i
HUBUNG GAN ANT TARA TIN NGKAT PENDIDI P IKAN DEN NGAN KUALIT TAS RUM MAH HUNIAN PENDUDUK K KELURA AHAN MA ANGUNS SARI KEC CAMATAN N GUNUN NGPATI KOTA SEMARA ANG
SKRIPSI untukk memperoleeh gelar Sarjjana Pendidiikan
oleh Apriani Yunita Purw witasari 33201408069
JURUSA AN GEOG GRAFI F FAKULTA AS ILMU SOSIAL UNIVE ERSITAS S NEGERII SEMAR RANG 2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada: hari
: Selasa
tanggal
: 22 Januari 2013
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Sriyono, M. Si NIP 19631217 1988031 002
Drs. Sutardji NIP 19510402 1980121 001 Mengetahui Ketua Jurusan Geografi,
Drs. Apik Budi Santoso, M. Si NIP 19620904 1989011 001
ii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada: hari
: Rabu
tanggal
: 6 Februari 2013 Penguji Utama,
Drs. Saptono Putro, M.Si NIP 19620928 1990031 002 Anggota I,
Anggota II,
Drs. Sriyono, M. Si NIP 19631217 1988031 002
Drs. Sutardji NIP 19510402 1980121 001
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
Dr. Subagyo, M. Pd NIP 19510808 198003 1 003
iii
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang 16 Januari 2013
Apriani Yunita Purwitasari NIM 3201408069
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO ...(itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS.Ash-Shaff:3) Demi Tuhan, berhentilah sejenak tinggalkan dahulu pekerjaanmu, tengoklah ke sekelilingmu.. (Leo Tolstoy) Hidup hanya sekali, jadi tidak selayaknya dilalui dengan kesalahan tanpa perbaikan. (Penulis)
PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan kepada: 1. 2.
3.
4.
Allah SWT. dan Nabi SAW. Ayahku Purwanto, ibuku Yutini, kakakku Asep Purwo Yudi Utomo, adikku Agus Syarif Mahdi, dan Beyfendy_ku yang setia mendampingiku. Teman-teman perjuanganku di IRM/IPM, IMM, Jurusan Geografi angkatan 2008, Hima Geografi, Kos KB3 Banaran, Kos Trangkil, Asrama Putri Muhammadiyah. Setiap penghuni rumah yang bangga dengan apa yang mereka miliki.
v
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. atas berkah, rahmat, dan ridhaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian
Penduduk
Kelurahan
Mangunsari
Kecamatan
Gunungpati
Kota
Semarang”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah banyak memberi motivasi baik secara moral maupun material kepada penulis. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada peneliti menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Semarang.
2.
Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas segala kemudahan yang telah diberikan dalam ijin melakukan penelitian.
3.
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas persetujuan kepada peneliti dalam melakukan penelitian.
4.
Drs. Sriyono, M.Si., selaku pembimbing I yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5.
Drs. Sutardji, selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
vi
vii
6.
Drs. Saptono Putro, M.Si, selaku penguji utama yang telah bersedia menguji skripsi peneliti dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7.
Drs. Eko Slamet Riyanto, SH, selaku Lurah Mangunsari yang telah memberikan ijin penelitian.
8.
Warga di Kelurahan Mangunsari selaku responden dalam penelitian ini yang telah memberikan data atau informasi, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Kritik dan saran, penulis harapkan agar semakin sempurnanya penelitian ini.
Semarang, 16 Januari 2013 Penyusun
vii
viii
SARI Purwitasari, Apriani Yunita. 2013. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sriyono, M. Si dan Pembimbing II Drs. Sutardji. 93 halaman, 27 tabel, 10 lampiran, 38 gambar. Kata Kunci: Hubungan, Tingkat Pendidikan, Kualitas Rumah Hunian. Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan, kesehatan, dan pemukiman. Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan. Pendidikan sangat berpengaruh pada perwujudan peningkatan kualitas rumah hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Dengan memahami pentingnya kesehatan dalam rumah, setiap warga akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitiannya adalah: 1) Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari, 2) Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Gunungpati Kota Semarang, 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yaitu 1208 KK. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate cluster random sampling diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan variabel terikatnya yaitu kualitas rumah hunian. Alat pengumpul data yang digunakan adalah dokumentasi dan panduan observasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif persentase dan analisis korelasi product moment dari Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 42,9% (36 KK) tingkat pendidikan penduduk masih rendah (belum sekolah sampai tamat SD), 23,8% (20 KK) dengan kriteria cukup tinggi (SMP), 26,2% (22 KK) dengan kriteria tinggi (tamat SMA), dan 7,1% (4 KK) dengan kriteria sangat tinggi (Perguruan Tinggi). Kondisi kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari menunjukkan bahwa 19,0% (16 rumah) dengan kriteria sangat baik dengan skor 45,50–56,00; 77,4% (65 rumah) dalam kondisi baik karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; 3,6% (3 rumah) dengan kriteria cukup baik dengan skor 24,50–<35,00, dan tidak ada rumah yang masuk kriteria kurang baik. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan korelasi product moment dari
viii
ix
Pearson, bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213, sehingga rhitung (0,263) > rtabel (0,213). Simpulan penelitian ini yaitu: 1) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, diketahui tingkat pendidikan penduduk termasuk dalam kriteria rendah yaitu sebanyak 36 penduduk (42,9%) hanya menempuh pendidikan formal sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya) atau tidak sekolah; 2) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, sebagian besar rumah penduduk termasuk dalam kriteria baik yaitu sebanyak 65 rumah penduduk (77,4%) berada pada skor 35,00 - <45,50; dan 3) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, karena rhitung (0,263) > rtabel(0,213). Saran yang diajukan adalah: 1) Warga perlu meningkatkan tingkat pendidikan karena berguna untuk peningkatan kualitas rumah hunian; 2) Warga perlu meningkatkan kualitas rumah huniannya karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatannya; dan 3) Warga perlu mengikuti penyuluhan lingkungan sehat untuk mewujudkan lingkungan sehat di Kelurahan Mangunsari.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... PERNYATAAN............................................................................................... MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... PRAKATA ....................................................................................................... SARI................................................................................................................. DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian................................................................................ 1.4.1. Manfaat Teoritis .................................................................................. 1.4.2. Manfaat Praktis ................................................................................... 1.5. Penegasan Istilah .................................................................................. 1.5.1. Pengertian Hubungan ........................................................................... 1.5.2. Tingkat Pendidikan .............................................................................. 1.5.3. Kualitas Rumah Hunian ....................................................................... 1.5.4. Penduduk .............................................................................................. 1.6. Penelitian yang Relevan ....................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.7. Tingkat Pendidikan .............................................................................. 1.7.1. Pengertian Pendidikan .......................................................................... 1.7.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan................................................. 1.7.3. Jalur Pendidikan ................................................................................... 1.7.4. Jenjang Pendidikan ............................................................................... 1.8. Kualitas Rumah .................................................................................... 1.8.1. Pengertian Rumah ................................................................................ 1.8.2. Rumah Sehat ........................................................................................ 1.8.3. Syarat Rumah Sehat ............................................................................. 1.9. Penduduk Kelurahan Mangunsari ........................................................ 1.10. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Kualitas Rumah ........................... 1.11. Kerangka Berfikir ................................................................................. 1.12. Hipotesis ............................................................................................... BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian ............................................................................... 3.2. Sampel dan Teknik Sampling ............................................................. 3.3. Variabel Penelitian ............................................................................... x
Halaman i ii iii iv v vi viii x xii xiii xv 1 8 8 9 9 9 10 10 10 10 11 12 14 14 14 15 15 17 17 18 18 21 21 23 24 25 25 26
xi
3.3.1. Variabel Bebas ..................................................................................... 3.3.2. Variabel Terikat ................................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 3.4.1. Metode Dokumentasi ........................................................................... 3.4.2. Metode Observasi ................................................................................ 3.5. Teknik Analisis Data ........................................................................... 3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase ................................................. 3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment .......................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ................................................... 4.1.1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian .......................................................... 4.1.1.1.Letak astronomis .................................................................................. 4.1.1.2.Letak administrasi ................................................................................ 4.1.1.3.Penggunaan lahan ................................................................................ 4.1.1.4.Jumlah rumah penduduk ...................................................................... 4.1.1.5.Jumlah pemakai air minum .................................................................. 4.1.2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ......................................................... 4.1.2.1.Jumlah penduduk menurut kelompok umur ......................................... 4.1.2.2.Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ...................................... 4.1.2.3.Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan .................................... 4.2. Hasil Penelitian .................................................................................... 4.2.1. Jenis kelamin responden ...................................................................... 4.2.2. Umur responden ................................................................................... 4.2.3. Mata pencaharian responden ................................................................ 4.2.4. Pendapatan responden .......................................................................... 4.2.5. Tingkat pendidikan responden ............................................................. 4.2.6. Kualitas rumah hunian responden ........................................................ 4.2.7. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang .................................................................................... 4.2.7.1.Uji Normalitas Data ............................................................................. 4.2.7.2.Koefisien Korelasi................................................................................ 4.3. Pembahasan .......................................................................................... 4.3.1. Tingkat pendidikan .............................................................................. 4.3.2. Kualitas rumah hunian ......................................................................... 4.3.3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ..................................................................................... BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan............................................................................................... 5.2. Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
xi
26 27 28 28 28 28 29 32 34 34 34 34 36 38 38 39 39 39 41 41 41 42 42 43 44 45 72 72 73 74 75 76 78 81 81 82 84
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Sampel penelitian di RW 1 ................................................................ 26 Tabel 3.2 Kriteria tingkat pendidikan ................................................................ 29 Tabel 3.3 Frekuensi variabel tingkat pendidikan ............................................... 30 Tabel 3.4 Kriteria kualitas rumah hunian ........................................................... 31 Tabel 3.5 Frekuensi variabel kualitas rumah hunian .......................................... 32 Tabel 4.1 Penggunaan lahan di Kelurahan Mangunsari .................................... 36 Tabel 4.2 Jumlah rumah penduduk menurut sifat dan bahannya di Kelurahan Mangunsari ............................................ 38 Tabel 4.3 Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari...... 38 Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur ....... 39 Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan mata pencaharian ..... 40 Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan tingkat pendidikan ... 41 Tabel 4.7 Jenis kelamin responden di Kelurahan Mangunsari ........................... 42 Tabel 4.8 Umur responden di Kelurahan Mangunsari ....................................... 42 Tabel 4.9 Mata pencaharian responden di Kelurahan Mangunsari .................... 43 Tabel 4.10 Pendapatan responden di Kelurahan Mangunsari .............................. 43 Tabel 4.11 Tingkat pendidikan responden ............................................................ 44 Tabel 4.12 Kualitas rumah hunian penduduk ....................................................... 45 Tabel 4.13 Komponen luas rumah responden ....................................................... 46 Tabel 4.14 Komponen langit-langit rumah responden ......................................... 47 Tabel 4.15 Komponen atap rumah responden ...................................................... 49 Tabel 4.16 Komponen dinding rumah responden ................................................ 50 Tabel 4.17 Komponen lantai rumah responden ................................................... 52 Tabel 4.18 Komponen jendela kamar tidur rumah responden ............................. 55 Tabel 4.19 Komponen ventilasi udara rumah responden ..................................... 57 Tabel 4.20 Komponen lubang asap dapur rumah responden ............................... 58 Tabel 4.21 Komponen pencahayaan alami dan buatan rumah responden ........... 60 Tabel 4.22 Komponen penyediaan air bersih rumah responden .......................... 62 Tabel 4.23 Komponen pembuangan air limbah rumah responden....................... 63 Tabel 4.24 Komponen pembuangan sampah rumah responden .......................... 66 Tabel 4.25 Komponen penghijauan halaman rumah responden .......................... 69 Tabel 4.26 Komponen jamban rumah responden ................................................. 71 Tabel 4.27 Uji normalitas data kualitas rumah hunian ......................................... 74
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar 4.22 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 4.31 Gambar 4.32 Gambar 4.33 Gambar 4.34 Gambar 4.35 Gambar 4.36
