Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERMUKIMAN DI TEPI PANTAI KECAMATAN TARUMAJAYA KABUPATEN BEKASI Asri Gartini dan Agus Slamet Jurusan Teknik Lingkungan, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Email :
[email protected] ABSTRAK Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kawasan khusus Pantai Utara Kabupaten Bekasi yang merupakan kota baru dengan sebutan Kota Baru Pantai Makmur. Penetapan sebagai kota baru inilah mengakibatkan pertumbuhan permukiman lebih cepat yang juga meningkatkan jumlah limbah cair domestik. Akses pelayanan sarana dan prasarana air limbah saat ini baru mencapai 56,02 % dari jumlah penduduk yang memiliki akses berupa jamban keluarga dan jamban umum, sisanya 43,98% masih membuang langsung air limbah domestiknya ke saluran, badan air, kebun/sawah, empang/tambak dan pantai. Untuk mencapai target MDG’s pada tahun 2015 sebesar 78,01 %, yaitu jumlah penduduk yang terlayani pada tahun 2006 ditambah 50 % dari jumlah penduduk yang belum terlayani pada tahun 2015, dilakukan pembuatan sarana dan prasarana air limbah berupa tangki septik individual ,tangki septik komunal , dan jamban komunal.Tangki septik yang digunakan berupa Buffled up – flow bio reactor yaitu berupa tangki septik konvensional yang terdiri dari 3 – 5 kompartemen, kompartement terakhir dilengkapi dengan filter. Kata kunci: air limbah domestik, wilayah pesisir, tangki septik komunal, jamban komunal PENDAHULUAN Kecamatan Tarumajaya dalam Perda Kabupaten Bekasi Nomor 4 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi termasuk dalam Kawasan Khusus Pantai Utara Kabupaten Bekasi, yaitu Wilayah Pengembangan I (WP I) yang disebut sebagai Kota Baru Pantai Makmur dengan peruntukan meliputi pengembangan permukiman, perdagangan dan jasa pelabuhan (pergudangan/terminal peti kemas), industri, dan pariwisata. Aktivitas yang beragam dan peruntukkan sebagai kota baru mengakibatkan pertumbuhan permukiman di sepanjang pantai Tarumajaya cenderung lebih cepat dibandingkan dengan penyiapan prasarana dasar lingkungan sehingga meningkatkan pencemaran limbah domestik. Usaha untuk mengatasi pencemaran yang terjadi belum banyak dilakukan termasuk pemanfaatan secara maksimal fasilitas Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dimiliki Pemda Kabupaten Bekasi. Akses pelayanan sarana dan prasarana air limbah di desa pantai yang diteliti sebesar 56,02 % berupa fasilitas jamban keluarga dan jamban umum, sisanya 43,98% membuang air limbahnya langsung ke saluran, sawah/kebun, badan air dan pantai tanpa melalui pengolahan. Hasil analisis kualitas air tanah dangkal, air sungai dan air laut menunjukan bahwa semua sumber air tersebut kualitasnya telah melebihi Baku Mutu Lingkungan (BML) yang disyaratkan. Sumber air tersebut telah mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh air limbah domestik, yang ditunjukan dengan tingginya angka zat
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
organik (sebagai KmnO4), adanya Coli form pada air sumur penduduk, tingginya kadar Total Disolved Solid (TDS) , Amonia bebas, Biological Oxygen Demand (BOD) dan COD dalam badan air, logam-logam berat (tembaga, timbal dan seng) dan Amonia pada air laut. Penelitian ditujukan untuk mengevaluasi dan menyusun strategi pengelolaan air limbah domestik di desa pantai Kecamatan Tarumajaya. Penelitian dilakukan pada kawasan pemukiman di tepi pantai Desa Sagarajaya, Desa Pantai Makmur, Desa Sagara Makmur, dan Desa Samudra Jaya Kecamatan Tarumajaya yang berbatasan langsung dengan Teluk Jakarta dan DKI Jakarta. METODA Metode pengumpulan data berupa data primer maupun sekunder. Data sekunder, diperoleh dari data-data yang telah