1
MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 71 KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Sofya Djafar Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Maryam Rahim,Murhimah A.Kau ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo?”.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dalam meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi sebagai bukti pelaksanaan penelitan.Analisis data yang digunakan adalah analisis presentase dengan memperlihatkan hasil-hasil yang dilaksanakan siswa melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama. Dari hasil kegiatan bimbingan kelompok teknik sosiodrama diperoleh data pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua terdapat 56% dan 60% yang mampu. Kemudian pada siklus II pertemuan pertama dan kedua terdapat 72% dan 84% yang termasuk pada kategori mampu. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial siswa dalam pembelajaran pada siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo.
KATA KUNCI: INTERAKSI SOSIAL,BIMBINGAN KELOMPOK,TEKNIK SOSIODRAMA
Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo, Hj. Murhimah A. Kau, S.Psi, M.Si dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo
Pendahuluan Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja, tetapi juga mendidik aspek-aspek lainnya, salah satunya aspek sosial perilaku peserta didik. Seorang pendidik juga dituntut agar mampu memahami dan mengetahui karakteristik psikologis siswa yang dihadapinya.Hal ini bertujuan agar pendidik mampu memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Sebagai makhluk sosial, siswa dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesama dalam hidupnya. Manusia sebagai makhluk sosial menuntut adanya kehidupan berkelompok, sehingga masing-masing kelompok memiliki ciri yang berbeda satu sama lain. Maka dari itu setiap individu harus menjalin interaksi sosial antar individu lain yang sama-sama hidup dalam satu kelompok, atau antar golongan terpelajar dengan golongan agama. Interaksi
sosial
merupakan
salah
satu
aspek
penting
dalam
kehidupan
manusia.Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang banyak mempengaruhi kemampuan interaksi sosial siswa. Akibatnya apabila siswa tidak mampu berinteraksi sosial dengan baik di sekolah, ia akan merasa tidak nyaman berada di sekolah dan terisolir dari lingkungan. Kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial antar siswa yang satu dengan siswa yang lain, antar siswa dengan guru, dan antar siswa dengan petugas sekolah, tidak sama. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi tinggi akan
mudahdapat
menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan ia tidak akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan orang lain. Dalam bimbingan dan konseling terdapat banyak sekali starategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalahnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah adalah dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Digunakannya teknik sosiodrama dalam penelitian ini karena teknik sosiodrama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah-masalah. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 3
a. Siswa terkesan pasif pada saat jam pelajaran berlangsung. b. 11 orang siswa yang takut berinteraksi dengan guru-guru saat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung. c. Terdapat 44% atau 11 orang yang memiliki kemampuan interaksi sosial siswa yang masih rendah. d. Penggunaan layanan bimbingan kelompok belum diterapkan secara maksimal oleh guru dalam pembelajaran. Rumusan masalah dalam penelitian adalah “Apakah pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo ? “Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. Interaksi sosial adalah hubungan manusia dengan manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok lain, (Sarwono (2010:185). Sedangkan menurut Ahmadi (2007:49) hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya merupakan pengertian dari interaksi sosial. Interaksi sosial siswa adalah proses perubahan yang berhubungan dengan kehidupan kejiwaan siswa, di mana biasanya perubahan-perubahan tersebut melahirkan tingkah laku yang dapat ditandai, meskipun tidak dapat diukur seperti pada perubahan-perubahan jasmani. Interaksi tersebut dapat berlangsung di lingkungan sekolah, dalam merespons pelajaran di kelas misalnya, siswa bergantung pada persepsinya terhadap guru pengajar dan teman-teman sekelasnya.Positif atau negatifnya persepsi siswa terhadap guru dan teman-temannya itu sangat mempengaruhi kualitas hubungan sosial para siswa dengan lingkungan sosial kelasnya. Interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan