadap perpustakaan yang dilakukan penelitian serta memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait. Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang mendukung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan dan kesabaran dalam berbagai aktifitas yang penulis lakukan. 2. Kepada Bapak Dr. Abd. Chair, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
ii
v
3. Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. 4. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku
Sekretaris Jurusan
Ilmu
Perpustakaan. 5. Kedua orang tua (Mami dan Papi), kakak-kakak (Uni Vivi, Kak Edy, Kak Ewit, Kak Susan, Mas Eka, Teteh Riri) dan ponakan-ponakan (Muli, Vina, Zyan, Zalfa dan Ezy) Saudaraku tercinta satu jurusan (Meta dan Melly) beserta keluarga besar saya yang lain selalu mendukung dalam pengerjaan penulisan laporan ini. 6. Ibu Ida Farida, MLIS selaku pembimbing skripsi yang sudah begitu baik mencurahkan ilmunya dan bersedia
meluangkan waktunya untuk
membimbing saya sampai terselesaikan skripsi ini. 7. Ibu Siti Maryam selaku dosen pembimbing Akademik yang sudah mencurahkan waktunya untuk ACC judul skripsi saya. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah banyak memberikan ilmu yang berharga terhadap penulis. 8. Seluruh staf di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur terutama kepala perpustakaan Bapak Drs.G.Jannen H. Napitupulu, M.Si dan Kasub Kepegawaian kepada Bapak Muhammad Suganda, SH senantiasa membantu saya. 9. Seluruh teman-teman di UIN terutama jurusan ilmu perpustakaan angkatan 2005 yang sangat penulis sayangi Mahda, Dwi, Mutya, Hasanah, Yayah, Imas, Nunung, Nining, Badriah, Erna, Dyta, Yulmawan, Nasrullah, Eka,
iii
vi
Rohim, Ardian dan Davi, Agus, Dewi, Widi, Liza, Irfan, Kahfi, Zaky. Thank you so much karena telah menjadi teman dan sahabat penulis baik senang maupun duka karena masa-masa bersama kalian tidak akan terlupakan and “I Love You So Much”. 10. Senior Angkatan 2004, 2006-bawah yang saya kenal yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan terima kasih sudah banyak mengenal saya. 11. Untuk sahabatku tersayang di rumah Dhika, Noni, Icha, Anggi, Kartika, Riri, Indah, Kiki. Anak-anak Canassta (Jaky, Fiky, Yogi, Farid, Iqbal, Risto, Icun, Nyoman, Adit). Thanks atas segala dukungannya. 12. Temen-temen SMA dan seseorang yang menyempatkan waktunya untuk membantu dan mendukung sampai skripsi ini selesai. 13. Semua pihak yang ikut terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas segala dukungannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembacanya. Wassalamualaikum Wr. Wb Jakarta, Maret 2010
Penulis
iv
vii
DAFTAR ISI
Abstrak. ......................................................................................................
i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii Daftar Isi .................................................................................................... v Daftar Tabel .............................................................................................. viii BAB I. Pendahuluan A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian........................................................................... 7 E. Metode Penelitian ........................................................................... 8 1. Tipe Penelitian .......................................................................... 8 2. Pendekatan Penelitian ............................................................... 8 3. Populasi dan Sampel ................................................................. 9 4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 9 5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 10 F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 11 BAB II. Tinjauan Literatur A. Pengertian Perpustakaan Umum .................................................... 13 B. Pengertian Stres .............................................................................. 14 C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stres ....................................... 16 1. Faktor Lingkungan .................................................................... 16
v
viii
2. Faktor Organisasi ...................................................................... 17 3. Faktor Individu .......................................................................... 19 D. Pengertian Stres Kerja ..................................................................... 19 E. Sumber Stres Kerja ......................................................................... 22 1. Beban Kerja ............................................................................... 22 2. Peran Kerja ................................................................................ 24 3. Kurangnya Dukungan Sosial .................................................... 25 F. Gejala Stres Kerja ........................................................................... 27 G. Sumber Stres Kerja di Perpustakaan .............................................. 29 BAB III. Tinjauan Umum Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur A. Sejarah Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jak-Tim ........ 35 B. Visi dan Misi .................................................................................. 37 1. Visi .......................................................................................... 37 2. Misi ......................................................................................... 37 C. Sumber Daya Manusia .................................................................... 38 1. Organisasi ................................................................................ 38 2. Ketenagaan. ............................................................................. 40 D. Tugas dan Fungsi .......................................................................... 40 1. Tugas ......................................................................................... 40 2. Fungsi ........................................................................................
vi
41
ix
BAB IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian A. Profil Responden ...........................................................................
42
1. Latar Belakang Responden ........................................................
43
2. Unit Kerja Responden. ............................................................... 43 3. Cita-cita Responden ..................................................................
44
4. Alasan suka/senang deng profesi pekerjaannya.......................... 46 B. Gejala Keluhan Fisik yang disebabkan karena stres ...................... 47 C. Sumber-Sumber Stres Kerja pada Staf Perpustakaan ..................... 48 1. Beban Kerja yang Berebihan .................................................... 48 2. Beban Kerja yang Rendah ......................................................... 51 3. Pekerjaan yang Harus Diselesaikan di bawah Tekanan Waktu.. . 53 4. Hubungan dengan Rekan Kerja ................................................ 55 5. Hubungan dengan Pemakai Perpustakaan ................................ 56 6. Hubungan dengan Masyarakat di Luar Perpustakaan ............... 57 7. Kebijaksanaan mengenai Kesejahteraan & Pengembangan Staf...58 8. Kondisi Fisik Lingkungan Kerja ............................................... 61 BAB V. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ................................................................................... 63 B Saran .............................................................................................. 65 Daftar Pustaka . .......................................................................................... 66 Lampiran ...................................................................................................
vii
x
DAFTAR ILUSTRASI
Gambar 1: Struktur Organisasi .................................................................................... 39 Table 1: Latar Belakang Berdasarkan Umur dan Lama Bekerja ................................ 43 Tabel 2 : Unit Kerja Responden .................................................................................. 43 Tabel 3 : Cita-cita Sebelum Bekerja Di Perpustakaan ................................................ 44 Tabel 4: Alasan suka/senang Dengan Profesi Pekerjaan ............................................ 46 Tabel 5 : Gejala Keluhan Fisik Karena Stres .............................................................. 48 Tabel 6 : Beban Kerja Yang Berlebihan (work overload) .......................................... 50 Tabel 7: Beban Kerja Yang Rendah (work underload) ............................................... 52 Tabel 8 : Pekerjaan Yang Harus Di Selesaikan Di Bawah tekanan Waktu ................ 54 Tabel 9 : Hubungan Dengan Rekan Kerja .................................................................. 55 Tabel 10 : Hubungan Dengan Pemakai ....................................................................... 57 Tabel 11 : Kebijaksanaan Mengenai Kesejahteraan dan Pengembangan Staf ............ 58 Tabel 12 : Kondisi Fisik Lingkungan .......................................................................... 61
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bekerja merupakan hakikat kehidupan manusia. Salah satu tujuan dari bekerja tersebut adalah untuk mendapatkan imbalan yang berguna sebagai penunjang kebutuhan hidup seseorang maupun keluarganya. Dalam bekerja, karyawan terkadang mengalami stres. Lingkungan pekerjaan sangat berpotensi untuk menimbulkan stres sehingga dapat menurunkan motivasi kerja karyawan. Dalam kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginankeinginan dengan kenyataan-kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan
oleh
kekurangan
pengertian
manusia
akan
keterbatasan-
keterbatasannya sendiri (Anoraga, 2006: 107). Menurut Khan dkk. Stres yang timbul karena ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan kurang memiliki kepercayaan diri, rasa diri tidak berguna, rasa harga diri yang menurun, depresi, motivasi rendah untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan detak nadi, dan kecenderungan untuk meninggalkan pekerjaan (Sunyoto, 2001: 392). Dua sumber utama stres kerja yaitu tekanan kerja dan kurangnya dukungan sosial. Stres kerja internal yaitu segala peristiwa maupun hal-hal yang dialami individu yang terjadi di lingkungan pekerjaan. Lingkungan pekerjaan mencakup tugas-tugas, interaksi antar individu, dan lingkungan fisik tempat kerja.
1
2
Stres kerja eksternal adalah segala peristiwa maupun kondisi yang serba tidak menentu yang melingkupi diri karyawan di luar lingkungan pekerjaan, misalnya masalah keuangan, masalah dengan keluarga, hingga masalah yang timbul sehubungan dengan kondisi perekonomian yang tidak stabil. Pengelompokkan stres kerja internal yang dilakukan berdasarkan kesamaan yang terjadi di lingkungan pekerjaan. Terdapat empat stres kerja, yaitu (1) beban kerja (work load), yaitu pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu dan dapat menimbulkan tekanan dalam diri karyawan selama penyelesaian tugas, (2) peran kerja (work role), yaitu pola perilaku yang diharapkan lingkungan kerja atasan, rekan kerja, maupun klien atau (dalam hal ini) pengguna, (3) kurangnya dukungan sosial, yaitu kondisi kurang terjalinnya kerja sama dan hubungan antar individu yang memungkinkan karyawan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dalam kondisi kerja yang kondusif, (4) lingkungan kerja, baik secara fisik (misalnya suhu dan kelembaban udara) maupun psikologis (misalnya jaminan kerja, gaji, gangguan-gangguan atau interupsi selama bekerja). Keempat aspek stres ini paling banyak ditemukan dalam dunia kerja. Beban kerja yang berat juga tidak perlu harus menjadi satu sumber stres banyak orang melakukan sejumlah besar pekerjaan dan bekerja sepanjang waktu. Pada akhirnya merasa bosan atas pekerjaan tidak harus sama dengan yang mengalami stres.
