STRATEGI PENGGALANGAN DANA MELALUI PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
PUTRI RESTU PRATIWI NIM : 106053002014
PROGRAM STUDI MANAJEMAN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Mei 2010
Putri Restu Pratiwi
STRATEGI PENGGALANGAN DANA MELALUI PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memeperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh PUTRI RESTU PRATIWI NIM : 106053002014
Pembimbing
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A. NIP : 1966065 199403 1 005
PROGRAM STUDI MANAJEMAN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI PENGGALANGAN DANA MELALUI PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 12 Mei 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Program Studi Manajemen Dakwah.
Jakarta, 12 Mei 2010 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Wahidin Saputra, M.A. NIP:19700903 199603 1 001
Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. NIP: 19670818 199803 1 002
Anggota, Penguji I
Penguji II
Drs. H. Sunandar, M.A. NIP:19620626 199403 1 002
Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. NIP: 19670818 199803 1 002
Pembimbing
Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A. NIP : 1966065 199403 1 005
ABSTRAK
Putri Restu Pratiwi Penggalangan Dana Melalui Program Layanan Jemput Zakat LAZIS PP Muhammadiyah LAZIS PP Muhammadiyah merupakan salah satu lembaga dalam penerimaan dana zakat, infaq dan sodaqoh di daerah Jakarta. Salah satu hal yang menarik bagi penulis ialah meneliti program layanan jemput di LAZIS PP Muhammadiyah, karena sistem kerjanya yang berbeda dengan layanan-layanan lain, dan menawarkan berbagai macam kemudahan dalam suatu kelompok kebutuhan donatur. Pembahasan dalam skripsi ini lebih terfokus kepada penggalangan dana melalui program layanan jemput zakat, suatu program yang merupakan salah satu bagian pelayanan penggalangan dana dan memiliki peran dalam meningkatkan jumlah donasi di LAZIS PP Muhammadiyah. Penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam menyusun penelitian skripsi ini. Dan untuk melengkapi data yang diperlukan, penulis menggunakan langkah pengumpulan data di perpustakaan yang sudah disediakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode survey langsung ke LAZIS Muhammadiyah dengan mencari data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Wawancara dan observasi langsung ke kantor LAZIS Muhammadiyah, dan penulis juga menggunakan internet untuk melengkapi pembuatan skripsi ini. Hasil dari penelitian ini adalah, penulis dapat mengetahui sistem kerja dan kemudahan yang ditawarkan oleh layanan jemput zakat, sehingga para donatur merasa puas dalam menggunakan layanan jemput zakat di LAZIS PP Muhammadiyah. Dan penulis juga dapat mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas layanan jemput zakat dalam mengembangkan jumlah donasi di LAZIS PP Muhammadiyah.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur yang sangat tulus penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis susun dan selesaikan dengan penuh kerja keras, sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana S1. Shalawat
dan
salam
selalu
tercurahkan
kepada
Nabi
Muhammad SAW. Karena berkat jasa beliaulah kita bisa membedakan antara yang hak dan yang bathil, sehingga kita selalu berada di jalan Allah SWT. Selesainya penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itulah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Bapak Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan juga sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dalam memberikan pengarahan serta saran yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah
yang
telah
ii
banyak
membantu
dan
memberikan
pengarahan
yang
sangat
berharga
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak M. Khoirul Muttaqin sebagai Direktur utama LAZIS PP Muhammadiyah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk
mengadakan
penelitian
di
LAZIS
PP
Muhammadiyah. 5. Bapak Nanang Q. el-Ghazal sebagai Fundraising Manager, yang telah menjadi sumber inspirasi dalam karya tulis ini dan sekaligus telah banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Bapak
Edy,
seluruh
Staff
dan
Karyawan
LAZIS
PP
Muhammadiyah yang ramah-ramah dan memberikan pelayanan yang baik selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 7. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2006-2010 yang telah memberikan Ilmu serta bimbingannya dalam menyelesaikan kuliah ini. 8. Tim Penguji, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, Bapak Drs. H. Sunandar, MA dan Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA yang telah memberikan saran serta kritik yang mendalam terhadap penulisan skripsi ini, dan mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis. 9. Seluruh Staff Tata Usaha, Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi, yang telah banyak membantu dan memberikan fasilitas selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iii
10. Ayahku Anwar AR dan Mamahku tersayang Swindasih Nur Utami yang telah begitu tulus mencintai dan menyayangi, serta setia menemani, mengajari, dan menuntunku. Dan adik-adikku Fikar dan Taufik yang dengan tiada henti memberikan motivasi baik moril ataupun materil yang tak terhingga disaat penulis menuntut ilmu. 11. Nenekku Sumarni yang tiada henti memberikan do’a dan selalu memberikan semangat kepada penulis. 12. Sahabatku Novi, Nurul, Halimah, Fitri, Beti dan Ana, yang berperan aktif dalam kesuksessan penulisan skripsi ini, terimakasih atas do’a, motivasi dan saran-saran kalian selama ini. 13. Merliza, Rohay, Nina, Imas, Wiyan, Umay, dan Teman-teman kelasku semuanya, terimakasih atas pertemanan kita yang banyak memberikan kenangan suka dan duka selama kuliah. Penulis hanya dapat berdo’a semoga kebaikan Bapak, Ibu, Sahabat, teman-teman, dan keluargaku akan menjadi amal shaleh, semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin. Akhirnya penulis hanya dapat berharap, mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat menambah perbendaharaan khazanah intelektual para pembaca.
Jakarta, 12 Mei 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................
ii
DAFTAR ISI ................................................................................
v
BAB I
BAB. II
:
:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................
1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ..... .........
8
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................
8
D. Tinjauan Pustaka ..............................................
10
E. Metodelogi Penelitian .......................................
11
F. Sistemetika Penulisan .......................................
14
TINJUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI PENGGALANGAN DANA ZIS A. Teori Strategi ...................................................
17
1. Pengertian Strategi .....................................
17
2. Proses Strategi ............................................
20
3. Faktor-Faktor Strategi ................................
24
B. Zakat ................................................................
26
1. Pengertian dan Definisi Zakat ....................
26
2. Prinsip-prinsip Zakat ..................................
27
3. Tujuan, Syarat, Macam, dan Dalil Zakat ...
29
C. Penggalangan Dana Zakat ................................
42
v
BAB. III
1. Strategi Penggalangan Dana Zakat ............
42
2. Teknik Penggalangan Dana Zakat .............
49
3. Sumber-Sumber Dana Zakat ......................
54
: PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH (LAZISMU)
BAB. IV :
A. Program Layanan Jemput Zakat ......................
66
1. Latar belakang ............................................
66
2. Tujuan dan Dasar hukum ...........................
70
3. Rencana kerja .............................................
72
4. Sistem program layanan jemput zakat .......
67
B. LAZIS PP Muhammadiyah ..............................
78
1. Sejarah dan Landasan hukum ....................
78
2. Visi, Misi, dan Tujuan ...............................
80
3. Struktur Organisasi ....................................
81
4. Program Kerja dan Kegiatan ......................
82
STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH A. Strategi ...........................................................
103
1. Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZISMU ................................................
103
2. Target layanan jemput zakat LAZISMU ... 119 3. Positioning layanan jemput zakat LAZISMU .................................................. 123 B. Hasil ................................................................. 128 1. Hasil Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZISMU .................................................. 128
vi
2. Hasil Target Layanan Jemput Zakat LAZISMU................................................... 131 3. Hasil Positioning Layanan Jemput Zakat LAZISMU................................................... 134 C. Analisis ............................................................ 136 1. Strategi ....................................................... 136 2. Hasil ........................................................... 140
BAB. V
:
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................... 142 B. Saran .................................................................. 144
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 146 LAMPIRAN .................................................................................. 149
vii
Aku yang kini berjuang sendiri Dengan kenyataan dan mimpi Dalam lembar-lembar karya ini Belum bisa ku menarik nafas panjang Dan melangkah dengan lenggang Atas semua kisah yang menantang Siapa... yang dapat membantu ku meringankan mimpi Yang selalu terbesit berkali-kali Ditengah himpitan yang pedih Dalam perjuangan yang indah ini Dalam hening di malam yang sepi Aku hanya mampu mencurahkan isi hati Dari setiap cerita yang ku miliki Dengan merendah dan pasrah Ku ungkapkan semua rasa yang ku punya Pada Sang Penguasa Rasa haru dan bahagia tak tertahankan Rasa takut dan sedih yang terpaut Tak pernah lenyap dalam benak Seperti jam dinding yang terus berdetak
Terus mencoba semampu aku Semua belum berlalu Belum bisa melepas rasa haru dan bahagia ku Belum bisa memecah rasa takut dan sedih ku Semua belum usai dan tercapai Akan harapan dan mimpi Dalam perjuangan ku yang penuh misteri Aku hanya mampu berencana Untuk mewujudkan mimpi indah Tapi... semua adalah rahasia Sang Penguasa Jiwa ku melayang Untuk sebuah kemenangan,,, Mimpi dan harapan Atau... tidak untuk apa-apa Aku... tidak tahu Tidak ada lagi yang bisa ku ungkap Berdo’a, berusaha untuk yang terbaik Meneruskan impian dan harapan dalam kehidupan Terus terjaga dalam setiap jalannya harapan
BAB I
PENDAHULUAN
TENTANG:
Latar Belakang Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Metodelogi Penelitian
Tinjauan Pustaka Sistematika Penulisan
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail:
[email protected]
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di dalam ajaran Islam, ada dua tata hubungan yang harus dipelihara oleh para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat: hablum minallah wa hablum minan naas (Q.s. 3 : 11). 1 ´ #Ü¥ aGµP% #Ü` aGµP% ª
@
Terjemahan harfiahnya adalah tali Allah dan tali manusia. Hubungan itu dilambangkan dengan tali, karena ia menunjukkan ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan dan antara manusia dengan manusia, yang disebut terakhir ini meliputi juga hubungan antara manusia dengan lingkungannya, termasuk dirinya sendiri. Kedua hubungan tersebut harus berjalan secara serentak dan simultan. Kalau dilukiskan, garis keatas (vertikal) menunjukkan hubungan manusia yang bersifat langsung dan tetap dengan Tuhan. Garis mendatar, horizontal, menunjukkan hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, lingkungan dan dirinya sendiri, selama ia hidup didunia ini, yang dituju adalah keselarasan dan kemantapan
1
Al-Buny D. Ahmad, Problematika Harta & Zakat (yogyakarta: Yayasan Pendidikan al-Qur’an, 1975).
1
2
hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Inilah aqidah dan ini pulalah wasilah (jalan) yang dibentangkan oleh ajaran Islam bagi manusia, terutama manusia yang memeluk ajaran agama Islam. Dengan berpegang teguh kepada aqidah atau keyakinan itu, terbuka jalan untuk mencapai kebaikan hidup di dunia ini dan kebaikan hidup di akhirat kelak, setelah manusia meninggalkan dunia yang fana ini. 2 Untuk mencapai tujuan itulah, di samping syahadat, shalat, puasa, dan haji, diperlukan juga zakat. Zakat merupakan rukun islam ke empat yang sangat penting bagi kesejahteraan dan tegaknya keadilan sosial ekonomi umat. Pembayaran zakat bukan hanya menunjukkan kesalehan individual tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat dibayarkan oleh aghniya, orang yang dipandang kaya menurut aturan syara’ wajib membayar zakat (muzaki) kepada orang-orang miskin sesuai pedoman syar’i (fuqoro) yang diketegorisasikan dalam 8 (delapan) golongan penerima (mustahik). Zakat merupakan sumber dana potensial dalam program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat level bawah. 3 Balasan Allah atas pembayar zakat, misalnya, akan diperoleh manusia secara tidak langsung di dunia ini. Bentuknya bermacam2
Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 29. 3 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Centre for Entrepreneurship Development, 2005), h. 1.
3
macam. Salah satu diantaranya adalah perasaan bahagia karena dengan mengeluarkan zakat itu, ia telah ikut membahagiakan hidup orang lain yang menderita. Di samping itu, seseorang yang mengeluarkan zakat akan terdidik pula dengan sifat-sifat yang baik, di antaranya tidak mementingkan diri sendiri, tetapi juga mengingat nasib dan kepentingan orang lain yang hidup bersama dia dalam suatu masyarakat. Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi salah satu sumber dana untuk kepentingan pengembangan agama islam. Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi dengan berupaya menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, bila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahiq untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh lembaga yang amanah dan professional. Untuk keperluan ini, UU RI No. 38 Tahun 1999 mengenai Pengelolaan Zakat merupakan wujud kepedulian
Pemerintah
untuk
mengupayakan
kelembagaan
pengelolaan zakat dengan manajemen modern. 4 Hal ini menunjukkan pentingnya suatu lembaga zakat. Lembaga inilah, di samping membina hubungan dengan Allah. Akan menjembatani dan memperdekat hubungan kasih sayang antara sesama manusia dan mewujudkan katakata bahwa umat Islam itu bersaudara, saling bantu membantu dan tolong menolong: yang kuat menolong yang lemah, yang kaya 4
Ibid, h. 1.
4
membantu yang miskin. Dengan zakat dapat digambarkan citra Islam dan diwujudkan cita-cita kemasyarakan Islam. 5 Dalam rangka menolong kaum fakir miskin dan para dhuafa, Agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia mewajibkan kepada setiap muslim mengeluarkan zakat dari rezeki yang mereka peroleh. Selain itu, Islam juga menganjurkan kepada mereka untuk berse-dekah (shadaqah) dan ber infaq (infaq), yang semuanya dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat yang kurang beruntung, yang berada dalam kemiskinan dan kesusahan. Dari gambaran itulah Muhammadiyah memandang perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan penggalian dana yang bersumber dari zakat, infaq dan Shadaqah. Potensi dana ZIS yang belum tergali masih sangat besar, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam dan juga masih cukup banyak warga masyarakat yang belum menunaikan zakat karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka terhadap ajaran agama. Meskipun Negara kita masih berada dalam kondisi lemah ekonomi yang berkepanjangan, namun masih cukup banyak warga masyarakat yang memiliki kelebihan harta dan rezeki melimpah.
5
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 30.
5
Dalam rangka membantu dan memberdayakan kaum miskin dan mustadhafin, Muhammadiyah telah mendirikan ribuan amal usaha sosial, seperti panti asuhan bagi anak yatim piatu dan orang jompo, poliklinik, balai kesehatan, dan sekolah-sekolah, yang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi anak-anak keluarga miskin. Badan-badan amal sosial tersebut didirikan dan dibesarkan dari dana zakat, infaq dan shadaqah dari warga masyarakat dan para aghniya dari kalangan anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Kegiatan penggalian dana ZIS di lingkungan Muhammadiyah selama ini masih bersifat parsial dan sporadis sehingga hasil yang dicapai kurang optimal. Pemerintah bersama DPR telah membuat Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sebagai dasar hukum untuk bergerak secara lebih intensif bagi organisasi masyarakat dalam upaya menggali sumber dana ZIS, dengan mendirikan lembaga-lembaga amil zakat. Melalui UU tersebut, Pemerintah memberikan insentif kepada warga masyarakat pembayar zakat dalam bentuk potongan pajak sebesar zakat yang dikeluarkannya melalui Badan dan Lembaga Amil zakat. Sehubungan dengan itu, dan dalam upaya untuk lebih memperkuat
badan-badan
amal
sosial
Muhammadiyah
dalam
membantu dan memberdayakan kaum miskin maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah memandang perlunya membentuk satu lembaga yang
6
secara khusus melaksanakan fungsi Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah. LAZIS
Muhammadiyah
memiliki
aspek
legal
dengan
pengukuhan sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional dalam bentuk : a. SK PP Muhammadiyah nomor : 103/KEP/I.0/K/2002 tanggal 04 Juli 2002. b. SK Menteri Agama nomor : 457 tanggal 21 Nopember 2002.
LAZIS Muhammadiyah telah menargetkan jumlah dana Zakat yang
akan
dikumpulkan
melalui
pelayanan-pelayanan
LAZIS
Muhammadiyah dan juga melalui Jejaring LAZIS Muhammadiyah yang tersebar di berbagai daerah. Jumlah target yang akan dicapai melalui pelayanan LAZIS Muhammadiyah tersebut akan diupayakan khususnya dengan memudahkan muzaki membayar zakatnya melalui gerai-gerai yang dibuka, maupun pelayanan lain.
Setiap donator atau muzaki membutuhkan pelayanan yang berbeda dalam berdonasi, dan semua itu membutuhkan strategi dalam menghimpun atau menggalang dana yang merupakan tulang punggung kegiatan dalam menggalang dana agar segala kegiatan berjalan dengan lancar. Atas dasar itulah LAZIS Muhammadiyah menyediakan berbagai macam pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan para donator yang berbeda pula, salah satunya adalah layanan jemput zakat.
7
Dalam rangka memberikan kepuasan konsumen, perusahaan atau sebuah lembaga perlu melakukan usaha pembinaan langganan, melalui pengarahan tindakan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan ciri atau sifat para pembeli/ konsumen tersebut. Untuk dapat membina
langganan
atau
pasarnya,
maka
perusahaan
perlu
memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuannya, sehingga terarah kepada pasar sasaran (target market) yang dituju. 6
Layanan jemput zakat merupakan salah satu pelayanan yang ada dalam strategi fundraising LAZIS Muhammadiyah, suatu pelayanan yang menawarkan berbagai macam kemudahan dan kepuasan yang berbeda dengan pelayanan LAZIS Muhammadiyah yang
lain
dan
berpengaruh
signifikan
terhadap
efektivitas
penggalangan atau penghimpunan dana di LAZIS Muhammadiyah. Sehingga melalui layanan jemput zakat dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap pasar sasaran yang dituju, atas dasar itulah penulis ingin membuat penelitian skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGGALANGAN
DANA
MELALUI
LAYANAN
JEMPUT
ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH.”
6
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A, MANAJEMEN PEMASARAN Dasar, Konsep, dan Strategi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 143
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas hanya lebih terfokus kepada salah satu strategi pelayanan di LAZIS PP Muhammadiyah, yaitu layanan jemput zakat. 2. Perumusan Masalah Agar dalam pembahasannya lebih terarah dan terfokus, maka dapatlah di kemukakan rumusan masalah terhadap judul ini. dengan maksud untuk memudahkan penelitian dan mendapatkan hasil kajian yang Komperehensif. Adapun masalah yang akan di teliti dan di paparkan dalam skripsi ini adalah: a. Bagaimana strategi fundraising yang dilakukan LAZIS Muhammadiyah? b. Bagaimana program layanan jemput zakat yang dilakukan LAZIS Muhammadiyah? c. Seberapa besar standar efektifitas program layanan jemput zakat LAZIS Muhammadiyah dalam meningkatkan jumlah Muzaki?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan
penelitian
yang
hendak dicapai
adalah Untuk
mengetahui langkah-langkah dan upaya apa saja yang dilakukan di
9
layanan jemput zakat LAZIS Muhammadiyah, sehingga penulis dapat membuktikan apakah layanan jemput zakat ini dapat berpotensi, berperan besar atau tidak berpengaruh dalam penggalangan dana di LAZIS Muhammadiyah. Ada beberapa tujuan lain yang mendasari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan oleh LAZIS PP Muhammadiyah dalam menggalang dana. 2. Untuk mengetahui bagaimana program layanan jemput zakat yang dilakukan oleh LAZIS PP Muhammadiyah. 3. Untuk mengetahui seberapa besar program layanan jemput zakat ini berkembang, maka perlu dilihat seberapa besar standar keefektifitasan program ini dari berbagai faktor (intenal maupun eksternal). Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu: 1. Sebagai alat ukur dalam perkembangan menggalang dana, sehingga ketika terlihat kekurangan dalam layanan jemput zakat diharapkan penelitian ini mampu membuat Antisipasi di tahuntahun berikutnya dalam menyusun strategi menggalang dana di LAZIS Muhammadiyah. 2. Sebagai sampel bahwa LAZIS Muhammadiyah adalah salah satu Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional yang terbaik di Indonesia, dan sudah memiliki legalitas.
10
3. Sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana 1 (S1) Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
D. Tinjauan Pustaka Dalam penyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjuan pustaka oleh penulis, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang akan penulis teliti sekarang, tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antar masing-masing judul skripsi tersebut antara lain: 1. Penulis Selamet Fadilah (104053002064) yang berjudul Strategi Penggalangan dan Pendistribusian Dana Komite Indonesia Untuk Solidaritas Palestina, jurusan Manajemen Dakwah. Judul skripsi tersebut membahas tentang strategi dalam penggalangan dana komite indonesia, namun tujuan skripsi ini lebih kepada strategi dalam penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah. 2. Penulis Elvi Alawiyah Yang Berjudul Administrasi Kantor Penggalangan dan Pendayagunaan Dana Zakat pada Baitulmaal Muamalat, jurusan Manajemen Dakwah. Perbedaan terletak pada spesifikasi dalam administrasi penggalangan dan pendayagunaan
11
dana zakat, sedangkan skripsi ini lebih mengarah kepada strategi dalam penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah. 3. Penulis Umroha Almaal (102053025761) yang berjudul Strategi Fundraising Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat, jurusan Manajemen Dakwah. Judul skripsi tersebut membahas tentang strategi fundraising, sedangkan pada skripsi ini penulis lebih mengarah kepada strategi penggalangan dana dalam program layanan jemput zakat.
