STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERMUKIMAN KUMUH KOTA PALEMBANG Sartono1, Joni Hermana2 1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Teknik Penyehatan Lingkungan Permukiman, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya Telp (031)-72452325 Email :
[email protected] 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Email :
[email protected]
ABSTRAK Pemukiman kumuh di Kota Palembang tumbuh seiring dengan pertambahan penduduk. Pada tahun 2002 terdapat 42 kawasan kumuh dan tahun 2007 bertambah menjadi 47 kawasan, dimana Kawasan 7 Ulu ditetapkan sebagai prioritas penanganan oleh Pemerintah Kota Palembang. Salah satu penyebab terjadinya kawasan kumuh di Kota Palembang adalah keterbatasan infrastruktur pengelolaan air limbah domestik terutama di kawasan sepanjang Sungai Musi. Keterbatasan ini tidak hanya disebabkan oleh keterbatasan dana pemerintah tetapi juga lemahnya sistem kelembagaan pengelola. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mendapatkan rumusan strategi pengelolaan air limbah domestik di pemukiman kumuh Kota Palembang. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi kondisi eksisting sarana dan prasarana pengelolaan air limbah, wawancara dengan instansi terkait dan survei terhadap 100 responden dengan menggunakan kuisioner. Evaluasi terhadap kondisi eksisting sarana dan prasarana sanitasi dilakukan dengan metode deskriptif. Melalui evaluasi ini diperoleh gambaran yang sistematis mengenai aspek teknis, kelembagaan dan finansial dalam pengelolaan air limbah domestik Kota Palembang. Hasil analisis aspek teknis menunjukkan bahwa sistem penanganan yang paling ideal adalah melalui penerapan on site communal system dengan sistem penyaluran shallow sewer, pembangunan MCK dengan tangki septik komunal dan anaerobic baffle reactor. Hasil analisis aspek kelembagaan, yaitu dibutuhkannya Unit Pelaksana Teknis Air Limbah Domestik. Untuk pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah dibutuhkan investasi sebesar Rp. 10.731.818.000,00. Hasil analisis finansial berdasarkan kriteria Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C ratio), Payback Period dan Return of Investment menunjukkan bahwa investasi tersebut layak dilakukan. Berdasarkan hasil analisis aspek-aspek tersebut, maka dapat dirumuskan strategi pengelolaan air limbah domestik di permukiman kumuh Kota Palembang melalui analisis SWOT. Sebagai bentuk implementasi strategi maka disusun program perbaikan dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Kata Kunci : air limbah domestik, anaerobic baffle reactor, analisis SWOT
PENDAHULUAN Karakteristik kawasan kumuh Kota palembang keberadaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah masalah persebaran/distribusi kepadatan penduduk, kepadatan bangunan dan pengaruh daya dukung lahan. Distribusi kepadatan penduduk di Kota Palembang terkonsentrasi di pusat kota dan pinggiran sungai, dimana aktivitas perekonomian dan transportasi paling dominan berlangsung sebagai kegiatan harian masyarakat. Kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah di wilayah Kecamatan Ilir Timur I yang memiliki karakteristik kawasan berada di pusat kota dengan luas wilayah yang relatif kecil. Untuk kecamatan yang memiliki angka kepadatan terendah berada di wilayah Kecamatan Sako dan Sukarame yang berlokasi di daerah pinggiran dan merupakan wilayah perluasan kota yang masih baru. Tingkat kepadatan bangunan sangat bervariasi, di wilayah pinggiran kota angka kepadatan bangunan sangat kecil berkisar 1-10 bangunan/ha. Ke arah Sungai Musi kepadatan bangunan meningkat sampai >40 bangunan/ha. Kawasan kumuh Kota Palembang dipengaruhi pula oleh letak kawasan yang berkembang di pinggiran sungai yang merupakan wilayah pasang surut. Sesuai dengan latar belakang sosial budaya dan historis masyarakat Palembang yang berawal dari tepian Sungai Musi. Dari 47 kawasan kumuh yang tersebar di Kota Palembang, berdasarkan indikator tingkat kekumuhan dimana salah satunya adalah minimnya infrastruktur pengelolaan air limbah domestik, maka kawasan dengan tingkat kekumuhan paling tinggi terdapat pada lokasi