3
Stres kerja dapat memberikan dampak negatif sebagai berikut : 1. Konsekuensi fisiologis, seperti perubahan metabolisme, peningkatan denyut jantung dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, sakit kepala, penyakit jantung, dan sebagainya. 2. Konsekuensi tingkah laku, seperti munculnya perubahan tingkat produktivitas, absensi, nafsu makan, konsumsi alkohol, konsumsi obat-obatan, merokok, gangguan tidur, seringkali gelisah, dan sebagainya. 3. Konsekuensi psikologis, seperti ketegangan kerja, cemas, sensitif atau mudah tersinggung, kejenuhan, muncul rasa tidak puas, dan sebagainya (Sunyoto, 2001: 373). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, NIOSH (National Institute for Occupational) melihat bahwa kondisi kerja memainkan peran utama dalam pekerjaan menyebabkan stres. Namun, peran individu tidak diabaikan. Menurut NIOSH melihat, terpapar stres kondisi kerja dapat langsung berpengaruh pada keselamatan dan kesehatan pekerja. Pada tahun 1996, The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menetapkan bahwa 40% staf yang bekerja di perpustakaan bisa beresiko sangat tinggi terhadap stres. Schneider menyatakan bahwa staf perpustakaan juga dapat mengalami stres sehubungan dengan pekerjaannya, walaupun dengan alasan dan tingkat yang berbeda dengan bidang-bidang pekerjaan lain (Schneider, 1991: 387). Staf perpustakaan memiliki potensi terkena stres kerja karena cakupan tugas yang dimilikinya. Tugas tersebut meliputi tugas yang bersifat psikomotorik seperti penyimpanan arsip, shelfing, perawatan buku, dan sebagainya, hingga
4
tugas-tugas yang bersifat kognitif intelektual seperti pengolahan bahan pustaka, bagian pengadaan, bagian pelayanan dan pengklasifikasian, memasukkan data katalog ke program CDS-ISIS, dan sebagainya. Schneider menguraikan faktor-faktor sebagai sumber-sumber penyebab stres diantara staf perpustakaan yaitu kurangnya otonomi, kurangnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, tidak ada atau kurangnya umpan balik yang positif, stres peranan, dan tugas-tugas yang membosankan serta berulang-ulang. Contoh misalnya seperti pada staf bagian teknis di suatu perpustakaan dapat mengalami stres yang disebabkan oleh tempat atau ruang kerja yang penuh dan kacau oleh peralatan kerja, bahan pustaka yang belum diolah, komputer, dan lain-lain. Juga contohnya pada staf bagian pelayanan yang dapat mengalami stres karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekanan untuk selalu bersikap ramah, vandalisme, dan adanya gangguan dari anggota masyarakat (Schneider, 1991: 388). Menurut Caputo sumber-sumber stres yang ada di semua jenis perpustakaan, yaitu adanya stereotype staf perpustakaan, adanya pertanyaan rujukan yang harus dijawab dengan cepat, penyensoran, tugas-tugas klerikal, masalah peralatan kerja, pencurian dan perusakan bahan pustaka, kurangnya perhatian terhadap pengembangan koleksi, adanya tugas-tugas lain yang harus dilaksanakan (biasanya pada staf perpustakaan sekolah) dan masalah dana (Caputo, 1991: 62). Menurut Caputo juga menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja, baik rekan kerja dalam satu bagian maupun rekan kerja di bagian lain,
5
menyebabkan kerjasama juga dapat terjalin dengan baik. Hubungan dan kerjasama yang baik akan mencegah timbulnya stres kerja bagi staf perpustakaan (Caputo, 1991: 48). Faktor-faktor yang dapat menjadi sumber stres di lingkungan perpustakaan sebagai berikut: rendahnya kepuasan kerja, tuntutan kerja tinggi dengan tingkat pengawasan rendah, beban kerja lebih atau kurang yang diukur dari alokasi waktu yang diberikan, tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, karakteristik pekerjaan (perubahan dalam bidang teknologi), manajemen organisasi yang buruk, serta tidak adanya umpan balik yang positif. Dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menimbulkan stres kerja adalah (1) lingkungan, (2) organisasi, seperti interaksi dengan atasan dan rekan kerja, pemberian tugas, dan (3) individual, seperti masalah keluarga, kondisi kesehatan yang tidak baik. Pembagian stres ini sangat umum dan kompleks. Oleh karena itu akan sulit bagi kita untuk memisahkan stres di dalam lingkungan pekerjaan dengan stres di luar lingkungan pekerjaan (Anoraga, 2006: 117). Faktor organisasional merupakan faktor yang berada dalam lingkungan organisasi/perpustakaan yang dapat mempengaruhi tingkat stres karyawan. Yang termasuk dalam faktor-faktor organisasional adalah komponen pekerjaan, sistem penggajian; promosi; pengakuan (recognition), kondisi lingkungan kerja; supervisi, rekan kerja dan bawahan, dan kebijakan perpustakaan. Masih belum banyaknya penelitian mengenai tingkat stres di kalangan staf perpustakaan di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tentang stres di kalangan staf perpustakaan dan untuk
6
mengetahui stres kerja pada staf perpustakaan yang dituangkan dalam judul penelitian“Stres
di
Kalangan
Staf
perpustakaan:
Studi
Kasus
di
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian ini mengambil data tentang stres kerja pada staf perpustakaan. Hal ini mengingat dalam situasi sehari-hari pun stres kerja tidak dapat dihindari oleh kelompok staf perpustakaan, karena mereka harus bekerja dan melakukan berbagai kegiatan, dari yang bersifat motorik hingga kognitif maupun kombinasi antara keduanya. Terkait dengan hal tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang berbagai pekerjaan yang dapat menimbulkan stres dalam kerja. Penulis berupaya untuk menjajaki pekerjaaan staf perpustakaan dan pengaruhnya terhadap stres yang mereka alami. Dalam hal ini penulis akan membatasi penelitian. Dalam hal ini penulis akan membatasi permasalahan yang dapat menimbulkan stres kerja, meliputi: bidang pekerjaan yang tidak sesuai atau tidak dikuasai, suasana kerja : tempat, fasilitas pendukung dan hubungan dengan rekan kerja lainnya, serta gaji dan tunjangan yang rendah. Terkait dengan pembatasan masalah tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah staf perpustakaan mengalami gejala stres kerja? 2. Faktor apa saja yang dianggap menjadi sumber stres oleh staf perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur?
7
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah staf perustakaan mengalami gejala stres kerja. 2. Untuk mengetahui yang dianggap menjadi sumber stres oleh staf perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur.
D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan manfaat bagi pimpinan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur untuk dapat melakukan antisipasi sehingga dampak negatif dari kondisi yang menimbulkan stres kerja dapat ditekan. 2. Memberikan informasi bagi semua pihak sebagai penambah bahan acuan dan bahan perbandingan di masa yang akan datang. 3. Bagi peneliti sendiri dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal karya tulis, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah, dapat meningkatkan kemampuan sebagai seorang sarjana jurusan ilmu perpustakaan, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal peneliti.
8
E. Metode Penelitian Dalam hal metode penelitian ini penulis akan mengemukakan hal-hal yang meliputi: tipe penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data. 1. Tipe Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskripif analisis yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai stres yang dialami oleh para staf perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Koentjaraningrat, 1993: 29). 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, berusaha memahami gejala tingkah laku manusia menurut penghayatan atau melalui sudut pandang subyek penelitian. Dengan pendekatan ini dapat diperoleh keuntungan yaitu dapat memahami gejala sebagaimana subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan subyek, serta mendapatkan uraian yang mendalam yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
9
3. Populasi dan Sampel Populasi merupakan kumpulan semua satuan penelitian yang ingin diteliti. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang, yang ditetapkan 15 orang staf perpustakaan. Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan kebenarannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugioto, 2001: 2). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling sampel ini digunakan apabila populasi menunjukkan sifat berstrata setiap unit strata harus diketahui secara pasti jumlah anggotanya (Burhan, 2008: 112). Masing-masing bagian/ unit kerja responden yang akan diwawancara adalah bagian pengadaan 5 (lima) orang, bagian pengolahan 5 (lima) orang, dan bagian pelayanan 5 (lima) orang di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur. 4. Metode Pengumpulan Data. Metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data atau informasi dalam penelitian ini adalah: a. Riset Kepustakaan (Library Research) Dalam penelitian riset kepustakaan ini dengan mempergunakan dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel bermaksud untuk mendapatkan gambaran tentang topik ini.
10
b. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan ini bermaksud untuk mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian seperti. Adapun teknik pengambilan data dalam hal ini adalah melalui: 1. Interview, dilakukan dengan setiap staf perpustakaan setempat sebagai upaya untuk memperoleh informasi yang lebih dalam tentang stes kerja staf perpustakaan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur. 2. Observasi. “…Observasi adalah pengamatan dan peninjauan secara cermat…”(Depdikbud, 1988: 623), jadi penulis terjun langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. 5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam (in depth interview), metode ini dipilih karena dapat menggali lebih dalam hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan masalah yang akan diteliti. Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak stuktur. Wawancara tidak struktur merupakan pendekatan yang optimal guna memperoleh data bila subyek sulit mengekspresikan diri. Bila itu terjadi, maka pewawancara dapat memodifikasi pertanyaan yang diajukan. Dengan wawancara tidak stuktur dimungkinkan data yang lebih mendalam probing yaitu pertanyaan tambahan untuk mengurangi respon-respon yang tidak jelas, agar dapat diperoleh jawaban yang lebih khusus dan tepat (Meleong, 2007: 190).
11
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini secara sistematis maka penulis membagi menjadi kedalam lima (5) bab, sebagai berikut:
Bab I.
PENDAHULUAN Pada bab ini penulis mengemukakan tentang: Latar Belakang, Pembahasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Bab II. TINJAUAN LITERATUR Pada bab ini membahas tentang: Pengertian Perpustakaan Umum, Pengertian Stres, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres, Pengertian Stres Kerja, Sumber Stres Kerja, Sumber Stres Kerja di Perpustakaan.
Bab III. PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA AMINISTRASI JAKTIM Pada bab ini akan membahas tentang: Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Sumber Daya Manusia, Tugas dan Fungsi di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur.
12
Bab IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini merupakan hasil penelitian yang berisi tentang, Gejala Stres Kerja dan Sumber Stres Kerja yang dialami staf perpuskaan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur. Bab V. PENUTUP Bab ini berisi tentang: Kesimpulan dan Saran yang diberikan untuk Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur mengenai gejala stres kerja dan sumber stres kerja dikalangan staf perpustakaan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan Umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yag diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat mempergunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Perpustakaan umum dapat menjadi suatu tempat pendidikan yang terbuka untuk siapa saja. Dalam tujuannya ini, perpustakaan umum hendaknya bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan, kebudayaan dan sosial yang berada di daerahnya (Pamungkas, 2003:3). Definisi Perpustakaan Umum menurut Guidelines for Public Library adalah perpustakaan yang didirikan dan dibiayai oleh pemerintah lokal atau pemerintah pusat atau orang lain yang diberi kuasa untuk menjalankannya, tanpa adanya bias atau diskriminasi bagi orang yang menggunakannya. Sedangkan, menurut Manifesto UNESCO, perpustakaan umum adalah suatu lembaga yang demokratis bagi keperluan pendidikan, kebudayaan dan informasi (Hadisewoyo, 1985: 11). Menurut Undang-Undang Perpuskaan Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan umum adalah perpustakaan yang yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial ekonomi
13
14
Dalam kenyataannya perpustakaan umum mempunyai berbagai tingkatan dan jenis perpustakaan, meliputi (Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, 1992: 15) : 1. Perpustakaan tingkat kabupaten / kotamadya. 2. Perpustakaan tingkat kecamatan. 3. Perpustakaan desa. 4. Perpustakaan masjid dan perpustakaan gereja. 5. Perpustakaan keliling. 6. Perpustakaan contoh.
B. Pengertian Stres Sebagai makhluk sosial manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi yang dilakukan tersebut sedikit
banyak memunculkan tuntutan
terhadap diri individu.
Lazarus
menyatakan, tuntutan yang dihadapi seseorang dapat bersifat internal dan eksternal (Lazarus 1976: 161). Tuntutan yang bersifat internal di antaranya kebutuhan biologis berupa makanan dan minuman. Sedangkan tuntutan yang bersifat eksternal muncul dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial individu, seperti peraturan dan tata tertib serta norma yang harus dipatuhi. Kegagalan individu dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan, baik tuntutan internal maupun eksternal akan membuat mereka berada dalam situasi yang menekan emosi, yang umumnya dikenal sebagai stres.
15
Secara umum stres dapat diartikan sebagai reaksi atas tekanan yang muncul dari lingkungan. Reaksi tersebut merupakan upaya manusia dalam menyesuaikan diri antara tuntutan lingkungan dan kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi tuntutan tersebut. Beberapa definisi stres akan dikemukakan berikut ini : “Stress refers to an unpleasant subjective state accompanied by high level of arousal”.(Greenberg dan Baron, 1993: 224) “Stress is the process of appraising events as threatening, challenging or harmful, and responding to such events on a physiological, emotional, cognitive, or behavioral level. The triggering events may be negative in nature, or they may be positive”. (Feldman, 1989 : 189) “An internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping (Morgan & King, 1986: 321). Stres merupakan kondisi psikologis yang tidak menyenangkan, ditandai dengan perasaan negatif dalam diri individu, seperti merasa terancam, tertekan, dan kesal. Kondisi ini dapat timbul setelah individu mengalami peristiwa di tempat kerja yang menuntut reaksi penyesuaian diri. Peristiwa di sini mengimplikasikan tuntutan lingkungan yang dapat bersifat memberi kesempatan atau menantang kemampuan individu, mengancam, bahkan membahayakan dirinya karena merasa terbebani oleh tuntutan lingkungan pekerjaan. Lazarus menyatakan bahwa stres adalah : Stress occurs when three are demands on the person wich tax or exceed his adjustive resources (Lazarus, 1976: 47).