Halaman Kerangka berpikir .......................................................................... 24 Skema hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian ................................................................................. 33 Peta administrasi Kelurahan Mangunsari ..................................... 35 Peta penggunaan lahan Kelurahan Mangunsari ........................... 37 Tingkat pendidikan penduduk ....................................................... 44 Kualitas rumah hunian penduduk .................................................. 45 Rumah tanpa langit-langit rumah ............................................... . 48 Langit-langit rumah yang kotor ..................................................... 48 Langit-langit rumah yang bersih dan terawat ................................ 49 Atap rumah dari genteng ............................................................... 50 Rumah dengan dinding kayu ......................................................... 51 Rumah dengan dinding anyaman bambu ...................................... 51 Rumah dengan lantai keramik ....................................................... 53 Rumah dengan lantai kamar mandi yang rusak ............................. 53 Dapur tradisional rumah responden............................................... 54 Rumah responden dengan dinding dan lantai yang rusak ............. 54 Jendela rumah tanpa teralis ........................................................... 56 Bentuk jendela yang juga berfungsi seperti teralis ........................ 56 Ventilasi rumah responden tanpa pelindung dari nyamuk ............ 57 Dapur tanpa lubang asap dapur ..................................................... 59 Dapur dengan pencahayaan dan ventilasi yang memadai ............. 59 Jendela dan ventilasi rumah untuk masuknya cahaya ................... 61 Saluran air yang digunakan warga dari sumur artesis ................... 62 Selokan terbuka yang tidak terawat ............................................... 63 Selokan terbuka yang terawat ........................................................ 64 Pembuangan air kamar mandi di halaman rumah ......................... 65 Pembuangan limbah dapur di halaman rumah .............................. 65 Saluran pembuangan kamar mandi ke halaman rumah ................. 65 Tempat pengumpulan sampah warga ............................................ 66 Pengumpulan sampah di dalam rumah .......................................... 67 Sisa pembakaran sampah di halaman rumah ................................. 67 Halaman rumah yang dimanfaatkan sebagai taman ...................... 68 Rumah dengan teras rumah ........................................................... 69 Halaman rumah untuk beternak..................................................... 69 Model WC duduk .......................................................................... 70 WC model leher angsa .................................................................. 71 Dinding kamar mandi dan WC yang tidak permanen ................... 71 WC dengan dinding yang rusak .................................................... 72
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
Halaman Kisi-kisi panduan dokumentasi variabel tingkat pendidikan......... 84 Kisi-kisi panduan observasi variabel kualitas rumah hunian ........ 85 Pengantar ....................................................................................... 87 Lembar dokumentasi dan observasi .............................................. 88 Lembar panduan dokumentasi dan observasi ................................ 89 Daftar nama responden .................................................................. 91 Data penelitian tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian..... 94 Uji normalitas data penelitian kualitas rumah hunian ................... 96 Korelasi antara pendidikan dan kualitas rumah............................. 97
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, berisi setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif. Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada zaman purba, manusia bertempat tinggal di gua-gua yang kemudian berkembang dengan mendirikan rumah atau tempat tinggal di hutan-hutan dan di bawah pohon. Pada abad modern ini, manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan dilengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak zaman dahulu, manusia juga mencoba membangun rumahnya berdasarkan kebudayaan penduduk setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada di daerah setempat (local material). Setelah manusia memasuki abad modern ini, meskipun rumah mereka dibangun bukan dengan bahan-bahan dari daerah setempat tetapi kadang-kadang pembangunannya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo 2003). 1
2
Berdasarkan pemaparan tersebut, rumah menjadi kebutuhan pokok manusia guna membangun kehidupan keluarga dengan memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, misalnya untuk tempat berlindung dari cuaca, tempat pembinaan keluarga, serta sebagai tempat untuk kegiatan keluarga. Oleh karena itu, rumah yang berkualitas dan sesuai standar kesehatan diharapkan akan memenuhi hak-hak dasar seseorang untuk tinggal dan menetap di suatu tempat serta melangsungkan hidupnya dengan sejahtera. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman pada Bab III Pasal 5 berisi setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur; dan setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan. Hal yang sama juga dijelaskan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor: 403/ KPTS/ M/ 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT) Lampiran IV, yang menyebutkan hal sebagai berikut. 1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi. 2) Rumah sehat merupakan rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan dan ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
3
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimal pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan. Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah yang merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Syarat rumah sehat yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental, maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial. Rumah memiliki arti penting dalam penjagaannya terhadap kesehatan anggota keluarga yang menempati rumah tersebut. Banyak kasus kesehatan yang terjadi karena tidak menerapkan standar rumah sehat, seperti dalam penelitian oleh Yusup dan Sulistyorini (2005) tentang “Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan Kejadian Ispa pada Balita” yang menyimpulkan bahwa a) terdapat hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan p=0,000; b) sanitasi rumah secara fisik yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita meliputi: kepadatan penghuni (p=0,005), ventilasi (p=0,009),
4
dan penerangan alami (p=0,047); c) sanitasi rumah secara fisik yang tidak memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita meliputi: kelembaban (p=0,143) dan suhu (p=0,179). Pramudiyani dan Prameswari (2011) juga menjelaskan dengan judul “Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia Balita” berisi adanya hubungan antara luas ventilasi kamar, jenis lantai, kepadatan hunian kamar dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara perilaku membuka jendela setiap pagi dan siang hari, serta perilaku merokok dengan kejadian Pneumonia pada balita. Namun, dalam hasil penelitian ini ditunjukkan tidak ada hubungan antara suhu rumah, kelembaban rumah, kondisi jendela dan penggunaan obat nyamuk dengan kejadian Pneumonia pada balita. Oktaviani (2011) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali” menunjukkan
bahwa
ada
hubungan
antara
ventilasi
rumah
(p=0,046),
pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah memaparkan kasus-kasus akibat tidak sesuainya kondisi rumah dengan kesehatan penghuni rumah maka peneliti tertarik meneliti variabel terikat dalam penelitian ini. Variabel terikat yang
5
dimaksud yaitu kualitas rumah hunian dengan dasar panduan penilaian rumah sehat. Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan, kesehatan, dan pemukiman. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan sekarang ini masih menghadapi masalah-masalah antara lain mengenai kependudukan,
pendidikan,
kesehatan,
dan
lingkungan
hidup.
Tugas
pembangunan tersebut hanya akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia itu sendiri ditujukan pada perwujudan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil, mandiri, produktif, kreatif, inovatif serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik. Ciri kehidupan masyarakat yang baik antara lain tercermin dari perilaku manusia dan kondisi pemukiman yang sehat. Rendahnya kualitas kesehatan pemukiman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan hunian merupakan masalah klasik yang senantiasa muncul terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, karena kesehatan lingkungan perumahan yang tidak memenuhi persyaratan akan mengakibatkan tumbuh suburnya berbagai masalah dan penyakit menular bagi penduduk, khususnya penghuni rumah masing-masing. Di samping itu, lingkungan dan
6
tempat tinggal yang tidak sehat akan menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan daya guna seseorang. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas pemukiman dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja bagi penghuninya, dan dapat meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun masyarakat sudah sewajarnya menyadari bahwa lingkungan pemukiman dan perumahan perlu diperhatikan kualitasnya dan perlu pula diperhatikan persyaratan kesehatan di samping persyaratan teknisnya. Masalah lingkungan dan perumahan tidak sehat, sebenarnya ditimbulkan oleh perbuatan manusia itu sendiri yang tidak mengetahui dan tidak menyadari pentingnya lingkungan hidup sehat. Masalah lingkungan dan perumahan yang dihadapi sebenarnya adalah masalah perubahan mental dan perilaku manusia yang mungkin tanpa disadari telah menjadi manusia perusak alam lingkungannya sendiri. Mereka harus diubah sikap mentalnya menjadi manusia yang mengetahui dan menyadari pentingnya lingkungan dan rumah sehat. Upaya peningkatan kesehatan perumahan hanya mungkin jika didukung oleh semua warganya. Masyarakat yang sehat memerlukan lingkungan perumahan yang sehat. Dalam upaya merealisasikan lingkungan rumah sehat di pedesaan perlu adanya pengertian, pemahaman dan kesadaran dari penduduk
itu sendiri, sehingga
apabila nanti sudah menyadari pentingnya rumah sehat, diharapkan ada motivasi dan upaya dari penghuni untuk memenuhi rumahnya masing-masing. Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan. Pendidikan sangat berpengaruh pada perwujudan peningkatan kualitas rumah
7
hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Pemahaman pentingnya kesehatan dalam rumah akan membuat setiap warga meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan data dinamis monografi Kelurahan Mangunsari semester II Tahun 2011, jumlah penduduk dirinci menurut pendidikan yang ditamatkan yaitu 1) tamat Sekolah Dasar/sederajat sejumlah 1253 orang; 2) tamat SMP/sederajat sejumlah 644 orang; 3) tamat SMA/sederajat sejumlah 615 orang; 4) tamat Akademi/sederajat sejumlah 96 orang; dan 5) tamat PT/sederajat sejumlah 103 orang. Data Statis Monografi Kelurahan Mangunsari semester II Tahun 2011 juga menyebutkan bahwa jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah 1.164 rumah, yaitu: rumah menurut sifat dan bahannya: 1) dinding yang terbuat dari batu/ gedung permanen sejumlah 791 rumah; 2) dinding yang terbuat dari sebagian batu/ semi permanen sejumlah 215 rumah; dan 3) dinding yang terbuat dari kayu/ papan sejumlah 158 rumah. Penentuan lokasi penelitian mempertimbangan beberapa hal sebagai berikut. 1) Lokasi penelitian merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Gunungpati yang berdasarkan data monografi terdiri dari 3 jenis rumah dengan sifat dan bahan yang berbeda dengan kondisi pendidikan yang cukup baik. 2) Lokasi penelitian merupakan daerah dengan luas wilayah 221.154 ha yang terbagi menjadi 23 RT dan 5 RW dengan jumlah penduduk 4195 jiwa dan 1208 KK, sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan data dalam waktu yang
8
singkat. 3) Lokasi penelitian lebih mudah diakses oleh peneliti selama proses penelitian. Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”.
1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut: 1.2.1. Bagaimana
tingkat
pendidikan
penduduk
Kelurahan
Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? 1.2.2. Bagaimana kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? 1.2.3. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitiannya adalah: 1.3.1. Mengetahui
tingkat
pendidikan
penduduk
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Kelurahan
Mangunsari
9
1.3.2. Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. 1.3.3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
1.4. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain: 1.4.1. Manfaat Teoritis 1.4.1.1.Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian. 1.4.1.2.Bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian. 1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak yang berkompeten dalam perancangan kebijakan untuk pembangunan wilayah setempat.
10
1.5. PENEGASAN ISLTILAH Peneliti memberikan batasan penelitian dalam penegasan istilah agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman tentang pengertian hubungan, tingkat pendidikan, kualitas rumah hunian, dan penduduk seperti berikut ini. 1.5.1. Pengertian Hubungan Hubungan adalah keadaan saling berkaitan antara jaringan yang terwujud karena interaksi antar satuan-satuan yang aktif (KBBI 1990:313). Hubungan dalam ilmu statistik yaitu hubungan kesejajaran antara 2 (dua) variabel atau lebih (Sudjana 2002:167). Penelitian ini mengkorelasikan atau menghubungkan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari. 1.5.2. Tingkat Pendidikan Pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini akan lebih fokus pada pendidikan formal terakhir Kepala Keluarga (KK) pada penduduk di Kelurahan Mangunsari. 1.5.3. Kualitas Rumah Hunian Menurut UU RI Nomor 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Hal yang sama juga disebutkan dalam UU No.1 Tahun 2011, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
11
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang meliputi rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal sementara. Berdasarkan penjelasan tersebut, istilah rumah dapat mewakili rumah hunian jika rumah tersebut masih menjadi tempat tinggal penduduk. Standar dalam menentukan kualitas rumah hunian dijelaskan dalam komponen rumah sehat oleh DPU Cipta Karya (1994), yaitu: penyediaan ruang yang cukup, langitlangit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara, lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 86. 1.5.4. Penduduk Menurut Undang-Undang RI No.10 Tahun 1992, penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu. Penduduk dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang tinggal di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
12
1.6. PENELITIAN YANG RELEVAN No.
Penulis
Tahun
1.
Kusumawati dkk
2008
2.
Hermawan
2005
Judul Penelitian Hubungan • antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Hidup • Bersih dan Sehat (PHBS)
Hubungan • antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam • Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan
•
3.
Amalia
2009
Hubungan antara Pendidikan, Pendapatan
•
Kesimpulan Pendidikan kepala keluarga sebagian besar yakni 64,1% adalah pendidikan dasar, pengetahuan kesehatan lingkungan sebagian kepala keluarga termasuk kategori sedang yakni sebesar 57,7%, sedangkan responden yang berperilaku sehat sebesar 44,6%. Ada hubungan antara pendidikan dan pengetahuan kesehatan lingkungan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan nilai p masing-masing sebesar 0,001. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan; Terdapat hubungan yang positif antara persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan; 3)Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. Pendidikan pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres Kota
13
dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta
•
•
•
•
Surakarta sebagian besar berpendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 16 orang (40%); Pendapatan perhari tertinggi pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) yaitu Rp 200.000 dan pendapatan terendah Rp.10.000; Pedagang HIK sebagian besar berperilaku kurang sehat sebanyak 30 orang (75%) dan hanya 10 orang (25%) yang berperilaku sehat; Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan PHBS (p = 0,003) pada pedagang HIK; dan 5) Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan PHBS (p = 0,049) pada pedagang HIK.
Berdasarkan penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kulitas rumah hunian. Dalam penelitian ini penulis beranggapan variabel penelitian penulis memiliki kesamaan dari beberapa penelitian yang relevan tersebut karena saling menghubungkan antara variabel satu dengan variabel satunya. Penelitian ini menghubungkan tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. TINGKAT PENDIDIKAN Tingkat pendidikan dalam penelitian ini terdiri atas pengertian pendidikan; dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan; jalur pendidikan; serta jenjang pendidikan. 2.1.1. Pengertian Pendidikan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan adalah memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, penduduk, dan bangsa. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilainilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. 2.1.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pendidikan nasional berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat 14
15
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2.1.3. Jalur Pendidikan Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, ketiga jalur pendidikan tersebut adalah sebagai berikut. 2.1.3.1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 2.1.3.2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. 2.1.3.3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. 2.1.4. Jenjang Pendidikan Jenjang
pendidikan
adalah
tahapan
pendidikan
yang
ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 menyebutkan jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, dengan penjelasan sebagai berikut.