penelitian,yaitu pada Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I. Pada saat ini secara umum warga masih membuang air limbah dari aktifitas MCK (grey water) ke badan air sekitar rumah, yaitu ke saluran (40%) sungai (35%), dan tanah/halaman (8%), hanya sebagian kecil yang mengelola dengan tangki septik (17%). Sedangkan untuk air limbah berupa setage (black water) warga langsung membuang ke saluran drainase dan sungai sebanyak 70%, dan lainnya dengan cara sedot truk tinja. Hal ini tentunya menyebabkan degredasi lingkungan dan dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh air sebagai medianya (water borne disease). Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah strategi pengelolaan air limbah domestik di pemukiman kumuh Kota Palembang ditinjau dari aspek teknis, kelembagaan, dan finansial. Implementasi strategi disusun dalam program jangka pendek, menengah dan panjang. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi masyarakat dan pengelola/pemerintah adalah memberikan alternatif strategi dan program pengelolaan air limbah domestik untuk pemecahan permasalahan yang ada saat ini pada pengelolaan air limbah domestik di pemukiman kumuh Kota Palembang.
A-377 ISBN 978-979-18342-1-6
TINJAUAN PUSTAKA Pada umumnya ciri-ciri kawasan kumuh dikaitkan pada kondisi fisik lingkungan, definisi pemukiman kumuh adalah : kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan pemukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio pemukiman kumuh. Selain itu juga pemukiman kumuh adalah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang mandek (Silas, 1996). Kondisi pemukiman kumuh seringkali digambarkan sebagai kawasan perumahan yang memiliki lingkungan yang tidak teratur, kotor, kurang sehat, tidak estetis yang keadaannya tidak sesuai lagi dengan perkembangan kota. Hal yang berkaitan erat dengan kemiskinan secara umum lingkungan pemukiman yang dikategorikan sebagai pemukiman kumuh, adalah lingkungan perumahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Judohusodo, 1991) : 1. Kondisi fisik lingkungannya tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. 2. Kondisi bangunan yang sangat buruk serta bahan bangunan yang digunakan adalah bahan bangunan semi permanen. 3. Kepadatan bangunan dengan KDB yang lebih besar dari yang diijinkan, dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi yang lebih besar dari 500 jiwa/Ha. 4. Fungsi-fungsi rumah yang bercampur tidak jelas. Sistem pengolahan air limbah yang dilakukan terdiri dari : 1. Pengolahan sistem ditempat (on site), yaitu pengolahan air limbah yang dilakukan di tempat yang melayani sumber dari satu unit rumah dengan sistem cubluk atau tangki septik yang ditempatkan pada kapling rumah itu sendiri. 2. Pengolahan sistem terpusat (off site), yaitu pengolahan air limbah dapat dipilih dari berbagai alternatif sistem, berdasarkan faktor-faktor yang menunjang/mendukung terhadap teknologi yang dipilih, seperti ketersediaan lahan, kemudahan dalam penerapan, pengoperasian dan pemeliharan serta keterjangkauan pemakai dalam biaya pengelolaan MCK dan Tangki Septik Komunal. Proses yang terjadi pada pengolahan dengan menggunakan tangki septik yaitu dengan proses pengendapan dengan proses stabilisasi secara anaerobik. Konstruksi tangki septik terdiri dari dua buah ruang. Ruang pertama merupakan ruang pengendapan lumpur dan buih sehingga volume ruang pertama ini memiliki volume 40–70% dari keseluruhan volume tangki septik. Pada ruang kedua merupakan ruang pengendapan bagi partikel yang tidak terendapkan pada ruang pertama. Kedalaman tangki sebaiknya berkisar antara 1,0 – 1,5 m. Sedangkan celah udara antara permukaan air dengan tutup tangki sebaiknya antara 0,3 sampai 0,5 m.