ada di instansi atau lembaga/organisasi yang terkait Data primer diperoleh antara lain dari kusioner terhadap 70 responden untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui tentang pengelolaan air limbah. Bentuk kuisioner yang digunakan adalah bersifat terbuka dengan jawaban langsung. Materi kuesioner berupa data monografi, sosial ekonomi, tingkat pendidikan, pola aktivitas penggunaan air dan pembuangan air limbah, ketersedian prasarana, persepsi dan peran serta masyarakat. Pengukuran kualitas sumber air dianalisis dilaboratorium untuk mengetahui sudah tercemar atau belum sumber air tersebut oleh limbah cair domestik. Pengukuran kuantitas air limbah dihitung untuk mengetahui jumlah timbulan air limbah yang digunakan dalam mendimensi saluran pengumpul, penyalur dan pengolahan air limbah. Perhitungan timbulan air limbah mengasumsikan bahwa 60 – 85 % dari air bersih yang digunakan oleh rumah tangga adalah air limbah. Kebutuhan air bersih untuk kota kecil sebesar 130 l/orang/hari (Kimpraswil, 2000). Kualitas air limbah diperoleh dengan menggunakan standart referensi komposisi tipikal air limbah domestik (Tchobanoglous G. Dkk ,1991). Pengolahan dan pembuangan akhir, bentuk dan sistim pengolahannya disesuaikan dengan kuantitas dan kualitas yang dihasilkan, kondisi lapangan serta ketersedian lahan untuk bangunan pengolahan. Metode analisa statistik uji pengaruh antar variabel digunakan metode statistik Chai – Kuadrat, untuk menganalisis tingkat hubungan pengaruh antar variabel prasarana lingkungan permukiman dan tingkat pendidikan dan karakteristik sosial budaya masyarakat pesisir. Metode analisis /kajian pedoman dan standar prasarana, peraturan dan kebijakan dalam program sanitasi NAP (National Action Plan) bidang air limbah. Pengelolaan air limbah secara operasional juga harus mengacu pada standarisasi yang sudah ada serta Standar Pelayanan Minimal (SPM). Analisis data, dilakukan setelah data-data primer dan sekunder diperoleh, diadakan seleksi data dan dianalisis .Data-data hasil kuisioner dibuat dalam bentuk tabulasi data untuk dianalisis, kondisi eksisting sarana dan prasarana air limbah dievaluasi untuk memperoleh sasaran (target), dengan mengacu pada program-program baik internasional (MDGs 2015), NAP Air Limbah, baku mutu air limbah domestik, teknis pengelolaan air limbah, standar teknis, dan studi-studi yang pernah dilakukan di Kecamatan Tarumajaya. HASIL DAN DISKUSI Akses ke sanitasi yang baik (access to improved sanitation), diartikan sebagai akses ke prasarana dan sarana serta fasilitas pembuangan kotoran manusia secara aman
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-5-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
dan menggunakan sarana pembuangan akhir sekurang-kurangnya cubluk (latrine). Masyarakat Kabupaten Bekasi sampai dengan tahun 2006 telah mendapatkan akses kesarana dan prasarana air limbah sebesar 56,02 %, berupa sarana jamban keluarga dan jamban komunal dan sisanya 43,98% dengan cara lain seperti membuang langsung ke saluran/ badan air, saluran drainase/got/selokan, kebun dan pantai. Berdasarkan hasil analisis dari kondisi eksisting yang ada, maka akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana air limbah desa pantai di Kecamatan Tarumajaya sampai dengan tahun 2006 digambarkan dengan menggunakan diagram pada Gambar 1 berikut ini: Dengan Tangki Septik (7,32 %) Fasilitas Jamban Pribadi (35,402 %)
Tanpa Tangki Septik (28,08)
Pelayanan PS & S Sanitasi Kab Bekasi (56,02 %)
Pelayanan IPLT &SBS (?) Dengan Cubluk (8,48 %) Lainnya (19,6%)
Fasilitas Umum (20,618%) Lainnya (sungai, drainase,kebun) (43,98%)
Dengan Tangki Septik (20,618%)
Pelayanan IPLT &SBS (?)