E. Metodelogi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip dari “metodologi penelitian kualitatif” metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan perilaku yang dapat diamati. 7 Deskriptif yaitu suatu metode yang membahas permasalahan dengan cara memaparkan atau menguraikan terlebih dahulu dengan pokok masalah secara teoritis. 2. Subjek dan objek penelitian
7
Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2002), Cet Ke-17, Hal.3
12
Subjek penelitian ini adalah LAZIS PP Muhammadiyah, sedangkan
objek
penelitiannya
adalah
bagaimana
strategi
penggalangan dana melalui program layanan jemput zakat. 3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian: Sekretariat PP Muhammadiyah Jakarta; Gedung dakwah Muhammadiyah. Jln Menteng Raya No 62. Jakarta (lantai 3, kantor LAZIS Muhammadiyah). 4. Teknik pengumpulan data Dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Agar lebih mudah mendapat data yang konkrit, sehingga penulis mengadakan kunjungan dan pengamatan secara langsung kepada pihak yang bersangkutan yaitu LAZIS Muhammadiyah. b. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi dari sumber informasi. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang atau organisasi,
dalam
hal
ini
peneliti
menggunakan
sistem
wawancara langsung untuk melengkapi pengumpulan data yang
13
diperlukan, penulis mengadakan wawancara langsung dengan tema yang diteliti. 8 c. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Data-data di peroleh melalui dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, dan juga buku-buku, artikel, majalah, Koran, dan bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian serta dapat memperkaya dan mempertajam analisa study ini, sumber- sumber data yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari sumber tertulis. 9 5. Analisa data Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode deskriptif,
metode
deskriptif
adalah
langkah–langkah
dalam
melakukan representasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat dalam masalah yang diselidiki, dengan kata lain, metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan data. Tetapi meliputi juga analisis dan interpretasi tentang arti data itu.10 6. Teknik penulisan
8
Ari Kunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Bina Aksara,1985), h. 109-110 9 Meleong, (Metodologi Penelitian Kualitatif H. Abdurrahman,Tif ), h. 16 10 Soejono Dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ), h. 24
14
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku. pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi,tesis dan disertasi), yang disusun oleh tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami pengertian-pengertian dan mempelajari penulisan penelitian skripsi. Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis menjadi lima bab. Tiap-tiap bab terdiri dari sub bab dengan rincian sebagai berikut: BAB 1
PENDAHULUAN Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan latar belakang
masalah,
pembahasan
dan
pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjuan pustaka, sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan tentang: Teori Strategi, yang menjelaskan tentang; pengertian, proses dan faktor-faktor strategi.
15
Zakat, yang menjelaskan tentang; pengertian dan definisi zakat, serta prinsip-prinsip zakat, tujuan, hikmah, syarat, macam dan dalil-dalil tentang zakat. Penggalangan Dana Zakat, yang menjelaskan tentang; Strategi
Penggalangan
Dana
Zakat,
Teknik
Penggalangan Dana Zakat, Sumber-Sumber Dana Zakat, dan Pola Penggalangan Dana zakat.
BAB III
PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH Bab ini menggambarkan dan menguraikan tentang program layanan jemput zakat yang mencakup; latar belakang, tujuan, dasar hukum, Rencana kerja, dan Sistem
program
menggambarkan
layanan pula
jemput
tentang
zakat. profil
Serta LAZIS
Muhammadiyah.
BAB IV
STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH Bab ini menguraikan tentang strategi penggalangan dana
LAZIS
Muhammadiyah,
yang
menjelaskan
bagaimana segmenting, targeting, dan juga positioning dalam program layanan jemput zakat, serta hasil apa
16
saja yang diperoleh dalam menjalankan strategi tersebut. Dan yang terakhir dalam bab ini yaitu analisis penulis dalam meneliti berbagai kegiatan di LAZIS Muhammadiyah.
BAB V
PENUTUP Bab ini menguraikan kesimpulan, dan saran saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
TENTANG
STRATEGI
PENGGALANGAN DANA ZIS
TENTANG:
Teori Strategi; Pengertian Strategi, Proses Strategi, Faktorfaktor Strategi.
Zakat; Pengertian dan Definisi Zakat, Prinsipprinsip Zakat, Tujuan, Syarat, Macam, dan Dalil Zakat.
Penggalangan Dana Zakat; Strategi Penggalangan Dana Zakat, Tekhnik
Penggalangan Dana Zakat, Sumber-sumber Dana Zakat.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail:
[email protected]
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI PENGGALANGAN DANA ZIS
A. Teori Strategi 1. Pengertian Strategi Strategi sebagai sebuah kata yang lebih tua dari istilah manajemen. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategeia ini berasal dari kata Stratos yang berarti militer dan ag yang berarti memimpin. Dalam koneks awalnya, strategi diartikan Generalship atau sesuatu yang dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang. 1 Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kata strategi banyak diadopsi dan diberi yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya.
Pengertian strategi tidak lagi
terbatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin. 2 Penggunaan kata strategi dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan sebagai kiat cara dan taktik utama yang 1
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h. 8 2 Ibid, h. 10
17
18
dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi. 3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan strategi adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan tertentu. 4 Untuk mengetahui lebih jelas megenai pengetian strategis, penulis mengedepankan pengertian strategis yang dikemukakan beberapa pakar, diantaranya: a. Menurut Prof. Dr. A. M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. 5 b. Menurut Dr. Fuad Ansyari mengatakan bahwa: “Dalam pengertian dasarnya strategi dan titik adalah metode titik untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara untuk
3
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 2000), Cet ke-1, h. 147 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199 5 A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), h. 58.
19
memenangkan persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.“ 6 c. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai. 7 d. Menurut Din Syamsudin, strategi mengandung arti diantaranya: 1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan. 2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai tujuan. 3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan. 8 e. Menurut William F. Glueck, strategi merupakan sesuatu yang dipersatukan,
bersifat
komprehensif
terintegrasi
yang
menghubungkan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa sejarah dasar
6
Fuad Amsari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), h. 40 7 George Stainer dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, t.t), h. 20 8 Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: logos, 2000), Cet ke-1, h. 127
20
perusahaan atau organisasi akan tercapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya. 9
Dari
beberapa
pengertian
diatas
maka
penulis
dapat
menyimpulkan: ada beberapa rumusan-rumusan yang ada dalam strategi, namun demikian tidak merubah ide-ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula diantaranya, yaitu: 1) Strategi merupakan satu kesatuan rencana yang terpadu untuk mencapai tujuan organisasi. 2) Dalam
menyusun
strategi
perlu
dihubungkan
dengan
lingkungan organisasi sehingga dapat di susun kekuatan organisasi.
2. Proses Strategi Joel Ross dan Michael mengungkapkan, bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi seperti kapal tanpa ada kemudinya, bergerak berputus pada lingkaran. Organisasi yang dimiliki seperti pengembara tanpa adanya tujuan tertentu. 10 Adapun proses strategi terdiri dari tiga tahapan: a. Perumusan Strategi
9
Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000), Cet ke-1, h. 4 10 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3
21
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif memilih strategi untuk dilaksanakan. 11 Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan. Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja, diantaranya: 1) Tahap Input (masukan) 2) Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. 3) Tahap Pencocokan 4) Proses
yang
dilakukan
adalah
memfokuskan
pada
menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal. 12 5) Tahap Keputusan 6) Menggunakan semacam teknik, di peroleh dari input sasaran dalam
mengevaluasi
strategi
alternatif
diidentifikasikan dalam tahap kedua. 13
11 12
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, h. 15. Ibid, h. 183.
yang
telah
22
Perumusan strategi haruslah selalu melihat ke depan dengan tujuan, artinya peran perencanaan amatlah penting dan memiliki andil yang besar. b. Implementasi Strategi Implementasi Strategi termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk. 14 Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalan strategi, karena implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan. Menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasikan sumber daya dan mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang dilakukan dalam mengimplementasikan strategi. Implementasi yang sukses membutuhkan dukungan disiplin, motivasi dan kerja keras. c. Evaluasi Strategi Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu:
13 14
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, h. 198 Ibid, h. 5
23
1. Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) dan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang harus dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktifitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula pada hasil yang akan dicapai. 2. Mengukur Prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan yang didapat). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individu dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat di ukur dan dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil yang lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan dengan apa yang telah terjadi. 3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan starategi baru dirumuskan. “... Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang
24
dibayangkan semula untuk pencapaian yang direncanakan maka disitulah tindakan korektif diperlukan.“ 15 Tindakan korektif harus menempatkan posisi yang lebih baik untuk lebih mampu memanfaatkan kekuatan internal, menghindari, mengurangi, dan meringankan ancaman eksternal serta mampu memperbaiki kelemahan internal. Segala kegiatan korektif harus konsisten secara internal dan bertanggung jawab secara sosial. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan di masa depan. Evaluasi strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan suatu hasil yang dicapai. Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai. Evaluasi strategi sangat diperlukan untuk organisasi
dari semua kegiatan
dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus memicu tinjauan dan nilai-nilai yang merangsang kreatifitas.
3. Faktor-faktor Strategi Kesadaran bagi setiap orang, baik sebagai individu atau kelompok organisasi, baik organisasi social atau organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan berubah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan sebuah usaha-usaha yang mengarahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi. 15
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, h. 104
25
Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi kepada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor strategi, diantaranya: a. Lingkungan Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi dan selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara berfikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan kehidupan. b. Lingkungan Organisasi Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada. c. Kepemimpinan S. P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal berbeda. 16
B. Zakat 1. Pengertian dan Definisi Zakat
16
h. 9
S. P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), Cet ke-2,
26
Perkataan zakat berasal dari kata zakaa, artinya tumbuh dengan subur. Makna lain kata zakaa. Dalam kitab-kitab hukum islam, perkataan zakat itu diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran islam, harta yang di zakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya). Jika dirumuskan, maka zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syaratsyarat tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, haul, dan kadar-nya. Menurut hadits, yang berasal dari Ibnu Abbas, ketika Nabi Muhammad mengutus Mu’az bin jabal ke Yaman untuk mewakili beliau menjadi gubernur di sana, antara lain Nabi menegaskan bahwa zakat adalah harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya, antara lain fakir dan miskin. 17 Infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang dikehendakinya sendiri. 18 Shadaqah atau sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang17
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 38 18 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 23
27
orang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik jenis,
jumlah
maupun
waktunya.
Lembaga
sedekah
sangat
digalakkan oleh ajaran Islam untuk menanamkan jiwa sosial dan mengurangi penderitaan orang lain. Sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain, termasuk dalam kategori sedekah. 19
2. Prinsip-prinsip Zakat Menurut M.A. Mannan, zakat mempunyai enam prinsip, yaitu: a. prinsip keyakinan keagamaan (faith) b. prinsip pemerataan (equite) dan keadilan c. prinsip productivitas (productivity) dan kematangan d. prinsip nalar (reason) e. prinsip kebebasan (freedom) f. prinsip etik (ethic) dan kewajaran. 20 Prinsip (pertama) keyakinan keagamaan menyatakan bahwa orang yang membayar zakat yakin bahwa pembayaran tersebut merupakan salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga kalau orang yang bersangkutan belum menunaikan zakatnya, belum 19
Ibid, h. 23 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 39 20
28
merasa sempurna ibadahnya. Prinsip (kedua) pemerataan dan keadilan cukup jelas menggambarkan tujuan zakat yaitu membagi lebih adil kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepada umat manusia. Prinsip (ketiga) produktivitas dan kematangan menekankan bahwa zakat memang wajar harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk terntentu. Dan hasil (produksi) tersebut hanya dapat dipungut setelah lewat jangka waktu satu tahun yang merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu. Prinsip (keempat) nalar, dan (kelima) kebebasan menjelaskan bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas dan sehat jasmani serta rohaninya, yang merasa mempunyai tanggung jawab untuk membayar zakat untuk kepentingan bersama. Zakat tidak dipungut dari orang yang sedang dihukum atau orang yang menderita sakit jiwa. Akhirnya, (keenam) prinsip etik dan kewajaran menyatakan bahwa zakat tidak akan diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang ditimbulkannya. Zakat tidak mungkin dipungut, kalau karena pemungutan itu orang yang membayarnya justru akan menderita.
3. Tujuan, Hikmah, Syarat, Macam, dan Dalil Zakat a. Tujuannya
29
Yang dimaksud dengan tujuan zakat, dalam hubungan ini, sasaran praktisnya. Tujuan tersebut, selain yang telah disinggung di atas, antara lain adalah sebagai berikut: 1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup serta penderitaan 2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnussabil dan mustahiq lainnya 3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya 4) Menghilangkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta 5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin 6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat 7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta 8) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya untuk mencapai keadilan sosial. 21 b. Hikmahnya
21
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 40
30
Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah (makna yang dalam, manfaat) yang bersifat rohaniyah dan filosofis. Hikmah itu digambarkan di dalam berbagai ayat al-Qur’an dan al-Hadits. Di antara hikmah-hikmah itu adalah: 1) Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuh suburkan harta dan pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan loba, dengki, iri, serta dosa 2) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan 3) Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia 4) manifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa 5) Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial 6) Membina dan mengembangkan stabilitas sosial 7) Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial. 22
c. Syaratnya Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang dipunyai oleh seorang muslim. Syarat-syarat itu adalah:
22
Ibid, h. 41
31
1) Pemilikan yang pasti. Artinya sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya 2) Berkembang. Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia 3) Melebihi kebutuhan pokok. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri sendiri dan keluarganya untuk hidup wajar sebagai manusia 4) Bersih dari hutang. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih dari hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat) maupun hutang kepada sesama manusia 5) Mencapai nisab. Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya 6) Mencapai haul. Artinya harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan atau setiap kali menuai atau panen. 23 d. Macamnya Sebagaimana telah disebut juga di atas, zakat terdiri dari (1) Zakat maal atau zakat harta, dan (2) zakat fitrah. Yang dimaksud dengan (1) zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang
23
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 41
32
(juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orangorang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu; (2) zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya idulfitri. 24 e. Dalil-dalilnya Yang dimaksud dengan dalil-dalil dalam hubungan ini adalah dasar-dasar hukum zakat, baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun yang terdapat dalam kitab-kitab hadits (al-Hadits). Dalildalil yang terdapat dalam kedua sumber hukum Islam itu disebut dalil-dalil naqli, sedangkan dalil-dalil yang lahir dari ijtihad manusia dinamakan dalil aqli. 25 Berikut ini, sebagai contoh, disebutkan beberapa dalil naqli dan keutamaan zakat yang terdapat di dalam al-Qur’an, yaitu: 1) Perintah menunaikan. (Q.s. Al Baqarah : 43, 83, 110, 177). 26 ☺ ⌧ ⌧
24
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 42 25 Ibid, h. 42 26 Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.
33
Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku. (Q.s. Al Baqarah : 43)
☺
☺
⌧
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.s. Al Baqarah : 83) ☺
34
☺
☺
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (Q.s. Al Baqarah : 110)
☺ ☺
⌧
☺
☺ ☺ ☺
☺
35
☺
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.s. Al Baqarah : 177)
36
2) Orang yang menunaikan – mendapat pahala dari Tuhan. (Q.s. Al Baqarah : 277; An Nisaa : 162; Al A’raaf : 156; At Taubah : 71). 27
☺
Artinya
:
Sesungguhnya
orang-orang
yang
beriman,
mengerjakan amal shaleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.s. Al Baqarah : 277)
☺ ☺ 27
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.
37
Artinya : Tetapi orang-orang yang mendalami ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu’min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al
Qur’an),
dan
apa
yang
telah
diturunkan
sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (Q.s. An Nisaa : 162)
⌧ ⌧
☺ ⌧
38
Artinya : Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan
di
akhirat,
sesungguhnya
kami
kembali
(bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “SiksaKu akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orangorang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat Kami.“ (Q.s. Al A’raaf : 156)
☺ ☺
☺ ☺
☺
⌧
⌧
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong
bagi
sebahagian
yang
lain.
Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari
39
yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
itu
akan
diberi
rahmat
oleh
Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.s. At Taubah : 71)
3) Orang yang berhak menerima (Q.s. At Taubah : 60). 28 ☺ ☺ ☺ ⌧
⌧
☺
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang untuk dijalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
28
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.
40
diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.s. At Taubah : 60)
4) Keharusan ada pemungut (Q.s. At Taubah : 103).29
⌦
☺
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.s. At Taubah : 103)
5) Bani Israil diperintah (Q.s. Al Maaidah : 12). 30 ⌧
☺ 29
Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249. 30 Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), h. 249.
41
☺
☺
⌧
Artinya : Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku menghapus dosadosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungaisungai. Maka barangsiapa kafir diantaramu sesuadah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (Q.s. Al Maaidah : 12)
42
Di samping yang terdapat di dalam al-Qur’an itu, dapat juga dimajukan beberapa dalil naqli yang terdapat di dalam kitab-kitab hadits, yakni (antara lain): 31 1) Orang kaya yang bersyukur, lebih baik dari orang miskin yang kufur; 2) Kemiskinan membawa orang kepada kekufuran yaitu sikap mengingkari dan lupa pada kebenaran; 3) Menolong janda miskin sama (nilainya) dengan melakukan jihad di jalan Allah; ... 4) Senyum (yang kau berikan) pada saudaramu, menganjurkan berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan, menujukkan jalan bagi orang yang sesat, menghilangkan gangguan duri dari jalan, menuangkan air yang ada dalam embermu ke ember saudaramu, menuntun orang yang lemah, adalah sedekah; 5) Sewaktu mengutus Mu’az bin Jabal ke Yaman, antara lain Nabi Muhammad bersabda: “Allah mewajibkan mereka (orang Yaman itu) menzakati harta kekayaan mereka. Zakat itu diambil dari orang-orang kaya dan dibagi-bagikan kepada fakir-miskin; 6) Ketika seorang menanyakan pendapat Muhammad mengenai cara membelanjakan hartanya, Nabi menjawab: keluarkan zakat
31
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 43.
43
dari hartamu itu, sebab zakat adalah suci dan akan menyucikan kamu. Dengan zakat kamu akan dapat menyambung tali silahturahmi dengan kerabat, tetangga, peminta-minta, dan menghormati hak orang-orang miskin; 7) Barangsiapa yang diberi Allah kekayaan, tetapi tidak menunaikan zakatnya, pada hari kiamat kekayaannya itu akan menjadi ular berbisa yang akan melilit tubuhnya, sambil berkata: Akulah kekayaanmu dan akulah harta bendamu.
C. Penggalangan Dana Zakat 1. Strategi Penggalangan Dana Zakat Penggalangan dalam kamus Indonesia-inggris adalah fundraising, sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut fundraiser. 32 Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan; mengumpulkan, perhimpunan, pengerahan1 Peter Salim; Salim’s Ninth Collegiate Cet.. 33 Dan yang dimaksud dengan dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan, biaya, pemberian, hadiah, derma. 34
32
Peter Salim. ’s Ninth Collegiate Indonesia-English Dictionary. (Jakarta; Modern English Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 607. 33 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2002, edisi ke3, h. 612. 34 Ibid, h. 234.
44
Menggalang dana adalah sebuah proses, menggalang dana bukan mengenai meminta uang tetapi lebih mengenai menjual ide bahwa donor dapat mewujudkan perubahan masyarakat. Bila orang telah menerima ide itu, maka mereka akan mau menyumbang. Beberapa penggalangan dana tidak memanfaatkan peluang untuk memperoleh dana. Beberapa lagi melakukannya, tetapi tidak terlalu efektif. Tujuan menggalang dana adalah memperoleh, tetapi sering dilupakan bahwa imbauan agar orang berbuat sesuatu, permintaan agar orang menyumbang adalah bagian yang sangat penting dari imbauan yang disajikan. Dari beberapa pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa penggalangan dana adalah kegiatan penghimpunan dana yang mana dalam kegiatan itu penggalangan dana menjual ide orang-orang yang mempunyai daya kretifitas dan imajinasi yang tinggi, sehingga mampu menghimpun beberapa dana dari donatur yang bisa dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan organisasi penggalangan dana. Penggalangan dana atau fundraising berperan penting bagi lembaga/ organisasi sosial dalam upaya mendukung jalannya program dan menjalankan roda operasional yang telah digariskan. 35
35
Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatera, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008), h. 72.
45
Strategi menggalang dana adalah tulang punggung kegiatan menggalang dana yang akan dilakukan, dan dalam penggalangan dana juga diperlukan beberapa perumusan. Perumusan strategi dalam hal ini adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan
kekuatan,
kelemahan
secara
internal,
menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. 36
Dalam
perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan. Konsep strategi dapat dilihat dari dua prespektif yang berbeda: Pertama, dari perspektif mengenai apa yang hendak dilakukan oleh sebuah organisasi, apakah tindakan sejak semula dimaksudkan atau tidak. 37 Dari perspektif pertama, strategi diberi batasan berbagai “program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya”. Kata program dalam definisi ini berarti peran aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi. Dari prespektif kedua, strategi adalah “pola tanggapan organisasi yang sekali-kali dilakukan terhadap lingkungan”. Dalam definisi ini setiap organisasi 36
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhard Lindo, 2002), h. 15. 37 J.A.F. Stoner, R.E. Freeman, Manajemen Jilid 1, (Jakarta: Intermedia, 1994), h. 302.
46
mempunyai strategi meskipun tidak harus efektif, sekalipun strategi itu tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Artinya, setiap organisasi mempunyai hubungan dengan lingkungannya yang dapat diamati dan dijelaskan. Pandangan seperti ini mencakup organisasi yang para manajernya bersifat reaktif yang menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan jika ada kebutuhan untuk itu. Perumusan sebuah strategi yang dilakukan secara aktif dikenal sebagai perencanaan strategik atau lebih mutakhir, manajemen strategik. 38 Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu: 39 a. Strategi harus tanggap terhadap lingkungan ekstern. b. Strategi melibatkan keunggulan kompetitif. c. Strategi harus sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat di dalam organisasi. d. Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang. e. Strategi secara keorganisasian dipandang layak dan wajar. Titik tolak dalam merumuskan strategi penggalangan dana adalah
tinjauan
terhadap
penentuan
kebutuhan
organisasi,
perkembangan organisasi, mengidentifikasi sumber daya, dan 38
J.A.F. Stoner, R.E. Freeman, Manajemen Jilid 1, (Jakarta: Intermedia, 1994), h. 57. 39 Ibid, h. 57.
47
menilai peluang. Berikut akan diuraikan bagian-bagian dari perumusan strategi penggalangan dana: a. Menentukan kebutuhan. Menentukan kebutuhan dapat dilakukan pada tingkat; 40 1) Agar bisa terus melakukan kegiatan. 2) Meningkatkan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang terus bertambah. 3) Perkembangan organisasi di masa depan. b. Perkembangan Organisasi Di samping tugas-tugas menyangkut dana, sebuah organisasi juga perlu membiayai kegiatan sendiri dan masa depannya. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan: 41 1) Pengembangan modal. 2) Dana Abadi (Corpus Fund). 3) Mengurangi
hidup
bergantung
pada
pihak
luar
dan
mengembangkan sumber dana independen. 4) Mengembangkan landasan keanggotaan dan pendukung. 5) Kemampuan berdiri sendiri untuk jangka panjang. c. Mengidentifikasi Sumber Daya
40
Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 51. 41 Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 57.