Tangki septik pada umumnya terbuat dari bahan pasangan batu bata maupun pasangan batako, beton bertulang yang kedap air, tetapi untuk daerah pantai karena kondisi tanahnya yang berpasir sehingga harus dipertimbangkan tingkat kekuatan terhadap kebocorannya serta tingkat korosi yang cukup tinggi sehingga digunakan beton bertulang yang kedap air. Untuk itu pada kondisi ini dipergunakan tangki dengan konstruksi beton bertulang yang kedap air. Kapasitas tangki sebaiknya mencukupi untuk kebutuhan kuantitas lumpur dan buih yang akan terakumulasi selama 24 jam. (de Kruijff, 1987). Reaktor Bafel Anaerobik Reaktor bafel anaerobik merupakan reaktor high rate yang dikembangkan oleh McCarty dan kawankawan (Bachmann et. al. dalam Nachaiyasit dan Stuckey, 1997). Reaktor bafel anaerobik terdiri dari beberapa kompartemen, yang menghasilkan gas pada tiap kompartemen. Reaktor bafel anaerobik didesain dengan menggunakan beberapa bafel vertikal yang mendorong air limbah mengalir dengan aliran ke atas (upflow) melalui lumpur aktif sehingga terjadi kontak antara mikroorganisme dan air limbah (Nachaiyasit dan Stuckey, 1997). Bakteri cenderung tumbuh dan mengendap pada masing-masing kompartemen dalam reaktor dengan kecepatan yang relatif lambat, sehingga dapat menaikkan Solit Retention Ttime (SRT) selama 100 hari pada Hydraulic Retention Time (HRT) 24 jam. Air limbah dapat melakukan kontak intim dengan biomassa aktif yang dilewatinya di dalam reaktor dengan HRT yang pendek (6-24 jam), sehingga efluen yang dihasilkan bebas dari lumpur biologis. Melalui konfigurasi ini telah ditunjukkan bahwa ABR dapat menghasilkan efisiensi pemisah COD yang tinggi (Grobicki dan Stuckey dalam Nachaiyasit dan Stuckey, 1997). HRT yang pendek membutuhkan reaktor yang lebih kecil sehingga menghemat biaya perawatan (Langenhoff, dan Stuckey, 2000). METODOLOGI Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang bersifat penggalian data awal untuk menyusun strategi dan dipergunakan untuk menganalisis situasi dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta – fakta atau hubungan fenomena yang diteliti. Penelitian yang akan dilakukan lebih bersifat pembenahan ke arah yang lebih baik pada situasi dan standar yang ada. Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan metodologi yang digambarkan dalam skema alur seperti pada gambar 1. sebagai berikut :
A-378 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERMUKIMAN KUMUH KOTA PALEMBANG
LATAR BELAKANG
PERUMUSAN MASALAH DATA SKUNDER •
Data perundangan,NSP M kependudukan, peta dll • Data dari instansi pemerintah : Tingkat kesehatan, kemiskinan (taskin),RDTRK, RUTRK • Peraturan Pemerintah, SNI • Literatur dan bahan bacaan DATA PRIMER
TUJUAN PENELITIAN
AIR LIMBAH DOMESTIK
Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
KAWASAN KUMUH SEPANJANG SUNGAI MUSI
K U I S I O N E R
DATA EKSISTING
•Pengamatan di lapangan •Wawancara •Dokumentasi
MATRIK INDIKASI SEKTOR - Air Limbah PENDATAAN PERMUKIMAN
TARGET MDG’s RPJMN RPJMD
-
ANALISA & PEMBAHASAN
ASPEK TEKNIS
ASPEK FINANSIAL
ASPEK KELEMBAGAAN
RUMUSAN STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERMUKIMAN KUMUH KOTA PALEMBANG KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Metoda (pemilihan) Sampling Responden Metode sampling yang digunakan adalah dengan cara simple random sampling, dengan rumus S.K. Lwanga dan S. Lemeshow sebagai berikut : 2
z1
P
1
P
N
2
n d
2
N
1
2
z1
P
1
P
2
Dimana
:
N = jumlah sampel Z = Nilai tabel standar 1,96 1-α = tingkat keyakinan 90% P = proporsi antisipasi perubahan jml penduduk 10% D = derajat ketelitian (ditetapkan 5%) N = jumlah populasi 19.156 Dengan jumlah populasi 19.156 KK, maka didapat jumlah sampel sebanyak : 2
1, 96 90
0 ,1
1
0 ,1
19 . 156
2
n 0 , 05
2
19 . 156
1
2
1, 96 90
0 ,1
1
0 ,1
2
n = 97 sampel 100 sampel Sampling responden difokuskan pada warga kawasan kumuh yang ada di Kelurahan 7 Ulu. Oleh karena kawasan ini terdiri dari 16 RW, maka komposisi responden harus mewakili warga yang ada di 16 RW.
