SEMINAR NASIONAL 2012 – WASTE MANAGEMENT Waste Management for Sustainable Urban Development Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 Surabaya, 21 Februari 2012
STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA Desi Farida1.*), dan Alia Damayanti2) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60115, Indonesia email:
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Kecamatan Woha merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bima yang ditetapkan sebagai Pusat Pemerintahan Ibukota Kabupaten Bima. Dalam pengembangan kota tidak lepas dari penyediaan utilitas kota termasuk penyediaan fasilitas pengelolaan air limbah permukiman, yang saat ini kondisinya kurang memadai. Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem penyediaan prasarana air limbah permukiman di Kecamatan Woha Kabupaten Bima. Hasilnya digunakan untuk menyusun strategi pengelolaan air limbah permukiman. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji aspek teknis, kelembagaan dan peran serta masyarakat. Hasilnya berupa strategi, program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman. Untuk memenuhi target pelayanan, upaya penanganan yang perlu dilakukan adalah membangun septictank yang layak bagi masyarakat yaitu septictank individu (1.012 unit), komunal (125 unit) dan MCK (104 unit), hingga tahun 2015. Untuk mewujudkannya, Pemerintah harus mengupayakan penyadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui sosialisasi, kampanye sanitasi lingkungan dan peningkatan partisipasi masyarakat. Agar tercipta pemahaman yang baik terhadap fasilitas terbangun dan lingkungan yang bersih dan sehat. Kata kunci: air limbah permukiman, pengelolaan, strategi.
WASTEWATER MANAGEMENT STRATEGIES SETTLEMENT IN SUB DISTRICT WOHA BIMA Desi Farida1.*), and Alia Damayanti2) Sepuluh Nopember Institute Of Technology Surabaya ITS Campus Sukolilo, Surabaya, 60115, Indonesia email:
[email protected],
[email protected] ABSTRACT Woha Subdistrict is one of the districts in Bima Regency defined as the Capital District Government Center Bima. In urban development can not be separated from the provision of city utilities, including the provision of residential wastewater management facilities, which currently lack adequate condition. This study aims analyzing the systems wastewater infrastructure in the District Woha Bima. The results are used to develop strategies for the management of residential wastewater infrastructure. This reasearch was conducted by reviewing the technical aspects, institutional and community participation. The results obtained in the form of strategies, programs and residential wastewater management activities. To meet the service target, the need from is build a decent septictank from community are individual
ISBN : 1
SEMINAR NASIONAL 2012 – WASTE MANAGEMENT Waste Management for Sustainable Urban Development Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 Surabaya, 21 Februari 2012
septictank (1.012 unit), communal (125 unit) and public toilets (104 unit) until 2015. For that, Government should seek public awareness on the importance of residential wastewater management through socialization, environmental sanitation campaigns and increase community participation. Also created a good understanding of the facilities built that ultimately created a clean environment and healthy is needed. Key words: wastewater settlements, management, strategy.
PENDAHULUAN Kecamatan Woha selain sebagai pusat pemerintahan juga sangat potensial dalam pengembangan di sektor pertanian, perikanan dan perdangangan, serta merupakan kota transit pariwisata, yang berjarak 21 km dari selatan Kota Bima dengan jumlah penduduk tahun 2009 sebesar 44.222 jiwa dan luas wilayah 7.538 Ha (Kabupaten Bima Dalam Angka, 2010). Kondisi sanitasi dan kebiasaan buruk masyarakat di Kecamatan Woha, masih memilih pola manual dalam membuang air limbahnya mengingat lahan yang masih luas. Prasarana dan sarana yang sudah tersedia juga tidak bertahan lama dalam pengoperasiannya. Di dalam RPIJM Kabupaten Bima (2010-2014) disebutkan besarnya cakupan pelayanan air limbah (on-site) sebesar 40,30% dari total penduduk Kabupaten Bima. Sementara target capaian yang diagendakan dalam MDGs menyebutkan pada Tahun 2015 Kabupaten Bima menargetkan peningkatan cakupan sebesar 75,34%. Untuk Kecamatan Woha sendiri, berdasarkan data Dinas Kesehatan Tahun 2010, cakupan pelayanan baru mencapai 47,92%. Selama ini program perencanaan daerah melalui instansi terkait lebih memprioritaskan pada penanganan penyediaan air minum dan masalah persampahan. Sementara sektor air limbah belum menjadi prioritas penanganan. Disamping itu kinerja organisasi perangkat daerah juga belum efektif dan efisien karena sering terjadi tumpang tindih tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya koordinasi antar satuan kerja. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan upaya penanganan sistem pembuangan air limbah melalui penyediaan fasilitas yang memadai dan dibutuhkan sistem kelembagaan yang mampu mengatasi persoalan air limbah. BAHAN DAN METODA Penelitian dilakukan di Kecamatan Woha, bersifat deskriptif melalui observasi lapangan, penyebaran kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Hasilnya kemudian dianalisis berdasarkan aspek teknis operasional, kelembagaan dan peran serta masyarakat. Metode Pengumpulan Data Sumber-sumber data yang digunakan dalam studi ini berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi lapangan disertai dengan dokumentasi yang dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sanitasi yang terjadi saat ini. Selain observasi dilakukan juga wawancara dan penyebaran kuisioner (65 responden), sehingga diperoleh informasi yang lebih detail tentang kondisi sanitasi yang sedang berlangsung, serta pengembangan potensi sanitasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi cakupan pelayanan. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menginventaris data yang terkait studi yang dilakukan pada instansi-instansi terkait.