16
Lebih jauh Lazarus menyatakan bahwa stres merupakan fenomena yang terjadi saat individu menghadapi tuntutan atau situasi yang menekan dan melebihi kapasitas penyesuaian dirinya dan berpengaruh perilaku individu. Selanjutnya, Lazarus, et al mengutip pendapat Kaplan (1993: 105) bahwa stres muncul sebagai akibat dari hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya dan individu tersebut memandangan hubungan tersebut melebihi kemampuan penyesuaian diri, sehingga membahayakan kesejahteraan dirinya. Stres is a particular relationship between the person and the environment that is appraised by the person as taxing, exceeding his or her resources and endangering his or her well-being.
Dapat disimpulkan bahwa stres merupakan tekanan yang dihadapi individu, sebagai akibat adanya tuntutan yang melebihi kapasitas penyesuaian diri individu dan dipandang sebagai ancaman yang membutuhkan respon penyesuaian dari individu yang bersangkutan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres
Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu, biasanya staf mengalami stres. Menurut Robbins (2001: 565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stres yaitu :
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap orang tersebut.
17
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.
2. Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seseorang untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
b. Interpesonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh staf lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara staf satu dengan staf
18
lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara staf yang satu dengan staf lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan Group (Robbins, 2001: 316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stres. Pengertian dari tingkat stres itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasanbatasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan
19
keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001: 563).
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stres yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang
D. Pengertian Stres Kerja Setiap hari dalam bekerja, seseorang mungkin melakukan pekerjaan yang penuh keteganggan, menuntut konsentrasi tinggi, berinteraksi dengan atasan dan bawahan, bermasalah dengan rekan kerja, bermasalah dengan gaji, dan sebagainya. Semua itu dapat menimbulkan stres. Setiap individu mungkin pernah mengalami stres sehubungan dengan pekerjaannya. Setelah peristiwa itu berlalu, individu yang bersangkutan mungkin melupakannya, tetapi ada juga yang
20
terpengaruh oleh peristiwa tersebut, baik persepsinya terhadap pekerjaan maupun kesehatan mentalnya. Kondisi pekerjaan yang menimbulkan pengalaman-pengalaman negatif yang berlangsung lebih lama, dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis yang lebih berat. Walaupun demikian, kondisi-kondisi pekerjaan tadi belum tentu akan menakibatkan ketegangan emosional (stres) pada setiap individu, karena muncul atau tidaknya ketegangan tersebut ditentukan oleh bagaimana individu yang bersangkutan menilai dn menganalis kondisi pekerjaan itu. Bila tuntutan pekerjaan tersebut dinilai atau dikenalinya sebagai hal yang menimbulkan stres. Seseorang mungkin melakukan pekerjaan yang penuh ketegangan, menuntut konsentarasi tinggi, berinteraksi dengan atasan dan bawahan, bermasalah dengan rekan kerja, bermasalah dengan gaji, dan sebagainya. Semua itu dapat menimbulkan stres. Stres kerja adalah stres yang dialami seseorang ditempat kerja, atau dengan kata lain, stres kerja adalah suatu kondisi dimana satu atau beberapa faktor di tempat kerja berinteraksi dengan pekerja sedemikian rupa sehingga menggagu keseimbangan fisiologik dan psikologik (Anoraga, 2006 : 112). Stres yang muncul di lingkungan pekerjaan disebut sebagai stres kerja. Beberapa pandangan mengenai stres kerja di bawah ini lebih menekan pada persepsi individu yang memiliki dampak yang cukup penting bagi keseimbangan dalam kehidupan kerja. “Work stress is a dynamic condition in which an individual is confronted with an opportunity, constraint, or demand related to what he or she desires and for which the outcome is perceived to both uncertain and important.” (Robbins, 1993 : 661)
21
“...both to employee’s strain or reactions to the work environment and to job stress or elements of the environment itself”. (Beehr et al.,1992 : 623)
Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stres kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stres kerja. Stres kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Stres kerja merupakan keseluruhan faktor dari lingkungan pekerjaan yang menuntut reaksi penyesuaian diri, berpotensi menimbulkan tekanan dan mempengaruhi keseimbangan hidup individu. Faktor-faktor dalam lingkungan pekerjaan mencakup faktor manusia dan lingkungan. Kedua faktor ini berpotensi menjadi stres kerja karena individu dapat memandangnya sebagai tantangan atau ancaman dalam menghadapi situasi yang melibatkan kedua faktor tersebut. Adapun yang membuat individu merasa tertantang atau terancam adalah ia memiliki harapan untuk berhasil di lingkungannya. Sementara itu faktor-faktor dalam lingkungan pekerjaan bisa berupa tuntutan atasan, tekanan atasan, beban kerja, kondisi ruang kerja dan sebagainya, seperti : a. Pengalaman kerja Semakin lama
pengalaman
kerja seseorang, semakin
besar
kemungkinannya untuk tidak mengalami stres kerja. Hal ini dikarenakan
22
karyawan tersebut memiliki kemampuan yang semakin memadai untuk mengatasi stres yang dialaminya. b. Usia karyawan Semakin tua usia karyawan, semakin baik caranya dalam mengatasi stres kerjanya. Hal ini disebabkan pengalaman-pengalamannya dalam menghadapi situasi di tempat kerja yang penuh stres. Sementara itu semakin muda karyawan, karyawan semakin cenderung kurang dapat mengatasinya secara efektif karena masih membutuhkan banyak waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya.
E. Sumber Stres kerja Hampir semua di lingkungan kerja dapat menimbulkan stres. Situasi dan kondisi di lingkungan kerja yang menimbulkan stres merupakan sumber stres kerja atau penyebab stres kerja (Handoko, 1988: 198) Sumber stres kerja yang dialami berpotensi untuk menimbulkan stres kerja yang berat. Dapat disimpulkan bahwa stres kerja sebagai berikut :
1. Beban kerja Beban kerja disini diartikan sebagai beban psikis yang dialami individu saat menjalani tugasnya. Setiap pekerjaan terdiri dari sekelompok tugas dan aktivitas tertentu dan spesifik agar dilaksanakan oleh karyawan yang bersangkutan. Hal-hal yang menyangkut beban kerja karyawan dapat memicu timbulnya stres kerja, yaitu:
23
a. Rutinitas tugas Pekerjaan yang banyak membutuhkan berbagai keterampilan dan keahlian pengetahuan terapan dapat menimbulkan tantangan. Namun bila tugas-tugas tersebut telah menjadi rutinitas sehari-hari, kondisi ini dapat memicu kejenuhan karyawan. Hal ini disebabkan ketidakmampuan individu untuk mempertahankan kinerja yang optimal secara kontinyu dalam kondisi yang kurang memberikan tantangan. Akibatnya karyawan akan mengalami stres kerja. Beberapa bentuk pekerjaan yang rentan terhadap stres ini diantaranya adalah pekerjaan di bagian pengolahan, pengarsipan, pengatalogan dan tugas-tugas perpustakaan lainnya. b. Rentang batas aktivitas Terkadang suatu pekerjaan menuntut karyawan di suatu bagian untuk bekerja di bagian lain, bahkan bagian di wilayah organisasi yang berbeda. Misalnya pada awalnya bekerja di bagian pengolahan, pada waktu tertentu harus pindah ke bagian sirkulasi atau bagian referens. Dalam keadaan seperti ini karyawan akan dihadapkan pada perubahan situasi, informasi maupun perubahan pada sikap dan perilaku kerja individu lain. c. Pekerjaan yang kurang memberikan rasa aman Stres ini biasanya terjadi dalam kondisi ekonomi lingkungan yang kurang sehat. Karyawan akan senantiasa diliputi perasaan was-was karena merasa tidak yakin akan kesejahteraan kerjanya untuk jangka panjang, seperti kekhawatiran akan terkena pemutusan hubungan kerja, pemotongan
24
gaji, dan sebagainya. Di sisi lain kondisi ini dapat meningkatkan kompetensi untuk menampilkan kinerja yang lebih baik.
2. Peran Kerja Dalam kehidupan sosial biasanya memegang lebih dari satu peran. Dalam kenyataan sehari-hari, tuntutan antara satu peran dengan peran lain sering
memiliki
kepentingan
yang
saling
bertentangan.
Bentuk
ketidakmampuan mengisi peran itu antara lain diwujudkan dalam hal ketidakpahaman tentang apa yang harus dilakukan, tingkah laku yang berlebihan dalam menjalankan peran (overact, merangkap tugas yang seharusnya diperani orang lain), atau menghindari suatu jenis peran dan lebih menjalankan peran lainnya yang dianggap kurang menguntungkan organisasi perpustakaan. Dalam menjalankan tugas, tidak terlepas dari hubungan dengan sesama rekan, atasan, bawahan, pemakai perpustakaan itu sendiri. Sedangkan ketidakcukupan informasi yang dimiliki untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran kerja tertentu, maka ia mengalami ketidakjelasan peran. Menurut (Haber dan Runyon, 1984: 157) terdapat dua macam stres, yaitu konflik peran dan ketidakjelasan peran (role ambiguity). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
25
a. Konflik peran Konflik peran
merupakan suatu
dipersepsikan terlalu
banyak
kondisi dimana lingkungan
menuntut kemampuan
untuk dapat
menjalankan perannya dengan baik. Akibatnya, ia mengalami kesulitan atau merasa tidak mungkin untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang terkandung dalam setiap perannya. b. Ketidakjelasan peran (role ambiguity) Ketidakjelasan peran dapat terjadi bila dalam lingkungan kerjanya kurang mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkah laku yang diharapkan dari peran yang sedang dijalankannya. Akibatnya, ia merasa ragu-ragu dalam mengisi perannya dan diliputi perasaan tidak pasti tentang konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya. Hal ini dapat dialami karyawan yang memiliki atasan, dimana faktor komunikasi, seperti informasi yang kurang akurat atau kemampuan pemahaman atas informasi yang terbatas dalam menyelesaikan pekerjaan.