Gambar 1. Diagram Akses Pelayanan Prasarana dan Sarana Air Limbah Desa Pantai Kec. Tarumajaya
Dari diagram tersebut di atas juga menunjukan bahwa masyarakat pantai di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi yang memiliki fasilitas yang aman berupa jamban yang dilengkapi dengan tempat pembuangan akhir minimum cubluk sebesar 36,418 % (7,32% + 20,618% + 8,48 %). Jumlah penduduk di di desa pantai pada tahun 2006 adalah sebesar 36.538 jiwa, dengan asumsi rata – rata lumpur tinja terkumpul sebesar 2 liter/orang/hari (Udo Fleinss and Martin Strauss, January 1990) maka timbulan tinja pada tahun 2006 sebesar 73,076 m3/hari Sehingga debit lumpur tinja yang dihasilkan yang harus ditangani dengan segera adalah : Q tinja = 50% x [{Qtotal tinja Kecamatan Tarumajayai x persentase akses ke prasarana x persentase jamban pribadi x persentase jamban dengan tangki septik} + {Qtotal tinja Kecamatan Tarumajaya x persentase akses ke prasarana x persentase fasilitas umum x persentase jamban dengan tangki septik}] = 0,50 [{73,076 m3/hari x 0,5602 x 0,35402 x 0,0732} + {73,076 m3/hari x 0,5602 x 0.20618 x 0,20618] = 0,50 [(1,0608+ 1,74)] m3/hari = 0,50 [2,8] m3/hari = 1,4m3/hari ≈ 511 m 3/tahun Debit air limbah berupa grey water dengan pemakaian air bersih rata-rata untuk kategori kota kecil adalah sebesar 130 l/org/hari, maka debit air buangan yang dihasilkan oleh kota ini adalah 3.325 m3/hari dengan perhitungan air bersih yang menjadi air limbah adalah sebesar 70%. Berdasarkan kondisi eksisting ketersediaan sarana air limbah Tahun 2006 dan pencapaian target MDG’s bahwa 50 % penduduk yang belum mendapatkan akses air limbah sudah terpenuhi hingga akhir tahun 2015 sebesar 78,01 %, maka kebutuhan sarana dan prasarana air limbah berupa :
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-5-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
-
Jamban keluarga dengan menggunakan tangki septik, jamban keluarga menggunakan tangki septik komunal + IPLT, jamban keluarga menggunakan tangki septik + Small Bore Sewer (SBR) - Cubluk - Jamban komunal (MCK umum) menggunakan tangki septik komunal, jamban komunal menggunakan tangki septik komunal + IPLT, jamban komunal menggunakan tangki septik komunal + SBR Teknologi cubluk tidak dianjurkan dikarenakan merupakan daerah pantai yang mempunyai muka air tanah yang tinggi. Tangki septik yang digunakan harus mempunyai kekuatan terhadap kebocoran serta tingkat korosif yang tinggi, untuk itu tangki septik menggunakan konstruksi beton bertulang yang kedap air. Sedangkan untuk tangki septik komunal menggunakan tangki biodigester yang kemudian dialirkan menuju baffled up flow reactor bersama-sama dengan air bekas cuci (grey water) secara anaerobik Baffled up flow Bio reactor adalah merupakan modifikasi daripada tangki septik konvensional, terdiri dari dari 3 sampai dengan 4 kompartemen yang dipasangkan secara seri. Dimana ruang/chamber pertama 50 % dari total volume dan pada akhir sekat diberikan filter (anaerobic filter). Effisensi pengolahan dengan menggunakan reaktor ini adalah menurunkan 65 – 90% COD. Tabel 1. Kebutuhan Sarana dan Prasarana sesuai Target MDG’S 2015 Daerah
Jenis Sarana dan Prasarana
Perkotaan
Pribadi
Umum
1. a. Tangki Septik (TS) b. TS + IPLT c. TS + SBS d. Cubluk e. Sewerage 2. a. Tangki Septik Komunal (TSK) b. TSK + IPLT c. TSK + SBS d. Sewerage Yang Lainnya
J U M L A H
Penduduk Tahun 2006 Penduduk Tahun 2010 Penduduk Tahun 2015 Jumlah % Terlayani Jumlah % Terlayani Jumlah % Terlayani 36,538 36,538 36,538 36,538 36,538
7.322 8.48 -
2,675 3,098 -
46,683 46,683 46,683 46,683 46,683
13.45 7.322 5.65
6,280 3,418 2,638 -
59,365 59,365 59,365 59,365 59,365
18.78 13.45 0.72 2.83 -
11,150 7,986 427 1,680 -
36,538 36,538 36,538 36,538 36,538
20.62 19.6
7,533 7,161
46,683 46,683 46,683 46,683 46,683
22.698 3.673 13
10,596 1,715 6,069
59,365 59,365 59,365 59,365 59,365
24.20 9.028 9
14,365 5,359 5,343
65.80
30,715
78.01
46,311
36,538
56.02
20,469
46,683
59,365