48
Dalam menyusun strategi penggalangan titik tolak yang baik adalah mengidentifikasi sumber-sumber dana yang mungkin dapat digali: 42 1) Dukungan dari perorangan, diajak menjadi anggota atau memberi sumbangan. 2) Sumbangan besar selama hidup, dan warisan setelah meninggal. 3) Dukungan dari kegiatan penggalangan, seperti meminta sumbangan dari masyarakat, mengadakan malam hiburan, dan acara massal lainnya. 4) Pemberian dalam bentuk barang (oleh perorangan atau Lembaga Penggalang Dana). 5) Hibah dari lembaga pemerintah pusat maupun lembaga non pemerintah. 6) Hibah dari lembaga donor internasional atau nasional. 7) Hibah dari yayasan international atau lokal. d. Menilai Peluang Butir-butir di atas adalah gambaran yang cukup lengkap mengenai sumber dana yang dapat di gali, perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini: 43 1) Pengalaman di masa lalu. 42
Ibid, h. 57. Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 60. 43
49
2) Pendukung yang sewajarnya. 3) Organisasi macam apa yang akan dibentuk . 4) Gaya dalam melakukan kegiatan. 5) Sumber daya dan keahlian yang dimiliki. 6) Sumber dana yang ada sekarang. 7) Peluang yang terbaik. 8) Siapa saja yang kita kenal. e. Perspektif Jangka Panjang Penting Beberapa sumber dana pada dasarnya bersifat jangka pendek. Tetapi ada pula yang dapat dikembangkan menjadi mitra jangka panjang. Misalnya, jika kita punya rencana untuk mengembangkan organisasi untuk jangka panjang, maka kita perlu uang, tidak hanya untuk tahun ini tetapi juga untuk tahun depan, tahun berikutnya, dan tahun selanjutnya. Jika kita menggalang dan untuk jangka pendek, kita mungkin berhasil menghimpun dana untuk tahun ini dan tahun depan, tetapi setelah itu kita akan mengalami defisit. Karena ketika kita menggalang dana untuk masa depan, perhitungkan potensi setiap sumber untuk memberi dukungan dalam jangka panjang. f. Mengidentifikasi Hambatan Hambatan akan selalu ada ketika kita melakukan sesuatu. Ada hambatan yang timbul karena sifat organisasi dan apa yang diperjuangkannya. Ada yang timbul dari dalam tubuh organisasi
50
sendiri, dan mungkin beberapa datang dari luar. Apapun sumber hambatan, kita perlu memperhitungkan ketika menyusun rencana menggalang dana. g. Merumuskan Strategi Proses perencanaan strategi akan mempertimbangkan semua pilihan yang tersedia, membuat keputusan berdasarkan informasi yang
cukup
merencanakan
lengkap
mengenai
pendekatan
langkah-langkah
yang
terbaik,
berikutnya,
dan
mempertimbangkan dengan seksama sumber daya apa yang akan diperlukan. Ada beberapa teknik sederhana yang dapat digunakan untuk perencanaan strategis.
2. Tekhnik Penggalangan Dana Zakat Zakat merupakan rukun islam keempat yang sangat penting bagi kesejahteraan dan tegaknya keadilan sosial ekonomi ummat. Pembayaran zakat bukan hannya menunjukkan kesalehan individual tetapi juga mencerminkan kesalehan sosial. Zakat merupakan sumber dana potensial dalam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Potensi zakat untuk pembayaran ekonomi dengan berupa menciptakan iklim masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud, apabila penyaluran tidak langsung diberikan kepada mustahik untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola, dan
51
didistribusikan oleh badan atau lembaga yang amanah dan profesional. Untuk keperluan ini, UU RI No. 38 Tahun 1999 mengenai
pengelolaan
zakat
merupakan
wujud
kepedulian
pemerintah untuk mengupayakan kelembagaan pengelolaan zakat dengan manajemen modern. 44 Teknik yang harus dibuat terkait dengan penghimpunan adalah cara penerimaan dana. Penentuan cara penerimaan dana akan berpengaruh secara signifikan terhadap efektifitas penghimpunan dana. Penentuan cara penerimaan dana juga akan berpengaruh terhadap biaya dalam penghimpunan dana karena setiap cara penerimaan dana membutuhkan sarana/ alat dan pengendalian yang berbeda. 45 Berikut dibawah ini adalah teknik menggalang dana zakat: a. Membentuk Kelompok Penggalangan Dana Salah satu cara lembaga zakat dalam menyelenggarakan pemungutan (fund-raising) adalah dengan membentuk kelompok penggalangan dana yang bertugas mencari, dan memungut zakat dari para muzakki. Imam Nawawi mengatakan hendaklah para imam (Pemimpin suatu lembaga) dan pelaksana serta orang yang diserahi tugas membagikan zakat. Melakukan pencatatan para mustahik untuk mengetahui jumlah dan ukuran kebutuhan mereka. 44
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, CED (Center For Enterpreneurship Development), Jakarta: 2005, h. 1. 45 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, CED (Center For Enterpreneurship Development), Jakarta: 2005, h. 22.
52
Sehingga seluruh zakat itu diselesaikan setelah diketahui jumlah zakat itu, agar segera diselesaikan hak mereka dan untuk menjaga terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. 46 Artinya sebelum melaksanakan kegiatan pengumpulan dana, minimal diketahui dahulu deskripsi atau gambaran peta mustahiq. Untuk membentuk kelompok penggalangan dana kegiatan ini, tetapi investasi ini akan membuahkan hasil yang memuaskan pula. Ada beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
membentuk
penggalangan dana, yaitu: 47 1) Mencari orang 2) Mencari seseorang untuk menjadi pemimpin kelompok 3) Membentuk kelompok 4) Membantu kelompok mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang tepat untuk menggalang dana 5) Mengawasi b. Menyelenggarakan Acara Penggalangan Dana Banyak
macam
acara
menggalang
dana
yang
dapat
menghimpun dana untuk tujuan amal, akan tetapi semuanya itu menimbulkan resiko yang cukup besar. Namun apabila acara yang diselenggarakan
tersebut
dengan
baik,
memang
dapat
menghasilkan uang dalam jumlah besar, tetapi banyak acara yang 46
M. Djamal, Doa, 2004, h. 20. Michael Norton, Menggalang Dana, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2002, h. 243. 47
53
memakan banyak biaya dan menyita tenaga dan hasilnya tidak seberapa.
Dalam
hal
ini
perlu
diperhatikan
dalam
menyelenggarakan acara penggalangan dana adalah tujuan acara tersebut. Tujuan acara yang jelas akan memudahkan si penggalang dana untuk merumuskan dan mengidentifikasikan kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan. c. Kontak Perusahaan Dalam hal ini, para petugas pengumpul dana zakat mengontak perusahaan-perusahaan untuk diajak bekerja sama atau untuk ikut serta mendayagunakan dana perusahaan yang sudah terhimpun dalam dana CSR (Corporate Social Responsibility), dari aktifitas ini para pengumpul dana harus benar-benar dapat meyakinkan perusahaan, dana yang dikelola dan didayagunakan itu dapat didistribusikan kepada yang berhak dan tepat sasaran, serta menjaga nama baik perusahaan yang mempercayakan dananya untuk dikelola. 48 d. Presentasi Dalam aktifitas ini para pengumpul dana memberikan penjelasan sedetail-detailnya tentang zakat. Agar para muzakki memahami akan kewajibannya untuk mengeluarkan zakat. Teknik seperti ini biasanya ditujukan untuk kalangan eksekutif, manajermanajer perusahaan, karyawan kantoran, dan lain-lain. 48
Google Searching: Yudhik93’s.wordpress.com
54
e. Direct Mail (Surat Langsung dan Pendekatan Pribadi) Ken Burnett, penulis Relationship Fundraising menjelaskan mengenai cara menggalang dana dengan menggunakan surat minta sumbangan secara langsung. Mengirim surat permintaan kepada anggota masyarakat adalah salah satu alat yang paling fleksibel dan paling ampuh untuk menggalang dana. Program dana melalui surat permintaan langsung dapat menghasilkan sumber dana yang tetap bagi organisasi. Inti dari teknik ini adalah kemampuan untuk mengirimkan surat pribadi dengan panjang, terserah kepada organisasi kepada kelompok-kelompok sasaran tertentu pada waktu yang ditetapkan sendiri. f. Buletin dan Media Publikasi LAZ
(Lembaga
Amil
Zakat)
dalam
perjalanan
dan
perkembangannya juga perlu untuk menerbitkan bulletin, buku, kampanye zakat, spanduk, banner, menyewa space satu lembar yang menjelaskan aktifitas dan kegiatan yang sedang dilaksanakan, akan dilaksanakan dan yang sudah dilaksanakan dalam suatu surat kabar nasional, dan lain-lain. Tujuannya agar masyarakat awam tahu akan pentingnya berzakat. g. Auto Debet Dalam perjalanan dan perkembangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dewasa ini banyak lembaga yang sudah mempunyai
55
rekening sendiri di Bank Negeri maupun Swasta, tujuannya agar muzakki mudah dalam menyalurkan zakatnya. h. Mobile Zakat/ SMS Beberapa LAZ saat ini sudah mempunyai fasilitas pembayaran zakat melalui Short Massage Service (SMS), fasilitas ini memberikan kemudahan bagi para pengguna penikmat telpon selular untuk berinfaq dan berzakat, secara otomatis para penikmat telepon selular yang menggunakan fasilitas ini akan berkurang saldo pulsanya.
3. Sumber Dana Zakat Mengenai sumber dana zakat disebutkan bahwa dewasa ini (maksudnya di DKI Jaya), sumber zakat itu adalah: a. Hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis, seperti misalnya anggrek, rambutan, durian, papaya, dan sebagainya. b. Hasil peternakan dan perikanan seperti ayam, hasil empang, hasil laut dan sebagainya. c. Harta kekayaan dalam semua bentuk badan usaha, baik yang dimiliki oleh perorangan maupun bersama-sama dengan orang lain. d. Hasil penyewaan atau pengontrakan rumah, bangunan, tanah, kendaraan dan sebagainya.
56
e. Pendapatan yang diperoleh dari sumber lain.
1) Zakat Perorangan a) Emas, perak dan uang Pembahasan zakat terhadap emas dan perak adalah zakat perhiasan. Para ulama telah sepakat wajibnya zakat atas perhiasan yang haram dipakai seperti perhiasan yang dipakai laki-laki, atau bejana emas dan perak yang dijadikan tempa makan dan minum. Sedangkan terhadap perhiasan yang dipakai oleh kaum perempuan, jumhur ulama sepakat akan tidak wajibnya zakat bagi perhiasan selain emas dan perak yang dipakai perempuan seperti intan, mutiara, dan permata. Salah satu alas an yang dikemukakan adalah bahwa benda-benda tersebut tidak berkembang, tetapi sekedar kesenangan dan perhiasan bagi kaum perempuan yang diizinkan Allah sebagaimana tersebut dalam QS An-Nahl : 14.
☺
57
Artinya : Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS An-Nahl : 14). Untuk kondisi saat ini, dimana barang-barang perhiasan bernilai ekonomis yang tinggi, yang nilainya sangat mahal dan seringkali melebihi nisab emas, sudah selayaknya pendapat terakhir ini harus diperhatikan. Hal lain yang berdekatan dengan zakat emas dan perak adalah zakat uang. Zakat uang nisab dan kadar zakatnya sama atau setara dengan nisab emas yaitu 85 gram emas dan kadarnya 2,5%. b) Zakat Hasil Pertanian Para ulama sepakat tentang kewajiban zakat hasil pertanian, sesuai dengan perintah Allah pada QS Al Baqarah ayat 267.
☺
☺ ☺
58
☺ ☺
⌧
☺
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu” (QS Al Baqarah : 267). Pada hakikatnya bukan jenis tanamannya yang dikenakan zakatnya, tetapi tanaman apapun merupakan karunia Allah. Dengan perkembangan perekonomian sekarang, tanamantananman yang belum dikenal pada zaman Nabi telah menjadi komoditas yang sangat mengntungkan, misalnya di Indonesia yaitu kelapa sawit, cengkeh, lada, kopi, buah-buahan, anggrek, tanaman hias dan tanaman lainnya. Syarat zakat pertanian pertama, berupa tanaman atau buah-buahan yang dapat brkembang, sebab zakat adalah bagian dari barang tersebut atau bagian dari jenisnya tanpa melihat kepemilikan tanahnya. Kedua, nisabnya 5 ausaq berdasarkan Hadist Nabi : “Harta yang kurang dari 5 ausaq tidak wajib untuk zakat.” Sedangkan kadar zakat, menurut ketentuan tanaman yang bergantung kepada tadah hujan, maka kadar zakatnya sebanyak 10%, sedangkan tanaman yang mempergunakan alat-alat yang
59
memerlukan biaya termasuk pemeliharaannya, kadar zakatnya 5%. c) Zakat peternakan Dalam berbagai hadis dikemukakan bahwa hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu ada tiga jenis hewan ternak yaitu unta, sapi, dan domba. Sedangkan diluar ketiga jenis tersebut di atas, yang kini dalam perekonomian modern berkembang pesat, seperti peternakan unggas, tidaklah termasuk pada kategori zakat hewan ternak, melainkan pada zakat perdagangan, karena memang sejak awal jenis peternakan ini sudah diniatkan sebagai komoditas perdagangan. Nisab dan kadar zakat hewan ternak berbeda-beda untuk setiap jenis dan jumlah ternak. Untuk unta, nisabnya mulai dari 5 ekor unta dengan kadar zakatnya untuk jumlah 5-9 ekor unta adalah 1 ekor kambing yang berumur 2, sedangkan jika jumlahnya melebihi 121 ekor maka kadar zakatnya 3 ekor anak unta betina berumur 2 tahun atau lebih. Sedangkan sapi atau kerbau, nisabnya mulai 30-39 ekor yang kadar zakatnya 1 ekor sapi atau kerbau berumur 1 tahun. Untuk kambing, nisabnya mulai 40, dan kadar zakatnya untuk jumlah 40-120 adalah 1 ekor anak kambing berumur 1 tahun. Hewan-hewan yang diperselisihkan oleh fuqoha berkenaan dengan macamnya ada pula sifatnya. Yang
60
diperselisihkan macamnya adalah kuda, dimana jumhur ulama menyatakan kuda tidak wajib dizakati. Mengenai sifat hewan yang diperselisihkan ialah antara yang digembalakan dan tidak digembalakan. Zakat peternakan ini hanya diperlakukan bagi hewan-hewan yang sengaja diternakkan, tidak dengan maksud diperjualbelikan. dibudidayakan
Sedangkan dengan
untuk
maksud
hewan-hewan
untuk
yang
diperjualbelikan
hewannya ataupun hasilnya seperti ayam (pedaging dan petelur), bebek, sapi (perah dan potong), unta, kuda, biri-biri, madu dan lain sebagainya dikenakan zakat perdagangan. d) Zakat perdagangan Hampir seluruh ulama sepakat bahwa perdagangan itu setelah memenuhi syarat tertentu harus dikeluarkan zakatnya. Yang dimaksud harta perdagangan adalah semua harta yang bisa dipindah untuk diperjualbelikan dan bisa mendatangkan keuntungan.
Kewajiban
zakat
harta
perdagangan
ini
berdasarkan nash Al Qur’an, hadist dan ijma’. Firman Allah :
☺
☺ ☺
61
☺ ☺
⌧
☺
“… Dan keluarkan zakat dari hasil usahamu yang baik-baik…” QS 2: 267. Nash Al Qur’an ini bersifat umum, yang berarti zakat atas semua harta yang dikumpulkan dengan cara bekerja yang hala, termasuk berjual beli. Sedangkan dasar hadis diantaranya adalah “riwayat dari abu Dawud dari Samurah bin Jundus, dia berkata :
Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk
mengeluarkan sadaqah dan zakat dari apa yang kita jual. Syarat-syarat umum dari zakat harta perdagangan adalah adanya nisab, sudah satu tahun, dan bebas dari hutang, termasuk kebutuhan pokok. Sedangkan syarat praktisnya adalah adanya niat memperdagangkan harta dagangan, dan niat untuk memperoleh penghasilan. e) Zakat profesi Zakat profesi, atau lebih tepatnya zakat atas penghasilan profesi, adalah zakat yang harus dikeluarkan oleh siapa saja yang telah memenuhi syarat-syaratnya. 49
2) Zakat Perusahaan 49
KH. Hadi Permono SH.MA.Sumber-sumber penggalian zakat, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1992)
62
Pengusaha muslim setiap tahunnya diwajibkan menghitung dan mengeluarkan zakat atas perusahaannya. Beberapa dalil syar’I tentang zakat perusahaan:
☺
☺ ☺
☺ ☺
⌧
☺
“Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil bumi yang Kami (Allah) keluarkan untuk kalian.” (QS. Al Baqarah: 267). “Rasulullah
SAW
memerintahkan
kepada
kami
agar
mengeluarkan sedekah (zakat) dari segala yang kami maksudkan untuk dijual.” (HR. Abu Daud). Ketentuan-ketentuan zakat perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Nishab 85 gram emas
63
Kadar: 2,5% jika periode penghitungan mengikuti tahun qamariyah; atau 2,578%. Jika periode penghitungan mengikuti tahun syamsiyah (1 januari s.d 31 Desember). b) Dasar perhitungan adalah dari laporan neraca tahunan, yaitu aktiva lancar dikurangi kewajiban jangka pendek; “Apabila telah sampai batas waktu untuk membayar zakat, perhatiknlah apa yang engkau miliki baik uang ataupun barang yang siap diperdagangkan, kemudian nilailah dengan nilai uang. Demikian pula piutang. Kemudian hitunglah hutanghutangmu dan kurangkanlah atas apa yang engkau miliki, kemudian zakatilah sisa dari selisih pengurangan tersebut. (Riwayat Maimun bin Mihran yang diriwayatkan Abu Ubaid dalam kitab Al Amwal). Syarat-syarat sebuah perusahaan menjadi obyek zakat adalah: 1) Kepemilikan dikuasi oleh muslim baik individu maupun patungan 2) Bidang usahanya halal 3) Dapat diperhitungkan nilainya 4) Dapat berkembang 5) Memiliki kekayaan minimal setara 85 gr emas Para ulama kontemporer mengnalogikan zakat perusahaan kepada zakat perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah perusahan intinya berpijak pada kegiatan
64
trading atau perdagangan. Hal tersebut dikuatkan oleh keputusan seminar zakat di Kuwait, tanggal 3 april 1984 tentang zakat perusahaan sebagai berikut: Zakat peusahaan disamakan dengan perdagangan apabila kondisi-kondisi sebagai berikut terpenuhi: 1) Adanya peraturan yang mengharuskan pembayaran zakat perusahaan tersebut. 2) Anggaran Dasar perusahaan memuat hal tersebut. 3) RPUS mengeluarkan keputusan yang berkaitan dengan hal itu. 4) Kerelaan para pemegang saham menyerahkan pengeluaran zakat sahamnya kepada dewan direksi perusahaan. c) Zakat surat-surat berharga Salah satu bentuk harta yang berkaitan dengan perusahaan dan bahkan berkaitan dengan kepemilikannya adalah saham. Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan.
Zakat merupakan salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, maupun sosial ekonomi dan terlebih lagi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik,
65
dimungkinkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan. Monzer Kahf menyatakan bahwa zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter, dan bahwa sebagai akibat dari zakat, harta akan selalu beredar. Zakat, menurut Mustaq Ahmad, adalah sumber utama kas negara sekaligus merupakan soko guru dari kehidupan ekonomi yang dicanangkan Al Qur’an. Zakat akan mencegah terjadinya akumulasi harta pada satu tangan, dan pada saat yang sama mendorong manusia untuk melakukan investasi dan mempromosikan distribusi. Zakat juga merupakan institusi yang komprehensif untuk distribusi harta, karena hal ini menyangkut harta setiap muslim secara praktis, saat hartanya telah sampai atau melewati nishab. Akumulasi harta di tangan seseorang atau sekelompok orang kaya saja, secara tegas dilarang Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :
☺ ☺
66
⌧
“…agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…” (QS. Al Hasyr, 59:7). Zakat merupakan dana ummat yang harus menjadi solusi atas segala persoalan yang berkaitan dengan ekonomi. Namun situasi dan kondisi di negeri tercinta ini sungguh memprihatinkan. Sebab ummat Islam yang disebut-sebut mayoritas tidak jadi solusi, ibu-ibu dan pemuda kini banyak yang menjadi pengangguran dan tidak produktif. Persoalannya terletak pada pengaturan dan pengelolaan sumber dana ummat yang tidak profesional. Sebaga contoh, berikut adalah salah satu sumber dana Bait alMaal adalah dana zakat yang dihimpun dan dipungut dari orang yang berkecukupan (muzakki). Bagi seorang mukmin, zakat bukan hanya amal kebajikan, tapi merupakan ibadah dan kewajiban. Sebagai amal sosial, ibadah zakat juga terkait dengan pengawasan, akuntabilitas dan juga pengelolaan manajerial. Pada dasarnya, zakat dipungut dan dikelola oleh orang yang menjadi pemimpin kaum muslim dan lembaga-lembaga
yang
berdasarkan
syariat.
Al-Qur’an
memanggilnya dengan sebutan, "Al 'Amilina 'Alaiha". Berdasar Al-Quran para pengelola juga berhak atas pembagian zakat. Ini membuktikan bahwa anggaran zakat dibedakan dengan pembiayaan Negara. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya
67
zakat itu diambil dari orang-orang kaya mereka (kaum Muslimin) dan dibagikan kepada, fuqara' mereka,". Dengan ini, zakat adalah kewajiban yang harus ditunaikan dan dipungut oleh para pengelola bukan sumbangan bebas yang diserahkan atas kemauan seseorang.
BAB III
PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH (LAZISMU)
TENTANG:
Program Layanan Jemput Zakat; Latar Belakang, Tujuan dan Dasar Hukum, Rencana Kerja, Sistem Program Layanan Jemput Zakat.