16
2.1.4.1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. 2.1.4.2. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. 2.1.4.3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan cara hidup di balik kehidupan. Pemahaman tersebut menjelaskan bahwa manusia dididik untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar (Mulyasana 2011:12). Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan
17
formal yang terbagi dalam tahun belajar yaitu selama ≤ 6 tahun, 7-9 tahun, 10-12 tahun, dan > 12 tahun. Pendidikan secara umum memberikan manfaat membentuk sikap dan kesadaran dalam menghadapi suatu masalah. Pada penelitian ini, permasalahan tentang kesehatan perumahan yang berhubungan dengan kualitas rumah diharapkan dapat ditingkatkan dengan pendidikan agar kesadaran untuk mengupayakan rumah sehat dapat segera terwujud.
2.2. KUALITAS RUMAH Kualitas rumah dalam penelitian ini terdiri atas pengertian rumah; rumah sehat, dan syarat rumah sehat. 2.2.1. Pengertian Rumah Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No.4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/ MENKES/ SK/ VII/ 1999 menjelaskan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Selain itu, Hayward dalam Kasjono (2011:21-22), mengemukakan beberapa konsep tentang rumah, yaitu 1) Rumah sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuninya; 2) Rumah sebagai wadah keakraban, rasa
18
memiliki, rasa kebersamaan, kehangatan, kasih, dan rasa aman; 3) Rumah sebagai tempat menyendiri dan menyepi, tempat melepaskan diri dari dunia luar, dari tekanan dan ketegangan, dari dunia rutin; 4) Rumah sebagai akar dan kesinambungan, rumah merupakan tempat kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kasinambungan dalam untaian proses ke masa depan; 5) Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari; 6) Rumah sebagai pusat jaringan sosial; 7) Rumah sebagai struktur fisik. Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, rumah memiliki arti penting dalam mendukung kehidupan manusia agar tercapai kehidupan yang baik dalam setiap pekerjaan atau kegiatannya dan merupakan bentuk ekspresi penghuninya. Oleh karena itu, perlu diupayakan pembangunannya sesuai standar rumah sehat untuk mencapai derajat kesehatan dan mendukung tujuan tersebut. 2.2.2. Rumah Sehat Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan). Berdasarkan dari pengertian tersebut, rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehinggga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial. 2.2.3. Syarat Rumah Sehat Persyaratan kesehatan rumah tinggal dilihat dari kondisi fisik dan biologik di
dalam
rumah
yang
No.829/MENKES/VII/1999,
memenuhi menyangkut
Keputusan persyaratan
Menteri
Kesehatan
bahan
bangunan,
19
komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, sarana penyimpan makanan yang aman, limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur. Menurut Ditjen Cipta Karya, Syarat Rumah Sehat adalah sebagai berikut. 2.2.3.1.Memenuhi
segi
kesehatan,
artinya
bagian-bagian
rumah
yang
mempengaruhi kesehatan keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik terutama a) penerangan dan peranginan dalam setiap ruang harus cukup, b) penyediaan air bersih, c) pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak menimbulkan pencemaran, d) bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab, e) tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor, udara kotor, dan sebagainya. 2.2.3.2.Memenuhi segi kekuatan bangunan, artinya bagian-bagian dari bangunan rumah mempunyai konstruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin keamanannya, seperti a) konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan gempa, dan lain-lain, b) pemakaian bahan bangunan yang bisa dijamin keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaan, dan c) penggunaan bahan tahan api untuk bagian yang mudah terbakar, dan bahan tahan air untuk bagian yang selalu basah. 2.2.3.3.Memperhatikan segi kenyamanan, agar keluarga dapat tinggal dengan nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, diperlukan a) penyediaan ruangan yang cukup, b) ukuran ruangan yang sesuai dengan kegiatan penghuni di dalamnya, c) penataan ruangan yang cukup baik, d)
20
dekorasi dan warna ruang yang serasi, dan e) penghijauan halaman diatur sesuai kebutuhan. 2.2.3.4.Memenuhi
segi
keterjangkauan.
Hendaknya
ruang
diperoleh,
diperlengkapi, dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan kemampuan pendapatan keluarga. Notoatmojo dalam Kasjono (2011:22-23) dijelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah adalah sebagai berikut. 2.2.3.1.Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat di mana rumah itu didirikan. Di pegunungan atau di tepi pantai, di kelurahan atau di kota, di daerah dingin atau di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaan, misalnya bahannya, bentuknya, menghadapnya, dan lain sebagainya. Rumah di daerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah di dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas; 2.2.3.2.Tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga bahan-bahan pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang murah misal bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya. Perlu dicatat
21
bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya. Berdasarkan penjelasan tentang syarat rumah sehat tersebut, peneliti akan menilai rumah sehat dengan subvariabel: penyediaan ruang yang cukup, langitlangit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara, lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 86.
2.3. PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan Semester II Tahun 2011, luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Mangunsari sebanyak 1.208 KK dengan jumlah penduduk 4.195 jiwa, jadi rata-rata setiap kepala keluarga memiliki tiga sampai empat anggota keluarga di rumahnya.
2.4. HUBUNGAN
TINGKAT
PENDIDIKAN
DENGAN
KUALITAS
RUMAH HUNIAN Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia. Salah satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia sejalan dengan perubahan pengetahuan dan sikapnya. Mengubah sikap
22
manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam diri setiap manusia. Tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah merubah atau menghapus
kebiasaan-kebiasaan
yang
menghambat
pembangunan
dan
memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan. Pembangunan yang menjadi hak setiap warga negara menjadi kewajiban pemerintah dan masyarakat sendiri untuk menjaga pelaksanaan pemenuhan hakhak tersebut yang diwujudkan dalam pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan nasional yang diusung dalam UU nomor 1 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional sendiri berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penjabaran dari pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan
23
(perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Namun, jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanpa pemahaman manfaat berperilaku tertentu. Berdasarkan penjelasan dan analisis data sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
seseorang
dapat
menentukan
atau
melakukan
suatu
perubahan
(pembangunan) dalam hal kesehatan untuk kesejahteraan maupun peningkatan kualitas hidupnya dengan syarat memiliki pengetahuan tentang kesehatan perumahan atau syarat-syarat rumah sehat yang diperoleh dari pendidikan formal.
2.5. KERANGKA BERFIKIR Penduduk berkualitas adalah penduduk yang sehat sehingga dapat menjalankan segala aktivitas untuk menunjang kehidupannya dan dapat dilihat dari lingkungan perumahan yang sehat. Usaha untuk mencapai lingkungan perumahan yang sehat dilakukan jika penduduk sudah menyadari pentingnya rumah sehat yang bisa diperoleh atau telah melalui usaha pendidikan secara bertahap agar terjadi suatu perubahan. Pendidikan membuat seseorang yang pada awalnya tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak tahu menjadi tahu. Peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah dapat dilalui dengan tahapan dalam proses pendidikan. Standar kesehatan yang diusahakan dimulai dari upaya peningkatan kualitas rumah hunian atau pembangunan rumah sehat. Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan analisis penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat pendidikan
24
dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Berikut ditampilkan gambar yang menjelaskan kerangka berpikir secara singkat.
Penduduk Sehat
Lingkungan Sehat
Pendidikan Tingkat Pendidikan Tinggi
Tingkat Pendidikan Rendah
Rumah Sehat
Rumah Tidak Sehat Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.6. HIPOTESIS Berdasarkan pemaparan latar belakang, kajian pustaka, kerangka berpikir, dan analisis penelitian yang relevan, maka peneliti mengemukakan hipotesis ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. POPULASI PENELITIAN Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari
tahun 2011,
populasi penelitian ini terdiri atas 1208 Kepala Keluarga (KK) yang berada di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Merujuk pada data dinamis Kelurahan Mangunsari, lokasi tersebut terdiri atas 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 4195 jiwa.
3.2. SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila jumlah populasi besar dan relatif homogen, sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate cluster random sampling yang menurut Sugiyono (2010:120-122) teknik ini melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan sampel orang yang ada pada daerah itu secara acak dengan proporsional. Berdasarkan tingkat pendidikan dan variasi jenis bangunan atau tipe rumah yang bervariasi dari data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun 2011, maka ditentukan sampel daerahnya adalah RW 1. Tahap berikutnya untuk menentukan sampel orang (responden) secara proporsional dengan mengambil 25% nama kepala keluarga dari masing-masing RT di RW 1 secara acak dan dari 25
26
337 kepala keluarga di RW 1 diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden. Perhitungan pengambilan jumlah KK dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Sampel Penelitian di RW 1 No. 1 2 3 4 5
Nama Lingkungan Jumlah KK Sampel RT 1 71 18 RT 2 71 18 RT 3 66 16 RT 4 52 13 RT 5 77 19 Jumlah 337 84 Sumber: Data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011 semester II
3.3. VARIABEL PENELITIAN Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian penelitian (Arikunto 2002:96). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 3.3.1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2010:61). Varibel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan kepala keluarga. Variabel tingkat pendidikan diperoleh dari pendidikan formal terakhir kepala keluarga. Tingkat pendidikan formal dikategorikan dengan pembagian berdasarkan waktu responden menempuh pendidikan formal, yaitu: 3.3.1.1.
tidak sekolah sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya);
3.3.1.2.
kelas 7 sampai dengan kelas 9 (SLTP/sederajatnya);
3.3.1.3.
kelas 10 sampai dengan kelas 12 (SLTA/sederajatnya);
27
3.3.1.4.
lebih dari kelas 12 (Akademi/PT/sederajatnya).
3.3.2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono 2010:61). Varibel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berpedoman pada penilaian rumah sehat dengan kategori sebagai berikut: 3.3.2.1.
penyediaan ruang yang cukup;
3.3.2.2.
langit-langit;
3.3.2.3.
atap rumah;
3.3.2.4.
dinding;
3.3.2.5.
lantai;
3.3.2.6.
jendela;
3.3.2.7.
peranginan atau ventilasi udara;
3.3.2.8.
lubang asap dapur;
3.3.2.9.
penerangan atau pencahayaan;
3.3.2.10. penyediaan air bersih; 3.3.2.11. pembuangan air limbah; 3.3.2.12. pembuangan sampah; 3.3.2.13. penghijauan halaman rumah; dan 3.3.2.14. jamban. Kriteria subvariabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 yang berupa kisi-kisi panduan observasi variabel kualitas rumah hunian halaman 85.
28
3.4. METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode observasi yang akan dijelaskan sebagai berikut. 3.4.1. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, report, legger, legenda, dan sebagainya (Arikunto 2010:274). Metode ini digunakan untuk memperoleh data jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga dari Data Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011, peta Kelurahan Mangunsari, serta data tingkat pendidikan penduduk yang diperoleh dari kartu keluarga atau ijazah kepala keluarga. 3.4.2. Metode Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium) maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (lapangan) (Sambas Ali Muhidin 2005:175). Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas rumah hunian kepala keluarga Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
3.5. TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif persentase dan teknik analisis korelasi Product Moment yang akan dijelaskan sebagai berikut.
29
3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran kondisi responden atau penduduk mengenai tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian dengan langkah-langkah sebagai berikut. 3.5.1.1.Variabel tingkat pendidikan 3.5.1.1.1. Menentukan skala pengukuran (skoring) Skor 1 jika belajar ≤ 6 tahun Skor 2 jika belajar 7 – 9 tahun Skor 3 jika belajar 10 – 12 tahun Skor 4 jika belajar > 12 tahun 3.5.1.1.2. Menentukan kriteria Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Pendidikan No.
Skor
1. 4 2. 3 3. 2 4. 1 Sumber: Hasil perhitungan
Kriteria (Tingkat Pendidikan) Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah
3.5.1.1.3. Membuat tabel frekuensi Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah frekuensi berdasarkan Skor yang diperoleh responden dalam penelitian. Tabel 3.3 menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
30
Tabel 3.3 Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan Kriteria (Tingkat Pendidikan) Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah
No. 1. 2. 3. 4.