Tahapan Penelitian Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penetapan judul, dengan melakukan pengkajian latar belakang permasalahan dilanjutkan dengan melakukan identifikasi dan perumusan masalah serta tujuan dan manfaat penelitian. 2. Studi pustaka, merupakan pedoman berupa kegiatan proses tinjauan literatur dan konsep penanganan air limbah domestik, Norma Standar Pedoman dan Manual bidang perumahan dan pemukiman serta pengelolaan air limbah domestik, pendalaman terhadap teori dan konsep perumahan dan permukiman serta pengelolaan air limbah domestik yang ada selama ini, disertai dengan referensi dari penanganan pengelolaan air limbah domestik di permukiman kumuh lain yang memiliki korelasi dan kesamaan. 3. Pengumpulan data, terdiri dari: a. Data primer Data yang didapat dari observasi lapangan, interview, foto, sampling air limbah domestik dan air permukaan b. Data sekunder Data yang didapat dari survei instansional dan literatur 4. Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data bertujuan untuk mendapat informasi yang dibutuhkan dari sekumpulan data yang dianalisis dengan menggunakan metode analisis data deskriptif. 5. Metode Penyusunan Program Menyusun rumusan strategi operasional pengelolaan air limbah domestik di permukiman kumuh Kota Palembang berdasarkan masukanmasukan dari identifikasi dan analisis pada tahaptahap yang telah dilakukan. 6. Kesimpulan dan Saran Hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, selanjutnya disusun dalam bentuk strategi pengelolaan air limbah domestik. Dari proses ini dihasilkan kesimpulan dan saran agar dapat diaplikasikan. PEMBAHASAN Kondisi Eksisting Kedudukan wilayah Kelurahan 7 Ulu termasuk dalam wilayah Kecamatan Seberang Ulu I, dengan luas wilayah 66 ha. Sesuai dengan RTRW kota Palembang 2003-2014 penggunaan lahan dengan merupakan lahan permukiman. Jumlah penduduk pada tahun 2008 sebesar 19.156 jiwa, terdiri dari 4.072 KK, kepadatan penduduk 290 jiwa/ha. Kondisi ekonomi masyarakat sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai buruh/jasa, pedagang kaki lima, pendapatan kurang dari RP. 500.000,00/bln. Jaringan jalan lingkungan sebagian sudah diperkeras dengan cor beton, sebagian lagi masih berupa kayu dan jalan tanah. Penggunaan air bersih bagi warga Kelurahan 7 Ulu, saat ini diperoleh dari PDAM dan sumur gali/pompa, berdasarkan hasil survei terhadap 100 responden yang tersebar di kawasan study, warga dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk memasak, mandi, cuci dan wc adalah bersumber dari air PDAM sebesar A-379
ISBN 978-979-18342-1-6
42%, selebihnya dari air sungai dan air hujan (PAH). Hampir semua rumah tangga selain berlangganan PDAM juga memanfaatkan air sungai, hal ini disebabkan pelayanan PDAM masih kurang baik terutama pada kwantitas dan tidak lancarnya air sampai dipelanggan. Berdasarkan kondisi yang ada dimana mayoritas penduduk kelurahan 7 Ulu berpenghasilan