LAZIS PP Muhammadiyah; Sejarah dan Landasan Hukum, Visi Misi dan Tujuan, Struktur Organisasi, Program Kerja dan Kegiatan.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail:
[email protected]
BAB III PROGRAM LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH (LAZISMU)
A. Program Layanan Jemput Zakat 1. Latar Belakang
Setiap dekade mengharuskan manajemen suatu perusahaan atau lembaga untuk memikirkan kembali sasaran, stategi dan taktiknya. Perubahan yang sangat cepat dapat membuat prinsip-prinsip unggul dalam menjalankan bisnis di masa lalu tidak berlaku lagi. 1 Penurunan mutu lingkungan hidup memberikan peluang bagi perusahaan
yang
dapat
menciptakan
cara-cara
baru
untuk
memelihara lingkungan hidup. 2
Begitu pula dengan LAZIS Muhammadiyah, menyongsong bulan Ramadhan 1430 H, LAZIS Muhammadiyah meluncurkan program Z-Creative atau Zakat Creative. Pada hari Kamis tanggal 20 Agustus tahun 2009, Direktur LAZIS Muhammadiyah M. Khoirul Muttaqin, mengungkapkan bahwa kita harus mendorong gerakan
1
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 2. 2 Ibid, h. 2.
66
67
zakat di tanah air agar tampil segar dan menyegarkan, cerah dan mencerahkan. Melalui ide-ide cerdas dan kerja-kerja kreatif gerakan zakat akan memberikan kontribusi kuat bagi kemandirian umat dan pembangunan manusia. "Z-Creative" ini disempurnakan dengan moto bernuansa spiritual, Change Our Life. 3
Zakat Creative yang digagas LAZIS Muhammadiyah kali ini memiliki perbedaan dari program-program LAZIS Muhammadiyah sebelumnya. Diharapkan dengan Zakat Crative ini bisa melanjutkan keberhasilan penghimpunan zakat tahun 2008 yang meningkat hingga
67%
dibandingkan
tahun
sebelumnya.
Keberhasilan
penghimpunan ini merupakan peningkatan kepercayaan (trust) sebagai dampak penyaluran dana-dana kebajikan (ZIS) yang amanah, profesional dan transparan.
Setiap produk memiliki kemampuan berbeda untuk memenuhi kebutuhan para konsumen. 4 Konsep dasarnya adalah nilai pelanggan, setiap perusahaan atau lembaga akan membentuk suatu prakiraan kemampuan setiap produk memenuhi kelompok kebutuhannya. Perusahaan atau lembaga akan menentukan peringkat produk, dari yang paling memenuhi sampai yang paling tidak memenuhi
3
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 2 4 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 10.
68
kebutuhannya. Nilai adalah perkiraan konsumen tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. 5
Untuk itu, pencanangan Z-Creative ini diharapkan mampu memberikan “nilai lebih” bagi muzaki dengan kemudahan dan kepuasan menyalurkan dana kebajikannya, dan memberi implikasi segar bagi mustahiq (penerima zakat) untuk kreatif membangun dan mengembangkan kemandiriannya. Salah satu bentuk layanan dari Zakat Creative ini berupa Layanan Jemput Zakat. Layanan jemput zakat merupakan strategi yang ada pada fundraising LAZIS Muhammadiyah, yang dibentuk mulai tahun 2002, tetapi keefektifan layanan ini dimulai pada tahun 2003. 6 Cara berpikir pemasaran mulai dengan kebutuhan dan keinginan manusia. Manusia membutuhkan makanan, udara, air, pakaian, dan rumah untuk hidup. Di luar ini manusia ingin rekreasi, pendidikan maupun jasa lainnya. Mereka punya pilihan yang jelas akan macam dan merek tertentu dari barang dan jasa pokok. 7 Manusia memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan barang dan jasa. Dalam hal ini akan menggunakan istilah produk 5
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 10. 6 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari 2010. 7 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 8.
69
untuk mencakup keduanya. Definisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. 8 Sebenarnya, jasa juga diberikan oleh sarana lain seperti orang, tempat, kegiatan, organisasi, atau gagasan. 9 Kalau kita ingin berzakat dan bingung untuk mendonasikannya kemana, kita dapat pergi ke lembaga amil zakat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita. Dalam konteks ini, zakat merupakan bagian produk jasa dari layanan, yang sebetulnya berkaitan dengan karakteristik donatur, di LAZIS
Muhammadiyah
ada
yang
disebut
dengan
donatur
konvensional dan donatur yang mempunyai life style, yang dalam arti secara luas : 10 a. Mereka yang ingin berzakat dan memastikan bahwa zakat mereka betul-betul diterima kepeda yang berhak menerima, sehingga
mereka
ingin
bertemu
dengan
pihak
LAZIS
Muhammadiyah. b. Mereka “yang mempunyai kebebasan waktu di rumah” dalam konteks ini misalnya ibu-ibu rumah tangga atau mereka yang tidak terlibat lebih banyak persoalan di luar.
8
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 9. 9 Ibid, h. 9 10 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari 2010.
70
c. Mereka
yang
belum
akrab
Muhammadiyah
yang
lain.
dengan Karena
layanan
LAZIS
layanan
LAZIS
Muhammadiyah yang lain lebih banyak dikonsumsi oleh orangorang
profesional,
mempunyai
tingkat
pekerja
kantoran,
mobilitas
tinggi
dan yang
mereka sulit
yang
ditemui
dimanapun. Dari penjelasan diatas, penulis dapat melihat bahwa program layanan jemput zakat merupakan bentuk layanan yang cukup efektif dan efisien untuk kriteria donatur di atas, apalagi bagi mereka yang mempunyai keterbatasan waktu dan kesibukan. Langkah awal hanya dengan menghubungi customer service, lalu selanjutnya pihak LAZIS Muhammadiyah sendiri yang akan menjemput dan melayani para donaturnya. Suatu bentuk layanan yang praktis dan para donatur tidak perlu khawatir, karena transaksi dalam layanan ini bersifat transparan. Untuk hal ini, akan dijelaskan lebih lanjut dalam sistem program layanan jemput zakat itu sendiri.
2. Tujuan dan Dasar Hukum Setiap perusahaan mempunyai tujuan dalam setiap produk yang dibuat untuk dapat tetap hidup dan berkembang, tujuan tersebut hanya
dapat
dicapai
melalui
usaha
mempertahankan
dan
meningkatkan tingkat keuntungan/laba perusahaan. Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat mempertahankan dan
71
meningkatkan penjualannya, melalui usaha mencari dan membina langganan, serta usaha menguasai pasar. Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan strategi yang mantap untuk dapat menggunakan kesempatan atau peluang yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan perusahaan
di
pasar
dapat
dipertahankan
dan
sekaligus
mencapai
semua
itu,
Muhammadiyah
ditingkatkan. 11 Untuk
LAZIS
membentuk beberapa bentuk segmen produk, yaitu salah satunya adalah layanan jemput zakat yang bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para donatur public dalam menyalurkan donasinya secara aman, nyaman, lifestyle dan mudah. 12 Sehingga dari tujuan itu diharapkan adanya konsep pelayanan donasi yang aplikatif dan pastinya menciptakan rasa kepercayaan dari para donatur, karena melihat dari visi LAZIS Muhammadiyah itu sendiri adalah menjadi lembaga filantropi yang terpercaya. Mengenai dasar hukum, secara Undang-undang tidak diatur, karena program layanan jemput zakat ini pada dasarnya adalah suatu transaksi dalam poses perpindahan dana dari muzakki kepada lembaga amil, dan ini caranya bermacam-macam bukan hanya
11
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 167-168. 12 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Matrix Perencanaan Program dan Kegiatan Fundraising LAZIS Muhammadiyah/ Tahun Program 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010).
72
dengan penjemputan saja tetapi bisa juga dengan cara rekening, auto debet, dan sebagainya. Dan ini jelas membuktikan bahwa tidak ada undang-undang yang mendasari program ini. 13 Sedangkan secara agama pun tidak diatur, karena pada dasarnya sebetulnya layanan jemput zakat ini merupakan suatu dasar persoalan mekanisme kerja. Memang di Al-Qur’an dalam surat AtTaubah ayat 103, yang berbunyi “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan ... “ telah ditekankan tentang keharusan adanya pemungut dalam berzakat, tetapi tetap saja tidak bisa dijadikan sebagai landasan hukum, karena itu merupakan skema perwajiban hukum zakat. 14
3. Rencana Kerja Berbicara tentang rencana kerja sebuah perusahaan atau lembaga, berarti berkaitan juga dengan rumusan misi, karena falsafah dari rumusan misi bertujuan agar rumusan misi yang dibuat mengandung makna yang dalam dan bisa dimengerti bukan saja oleh manajer puncak, karyawan, ataupun pemegang saham, tetapi juga harus bisa dimengerti oleh masyarakat (konsumen) secara luas. Rumusan misi yang mengandung filosofis ini juga akan membantu
13
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
14
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta 23 Februari
2010. 2010.
73
dalam membentuk budaya perusahaan yang baik dan menunjang kinerja karyawannya. 15 Hal terpenting yang menjadi perhatian adalah bagaimana dari rumusan misi tersebut bisa menjadi inspirasi terbentuknya budaya kerja yang diinginkan dan juga mampu memotivasi semangat kerja. Umumnya rumusan misi berkisar pada kepedulian manusia, dan juga sikap memanjakan para pelanggan. 16 Rencana kerja dari layanan jemput zakat ini pada dasarnya adalah untuk melayani penjemputan donatur, yang pertama di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Tanggerang, dan Depok. Yang kedua di wilayah JABODETABEK (yang berkantor pusat di Jakarta/ Kantor perwakilan di Jakarta). 17 Dan untuk daerah lain yang berada di luar Jakarta untuk saat ini masih dalam tahap pelaksanaan yang pada dasarnya jemput zakat seluruh Indonesia tetapi mekanismenya melalui jejaring LAZIS Muhammadiyah yang berada di daerah, jejaring itu posisinya berada di kabupaten atau kota di seluruh Indonesia,
dalam
konteks
ini
adalah
pimpinan
daerah
muhammadiyah, hal ini terkait dengan waktu dan jangkauan yang
15
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 34. 16 Ibid, h. 34. 17 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Termo Reference (TOR) Program dan Kegiatan Divisi Cuctomer Care (Jakarta: LAZISMU, 2010).
74
jauh bagi para donatur, disarankan untuk lebih menggunakan layanan transfer via rekening atau auto debet agar lebih nyaman dan aman. 18 Untuk ketentuan jumlah donasi yang akan dijemput, pada waktu yang telah lalu jumlah donasi dibatasi untuk menjemput zakat minimal 1 juta. Tetapi 2 tahun terakhir ini ada pemikiran dan pertimbangan perubahan dalam ketentuan jumlah donasi bahwa berapapun jumlah donasi para donatur yang ingin dizakatkan akan dilayani dan dijemput. 19 Dari penjelasan tersebut dapat dilihat, dalam konteks ini layanan
jemput
zakat
memberikan
sikap
kepedulian
dan
mengutamakan (memanjakan) para pelanggan yang terkait dengan misi LAZIS Muhammadiyah “transparan dan akuntable, amanah dan profesiaonal, tepat sasaran dan tepat guna.”
4. Sistem Program Layanan Jemput Zakat Di bawah ini adalah langkah-langkah sistem mekanisme kerja dalam program layanan jemput Zakat: 20 a. Muzaki (donatur) yang ingin berdonasi dengan layanan jemput zakat
bisa
menghubungi
customer
service
di
LAZIS
18
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
19
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
20
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010. 2010. 2010.
75
Muhammadiyah,
dalam
langkah
awal
ini
muzaki
bisa
menentukan waktu dan tempat proses penjemputan zakat. b. Setelah penentuan waktu dan tempat penjemputan, dari pihak LAZIS Muhammadiyah akan mengutus staf (amil) yang akan menjemput. c. Setelah
muzaki
Muhammadiyah
mengkonfrimasi, akan
dari
pihak
LAZIS
mengkonfrimasi
ulang,
dalam
pengkonfrimasian ulang ini akan dibicarakan berapa jumlah donasi yang ingin dizakatkan oleh muzaki. Hal ini dilakukan demi keamanan dan kenyamanan antara pihak muzaki dan LAZIS Muhammadiyah. d. Setelah pengkonfrimasian ulang barulah terjadi transaksi, setelah transaksi pihak muzaki akan mendapat bukti berupa kwitansi. Dan dari pihak amil (staf penjemput) akan melaporkan hasil penjemputan zakat itu kepada kasir LAZIS Muhammadiyah. e. Walaupun sudah dijemput, aspek perhatian dari LAZIS Muhammadiyah belum berhenti sampai disini, banyak upayaupaya yang dilakukan untuk membangun komunikasi yang intensif kepada muzaki dengan tujuan untuk menjalin kembali hubungan interpersonal dan diharapkan agar muzaki menjadi
76
donatur yang loyal, berikut dibawah ini adalah bentuk upaya yang dilakukan oleh customer service LAZIS Muhammadiyah: 21 1) Mengirimi majalah MATAHATI Bulanan kepada donatur (dan prospek donatur potensial) 2) Mengirimi surat ucapan terimakasih kepada setiap donatur yang telah berdonasi, dan juga memberikan ucapan dalam bentuk kartu, seperti ucapan Idul Fitri, ucapan tahun baru muharom, ucapan ulang tahun, dan naik pangkat 3) Membangun komunikasi kembali kepada donatur yang telah lama tidak melakukan donasi lagi 4) Memberi informasi secara rutin kepada donatur dan prospek donatur tentang program dan kegiatan LAZIS Muhammadiyah melalui sms dan email (minimal setiap 2 minggu sekali) 5) Mengirimi sms terkait do’a-do’a dan kata-kata mutiara kepada donatur setiap minggu 6) Mengadakan TEMU MUZAKI 7) Menfasilitasi terbentuknya Forum Komunikasi Donatur LAZIS Muhammadiyah 8) Memberikan penghargaan, reward, dan cindera mata 21
LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Job Discription Fundraising 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010).
77
9) Mengkoordinir layanan pengajian donatur. Sistem ini akan berjalan berulang seperti ini untuk wilayah jakarta dan sekitarnya, tetapi jangan khawatir bagi muzaki (donatur) yang berada didalam atau luar Indonesia sistem seperti ini akan diberlakukan Insya Allah pasca awal bulan maret ini, yang akan dilakukan melalui konsep jejaring, dan melalui skema ini diharapkan jika ada muzaki yang ingin berdonasi dari dalam atau luar Indonesia pihak LAZIS Muhammadiyah bisa memberikan pelayanan yang memuaskan bagi para muzaki. Sistem layanan jemput zakat ini biasanya akan berjalan pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan yang lain, tetapi pada bulan-bulan yang lain perolehan donasi tidak semaksimal pada bulan Ramadhan, hal ini dikarenakan mungkin keinginan para muzaki yang ingin mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya pada bulan Ramadhan, atau mungkin pengetahuan mereka tentang ketentuan berzakat hanya sebatas pada bulan Ramadhan saja. 22 Dapat dilihat dari penjelasan sistem program layanan jemput zakat sebetulnya hampir sama dengan sistem pencatatan internal yaitu siklus pesanan-sampai-pembayaran. Donatur mengirimkan pesanan kepada LAZIS Muhammadiyah. LAZIS Muhammadiyah mempersiapkan penjemputan dan mengirim para stafnya ke berbagai
22
2010.
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
78
wilayah untuk menjemput. Selesai transaksi antara staf LAZIS Muhammadiyah dengan para donatur, setelah itu laporan yang akan dikirimkan kepada para donatur.
B. LAZIS PP Muhammadiyah 1. Sejarah dan Landasan Hukum Didepan kita terbentang dua layar besar, yaitu tantangan dan harapan. Tidak ada pilihan, kita harus mengambil keduanya. Ibaratnya, harapan adalah keindahan gunung dikejauhan, maka tantangan adalah jalan dihadapan. Saat menuju gunung kita harus melalui jalan itu, kadang lurus, berbelok, datar, bergelombang, menurun, dan menanjak. Apapun adanya kita tetap harus menempuhnya. Inilah seni kehidupan, disinilah sebenarnya “hidup yang sebenar-benarnya!”. 23 Begitu pula LAZIS Muhammadiyah, hari-harinya dirajut antara dua benang yang saling berkelindan, yaitu harapan dan tantangan. Harapan akan lahirnya peradaban zakat disatu sisi, namun disusul sisi
yang
lain,
mewujudkannya.
23
kenyataannya Berpacu
betapa
harapan
dan
berliku
jalan
tantangan
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, h. 1
itu
untuk telah
79
mencuatkan dinamika tersendiri dalam tubuh kelembagaan, dinamika untuk bisa menatap hari esok yang lebih baik. 24 Untuk mengetahui apa itu layanan jemput zakat, penulis perlu meninjau aspek dari LAZIS Muhammadiyah itu sendiri. Dengan mengetahui aspek tersebut penulis dapat memahami apa layanan jemput zakat di LAZIS Muhammadiyah itu. LAZIS Muhammadiyah adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) tingkat nasional yang biasa disebut sebagai Lembaga Filantropi islam. Berdiri sejak tahun 2002, dengan SK Menteri Agama No. 457/21 November 2002, LAZIS Muhammadiyah berkhidmad dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengembangan sumber daya insani dan pelayanan sosial dan dakwah. 25 Dengan budaya kerja amanah, profesional, dan transparan LAZIS Muhammadiyah berusaha mengembangkan diri menjadi LAZ terpercaya. Dan seiring berjalannya waktu, kepercayaan masyarakat itu semakin menguat. Dan dengan spirit kreatifitas dan inovasi, LAZIS Muhammadiyah senantiasa mampu memproduksi programprogram yang tanggap terhadap perubahan dan kebutuhan sasaran pendayagunaan. 26 Dalam operasional programnya, LAZIS Muhammadiyah didukung oleh “Jejaring Multi Lini” dan organisasi Muhammadiyah 24
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 1 25 Ibid, h. 1 26 Ibid, h. 1.
80
yang mengakar di 32 propinsi, menjadikan program-program pendayagunaan LAZIS Muhammadiyah mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia dengan cepat, terfokus dan tepat sasaran.
2. Visi, Misi, dan Tujuan a. Visi LAZIS Muhammadiyah adalah menjadi lembaga filantropi islam yang terpecaya. 27 b. Misi LAZIS Muhammadiyah adalah transparan dan akuntable, amanah dan profesional, tepat sasaran dan tepat guna. 28 c. Tujuan LAZIS Muhammadiyah adalah merubah mustahik agar menjadi mustahik lagi, membentuk SDM yang mandiri dan berdaya guna, mengentaskan manusia dari jurang kenistaan dan mengangkatnya dalam derajat kemanusiaan. Semua itu didasari dari gerakan LAZIS Muhammadiyah yang berusaha mewujudkan visi mulia zakat melalui program-program kreatif yang bertujuan membangun manusia kreatif, inovatif, dan produktif, dimana dengan akal budinya mampu memberdayakan dan membangun dirinya sendiri secara mandiri. 29
27
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
28
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010. 2010. 29
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 2
81
3. Struktur Organisasi Struktur Organisasi LAZIS Muhammadiyah 30 Wali Amanah :
Prof. Dr. H.M. Amin Rais, MA Prof. Dr. H.A. Syafi’i Ma’arif, MA Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, MA Prof. H.A. Malik Fadjar, M.Sc.
Dewan Syariah : Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, MA Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA Prof. Dr. H. Fathurrahman Jamil, M.A. Badan Pengawas : Drs. H.A. Dahlan Rais, M.Hum Drs. H. Goodwil Zubir Prof. Dr. H. Fasichulisan, Apt. Badan Pengurus : Ketua : Drs. H. Hajriyanto Y. Thohari, MA Wakil Ketua : H. Syafruddin Anhar, S.E, MM. Wakil Ketua : Drs. H. Irsyadul Halim Sekretaris : Ahmad Imam Mujadid Rais, S.Ip Pelaksana Harian : Director : M. Khoirul Muttaqin Financial Manager : Upik Rahmawati Program Manager : Hari Eko Purwanto Fundraising Manager : Nanang Q. el-Ghazal Office Manager : Edy Surya
30
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 1
82
4. Program Kerja dan Kegiatan Setiap manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan atau mengkonsumsi produk yang ada. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan dengan menarik manfaat atau kegunaan suatu produk. Manfaat atau kegunaan suatu produk dilihat dari ekonomi adalah ditimbulkan dari kegunaan (utilitas) karena bentuk, kegunaan karena tempat, kegunaan karena waktu, dan kegunaan karena pemilikan. 31 Oleh karena itu, dalam konteks ini keberhasilan dari pengelolaan zakat tentu bukan sekedar diukur dengan besaran dana yang dapat terhimpun. Akan tetapi, lebih daripada itu, adalah bagaimana proses pengelolaan zakat mampu menjadi instrument penting dalam pemberdayaan masyarakat, menolong mereka yang kesusahan, mengentaskan manusia dari jurang kenistaan dan mengembalikan manusia pada harkat dan martabat kemanusiaannya. Inilah tujuan utama perintah berzakat. Dalam konteks ini Lembaga Amil Zakat memiliki posisi strategis dalam mewujudkan peran peradaban zakat sesuai dengan cita-cita agungnya. Untuk itu dibutuhkan kemampuan analisa dan kreatifitas kelembagaan yang dapat mendesain dan merencanakan
31
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 16.
83
program-program
pendayagunaan
agar
dapat
menopang
dan
mendorong tujuan dan visi mulia zakat tersebut. LAZIS
Muhammadiyah
menyusun
program-program
pendayagunaan berdasarkan analisa kebutuhan sasaran, berorientasi pada skala prioritas, dan bertumpu pada spirit kreatifitas dan inovasi serta azas partisipatif dengan tetap berpegang teguh pada prinsipprinsip syari’ah. 32 Dalam rencana strategisnya (RENSTRA 2010), LAZIS Muhammadiyah menyusun program-program pendayagunaan dalam tiga kebijakan strategis, yaitu: 33 a. Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEM) b. Bidang Pendidikan c. Bidang Pelayanan Sosial dan Dakwah atau yang lebih dikenal dengan program Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO). Kebijakan strategis ini selanjutnya dijabarkan kedalam berbagai program pendayagunaan yang Insya Allah lebih membumi dalam konteks ke-Indonesia-an, melalui gerakan zakat kreatif demi terwujudnya Indonesia kreatif. a. Program-program di Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat 1) Micro Finance Development (MFD)
32
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 3. 33 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 3.