saling timbal balik (Walgito, 2010: 57). Menurut Gerungan (2010:62) interaksi sosial yaitu individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, di mana dirinya di pengaruhi oleh diri yang lain. Perkembangan seorang individu tidak akan pernah terlepas dari lingkungannya. Hubungan itu berkisar kepada usaha dalam menyesuaikan diri dan penyesuaian diri dapat dilakukan dengan cara Autoplastis yaitu seseorang harus menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya. Penyesuaian diri dapat juga dilakukan secara Aloplastis yaitu seseorang dapat merubah lingkungan agar sesuai dengan keinginan dirinya. Menurut Nurdin (2008:47) interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam bentuk kerjasama, serta persaingan atau pertikaian. Thibaut dan Kelley (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Menurut Homans (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang di kemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Menurut Shaw (dalam Ali, 2004:87)
mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu
pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Menurut Sargent (dalam Ali, 2004:87) Social interaction is to consider social behavior always within a group frame work, as related to group structure andfunction yang artinya tingkah laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur dan fungsi kelompok. Dalam interaksi sosial terdapat beberapa ciri-ciri di antaranya menurut Santosa (2004:11) bahwa ciri-ciri interaksi sosial meliputi: a. Adanya hubungan Setiap interaksi tentu saja terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok. b. Ada individu Setiap interaksi sosial melibatkan individu yang melakukan hubungan. c. Ada tujuan Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain d. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi sosial 5
Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok terjadi karena individu tidak dapat terpisah dari kelompok.Disamping itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi didalam kelompoknya. Menurut Shaw (Ali,2004: 88) membedakan interaksi dalam menjadi 3 jenis, yaitu: a. Interaksi verbal Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Prosesnya terjadi dalam saling tukar percakapan satu sama lain. b. Interaksi fisik Interaksi fisik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh. c. Interaksi emosional Interaksi emosional terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. Jadi jika proses interaksi sosial tidak terjadi secara maksimal akan menyebabkan terjadinya kehidupan yang terasing. Faktor yang menyebabkan kehidupan terasing misalnya sengaja di kucilkan dari lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan budaya. Interaksi sosial juga akan terjadi apabila terdapat beberapa aspek yang mendasari interaksi sosial. Ada beberapa bentuk interaksi sosial berupa: a. Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok bekerja sama, saling menolong untuk mencapai tujuan bersama b. Akomodasi adalah penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara seseorang dengan kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain; c. Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Jadi interaksi sosial tidak dapat terbentuk begitu saja tanpa ada aspek-aspek yang mendasari interaksi sosial yang dapat membuat hubungan timbal balik yang dinamis secara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok baik dalam kerja sama, akomodasi, dan perpaduan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Gerungan (2010:62) proses interaksi sosial baru akan berlaku apabila menghasilkan reaksi yang berbentuk hal-hal berikut: a. Faktor Imitasi Merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah laku, mode pakaian dan lain-lain. b. Faktor sugesti Sugesti merupakan proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. c. Faktor identifikasi Merupakan suatu dorongan untuk menjadi indetik (sama) dengan orang lain. d. Faktor simpati Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya berdasarkan sugesti atau imitasi saja. Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbal-balik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama dimana seseorang ingin lebih mengerti orang lain sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu. Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan dimana yang satu menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lain itu dianggapnya sebagai ideal. Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal. Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang dikaguminya. Simpati bermaksud kerja sama, identifikasi bermaksud belajar.