Skor 4 3 2 1
Jumlah (f) ∑f
Persentase ( %) -
Sumber: Hasil perhitungan Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut. Persentase = (f : ∑f) x 100% Keterangan: f
= jumlah frekuensi masing-masing kriteria
∑f
= jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189)
3.5.1.1.4. Deskripsi Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah ditabulasikan kemudian dideskripsikan. 3.5.1.2.Variabel kualitas rumah hunian 3.5.1.2.1. Menentukan skala pengukuran (skoring) Pertanyaan dari setiap subvariabel diberi empat pilihan jawaban yaitu: kurang baik (diberi skor 1), baik (diberi skor 2), cukup baik (diberi skor 3), dan sangat baik (diberi skor 4) 3.5.1.2.2. Menentukan kriteria 3.5.1.2.2.1.Menentukan skor maksimal Skor maksimal
= jumlah item x skor maksimal = 14 x 4 = 56
31
3.5.1.2.2.2.Menentukan skor minimal Skor minimal
= jumlah item x skor minimal = 14 x 1 = 14
3.5.1.2.2.3.Menentukan rentang skor (range) Range
= skor maksimal – skor minimal = 56 – 14 = 42
3.5.1.2.2.4.Menentukan interval Interval
range banyak kriteria 42 4 10,5
3.5.1.2.2.5.Menentukan kriteria Kriteria kualitas rumah hunian penduduk dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kriteria, yaitu: sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Tabel 3.4 Kriteria Kualitas Rumah Hunian No. Skor 1. 45,50 – 56,00 2. 35,00 – <45,50 3. 24,50 – <35,00 4. 14,00 – <24,50 Sumber: Hasil perhitungan
Kualitas Rumah Hunian Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik
3.5.1.2.3. Membuat tabel frekuensi Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah frekuensi berdasarkan Skor yang diperoleh responden dalam penelitian. Tabel 3.5
32
menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Tabel 3.5 Frekuensi Variabel Kualitas Rumah Hunian No. 1. 2. 3. 4.
Kualitas Rumah Hunian Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik
Skor 45,50 – 56,00 35,00 – <45,50 24,50 – <35,00 14,00 – <24,50
Jumlah (f) ∑f
Persentase (%) -
Sumber: Hasil perhitungan Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut. Persentase = (f : ∑f) x 100% Keterangan: f
= jumlah frekuensi masing-masing kriteria
∑f
= jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189)
3.5.1.2.4. Deskripsi Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah ditabulasikan kemudian dideskripsikan.
3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini bahwa jika tingkat pendidikan tinggi maka kualitas rumah huniannya juga baik, yang digambarkan dalam skema sebagai berikut.
33
Variabel X (Tingkat Pendidikan Masyarakat)
Variabel Y (Kualitas Rumah Hunian)
Gambar 3.1 Skema Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Asumsi tersebut kemudian dihitung dengan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut. ∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Keterangan: rxy
= Koefisien korelasi antara variabel
Y
= Skor total
X
= Skor butir
N
= Jumlah subyek (Arikunto 2010: 317)
Hasil perhitungan Product Moment kemudian dikonsultasikan dengan harga rtabel. Kriteria valid jika rhitung lebih besar dari rtabel (Arikunto, 2003: 146).
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Gambaran umum daerah penelitian ini mengemukakan mengenai kondisi fisik dan kondisi sosial daerah penelitian. 4.1.1
Kondisi Fisik Daerah Penelitian
4.1.1.1 Letak astronomis Daerah penelitian adalah Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Berdasarkan Peta RBI Bakosurtanal lembar 1408-544 Jatingaleh dan lembar 1408-543 Boja, letak astronomis Kelurahan Mangunsari adalah 110022’16” BT - 110023’20” BT dan 07004’25” LS - 07005’27” LS. 4.1.1.2 Letak administrasi Letak administrasi Kelurahan Mangunsari yang merupakan bagian dari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Kelurahan Ngijo
Sebelah timur
: Kelurahan Pakintelan
Sebelah selatan
: Kelurahan Sumurrejo
Sebelah barat
: Kelurahan Plalangan
34
35
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kelurahan Mangunsari
36
4.1.1.3 Penggunaan lahan Kelurahan Mangunsari terletak pada ketinggian 307 mdpl dengan suhu minimum 30C dan suhu maksimum 330C. Banyaknya curah hujan di Kelurahan Mangunsari adalah 300mm/tahun. Luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha dengan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Penggunaan lahan di Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kelurahan Mangunsari No. Penggunaan Lahan Jumlah (ha) Persentase (%) 1. Tanah sawah a. Irigasi teknis 29.000 11,86 b. Irigasi setengah teknis 76.170 31,16 c. Tadah hujan/sawah rendengan 17.000 6,95 2. Tanah kering a. Pekarangan/bangunan/emplasement 66.647 27,26 b. Tegal/kabun 32.967 13,48 3. Tanah keperluan fasilitas umum a. Sarana pendidikan 2.550 1,04 b. Sarana sosial 20.150 8,24 Jumlah 244.484 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011. Kelurahan Mangunsari merupakan wilayah pinggiran Kota Semarang yang terletak di Kecamatan Gunungpati yang masih memiliki karakteristik pedesaan. Hal ini ditunjukkan dengan luas areal persawahan yang berupa sawah irigasi setengah teknis mencapai 76.170 ha (31,16%) dan hanya 2.550 ha (1,04%) yang digunakan sebagai sarana pendidikan.
37
Gambar 4.2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Mangunsari
38
4.1.1.4 Jumlah rumah penduduk Jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah 1164 buah. Pembagian rumah menurut sifat dan bahannya berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2. Jumlah Rumah Penduduk menurut Sifat dan Bahannya di Kelurahan Mangunsari No. Rumah Menurut Sifat dan Bahannya Jumlah (rumah) Persentase (%) 1. Dinding terbuat dari batu/gedung 791 67,96 permanen 2. Dinding terbuat dari sebagian 215 18,47 batu/gedung/semi permanen 3. Dinding terbuat dari kayu/papan 158 13,57 Jumlah 1.164 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011. Jumlah rumah penduduk sebanyak 1.164 rumah tidak sebanding dengan jumlah kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yang berjumlah 1.208 kepala keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu kepala keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah. 4.1.1.5 Jumlah pemakai air minum Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.3. Jumlah Pemakai Air Minum Penduduk di Kelurahan Mangunsari No. Sumber Air Minum Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. PAM 158 8,37 2. Badan Pengelola Air 577 30,56 3. Sumur 1.153 61,07 Jumlah 1.888 100,00 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.
39
4.1.2
Kondisi Sosial Daerah Penelitian Berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan Semester II Tahun 2011,
luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kondisi sosial daerah penelitian menjelaskan tentang data mengenai jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan susunan penduduk menurut kelompok umur, mata pencaharian, dan tingkat pendidikannya. 4.1.2.1 Jumlah penduduk menurut kelompok umur Jumlah penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Kelompok Umur No 1 2 3 4 5
Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%) 15,76 0–5 661 14,06 6 – 16 590 16,52 17 – 25 693 37,12 26 – 55 1.557 16,54 55 tahun ke atas 694 100,00 Jumlah 4.195 Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011. Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun 2011, terdapat 1.208 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 4195 jiwa, maka setiap kepala keluarga memiliki anggota keluarga rata-rata sebanyak 3 jiwa. 4.1.2.2 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Mangunsari sangat beragam yaitu sebagai petani, pengusaha sedang/besar, pengrajin/industri kecil, buruh industri, buruh bangunan, buruh pertambangan, pedagang, pengangkutan,
40
Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, pensiunan (ABRI/PNS), dan peternak. Khusus mata pencaharian peternak dapat dibagi menjadi peternak sapi perah ada 18 jiwa dengan jumlah ternak 40 ekor, peternak sapi biasa ada 13 jiwa dengan jumlah ternak 41 ekor, peternak kerbau ada 18 jiwa dengan jumlah ternak 34 ekor, peternak kambing ada 36 dengan jumlah ternak 161 ekor, peternak ayam ada 3 dengan jumlah ternak 65.000 ekor, dan peternak itik ada 19 dengan jumlah ternak 1.000 ekor. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Mata Pencaharian No
Jenis Mata pencaharian
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
Petani a. Petani pemilik tanah 741 b. Petani penggarap tanah 398 c. Buruh tani 378 2 Pengusaha sedang/besar 8 3 Pengrajin/Industri kecil 8 4 Buruh Industri 290 5 Buruh Bangunan 298 6 Buruh Pertambangan 45 7 Pedagang 131 8 Pengangkutan 61 9 Pegawai Negeri Sipil 133 10 ABRI 51 11 Pensiunan (ABRI/PNS) 82 12 Peternak 107 Jumlah 2731 Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011
27,13 14,57 13,84 0,29 0,29 10,62 10,91 1,65 4,80 2,23 4,87 1,87 3,00 3,92 100,00
Penduduk Kelurahan Mangunsari dilihat dari jenis mata pencahariannya sebagian besar merupakan petani pemilik tanah yaitu sejumlah 741 jiwa (27,13%). Jenis mata pencaharian ini lebih besar dibandingkan dengan jenis mata
41
pencaharian yang lain terutama yang jumlahnya masih sedikit adalah pengusaha sedang/besar dan pengrajin/industri kecil masing-masing sejumlah 8 jiwa (0,29%). 4.1.2.3 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Mangunsari cukup beragam. Berdasarkan tabel 4.4 berikut ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak jumlahnya di Kelurahan Mangunsari adalah tamat SD/sederajat
yaitu
1253
jiwa
(46,22%)
dan
terendah
adalah
tamat
akademi/sederajat yaitu 96 jiwa (3,54%). Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 46,22 Tamat SD/sederajat 1253 23,76 Tamat SLTP /sederajat 644 22,69 Tamat SLTA /sederajat 615 3,54 Tamat akademi /sederajat 96 3,80 Tamat Perguruan Tinggi/sederajat 103 100,00 Jumlah 2711 Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011
4.2 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini mengemukakan mengenai jenis kelamin responden, umur responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, dan pendidikan responden. 4.2.1
Jenis kelamin responden Berdasarkan penelitian, jenis kelamin responden terdiri dari laki-laki 78
responden atau 92,86 % dan perempuan ada 6 responden atau 7,14 %. Data diperoleh seperti pada tabel 4.10 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91.
42
Tabel 4.7 Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Mangunsari No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) 1. Laki-laki 78 2. Perempuan 6 Jumlah 84 Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012 4.2.2
Persentase (%) 92,86 7,14 100,00
Umur responden Berdasarkan penelitian mengenai umur responden, diperoleh data seperti
pada tabel 4.11 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91. Tabel 4.8 Umur Responden di Kelurahan Mangunsari No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kelompok Umur 25 – 37 38 – 50 51 – 62 63 – 75 76 – 87
Jumlah (jiwa) 20 44 16 3 1 Jumlah 84 Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012
Persentase (%) 23,81 52,38 19,05 3,57 1,19 100,00
Berdasarkan 84 responden, jumlah penduduk yang paling banyak adalah pada kelompok umur 38 – 50 tahun yaitu 44 responden atau 52,38 %, sedangkan yang terkecil pada kelompok umur 76 – 87 tahun yaitu 1 responden atau 1,19 %. 4.2.3
Mata pencaharian responden Pengambilan data tentang mata pencaharian responden diperoleh seperti
pada tabel 4.12 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mata pencaharian kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari paling banyak sebagai buruh bangunan yaitu 17 responden atau 20,24 %, sedangkan yang paling sedikit sebagai ABRI dan pengrajin/industri kecil yaitu masing-masing 2 responden atau 2,38 %.
43
Tabel 4.9 Mata Pencaharian Responden di Kelurahan Mangunsari No Pekerjaan Responden Jumlah (jiwa) 1 Petani a. Petani penggarap tanah 8 b. Buruh tani 6 2 Pengrajin/Industri kecil 2 3 Buruh Industri 15 4 Buruh Bangunan 17 5 Pedagang 15 6 Pengangkutan 5 7 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 8 8 ABRI/TNI 2 9 Pensiunan (ABRI/PNS) 6 Jumlah 84 Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012 4.2.4
Persentase (%) 9,52 7,14 2,38 17,86 20,24 17,86 5,95 9,52 2,38 7,14 100,00
Pendapatan responden Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa pendapatan kepala keluarga
sebagai responden dapat dilihat pada tabel 4.13 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91. Tabel 4.10 Pendapatan Responden di Kelurahan Mangunsari No. 1 2 3 4 5 6 7
Pendapatan Responden (Rupiah) Jumlah (Jiwa) 100.000 - <800.000 33 800.000 - <1.500.000 29 1.500.000 - <2.200.000 12 2.200.000 - <2.900.000 1 2.900.000 - <3.600.000 8 3.600.000 - <4.300.000 0 4.300.000 - 5.000.000 1 Jumlah 84 Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012
Persentase (%) 39,29 34,52 14,29 1,19 9,52 0,00 1,19 100,00
Pendapatan yang diperoleh sejiwa kepala keluarga paling banyak pada kisaran 100.000 - 800.000 yaitu 33 responden atau 39,29 %.