84
Program Micro Finance Development (MFD) adalah program pengembangan lembaga keuangan pedesaan yang memiliki tugas dan fungsi utama melakukan pembiayaan/ permodalan kepada usaha mikro masyarakat. 34 Lembaga keuangan yang diberi nama Baitul Maal Muhammadiyah (BMM)
ini
didesain
secara
khusus
untuk
melakukan
permodalan masyarakat melalui skema dana bergulir (revolving fund sceme) dengan sistem pinjaman tanpa agunan dan tanpa bunga (qordhul hasan). Inilah yang membedakan BMM dengan lembaga keuangan mikro lainnya, yakni tanpa agunan dan tanpa bunga. Sebagai penunjang program operasional, BMM juga melakukan aktifitas pendampingan dan konsultasi usaha hingga kegiatan bina keluarga sakinah dan dakwah melalui channeling pengajian Muhammadiyah. Dengan program ini ada tiga manfaat sekaligus yang dapat dipetik: bina ekonomi, bina keluarga dan bina agama. Pertama kali diluncurkan tahun 2003, program Micro Finance Development hingga saat ini telah berhasil mendirikan 98 BMM dan telah melayani lebih dari 24 ribu pelaku usaha mikro desa yang terbesar hampir diseluruh wilayah Indonesia.
34
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 4
85
2) Youth Entrepreneurship/ YES! Dengan motto “Yang Muda Yang Berdaya” program ini bertujuan membangun etos kewirausahaan generasi muda dalam 3 ranah strategis, Ranah kognitif yaitu membangun mental dan spirit kewirausahaan, Ranah afektif berupa pengembangan skill dan manajerial usaha, dan psikomotorik dalam bentuk kemampuan untuk mendirikan dan mengelola usaha. 35 Kehadiran program ini adalah bentuk keprihatinan atas tingginya angka pengangguran usia produktif. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya etos kewirausahaan. Selain pengangguran, lemahnya etos kewirausahaan akan berujung pada krisis kemandirian generasi muda. Youth
Entrepreneurship
(YES!)
didesain
dalam
beberapa aktifitas program diantaranya; pendidikan dan pelatihan
kewirausahaan,
beasiswa
kewirausahaan,
pendampingan dan fasilitasi pendirian usaha serta pengguliran bantuan permodalan. Salah satu kebijakan strategis dalam program ini adalah pada pengembangan kewirausahaan kreatif. Dimana, peserta
35
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 5
86
program akan dididik dan didorong untuk mampu mendirikan ragam usaha berbasis kreatifitas. Pertama kali diluncurkan pada akhir tahun 2008, YES program telah melatih dan memberikan modal usaha bagi 9 kelompok dan 12 orang dengan brand produk “KEDAI KINGKONG” yang ada di 5 kota besar di pulau Jawa, serta memberi permodalan untuk beberapa usaha komunitas dan perseorangan yang lain. 3) Kampoeng Creative Antara kampung dan kreatif mungkin mengesankan dua kata yang kontradiktif. Kampung biasanya diidentikkan sebagai kawasan yang kumuh dan tertinggal, sedangkan kreatif kerap disandangkan pada kelompok eksklusif, terdidik dan berwajah kota. Mungkin banyak orang tidak membayangkan atau bahkan enggan untuk menyatukannya. Namun, oleh LAZIS Muhammadiyah dua kata itu akan disatukan kedalam program pemberdayaan masyarakat dengan nama Kampoeng Creative. 36 Kampoeng creative adalah program pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas. Bentuk program ini adalah pengembangan klaster-klaster usaha di pedesaan dengan
36
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 5.
87
mengoptimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya lokal yang ada. Penamaan Kampoeng Creative sendiri disesuaikan dengan orientasi program ini yang berupaya mendorong pengembangan industri kreatif di pedesaan sebagai bagian dari gerakan nasional Indonesia Kreatif. Program yang mulai dirintis pada tahun 2009 ini melaksanakan
aktifitas
program
berupa:
pembentukan
komunitas, fasilitasi, pendampingan dan permodalan. 4) Peternakan Masyarakat Mandiri Program ini merupakan program kerja pada tahun 2010, yang merupakan sebuah program peternakan masyarakat mandiri yang berbasis pedesaan. 5) Pemberdayaan Usaha Mikro/ PRO-M! Secara mekanisme untuk saat ini, program ini tidak dilaksanakan kembali oleh LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi nanti yang akan melaksanakan program ini adalah jejaring. Secara Umum, program ini memiliki kesamaan dengan program Micro Finance Development (MFD), yaitu program pembiayaan bagi usaha mikro. Namun demikian ada beberapa perbedaan diantara keduanya. Micro Finance Development lebih menekankan pada penguatan kelembagaan berupa
88
pengembangan lembaga keuangan pedesaan, permodalan melalui skema pinjaman dan dengan prioritas sasaran masyarakat desa. Sedangkan dalam program ini berupa pendampingan usaha secara langsung, dimana permodalan hanya menjadi salah satu instrument pendukung. Sasaran utama program ini adalah masyarakat kota dan kawasan pinggiran. Aktifitas dalam program ini diantaranya adalah layanan konsultasi, fasilitasi, pendampingan dan permodalan usaha (dengan skema revolving fund dan atau bantuan secara langsung
yang
ditentukan
menurut
analisa
kelayakan
bantuan). 37 Program pendampingan usaha mikro ini dilaksanakan sejak tahun 2003, dan hingga saat ini telah mampu melayani dan memberikan bantuan kepada kurang lebih 800 pelaku usaha mikro. b. Program-program di Bidang Pendidikan 1) Beastudi SLTA (BeTA) Pada
tahun
sebelumnya,
program
ini
memang
dijalankan oleh LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi Secara mekanisme kerja, program ini tidak dilaksanakan kembali oleh
37
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 6.
89
LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi untuk tahun 2010 sampai tahun 2013 program ini akan dilaksanakan oleh jejaring. Dari pengalaman di lapangan, LAZIS Muhammadiyah menemukan fakta banyak siswa-siswi yang sedang menempuh pendidikan di SLTA terancam putus sekolah ditengah jalan. Salah satu faktornya adalah tiadanya lagi biaya untuk melanjutkan
sekolah
hingga
tuntas.
Yang
paling
memprihatinkan, tidak sedikit dari mereka yang justru memiliki prestasi akademik diatas rata-rata. Pengalaman tersebut oleh LAZIS Muhammadiyah dimanifestasikan dalam program pengembangan beasiswa bagi siswa-siswi SLTA. Program ini dikonsentrasikan untuk siswasiswi SLTA yang berprestasi dengan prioritas utama berasal dari keluarga kurang mampu. 38 Program beasiswa SLTA terdiri atas dua jenis yaitu beastudi penuh selama tiga tahun dan beasiswa tahunan (1tahun) yang dikhususkan bagi mereka yang sedang berada di kelas 3. Seluruh beasiswa ini diwujudkan dalam bentuk pemberian biaya SPP dan biaya sarana pendidikan.
38
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 7.
90
Program ini berjalan sejak tahun 2003, program ini mampu memberi bantuan kepada 2.344 siswa-siswi dan telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. 2) 1000 Sarjana Mampukah seseorang yang dikategorikan dhuafa dapat menempuh pendidikan hingga bergelar sarjana? Tentu akan sulit. Bagaimana mungkin meraih pendidikan tinggi sedang untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup dasar sehari-hari masih jauh dari kata cukup. Namun demikian, kita tidak boleh menyerah. Selagi ada tekad, InsyaAllah ada seribu jalan ke Roma. Salah satunya adalah melalui Program 1000 Sarjana LAZIS Muhammadiyah yang telah diluncurkan sejak tahun 2008 yang lalu, dan akan terus dikembangkan hingga tahun 2010. Program 1000 Sarjana adalah program beasiswa penuh dan subsidi pendidikan bagi keluarga miskin yang akan atau sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi baik di luar maupun di dalam negeri. Tujuan mengembangkan
utama sumber
program daya
ini
manusia
adalah yang
untuk memiliki
91
kecakapan hidup dan intelektualitas mampu berkarakter dan berbudi pekerti yang tinggi. 39 Selain itu, program ini juga memiliki tujuan jangka panjang
sebagai
strategi
besar
memutus
mata-rantai
kemiskinan. Mereka yang telah mengikuti program ini diharapkan mampu untuk mengangkat keluarganya dari jurang kemiskinan. Hingga saat ini, program ini telah membantu biaya pendidikan bagi 41 mahasiswa kurang mampu dan berprestasi yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi di dalam negeri hingga beasiswa ke luar negeri. 3) Pengembangan Pendidikan Terintegrasi Program ini merupakan program kerja pada tahun 2010, yang merupakan sebuah program untuk mengembangkan pendidikan yang terintegrasi. 4) Edutainment Mobile Sebetulnya Edutaiment Mobile ini merupakan program pada tahun kemarin (2008-2009), yang menjalin kemitraan dengan telkomsel. Walaupun program ini sudah tidak ada, program ini akan tetap menjadi spirit dalam program
39
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 8.
92
pendidikan
yang
bernama
pengembangan
pendidikan
terintegrasi. “Ceria belajar, belajar ceria” adalah motto program Edutainment Mobile LAZIS Muhammadiyah. Program ini mengusung model pendidikan alternatif yang memadukan antara konsep pendidikan dan hiburan. Peserta didik dalam program ini diajak belajar dalam situasi yang menghibur dan sekaligus diajak belajar dari suatu hiburan yang mendidik. Program ini dikemas dalam bentuk mobile dengan menggunakan sarana kendaraan bermotor (mobil) yang dilengkapi
dengan
berbagai
fasilitas
belajar
berupa
perpustakaan, peralatan audio visual, sarana permainan anakanak dan berbagai sarana hiburan lain yang mendidik. Bentuk-bentuk aktifitas program Edutainment Mobile antara lain; outdoor learning bagi para Taman Kanak-kanak, Perpustakaan Keliling, Talk Show bagi pelajar SMP-SMU, Nonton bareng, Pesantren Alam dan Sekolah Darurat Bencana. 40 Sasaran utama program ini adalah memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak yang berada di kawasan bencana
40
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 8.
93
alam serta daerah pinggiran dengan cakupan operasional diseluruh wilayah Indonesia. 5) Bakti Guru Sama seperti program Edutaiment Mobile yang merupakan program kerja pada tahun kemarin (2008-2009), dan seperti yang sudah dijelaskan pada program sebelumnya, walaupun program ini sudah tidak ada tetapi program ini akan tetap menjadi spirit dalam program pendidikan yang bernama pengembangan pendidikan terintegrasi. Menjadikan guru sebagai salah satu prioritas utama program peduli pendidikan akan dapat membantu dalam mengurai benang-kusut problem pendidikan di negeri ini, sebab guru adalah garda terdepan yang menentukan hitam-putihnya wajah pendidikan. Komitment kepedulian terhadap guru oleh LAZIS Muhammadiyah salah satunya diwujudkan kedalam program Bakti Guru. Program ini merupakan turunan dari program Peduli Guru yang diwujudkan dalam bentuk santunan hidup dan telah berjalan sejak tahun 2004 dan telah memberikan bantuan kepada 1.450 guru di seluruh Indonesia. 41 Bakti Guru adalah program pengembangan dan peningkatan kompetensi pengajaran guru melalui beasiswa 41
Ibid, h. 9.
94
studi lanjut, pelatihan, workshop, program beasiswa penelitian dan fasilitasi kreatifitasi kegiatan guru. Program ini ditujukan bagi guru-guru sains dan Bahasa Inggris tingkat SD hingga SMU dengan sasaran utama guru yang mengajar di sekolah-sekolah pedesaan dan wilayah pedalaman. 6) Cinta Yatim Pada
tahun
sebelumnya,
program
ini
memang
dijalankan oleh LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi Secara mekanisme kerja, program ini tidak dilaksanakan kembali oleh LAZIS Muhammadiyah pusat, tetapi untuk tahun 2010 sampai tahun 2013 program ini akan dilaksanakan oleh jejaring. Pesan al-Qur’an untuk peduli terhadap anak yatim sangat jelas. Kita diwajibkan untuk peduli dan sangat dilarang untuk menelantarkan atau bahkan memanfaatkannya. Kepedulian terhadap yatim piatu dapat kita wujudkan dengan berbagai cara, mulai dari menyantuni, memelihara, membuatkan panti asuhan dan sebagainya. Intinya adalah bagaimana si Yatim dapat terjamin hak-hak hidupnya hingga mereka mampu untuk hidup mandiri (akil baligh). LAZIS Muhammadiyah memiliki kepedulian yang sama. Melalui program Cinta Yatim, LAZIS Muhammadiyah
95
berupaya memberikan kepastian masa depan pendidikan bagi si Yatim. Secara garis besar, program ini adalah program jaminan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan Sekolah Dasar (SD) hingga Lanjutan Atas (SMU) yang meliputi jaminan SPP, biaya sarana prasarana sekolah (buku pelajaran dan seragam) serta dalam kondisi tertentu mencakup juga jaminan biaya hidup yatim selama menempuh pendidikan. 42 Selain itu, program ini juga didukung dengan beberapa aktifitas program diantaranya sekolah alam, pelatihan dan beastudi kewirausahaan dan seleksi yatim kreatif. Dalam pelaksanaannya LAZIS Muhammadiyah akan menggandeng panti-panti asuhan yang ada. c. Program-program di Bidang Pelayanan Dakwah 1) Peduli Da’i Mandiri/ Khusus Pedalaman (sinergi dengan MTDK) Menjadi da’i yang bertugas di pedalaman jelas membutuhkan mental baja. Kalau bukan benar-benar panggilan hati, rasarasanya agak sulit bagi seorang dai’i untuk mampu bertahan lebih lama.
42
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 9.
96
Ragam tantangan dan ancaman adalah menu makanan sehari-hari. Mulai dari beratnya medan dakwah, terbatasnya sarana dan prasarana dakwah, ancaman fisik dari kelompokkelompok yang merasa terganggu dari aktifitas dakwah ini, hingga yang paling memprihatinkan minimnya jaminan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. LAZIS Muhammadiyah, menganggap mereka ini adalah para mujahid sejati yang menuntut prioritas kepedulian dari kita semua. Bentuk perhatian dan kepedulian kepada da’i tersebut oleh LAZIS Muhammadiyah diwujudkan dalam program Da’i Mandiri. 43 Da’i Mandiri adalah program fasilitasi juru dakwah yang bertugas di kawasan pedalaman dan suku terasing dalam bentuk bantuan sarana dakwah. Selain itu, program ini juga memprioritaskan pada upaya pembangunan kemandirian ekonomi da’i melalui bantuan permodalan usaha dan fasilitasi usaha. Dengan program ini, diharapkan para da’i akan semakin berkhidmad dalam gerakan pembinaan dan pelayanan umat. Hingga saat ini, program yang dijalankan sejak tahun 2004 ini telah dapat memberi bantuan dana dan fasilitasi sarana dakwah kepada 494 da’i.
43
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 11
97
2) Komunitas Hati (Pengajian Perkantoran) Kehidupan kota besar, sebagaimana yang kita alami, telah
menggiring
setiap
penghuni
didalamnya
ada
persimpangan jalan. Akselarasi
dan
dinamika
dengan
ragam
problematikanya telah memberikan dua pilihan pada manusia untuk menentukan pijakan eksistensi dirinya yaitu melarutkan diri dalam dunia gelap-gemerlap dan perilaku penyimpangan kehidupan sosial atau pilihan hidup keranah kebajikan, dan tentunya semua pilihan akan membawa konsekuensinya masing-masing. LAZIS Muhammadiyah sebagai lembaga yang concern terhadap dakwah, berupaya berperan aktif dalam “penyajian pilihan tersebut” melalui program Komunitas Hati, yaitu sebuah program yang aktif melakukan pembentukan jama’ah pengajian perkantoran dengan nama Komunitas Hati. 44 Pengajian Komunitas Hati lebih diutamakan pada pemilihan tema-tema sederhana, aktual dan tema motivasional. Tujuan program ini adalah penyemaian nilai-nilai islam untuk pengembangan pribadi unggul, berkarakter dan beretos kerja tinggi.
44
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 11.
98
3) Tali Kasih Sama seperti program yang sebelumnya, secara mekanisme kerja saat ini, program ini tidak dilaksanakan kembali oleh LAZIS Muhammadiyah pusat tetapi nantinya akan lebih banyak dilaksanakan oleh jejaring. Apa yang paling membahagiakan bagi seorang mu’alaf, disaat awal ia mengikrarkan diri masuk islam? Salah satunya adalah sambutan hangat dari saudara sesama muslim, “marhaban ya saudaraku, kita adalah saudara, kita adalah satu keluarga”. LAZIS
Muhammadiyah
mewujudkan
“sambutan
hangat” itu dalam bentuk program Tali Kasih, sebuah program yang dikemas dalam bentuk pemberian “cindera mata” berupa santunan karitas. 45 Namun, karena diantara mu’alaf yang setelah ber-islam banyak yang terputuskan dari keluarga “biologisnya” serta terputus sumber mata ekonominya. Bantuan Tali Kasih yang diberikan
oleh
LAZIS
Muhammadiyah
lebih
banyak
diorientasikan untuk permodalan pengembangan usaha mualaf. Selain diperuntukkan bagi mualaf, program tali kasih ini juga diberikan kepada Ibnu Sabil dan fii Sabilillah dengan
45
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 12.
99
besar bantuan yang disesuaikan dengan analisa kelayakan bantuan. d. Program-program di Bidang Pelayanan Sosial atau yang lebih dikenal dengan program Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO). 1) Aksi Cepat Kemanusiaan Bermula dari bencana Tsunami di Aceh tahun 2004, LAZIS Muhammadiyah meluncurkan program baru atau lebih tepatnya unit kerja baru bernama Aksi Cepat Kemanusiaan (ACK), unit ini dibentuk terkait kebutuhan untuk menggalang kepedulian dan membantu korban bencana secara cepat dan tepatdan program ini sudah berjalan sampai sekarang.. 46 Melalui jaringan organisasi Muhammadiyah beserta angkatan mudanya, ACK mampu menjadi garda depan dalam memberikan bantuan evakulasi, tangggap darurat hingga tahap rehabilitasi bencana Aceh. Dalam bencana
di
melakukan
perjalanannya Indonesia, beberapa
seiring
LAZIS penataan
dengan
banyaknya
Muhammadiyah sistem,
secara
dengan resmi
meluncurkan unit kerja Aksi Cepat Kemanusiaan (ACK) yang bertugas secara khusus untuk memberikan bantuan tanggap
46
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 12.
100
darurat dan rehabilitasi kepada korban bencana alam dan bencana
kemanusiaan
seperti
perang,
kekeringan
dan
kelaparan. Hingga saat ini, ACK telah berperan aktif dalam memberi kontribusi bantuan tanggap darurat kepada korban di hampir semua bencana alam di Indonesia. Selain itu, ACK juga berperan aktif dalam bantuan kemanusiaan di palestina. 2) Layanan Kesehatan Masyarakat Agak sulit kiranya seseorang yang sakit, terlebih dalam kondisi kurang mampu, harus berangkat sendiri ke Rumah Sakit atau Puskesmas untuk berobat. Belum lagi kendala biaya, transportasi atau bahkan mungkin birokrasi yang menjadikan mereka terpaksa harus bertahan sakit di rumah. Karena kesehatan adalah hak bagi semua orang. Perlu kiranya ada terobosan baru layanan kesehatan yang mampu menyapa, menjangkau dan hadir ditengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat mustad’afin. Dalam
konteks
inilah
LAZIS
Muhammadiyah
meluncurkan program baru berupa program Layanan Kesehatan Masyarakat. 47
47
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 10
101
Program
ini
memprioritaskan
untuk
memberikan
pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat miskin dengan sasaran utama di kawasan kumuh perkotaan, kampung pelosok dan daerah bencana alam. Dengan menggunakan fasilitas Layanan Kesehatan Masyarakat, program ini dikemas menjadi “Puskesmas Keliling” yang menjangkau kawasan sasaran secara terjadwal. Adapun bentuk aktifitas program layanan kesehatan masyarakat antara lain; pengobatan gratis keliling kampung, layanan ambulan gratis, khitanan massal dan posko kesehatan bencana. e. Program-program Lainnya Qurban Hebat Qurban Hebat adalah program penggalangan dan pendistribusian hewan qurban yang dilaksanakan pada setiap hari raya Idul Adha dengan tujuan untuk memfasilitasi Ibadah Qurban kaum muslimin secara efektif, efisien, nyaman dan aman. 48 Dengan dukungan jaringan Muhammadiyah yang mengakar di 32 propinsi, menjadikan program qurban ini senantiasa terdistribusi secara tepat dan merata se-nusantara.
48
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah:2008), h. 13.
102
Titik tekan distribusi Qurban Hebat diprioritaskan untuk kawasan pedalaman, kantong-kantong kemiskinan, daerah rawan pangan dan kawasan rawan pemurtadan. Hal ini dilakukan agar ibadah qurban memiliki nilai tambah bagi pemberdayaan masyarakat. Program Qurban Hebat ini mulanya dikembangkan dalam bentuk Tabung Qurban dan Ternak Qurban.
BAB IV
STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH
TENTANG:
Strategi; Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZISMU, Target Layanan Jemput Zakat LAZISMU, Positioning Layanan Jemput Zakat LAZISMU.
Hasil; Hasil, Segmentasi Layanan Jemput Zakat LAZISMU, Hasil Target Layanan Jemput Zakat LAZISMU, Hasil Positioning Layanan Jemput Zakat LAZISMU.
Analisis; Strategi, Hasil.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail:
[email protected]
BAB IV STRATEGI LAYANAN JEMPUT ZAKAT LAZIS PP MUHAMMADIYAH
A. Strategi 1. Segmentasi
Layanan
Jemput
Zakat
LAZIS
PP
Muhammadiyah Dilihat dari pengertian segmentasi dalam pemasaran itu sendiri, segmentasi adalah membagi kelompok pasar menjadi kelompok pembeli yang dibedakan menurut kebutuhan, karakteristik atau tingkah laku yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda. 1 Dan pasar terdiri dari pembeli, dan pembeli yang berbeda-beda dalam satu atau lebih hal. Mereka dapat berbeda dalam keinginan, daya beli, lokasi geografis, perilaku pembelian, dan praktek pembelian mereka. Setiap variable ini dapat digunakan untuk mensegmentasi suatu pasar. 2 Para pembeli umumnya berbeda antara satu dengan lainnya di pasar, baik dalam motif dan perilaku maupun dalam kebiasaan
1
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 44. 2 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 316.