3. Kurangnya Dukungan Sosial Hubungan
kerja
yang
tidak
baik
terungkap
dari
gejala-gejala
ketidakpercayaan atasan terhadap bawahan, ketidakpedulian atasan terhadap kinerja bawahan, dan ketidakpekaan sosial antar rekan kerja. Hal ini juga ditandai dengan kurangnya dukungan kerja saat menghadapi situasi yang sulit dan menekan, seperti rekan kerja, atasan bersikap acuh tak acuh terhadap perasaan. Faktor kepemimpinan dalam organisasi yang lebih terpusat pada satu pimpinan
26
akan lebih banyak memberikan tekanan kerja yang dapat memicu timbulnya stres kerja. Dalam lingkungan kerja, stres tersebut meliputi: a. Ketidaksesuaian status Stres ini disebabkan ketidaksesuaian harapan individu terhadap statusnya dengan kenyataan yang diperoleh dari statusnya tersebut. Misalnya yang merasa dapat bekerja secara profesional dan ditempatkan pada posisi jabatan yang cukup tinggi, ternyata dalam pekerjaannya status tersebut dirasa kurang, namun lebih merasakan sebagai pekerja tingkat bawah saja. b. Tekanan Merupakan pengalaman-pengalaman yang menekan, dapat muncul dari dalam atau luar diri individu, atau kombinasi keduanya. Tekanan dapat membuat individu memacu diri dan melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tetapi jika berlebihan, tekanan ini dapat membuat individu merasa tidak berdaya. c. Gaya kepemimpinan Atasan yang kurang mendukung atau kurang memiliki pengawasan yang baik dapat menimbulkan stres bagi karyawan di tingkat bawahannya. Kondisi yang dapat menyebabkan stres adalah kualitas pengawasan yang kurang memadai, konflik dengan atasan, sikap atasan yang cenderung agresif. Membagi sumber stres kerja dalam 2 (dua) kategori, yaitu (Fontana, 1989: 28) : 1. Sumber stres kerja secara umum, meliputi masalah pengambilan keputusan yang lama, kurangnya dukungan (back-up) dari rekan kerja, jam kerja yang panjang, gaji dan promosi yang buruk,
27
banyaknya prosedur dan kebiasaan yang tidak perlu, dan adanya perubahan. 2. Sumber stres kerja secara khusus, meliputi spesifikasi peran yang tidak jelas, konflik peran, perfeksionis, hubungan dengan atasan yang buruk, terlalu banyak pekerjaan, kurangnya variasi dalam bekerja, kurangnya komunikasi, kepemimpinan yang buruk, dan konflik dengan rekan kerja
F. Gejala Stres Kerja Cary Cooper dan Alison Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburuk, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, terasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. 2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. 3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermas yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan.
28
Gejala stres di tempat kerja, yaitu meliputi:
1. Kepuasan kerja rendah 2. Kinerja yang menurun 3. Semangat dan energi menjadi hilang 4. Komunikasi tidak lancar 5. Pengambilan keputusan jelek 6. Kreatifitas dan inovasi kurang 7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan !eher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi. 2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
29
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. 4. Interpersonal, yailu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain (Handoyo, 2001: 68).
Dari beberapa uraian diatas, menyimpulkan bahwa gejala stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
G. Sumber Stres Kerja di Perpustakaan Pada masyarakat
umum terdapat
konsep
atau pandangan
yang
menganggap pekerjaan seorang staf perpustakaan adalah pekerjaan yang santai serta tidak rentan terhadap stres. Padahal bagi orang yang berada atau bekerja di luar lingkungan perpustakaan, hal ini mungkin agak mengejutkan. Karena pekerjaan
staf
perpustakaan
populer
dipandang
sebagai
suatu
yang
menyenangkan, sangat ringan, tidak rentan terhadap stres, bekerja di dalam
30
kumpulan buku-buku yang tenang, dengan rutinitas yang santai (Nauratil, 1989:1). Menurut Smith staf perpustakaan secara alamiah dan dari pendidikan yang diperolehnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pemakai. Adanya tuntutan untuk selalu memenuhi kebutuhan pemakai. Adanya tuntutan untuk selalu memenuhi kebutuhan pemakai, frekuensi dari tuntutan-tuntuan tersebut dan keterbatasan sumber-sumber yang tersedia sering menjadi penyebab timbulnya stres bagi staf perpustakaan (Smith, 1983:14). Schneider menguraikan faktor-faktor yang diidentifikasikan sebagai sumber-sumber stres bagi staf perpustakaan yaitu kurangnya otonomi, kurangnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, kurangnya umpan balik yang positif, peran yang tidak jelas, tugas-tugas yang membosankan dan berulang-ulang. Schneider memberi contoh staf bagian teknis dapat mengalami stres yang disebabkan oleh ruang kerja yang penuh dan kacau oleh peralatan kerja, bahan pustaka yang belum diolah, komputer, dan lain-lain. Staf bagian pelayanan juga dapat mengalami stres karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekanan untuk selalu bersikap ramah, vandalisme, adanya interupsi, dan adanya ganguan dari masyarakat umum. Schneider juga menambahkan bahwa kondisi yang menekan (stresfull) ini dapat timbul apabila tuntutan untuk penyediaan jasa informasi meningkat, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan dana (Schneider, 1991: 388).
31
Sumber stres kerja di lingkungan perpustakaan dikelompokkan dalam 5 (lima) aspek meliputi : 1. Dasar atau isi dari pekerjaan meliputi : a. Beban kerja yang berlebihan Beban kerja
yang
berlebihan secara
kuantitatif
artinya
staf
perpustakaan merasa terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, hal ini dapat terjadi karena terbatasnya dana dan jumlah staff yang tidak memadai. Secara kualitatif berarti staf perpustakaan harus mengerjakan tugas yang sulit yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
yang
mereka
miliki. Semuanya
ini
dapat
menimbulkan stres bagi staf perpustakaan. b. Beban kerja yang rendah Beban kerja yang terlalu rendah juga dapat menjadi sumber stres bagi staf perpustakaan. Beberapa tugas di perpustakaan bersifat repetitif, tidak menantang, monoton, membosankan, kurang variasi, kurang adanya tuntutan, kurang menuntut kreativitas dan kurang menuntut pemecahan masalah (Bunge, 1989: 94). Contohnya pada staf perpustakaan rujukan yang mengalami stres dengan banyaknya pertanyaan yang bersifat rutin dan sepele. c. Pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu Mengerjakan tugas di bawah tekanan waktu dapat menjadi sumber stres kerja bagi staf perpustakaan (Stevenson, 1987: 644).
32
2. Peran di dalam organisasi meliputi : a. Peran yang tidak jelas (role ambiguity) Staf perpustakaan
merasa
bahwa peran
mereka
tidak
dinyatakan dengan jelas, sehingga sering menimbulkan konflik. Bunge memberi contoh pada staf perpustakaan rujukan sering megalami situasi dimana pemakai menggap staf perpustakaan mengetahui segala hal dan harus dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukkan, sementara sumber dan sarana yang tersedia terbata dan tidak ada panduan kebijakan yang jelas (Bunge, 1989: 94) b. Tidak adanya dukungan terhadap ide/gagasan : Seorang staf perpustakaan akan merasa dihargai bila ide atau pendapatnya untuk memperbaiki efisiensi kerja diterima
atau
diperhatikan. Sebaliknya, seorang staf perpustakaan yang idenya tidak pernah diterima atau tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan akan merasa tidak dihargai dan dapat mengalami stres. 3. Hubungan interpersonal, meliputi : a. Hubungan dengan atasan, bawahan atau rekan kerja Dalam bekerja staf perpustakaan harus selalu berinteraksi dengan atasan, bawahan atau rekan kerja. Hubungan dan komunikasi yang buruk dengan atasan, bawahan atau rekan kerja merupakan penyebab stres yang potensial bagi staf perpustakaan. Adanya konflik dengan atasan atau rekan kerja juga dapat menimbulkan stres (Fontana, 1989: 28)
33
b. Hubungan dengan pemakai perpustakaan Hubungan dengan pemakai perpustakaan merupakan sumber stres utama bagi staf perpustakaan bagian pelayanan (Bunge, 1989: 94). Pemakai yang bersikap kasar, melakukan perusakan atau pencurian bahan pustaka dapat menimbulkan stres bagi staf perpustakaan. c. Hubungan dengan masyarakat di luar lingkungan perpustakaan Kurangnya penghargaan dan pengakuan terhadap peran dan nilai perpustakaan
oleh
masyarakat
di
luar
perpustakaan
dapat
menyebabkan stres pada staf perpustakaan. Walaupun tingkat intelijen yang tinggi sering diasosiasikan dengan citra staf perpustakaan, namun jarang sekali adanya penghargaan dan pengakuan dari masyarakat umum tentang pentingnya tugas seorang staf perpustakaan (Caputo, 1991 : 62). 4. Kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf, meliputi : a. Jumlah penghasilan (gaji) Jumlah penghasilan yang tidak memadai dapat menimbulkan stres bagi staf perpustakaan. b. Pengembangan staf Sumber stres ini mencakup
tidak adanya kesempatan untuk
mendapatkan promosi dan tidak adanya kesempatan untuk mengikuti seminar atau pendidikan. Stres dapat timbul bila staf perpustakaan gagal memperoleh promosi, dalam hal ini aspirasi pribadi dan aspirasi karir karyawan tidak terpuaskan dan dapat menimbulkan frustasi. Stres
34
juga dapat timbul bila staf tidak diberi kesempatan untuk mengikuti seminar atau pendidikan. 5. Kondisi fisik lingkungan kerja Kondisi lingkungan kerja yang buruk dapat menjadi penyebab stres kerja, seperti ruang kerja yang sempit, peralatan kerja, penerangan yang tidak memadai, terlalu panas atau dingin, kebisingan dan sebagainya. Sedangkan ruangan untuk staf perpustakaan biasanya kurang nyaman. Ruang kerja di lingkungan perpustakaan cenderung memiliki penampilan yang kacau dan sempit, sehingga dapat menimbulkan stres bagi staf yang bekerja diruangan tersebut (Bunge, 1989: 94). Schneider menyatakan bahwa rungan kerja yang penuh oleh peralatan kerja, bahan pustaka yang belum diolah, komputer dan lain sebagainya dapat menjadi sumber stres bagi staf perpustakaan (Schneider, 1991: 388)
BAB III PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur Pada tahun 1950 Kegiatan perpustakaan pemerintah daerah khusus Ibu Kota Jakarta sudah dimulai masih berbentuk Kotapradja Djakarta Raja tahun 1950. Tahun 1961 setelah Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya menjadi Daerah Tingkat I daerah khusus Ibu Kota Jakarta, namanya menjadi “Perpustakaan Balai Kota”. Tahun 1972 perpustakaan merupakan salah satu bagian pada Organisasi dan Ketatalaksanaan. Tahun 1978 menjadi satu lembaga Perpustakaan Umum yang menangani jenis-jenis Perpustakaan Umum di lingkungan pemerintah DKI Jakarta. Seperti Perpustakaan Umum Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro dan Perpustakaan Umum di 5 (lima) wilayah Kotamadya DKI Jakarta. Tahun 1981 Perpustakaan bernaung dibawah biro bina mental spiritual dengan status non stuktural. Tahun 1989 Perpustakaan Umum 5 (lima) wilayah Kotamadya DKI Jakarta dialihkan pengelolaannya kepada Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD). Sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri Broadjonegoro masih tetap dikelola Biro Bina Mental Spritual DKI Jakarta.
35
36
Tahun 1992 Gubernur DKI Jakarta mengirim surat kepada menteri dalam negeri agar dilingkungan Sekwilda DKI Jakarta di bentuk satu wadah organisasi yang menangani semua jenis perpustakaan dan rekomendasi dari Kepala Perpustakaan Nasional. Tahun 1993 di bentuk Perpustakaan Umum Pemerintah Daerah Pemda DKI Jakarta dengan Perda No.8 tahun 1993. Tahun 2001 Perda No.3 tahun 2001 dan SK Gubernur DKI Jakarta No.109 tahun 2001 Kantor Perpustakaan Umum daerah DKI. Tahun 2008-sekarang berdasarkan Perda No.10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah disusun sesuai kebutuhan kinerja organisasi dalam meningkatkan mutu pelayanan, khususnya mewujudkan layanan prima di bidang perpustakaan dan kearsipan. Sejak saat itu berubah menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur sebagai tempat layanan pengelola dan pelestarian bahan tercetak dan terekam dapat menyajikannya sebagai sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kreatifitas dan kesejahteraan. Yang sekarang terletak di Jalan Jatinegara Timur IV Komplek Pendidikan Rawa Bunga Jakarta Timur.