44
4.2.5
Tingkat pendidikan responden Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pendidikan responden, dapat
diketahui bahwa 42,9% (36 KK) tingkat pendidikan penduduk masih rendah (belum sekolah sampai tamat SD), 23,8% (20 KK) dengan kriteria cukup tinggi (SMP), 26,2% (22 KK) dengan kriteria tinggi (tamat SMA), dan 7,1% (4 KK) dengan kriteria sangat tinggi (Perguruan Tinggi). Data dijabarkan pada tabel 4.6 berikut ini dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 94. Tabel 4.11 Tingkat Pendidikan Responden No. Kriteria Pendidikan Responden Skor 1. Rendah (Tidak sekolah – SD) 4 2. Cukup tinggi (SMP/sederajat) 3 3. Tinggi (SMA/ sederajat) 2 4. Sangat tinggi (Perguruan Tinggi) 1 Jumlah Sumber : Data hasil analisis penelitian tahun 2012
Jumlah (jiwa) 36
Persentase (%) 42,86
20 22 6 84
23,81 26,19 7,14 100,00
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut, lebih lanjut disajikan dalam bentuk
Frekuensi
diagram batang seperti pada gambar 4.1 berikut. 50 40 30 20 10 0
42,86 26,19
23,81
7,14 Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Persentase
Gambar 4.3 Tingkat Pendidikan Penduduk
45
4.2.6
Kualitas rumah hunian responden Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga kriteria kualitas rumah hunian
penduduk di Kelurahan Mangunsari yang menunjukkan bahwa 19,0% (16 rumah) dengan kriteria sangat baik dengan skor 45,50–56,00; 77,4% (65 rumah) dalam kondisi baik karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; 3,6% (3 rumah) dengan kriteria cukup baik dengan skor 24,50–<35,00, dan tidak ada rumah yang masuk kriteria kurang baik. Data kualitas rumah hunian penduduk dapat dilihat pada tabel 4.7 dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 94. Tabel 4.12 Kualitas Rumah Hunian Penduduk No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria Skor Jumlah (jiwa) Sangat Baik 45,50 – 56,00 16 Baik 35,00 – <45,50 65 Cukup Baik 24,50 – <35,00 3 Kurang Baik 14,00 – <24,50 0 Jumlah 84 Sumber : Data hasil analisis penelitian tahun 2012
Persentase (%) 19,0 77,4 3,6 0,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut, lebih lanjut disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 4.2 berikut.
Frekuensi
100.0
77.4
80.0 60.0 40.0 20.0
19.0 3.6
0.0
Cukup Baik
Kurang Baik
0.0 Sangat Baik
Baik
Persentase
Gambar 4.4 Kualitas Rumah Hunian Penduduk
46
Berdasarkan uraian tersebut, berikut dipaparkan penjelasan variabel kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari dari data lapangan yang diperoleh dengan wawancara dan observasi yaitu: penyediaan ruang yang cukup, langit-langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara, lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan jamban. 1) Penyediaan ruang yang cukup Terdapat empat kondisi luas rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut. Tabel 4.13 Komponen Luas Rumah Responden No. 1.
Komponen Luas Rumah
Sesuai standar per jiwa (Internasional) seluas 12,0 m2 2. Sesuai standar per jiwa (Indonesia) seluas 9,0 m2 3. Sesuai standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2 4. Kurang dari standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2 Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Jumlah Rumah 37
Persentase (%) 44,0
Baik
28
33,3
Cukup Baik
14
16,7
Kurang Baik
5
6,0
Kondisi Sangat Baik
84
100,0
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dikemukakan bahwa luas rumah dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 37 rumah (44,0%) dengan kondisi sangat baik, 28 rumah (33,3%) dengan kondisi baik, 14 rumah (16,7%) dengan kondisi cukup baik, dan 5 rumah (6,0%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian luas rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi
47
standar internasional dengan ditandai 37 rumah (44,0%) dalam kondisi sangat baik. 2) Langit-langit Terdapat empat kondisi langit-langit rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut. Tabel 4.14 Komponen Langit-langit Rumah Responden Komponen Langit-langit Rumah 1. Ada, bersih, dan tidak rawan kecelakaan 2. Ada, kotor, sulit dibersihkan 3. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan sudah rusak 4. Tidak ada Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012 No.
Sangat Baik
Jumlah Rumah 29
Baik Cukup Baik
7 1
8,3 1,2
Kurang Baik
47 84
56,0 100,0
Kondisi
Persentase (%) 34,5
Berdasarkan tabel 4.9, dapat dikemukakan bahwa unsur langit-langit dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 29 rumah (34,5%) dengan kondisi sangat baik, 7 rumah (8,3%) dengan kondisi baik, 1 rumah (1,2%) dengan kondisi cukup baik, dan 47 rumah (56,0%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian unsur langit-langit rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang tidak memenuhi standar dengan ditandai 47 rumah (56,0%) dalam kondisi kurang baik.
48
Gambar 4.5 Rumah tanpa Langit-Langit Rumah Langit-langit rumah dalam kondisi sangat baik, baik, dan kurang baik di Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada gambar 4.5, gambar 4.6, dan gambar 4.7. Langit-langit rumah kondisi kurang baik dapat diamati pada gambar 4.5 dimana rumah responden 1 di RT 1 RW 1 tersebut tidak memiliki langit-langit.
Gambar 4.6 Langit-Langit Rumah yang Kotor Langit-langit rumah kondisi baik dapat diamati pada gambar 4.6 dimana langit-langit rumah responden 30 di RT 2 RW 1 cukup aman namun keadaannya kotor. Langit-langit rumah kondisi sangat baik dapat diamati
49
pada gambar 4.7 dimana langit-langit rumah responden 29 di RT 2 RW 1 dalam keadaan aman dan keadaannya bersih.
Gambar 4.7 Langit-Langit Rumah yang Bersih dan Terawat 3) Atap rumah Terdapat satu kondisi dari empat kondisi atap rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.15 Komponen Atap Rumah Responden No. 1. 2. 3. 4.
Komponen Atap Rumah
Cor (semen)/Asbes Genteng Seng Ijuk Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Kondisi Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Jumlah Rumah 0 84 0 0 84
Persentase (%) 0,0 100,0 0,0 0,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dikemukakan bahwa semua atap rumah responden atau 84 rumah (100,0%) dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan atap rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah disusun dari genteng dengan ditandai 84 rumah (100,0%) dalam kondisi baik.
50
Gambar 4.8 Atap Rumah dari Genteng Semua sampel yang diteliti dalam penelitian ini memiliki atap rumah genteng meskipun ada beberapa yang rusak atau sebagian atap rumahnya berupa asbes ataupun seng. Kondisi tersebut dapat diamati dalam gambar 4.8 dimana atap rumah responden 30 di RT 2 RW 1 berupa genteng. 4) Dinding Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi dinding rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.16 Komponen Dinding Rumah Responden No. 1. 2.
3. 4.
Komponen Dinding Rumah Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester) atau papan kedap air Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu yang diplester/ papan yang tidak kedap air Terbuat dari kayu/ papan Tidak permanen (anyaman bambu/ ilalang) Jumlah
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Kondisi Sangat Baik Baik
Cukup Baik Kurang Baik
Jumlah Rumah 68
Persentase (%) 81,0
3
3,6
13 0
15,5 0,0
84
100,0
51
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dikemukakan bahwa unsur dinding rumah dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 68 rumah (81,0%) dengan kondisi sangat baik, 3 rumah (3,6%) dengan kondisi baik, dan 13 rumah (15,5%) dengan kondisi cukup baik. Dengan demikian unsur dinding rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standar bahan permanen (tembok/pasangan batu bata yang diplester) atau papan kedap air dengan ditandai 68 rumah (81,0%) dalam kondisi sangat baik. Kondisi dinding rumah di lokasi penelitian ada yang masih sederhana karena dinding rumahnya berbahan kayu seperti gambar 4.9 yang dimiliki oleh responden 56 di RT 4 RW 1 serta dinding anyaman bambu yang dimiliki oleh responden 37 di RT 5 RW 1 ditunjukkan pada gambar 4.10.
Gambar 4.9 Rumah dengan Dinding Kayu
Gambar 4.10 Rumah dengan Dinding Anyaman Bambu
52
5) Lantai Terdapat empat kondisi lantai rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.17 Komponen Lantai Rumah Responden No.
Komponen Lantai Rumah
1.
Kedap air (diplester/ubin/keramik), papan (rumah panggung). Terawat dan bersih 2. Kedap air (diplester/ubin/keramik), papan (rumah panggung). Tidak terawat dan berdebu 3. Plesteran yang retak dan berdebu 4. Tanah Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Jumlah Rumah 66
Persentase (%) 78,6
11
13,1
Cukup Baik
6
7,1
Kurang Baik
1 84
1,2 100,0
Kondisi Sangat Baik
Baik
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dikemukakan bahwa unsur lantai rumah dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 66 rumah (78,6%) dengan kondisi sangat baik, 11 rumah (13,1%) dengan kondisi baik, 6 rumah (7,1%) dengan kondisi cukup baik, dan 1 rumah (1,2%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian unsur lantai rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi bahan yang kedap air (diplester/ubin/keramik), papan (rumah panggung), serta terawat dan bersih dengan ditandai 66 rumah (78,6%) dalam kondisi sangat baik. Lantai rumah kondisi sangat baik yang berupa lantai keramik kedap air contohnya dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1. Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.11. Lantai yang kurang baik meskipun dalam
53
kriteria baik karena berupa lantai plester namun dalam kondisi yang rusak seperti gambar 4.12 dimana lantai rumah di kamar mandi yang rusak yang dimiliki oleh responden 56 di RT 4 RW 1.
Gambar 4.11 Rumah dengan Lantai Keramik
Gambar 4.12 Rumah dengan Lantai Kamar Mandi yang Rusak Ada beberapa rumah dengan tidak keseluruhan lantai rumahnya menggunakan lantai yang kedap air, karena ada rumah dengan kondisi setengah bagian rumahnya yang kedap air dan setengahnya masih berupa lantai tanah, misalnya bagian dapur pada gambar 4.13 yang dimiliki oleh responden 56 di RT 4 RW 1.
54
Gambar 4.13 Dapur Tradisional Rumah Responden Ada juga kondisi lantai kamar mandi yang seharusnya dengan lantai dan dinding kedap air, tapi beberapa rumah justru kondisinya kurang baik karena lantai dan dindingnya rusak, seperti gambar 9.14 dimana kondisi WC dengan penutup (dinding) yang rusak yang dimiliki oleh responden 2 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.14 Rumah Responden dengan Dinding dan Lantai yang Rusak 6) Jendela Terdapat empat kondisi jendela kamar tidur rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13.
55
Tabel 4.18 Komponen Jendela Kamar Tidur Rumah Responden Komponen Jendela Kamar Tidur Rumah 1. Ada, luas jendela ≥ 10% dari luas lantai, dilengkapi tralis, dan bisa dibuka setiap saat 2. Ada, luas jendela ≥ 10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat, tetapi tidak dilengkapi tralis 3. Ada, luas jendela ≤10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat 4. Tidak ada jendela Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Jumlah Rumah 1
Persentase (%) 1,2
76
90,5
Cukup Baik
5
6,0
Kurang Baik
2 84
2,4 100,0
No.
Kondisi Sangat Baik Baik
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dikemukakan unsur jendela kamar tidur dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 1 rumah (1,2%) dengan kondisi sangat baik, 76 rumah (90,5%) dengan kondisi baik, 5 rumah (6,0%) dengan kondisi cukup baik, dan 2 rumah (2,4%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian unsur jendela kamar tidur rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standar ada, luas jendela ≥ 10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat, tetapi tidak dilengkapi tralis dengan ditandai 76 rumah (90,5%) dalam kondisi sangat baik.
Gambar 4.15 Jendela Rumah Tanpa Teralis
56
Fungsi jendela sebagai tempat pergantian udara atau masuknya cahaya dapat diamati pada gambar 4.15 dimana jendela yang dapat dibuka setiap saat tanpa teralis yang dimiliki oleh responden 4 di RT 1 RW 1 dan gambar 4.16 Tipe jendela yang aman tanpa teralis yang dimiliki oleh responden 3 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.16 Bentuk Jendela yang juga Berfungsi seperti Teralis 7) Peranginan atau ventilasi udara Terdapat empat kondisi ventilasi udara rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut. Tabel 4.19 Komponen Ventilasi Udara Rumah Responden Komponen Ventilasi Udara Rumah 1. Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai dan ada pelindung dari nyamuk 2. Ada, luas ventilasi permanen ≥ 5% dari luas lantai tapi tidak ada pelindung dari nyamuk 3. Ada, luas ventilasi permanen <5% dari luas lantai 4. Tidak ada ventilasi Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012 No.
Jumlah Rumah 1
Persentase (%) 1,2
77
91,7
Cukup Baik
6
7,1
Kurang Baik
0 84
Kondisi Sangat Baik Baik
0,0 100,0
57
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dikemukakan bahwa ventilasi udara dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 1 rumah (1,2%) dengan kondisi sangat baik, 77 rumah (91,7%) dengan kondisi baik, dan 6 rumah (7,1%) dengan kondisi cukup baik. Dengan demikian unsur ventilasi udara di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standar ada, luas ventilasi permanen ≥ 5% dari luas lantai tapi tidak ada pelindung dari nyamuk dengan ditandai 77 rumah (91,7%) dalam kondisi sangat baik. Ventilasi udara yang baik harus memiliki pelindung dari nyamuk untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah, namun hampir sebagian besar rumah yang menjadi sampel penelitian tidak memiliki pelindung dari nyamuk untuk ventilasinya seperti pada gambar 4.17 yang dimiliki oleh responden 26 di RT 2 RW 1.
Gambar 4.17 Ventilasi Rumah Responden Tanpa Pelindung dari Nyamuk 8) Lubang asap dapur Terdapat empat kondisi lubang asap dapur rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15.