7
Pada umumnya terjadinya suatu interaksi sosial berhubungan erat dengan status sosial, yaitu status sebagai seorang siswa yang bersekolah di dalam lingkungan sekolah yang sama. Dapat diketahui bahwa interaksi sosial merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam interaksi sosial, individu yang bertemu dengan individu yang lain secara langsung (tatap muka), atau dengan secara tidak langsung. Interaksi sosial tidak dapat terbentuk begitu saja, akan tetapi perlu adanya suatu teknik untuk belajar dan lingkungan tempat tinggal individu juga mempengaruhi dalam berinteraksi. Berdasar pada beberapa definisi di atas menunjukan bahwa interaksi sosial siswa dalam pembelajaran akan meningkat dengan melihat beberapa definisi di bawah ini: a). Ahmadi (2007:49) hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. b). Sukardi (1987) dalam Nursalim (2012) interaksi sosial siswa dengan teman-temannya di sekolah mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan anak. c). Gerungan (2010:62) individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. d)
. Nurdin (2008:47) hubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam bentuk kerjasama. e). Walgito (2010:57) hubungan antar individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan saling timbal balik. Jadi dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial dapat mempengaruhi aktivitas individu dalam pembelajaran yang tentunya berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Bimbingan kelompok menurut Hartinah (2009:) yaitu kegiatan bimbingan yang di berikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah yang sama. Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok (Tohirin, 2007: 290). Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Jadi pada dasarnya bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal dan sosial. Pelaksanaan bimbingan kelompok adalah suatu proses melakukan atau melaksanakan pelayanan
bimbingan yang telah diprogramkan yang diberikan oleh pembimbing kelompok siswa yang bertujuan membantu siswa yang menghadapi masalah dengan cara membahas permasalahan dengan saling bekerja sama, sehingga memperoleh manfaat bagi kehidupannya. Menurut Tohirin (dalam damayanti 2012:43) teknik bimbingan kelompok adalah a. Program home room: program ini dilakukan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannyaseperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien. b. Karya wisata: dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan pada objekobjek yang menarik yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-cita. c. Diskusi kelompok: merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa di beri peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. d. Kegiatan Kelompok: dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan,karena kelompok dapat memberikan kesempatan kepada individu (siswa) untuk berpartisipasi secara baik. e. Organisasi Siswa: organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah dapat menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi siswa banyak masalah-masalah yang baik sifatnya individual maupun kelompok dapat dipecahkan. f. Sosiodrama: dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan kelompok. Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah-masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran.dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial.
9
g. Psikodrama: hampir sama dengan sosiodrama. Psikodrama adalah upaya pemecahan masalah yang didramakan. Dalam sosiodrama masalah yang diangkat adalah masalah sosial, akan tetapi pada psikodrama yang didramakan adalah masalah psikis yang di alami individu. h. Pengajaran Remedial: merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Sosiodrama adalah salah satu problem yang kerap dihadapi oleh murid dalam pergaulan sehari-hari yang diperankan atau dimainkan oleh beberapa murid dengan tujuan bersama-sama mencari penyelesaian.Menurut Romlah (2006:104) sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan utuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Sosiodrama juga merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukan kepada anak tentang masalah-masalah hubungan sosial. Masalah hubungan sosial tersebut di dramatisasikan oleh anak di bawah pimpinan guru. Dari pengertian beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiodrama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah- masalah sosial melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peran tertentu dari suatu situasi masalah sosial. Sehingga individu akan dapat menghayati secara langsung seperti betulbetul terjadi dalam situasi yang sebenarnya. Sosiodrama juga harus ada di dalam dan di luar kelas, dengan tujuan untuk mendukung siswa agar bisa belajar dengan alat dan perlengkapan yang disediakan.Selanjutnya untuk siswa kelas V SD dengan perkembangan dan kemampuannya, maka alat yang digunakan harus mendukung seluruh materi belajar sebagaimana yang tertera dalam kurikulum. Manfaat dari sosiadrama yakni untuk pengembangan kemampuan berekspresi sehingga anak dapat menghayati berbagai bentuk perasaan juga menggali daya khayal (imajinasi) dan kreativitas anak. Menurut Gunarti (2011:5) manfaaat metode sosiodrama dalam perkembangan adalah sebagai berikut: a. Menyalurkan ekspresi anak-anak ke dalam kegiatan yang menyenangkan. b. Mendorong aktifitas, inisiatif dan kreatif sehingga mereka berpartisipasi dalam bersama. c.