Keterangan : Jumlah Kepala Keluarga (KK) = Jumlah penduduk/5 1 Tangki Septik = 1KK (5 orang) 1 Tangki septik komunal = 10 KK = 50 jiwa 1 Jamban komunal = 12KK x 5 pintu = 300 jiwa Dari hasil quesioner terhadap 70 responden 56 % masyarakat mempunyai tingkat kepedulian cukup tinggi pada pengelolaan air limbah domestik. Untuk itu diperlukan penyelenggaraan pengelolaan air limbah berbasis masyarakat. Bentuk kelembagaan pengelolaan berbasis masyarakat harus berdasarkan prinsip-prinsip dasar gotong royong, keputusan ada ditangan masyarakat, bersifat komunitas lokal,tidak berorientasi mendapatkan keuntungan tetapi manfaat bersama dalam pengelolaan sarana dan prasarana air limbah untuk menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. Kelembagaan tersebut bertanggungjawab pada tahap pra pembangunan, pembangunan, pasca pembangunan. Tugasnya sebagai pengelola keuangan sampai koordinator pelaksanaan pembangunan, dan pasca konstruksi untuk operasi dan pemeliharaan. Desa pantai di Kecamatan Tarumajaya termasuk ke dalam desa yang miskin maka kontribusi pembiayaan terhadap sarana dan prasarana air limbah rendah. Untuk itu bentuk kontribusi masyarakat adalah in cash dan in kind (berdasarkan kesepakatan). Biaya investasi untuk sarana air limbah tetap dari Pemerintah (pusat,propinsi,kota/kabupaten)
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-5-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
atau lembaga donor tetapi biaya operasional dan pemeliharaan berasal dari pengguna sarana (masyarakat). Biaya operasional dan pemeliharaan sanitasi diperlukan untuk berkelanjutan pengelolaan antara lain biaya pemeliharaan alat dan perbaikan sarana operasional, biaya operasional dan honorarium pengurus. Kelembagaan di Pemerintah Kabupaten Bekasi berdasarkan SK Bupati No. 4/2004 Organisasi dan tata kerja dibidang air kotor dan lumpur tinja termasuk ke dalam kewenangan, tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pasar dan Kebersihan. Pada seksi pengelolaan IPLT jumlah tenaga personil 3 orang (kasi IPLT, adm umum, penjaga). Fasilitas IPLT terdiri dari rumah kepala, laboratorium, 7 unit truk tangki tinja, dan IPLT. Pada saat in IPLT dalam keadaan tidak beroperasi, truk penyedot tinja hanya disewakan kepada pihak ketiga. Target pelayanan lumpur tinja 10 % (200.000 jiwa) dari jumlah penduduk Kabupaten Bekasi. Untuk pelayanan sebesar 200.000 jiwa berdasarkan pedoman dari Departemen Pekerjaan Umum pengelolaan IPLT tenaga yang dibutuhkan adalah + 15 orang. KESIMPULAN Untuk mencapai target akses pelayanan sarana dan prasarana air limbah sebesar 78,01 % sesuai dengan interpetrasi dari MDG’s 2015 berupa pembuatan tangki septik individual, tangki septik komunal dan jamban komunal. Masyarakat pantai di Kecamatan Tarumajaya termasuk kedalam desa yang miskin tetapi tingkat kepedulian masyarakat cukup tinggi pada pengelolaan air limbah domestik, untuk itu diperlukan penyelenggaraan pengelolaan air limbah berbasis masyarakat dengan bentuk kontribusi masyarakat adalah berdasarkan kesepakatan. Operasi IPLT tidak dijalankan secara optimal, pengendalian dan pengawasan kurang dipraktekkan di lapangan, sehingga monitoring dan kontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan jarang dilakukan, yang akhirnya evaluasi terhadap kesalahan operasional instalasi tidak pernah dilakukan. Penempatan tenaga operasional di lapangan, sangat minim hanya 3 orang personil, menurut pedoman tata cara operasi IPLT, Departemen Pekerjaan Umum (1999) paling tidak tenaga yang dibutuhkan minimal 15 personil. DAFTAR PUSTAKA Anonim, National Action Plan (2005): Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Anonim, (2000) Metode Pemilihan Teknologi Pembuangan Air Limbah, Direktorat Air Baku dan Sanitasi Wilayah, Dirjen Pengembangan Prasarana Wilayah, Departemen Kimpraswil, Jakarta. Bennefield, L.D, and Randall, CW., (1980) Biological Process Design for Waster Treatment, Prectice – Hall.Inc. Hasibuan, M.S.P. (2001), Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah, ed. Revisi, PT. Bumi Aksara, Jakarta.. Ludwig Sasse (1998) Decentralized Wastewater Treatment in Developing Countries, BORDA, Bremen. Metcalf and Eddy, Inc. (2001) Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse, Third. Mc Graw - Hill Inc. Pemerintah Kabupaten Bekasi, 2003, RTRW Kabupaten Bekasi 2003-2013, Bappeda Kabupaten Bekasi
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-5-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Pemerintah Kabupaten Bekasi, 2007, Bekasi Dalam Angka. Pemerintah Kabupaten Bekasi, 2007, Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi Tahun 2006, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Qasim. S.R, (1985) Wastewater Treatment Plants, Hold, Rinehard and Winston, CBS College Publishing, Texas. Sasse, (1998), DEWATS Decentralised wastewater Treantment in Developing Countris, Borda, Bremen. Fleinss,U dkk. (1999) Treatment of faecal sludge and wastewater in tropical climate, SOS-Management of Sludges from on-site sanitation Sugiarto, (1987) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, Edisi II, UI Press, Jakarta.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-5-6