58
Tabel 4.20 Komponen Lubang Asap Dapur Rumah Responden No.
Komponen Lubang Asap Dapur
1.
Kondisi
Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari Sangat luas lantai dapur (asap keluar dengan Baik sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis dan ada pelindung dari nyamuk 2. Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari Baik luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis tetapi tidak ada pelindung dari nyamuk 3. Ada, lubang ventilasi dapur <5% dari Cukup luas lantai dapur (asap keluar dengan Baik sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis 4. Tidak ada lubang asap dapur Kurang Baik Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Jumlah Rumah 3
Persentase (%) 3,6
73
86,9
6
7,1
2
2,4
84
100,0
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dikemukakan bahwa lubang asap dapur dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 3 rumah (3,6%) dengan kondisi sangat baik, 73 rumah (86,9%) dengan kondisi baik, 6 rumah (7,1%) dengan kondisi cukup baik, dan 2 rumah (2,4%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian lubang asap dapur di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standard ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis tetapi tidak ada pelindung dari nyamuk dengan ditandai 73 rumah (86,9 %) dalam kondisi baik.
59
Gambar 4.18 Dapur tanpa Lubang Asap Dapur Kondisi dapur juga tidak luput dari perhatian dalam pengaturan lubang ventilasi maupun pencahayaan merupakan bagian penting dalam sebuah rumah. Jika hal tersebut tidak diperhatikan, maka akan terlihat seperti gambar 4.18 dimana dapur tanpa pencahayaan dan ventilasi yang sekaligus sebagai keluarnya asap dapur belum memadai ditunjukkan oleh rumah responden 38 di RT 5 RW 1. Rumah yang memperhatikan ventilasi dan pencahayaan di dapur dapat dilihat pada gambar 4.19 dimana dapur dengan pencahayaan dan ventilasi yang memadai yang dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.19 Dapur dengan Pencahayaan dan Ventilasi yang Memadai
60
9) Penerangan atau pencahayaan Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi pencahayaan alami dan buatan rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.16. Tabel 4.21 Komponen Pencahayaan Alami dan Buatan Rumah Responden No. 1.
2. 3.
4.
Komponen Pencahayaan Alami dan Buatan Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (huruf kecil) Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal (huruf kecil) Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal (huruf kecil), tapi masih dapat membaca huruf besar Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca Jumlah
Jumlah Rumah 47
Persentase (%) 56,0
29
34,5
Cukup Baik
8
9,5
Kurang Baik
0
0,0
84
100,0
Kondisi Sangat Baik
Baik
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012 Berdasarkan tabel 4.16 dapat dikemukakan bahwa pencahayaan alami dan buatan dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 47 rumah (56,0%) dengan kondisi sangat baik, 29 rumah (34,5%) dengan kondisi baik, dan 8 rumah (9,5%) dengan kondisi cukup baik. Dengan demikian pencahayaan alami dan buatan di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standard terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (huruf kecil) dengan ditandai 47 rumah (56,0%) dengan kondisi sangat baik.
61
Kondisi jendela dan ventilasi rumah yang baik untuk masuknya cahaya ke dalam rumah dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1 seperti yang terlihat pada gambar 4.20.
Gambar 4.20 Jendela dan Ventilasi Rumah untuk Masuknya Cahaya 10) Penyediaan air bersih Terdapat dua kondisi dari empat kondisi penyediaan air bersih rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17. Tabel 4.22 Komponen Penyediaan Air Bersih Rumah Responden Komponen Penyediaan Air Bersih 1. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan 2. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan 3. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan 4. Tidak ada dan kadang-kadang ada, tapi bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012 No.
Jumlah Rumah 83
Persentase (%) 98,8
Baik
1
1,2
Cukup Baik
0
0,0
Kurang Baik
0
0,0
Kondisi Sangat Baik
84
100,0
62
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dikemukakan bahwa penyediaan air bersih dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 83 rumah (98,8%) dengan kondisi sangat baik dan 1 rumah (1,2%) dengan kondisi baik. Dengan demikian penyediaan air bersih di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standard ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan dengan ditandai 83 rumah (98,8%) dalam kondisi sangat baik. Hampir seluruh penduduk Kelurahan Mangunsari menggunakan sumber air PAM yang berasal dari sumur artesis yang dibuat dari dana warga tertentu dan penduduk yang ingin memanfaatkan air dari sumur artesis tersebut hanya cukup membayar seperti sistem menggunakan PAM setiap bulannya. Pipa atau selang-selang disalurkan dari sumur di dekat masjid yang berupa sumur artesis ke rumah setiap warga seperti gambar 4.21 dimana saluran air yang digunakan warga dari sumur artesis yang dimiliki oleh responden 56 di RT 4 RW 1.
Gambar 4.21 Saluran Air yang Digunakan Warga dari Sumur Artesis 11) Pembuangan air limbah Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi pembuangan air limbah rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut.
63
Tabel 4.23 Komponen Pembuangan Air Limbah Rumah Responden Komponen Pembuangan Air Limbah 1. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut 2. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 3. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak sumber air <10m) 4. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012 No.
Jumlah Rumah 0
Persentase (%) 0,0
Baik
22
26,2
Cukup Baik
56
66,7
Kurang Baik
6
7,1
Kondisi Sangat Baik
84
100,0
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dikemukakan bahwa pembuangan air limbah dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 22 rumah (26,2%) dengan kondisi baik, 56 rumah (66,7%) dengan kondisi cukup baik, dan 6 rumah (7,1%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian pembuangan air limbah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standard ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak sumber air <10m) dengan ditandai 56 rumah (66,7%) dalam kondisi cukup baik.
Gambar 4.22 Selokan Terbuka yang Tidak Terawat Saluran pembuangan limbah dari kamar mandi dan dapur di lokasi penelitian mempunyai banyak bentuk yang ditunjukkan pada gambar 4.22
64
hingga gambar 4.25. Gambar 4.21 menunjukkan selokan terbuka yang tidak terawat di RT 01/ RW 01 yang dimiliki oleh responden 27 di RT 1 RW 1. Gambar 4.23 yang menunjukkan selokan terbuka yang terawat di depan rumah warga RT 01/ RW 01 yang dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1, sedangkan gambar 4.24 yang menunjukkan pembuangan air kamar mandi dan cucian di halaman rumah yang dimiliki oleh responden 2 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.23 Selokan Terbuka yang Terawat
Gambar 4.24 Pembuangan Air Kamar Mandi di Halaman Rumah Gambar 4.25 menunjukkan pembuangan air kamar mandi dan cucian di halaman rumah yang dimiliki oleh responden 4 di RT 1 RW 1 dan gambar 4.26 yang menunjukkan saluran kamar mandi ke halaman rumah yang dimiliki oleh responden 56 di RT 4 RW 1 menunjukkan rumah yang sembarangan membuang limbah rumah tangganya karena tidak memiliki
65
saluran pembuangan yang rapi tapi hanya dibuang ke samping atau halaman rumah secara tidak teratur atau hanya diresapkan di lubang khusus yang dibuat oleh pemilik rumah.
Gambar 4.25 Pembuangan Limbah Dapur di Halaman Rumah
Gambar 4.26 Saluran Pembuangan Kamar Mandi ke Halaman Rumah 12) Pembuangan sampah Terdapat satu kondisi dari empat kondisi pembuangan sampah rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut. Berdasarkan tabel 4.19 dapat dikemukakan bahwa pembuangan sampah di setiap rumah responden, terdapat 84 rumah (100,0%) menunjukkan kondisi kurang baik. Hal ini disebabkan masih banyak
66
penduduk belum memenuhi standard dalam membuang sampah karena kebiasaan warga yang membakar sampah dengan ditandai 84 rumah (100,0%) dalam kondisi kurang baik. Tabel 4.24 Komponen Pembuangan Sampah Rumah Responden Komponen Pembuangan Sampah 1. Ada, kedap air dan tertutup 2. Ada, kedap air dan tidak tertutup 3. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup 4. Tidak ada Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Sangat Baik Baik
Jumlah Rumah 0 0
Persentase (%) 0,0 0,0
Cukup Baik
0
0,0
Kurang Baik
84 84
100,0 100,0
No.
Kondisi
Pengelolaan sampah di lokasi peneltian masih menggunakan cara tradisional
dengan
mengumpulkannya
pada
lubang
tersendiri
lalu
menguburnya dalan jangka waktu tertentu seperti pada gambar 4.27 yang menunjukkan tempat pengumpulan sampah warga yang dimiliki oleh responden 56 di RT 4 RW 1.
Gambar 4.27 Tempat Pengumpulan Sampah Warga Pembakaran sampah dilakukan warga karena tidak ada petugas pengambil sampah yang datang ke lokasi tersebut seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.28 yang menunjukkan sisa pembakaran sampah yang banyak
67
dilakukan penduduk di halaman rumah responden 2 di RT 1 RW. Walaupun begitu, ada beberapa warga yang mengumpulkan sampah untuk dijual ke pemulung secara mandiri atau ikut kegiatan masing-masing RT yang dikumpulkan setiap bulan dan uang penjualannya untuk kas RT seperti pada gambar 4.29.
Gambar 4.28 Sisa Pembakaran Sampah di Halaman Rumah
Gambar 4.29 Pengumpulan Sampah di Dalam Rumah 13) Penghijauan halaman rumah Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi penghijauan halaman rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.30 berikut.
68
Tabel 4.25 Komponen Penghijauan Halaman Rumah Responden Komponen Penghijauan Halaman 1. Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah dan pendukung fasilitas bekerja 2. Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah 3. Dirawat tapi belum dimanfaatkan 4. Tidak dirawat Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012 No.
Jumlah Rumah 47
Persentase (%) 56,0
0
0,0
Cukup Baik
23
27,4
Kurang Baik
14 84
16,7 100,0
Kondisi Sangat Baik Baik
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dikemukakan bahwa penghijauan halaman rumah dari 84 rumah yang diteliti, terdapat 47 rumah (56,0%) dengan kondisi sangat baik, 23 rumah (27,4%) dengan kondisi cukup baik, dan 14 rumah (16,7%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian penghijauan halaman rumah di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standar dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah dan pendukung fasilitas bekerja dengan ditandai 47 rumah (56,0%) dalam kondisi sangat baik.
Gambar 4.30 Halaman Rumah yang Dimanfaatkan sebagai Taman
69
Halaman rumah yang luas maupun sempit dapat dimaksimalkan fungsinya dengan merawatnya sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah dengan menjadikannya sebagai taman rumah seperti gambar 4.30 yang menunjukkan halaman rumah dimanfaatkan sebagai taman yang dimiliki oleh responden 26 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.31 Rumah dengan Teras Rumah Rumah tanpa halaman atau pekarangan yang kurang memadai seperti gambar 4.31 yang menunjukkan rumah tanpa halaman luas, hanya teras di RT 01/ RW 01 yang dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1. Warga yang memanfaatkan halaman rumahnya seperti gambar 4.32 menunjukkan halaman rumah untuk beternak mencukupi kebutuhan pribadi dan dijual yang dimiliki oleh responden 6 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.32 Halaman Rumah untuk Beternak
70
14) Jamban Terdapat tiga kondisi dari empat kondisi jamban rumah responden yang dimungkinkan berdasarkan data di lapangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.21. Tabel 4.26 Komponen Jamban Rumah Responden No. 1. 2.
Komponen Jamban
Ada, leher angsa, septik tank Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank 3. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam 4. Tidak ada Jumlah Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012
Sangat Baik Baik
Jumlah Rumah 79 0
Persentase (%) 94,0 0,0
Cukup Baik
2
2,4
Kurang Baik
3 84
Kondisi
3,6 100,0
Berdasarkan tabel 4.21 dapat dikemukakan bahwa jamban dari 84 rumah yang diteliti, 79 rumah (94,0%) dengan kondisi sangat baik, 2 rumah (2,4%) dengan kondisi cukup baik, dan 3 rumah (3,6%) dengan kondisi kurang baik. Dengan demikian jamban di Kelurahan Mangunsari banyak yang sudah memenuhi standard ada, leher angsa, dan memiliki septik tank dengan ditandai 79 rumah (94,0%) dalam kondisi sangat baik.
Gambar 4.33 Model WC Duduk
71
Warga yang memiliki WC baik dan kurang baik ditunjukkan dalam pengambilan data penelitian ini. Kondisi kamar mandi dan WC yang baik ditunjukkan dalam gambar 4.33 yang menunjukkan model WC duduk yang dimiliki oleh responden 7 di RT 1 RW 1 dan gambar 4.34 yang menunjukkan WC model leher angsa yang dimiliki oleh responden 1 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.34 WC Model Leher Angsa Kondisi kamar mandi dan WC yang rusak dan kurang dilengkapi dengan bangunan WC yang terawat dalam gambar 4.35 yang menunjukkan dinding kamar mandi dan WC yang tidak permanen yang dimiliki oleh responden 56 di RT 1 RW 1 dan gambar 4.36 yang menunjukkan kondisi WC dengan penutup (dinding) yang rusak yang dimiliki oleh responden 2 di RT 1 RW 1.