Memahami isi cerita karena ikut memainkannya.
d. Membantu menghilangkan rasa malu, rendah diri dan kemurungan pada anak. e. Mengajar anak saling membantu dan bekerja sama dalam permainan sosiodrama.
kegiatan
f. Menimbulkan rasa saling percaya mempercayai satu sama lain atas kesanggupan masingmasing. Tujuan penggunaan teknik sosiodrama adalah : a. Melatih anak-anak untuk mendengarkan dan menangkap cerita singkat dengan teliti. b. Memupuk dan melatih keberanian. Misalnya dengan ditugaskan untuk mendramatisasikan di muka kelas, pada permulaannya tidak semua anak berani. Sedikit sekali yang sukarela atau di tunjuk. Bahkan adakalanya anak-anak harus dipaksa. Tetapi lambat laun anak-anak berani sendiri. c. Memupuk daya cipta. Dengan mendengar cerita tadi, bagaimana anak-anak menyatakannya dalam bentuk kegiatan lebih-lebih dengan suatu cerita yang belum selesai. d. Belajar menghargai dan menilai kecakapan orang lain, dan menyatakan pendapatnya. Hal ini akan tampak apabila anak ditanya pendapatnya tentang dramatisasi yang dilakukan anak lain di depan kelas. e. Untuk mendalami masalah sosial. Jadi tujuan metode sosiodrama yakni untuk memecahkan suatu masalah agar anak memperoleh kesempatan untuk merasakan perasaan orang lain. Dengan tujuan tersebut maka metode sosiodrama mampu mendorong anak mencari dan mengembangkan rasa percaya diri anak. Penerapan Bimbingan Kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama dalam melatih kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan melalui empat tahapan, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran. Penerapan teknik ini dilakukan melalui langkah-langkah berikut: a.
Tahap Pembentukan
Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling
b.
Menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan kelompok
Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri
Teknik khusus
Permainan penghangatan atau pengakraban
Tahap Peralihan
Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya 11
Menawarkan atau mengamati apakah para anggota menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga)
Membahas suasana yang terjadi
Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota jika perlu, kemabali kebeberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan)
c.
Tahap Kegiatan
Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan
Menjelaskan teknik sosiodrama kepada siswa
Membagi anggota menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang
Membagikan cerita yang berisikan drama yang akan ditampilkan siswa di depan kelas
Menyuruh anggota untuk membaca dan memahami isi dari cerita tersebut
Membimbing dan mengarahkan anggota-anggota yang akan memerankan tokoh yang ada didalam cerita
Melaksanakan sosiodrama di depan kelas secara bergantian
Melaksanakan diskusi dari hasil sosiodrama sebagai suatu refleksi hasil pembelajaran
d.
Menyimpulkan manfaat dari kegiatan sosiodrama
Tahap Pengakhiran
Pimpinan kelompok dan anggota menyimpulkan tentang topik yang dibahas
Pemimpin kelompok merefleksi kembali
Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan kegiatan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “jika digunakan bimbingan kelompok teknik Sosiodrama maka interaksi sosial pada siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo dapat mengalami peningkatan secara optimal”. Metode Penelitian Penelitiantindakaninidilaksanakan diSDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo.Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V dengan jumlah 25 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.Dalam usia rata-rata 11-12 tahun tersebut. Mereka mempunyai tingkat
kemampuan emosional yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang keluarga, lingkungan kehidupan masyarakat dimana siswa berada, keadaan psikologis, serta kehidupan lainnya. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, mengamti setiap perubahan yang menjadi objek penelitian.Teknik analisis data dilakukan dengan teknik presentase, dimana data diperoleh dari hasi observasi dikembangkan dengan teknik penilaian kemudian dianalisis. Pembahasan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran dalam upaya meningkatkan interaksi sosial siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok, memiliki indikator kinerja “apabila kemampuan berinteraksi sosial siswa meningkat dari jumlah siswa mampu berinteraksi berjumlah 14 orang siswa atau 56% dapat ditingkatkan menjadi 21 orang siswa atau 84% dari jumlah siswa keseluruhan 25 orang. Proses bimbingan dilaksanakan dalam II siklus, setiap siklus dibagi dalam dua kali pertemuan. Setiap pertemuan menggunakan alokasi waktu masing-masing dua jam pelajaran. Dalam mengamati dan menilai interaksi sosial siswa digunakan lembar observasi, sedangkan pada setiap pertemuan guru
melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan bimbingan
kelompok, kemudian pada tahap kegiatan inti siswa mendramatisasikan dan kemudian ditanggapi oleh kelompok lain. Sedangkan indikator perilaku sosial siswa dilihat dari bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok, mampu bertanya dan mampu dalam mengemukakan pendapat.Berdasarkan hasil observasi awal menunjukan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok, tidak mampu bertanya serta tidak mampu dalam mengemukakan pendapat. Dari ketiga indicator tersebut diperoleh data kemampuan siswa berinteraksi sosial dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 14 orang (56%) temasuk dalam klasifikasi mapu sedangkan 11 orang (44%) termasuk dalam klasifikasi tidak mampu. Setelah tindakan siklus I dilakukan kemampuan siswa mulai nampak walaupun belum signifikan. Hasil data pada pertemuan II siklus I menujukan bahwa 15 orang (60%) termasuk dalam kategori mampu, 3 orang (12%) termasuk dalam kategori kurang mampu, dan 7 orang (28%) termasuk dalam kategori tidak mampu dalam berinteraksi sosial. Memperhatikan data hasil observasi pada siklu I jelaslah bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial sesuai indicator yang dinilai, akan tetapi hal tersebut 13
belum mencapai indicator keberhasilan yang ditetapkan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan siklus II guru merencanakan untuk lebih mengoptimalkan kegiatan guru dalam melaksanakan bimbingan kelompok dalam pembelajaran. Berdasarkan perencanaan-perencanaan tersebut maka siklus II dilaksanakan. Dari kegiatan itu diperoleh data sebagai berikut: 21 orang (84%) termasuk dalam kategori mampu berinteraksi sosial, 3 orang (12%) termasuk dalam kategori kurang mampu dan 1 orang (4%) termasuk dalam kategori tidak mampu berinteraksi sosial. Memperhatikan capaian siklus II berarti 84% siswa yang dikenakan tindakan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama termasuk dalam kategori mampu dalam berinteraksi sosial dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan interaksi sosial siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo telah tercapai. Dengan demikian hipotesis tindakan yang dirumuskan yaitu “jika digunakan bimbingan kelompok teknik sosiodrama maka interaksi sosial pada siswa kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo dapat mengalami peningkatan secara optimal” dapat diterima. Simpulan Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial siswa Kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. Karena bimbingan kelompok merupakan suatu cara untuk membantu memecahkan masalah siswa. Hal ini dibuktikan oleh adanya pencapaian indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 84%. Capaian indicator tersebut dilalui secara bertahap yaitu: pada observasi awal terdapat 56% anak pada kategori mampu, siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua terdapat 56% dan 60% yang termasuk pada kategori mampu. Siklus II pertemuan pertama terdapat 68% pada kategori mampu, dan pada pelaksanaan siklus II pertemuan kedua terdapat 84% atau 21 orang siswa pada kategori mampu. Dengan demikian, penerapan bimbingan kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial siswa Kelas V SDN 71 Kota Timur Kota Gorontalo. Saran Sesuai kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi saran, yaitu:
a. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik pengubahan timgkah laku yang perlu digunakan untuk meningkatkan interaksi sosial siswa. b. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan interaksi sosial siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok. c. Kepada seluruh pihak terkait, utamanya guru kelas V SDN 71 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo pada khususnya dan guru lain pada umumnya untuk dapat mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan interaksi sosial siswa dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Moh, 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara Hartinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung. Refika Aditama Ahmadi, 2007.Psikologi Sosial.Jakarta : Rineka Cipta Sumadayo, Samsu. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurdin. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta:Raja Murah Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UMM Press. Sarwono, 2010.Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Raja Grafindo Persada Tohirin, 2007.Pengertian Bimbingan Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Walgito, Bimo. 2010. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset Gerungan.W.A. 2010.Psikologi Sosial.Bandung: PT Refika Aditama
15