ISBN : 2
SEMINAR NASIONAL 2012 – WASTE MANAGEMENT Waste Management for Sustainable Urban Development Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 Surabaya, 21 Februari 2012
Pengolahan dan analisis data Aspek yang ditinjau dalam melakukan analisis pada penelitian ini meliputi aspek teknis operasional, kelembagaan dan peran serta masyarakat. Aspek teknik operasional dilakukan berdasarkan kondisi eksisting pengelolaan air limbah masyarakat di Kecamatan Woha, kemudian dievaluasi secara deskriptif dan sistematis yang mengacu pada peraturan yang berlaku. Selanjutnya ditentukan teknologi pengolahan air limbah yang tepat dan hasilnya dijadikan dasar penyusunan strategi. Aspek Kelembagaan, meliputi kesediaan, komitmen, kebijakan, strategi dan program serta SDM. Aspek peran serta masyarakat, dilakukan dengan meninjau persepsi masyarakat, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola air limbah serta pemeliharaan sarana prasarana terbangun. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Teknis Operasional Berdasarkan hasil suvey yang telah dilakukan diketahui bahwa sistem penyediaan sarana prasarana air limbah permukiman di Kecamatan Woha masih kurang memadai. Jumlah penduduk Kecamatan Woha pada tahun 2011 adalah sebanyak 45.034 jiwa (11.259 KK). Kondisi eksisting menggambarkan bahwa jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap tangki septik sebesar 60% (6.755 KK) dengan tingkat kelayakan akses hanya sebesar 10,26% (1.155 KK) saja. Untuk air bekas mandi, cuci dan kegiatan dapur, sebanyak 49% (5.517 KK) masyarakat membuangnya ke saluran dekat rumah mereka, sedangkan ke lubang/resapan hanya sebesar 3% (338 KK) saja dan sisanya sebesar 48% (5.404 KK) menyatakan tidak tahu kemana mengalirnya. Dengan demikian jumlah KK yang tidak memiliki akses yang layak terhadap fasilitas pembuangan black water sebanyak 10.104 KK dan tanpa akses fasilitas pembuangan grey water sebanyak 10.921 KK. Pertimbangan dan Pemilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003), pertimbangan dalam memilih sistem pengolahan air limbah di Kecamatan Woha didasari pada faktor-faktor: 1. Kepadatan penduduk, Kecamatan Woha termasuk dalam kategori “tingkat kepadatan rendah (5,87 jiwa/ha). 2. Sumber air yang ada, menggunakan sumur bor dangkal berupa SPL/SPT sebanyak 49%, SGL 12% sisanya menggunakan air PDAM maupun air kemasan. 3. Permeabilitas tanah, memiliki daya serap sedang dan cepat. 4. Kedalaman muka air tanah, dengan kedalaman sumur bervariasi, mulai 5 m s/d 15 m untuk sumur gali dan kedalaman hingga mencapai 40 m untuk SPT/SPL, terutama di Desa Penapali dan Talabiu. 5. Kemiringan tanah Kecamatan Woha memilki ketinggian wilayah 0 m dpl sampai lebih dari 700 m dpl. Sebagian besar desa memiliki bentuk permukaan bergelombang. 6. Kemampuan membiayai, dikaitkan dengan kemampuan masyarakat untuk membiayai fasilitas pengolahan air limbah terbangun, serta disesuaikan dengan tingkat pendapatan yang mempengaruhi pengeluaran masyarakat per bulan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilanjutkan pada pemilihan sistem pengolahan air limbah apakah menggunakan off-site system atau on-site system, seperti yang terlihat pada Tabel 1.