103
104
pembeliannya, yang semuanya menunjukkan ciri atau sifat pembeli/ konsumen tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pasar suatu produk tidak homogen, tetapi heterogen pada kenyataannya. Dengan dasar ini, maka amatlah sulit bagi suatu perusahaan untuk melayani seluruh pasar yang ada, sehingga dapat memberikan kepuasan konsumen yang berbeda-beda ciri atau sifatnya. 3 Segmentasi pasar dimaksudkan sebagai kegiatan membagi suatu pasar kedalam kelompok-kelompok yang berbeda. Masingmasing kelompok tersebut terdiri dari konsumen yang mempunyai ciri atau sifat yang sama atau hampir sama. Setiap kelompok konsumen dapat dipilih sebagai suatu pasar sasaran (target market) yang akan dicapai dengan strategi marketing mix yang berbeda. Jadi segmentasi pasar merupakan suatu strategi pemasaran yang dilakukan dengan sadar dan sengaja untuk membagi pasar kedalam bagian-bagian sebagai pasar untuk membina bagian-bagian tertentu guna dijadikan pasar sasaran yang akan dilayani.4 Layanan jemput zakat sendiri merupakan salah satu kelompok pasar
atau
bagian
dalam
strategi
fundraising
LAZIS
Muhammadiyah. 5 Jadi penelitian ini lebih cenderung membicarakan satu segmen pemasaran dalam strategi operasional fundraising dalam
3
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 143. 4 Ibid, h. 144. 5 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari 2010.
105
mengembangkan database donatur dan memaksimalkan pelayanan donatur melalui fasilitas dan layanan kemudahan dalam berdonasi yaitu salah satunya yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah layanan jemput zakat di LAZIS Muhammadiyah. Terdapat tiga alternatif bagi perusahaan dalam segmentasi pasar, yaitu apakah perusahaan akan menggunakan pendekatan pemasaran yang terdiferensiasi (dengan pembedaan), pendekatan pemasaran yang tidak terdiferensiasi (tanpa pembedaan), atau menggunakan pendekatan pemasaran yang terkonsentrasi.6 Dalam konteks ini, LAZIS Muhammadiyah menggunakan pendekatan pemasaran dengan pembedaan/ terdiferensiasi (a differentiated marketing approach), yaitu termasuk sebuah pendekatan pemasaran yang dalam sebuah perusahaan mengidentifikasikan beberapa segmen dalam pasarnya dan menetapkan bauran pemasaran (marketing mix) yang berbeda bagi setiap segmen. 7 Penulis dapat mengungkapkan hal tersebut, karena berdasarkan data strategi operasional fundraising LAZIS Muhammadiyah yang dilihat dari termo reference program dan kegiatan divisi customer care, LAZIS Muhammadiyah menetapkan bauran pemasaran yang berbeda untuk setiap segmennya. Karena dalam penelitian ini penulis hanya terfokus pada layanan jemput zakat saja, jadi dapat dilihat 6
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 44. 7 Ibid, h. 45
106
pada
data
tersebut
LAZIS
Muhammadiyah
mengidentifikasi
beberapa segmen pelayanan, yaitu salah satunya layanan jemput zakat, yang menggunakan bauran pemasaran (marketing mix) atau tool yang berbeda dari segmen pelayanan yang lain, yaitu seperti: do’a untuk muzaki, seragam lengkap, transportasi, peta, kwitansi, brosure, buku, majalah, kemampuan menjawab tentang zakat, program LAZIS Muhammadiyah dan perkembangannya, dan dari semua itu memberikan pelayanan penjemputan zakat sesuai tepat waktu. 8 Sebelum membagi-bagi pasar pada segmen-segmen tertentu, biasanya dilakukan riset pasar (market research) terlebih dahulu. Dengan demikian, diharapkan dapat diketahui segmen-segmen tertentu yang dapat dipenuhi kebutuhan dan keinginannya oleh produsen/ perusahaan. 9 Dalam konteks ini penulis melihat layanan jemput zakat merupakan satu pelayanan di LAZIS Muhammadiyah yang sangat menguntungkan bagi para donatur yang ingin berdonasi, karena aksesnya yang mudah dijangkau dan cepat, sehingga akan terasa sekali keefektifan dan keefisienannya. Dalam menerapkan segmentasi pasar, sebenarnya para pemasar memiliki tujuan yang berbeda-beda. Namun demikian, tetap saja ada satu tujuan utama dalam segmentasi pasar yaitu untuk melayani 8
LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Termo Reference (TOR) Program dan Kegiatan Divisi Cuctomer Care (Jakarta: LAZISMU, 2010). 9 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 46.
107
konsumen secara lebih baik dan memperbaiki posisi kompetitif perusahaan terhadap pesaing. 10 Begitu pula dengan layanan jemput zakat yang bertujuan untuk melayani konsumen secara lebih baik dengan memfasilitasi dan memberikan pelayanan kemudahan dalam berdonasi, yaitu melalui layanan jemput zakat. 11 Tujuan utama layanan jemput zakat juga diiringi dengan tujuan-tujuan lain yang sangat berkaitan dengan karakteristik para donatur itu sendiri, tujuan tersebut yaitu: a. Memberi kemudahan bagi para donatur dan public dalam menyalurkan donasinya secara aman, nyaman, lifestyle, dan mudah. 12 b. Memberi layanan untuk membangun komunikasi intensif yang interpersonal (tatap muka). 13 c. Mengembangkan
kepuasan
donatur,
dalam
konteks
ini
kepuasan itu terbagi dua, yaitu kepuasan dalam layanan jemput zakat dan kepuasan layanan dalam bentuk spiritual, dalam bentuk spiritual inilah yang sering muncul, dan biasanya ratarata muzaki ketika ingin dijemput didasari oleh layanan
10
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 46. 11 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Termo Reference (TOR) Program dan Kegiatan Divisi Cuctomer Care (Jakarta: LAZISMU, 2010). 12 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 13 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
108
spiritual tersebut, karena petugas penjemput zakat dibekali kemampuan untuk memberikan do’a kepada muzaki. 14
1) Kriteria dan Syarat Segmentasi Pasar Agar proses segmentasi tersebut dapat efektif dan bermanfaat bagi perusahaan, maka segmen pasar harus memenuhi kriteria dan syarat berikut: 15 a) Dapat diukur (measurable), baik besarnya maupun luasnya serta daya beli segmen pasar tersebut. b) Dapat dicapai atau dijangkau (accessible), sehingga dapat dilayani secara efektif. c) Cukup luas (substantial), sehingga dapat menguntungkan jika dilayani. d) Dapat dilaksanakan (actionable), sehingga semua program yang telah disusun untuk menarik dan melayani segmen pasar itu dapat efektif. Faktor-faktor
tersebut
dapat
membantu
untuk
menilai
kelayakan pasar dari produk perusahaan untuk disegmentasikan atau tidak. Apabila telah dilakukan segmentasi atas pasar yang ada untuk dilayani, maka dari segmen-segmen pasar yang telah ditentukan tersebut dapat dipilih yang potensial di antaranya untuk 14
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 145. 15
109
dijadikan pasar sasaran (target market). Hal ini merupakan dasar untuk menentukan strategi pemasaran yang bagaimana yang akan dijalankan agar tujuan pemasaran dapat dicapai. 16 Atas dasar kriteria dan syarat segmentasi diatas, penulis dapat melihat bahwa layanan jemput zakat merupakan satu segmen yang cukup layak untuk disegmentasikan, sehingga dapat dijadikan sebagai pasar sasaran (target market), karena layanan jemput zakat memenuhi syarat dan kriteria tersebut.
2) Segmentasi Atas Jenis atau Tipe Pasar Dalam usaha untuk memberi arah dalam pengembangan pelayanan pemasaran dan perumusan strategi pemasaran secara tepat,
diperlukan
kerangka
analisis
pasar
dengan
mempertimbangkan ciri atau sifat para pembeli, sehingga dapat ditentukan segmentasi pasar yang tepat, yang akan digunakan sebagai dasar penetapan pasar sasaran. Jumlah pembeli yang terlalu besar dan tersebar luas serta mempunyai beraneka ragam kebutuhan dan keinginan, menyebabkan suatu perusahaan tidak akan dapat dilayani semua pembeli yang terdapat dipasar. Oleh karena itu, maka perusahaan perlu melakukan segmentasi pasar. 17
16
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 146. 17 Ibid, h. 146.
110
Para pembeli yang terdapat di pasar dapat dikelompokkan, kelompok mana akan mencerminkan jenis/tipe pasarnya. Pada dasarnya pasar dapat dibedakan atau digolongkan ke dalam empat jenis/tipe pasar, yang pembedaannya didasarkan atas peranan serta motivasi para pembeli di dalamnya. Keempat jenis/ tipe pasar tersebut adalah: 18 a) Pasar konsumen (Consumer market) b) Pasar produsen (Producer market) c) Pasar pedagang (Reseller market) d) Pasar pemerintah (Government market) Dalam konteks ini, layanan jemput zakat termasuk kepada jenis/ tipe pasar konsumen, karena pasar konsumen merupakan pasar yang terdiri dari perorangan atau rumah tangga yang membeli atau memperoleh produk (barang atau jasa) untuk dikonsumsi atau dipakai sendiri dan tidak untuk diperdagangkan. 19 Begitu pula dengan layanan jemput zakat yang terdiri atau didalamnya terdapat para donatur yang mempunyai keluasan waktu untuk berdonasi, contohnya seperti ibu-ibu rumah tangga, para pensiunan, para donatur yang posisi area daerah domisili dan kerjanya dekat dengan kantor LAZIS Muhammadiyah dan para donatur lainnya yang mempunyai keluasan waktu atau tidak terlalu 18
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 147-149. 19 Ibid, h. 147.
111
sibuk dalam kegiatan sehari-harinya yang memakai jasa layanan jemput zakat. 20 Para konsumen secara rasional akan membeli produk dengan pertimbangan kualitas, yaitu dapat dipakai dengan baik, dapat meningkatkan efisiensi atau harga yang paling murah. Unsur kualitas merupakan faktor yang penting dalam proses pembelian produk oleh si pembeli. 21 Karena layanan jemput zakat merupakan produk jasa, maka penulis berfikir bahwa unsur kualitas yang ada pada layanan jemput zakat berada pada unsur pelayanannya. Para donatur secara rasional akan memakai jasa layanan jemput zakat dengan
mempertimbangkan
kualitas
pelayanannya,
yaitu
diharapkan dapat memberikan kepuasan bathin tersendiri. 22 Dengan petimbangan kualitas tersebut, langganan yang sudah biasa dengan suatu produk dengan merek tertentu tidak akan mudah berpindah pada produk dengan merek lain. 23 Hal itu yang diupayakan oleh layanan jemput zakat, memberikan pelayanan yang seoptimal mungkin, sehingga jemput zakat sesuai tepat pada waktunya, dan para donatur akan merasa puas dalam kepastian. Di samping itu, pembelian juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti adanya hubungan baik, rasa harga diri, kepercayaan pada 20
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 147. 22 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 23 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 148. 21
112
penjual, ikut-ikutan, dan lain sebagainya. 24 Selain memberikan pelayanan yang optimal, layanan jemput zakat juga terus memperhatikan faktor-faktor lain, seperti yang sudah disebutkan di atas. Layanan jemput zakat terus memperhatikan hubungan baik dengan para donaturnya, dengan cara membangun komunikasi yang intensif kepada muzaki dengan tujuan untuk menjalin kembali hubungan interpersonal dan diharapkan agar muzaki menjadi donatur yang loyal. Berikut dibawah ini adalah bentuk faktor lain yang dilakukan oleh customer service LAZIS Muhammadiyah, sehingga para donatur tertarik dan setia menggunakan jasa layanan jemput zakat: a) Mengirimi majalah MATAHATI Bulanan kepada donatur (dan prospek donatur potensial). 25 b) Mengirimi surat ucapan terimakasih kepada setiap donatur yang telah berdonasi, dan juga memberikan ucapan dalam bentuk kartu, seperti ucapan Idul Fitri, ucapan tahun baru muharom, ucapan ulang tahun, dan naik pangkat. 26
24
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 148. 25 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Job Discription Fundraising 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010). 26 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
113
c) Membangun komunikasi kembali kepada donatur yang telah lama tidak melakukan donasi lagi. 27 d) Memberi informasi secara rutin kepada donatur dan prospek donatur tentang program dan kegiatan LAZIS Muhammadiyah melalui sms dan email (minimal setiap 2 minggu sekali). 28 e) Mengirimi sms terkait do’a-do’a dan kata-kata mutiara kepada donatur setiap minggu. 29 f) Mengadakan TEMU MUZAKI. 30 g) Menfasilitasi terbentuknya Forum Komunikasi Donatur LAZIS Muhammadiyah. 31 h) Memberikan penghargaan, reward, dan cindera mata. 32 i) Mengkoordinir layanan pengajian donatur. 33
3) Segmentasi Pasar Konsumen Segmentasi
pasar
konsumen
dapat
dilakukan
dengan
mempertimbangkan beberapa variabel sebagai berikut: 1) Segmentasi Berdasarkan Geografi
27
LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Job Discription Fundraising 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010). 28 Ibid. 29 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 30 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 31 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Job Discription Fundraising 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010). 32 Ibid. 33 Ibid.
114
Segmentasi pasar ini dilakukan dengan mengelompokkan konsumen menjadi wilayah bagian pasar yang menurut skala wilayah atau letak geografis. 34 Secara geografis, layanan jemput zakat terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 35 a) Tahun 2003 sampai dengan 2007, layanan jemput zakat melayani penjemputan zakat untuk wilayah DKI Jakarta. b) Tahun 2008 sampai dengan 2009, layanan jemput zakat melayani penjemputan zakat untuk wilayah JABODETABEK. c) Tahun 2010 sampai dengan seterusnya, layanan jemput zakat melayani penjemputan di seluruh Indonesia melalui konsep jejaring. Dilihat dari penjelasan di atas, wilayah yang sudah dilayani dalam layanan jemput zakat ini yaitu pada wilayah DKI Jakarta, Tanggerang, Bekasi, dan Depok. Di wilayah JABODETABEK (yang berkantor pusat di Jakarta/ kantor perwakilan di Jakarta). Namun karena
keterbatasan waktu dan jangkauan yang jauh,
layanan ini belum bisa dinikmati di luar Jakarta, namun tenang saja secepatnya layanan ini akan bisa dinikmati di seluruh Indonesia melalui konsep jejaring. 36 2) Segmentasi Berdasarkan Demografi
34
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 155. 35 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 36 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
115
Segmentasi pasar ini dilakukan dengan mengelompokkan konsumen menjadi bagian pasar menurut variabel-variabel demografis, yaitu: umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, pendidikan, kelas sosial, keturunan atau suku bangsa, agama. 37 Secara demografis, LAZIS Muhammadiyah tidak memilihmilih, semua segmen demografis (tingkat pendidikan, pekerjaan, dsb) semua sasaran LAZIS Muhammadiyah itu adalah bagian dari segmentasi layanan jemput zakat itu sendiri. Dan itu merupakan pelayanan dalam berzakat, jadi siapa pun yang ingin berzakat khususnya dalam program layanan jemput zakat, pasti akan dilayani, tetapi pastinya nanti dilihat dari geografisnya terlebih dahulu. 38 3) Segmentasi Berdasarkan Psikografis Segmentasi
psikografis
mengacu
kepada
tingkah
laku
masyarakat dan gaya hidup yang dianut. 39 Segmen pasar ini dilakukan dengan mengelompokkan konsumen atau pembeli menjadi bagian pasar menurut variabel-variabel pola atau gaya hidup (life style) dan kepribadian (personality). 40
37
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 156-158. 38 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 39 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 47. 40 Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 158.
116
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, didalam layanan jemput zakat terdapat para donatur yang mempunyai keluasan waktu untuk berdonasi, contohnya seperti ibu-ibu rumah tangga, para pensiunan, para donatur yang posisi area daerah domisili dan kerjanya dekat dengan kantor LAZIS Muhammadiyah dan para donatur lainnya yang mempunyai keluasan waktu atau tidak terlalu sibuk dalam kegiatan sehari-harinya yang memakai jasa layanan jemput zakat. 41 Melihat dari tingkat waktu yang pendek, mobilisasi, dan kecukupan masyarakat yang semakin tinggi, membuat masyarakat berfikir dan lebih menggunakan bentuk layanan yang memberikan kemudahan dan lebih praktis diluar layanan jemput zakat, seperti: transfer melalui rekening, auto debet, sms, M-ATM, dan sebagainya. Sehingga layanan jemput zakat ini merupakan sebuah segmen pasar masyarakat yang bergaya hidup produktif, yang lebih sering digunakan oleh karakter donatur yang ada pada kota-kota kecil di Indonesia. 4) Segmentasi Berdasarkan Manfaat Bentuk
segmentasi
yang
kuat
adalah
dengan
mengklasifikasikan pembeli menurut manfaat berbeda yang mereka
41
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
117
cari dari suatu produk. 42 Dari para donatur itu ada sebagian yang yang mempunyai keluasan waktu atau tidak terlalu sibuk dalam kegiatan sehari-harinya, yang mencari kepuasan bathin tersendiri dalam
berdonasi,
LAZIS
Muhammadiyah
memusatkan
perhatiannya dalam sebuah pelayanan yang cocok dengan para donatur tersebut, yaitu layanan jemput zakat. 5) Segmentasi Berdasarkan Penggunaan Segmentasi penggunaan membagi konsumen dalam pengguna berat, pengguna menengah, dan pengguna ringan. 43 Berikut dibawah ini merupakan perhitungan persentase donatur melalui kas (layanan jemput zakat), dengan cara membagi jumlah melalui kas (layanan jemput zakat) dengan jumlah keseluruhan dari layanan-layanan yang lain. 44 Persentase donatur melalui kas = {jumlah melalui kas : total}*100% (1) Tahun 2007 l (122 : 1751)* 100% = 6.96% (2) Tahun 2008 l (280 : 2374)* 100% = 11.79% (3) Tahun 2009 l (261 : 2939)* 100% = 8.88% Dapat dilihat jumlah persentase donatur yang menggunakan jasa layanan jemput zakat kecil dibandingkan dengan layanan-
42
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Di Indonesiakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 328. 43 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 51. 44 Wawancara Pribadi dengan Upik Rahmawati. Jakarta, 17 Maret 2010.
118
layanan yang lain. Karena masyarakat berfikir untuk lebih menggunakan bentuk layanan yang memberikan kemudahan dan lebih praktis diluar layanan jemput zakat, seperti: transfer melalui rekening, auto debet, sms, M-ATM, dan sebagainya. Jadi dalam konteks ini layanan jemput zakat termasuk tingkat pengguna ringan. 6) Segmentasi Berdasarkan Promosional Untuk menguji rasa ketertarikan para donatur, setiap segmen pasti perlu menciptakan bentangan riwayat, dalam hal ini LAZIS Muhammadiyah menggunakan semua media promo, seperti: membuat iklan melalui media-media massa, media cetak, media kampanye,
brosur,
direct
mail,
spanduk
banner,
dengan
mencantumkan nomer telepon LAZIS Muhammadiyah yaitu layanan call center: 021 – 31 50 400 dan menginformasikan bahwa LAZIS Muhammadiyah mempunyai layanan yang disebut layanan jemput zakat. 45 7) Segmentasi Berdasarkan Loyalitas Pasar dapat disegmentasikan berdasarkan loyalitas konsumen. Beberapa konsumen benar-benar loyal terhadap satu macam produk (hard-core loyals). Kelompok lainnya agak loyal, mereka loyal terhadap dua produk atau menyukai suatu produk tetapi kadang-kadang menggunakan produk lain (soft-core loyals). 45
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
119
Kelompok lainnya suka berpindah dari memfavoritkan satu produk ke produk lain (shifting loyals). Kelompok terakhir tidak menunjukkan loyalitas terhadap merek apapun, mereka menyukai sesuatu yang baru muncul (switchers). 46 Dalam konteks ini loyalitas
terhadap
produk
jasa
dalam
pelayanan
LAZIS
Muhammadiyah masuk pada kelompok terakhir yaitu kelompok dimana mereka menyukai sesuatu yang baru muncul (switchers), seperti contohnya yang sedang marak saat ini adalah pelayanan transfer melalui rekening, auto debet, sms, M-ATM, dan sebagainya. Sehingga pada saat ini jumlah presentase donatur pada layanan jemput zakat mengalami penurunan, tetapi walaupun jumlah donatur atau muzaki dalam layanan jemput zakat menurun diharapkan jumlah donatur dari layanan yang lain akan meningkat. Dan
ini
merupakan
tingkat
keberhasilan
di
LAZIS
Muhammadiyah. 47
2. Target Layanan Jemput Zakat LAZIS Muhammadiyah Dalam penelitian ini penulis berfokus pada satu segmen pelayanan, yaitu layanan jemput zakat. Ada beberapa karakteristik yang dapat dilihat dari layanan jemput zakat, yaitu:
46
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 51-52. 47 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
120
a. Dapat diukur: ukuran, daya beli, dan profil segmen dapat diukur. 48 Penetapan target dalam hal ukuran, daya beli, dan profil segmen di LAZIS Muhammadiyah terbilang unik, karena dari tahun ke tahun ukuran, dan daya beli keberhasilan atau target dari layanan jemput zakat itu bukan kenaikan jumlah donaturnya, tetapi ini berbanding terbalik dengan layanan segmen yang lain, yang memiliki kenaikan dalam jumlah donaturnya, jadi asumsinya jika jumlah donatur dalam layanan jemput zakat itu menurun, tetapi jumlah donatur pada layanan segmen-segmen yang lain (via rekening, auto debet, dsb) akan meningkat. 49 Berikut dibawah ini merupakan perhitungan persentase donatur melalui kas (layanan jemput zakat), dengan cara membagi jumlah melalui kas (layanan jemput zakat) dengan jumlah keseluruhan dari layanan-layanan yang lain. Sehingga dari perhitungan persentase tersebut, penulis dapat melihat ukuran, dan daya beli dari layanan jemput zakat. Persentase donatur melalui kas = {jumlah melalui kas : total}*100%. 50 1) Tahun 2007 l (122 : 1751)* 100% = 6.96% 2) Tahun 2008 l (280 : 2374)* 100% = 11.79% 48
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 49 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 50 Wawancara Pribadi dengan Upik Rahmawati. Jakarta, 17 Maret 2010.