37
B. Visi dan Misi 1. Visi Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV termasuk tujuan Nasional yaitu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karena itu, seiring dengan tujuan nasional yang salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Visi Perpustakaan Umum Kotamadya Jakarta Timur adalah mewujudkan perpusatakaan yang modern dan representatif sebagai sarana layanan informasi, edukasi, penelitian, rekreasi dan preservasi untuk menunjang pengembangan budaya bangsa dan membudayakan minat baca dalam upaya penguasaan IPTEK dan IMTAQ (Sutarno, 2003: 8).
2. Misi a. Penyediaan, pengolahan dan perawatan koleksi perpustakaan (tercetak dan terekam) dan sumber-sumber informasi lainnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. b. Penyiapan berbagai bentuk dan jenis layanan serta semua sarana dan prasarana yang diperlukan untuk dapat meningkatkan minat baca dan pemanfaatan koleksi perpustakaan umum serta sumber-sumber informasi yang disediakan.
38
c. Peningkatan profesi tenaga pengelola agar perpustakaan dapat berperan dalam mencerdaskan masyarakat, menambah wawasan pengetahuan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia. d. Mewujudkan sistem layanan dan pengelolaan perpustakaan dengan dukungan mutakhir. e. Pelayanan bagi setiap anggota masyarakat yang membutuhkan jasa perpustakaan dengan baik dan memuaskan agar keberadaan perpustakaan dapat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat ibukota negara. f. Perjalinan hubungan kerjasama
dengan perpustakaan lain
dalam
pemasyarakatan, pendayagunaan koleksi, sarana dan prasarana serta pelaksanaan layanan kepada masyarakat (Sutarno, 2003: 9).
C. Sumber Daya Manusia 1. Organisasi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur, terdiri dari : a. Kepala Kantor b. Sub Bagian Tata Usaha c. Sub Bagian Pelayanan d. Sub Bagian Pengembangan Koleksi e. Sub Bidang Pembinaan
39
Struktur Organisasi
KEPALA KANTOR
Sub.Bagian
Tata Usaha
Pelayanan
Pengembangan Koleksi
Pembinaan
Gambar 1 Struktur Organisasi
Adapun jenis tugas yang ada pada Subag dan Seksi adalah : 1. Subag Tata Usaha a. Penyusunan rencana dan program b. Pelaksanaan urusan kepegawaian c. Pelaksanaan urusan keuangan d. Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan, perlengkapan kerumah tanggaan. 2. Subag Pelayanan dan Pengembangan Koleksi a. Mengumpulkan dan menginventarisasi berbagai jenis bahan pustaka b. Melaksanakan seleksi dan pengadaan bahan pustaka c. Mengolah dan menyusun jenis bahan pustaka
40
3. Subag Bidang Pembinaan a. Melakukan pencatatan anggota dan pengunjung perpustakaan b. Melakukan layanan Audio Visual c. Melakukan layanan bahan pustaka, koleksi khusus, rujukan dan informasi. 2. Ketenagaan Jumlah Pegawai yang ada terdiri dari 17 orang Pegawai Negeri dan 13 orang Pegawai Tidak Tetap.
D. Tugas dan Fungsi 1. Tugas Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan dan arsip daerah pada lingkup kota administrasi. Program meningkatkan minat baca masyarakat, mengunjungi perpustakaan yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan budaya, bahasa, sastra Indonesia dan daerah guna membangun masyarakat berpengetahuan, berbudaya, maju, modern dan mandiri. Program utamanya adalah meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan dan arsip. Dengan cara terencana, terarah dan berkesinambungan menambah koleksi sehingga masyarakat merasa semakin membutuhkan layanan perpustakaan dan arsip.
41
2. Fungsi Untuk melaksanakan tugas Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan
kebijakan
penyelenggaraan
Perpustakaan
dan
Keasipan. b. Pembinaan,
pemantauan,
pengendalian,
pengevaluasian
pelaksanaan perpustakaan dan kearsipan. c. Pengelolaan sistem informasi perpustakaan dan arsip. d. Memfasilitasi pembinaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Perpustakaan dan Perpustakaan Kecamatan. e. Pelaksanaan jasa pelayanan perpustakaan. f. Pelaksanaan pengelolaan bahan perpustakaan. Perpustakaan dan arsip bukan hanya sekedar tempat belajar dan pelestarian saja, tetapi juga sekaligus bisa berfungsi sebagai tempat rekreasi keluarga.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
Bab empat ini akan memaparkan dan menganalisa hasil penelitian. Pada bab ini membicarakan tentang gejala-gejala stres kerja dan sumber-sumber stres kerja. A. Profil Responden 1. Latar Belakang Responden Berdasarkan umurnya, sebagian besar responden 7 responden berusia antara 31-40 tahun, selanjutnya berusia antara 20-30 tahun sebanyak 2 responden, sisanya berusia antara 41-50 tahun 4 responden dan lebih dari 50 tahun masingmasing 2 responden. Dilihat dari usia responden mayoritas berkisar diantara 31-40 tahun, dapat dikatakan bahwa staf perpustakaan di masing-masing bagian pengadaan, pengolahan, dan pelayanan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administasi Jakarta Timur adalah diusia produktif. Lama bekerja responden mayoritas di atas 5 tahun. Responden yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun hanya 1 responden. Sedangkan sisanya 14 responden memiliki masa bekerja di atas 5 tahun. Masa kerja terlama diantara responden tersebut adalah 26 tahun.Untuk lebih jelasnya latar belakang responden dapat dilihat pada tabel 1.
42
43
Tabel 1 Latar belakang berdasarkan usia dan lama bekerja Umur (tahun) Responden yang menyatakan (N=15) 20-30 2 31-40 7 41-50 4 > 50 2 Lama bekerja (tahun) <5 1 >5 14
2. Unit Kerja Responden Unit kerja responden disajikan pada tabel 2, dapat dilihat responden memiliki pekerjaan pada masing-masing bagian/unit mereka sendiri. Yaitu Pengadaan 5 responden, pengolahan 5 responden dan peyanan 5 responden. Hal ini sesuai dengan fungsi utama dari staf perpustakaan, yaitu memberikan jasa yang baik dan ikut mencerdaskan terhadap masyarakat sebagai pemakai jasa perpustakaan. Distribusi staf dilakukan sedemikian rupa dengan maksud untuk membagi rata beban kerja di masing-masing bagian/unit. Hal ini diharapkan menumbuhkan rasa keadilan para pekerja dilihat dari sisi pembagian tugas. Secara periodik dilakukan rotasi staf perpustakaan dari satu bagian/unit ke bagian/unit lainnya. Salah satu tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menghindari kejenuhan kerja para pegawai.
Unit kerja Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Tabel 2 Unit kerja responden Responden yang menyatakan (N=15) 5 5 5
44
3. Cita-Cita Responden Cita-cita responden sebelum bekerja di perpustakaan disajikan pada tabel 3. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa semua responden dalam penelitian ini tidak ada yang mempunyai cita-cita menjadi staf perpustakaan atau bekerja di perpustakaan. Sebagian staf perpustakaan
bekerja di perpustakaan tanpa latar belakang
pendidikan perpustakaan dan mempunyai pengetahuan yang minim mengenai perpustakaan. Setelah bekerja di perpustakaan, atasan mengirim mereka untuk mengikuti pendidikan bidang perpustakaan. Selain memberikan pelatihan bersifat teknis para pegawai juga diberikan motivasi dari atasan mengenai tugas dan fungsinya diperpustakaan yang walaupun sering dianggap remeh oleh orang lain tetapi sesungguh memiliki peranan penting.
Cita-cita Guru TNI AD; ABRI Wiraswasta Pegawai Negeri Menjadi orang sukses dan mendapat ilmu
Tabel 3 Cita-cita sebelum bekerja di perpustakaan Responden 15 Pengadaan Pengolahan Pelayanan 1 1 2 1 0 1 1 2 2 0 1 0 1
1
0
Total 4 3 5 1 2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cita-cita responden sangat bervariasi, ada yang ingin menjadi Guru, TNI, ABRI, Wiraswasta, Pegawai Negeri dan lainlain. Yang ingin menjadi Guru di masing-masing bagian ada 4 responden 1 responden di bagian pengadaan mengatakan “bekerja di perpustakaan bukan citacita utama tetapi ini semua sudah ditakdirkan untuk bekerja di perpustakaan”, 1 responden di pengolahan mengatakan “guru cita-cita dari dulu karena menjadi
45
guru bisa membagi ilmu kepada orang lain ternyata di perpustakaan juga bisa membagi ilmu kita kepada orang lain” dan 2 responden di pengolahan mengatakan “bidang perpustakaan adalah bidang yang baru baginya”. Yang ingin menjadi TNI AD dan ABRI ada 3 responden di masingmasing bagian 2 responden di pengadaan mengatakan “saya ingin menjadi TNI AD itu sudah cita-cita dari dulu merasa gagah juga bijaksana tetapi tuhan berkehendak lain tetapi kita harus mensyukurinya bekerja di perpustakaan juga termasuk pekerjaan yang asik dan mulia” dan 1 responden di pelayanan mengatakan “tadinya saya bercita-cita ingin menjadi ABRI tetapi saya berfikiran ternyata saya bekerja di perpustakaan lebih menyenangkan dibandingkan menjadi ABRI”. Yang ingin menjadi Wiraswasta ada 5 responden di masing-masing bagian 1 responden di pengadaan mengatakan “cita-cita ingin menjadi wiraswasta adalah cita-cita utama saya tetapi ternyata menjadi wiraswasta itu tidak semuanya berjalan lancar”, 2 responden di pengolahan mengatakan “cita-cita wiraswasta itu cita-cita sesaat saja karena berfikiran dengan jumlah pendapatan yang didapatkan besar” dan 2 responden di pelayanan mengatakan “menjadi wiraswasta ternyata tidak ada seninya di bandingkan bekerja di perpustakaan lebih banyak seninya karena menemukan pengunjung yang beraneka ragam dari anak kecil, orang dewasa dan orang tua”. Yang ingin menjadi PNS hanya 1 responden di bagian pengolahan mengatakan “ingin menjadi PNS di departemen-departemen atau PNS lain saya tidak menyangka menjadi PNS di perpustakaan lama-lama saya senang bekerja
46
di perputakaan”. Akan tetapi dari data penulis peroleh sebagian besar memiliki cita-cita ingin menjadi PNS. Cita-cita ingin menjadi PNS ini secara tidak langsung memotivasi responden untuk tetap menjalankan fungsinya sebagai PNS meskipun tidak pada posisi yang benar-benar di idam-idamkan (misalnya TNI, Guru dan sebagainya). Ada 2 responden di bagian pengadaan dan pengolahan mereka mengatakan “bekerja di perpustakaan bisa menjadi orang sukses dan mendapat banyak ilmu”. Walaupun semua responden tidak bercita-cita menjadi staf perpustakaan atau bekerja di perpustakaan, namun saat ini responden merasa suka/senang dengan profesi atau pekerjaannya. Alasan-alasan responden merasa senang dengan profesi atau pekerjaannya saat ini disajikan dalam tabel 4. Tabel 4 Alasan suka/senang dengan profesi pekerjannya Responden 15 Alasan Pengadaan Pengolahan Pelayanan Ikut serta mencerdaskan bangsa 0 2 0 Banyak mendapat ilmu dan wawasan 1 1 0 bertambah Bersyukur dapat bekerja di pepustakaan karena tidak semua 1 0 1 orang dapat kesempatan bekerja di perpustakaan Tidak ada pekerjaan lain 1 0 0 Karena dapat membantu dan lebih 0 1 1 banyak tahu isi atau masalah buku Menjadi pelayan masyarakat adalah 0 0 3 kunci sukses perpustakaan Sudah mencintai perpustakaan 2 1 0
Dari tabel 4 diatas, dapat dilihat alasan yang bervariasi dari responden, mengapa mereka saat ini merasa suka/senang dengan profesi atau pekerjaannya.