ISBN : 3
SEMINAR NASIONAL 2012 – WASTE MANAGEMENT Waste Management for Sustainable Urban Development Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 Surabaya, 21 Februari 2012
Tabel 1 Pemilihan Sitem Pengolahan Air Limbah Permukiman di Kecamatan Woha Kabupaten Bima Aspek Yang Dipertimbangkan Kepadat Sistem an Sumber Permea Kedalam- KemiringNo Pengolahan PenduAir bilitas an MAT an Tanah duk Off-site System 1 x x x On-site System 2 X Keterangan: = Memungkinkan. x = Tidak Memungkinkan.
Kemampuan Membiayai x
Sumber: Hasil Analisis, 2011. Berdasarkan analisis tersebut, maka sistem yang dipilih untuk diterapkan di Kecamatan Woha adalah on-site system. Pertimbangan dan Pemilihan Teknologi Pengolahan Air Limbah Di dalam pemilihan sistem ditentukan berdasarkan pada kondisi wilayah setempat. Berdasarkan pertimbangan pemilihan alternatif teknologi untuk sistem setempat, pengelolaan black water dan grey water yang dapat diterapkan di wilayah studi Kecamatan Woha adalah sistem individual berupa Jamban keluarga + tangki septik individu dan sistem semi komunal berupa jamban keluarga + tangki septik komunal bagi masyarakat yang telah memiliki jamban keluarga namun tidak memiliki tangki septik, sedangkan bagi yang belum memiliki jamban keluarga dilakukan dengan sistem komunal berupa MCK Umum. Rencana penyediaan fasilitas air limbah permukiman di Kecamatan Woha Tahun 2011 s/d 2015 diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2 Rencana Penyediaan Fasilitas Air Limbah Permukiman di Kecamatan Woha Tahun 2011 s/d 2015. Rencana Penanganan Jumlah Penduduk
Kebutuhan Penanganan
Target Penanganan
Tahun
Rehab TSI
Pemb TSI
Pemb. TSK
Pemb. MCK
(Unit)
(Unit)
(Jiwa)
(KK)
(Jiwa)
(KK)
(Jiwa)
(Unit)
(Unit)
(Unit)
2011
45.034
11.259
42.260
8.452
3.847
769
562
169
21
17
2012
46.041
11.510
43.204
8.641
3.847
769
562
169
21
17
2013
47.069
11.767
44.170
8.834
3.847
769
562
169
21
17
2014
48.121
12.030
45.157
9.031
3.847
769
562
169
21
17
2015
49.196
12.299
46.166
9.233
3.847
769
562
169
21
17
Ket: TSI = Tangki septik Individu TSK = Tangki septik Komunal MCK = Mandi Cuci Kakus
Sumber: Hasil Analisis, 2011. Analisis Aspek Kelembagaan Di Kabupaten Bima terdapat beberapa institusi yang berhubungan dengan masalah sanitasi dan penyehatan lingkungan yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup dan Lembaga yang ada di masyarakat. Dalam pelaksanaan program masing-masing dinas selama ini dilakukan sesuai dengan tupoksi masing-masing tanpa dilakukan koordinasi antar instansi.
ISBN : 4
SEMINAR NASIONAL 2012 – WASTE MANAGEMENT Waste Management for Sustainable Urban Development Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 Surabaya, 21 Februari 2012
Hasil survey terhadap responden dan pengamatan menggambarkan bahwa pengambil kebijakan memiliki komitmen sungguh-sungguh terhadap masalah air limbah permukiman. Hal ini dapat dibuktikan dengan disusunnya Peraturan Daerah No. 06 Tahun 2011, Tentang Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL-BM) di Kabupaten Bima. Namun jika dikaitkan dengan strategi dan program pembangunan, pengelolaan air limbah belum menjadi skala prioritas. Sasaran yang ditentukan lebih terfokus pada peningkatan jumlah dan debit sumber-sumber mata air serta penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah. Hal ini berbeda dengan hasil survey 19 responden pada dinas/instansi yang menyatakan bahwa pada instansi tersedia strategi pengelolaan air limbah permukiman dalam bentuk pembangunan jamban keluarga dan MCK. Demikian halnya dengan sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan air limbah permukiman belum memadai. Analisis Aspek Peran Serta Masyarakat Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat berbeda-beda, tergantung pada tingkat pendidikan pengetahuan dan akses terhadap informasi. Hasil suvey responden menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat adalah pendidikan menengah ke bawah. Jumlah terbanyak adalah Lulusan SLTA/sederajat/SMU/SMK (49%), lulusan Sarjana (21%), lulusan SLTP/sederajat/SMP (14%) dan SD/sederajat (11%), dan lulusan Diploma (5%). Berdasarkan gambaran tersebut, diprediksikan bahwa persepsi masyarakat terhadap pengelolaan air limbah permukiman bisa jadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, akibat keterbatasan pengetahuan terhadap pengelolaan air limbah permukiman. Namun yang terjadi di masyarakat sebaliknya, masyarakat justru memiliki persepsi yang baik terhadap permasalahan tersebut. Ketika ditanya tentang kesadaran, tanggapan masyarakat terhadap aktifitas sehari-hari yang dilakukannya berpotensi mencemari lingkungan sekitar tempat tinggalnya, sebanyak 