121
3) Tahun 2009 l (261 : 2939)* 100% = 8.88% Dilihat dari tahun ke tahun, target pencapaian pada layanan jemput zakat mengalami pasang surut tetapi bisa dibandingkan target pencapaian pada layanan yang lain dari tahun ke tahun mengalami titik kenaikan. Sehingga bahwa memang benar adanya ketika layanan jemput zakat mengalami titik penurunan, tetapi dari sisi lain LAZIS Muhammadiyah telah mencapai keberhasilannya, karena dapat dilihat target pencapaian dari layanan-layanan lain yang mengalami titik kenaikan. b. Dapat dijangkau: segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif. 51 Agar layanan jemput zakat dapat dijangkau dan dilayani secara efektif, LAZIS Muhammadiyah akan membentuk layanan jemput zakat menjadi sebuah pelayanan yang maksimal bagi jejaring LAZIS Muhammadiyah, dengan pembentukan jejaring di kota-kota kecil di Indonesia, layanan jemput akan terasa lebih mudah untuk dijangkau, karena pada dasarnya karakteristik donatur layanan jemput zakat berada pada kota-kota kecil di Indonesia. 52 Selain itu agar para donatur layanan jemput zakat dapat dilayani secara efektif, LAZIS Muhammadiyah akan mengupayakan agar penjemputan sesuai tepat waktu, dan akan memberikan 51
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 52 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
122
penghargaan berupa piagam kepada para donatur yang telah berdonasi dengan berapapun jumlah yang telah mereka donasikan. Dengan cara pelayanan seperti ini, orang yang telah berdonasi mulai dari Rp.1000 sampai ratusan ribu atau lebih, pasti akan merasa betulbetul dihargai. 53 Jadi, bentuk pelayanan yang baik juga merupakan salah satu target di LAZIS Muhammadiyah. c. Cukup besar: segmen pasarnya cukup besar dan cukup memberi laba apabila dilayani. Suatu segmen sebaiknya merupakan kelompok yang homogen yang cukup bernilai untuk dilayani dengan program pemasaran yang disesuaikan. 54 Semakin berkembangnya teknologi pada saat ini, membuat masyarakat menjadi lebih condong untuk melihat layanan lain yang cenderung bersifat lebih praktis, contohnya seperti melalui layanan rekening, yang memang di LAZIS Muhammadiyah sendiri memiliki rekening hampir seluruh bank yang ada di Indonesia. 55 Hal tersebut berdampak penurunan jumlah donatur pada layanan jemput zakat, tetapi ini tidak akan menghilangkan layanan jemput zakat dari pelayanan di LAZIS Muhammadiyah, karena pasti masih ada donatur yang membutuhkan layanan jemput zakat. Karena menurut penulis layanan jemput zakat memiliki ciri khas tersendiri
53
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 55 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 54
123
dari pelayanan yang lain, yaitu dari sistem penjemputannya. Dan hal ini dapat membantu untuk memberikan laba apabila dilayani. d. Dapat dilaksanakan: program yang efektif dapat dirancang untuk menarik dan melayani segmen tersebut. 56 Dalam hal ini, pada bulan Maret tahun 2010 layanan jemput zakat akan membentuk dan memaksimalkan pelayanan jemput zakat melalui program kerja jejaring diberbagai kota-kota kecil di Indonesia, karena dengan program kerja seperti itu diharapkan dapat memaksimalkan pelayanan penjemputan di kota-kota kecil yang berada di Indonesia, yang pada tahun-tahun sebelumnya belum dapat dilayani. 57
3. Positioning
Layanan
Jemput
Zakat
LAZIS
PP
Muhammadiyah Setelah memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki, perusahaan harus memutuskan positioning (pemosisian) apa yang hendak ditempatkan dalam segmen tersebut. Positioning mencakup perancangan dan penawaran citra perusahaan agar target pasar mengetahui dan menganggap penting posisi perusahaan di mata pesaing. 58 Positioning tidak hanya menyangkut apa yang dilakukan
56
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 57 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. 58 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 58.
124
terhadap produk (barang atau jasa) tetapi apa yang pemasar lakukan terhadap pikiran atau benak konsumen. 59 Tujuan dilakukannya positioning ini adalah untuk membedakan persepsi perusahaan berikut produk dan jasanya dari pesaing. Positioning dalam produk jasa, atribut yang dikomunikasikan seputar karakteristik dari jasa. Positioning merupakan konsep psikologis yang terkait dengan bagaimana konsumen yang ada ataupun calon konsumen dapat menerima perusahaan tersebut dan produknya dibandingkan dengan perusahaan lain. 60 Latar
belakang
pemikiran
positioning
adalah
untuk
menciptakan citra diri (image) yang diharapkan, maksudnya adalah langsung terkait dengan bagaimana konsumen yang berada di segmen pasar tertentu atau spesifik itu mempersepsikan jasa perusahaan. 61 Jadi intinya penetapan posisi berarti memilih, mengembangkan, dan mengkomunikasikan konsep penetapan posisi yang dipilih. Dalam hal ini LAZIS Muhammadiyah menempatkan layanan jemput zakat pada tingkatan pelayanan, yaitu aktivitas program mulai dari program layanan donatur yaitu customer care yang merupakan salah satu bagian dari layanan jemput zakat, jadi layanan jemput
59
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 58. 60 Ibid, h. 58. 61 Ibid, h. 58.
125
zakat merupakan salah satu bagian dari customer care, yang sudah membentuk sistem layanan terpadu. 62 Berikut ini merupakan jenis dan
bentuk
layanan
donasi
(customer
care)
di
LAZIS
Muhammadiyah; NO 1
JENIS LAYANAN Bank
BENTUK
KETERANGAN
Rekening
All rekening
Internet Banking
BCA Mandiri BNI
sms Banking
Mandiri BCA
2
Donasi Online
Auto Debet
BCA, MANDIRI, NIAGA
Donationshop
all produk LAZISMU
Paypall
Sistemnya
masih
dalam
pengkajian 3
Tunai
Jemput Zakat
DKI Jakarta >> Pusat, Bekasi, Tangerang, Depok, >>> Kantor perwakilan Diluar itu >> Jejaring
Kantor Layanan
Kantor pusat Kantor perwakilan UPZ, jejaring
62
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 17 Maret 2010.
126
4
sms
Kotak Infaq
Sistem tradisional
sms Donasi
Bekerja
sama
dengan
layanan donasi DepSos
Sumber: LAZIS Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2010 63 Menurut Kotler, setidaknya ada tiga langkah dalam melakukan positioning, yaitu: 1) Mengenali
keunggulan-keunggulan
yang
mungkin
dapat
ditampilkan dalam hubungan dengan pesaing. 64 Bidang-bidang keunggulan yang dimiliki oleh layanan jemput zakat adalah: 1) Layanan jemput zakat memiliki kemampuan penting yang dibutuhkan oleh sekelompok kosumen, yaitu kepuasan bathin yang lahir dari sistem penjemputannya. 2) Dari kepuasan itu, yang membuat layanan jemput zakat berbeda dengan pelayanan yang lain, seperti melalui rekening, auto debet, dan sebagainya 3) Terciptanya
hubungan
komunikasi
interpersonal
dan
silahturahmi yang kuat antara donatur dengan LAZIS Muhammadiyah. 2) Memilih
keunggulan-keunggulan
yang
paling
kuat
atau
menonjol. 65
63
LAZIS PP Muhammadiyah. Jenis dan Bentuk Layanan Donasi. 2010. Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 59. 64
65
Ibid, h. 59.
127
Layanan jemput zakat merupakan pelayanan prima bagi para donaturnya, kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh layanan jemput zakat dalam berdonasi, membuat para donatur merasakan kepuasan batin tersendiri. 66 Sistem kerja yang berbeda yaitu dalam hal penjemputan membuat para donatur tertarik untuk dilayani. Ditambah LAZIS Muhammadiyah tidak pernah membatasi berapa jumlah donasi yang harus dikeluarkan jika menggunakan layanan jemput zakat, hal ini membuat para donatur semakin bebas dan mudah dalam berdonasi dengan menggunakan layanan jemput zakat ini. 67 Sistem kerja yang berbeda membuat layanan jemput zakat ini selangkah lebih maju dari pelayanan-pelayanan yang lain, terbangunnya komunikasi dan silahturahmi yang kental membuat keakraban di antara donatur dan LAZIS Muhammadiyah. 3) Menyampaikan keunggulan secara efektif kepada target pasar. 68 Perbedaan sistem kerja yang menciptakan rasa kepuasan dan kemudahan dalam berdonasi inilah yang kemudian digali dan dikomunikasikan kepada para donatur/ calon donatur. Melalui berbagai media promosinya layanan jemput zakat sebagai “pelayanan prima” terus diposisikan/ ditanamkan di benak 66 67
LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, h. 16. Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari
2010. 68
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 59.
128
donatur. Sehingga para donatur dapat membedakan secara jelas perbedaan layanan jemput zakat dengan pelayanan lainnya.
B. Hasil 1. Hasil
Segmentasi
Layanan
Jemput
Zakat
LAZIS
Muhammadiyah Penulis dapat mendeskripsikan hasil berdasarkan proses segmentasi, dari segmen layanan jemput zakat yaitu: a. Berdasarkan Kriteria dan Syarat Segmentasi Pasar: Layanan jemput zakat merupakan satu segmen yang cukup layak untuk disegmentasikan, sehingga dapat dijadikan sebagai pasar sasaran (target market), karena layanan jemput zakat memenuhi syarat dan kriteria segmentasi pasar, yaitu: dapat diukur (measurable), dapat
dicapai
atau
dijangkau
(accessible),
cukup
luas
(substantial), dan dapat dilaksanakan (actionable). b. Segmentasi Berdasarkan Jenis atau Tipe Pasar: Layanan jemput zakat termasuk kepada jenis/ tipe pasar konsumen, karena pasar konsumen merupakan pasar yang terdiri dari perorangan atau rumah tangga yang membeli atau memperoleh produk (barang atau jasa) untuk dikonsumsi atau dipakai sendiri dan tidak untuk diperdagangkan. 69 Begitu pula dengan layanan jemput zakat yang
69
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 147.
129
terdiri atau didalamnya terdapat para donatur yang mempunyai keluasan waktu untuk berdonasi, contohnya seperti ibu-ibu rumah tangga, para pensiunan, para donatur yang posisi area daerah domisili dan kerjanya dekat dengan kantor LAZIS Muhammadiyah dan para donatur lainnya yang mempunyai keluasan waktu atau tidak terlalu sibuk dalam kegiatan sehariharinya yang memakai jasa layanan jemput zakat. 70 c. Segmentasi Berdasarkan Pasar Konsumen Segmentasi
pasar
konsumen
dapat
dilakukan
dengan
mempertimbangkan beberapa variabel sebagai berikut: 1) Segmentasi Berdasarkan Geografi: Secara geografis, layanan jemput zakat terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 71 a) Tahun 2003 sampai dengan 2007, layanan jemput zakat melayani penjemputan zakat untuk wilayah DKI Jakarta. b) Tahun 2008 sampai dengan 2009, layanan jemput zakat melayani
penjemputan
zakat
untuk
wilayah
JABODETABEK. c) Tahun 2010 sampai dengan seterusnya, layanan jemput zakat melayani penjemputan di seluruh Indonesia melalui konsep jejaring. 2) Segmentasi Berdasarkan Demografi
70 71
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
130
Secara demografis, LAZIS Muhammadiyah tidak memilihmilih, semua segmen demografis (tingkat pendidikan, pekerjaan, dsb) semua sasaran LAZIS Muhammadiyah itu adalah bagian dari segmentasi layanan jemput zakat itu sendiri. Dan itu merupakan pelayanan dalam berzakat, jadi siapa pun yang ingin berzakat khususnya dalam program layanan jemput zakat, pasti akan dilayani, tetapi pastinya nanti dilihat dari geografisnya terlebih dahulu. 72 3) Segmentasi Berdasarkan Psikografis layanan jemput zakat ini merupakan sebuah segmen pasar masyarakat yang bergaya hidup produktif, yang lebih sering digunakan oleh karakter donatur yang ada pada kota-kota kecil di Indonesia. 4) Segmentasi Berdasarkan Manfaat Dari para donatur itu ada sebagian yang yang mempunyai keluasan waktu atau tidak terlalu sibuk dalam kegiatan sehariharinya, yang mencari kepuasan bathin tersendiri dalam berdonasi, LAZIS Muhammadiyah memusatkan perhatiannya dalam sebuah pelayanan yang cocok dengan para donatur tersebut, yaitu layanan jemput zakat. 5) Segmentasi Berdasarkan Penggunaan
72
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
131
Dalam konteks ini loyalitas terhadap produk jasa dalam pelayanan LAZIS Muhammadiyah masuk pada kelompok terakhir yaitu kelompok dimana mereka menyukai sesuatu yang baru muncul (switchers), seperti contohnya yang sedang marak saat ini adalah pelayanan transfer melalui rekening, auto debet, sms, MATM, dan sebagainya. Sehingga pada saat ini jumlah presentase donatur pada layanan jemput zakat mengalami penurunan, tetapi walaupun jumlah donatur atau muzaki dalam layanan jemput zakat menurun diharapkan jumlah donatur dari layanan yang lain akan meningkat. Dan ini merupakan tingkat keberhasilan di LAZIS Muhammadiyah. 73
2. Hasil Target Layanan Jemput Zakat LAZIS Muhammadiyah Ada beberapa karakteristik yang dapat dilihat dari layanan jemput zakat, yaitu: a. Dapat diukur: ukuran, daya beli, dan profil segmen dapat diukur. 74 Berikut dibawah ini merupakan perhitungan persentase donatur melalui kas (layanan jemput zakat), dengan cara membagi jumlah melalui kas (layanan jemput zakat) dengan jumlah keseluruhan dari layanan-layanan yang lain. Sehingga dari perhitungan persentase 73
Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010. Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 74
132
tersebut, penulis dapat melihat ukuran, dan daya beli dari layanan jemput zakat. Persentase donatur melalui kas = {jumlah melalui kas : total}*100%. 75 4) Tahun 2007 l (122 : 1751)* 100% = 6.96% 5) Tahun 2008 l (280 : 2374)* 100% = 11.79% 6) Tahun 2009 l (261 : 2939)* 100% = 8.88% Dilihat dari tahun ke tahun, target pencapaian pada layanan jemput zakat mengalami pasang surut tetapi bisa dibandingkan target pencapaian pada layanan yang lain dari tahun ke tahun mengalami titik kenaikan. Sehingga bahwa memang benar adanya ketika layanan jemput zakat mengalami titik penurunan, tetapi dari sisi lain LAZIS Muhammadiyah telah mencapai keberhasilannya, karena dapat dilihat target pencapaian dari layanan-layanan lain yang mengalami titik kenaikan. b. Dapat dijangkau: segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif. 76 Agar layanan jemput zakat dapat dijangkau dan dilayani secara efektif, LAZIS Muhammadiyah akan membentuk layanan jemput zakat menjadi sebuah pelayanan yang maksimal bagi jejaring LAZIS Muhammadiyah, dengan pembentukan jejaring di kota-kota kecil di 75
Wawancara Pribadi dengan Upik Rahmawati. Jakarta, 17 Maret 2010. Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 76
133
Indonesia, selain itu agar para donatur layanan jemput zakat dapat dilayani secara efektif, LAZIS Muhammadiyah akan mengupayakan agar penjemputan sesuai tepat waktu, dan akan memberikan penghargaan berupa piagam kepada para donatur yang telah berdonasi dengan berapapun jumlah yang telah mereka donasikan. c. Cukup besar: segmen pasarnya cukup besar dan cukup memberi laba apabila dilayani. Suatu segmen sebaiknya merupakan kelompok yang homogen yang cukup bernilai untuk dilayani dengan program pemasaran yang disesuaikan. 77 Semakin berkembangnya teknologi pada saat ini, membuat masyarakat menjadi lebih condong untuk melihat layanan lain yang cenderung bersifat lebih praktis, contohnya seperti melalui layanan rekening, yang memang di LAZIS Muhammadiyah sendiri memiliki rekening hampir seluruh bank yang ada di Indonesia. 78 Hal tersebut berdampak penurunan jumlah donatur pada layanan jemput zakat, tetapi ini tidak akan menghilangkan layanan jemput zakat dari pelayanan di LAZIS Muhammadiyah, karena pasti masih ada donatur yang membutuhkan layanan jemput zakat. Karena menurut penulis layanan jemput zakat memiliki ciri khas tersendiri dari pelayanan yang lain, yaitu dari sistem penjemputannya.
77
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 78 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 9 Maret 2010.
134
d. Dapat dilaksanakan: program yang efektif dapat dirancang untuk menarik dan melayani segmen tersebut. 79 Dalam hal ini, pada bulan Maret tahun 2010 layanan jemput zakat akan membentuk dan memaksimalkan pelayanan jemput zakat melalui program kerja jejaring diberbagai kota-kota kecil di Indonesia.
3. Hasil
Positioning
Layanan
Jemput
Zakat
LAZIS
Muhammadiyah Dalam hal ini LAZIS Muhammadiyah menempatkan layanan jemput zakat pada tingkatan pelayanan, yaitu aktivitas program mulai dari program layanan donatur yaitu customer care yang merupakan salah satu bagian dari layanan jemput zakat. Menurut Kotler, setidaknya ada tiga langkah dalam melakukan positioning, yaitu: a. Mengenali
keunggulan-keunggulan
yang
mungkin
dapat
ditampilkan dalam hubungan dengan pesaing. 80 Bidang-bidang keunggulan yang dimiliki oleh layanan jemput zakat adalah: 1) Layanan jemput zakat memiliki kemampuan penting yang dibutuhkan oleh sekelompok kosumen, yaitu kepuasan bathin yang lahir dari sistem penjemputannya.
79
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 54. 80 Ibid, h. 59.
135
2) Dari kepuasan itu, yang membuat layanan jemput zakat berbeda dengan pelayanan yang lain, seperti melalui rekening, auto debet, dan sebagainya 3) Terciptanya
hubungan
komunikasi
interpersonal
dan
silahturahmi yang kuat antara donatur dengan LAZIS Muhammadiyah. b. Memilih
keunggulan-keunggulan
yang
paling
kuat
atau
menonjol. 81 Layanan jemput zakat merupakan pelayanan prima bagi para donaturnya, kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh layanan jemput zakat dalam berdonasi, membuat para donatur merasakan kepuasan batin tersendiri. 82 Sistem kerja yang berbeda yaitu dalam hal penjemputan membuat para donatur tertarik untuk dilayani. Ditambah LAZIS Muhammadiyah tidak pernah membatasi berapa jumlah donasi yang harus dikeluarkan jika menggunakan layanan jemput zakat, hal ini membuat para donatur semakin bebas dan mudah dalam berdonasi dengan menggunakan layanan jemput zakat ini. 83 Sistem kerja yang berbeda membuat layanan jemput zakat ini selangkah lebih maju dari pelayanan-pelayanan yang lain,
81
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 59. 82 LAZIS Muhammadiyah, Profil LAZIS Muhammadiyah, h. 16. 83 Wawancara Pribadi dengan Nanang Q. el-Ghazal. Jakarta, 23 Februari 2010.
136
terbangunnya komunikasi dan silahturahmi yang kental membuat keakraban di antara donatur dan LAZIS Muhammadiyah. c. Menyampaikan keunggulan secara efektif kepada target pasar. 84 Perbedaan sistem kerja yang menciptakan rasa kepuasan dan kemudahan dalam berdonasi inilah yang kemudian digali dan dikomunikasikan kepada para donatur/ calon donatur. Melalui berbagai media promosinya layanan jemput zakat sebagai “pelayanan prima” terus diposisikan/ ditanamkan di benak donatur. Sehingga para donatur dapat membedakan secara jelas perbedaan layanan jemput zakat dengan pelayanan lainnya.
C. Analisis 1. Strategi LAZIS Muhammadiyah membentuk beberapa bentuk segmen produk, yaitu salah satunya adalah layanan jemput zakat yang bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para donatur public dalam menyalurkan donasinya secara aman, nyaman, lifestyle dan mudah. 85 Sehingga dari tujuan itu diharapkan adanya konsep pelayanan donasi yang aplikatif dan pastinya menciptakan rasa kepercayaan dari para donatur. Layanan jemput zakat berada pada posisi pelayanan di
84
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 59. 85 LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU), Matrix Perencanaan Program dan Kegiatan Fundraising LAZIS Muhammadiyah/ Tahun Program 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010).
137
customer care, layanan ini memberikan pelayanan yang prima dan menyajikan kemudahan dalam bezakat dan berinfaq bagi para donaturnya. Pada dasarnya layanan jemput zakat merupakan pelayanan yang cukup menguntungkan bagi mereka yang mempunyai keluasan waktu, dan
membutuhkan kepusan batin tersendiri, serta sangat
cocok bagi mereka yang ingin menikmati kemudahan dan aman dalam berzakat dan berinfaq, karena dalam layanan ini LAZIS Muhammadiyah
menyajikan
berbagai
macam
manfaat
dan
disempurnakan kembali dengan membangun hubungan silahturahmi yang kental (komunikasi interpersonal) antara pihak LAZIS Muhammadiyah dan para donaturnya. Awal mulanya layanan jemput zakat hanya bisa dinikmati pada wilayah-wilayah tertentu saja, tetapi mulai tahun 2010 sampai dengan selanjutnya layanan jemput zakat bisa dinikmati di seluruh Indonesia melalui pemaksimalan konsep jejaring, tepatnya di kotakota kecil. Namun hal ini berdampak pada sistem kerja layanan jemput zakat LAZIS Muhammadiyah pusat yang akan diperkecil, tetapi itu bukan merupakan permasalahan yang besar, karena pada dasarnya kriteria donatur layanan jemput zakat lebih banyak berada di kota-kota kecil, dimana mayoritas para penduduknya lebih banyak memiliki keluasan waktu.