tangki septik Komunal dan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan sistem shallow sewer. Proses yang terjadi pada pengolahan air limbah domestik dengan menggunakan tangki septik yaitu dengan proses pengendapan, proses stabilisasi dengan cara anaerobik. Konstruksi tangki septik terdiri dari dua buah ruang, Ruang pertama merupakan ruang pengendapan lumpur dan busa, pada ruang yang kedua merupakan ruang pengendapan bagi partikel yang tidak terendapkan pada ruang pertama. Efluen yang keluar dari tangki septik diolah lagi dengan menggunakan tangki yang dapat mengurangi kandungan bahan organik yang masih terkandung dalam efluen tersebut. Sistem yang digunakan untuk penurunan bahan organik yaitu Reaktor bafel anaerobik ini dibagi dalam 3 kompartemen, pada kompartemen I dan kompartemen II memiliki panjang yang sama, sedangkan kompartemen III panjangnya lebih panjang dari kompartemen I dan II. Hal ini untuk menghindari agar pada saat air keluar dari reaktor tidak terjadi golakan (turbulensi) akibat sistem bafel yang ada. Pada kawasan ini direncanakan sistem penyaluran perpipaan dari septictank komunal dan rumah-rumah penduduk ke unit pengolahan air limbah domestik dengan menggunakan jaringan pipa kecil (shallow sewer). Analisis Aspek Finansial Pembangunan infrastruktur air limbah domestik membutuhkan investasi cukup besar. Investasi adalah unsur pengorbanan atau pengeluaran untuk suatu harapan dimasa yang akan datang. Disini dihadapkan pada 2 misi yang berbeda yakni misi pelayanan publik dan profit dari instansi yang menyelenggarakan pelayanan tersebut. Jika dilihat dari tujuan pembangunan sebagai bentuk pelayanan publik, maka faktor waktu tidak berpengaruh besar dalam investasi ini. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa umur teknis unit pengolahan yang direncanakan cukup panjang, yaitu 15 tahun dan pemerintah relatif tidak fokus pada profit oriented. Namun, jika dilihat dari rendahnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan kepedulian untuk berperan aktif dalam pemeliharaan fasilitas yang akan dibangun, maka faktor resiko lebih dominan pada rencana investasi ini. Besar biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan pengelolaan air limbah domestik Permukiman kumuh Kota Palembang meliputi : Biaya investasi Operasional dan pemeliharaan Proyeksi pendapatan retribusi dari sistem jaringan perpipaan. Analisis kelayakan investasi secara finansial berdasarkan hasil perhitungan untuk parameter Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C ratio), Return of Investment (ROI) dan Payback Period, yang dilakukan dengan menggunakan asumsi tingkat suku bunga sebesar 12% dan inflasi sebesar 4% per tahun.
A-380 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Analisis Aspek Kelembagaan Perhatian pemerintah daerah yang bertanggung jawab masih kurang optimal dan konsekuensinya pengembangan fasilitas air limbah domestik menjadi sangat lambat. Masalah-masalah yang telah diidentifikasi sebagai penyebab adalah : Tidak adanya institusi yang khusus mengelola air limbah domestik Tidak adanya rencana penatalaksanaan air limbah domestik dan strategi di pemerintah daerah. Peraturan pemerintah daerah yang tidak memadai untuk mendorong penatalaksanaan air limbah domestik Tabel 1. Matriks Program NO 1
SASARAN CAPAIAN (TARGET) STRATEGI 2
Dari identifikasi diatas maka sebagai usulan (propose) perlu dilakukan penyiapan instansi teknis dengan tugas pokok dan fungsi pada pengelolaan air limbah domestik Kota Palembang. Strategi dan program yang dapat dikembangkan dinas/instansi teknis berkaitan dengan pengelolaan air limbah domestik Kota Palembang adalah melalui program jangka pendek, program jangka menengah dan program jangka panjang, sebagai berikut:
INDIKATOR KEBERHASILAN
1.