16% responden menyatakan sangat sadar akan dan 68% responden menyatakan sadar akan hal tersebut. Hal inilah yang mengubah persepsi bahwa masyarakat di Kecamatan Woha mengetahui pentingnya pengelolaan air limbah permukiman. Kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi Dengan terbentuknya persepsi masyarakat yang baik terhadap pengelolaan air limbah permukiman, akan muncul rasa peduli dan kemauan untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam pengelolaan air limbah permukiman, jika diberikan kesempatan seluas-luasnya oleh pemerintah. Hal ini dibuktikan dari hasil kuisioner masyarakat yang menyatakan bahwa dalam mengatasi persoalan pencemaran lingkungan pemerintah tidak dapat bekerja sendiri sehingga perlu partisipasi masyarakat. Mayoritas responden (51%) menyatakan sangat setuju akan hal tersebut dan 49% lainnya menyatakan setuju. Salah satu bentuk partisipasi yang akan diberikan oleh masyarakat yaitu dengan membangun dan memperbaiki prasarana air limbah permukiman. Hasil kuisioner menyatakan sebanyak 51% responden akan melakukannya bersamasama dengan pemerintah maupun pihak lainnya, 3% responden akan melakukannya secara mandiri, 38% responden bersedia berpartisipasi dalam bentuk apapun dan 8% menyatakan lain-lain, seperti berkontribusi dalam bentuk tenaga. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan penunjang seperti sosialisasi dan pengenalan kepada masyarakat tentang teknologi pengelolaan air limbah melalui pelatihan, membentuk kelompok swadaya masyarakat yang beranggotakan masyarakat setempat agar dalam pelaksanaan dan kegiatan
ISBN : 5
SEMINAR NASIONAL 2012 – WASTE MANAGEMENT Waste Management for Sustainable Urban Development Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 Surabaya, 21 Februari 2012
maupun dalam operasional program berjalan lancar. Selain itu dilakukan monitoring dan evaluasi secara rutin oleh Pemerintah terhadap kinerja lembaga yang telah dibentuk dan pemberdayaan masyarakatnya. Analisis SWOT Berdasarkan hasil analisis dari ketiga aspek, dilakukan analisis untuk menyusun strategi pengelolaan air limbah permukiman dengan menggunakan analisis SWOT, yang mengidentifikasi potensi dan kendala kemudian dikaji adanya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi. Dengan analisis faktor eksternal dan internal menggunakan pembobotan pada faktor-faktor yang teridentifikasi, maka dapat dirumuskan strategi sebagai berikut: 1. Menyusun strategi sanitasi kota dan menyiapkan dokumen master plan air limbah permukiman. 2. Meningkatkan kegiatan kampanye tentang sanitasi lingkungan kepada masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. 3. Meningkatkan koordinasi antar stakeholders. 4. Mengembangkan kerjasama dengan kab/kota lain dan pihak asing maupun dengan melibatkan pihak swasta dan masyarakat dalam pengelolaan prasarana air limbah permukiman. 5. Memprioritaskan pembangunan sektor air limbah yang dituangkan dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah. 6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM. KESIMPULAN DAN SARAN Jumlah KK yang tidak memiliki akses yang layak terhadap fasilitas pembuangan black water sebanyak 10.104 KK dan tanpa akses fasilitas pembuangan grey water sebanyak 10.921 KK. Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan pada aspek teknis operasional, kelembagaan dan peran serta masyarakat, dihasilkan rumusan strategi pengelolaan air limbah permukiman. Berdasarkan hal tersebut, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang penggunaan metode perumusan strategi analisis SWOT terhadap keberhasilan program. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima., (2010), Kabupaten Bima Dalam Angka 2010, Kabupaten Bima. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah., (2003), Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Jakarta. Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman, UNDP INS/84/005.,(1987), Rencana Sistem Tangki Septik, Urban Sanitation Investment Support Cipta Karya, Jakarta. Mangkoedihardjo, S. dan Samudro,G., (2010), Fitoteknologi Terapan, Cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta Pemerintah Kabupaten Bima., (2010), Laporan Program Penyehatan Lingkungan Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Tahun 2010, Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, Kabupaten Bima. Pemerintah Kabupaten Bima., (2010), Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bima Tahun 2010-2014, Kabupaten Bima. Rangkuti, F., (2009), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Cetakan keenambelas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
ISBN : 6