47
Alasan yang terbanyak adalah menjadi pelayan masyarakat adalah kunci sukses perpustakaan dan sudah mencintai pekerjaan. Hal ini dapat dimengerti karena melayani masyarakat itu kunci sukses perpustakaan kalau tidak ada yang melayani masyarakat pengunjung perpustakaan sangat sedikit dan staf perpustakaan jadi mencintai pekerjaan mereka sendiri karena sudah terbiasa dengan dunia perpustakaan. Intinya mereka semua memiliki kesadaran untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.
B. Gejala Keluhan Fisik yang di Sebabkan karena stres Dari hasil wawancara dengan 15 responden di masing-masing bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan, mereka mengeluhkan terjadi gejala fisik yang disebabkan atau dipengaruhi oleh hadirnya stres kerja. Gejala yang dialami staf perpustakaan ini antara lain sebagaimana disajikan pada tabel 5 berikut: 1. Terpikir untuk pindah kerja 2. Mudah menyalahkan orang lain 3. Mudah bermusuhan dan menyerang 4. Gugup 5. Ide Kreatif tidak berkembang 6. Acuh dan mendiamkan orang lain 7. Mudah lupa 8. Sulit berkonsentrasi 9. Kepercayaan menurun 10. Daya ingat menurun
48
Tabel 5 Gejala Keluhan Fisik Karena Stres
C. SUMBER-SUMBER STRES KERJA PADA STAF PERPUSTAKAAN 1. Beban Kerja yang Berlebihan (Work Overload) Berdasarkan hasil wawancara kepada 15 orang responden, diketahui bahwa beban kerja secara kuantitatif adalah banyaknya permintaan jasa yang harus dipenuhi melalui respon yang cukup sesuai dengan mereka. Beban kerja secara kantitatif 1 responden di pengadaan mengatakan”tidak ada pekerjaan yang berlebihan tetapi di pengadaan banyak yang harus dikerjakan misalnya sudah adanya program yang sudah ditentukan untuk tukar menukar buku dengan perpustakaan lain yang harus segera dikirim dan mendapat kiriman buku dari perpusakaan lain yang juga memeriksa beribu-ribu buku yang diberikan dari perpustakaan lain”, 3 responden di pengolahan salah satu mengatakan”masih terlalu banyak pekerjaan di bagian pengolahan karena banyak sekali buku-buku yang belum diolah dan harus cepat-cepat diolah agar bisa segera di letakkan di rak dan di baca oleh masyarakat”, dan 2 responden di bagian pelayanan
49
mengatakan”terlalu banyak pekerjaan yang dikerjakan setiap harinya harus meletakkan buku-buku ke dalam rak yang telah selesai dibaca pengunjung perpustakaan dan merapihkannya kembali”. 6 reponden di bagian pengadaan, pengolahan, dan pelayanan yang merasa terlalu banyak beban kerja yang harus mereka laksanakan sehari-hari. Selebihnya 9 responden di bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan mereka semua mengatakan “biasa saja dengan beban kerja yang dikerjakan juga sudah terbiasa dengan beban kerja yang dilakukan masih dalam batas wajar dan masih dapat mereka tangani”. Tetapi 3 responden yang bertugas di bagian pengolahan mengatakan” bahwa beban kerja yang diterimanya cukup banyak, namun tidak menganggap hal ini sebagai suatu masalah. Responden ini sangat mencintai pekerjaannya. Kadang-kadang responden ini merasa daya ingat sudah mulai menurun karena banyak sekali pekerjaan yang harus dia kerjakan jadi sering mudah lupa dengan pekerjaan yang akan dikerjakan. Beban kerja yang berlebihan secara kualitatif, artinya beban kerja yang sulit atau tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan staf, belum pernah ditemui atau diterima oleh 14 responden dimasing-masing bagian masih dikategorikan bagi mereka biasa saja dalam penelitian ini. Hanya 1 responden di bagian pengolahan yang pernah menemui atau menerima tugas yang dianggap sulit responden ini mengatakan “sulitnya hanya merasa sudah terlalu tua untuk memasukkan data karena bermasalah dengan mata sudah tidak sanggup untuk berlama-lama di depan komputer”. Beban kerja atau tugas-tugas yang diangap
50
sulit oleh 1 responden ini karena dianggap tidak sanggup dengan beban kerja yang di terima. Beban kerja atau tugas-tugas yang dianggap sulit di atas, tidak menimbulkan stres kerja bagi responden, karena masih dapat diatasi oleh masingmasing responden. Dapat disimpulkan bahwa beban kerja yang berlebihan (work overload) baik secara kuantitatif maupun kualitatif tidak menimbulkan stres kerja bagi responden dalam penelitian ini. Dengan demikian pendapat Bunge (Bunge, 1989: 94) yang menyatakan bahwa beban kerja yang berlebihan dapat menjadi sumber stres kerja di lingkungan perpustakaan tidak terbukti dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, hasil wawancara mengenai beban kerja yang berlebihan secara kuantitatif dan kualitatif bisa dilihat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Beban kerja yang berlebihan (work overload) Beban kerja yang Responden 15 secara kuantitatif Pengadaan Pengolahan Pelayanan dianggap berlebihan Biasa saja 3 3 3 Terlalu banyak 2 2 2 Beban kerja yang secara kualitatif Pengadaan Pengolahan Pelayanan dianggap berlebihan Biasa saja 5 4 5 Terlalu banyak 0 1 0
Total 9 6 Total 14 1
51
2. Beban Kerja Yang Rendah (Work Underload) Dari wawancara kepada 15 responden di bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan hampir semua responden mengatakan “bahwa beban kerja yang diterima dianggap sedang-sedang saja atau biasa saja”. Beban kerja yang diterima tidak terlalu sedikit, juga tidak terlalu banyak. Menurut responden di bagian pelayanan mengatakan” tidak ada waktu yang kosong karena selalu ada saja pekerjaan setiap harinya, selalu saja ada tugas yang harus dikerjakan”. Misalnya yang bertugas dibagian pelayanan selalu setiap hari mengatur waktu untuk mengerjakan tugasnya di bagian pelayanan selalu berjaga-jaga ditempat sirkulasi kalau-kalau ada pemakai yang ingin menanyakan sesuatu di bagian pelayanan selalu siap membantu. Contoh responden lain dibagian pelayanan keliling (perpustakaan keliling) responden tersebut mengatakan”harus selalu siap bekeliling ketempat yang sudah dijadwalkan dan melayani pemakai yang ingin membaca di lokasi yang dikunjungi”. Jadi responden dalam penelitian ini tidak menggap pekerjaannya terlalu sedikit. Dua responden di bagian pengolahan mengatakan”mengkui bahwa pekerjaannya termasuk ringan, bahkan bisa dikatakan santai”. Responden yang bertugas di bagian pelayanan”mengatakan bahwa dalam mengerjakan tugas sehari-hari, tidak membutuhkan banyak tenaga dan tidak sampai mengeluarkan keringat”. Responden di bagian pengadaan mengatakan “bahwa bekerja di perpustakaan, dia sudah terbiasa bekerja keras, sehingga pekejaannya saat ini
52
termasuk ringan baginya”. Dari hasil wawancara tentang beban kerja yang rendah. Tabel 7 Beban kerja yang rendah (work underload) Beban kerja yang Responden 15 rendah Pengadaan Pengolahan Pelayanan Terlalu sedikit 1 1 1 Biasa saja 4 4 4 Rutinitas yang 0 1 1 membosankan Tidak membosankan 5 4 4 Stres kerja Ya 0 1 1 Tidak 5 4 4
Total 3 12 2 13 2 13
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dilihat pula bahwa 2 responden di bagian pengolahan dan pelayanan mengatakan “rutinitas
pekerjaan
sehari-hari
menimbulkan rasa bosan karena hanya itu-itu saja pekerjaan yang setiap hari harus dikerjakan”, seluruh responden bagian pengadaan, pegolahan dan pelayanan 13 responden menyatakan tidak pernah merasa bosan dengan pekerjaannya, dengan alasan : 1. Respoden merasa bahwa pekejaannya adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 2. Responden mengatakan sangat mencintai pekerjaannya, sehingga rasa bosan tidak akan ada. Rasa bosan dengan rutinitas pekerjaan merupakan hal yang wajar dan manusiawi, karena staf perpustakaan harus mengerjakan tugas yang sama setiap hari. Pekerjaan yang rutin dan membosankan dapat menjadi faktor yang menimbulkan stres kerja. Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat dilihat bahwa 2
53
responden bagian pengolahan dan pelayanan yang pernah merasa bosan dengan pekerjaannya, 2 responden di bagian pengolahan dan pelayanan ini menyatakan pernah mengalami stres kerja karena “merasa bosan dengan rutinitas pekerjaannya karena pernah hal itu-itu saja yang harus kerjakan di perpustakaan”. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bunge (Bunge, 1989: 94) bahwa pekerjaan yang rutin dan membosankan dapat menimbulkan stres kerja. Akan tetapi 13 responden di masing-masing bagian keseluruhannya mengatakan ”mampu menciptakan kegiatan sendiri dan memiliki pandangan bahwa memiliki pekerjaan bukan semata-mata pekerjaan yang menjadi beban tetapi lebih menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Semua responden tidak menganggap pekerjaan atau tugas yang diterima terlalu sedikit, sehingga tidak menimbulkan stres kerja. 2. Sebagian besar responden pernah merasa bosan dengan rutinitas pekerjaan, sehingga menimbulkan stres kerja.