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting air limbah domestik dan muncul peran serta masyarakat pada pengelolaan air limbah domestik dari lingkungan terkecil (RT/RW) 2. Pada tahun 2015 terlayaninya minimal 50% dari jumlah penduduk Kota Palembang pada prasarana air limbah yang dibarengi peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan air bersih
2.
3. Adanya pengolahan (treatment) terhadap air limbah domestik sebelum dibuang ke badan air selanjutnya 4. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Kota Palembang dan menekan laju kerusakan (degradasi) lingkungan baik di darat maupun perairan
6.
3.
4.
5.
3 Masyarakat tidak lagi membuang air limbah domestik (black and grey water) secara langsung ke lingkungan Terbentuknya organisasi masyarakat setempat (OMS) pada bidang air limbah domestik Peningkatan penggunaan jamban keluarga yang dilengkapi tangki septik dari 3.380 KK menjadi minimal 1.690 KK dari 4.072 KK Terbangunnya tangki septik komunal unit reaktor sekat anaerobik (ABR) dengan jaringan pipa shallow sewer Menurunnya angka kesakitan (kasus) terutama untuk penyakit-penyakit berbasis lingkungan dengan media penularan air Kualitas buangan air limbah minimal sama dengan baku mutu air limbah domestik untuk masing-masing parameter (Kep.Men. LH No. 112 tahun 2003).
STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK Analisis Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal Faktor-faktor internal pada pengelolaan air limbah domestik Permukiman Kumuh Kota Palembang yang diidentifikasi melalui hasil pengamatan terhadap kondisi saat ini, seperti kawasan studi merupakan Community Based Development (CBD), visi misi Kota Palembang pada pembangunan infrastruktur sanitasi termasuk air limbah domestik, kemampuan APBD, belum adanya instansi khusus pengelola air limbah domestik, belum adanya strategi dan program yang jelas, belum terbangunannya infrastruktur yang memadai dan belum adanya peraturan daerah (Perda) tentang pengelolaan air limbah domestik. Faktorfaktor internal tersebut dapat menjadi kekuatan
URAIAN PROGRAM
4 Jangka Pendek (2009 – 2010) Pembangunan MCK+Tangki Septik Komunal (122 unit) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpadu kap. 2.471,5 m3/hari Pembangunan Jaringan Pipa (sewerage system) Jangka Menengah (2011 – 2015) Replikasi Program Jangka Pendek / Pembangunan MCK+Tangki Septik Komunal (122 unit) Perluasan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Jaringan Sistem Jangka Panjang (2015 – 2024) Replikasi Program Jangka Pendek (Pembangunan MCK+Tangki Septik Komunal : 148 unit)
(strengths) maupun kelemahan (weakness). Sedangkan untuk faktor-faktor eksternal yang dapat diidentifikasi berupa : dukungan masyarakat pada pembangunan infrastruktur air limbah domestik, adanya kesediaan dan kemampuan retribusi atas pelayanan yang diterima, kemungkinan penggalangan dana kompensasi tangki septik, kontur kawasan relatif datar dan rawan banjir, terjadi degradasi lingkungan, dampak pencemaran air limbah domestik pada kesehatan. Faktor-faktor eksternal dapat menjadi suatu peluang (opportunities) ataupun ancaman (threats). Dari hasil penilaian faktor-faktor internal dan eksternal diketahui bahwa strategi yang ideal untuk diterapkan saat ini adalah strategi pada kuadran 4 (strategi defensif) dengan titik koordinat (-0,071, 0,250) seperti yang terlihat pada Gambar 2 berikut ini.