138
Layanan jemput zakat mempunyai daya tarik tersendiri dalam sistem pelayanannya dibandingkan dengan layanan-layanan LAZIS Muhammadiyah yang lain, sistem penjemputan yang ada pada layanan ini menjadi perbedaan dan ciri khas yang terlihat jelas dari layanan-layanan
LAZIS
Muhammadiyah
yang
lain.
Tetapi
kemudahan itu berbanding terbalik dengan kenyataannya, kemjuan teknologi yang semakin berkembang dan tingkat mobilitas yang semakin tinggi (khususnya di Jakarta) membuat masyarakat semakin enggan melihat sesuatu dari dalamnya, mereka hanya mau melihat dari cover luarnya saja, kehidupan yang serba instan dan gaya hidup yang modern membuat masyarakat beralih pada layanan-layanan berdonasi yang lebih canggih, seperti melalui internet banking, sms banking, atau auto debet. Tetapi semua itu sebetulnya bukan masalah yang besar bagi LAZIS Muhammadiyah, mengikuti perkembangan dunia yang semakin maju membuat LAZIS Muhammadiyah semakin termotivasi untuk mengembangkan layanan-layanan yang lain dan menuangkan ide-ide kreatifitas mereka pada layanan-layanan itu, karena pada dasarnya target keberhasilan penggalangan dana di LAZIS Muhammadiyah bukan hanya dilihat pada satu segmen atau pada layanan jemput zakat saja, tetapi pada semua segmen-segmen yang ada didalam strategi fundraising itu sendiri. Jadi asumsinya, ketika target dalam layanan jemput zakat menurun, secara otomatis target
139
pada layanan-layanan yang lain akan meningkat, dan hal ini merupakan tingkat keberhasilan LAZIS Muhammadiyah. Salah satu ciri khas atau daya tarik layanan jemput zakat bisa dilihat dari aspek penjalinan hubungan silahturahmi yang kental atau sebut saja membangun komunikasi secara interpersonal antara pihak LAZIS Muhammadiyah dan para donaturnya, dan ketika masyarakat mulai beralih menggunakan layanan-layanan yang lain yang lebih canggih, pihak LAZIS Muhammadiyah tidak akan meninggalkan ciri-ciri
layanan
jemput
zakat
begitu
saja,
pihak
LAZIS
Muhamadiyah menarik ciri khas tersebut kemudian diaplikasikan dan dikemas kembali ke dalam layanan-layanan yang lain. Dalam
upaya
mengembangkan
database
donatur
dan
memaksimalkan pelayanan donatur, LAZIS PP Muhammadiyah telah membentuk berbagai macam strategi pelayanan penggalangan dana, salah satunya adalah layanan jemput zakat yang telah dijelaskan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis dapat menilai bahwa layanan jemput zakat merupakan pelayanan yang cukup menguntungkan, karena berbagai macam kemudahan, keamanan, dan kenyaman ditawarkan dalam layanan ini, sehingga menimbulkan rasa kepuasan yang tersendiri di hati para donatur. Tetapi semua itu berbanding terbalik dengan kenyataannya, kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan tingkat mobilitas yang tinggi (khususnya di daerah Jakarta) membuat masyarakat beralih kepada pelayanan yang
140
lebih canggih. Tetapi menurut penulis semua itu bukanlah sesuatu masalah yang besar, karena dalam hal ini layanan jemput zakat sudah selangkah lebih maju dengan pelayanan yang lainnya, hal tersebut dapat dilihat dari ciri khas tersendiri yang dimiliki oleh layanan jemput zakat yaitu dalam hal penjemputannya, sehingga dari hal itu akan timbul silahturahmi dan komunikasi yang erat antara pihak LAZIS Muhammadiyah dengan para donaturnya. Dan pastinya layanan jemput zakat masih tetap dibutuhkan bagi donatur yang memiliki keluasan waktu dan menginginkan kepastian, dan kepuasan tersendiri.
2. Hasil Dari strategi yang telah dirumuskan dan dijelaskan di atas, diharapkan layanan jemput zakat dapat mencapai tujuannya. Sehingga dengan cara apapun masyarakat akan berdonasi, baik itu melalui internet banking, sms banking, dan lain sebagainya, pihak LAZIS Muhammadiyah dapat mencapai tujuannya serta menambah dan mempertahankan kesetiaan para donatur. Dan dengan begitu LAZIS Muhammadiyah akan tetap memperhatikan para donaturnya dengan cara tetap membangun komunikasi
antara
pihak
LAZIS
Muhammadiyah
dan
para
donaturnya. Pihak LAZIS Muhammadiyah pun akan tetap menjalin komunikasi secara interpersonal melalui pengiriman majalah sampai
141
kepada ucapan terimakasih, mengadakan berbagai macam acara seperti acara temu muzaki, dan tetap menjalin komunikasi melalui telepon dan sms. Jadi hasil dari analisis ini adalah, layanan jemput zakat akan terus diupayakan untuk dipertahankan, karena pelayanannya terhadap kemudahan dan kebutuhan yang berbeda dengan layanan-layanan yang lain, selain itu dalam ilmu pemasaran walaupun produk atau layanan jemput zakat akan menurun dari tingkat penggunanya, pasti produk itu masih tetap dibutuhkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
TENTANG:
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JL. Ir. Juanda. No. 95. Ciputat 15412 Telp/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Website:www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail:
[email protected]
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dalam pembahasan skripsi ini telah diuraikan secara jelas mengenai strategi penggalangan dana LAZIS Muhammadiyah, layanan jemput zakat LAZIS Muhammadiyah, dan seberapa besar tingkat efektifitas layanan jemput zakat dalam meningkatkan jumlah donasi. Berikut di bawah ini adalah hasil kesimpulan dari penelitian skripsi ini: 1. Strategi penggalangan dana yang dilakukan oleh LAZIS Muhammadiyah melalui beberapa segmen jenis dan bentuk layanan donasi, yaitu : a. Bank, jenis layanan ini membentuk beberapa layanan dalam berdonasi yaitu melalui rekening (ATM dan Tunai), internet banking, sms banking, dan auto debet. b. Donasi Online, jenis layanan ini membentuk beberapa layanan dalam
berdonasi
yaitu
melalui
Donationshop
berdonasi online berbasis produk) dan melalui Paypall.
142
(Konsep
143
c. Tunai, jenis layanan ini membentuk beberapa layanan dalam berdonasi yaitu melalui jemput zakat, kantor layanan, dan kotak infaq. d. SMS, jenis layanan ini membentuk layanan dalam berdonasi yaitu melalui sms donasi. 2. Layanan jemput zakat adalah salah satu segmen yang ada pada strategi
penggalangan
dana
LAZIS
Muhammadiyah
dan
merupakan satu segmen pelayanan dari segmentasi pelayanan LAZIS Muhammadiyah, yang berkaitan dengan consumer characteristic dan pada dasarnya karakteristik dari donatur di layanan jemput zakat adalah mereka yang mempunyai keluasan waktu dirumah dan ingin kepastian yang dari kepastian itu akan timbul rasa kepuasan. Pelaksanaan layanan jemput zakat terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu; a. Tahun 2003 sampai dengan 2007, layanan jemput zakat melayani penjemputan zakat untuk wilayah DKI Jakarta. b. Tahun 2008 sampai dengan 2009, layanan jemput zakat melayani penjemputan zakat untuk wilayah JABODETABEK. c. Tahun 2010 sampai dengan seterusnya, layanan jemput zakat melayani penjemputan di seluruh Indonesia melalui konsep jejaring. 3. Besarnya tingkat efektifitas layanan jemput zakat dalam meningkatkan jumlah donasi sangat kecil, karena dilihat pada
144
tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan layanan jemput zakat hanya sebatas di daerah DKI Jakarta dan JABODETABEK, hal ini membuat layanan jemput zakat kurang dikenal di masyarakat. Dan perkembangan zaman yang semakin canggih, membuat masyarakat berpaling pada layanan lain yang lebih canggih, seperti transfer via rekening, auto debet, internet banking, sms banking, dan lain-lain.
B. Saran Saran-saran yang akan penulis ajukan selama menyusun skripsi ini dan selama melaksanakan penelitian di LAZIS Muhammadiyah adalah sebagai berikut : 1. Pengenalan layanan jemput zakat lebih dipromosikan secara luas lagi, karena pengetahuan masyarakat yang berada di kota-kota kecil, contohnya seperti di Bogor, sangat kecil untuk mengetahui tentang layanan berdonasi melalui layanan jemput zakat 2. Hubungan komunikasi antara para donatur dan pihak LAZIS Muhammadiyah harus tetap dipertahankan, karena hal ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk mempertahankan kesetiaan para donatur. 3. Walaupun tingkat efektifitas layanan jemput zakat kecil, tetapi diharapkan layanan ini dapat terus diupayakan untuk tetap dipertahankan dan dikembangkan, karena menurut penulis
145
layanan jemput zakat mempunyai ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan layanan-layanan yang lain. Demikianlah saran-saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga dapat membantu memecahkan masalah yang terjadi di Lembaga-lembaga Muhammadiyah.
Amil
Zakat,
khususnya
di
LAZIS
146
DAFTAR PUSTAKA
Al-Buny D, Ahmad. Problematika Harta & Zakat. (Yogyakarta: Yayasan Pendidikan al-Qur’an, 1975). Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. (Jakarta: Universitas Indonesia, 1988). Amirullah dan Cantika, Sri Budi. Manajemen Strategi. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000). Amsari, Fuad. Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia. (Bandung: Mizan, 1990). Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep, dan Strategi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004). Asyarie, Sukmadjaja dan Yusuf, Rosy. Indeks Al-Qur’an. (Bandung: Pustaka, 2000). Bariadi, Lili, dkk. Zakat dan Wirausaha. (Jakarta: Center For Enterpreneurship Development, 2005). David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. (Jakarta: Prenhalindo, 2002). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Hidayati, Nurul. Metodelogi Penelitian Dakwah (Dengan Pendekatan Kualitatif), Cetakan I. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006). Kardiman, A.M. Pengantar Ilmu Manajemen. (Jakarta: Pronhallindo, t.t.). Keraf, Gorys. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Cetakan X, (Flores: Nusa Indah, 1994). Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi ke-8. Di Indonesiakan
147
oleh Ancella Anitawati Hermawan SE, MBA (Jakarta: Salemba Empat, 1995). LAZIS Muhammadiyah. Profil LAZIS Muhammadiyah. (Jakarta: LAZIS Muhammadiyah: 2008). ——————————. Job Discription Fundraising 2010 (Jakarta: LAZISMU, 2010). ——————————. Matrix Perencanaan Program dan Kegiatan Fundraising LAZIS Muhammadiyah/ Tahun Program 20102012. (Jakarta: LAZISMU, 2010). ——————————. Termo Reference (TOR) Program dan Kegiatan Divisi Cuctomer Care (Jakarta: LAZISMU, 2010). Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi ke-2. (Jakarta: Salemba Empat, 2006). Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2002). Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). (Jakarta: CeQDA UIN, 2007). Nawawi, Hadari. Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press, 2000). Norton, Michael. Menggalang Dana. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002). Permono, Hadi. Sumber-sumber Penggalian Zakat. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992). Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkieflimansyah. Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999). Salim, Peter. ’s Ninth Collegiate Indonesia-English Dictionary, (Jakarta; Modern English Press, 2000). Setyarso, Iqbal. Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatera. (Jakarta: Khairul Bayan, 2008).
148
Siagian, S. P. Manajemen Modern. (Jakarta: Masagung, 1994). Soejono Dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005 ). Stainer, George dan Minner, John. Manajemen Strategik. (Jakarta: Erlangga, t.t). Stoner, J.A.F. dan Freeman, R.E. Manajemen, Jilid I. (Jakarta: Intermedia, 1994). Suharsimi, Ari Kunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Bina Aksara,1985). Syamsudin, Din. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: logos, 2000). Wirata, I Made. Pedoman Penelitian, Skripsi, dan Tesis. (Yogyakarta: Andi, 2006).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kelengkapan Dokumentasi Penelitian 1. Surat Pengajuan Judul Skripsi 2. Surat Penelitian dan Wawancara 3. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 4. Surat Keterangan Penelitian dari LAZIS PP Muhammadiyah (LAZISMU) 5. Surat Ujian Skripsi 6. Transkip Nilai Kelengkapan Dokumentasi dari LAZIS PP Muhammadiyah (LAZISMU) 1. Daftar Pertanyaan (Wawancara) dengan Narasumber: a. Bapak Nanang Q. el-Ghazal Bagian Fundraising Manager b. Ibu Upik Rahmawati Bagian Financial Director 2. Presentase Donatur Melalui Kas 3. Cover Majalah Media Profil LAZIS Muhammadiyah 4. Manivesto LAZIS Muhammadiyah 5. Sekilas Profil LAZIS Muhammadiyah 6. Struktur Organisasi LAZIS Muhammadiyah 7. Artikel Zakat Creative
8. Program-program Pendayagunaan LAZIS Muhammadiyah 9. Spanduk Ajakan Untuk Layanan Jemput Zakat Kilat 10. Tabel Jenis dan Bentuk Layanan Donasi 11. Visi dan Misi LAZIS Muhammadiyah 12. Cetak Biru LAZIS Muhammadiyah 13. Program dan Aktivitas Program Fundraising LAZISMU 14. Matrix Perencanaan Program dan Kegiatan Fundraising LAZISMU 15. Pengorganisasian Divisi Fundraising LAZISMU 16. Job Discription Fundraising LAZISMU 17. Termo Reference (TOR) Program dan Kegiatan Divisi Costumer Care
Wawancara Di LAZIS PP Muhammadiyah Dengan Bapak Nanang Q. el-Ghazal Bagian Fundraising Manager Pada Tanggal 23 Februari 2010 Dengan Initials N = Bapak Nanang dan P = Putri
P: “Bagaimana latar belakang dari layanan jemput zakat?“ N: “Layanan jemput zakat berdiri sejak tahun 2002, yang merupakan pelayanan strategi fundraising LAZIS Muhammadiyah dan berkaitan dengan karakteristik donatur yang mempunyai kebutuhan seperti; 1. Mereka ingin berzakat dan memastikan bahwa zakat mereka betul-betul diterima kepada yang berhak menerima, sehingga ingin bertemu dengan pihak LAZIS Muhammadiyah. 2. Mereka yang mempunyai kebebasan waktu dirumah, biasanya dalam konteks ini; ibu-ibu rumah tangga. 3. Mereka
yang
belum
akrab
dengan
layanan
LAZIS
Muhammadiyah yang lain.“ Dan disinilah layanan jemput zakat ini berperan dalam kehidupan mereka. P: “Apakah tujuan dan dasar hukum dari program layanan jemput zakat?”
N: “Tujuan dari program layanan jemput zakat ini adalah memberi kemudahan bagi para donatur public dalam menyalurkan donasinya secara aman, nyaman, lifestyle dan mudah.” P: “Bagaimanan sich rencana kerja layanan jemput zakat?“ N: “Rencana kerjanya yaitu melayani penjemputan donatur untuk wilayah di daerah Jakarta dan sekitarnya, seperti; Tanggerang, Bekasi, dan Depok.“ P: “Mengapa layanan ini hanya melayani di daerah Jakarta saja?“ N: “Karena terkait dengan waktu, dan jangkauan yang jauh, sehingga lebih baik di transfer via rekening atau auto debet.“ P: “Untuk menggunakan layanan jemput zakat, dalam berdonasi, dibataskan tidak berapa jumlah yang harus didonasikan?“ N: “Dulu dibatasi untuk jemput zakat minimal satu juta rupiah, tetapi dua tahun terakhir ini ada pemikiran, walaupun ini memakan waktu tetapi layanan selalu diutamakan dalam jemput zakat, berapapun jumlah donasi itu, akan dijemput.“ P: “Lalu... sistem kerja dari layanan jemput zakat itu bagaimana?“ N: “mekanisme kerja dari layanan jemput zakat itu; 1. Muzaki menghubungi customer service di LAZISMU, untuk menentukan waktu, kapan, dan dimana tempatnya. 2. Dari pihak LAZISMU akan mengutus staf yang akan menjemput.
3. Setelah ada konfrimasi dari muzaki, pihak lazis akan mengkonfrimasi ulang, dalam konfrimasi itu akan dibicarakan berapa jumlah donasi yang akan dizakatkan. Hal ini dilakukan demi kenyamanan dan keamanan antara pihak LAZISMU dan muzaki. 4. Setelah proses transaksi, pihak muzaki akan mendapat kwitansi, dan dari pihak amil juga akan melaporkan hasil penjemputan zakat itu kepada kasir customer service LAZISMU. P: “Lalu... setelah itu, apakah sistem kerjanya cukup sampai disitu saja?“ N: “Ya..... walaupun sudah dijemput, aspek perhatian LAZISMU belum sampai disini saja, setelah mekanisme kerja yang saya sebutkan tadi, dari pihak LAZIMU akan menghubungi pihak muzaki untuk mengucapkan terimakasih, dan dari pihak muzaki sendiri akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk ucapan terimakasih. Untuk tahap selanjutnya, pelayanan ini akan diberlakukan melalui konsep jejaring, dan melalui skema ini maka jika ada donatur yang ingin berdonasi dari luar Jakarta atau didalam atau di luar Indonesia, akan bisa kami layani. Dan sistem ini akan berjalan berulang terus sepeti ini.“ P: “Lalu... ada tidak dasar hukum yang mendasari terbentuknya layanan jemput zakat ini?“
N: “Hmmm... tidak ada, karena secara undang-undang tidak diatur, karena ini suatu transaksi dalam proses perpindahan dana dari muzaki kepada lembaga, dan ini caranya bermacam-macam, ada yang dijemput atau dengan cara lain, jelas tidak ada undangundang yang mendasari. Dan secara agama juga, tidak... karena dalam Al-Qur’an pun tidak ada yang mengatur sistem layanan jemput zakat ini.“ P: “Lalu... strategi apa yang dipakai dalam layanan jemput zakat ini?“ N: “Disinilah tugas Muhammadiyah bagaimana agar branding LAZISMU ini mengakar kuat di masyarakat, mulai dari menyusun berbagai macam konsep strategi sampai kepada layanan dan perhatian LAZISMU, strategi tersebut seperti; 1. Strategi umum Communication 2. Strategi komunikasi media 3. Strategi Penguatan Jejaring 4. Strategi penguatan customer service, dalam konteks ini terbagi menjadi dua, yaitu; layanan dan perhatian donatur, dari dua hal ini sehingga akan membangun komunikasi donatur.“ P: “Lalu.. proses segmentasi dari layanan jemput zakat ini seperti apa?“ N: “Secara geografis kewilayahan itu ada beberapa tahapan DKI Jakarta dan sekitarnya, dan seluruh Indonesia. Secara demografis, LAZISMU tidak memilah-milih, semua segmen demografis, semua
sasaran LAZISMU itu adalah bagian dari segmentasi layanan jemput zakat. Jadi siapapun yang ingin diprioritaskan kalau memang masuk kepada bagian dari strategi segmentasi LAZISMU itu masuk, dan memang itu sebetulnya tergantung kepada kewilayahan.“ P: “Lalu... Target dari layanan jemput zakat sendiri itu apa?“ N: “Dari sisi persentase, semakin tinggi persentase orang yang ingin berzakat di LAZISMU tetapi berkorelasi menurunnya orang dengan layanan yang lain, jarak mekanisme dari tahun ketahun, kesadaran pola orang berdonasidi LAZISMU itu adalah berzakat akan menurun tetapi donasimelalui skema yang lain naik, nah.. jadi keberhasilan LAZISMU itu adalah ketika layanan jemput zakat menurun tetapi dari layanan lain meningkat. Selain itu target layanan jemput zakat meliputi pelayanan kan terus juga dikembangkan dan ditingkatkan, melalui bentuk perhatian, seperti menulis tanggal lahir dari para donatur, nah... dari situ akan terlihat kapan hari ulang tahun para donatur dan dari pihak LAZISMU akan akan memberikan ucapan.“ P: “Lalu.. Posisi layanan jemput zakat ini seperti apa?“ N: “layanan jemput zakat ini merupakan sebuah pelayanan, yang merupakan aktivitas program dari program layanan donatur, dari customer care, customer care adalah satu bagian terbesar dari posisi di fundraising, yaitu layanan jemput zakat.“
Wawancara Di LAZIS PP Muhammadiyah Dengan Bapak Nanang Q. el-Ghazal Bagian Fundraising Manager Pada Tanggal 9 Maret 2010 Dengan Initials N = Bapak Nanang dan P = Putri
P: “Hal apa sich yang dilakukan agar layanan jemput zakat ini terus diminati dan berkembang, sehingga layanan jemput zakat ini nantinya bisa mengembangkan profitabilitas?“ N: “layanan jemput zakat akan terus memberikan kemudahan, kepuasan, dan komunikasi interpersonal, nah... ketiga hal ini yang akan terus kami kembengkan, sehingga hal ini semakin bisa untuk bisa dinikmati. Sehingga profitabilitasnya itu, layanan jemput zakat akan dimaksimalisasikan melalui konsep jejaring.“ P: “Lalu awal mula atau riwayatnya dalam mengenalkan layanan jemput zakat ini bagaimana?“ N: “Biasanya, disemua media promo kami, seperti iklan, media cetak, brosur, direct mail, banner, itu selalu kami cantumkan nomor telepone kantor kami, dan memberitahukan bahwa di kantor LAZISMU ada layanan yang disebut dengan layanan jemput zakat kilat.“ N: “Jadi intinya layanan jemput zakat ini akan terus kami pertahankan karena memiliki kemudahan yang berbeda dengan layanan yang lain, dan tetap komunikasi personal akan tetap kami jaga, tetapi ini
tidak mengubah target yang dicapai LAZISMU, yaitu ketika layanan jemput zakat menurun, diharapkan dari layanan yang lain akan meningkat.
Wawancara Di LAZIS PP Muhammadiyah Dengan Ibu Upik Rahmawati Bagian Financial Director, Berdasarkan Jumlah Presentase Layanan Jemput Zakat. Pada Tanggal 17 Maret 2010 Dengan Initials U = Ibu Upik dan P = Putri
P: “Melihat dari hasil persentase ini, saya kurang mengerti dari total, ini total perolehan dari mana yach?! N: “Och ini total dari kas dan dari bank….. Nah bisa dilihat khan dari hasil semua itu peroleh kami melalui layanan jemput zakat naik turun, dan cenderung dari layanan lain meningkat.“