3. Pekerjaan yang Harus Diselesaikan di bawah Tekanan Waktu Pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu hanya 6 responden di masing-masing bagian 1 responden di pengadaan, 3 responden di pengolahan dan 2 responden di pelayanan menjawab pernah mendapat tugas yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu. Sedangkan 9 responden masing bagian 4 responden di pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 3 responden di
54
pelayanan lainnya tidak pernah mendapat tugas yang harus dikerjakan di bawah tekanan waktu. Dari hasil wawancara dapat dilihat dari tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu Pekerjaan yang harus Responden 15 Total diselesaikan di bawah Pengadaan Pengolahan Pelayanan tekanan waktu Pernah 1 3 2 6 Tidak pernah 4 2 3 9 Stres kerja Ya 0 1 1 2 Tidak 5 4 4 13
Tugas-tugas yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu yang pernah diterima oleh 6 responden di pengadaan, pengolahan dan pelayanan di atas antara lain : 1. Melaksanakan tugas harian. 2. Menata akvisisi kearsipan Propinsi DKI Jakarta Timur 3. Pembuatan kliping koran yang segera di kirim ke Gubernur 4. Harus diselesaikan dalam tempo 1 hari menginput data 5. Pembuatan laporan kinerja dan penyusunan anggaran 6. Tugas keliling harus sampai ditempat tujuan dan harus tepat waktu Dari tabel 8 diatas dapat dilihat pula bahwa responden yang merasa stres hanya 2 responden pengolahan dan pelayanan mengatakan “merasa dirinya mengalami stres dan terbebani dengan pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu”. Akan tetapi ada 13 responden masing-masing bagian tidak mengalami stres karena harus mengerjakan tugas dibawah tekanan waktu,
55
dengan alasan tugas seperti ini jarang diterima oleh responden. Dengan demikian dapat dikatakan stres kerja yang disebabkan oleh tekanan waktu tidak terjadi pada objek penelitian. 4. Hubungan dengan Rekan Kerja Semua responden di bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan dalam penelitian ini mengatakan bahwa hubungan dengan rekan kerja adalah baik. Hubungan yang baik seperti “komunikasi yang lancar, hubungan yang harmonis, bekerja sama dengan baik, saling mendukung, saling membantu dan saling berkoordinasi satu sama lain”. Kerja sama dengan rekan kerja, baik dalam satu bagian maupun bagian lain menurut semua responden di pengadaan, pengolahan dan pelayanan adalah baik dan harmonis. Staf yang bertugas di bagian pelayanan mengatakan “apabila melakukan
istirahat
secara
bergantian
karena
harus
selalu
melayani
pengunjung”. Hubungan yang terjalin dengan baik diantara rekan kerja, baik rekan kerja dalam satu bagian maupun rekan kerja di bagian lain, menyebabkan kerja sama juga dapat terjalin dengan baik. Hubungan kerja sama yang baik akan mencegah timbulnya stres kerja pada staf perpustakaan (Caputo, 1991: 148). Data hasil tentang hubungan dengan rekan kerja dapat di lihat pada tabel 9. Tabel 9 Hubungan dengan Rekan Kerja Hubungan dengan rekan Responden 15 kerja Pengadaan Pengolahan Pelayanan Baik 5 5 5 Buruk 0 0 0 Stres kerja Ya 0 0 0 Tidak 5 5 5
Total 15 0 0 15
56
5. Hubungan dengan Pemakai Perpustakaan Staf perpustakaan, terutama staf bagian pelayanan dalam tugas sehari-hari harus
menghadapi
pemakai
yang
bermacam-macam
karakternya.
Staf
perpustakaan sering menghadapi masalah yang disebabkan oleh ulah atau tingkah laku pemakai yang menjengkelkan. Di satu sisi, staf perpustakaan dituntut untuk selalu bersikap ramah kepada pemakai, di sisi lain pemakai seakan-akan hanya menuntut pelayanan yang baik tetapi melakukan hal-hal yang menjengkelkan staf perpustakaan. Dari hasil wawancara di ketahui bahwa 5 responden di bagian pelayanan yang pernah menghadapi masalah yang disebabkan oleh tingkah laku pemakai yang menjengkelkan seluruh lima responden di bagian pelayanan ini mengatakan : 1. Banyak buku yang rusak dan menyobek sebagian halaman buku 2. Meletakkan buku dengan sembarangan dan suka memberantakkan buku di rak 3. Masih ada di ruang baca yang berisik ngobrol terlalu keras dan ada juga yang belum menjadi anggota tetapi memaksa untuk meminjam buku 4. Meletakkan koran dan majalah tidak pada tempatnya 5. Hanya sebagian kecil saja pengunjung pemakai perpustakaan masih mau menaati peraturan yang ada di perpustakaan. Sedangkan 10 responden di bagian pengadaan dan pengolahan mengungkapkan “mereka jarang bertemu atau berhubungan langsung dengan pemakai karena mereka bertugas di bagian pengadaan dan pengolahan”.
57
Tabel 10 Hubungan dengan Pemakai Perpustakaan Masalah dengan Responden 15 pemakai Pengadaan Pengolahan Pelayanan Pernah 0 0 5 Tidak Pernah 5 5 0 Stres kerja Ya 0 0 0 Tidak 5 5 5
Total 5 10 0 15
Dari tabel dapat dilihat bahwa dari 5 responden bagian pelayanan yang menghadapi langsung dengan pemakai yang membuat masalah, dengan masalah yang dihadapi tidak ada responden yang merasa stres dengan pemakai perpustakaan.
Walaupun
staf
perpustakaan
menghadapi
pemakai
yang
menjengkelkan, mereka harus tetap memberikan pelayanan dengan baik dan dituntut untuk selalu bersikap ramah.
6. Hubungan Dengan Masyarakat di Luar Perpustakaan Dari hasil wawancara, sebagian besar 15 responden di masing-masing bagian. Salah satu responden menjawab bahwa pengetahuan masyarakat umum tentang perpustakaan serta tugas sebagai staf perpustakaan sangat baik, sebagian besar 15 responden staf perpustakaan juga merasa nyaman dan tidak merasa tertekan dengan pandangan masyarakat. Data hasil wawancara
mengenai pandangan masyarakat terhadap
perpustakaan dan profesi staf perpustakaan. Pandangan masyarakat umum : 1. Karena masyarakat sangat mendukung dengan adanya perpustakaan umum
58
2. Masih adanya masukkan yang sifatnya membangun 3. Karena masyarakatnya sopan dan taat peraturan Salah satu faktor yang menyebabkan responden tidak terpengaruh terhadap pandangan negatif dari masyarakat diluar perpustakaan antara lain : 1. Memahami betul tugas dan tanggung jawab sebagai staf perpustakaan. 2. Pimpinan secara rutin memotivasi para stafnya. 3. Suasana kerja diciptakan senyaman mungkin.
7. Kebijaksanaan Mengenai Kesejahteraan dan Pengembangan Staf Kebijaksanaan mengenai kesejahteraan mencangkup jumlah penghasilan mereka masih memadai dan masih adanya perhatian atasan terhadap kesejahteraan staf. Pengembangan staf mencangkup masih adanya kesempatan untuk mengikuti seminar atau pelatihan. Dari hasil wawancara tentang kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf disajikan dalam tebel 11. Tabel 11 Kebijaksanaan Mengenai Kesejahteraan dan Pengembangan Staf Jumlah Penghasilan Responden 15 Total (gaji) Pengadaan Pengolahan Pelayanan Memadai 2 3 3 8 Kurang 3 2 2 7 Stres kerja Ya 0 1 1 2 Tidak 4 4 5 13 Mengikuti seminar/ pelatihan Pernah 4 3 4 11 Tidak 1 2 1 4
59
Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dilihat pula bahwa jumlah penghasilan yang mereka terima 8 responden dimasing-masing bagian menyatakan masih memadainya jumlah gaji yang mereka dapatkan 2 responden di pengadaan, 3 responden di pengolahan mengatakan “semua gaji yang didapatkan sudah sesuai dengan standar umum”, 3 responden di pelayanan mengatakan “gaji sudah memadai dan sesuai dengan kebutuhan”. Sisanya hanya 7 responden di masing-masing bagian 3 responden di pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 2 respoden di pelayanan diantara 7 responden di masig-masing bagian tidak memberikan alasan mereka karena itu rahasia mereka sendiri tetapi hanya 2 responden di masing-masing bagian pengadaan dan pengolahan menyatakan kurang memadainya jumlah gaji yang mereka dapatkan mengatakan “kurang memadai dengan harga kebutuhan pokok, dan kebutuhan hidup belum sesuai dengan pendapatan”. Dalam hal ini gaji pokok adalah standar gaji pegawai negeri sipil, karena mereka adalah pegawai pemerintah berbeda sekali bila dibandingkan dengan gaji pegawai swasta. Namun responden memandang jumlah gaji yang kurang memadai tidak menyebabkan stres pada diri mereka karena mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri melalui seminar atau pelatihan. Selain itu mereka juga memperoleh insentif dari kantor misalnya dari keikutsertaan mereka dari seminar atau pelatihan, kegiatan diluar pekerjaan harian dan lain-lain. Dalam penelitian ini 2 responden masih ada yang merasa dirinya stres sehubungan dengan masalah gaji yang diterimanya. Karena alasan dua responden di bagian pengolahan dan pelayanan ini mengatakan “kurang memadai masalah
60
gaji merasa kebutuhan bahan pokok yang meningkat dan kebutuhan hidup belum sesuai dengan pendapatan”. Hal ini menyatakan bahwa gaji yang buruk dapat menjadi sumber stres (Fontana, 1989: 28). Sedangkan 13 responden lain di masing-masing bagian tidak merasa stres karena masalah gaji. Karena selain gaji mendapat tunjangan lainnya dan ada juga tunjangan setiap tahunan seperti THR. Tunjangan yang diberikan kepada perpustakaan sangat memperhatikan kesejahteraan stafnya responden merasa terbantu dengan tunjangan yang diberikan. Karena bila hanya mengandalkan gaji pokok, sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin meningkat. Dari tabel 11, juga bisa kita lihat dalam hal mengikuti seminar atau pelatihan yang berhubungan dengan pekerjaan, di masing-masing bagian hanya 4 responden yang tidak pernah mengikuti seminar atau pelatihan 1 responden di pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 1 responden di pelayanan dari 4 responden ini mereka tidak mengatakan alasan mereka untuk tidak mengikuti seminar atau pelatihan hanya mengatakan belum adanya kesempatan yang diberikan untuk mengikuti seminar dan pelatihan. Sebagian besar 11 responden di masing-masing bagian 4 responden di pengadaan, 3 responden di pengolahan dan 4 responden di pelayanan. Seluruh 11 resonden ini jawaban mereka hampir semua mengatakan ”masih suka mengikuti seminar atau pelatihan walaupun mereka semua rata-rata ada yang satu kali, lebih dari dua kali bahkan tidak tentu itu semua tergantung kesempatan yang di berikan oleh mereka untuk mengikuti seminar dan pelatihan”. Hal ini masih
61
dikategorikan staf perpustakaan masih mengikuti seminar atau pendidikan yang berhubungan dengan pekerjaannya di perpustakaan.
8. Kondisi Fisik Lingkungan Kerja Kondisi fisik lingkungan kerja seperti ruang kerja yang sempit, peralatan yang tidak memadai atau rusak, kebisingan, ventilasi, yang kurang baik dan penarangan
yang
tidak
memadai
merupakan faktor-faktor
yang
dapat
menimbulkan stres kerja bagi staf perpustakaan (Bunge, 1989: 94). Dari hasil wawancara, diketahui bahwa semua responden merasa kondisi fisik lingkungan kerja tidak menjadi masalah bagi mereka, sehingga tidak menimbulkan stres kerja. Dari hasil wawancara tentang kondisi fisik lingkungan disajikan dalam tabel 12.