A-381 ISBN 978-979-18342-1-6
PELUANG (OPPORTUNITY)
1. Strategi agresif (SO)
3. Strategi turn around (WO)
KELEMAHAN
KEKUATAN
(WEAKNESS)
(STRENGTH)
2. Strategi diversifikasi (ST)
4. Strategi defensif (WT) ANCAMAN (THREATH)
Gambar 2 : Diagram Analisis SWOT Gambar di atas menunjukkan bahwa perusahaan sedang menghadapi berbagai ancaman dan memiliki kelemahan yang dapat menghambat upaya pengelolaan air limbah domestik. Oleh karena itu, strategi utama yang disusun bertujuan untuk menghindari berbagai ancaman dan meminimalisasi kelemahan yang dimiliki. Namun di sisi lain, instansi pengelola juga harus tetap berupaya untuk mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki dan berupaya mencari peluang baru untuk mendukung upaya pengelolaan air limbah domestik di wilayah studi. KESIMPULAN Hasil pembahasan strategi pengelolaan air limbah domestik di pemukiman kumuh Kota Palembang dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait aspek teknis, aspek kelembagaan dan aspek finansial adalah sebagai berikut : a. Aspek teknis - Pengendalian pencemaran air limbah domestik terhadap lingkungan untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal - Pengembangan pelayanan sistem air limbah secara bertahap berdasarkan tanggap kebutuhan (demand responsive) - Meningkatkan cakupan pelayanan air limbah yang dikelola secara langsung oleh masyarakat baik secara on-site maupun off-site - Penerapan strategi yang sama (replikasi) terhadap kawasan-kawasan kumuh lainnya, mengingat secara typologi kawasan kumuh di Kota Palembang relatif sama b. Aspek finansial - Untuk mengimplementasikan proyek ini diperlukan kerjasama (Cost sharing) antara pemerintah dan masyarakat, biaya investasi dibebankan pemerintah dan biaya operasional dan pemeliharaan dibebankan pada masyarakat yaitu dengan retribusi yang dilakukan setiap bulan - Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya hidup sehat dan bersih - Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat pemukiman kumuh Kota Palembang dan menekan laju kerusakan (degradasi) lingkungan - Penerapan pola sanksi dan penghargaan (reward and punishment) bagi kelompok masyarakat berkemampuan ekonomi tinggi, sedangkan bagi kelompok masyarakat berkemampuan ekonomi rendah dilakukan
subsidi silang (sharing cost) dalam penyediaan infrastruktur air limbah domestik c. Aspek kelembagaan - Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar kegiatan dan antar wilayah dalam pembangunan air limbah, dimana UPT PAL merupakan lembaga yang ideal untuk menangani masalah air limbah domestik, dengan tetap memungkinkan pengembangan organisasi yang lebih besar dan profesional menjadi BUMD (PD PAL) di masa mendatang yang berorientasi profit dan pelayanan masyarakat (public) - Fasilitas Peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan pendidikan SDM. DAFTAR PUSTAKA Babar.W P. and stuckey,DC , (1999), The Use of the Anaerobic Baffled Reaktor (ABR) for wastewater Treatment : A. Review, wat 33. 1559-1578. Bappeda Kota Palembang (2002), Laporan Akhir Penyusunan Profil Strategis Penataan/Penangan Permukiman Kumuh Dalam Kota Palembang, Palembang. Bappeda Kota Palembang (2006), Laporan Akhir Masterplan Sarana Utilitas, Pertamanan dan Hutan Kota, Palembang. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya (2006), Panduan Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh, Jakarta. De. Kruijff,G. J. W. (1987), Rencana Sistem Tangki septik, UNDP INS/84/005, Jakarta. Kodoatie, R.J., (2003), Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Langenhoff A.A.M Intrachandra N. and Stuckey D.C (2000). Treatment of Dilute Soluble and Coloidal Wastewater Using An Anaerobik Baffled Reaktor : Influence of Hydraulic Retention Time. Wat. Res. 34. 1307-1317. Mara, Duncan (1980), Sewage Treatment in Hot Climates, John Wiley and Sons Ltd, New Delhi. Metcalf dan Eddy., (1979), Waste Water EngineeringTreatment, Disposal and Reuse, McGraw-Hill, Inc Nachaiyasit S dan Stuckey D.C. (1997), The Effect of Shock Loads On The Performance of An Anaerobic Buffled Reactor (ABR) I. Step Changes in Feed Concentration at Constant Retention Time, Water Research Vol. 31. pp. 2737 – 2746 Silas, J, (1996), Kampung Surabaya Menuju Metropolitan, Permukiman Marjinal Amat Liat.
A-382 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009