Gambar 4.35 Dinding Kamar Mandi dan WC yang Tidak Permanen
72
Gambar 4.36 WC dengan Dinding yang Rusak 4.2.7
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Dalam subbab ini dikemukakan mengenai uji normalitas data dan
koefisien korelasi. 4.2.7.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Pada pembahasan ini, uji hanya dilakukan pada data hasil dokumentasi dan observasi untuk variabel kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang menggunakan uji normalitas Chi-kuadrat. Uji normalitas data dilakukan dengan cara memasukkan data dalam tabulasi, yang kemudian dikelompokkan berdasarkan jawaban responden. Hasil uji normalitas data dari variabel kualitas rumah hunian dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut ini dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 96.
73
Tabel 4.27 Uji Normalitas Data Kualitas Rumah Hunian Batas Kelas
Kelas Interval 31,0 34,1 37,2 40,3 43,4 46,5
-
34,0 37,1 40,2 43,3 46,4 49,5
30,95 34,05 37,15 40,25 43,35 46,45 -0,05
Z untuk Peluang Luas Kls. batas untuk Z Untuk Z kls. -2,75 0,4970 0,0214 -1,97 0,4756 0,0918 -1,19 0,3837 0,2217 -0,42 0,1620 0,3018 0,36 0,1398 0,2318 1,13 0,3715 0,1285 -10,50 0,5000
Ei
Oi
1,7991 7,7143 18,6239 25,3512 19,4679 10,7899 x²
(OiEi)² Ei 0,8016 2,3809 1,6982 0,4430 1,5720 0,2969
3 12 13 22 25 9 84 = 7,1927
Sumber: Hasil analisis penelitian 2012 Keterangan: x²
: Chi-kuadrat
Oi
: Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
Ei
: Frekuensi yang diharapkan Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat,
variabel kualitas rumah hunian seperti pada tabel 4.22 diatas diperoleh hasil x² hitung
= 7,1927. Hasil uji normalitas tersebut dikonsultasikan dengan tabel Chi-
kuadrat dengan dk = 6 – 3= 3, dan tarif signifikansi (α) = 5% diperoleh nilai Chikuadrat x²
tabel
= 7,81. Data berdistribusi normal jika harga Chi-kuadrat hitung
lebih kecil dari nilai Chi--kuadrat tabel. Karena x²
hitung
< x²
tabel
atau 7,1927 <
7,81, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel kualitas rumah hunian berdistribusi normal. 4.2.7.2 Koefisien Korelasi Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari
74
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Analisis hubungan kedua variabel dapat dinyatakan dengan hasil perhitungan korelasi product moment sebagai berikut: ∑ ∑
∑ ∑
84 .7051 84. 410
166
∑ ∑
∑
166 3521 84. 148937 – 3521
0,263 Dari perhitungan korelasi product moment dari Pearson diatas, dapat dilihat bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213. Karena rhitung (xy) > rtabel, maka h0 ditolak dan ha diterima, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Jadi, terdapat hubungan yang positif antara kedua variabel, dalam artian apabila tingkat pendidikan kepala keluarga tinggi, maka juga diikuti dengan kualitas rumah hunian yang semakin baik pula, karena kedua variabel tersebut saling berhubungan. Perhitungan kedua variabel yaitu korelasi antara pendidikan dan kalitas rumah dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 97.
4.3 Pembahasan Dalam pembahasan ini dikemukakan mengenai tingkat pendidikan masyarakat, kualitas rumah hunian, dan hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
75
4.3.1
Tingkat pendidikan Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari dari 84 responden termasuk kedalam kriteria: sangat tinggi (PT/sederajatnya) yaitu ada 4 penduduk (7,1%), tinggi (SLTA/sederajatnya) ada 22 penduduk (26,2%), cukup tinggi (SLTP/sederajatnya) ada 20 penduduk (23,8%), sedangkan kriteria rendah (SD/sederajatnya) ada 36 penduduk (42,9%). Tingkat pendidikan sesejiwa berbeda-beda. Secara umum tingkat pendidikan sesejiwa dapat diperoleh dari pendidikan formal, non formal, maupun informal. Tingkat pendidikan sesejiwa akan mempengaruhi kualitas kehidupannya, dalam hal ini termasuk kualitas rumah huniannya. Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia. Salah satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia sejalan dengan perubahan pengetahuan dan sikapnya. Mengubah sikap manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam diri setiap manusia. Pada masyarakat desa, umumnya melekat sikap dan kebiasaan yang dirasakan menghambat pembangunan, seperti menyerah pada keadaan (fatalism), patuh pada jiwa-jiwa yang dituakan (segi negatif paternalistik), segi negatif patuh pada nilai budaya tradisional dan lain-lain. Oleh karena itu, satu tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah merubah atau menghapus kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan dan memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan.
76
Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan cara hidup dibalik kehidupan. Dengan pemahaman tersebut, manusia dididik untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar (Mulyasana 2011:2). Pendidikan secara umum memberikan manfaat membentuk sikap dan kesadaran dalam menghadapi suatu masalah. Pada penelitian ini, permasalahan tentang kesehatan perumahan yang berhubungan dengan kualitas rumah diharapkan dapat ditingkatkan dengan pendidikan agar kesadaran untuk mengupayakan rumah sehat dapat segera terwujud. 4.3.2
Kualitas rumah hunian Syarat rumah sehat dalam penelitian ini yaitu: penyediaan ruang yang
cukup; langit-langit; atap rumah; dinding; lantai; jendela; peranginan atau ventilasi udara; lubang asap dapur; penerangan atau pencahayaan; penyediaan air bersih; pembuangan air limbah; pembuangan sampah; penghijauan halaman rumah; dan jamban. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari sebagian besar dalam kondisi baik yaitu sejumlah 77,4% (65 rumah) karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; kemudian 19,0% (16 rumah) dalam kondisi sangat baik dengan skor 45,50–56,00; dan 3,6% (3 rumah) dalam kondisi cukup baik dengan skor 24,50–<35,00. Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan sesejiwa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan sesejiwa adalah tingkat pendidikan. Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang
77
meningkat. Menurut Widyastuti (2005), jiwa yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Masalah kesehatan hunian merupakan masalah klasik yang senantiasa muncul terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, karena kesehatan lingkungan perumahan yang tidak memenuhi persyaratan akan mengakibatkan tumbuh suburnya berbagai masalah dan penyakit menular bagi penduduk, khususnya penghuni rumah masing-masing. Di samping itu, lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat akan menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan daya guna sesejiwa. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas pemukiman dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja bagi penghuninya, dan dapat meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup masyarakat. Masyarakat yang sehat memerlukan lingkungan perumahan yang sehat. Dalam upaya merealisasikan lingkungan rumah sehat di pedesaan perlu adanya pengertian, pemahaman, dan kesadaran dari penduduk itu sendiri. Apabila penduduk sudah menyadari pentingnya rumah sehat, diharapkan ada motivasi dan upaya dari penghuni rumah untuk menerapkan syarat rumah sehat masing-masing. Dengan memahami pentingnya kesehatan dalam rumah, setiap warga akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
78
4.3.3
Hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan kualitas rumah
hunian
penduduk
Kelurahan
Mangunsari
Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang Secara umum, tingkat pendidikan sesejiwa akan mempengaruhi kualitas rumah huniannya, hal ini tidak terkecuali pada penduduk Kelurahan Mangunsari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari karena dari hasil perhitungan korelasi product moment dari Pearson, diperoleh hasil bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213, sehingga rhitung (xy) > rtabel. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa sesejiwa dapat menentukan atau melakukan suatu perubahan (pembangunan) dalam hal kesehatan untuk kesejahteraan maupun peningkatan kualitas hidupnya dengan syarat memiliki pengetahuan tentang kesehatan perumahan atau syaratsyarat rumah sehat yang diperoleh dari pendidikan formal. Peneliti menemukan fakta dari observasi kepala keluarga yang dijadikan sampel penelitian, terdapat kepala keluarga yang menjadi single parent dalam menempati rumah mereka. Hal itu dikarenakan suaminya telah meninggal dunia atau sudah bercerai dengan suami mereka sehingga sejiwa istri menjadi kepala keluarga dalam mengasuh anak mereka dan mengelola rumah mereka. Pendidikan yang ditempuh sejiwa kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari cukup bervariasi namun masih sedikit yang masuk dalam pendidikan tinggi karena faktor biaya. Sebagian besar meninggalkan pendidikan formal di
79
sekolah dan mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ratarata pekerjaan yang ditekuni sejiwa kepala keluarga adalah menjadi petani atau buruh tani, pekerja pabrik, perias kecantikan, serta berdagang. Faktor lain yang dibutuhkan dalam memenuhi standar rumah sehat adalah dana yang sesuai. Hal itu menjadi kebutuhan awal setelah pengetahuan yang mereka peroleh dari suatu pendidikan akan informasi tentang rumah sehat. Di Kelurahan Mangunsari, sudah banyak warga yang berusaha memenuhi pembangunan rumah sehat agar kehidupan mereka lebih layak meskipun masih sederhana. Usaha pembangunan yang kurang baik disebabkan oleh kurangnya dana untuk memenuhi pembangunan fasilitas tersebut misalnya: masih kurang layaknya WC karena ada kerusakan dinding atau kamar mandi yang dibuat sederhana; dapur yang berdekatan dengan kamar mandi tanpa sekat yang permanen; pencahayaan yang masih kurang baik meskipun bangunannya cukup luas; tempat tidur yang hampir tanpa sekat dengan dapur tradisional; kurang meratanya pembangunan dinding, lantai, atap, serta jendela, antara bagian depan rumah yang biasa untuk ruang tamu hingga ke bagian belakang yang digunakan sebagai dapur. Kondisi yang masih belum lengkap ini memberikan penilaian bahwa masih ada kekurangan dalam pemenuhan rumah sehat meskipun pada dasarnya mereka sudah mengusahakannya. Mengetahui keterbatasan yang dimiliki penduduk Kelurahan Mangunsari tersebut, salah satu syarat rumah sehat menurut Ditjen Cipta Karya adalah memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang didapat, diperlengkapi, dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan kemampuan pendapatan keluarga.
80
Senada dengan hal itu, Notoatmojo dalam Kasjono (2011:22-23) menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah yaitu tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga bahan-bahan pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang murah misal bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya.
81
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan 5.1.1. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, diketahui tingkat pendidikan penduduk termasuk dalam kriteria rendah yaitu sebanyak 36 penduduk (42,9%) hanya menempuh pendidikan formal sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya) atau tidak sekolah. 5.1.2. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, sebagian besar rumah penduduk termasuk dalam kriteria baik yaitu sebanyak 65 rumah penduduk (77,4%) berada pada skor 35,00 - <45,50. 5.1.3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, karena rhitung (0,263) > rtabel(0,213).
5.2.Saran 5.2.1. Warga perlu meningkatkan tingkat pendidikan karena berguna untuk peningkatan kualitas rumah hunian. 5.2.2. Warga perlu meningkatkan kualitas rumah huniannya karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatannya. 5.2.3. Warga perlu mengikuti penyuluhan lingkungan sehat untuk mewujudkan lingkungan sehat di Kelurahan Mangunsari. 81
82
DAFTAR PUSTAKA Ali, M. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Bumi Aksara. Ali Muhidin, Sambar dan Maman Abdurrahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian (dilengkapi dengan aplikasi program SPSS). Bandung: CV Pustaka Setia. Amalia, Imandi.2009. Hubungan antara Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. -------------- 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. -------------- 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta -------------- 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Perumahan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1994. Rumah Sehat dalam Lingkungan Sehat. Departemen Pekerjaan Umum: Kantor Wilayah Jawa Tengah. Hermawan, Yoni. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Siliwangi. Kasjono, Heru Subaris. 2011. Penyehatan Pemukiman. Yogyakarta: Gosyen Publising. Kelurahan Mangunsari. 2011. Data Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011 Semester 1 dan 2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Permukiman. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor: 403/ KPTS/ M/ 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT). 82
83
Kusumawati, Yuli., dkk.2008. Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jurnal Penelitian Kesehatan. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Notoatmodjo, S. Pramudiyani, Novita Aris dan Galuh Nita Prameswari. 2011. Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS) 6 tahun 2011 halaman 71 – 78. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang Pembangunan Gedung, pasal 3 ayat 2. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2005. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Sinar Grafika. Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 2011. UU RI No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Penerbit Pustaka Yustisia: Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Vita Ayu Oktaviani. 2011. Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Skripsi. W.J.S. Poerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. World Health Organisation (WHO) Yusup, Nur Achmad dan Lilis Sulistyorini. Hubungan Sanitasi Rumah secara Fisik dengan Kejadian ISPA pada Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.1 No.2 Januari 2005.
84
Lampiran 1 KISI-KISI PANDUAN DOKUMENTASI VARIABEL TINGKAT PENDIDIKAN
Sub Variabel Pendidikan formal
Indikator Pendidikan terakhir yang pernah ditempuh KK.
84
Jumlah Pertanyaan 1
85
Lampiran 2 KISI-KISI PANDUAN OBSERVASI VARIABEL KUALITAS RUMAH HUNIAN No 1.
Sub Variabel Luas rumah
2.
Langitlangit
3.
Atap rumah
4.
Dinding
5.