Kondisi fisik lingkungan Ruang kerja Baik Tidak Penerangan Baik Tidak Peralatan Baik Tidak Stres kerja Ya Tidak
Tabel 12 Kondisi Fisik Lingkungan Kerja Resonden 15 Pengadaan Pengolahan Pelayanan
Total
5 0
4 1
5 0
14 1
5 0
5 0
5 0
15 0
5 0
4 1
4 1
13 2
2 3
2 3
2 3
6 9
Berdasarkan tabel 12 diatas, dapat dilihat pula hampir semua 15 responden di masing-masing bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan bahwa ruang kerja sudah cukup nyaman. Semua responden mengatakan peralatan cukup
62
memadai dan penerangan cukup bagus. Tapi masih ada saja 6 responden di masing-masing bagian 2 responden di pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 2 responden di pelayanan. Alasan mereka semua di masing-masing bagian mengatakan pernah merasa stres dengan kondisi fisik lingkungan. Alesan mereka yaitu : 1. Lokasi perpustakaan yang kumuh dan padat penduduk 2. Kamar mandi kotor 3. Suplay air bersih sering terganggu 4. Kurang rapi dan bersih Sisanya dari masing-masing bagian 3 di pengadaan, 3 di pengolahan, dan 3 di pelayanan, tidak mengalami stres dengan kondisi fisik lingkungan mereka merasa nyaman-nyaman saja dengan kondisi lingkungan tempat kerja seperti ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Setelah melakukan wawancara dan pengamatan pada objek penelitian dapat disimpulkan bahwa secara umum staf perpustakaan di masing-masing bagian pengadaan, pengolahan dan pelayanan di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur tidak mengalami stres kerja yang disebabkan oleh faktor berikut : 1) Beban kerja yang berlebihan 2) Beban kerja yang rendah 3) Pekerjaan yang harus diselesaikan dibawah tekanan waktu 4) Hubungan dengan rekan kerja 5) Hubungan dengan pemakai perpustakaan 6) Hubungan dengan masyarakat di luar perpustakaan 7) Kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf 8) Kondisi fisik lingkungan kerja. S ebagian kecil responden yang menyatakan mereka mengalami stres kerja yang disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor yang dianggap menjadi sumber stres kerja oleh responden dalam penelitian ini adalah : beban kerja yang rendah dialami oleh 2 responden pada bagian/unit 1 responden di pengolahan dan 1 responden di pelayanan, pekerjaan yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu 2 responden pada bagian/unit 1 responden di pengolahan dan 1 responden di pelayanan, kebijaksanaan mengenai kesejahteraan dan pengembangan staf perpustakaan 2 responden pada bagian/unit 1 responden di pengolahan dan 1 responden di pelayanan, dan kondisi fisik lingkungan 6 responden pada bagian/unit 2 responden di pengadaan, 2 responden di pengolahan dan 2 responden di pelayanan.
63
64
Hadirnya stres kerja walaupun sedikit ternyata memicu munculnya gejala fisik pada responden. Gejala tersebut adalah: daya ingat menurun, kepercayaan menurun, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, acuh dan mendiamkan orang lain, Ide kreatif tidak berkembang, gugup, mudah bermusuhan dan menyerang, mudah menyalahkan orang lain, terpikir untuk pindah kerja.
65
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan, faktor dominan penyebab stres yang ada di Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur adalah: 1. kondisi fisik lingkungan. Penulis menyarankan : a.
Kebersihan harus ditingkatkan misalnya dengan memaksimalisasi cleaning service.
b. Kesadaran menjaga kebersihan pada pegawai, pengunjung, dan semua orang yang ada di perpustakaan harus ditingkatkan. Misalnya : memasang himbauan untuk menjaga kebersihan di tempat-tempat yang dianggap kotor. c.
Menyediakan/menambah tempat sampah.
d. Menjamin ketersediaan air. 2. Stres kerja harus dikelola sedemikian rupa agar menjadi motivasi untuk menambah semangat kerja para pegawai. 3. Pimpinan harus menyesuaikan beban kerja sesuai dengan kemampuan para pegawai. 4. Memberikan
penghargaan
kepada
pegawai
apa
bila
mampu
menyelesaikan tugas kurang dari waktu yang ditentukan. Dengan demikian pagawai termotivasi untuk bekerja tepat waktu tanpa adanya tekanan. .
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, A. (2006). Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Beehr, Terry A, et al., (1992). The Meaning of Occupational Stress Item to Survey Respondents. Journal of Applied Psychology, vol 77 (5), 623-628. Bunge, Charles A. (1989). “Stress and Burnout in the Library Workplace”. Library Trends. Vol. 38 (1) : 92-102 Burhan Bugin. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Caputo, Janette S. (1991). Stress and Burnout in Library Service. Pheonix: The Oryx Press. Carry Cooper dan Alison Straw. (1995).”Stres Kerja Definisi dan Faktor. Reference Service Review rumahbelajarpsikologi.com . Akses tanggal 11 Juli 2009 Pukul 15.00 WIB Departemen Pendidikan dan Kebudayaa. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Feldman, Robert A. (1989). Adjustment Applying Psychology in a Complex World. New York: Mc. Graw-Hill Internasional. Fontana, David. (1989). Managing Stress. London: The British Psychological Society Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. (1993). Behavior in Organization, Understanding and Managing The Human Side of Work. Edisi ke-4. Boston: Allyn and Bacon. Haber dan Runyon. (1984). “Stres Kerja Pengertian dan Pengenalan. Reference Service Review. Http ://agungpia.multiply.com. Akses tanggal 21 Juli 2009 Pukul 17.00 WIB Hadisewoyo, Soemarno. (1985). Perpustakaan Umum Sebagai Lembaga Pendidikan Masyarakat dan Hubungannya Dengan Pendidikan Formal. Bulletin Bina Pustaka. Handoko, T. Hani. (1988). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
66
67
Handoyo. (2001). “Gejala Stres Kerja”. Reference Service Review. Http://Rumah Belajar Psikologi.com. Akses tanggal 26 Oktober 2009 Pukul 20.00 WIB Hermawan S, Rachman. (2006). Etika Pustakwanan : Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawanan Indonesia. Jakarta: SA Agung Seto. Koentjaraningrat. (1993). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Edisi ketiga. Jakarta: Gramedia. Kurniati, Nining. (1998). Sumber Stres Kerja dan Usaha Mengatasinya : Penelitian Pada Staf Perpustakaan Pusat UI. Skripsi. Fakultas Universitas Indonesia. Lazarus, Richard S. (1976). Patterns of Adjusment. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha. Lucas, martin and Kim Wilson. (1989). Memelihara Gairah Kerja: Psikologi untuk “orang kantaron “. Jakarta: Arcan. Meleong, Lexy J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosdakarya Morgan, C. T., King, R. A, and Weisz, J. R. (1986). Introduction to Psychology (7th ed.). New York: McGraw-Hill Book Co. Nauratil, Marcia J. (1989). The Alienated Librarian. New York: Greenwood Press. NIOSH. (1996). “The National Institute for Occupational Safety and Health. Reference Service Review. Http://cdc.gov/ niosh. Akses tanggal 8 Juni 2009 Pukul 20.30 WIB Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. (1992). Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Ed 1 Robins, Stephen P. (1993). Organizational Behavior. Concepts, Controversies and Applications. Edisi ke-6 New Jersey : Prentice Hall International, Inc. Robbins. (2001). ”Stres Kerja Definisi dan Faktor. Reference Service Review. Http :// rumahbelajarpsikologi.com. Akses tanggal 11 Juli 2009 Pukul 15.00 WIB Schneider, Margaret S. (1991). “Stress and Job Satisfaction Among Employees in a Public Library System With a Focus on Public Service”. Library and Information Science research. Vol. 13 (4) : 385-404
68
Sholeh, Asrorun Niam. (2008). Perpustakaan Jendela Peradaban UndangUndang Tentang Perpustakaan. Depok: Elsas Sugiarto. (2001). Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suganda, Kepala Sub bagian TU Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur, Wawancara Pribadi. Jakarta, 7 Oktober 2009 Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Empat. Jakarta: Rineka Cipta. Surat Keputusan 109 Tahun 2001 Pemda DKI Jakarta. (2001). Jakarta Sutarno NS. M.Si. (2003). Perpustakaan Umum Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: CV Muliasari. Sunyoto munandar, Ashar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI press. Syahrial Pamunjak, Rusina. (2000). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan. Jakarta: Djambatan
69
KUISIONER Saya, Elsavani Prima Putri, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi Saya sebagai prasyarat guna mencapai gelar sarjana Ilmu Perpustakaan dengan judul “Stres Kerja di Kalangan Staf Perpustakaan : Studi Kasus di Perpustakaan Umum Kotamadya Jakarta Timur”. Kuesioner ini dibuat semata-mata untuk kepentingan ilmiah dan kerahasiaan pengisian kuesioner ini akan DIJAGA sepenuhnya. Oleh sebab itu, Saya sangat mengharapkan kejujuran Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner ini. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner ini, Saya ucapkan TERIMA KASIH.
Profil Responden Responden 1
:
Responden 2
:
Usia
: ____ Tahun
Lama Bekerja
: ____ Tahun
Marital Status
: Menikah / Belum menikah
Unit Kerja
:
Jabatan
:
Pertanyaan 1. Dari kondisi di bawah, pilihlah dengan menggunakan tanda silang (X) apabila dialami oleh Bapak/Ibu selama di kantor: sakit kepala
Depresi
sulit buang air besar
Gugup
gangguan pencemaan
agresif terhadap orang lain
urat-urat pada bahu dan leher
mudah bermusuhan serta mudah
terasa tegang
menyerang
keringat berlebihan,
mudah lupa
70
berubah selera makan
daya ingat menurun
tekanan darah tinggi
sulit berkonsentrasi
kehilangan energi (lesu)
suka melamun berlebihan
mudah marah-marah
acuh dan mendiamkan orang lain kepercayaan pada orang lain
mudah tersinggung
menurun
terlalu sensitive
menutup diri secara berlebihan
gelisah dan cemas
mudah menyalahkan orang lain
suasana hati mudah berubah-ubah
terpikir untuk mencari pekerjaan di tempat lain/pindah kerja ke unit lain Ide-ide kreatif tidak
sedih dan mudah menangis
muncul/berkembang
tidak semangat kerja
2. Apa
cita-cita
Bapak/Ibu
sebelum
bekerja
di
perpustakaan?
3. Apakah Bapak/Ibu suka dengan pekerjaan yang Bapak/Ibu lakukan sekarang? □ Ya
□ Tidak
4. Bagaimanakah beban kerja yang Bapak/Ibu terima? □ terlalu banyak □ terlalu sedikit □ sulit □ membosankan
71
5. Apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan beban kerja yang terlalu banyak? □ Ya
□ Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan beban kerja yang terlalu sedikit? □ Ya
□ Tidak
7. Apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan kerja begitu sulit? □ Ya
□ Tidak
8. Apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan pekerjaan rutin yang begitu membosankan? □ Ya
□ Tidak
9. Pernahkah Bapak/Ibu mendapat tugas yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu? □ Ya
□ Tidak
10. Jika pernah, apakah Bapak/Ibu merasa stres dengan tugas tersebut? □ Ya
□ Tidak
11. Dapatkah Bapak/Ibu uraikan, tugas apa yang harus diselesaikan di bawah tekanan waktu? -
72
12. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan rekan kerja (satu bagian dan bagian lain)? -
13. Bagaimanakah kerja sama dengan rekan kerja? □ Dapat bekerja sama dengan baik □ Tidak dapat bekerja sama dengan baik 14. Pernahkah Bapak/Ibu menghadapi pemakai yang menimbulkan masalah atau tingkah lakunya yang menjengkelkan? □ Pernah
□ Tidak pernah
15. Jika pernah, hal-hal apa saja yang dilakukan oleh pemakai perpustakaan yang membuat Bapak/Ibu merasa tidak senang? -
16. Menurut
Bapak/Ibu,
bagaimana
pandangan
masyarakat
terhadap
perpustakaan dan profesi sebagai staf perpustakaan?
17. Apa pandangan masyarakat tersebut membuat Bapak/Ibu merasa tidak nyaman/tertekan?
18. Bagaimana jumlah gaji yang Bapak/Ibu terima? □ Memadai □ Kurang memadai 19. Apa Bapak/Ibu merasa tertekan karena jumlah gaji yang kurang memadai?
20. Apa Bapak/Ibu pernah mengikuti seminar/pelatihan sehubungan dengan pekarjaan?
□ Pernah
□ Tidak Pernah
Alasan :
__
21. Jika pernah, berapa kali dalam 1 tahun (terkait pertanyaan no. 20) □ 1 Kali
□ Lebih dari 2 kali
□ 2 Kali
□ Tidak tentu
22. Bagaimanakah kondisi fisik lingkungan kerja Bapak/Ibu?
23. Pernahkah Bapak/Ibu merasa tertekan sehubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja?
___