Lantai
6.
Jendela
7.
Ventilasi udara
8.
Lubang asap dapur
Sangat baik Sesuai standar per jiwa (Internasional) seluas 12,0 m2 Ada, bersih, dan tidak rawan kecelakaan Cor (semen)/ Asbes Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester) papan kedap air. Kedap air (diplester/ ubin/ keramik), papan (rumah panggung). Terawat dan bersih. Ada, luas jendela ≥10% dari luas lantai, dilengkapi tralis, dan bisa dibuka setiap saat. Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai dan ada pelindung dari nyamuk. Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis dan ada
Indikator Baik Cukup baik Sesuai standar Sesuai standar per jiwa per jiwa (Indonesia) (Ambang batas) seluas 9,0 m2 seluas 7,2 m2
Jumlah Pertanyaan 1
Ada, kotor, sulit dibersihkan.
Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan sudah rusak.
Genteng
Seng
Ijuk
1
Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata atau batu yang diplester/ papan yang tidak kedap air. Kedap air (diplester/ ubin/ keramik), papan (rumah panggung). Tidak terawat dan berdebu. Ada, luas jendela ≥10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat, tetapi tidak dilengkapi tralis.
Terbuat dari kayu/ papan
Tidak permanen (anyaman bambu/ ilalang)
1
Plesteran yang retak dan berdebu.
Tanah
1
Ada, luas jendela ≤10% dari luas lantai dan bisa dibuka setiap saat.
Tidak ada jendela.
1
Ada, luas ventilasi permanen <5% dari luas lantai.
Tidak ada ventilasi.
1
Ada, lubang ventilasi dapur <5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis.
Tidak ada lubang asap dapur.
1
Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai tapi tidak ada pelindung dari nyamuk. Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis tetapi tidak ada
85
Kurang baik Kurang dari standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2 Tidak ada
1
86
pelindung dari nyamuk. Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (huruf kecil).
pelindung dari nyamuk. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal (huruf kecil).
Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal (huruf kecil), tapi masih dapat membaca huruf besar. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan.
Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca.
1
Tidak ada dan kadangkadang ada, tapi bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah. Tidak ada.
1
Dirawat tapi belum dimanfaatkan
Tidak dirawat
1
Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam.
Tidak ada.
1
9.
Pencahayaan alami dan buatan
10.
Penyediaan air bersih
Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.
Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.
11.
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Ada, dialirkan ke selokan terbuka.
Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak sumber air <10m).
12.
Sarana pembuangan sampah (tempat sampah) Penghijauan halaman rumah
Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. Ada, kedap air dan tertutup.
Ada, kedap air dan tidak tertutup.
Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup.
Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah dan pendukung fasilitas bekerja. Ada, leher angsa, septik tank.
Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank.
13.
14.
Jamban (sarana pembuangan kotoran)
1
1
Sumber: Risyanto dalam Tjaturahono. 1991, Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat untuk Puskesmas, dan DPU Cipta Karya.
87
Lampiran 3
PENGANTAR Penelitian dengan judul HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS RUMAH
HUNIAN
PADA
PENDUDUK
DI
KELURAHAN
MANGUNSARI
KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari dan mendeskripsikan apakah ada hubungannya dengan tingkat pendidikan dengan pada penduduk. Sehubungan dengan hal tersebut, kami ingin mengumpulkan data tentang tingkat pendidikan penduduk dan kualitas rumah yang dihuni. Penelitian ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah perpajakan atau PBB, atau hal yang semacamnya, tetapi hanya untuk kepentingan pendidikan. Hasil penelitian ini sangat ditentukan oleh data yang Bapak/ Ibu berikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk menjawab pertanyaan kami dengan penuh kejujuran dan kesungguhan dan mempersilahkan kami untuk mengadakan observasi di lingkungan rumah Bapak/ Ibu. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Peneliti
Apriani Yunita P.
87
Observer Tanggal observasi
: .......................................
88
: .......................................
Lampiran 4 LEMBAR DOKUMENTASI IDENTITAS RESPONDEN Instruksi bagi pewawancara: isilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan di bawah ini. Nomor urut responden : .................................................................................................... Nama lengkap responden : .................................................................................................... Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan* (coret yang tidak perlu) Umur : .......... tahun Alamat : RT ..... RW ..... Dusun ................................................................ Pekerjaan : Petani/ Buruh/ PNS/ Pedagang/lainnya ..................................... Pendapatan : Rp......................................./bulan Jumlah anggota keluarga : .......... orang TINGKAT PENDIDIKAN Instruksi bagi pewawancara:Lingkarilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan di bawah ini. 1. Berapa lama Bapak/Ibu menempuh pendidikan formal? A. > 12 tahun B. 10 – 12 tahun C. 7 – 9 tahun D. < 6 tahun
LEMBAR OBSERVASI KUALITAS RUMAH HUNIAN Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda centang (√) sesuai dengan hasil pengamatan tentang kondisi rumah yang sesuai dengan paduan kisi-kisi yang ada. Kondisi Unsur yang diSkor No. Sangat Cukup Kurang (Bagaimana kondisi yang sebenarnya?) Baik baik baik baik 1. Luas rumah 2. Langit-langit 3. Atap rumah 4. Dinding 5. Lantai 6. Jendela kamar tidur 7. Ventilasi udara 8. Lubang asap dapur 9. Pencahayaan alami dan buatan 10. Penyediaan air bersih 11. Pembuangan air limbah 12. Pembuangan sampah 13. Penghijauan halaman rumah 14. Jamban Menyertakan fotocopy Kartu Keluarga/ mengijinkan pewawancara untuk mengambil gambar Kartu Keluarga yang asli untuk pendataan.
88
Observer Tanggal observasi
: diisi nama lengkap : diisi waktu dilakukan wawancara dengan
89
Lampiran 5 LEMBAR PANDUAN DOKUMENTASI IDENTITAS RESPONDEN Instruksi bagi pewawancara: isilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan di bawah ini. Nomor urut responden : nomor pengisian lembar observasi untuk responden ke berapa. Nama lengkap responden : diisi nama lengkap responden. Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan* (coret yang tidak perlu) Umur : menyebutkan usia responden berapa tahun. Alamat : RT ..... RW ..... Dusun ................................................................ Pekerjaan umum : Petani/ Buruh/ PNS/ Pedagang/lainnya sebutkan. Jumlah anggota keluarga : .......... orang (yang menempati rumah tersebut) TINGKAT PENDIDIKAN Instruksi bagi pewawancara:Lingkarilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan di bawah ini. 1. Berapa lama Bapak/Ibu menempuh pendidikan formal? A. > 12 tahun B. 10 – 12 tahun C. 7 – 9 tahun D. < 6 tahun LEMBAR PANDUAN OBSERVASI KUALITAS RUMAH HUNIAN Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda centang (√) sesuai dengan hasil pengamatan tentang kondisi rumah yang sesuai dengan paduan kisi-kisi yang ada. 1.
Unsur yang dinilai Luas rumah
2.
Langit-langit
3. 4.
Atap rumah Dinding
5.
Lantai
Kedap air (diplester/ ubin/ keramik), papan (rumah panggung). Terawat dan bersih.
6.
Jendela
Ada, luas jendela ≥10% dari luas lantai, dilengkapi tralis, dan bisa dibuka setiap saat.
No.
Sangat baik Sesuai standar per jiwa (Internasional) seluas 12,0 m2. Ada, bersih, dan tidak rawan kecelakaan. Cor (semen)/ Asbes Permanen (tembok/ pasangan batu bata yang diplester) papan kedap air.
Kondisi Baik Cukup baik Sesuai standar per Sesuai standar per jiwa (Indonesia) jiwa (Ambang seluas 9,0 m2. batas) seluas 7,2 m2. Ada, bersih, sulit Ada, kotor, sulit dibersihkan. dibersihkan, dan sudah rusak. Genteng Seng Semi permanen/ Terbuat dari kayu/ setengah tembok/ papan. pasangan bata atau batu yang diplester/ papan yang tidak kedap air. Kedap air Plesteran yang (diplester/ ubin/ retak dan berdebu. keramik), papan (rumah panggung). Tidak terawat dan berdebu. Ada, luas jendela Ada, luas jendela ≥10% dari luas ≤10% dari luas lantai dan bisa lantai dan bisa dibuka setiap saat, dibuka setiap saat. tetapi tidak
89
Kurang baik Kurang dari standar per jiwa (Ambang batas) seluas 7,2 m2. Tidak ada. Ijuk Tidak permanen (anyaman bambu/ ilalang).
Tanah
Tidak ada jendela.
90 dilengkapi tralis. Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai tapi tidak ada pelindung dari nyamuk. Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis tetapi tidak ada pelindung dari nyamuk. Kurang terang, sehingga memerlukan cahaya tambahan untuk dengan normal (huruf kecil). Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.
7.
Ventilasi udara
Ada, luas ventilasi permanen ≥5% dari luas lantai dan ada pelindung dari nyamuk.
8.
Lubang asap dapur
Ada, lubang ventilasi dapur ≥5% dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust fan ada peralatan lain yang sejenis dan ada pelindung dari nyamuk.
9.
Pencahayaan alami dan buatan
Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal (huruf kecil).
10.
Penyediaan air bersih
Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.
11.
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Ada, dialirkan ke selokan terbuka.
12.
Sarana pembuangan sampah (tempat sampah) Penghijauan halaman rumah
Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. Ada, kedap air dan tertutup.
Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah dan pendukung fasilitas bekerja. Tidak ada.
Dirawat dan digunakan sebagai penyejuk rumah
Dirawat tapi belum dimanfaatkan
Tidak dirawat
Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/ kolam.
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank.
Ada, leher angsa, septik tank.
13.
14.
Jamban (sarana pembuangan kotoran)
Ada, kedap air dan tidak tertutup.
Ada, luas ventilasi permanen <5% dari luas lantai.
Tidak ada ventilasi.
Ada, lubang ventilasi dapur <5% dari luas lantai dapur.
Tidak ada lubang asap dapur.
Kurang terang, sehingga memerlukan cahaya tambahan untuk membaca huruf besar.
Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca.
Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan.
Tidak ada dan kadang-kadang ada, tapi bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah. Tidak ada.
Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air >10m). Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup.
fotocopy Kartu Keluarga atau mengijinkan pewawancara untuk mengambil gambar Kartu Keluarga yang asli untuk pendataan.
91
Lampiran 6 DAFTAR NAMA RESPONDEN Kode Responden R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28
Responden Suparmin Sadjuri Langser Iriani Wiwin Widyawanto Subani Arif Wirawan Fariz Ilham Suharminto Sawuri Arie Mashadi Wahyudi Fajar Feriyanto Soekidjan Muntaha Soemiyarso Heni Suryanto Bejo Hari Joko Utomo Badrodin Karsidi Bejo Mulyono Mustofa Jupri Budi Santoso Purnomo Jarmono Ahmadi Tusrin, SH Amprel Yustian, SE Permadi
RT
Jenis Kelamin
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
L L P L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
Pendidikan SD SD SD SMA S1 SMP STM SD SD SMP SMP Tidak tamat SD SMA SMP SD SD STM Tidak sekolah SMA SMP SMA SMA SMP SD SMP SD SMA SD
91
Pekerjaan
Pendapatan
Petani penggarap tanah Petani penggarap tanah ibu rumah tangga (Pensiunan suami) PNS (Kehutanan) Buruh bangunan Buruh Industri (PT Casindo) Buruh Industri (PT Sumber) Pensiunan dinas pertanian Petani penggarap tanah Buruh bangunan (bengkel) Buruh bangunan (bengkel) Supir Pedagang Pedagang Pensiunan dari srondol PNS (Guru SD) Pengrajin (sablon) Petani penggarap tanah PNS (BUMN) Buruh Industri (PT Citra) PNS (dinas koperasi dan UMKM) Supir (material sampangan) Buruh Industri (Gipson) Pedagang (soto keliling) Buruh bangunan Pensiunan PNS (lurah) PNS (di Balai Kota) Pedagang
800.000 500.000 1.500.000 3.500.000 600.000 3.500.000 2.500.000 3.000.000 300.000 2.000.000 850.000 800.000 800.000 1.000.000 1.500.000 1.000.000 800.000 300.000 2.000.000 700.000 3.000.000 800.000 400.000 1.500.000 500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
Jumlah Anggota Keluarga 4 7 5 7 3 3 4 3 5 5 3 4 4 4 5 3 3 3 2 3 6 5 3 6 3 2 4 5
92 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62
Ponidi Zaenal Sumaryanto Bambang Pangarso Widodo Kasno Nur Azis Suwandi Sumintar Musmin Totok Joko Satmoko Sukarni Nur Kholis Ngadiyono Mundakir Ahmanto Suwardi Mulyono Sumeri Joko Yuli Santoso Matisa Ruminah Muhammad Nur Fadeli Karyono Achmad Syaifudin Suroso Abdul Rokhim Sumarno Suwardi Surat Subarno Suratman Suwartono Nuryani Agustina Muhri
2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
L L L L L L L L L L P L L L L L L L L L P L L L L L L L L L L L P L
S1 STM SMA SMP SD SMP SMP SD SD SMP SMA SMP SD SMP STM 5 SD SD SMA SMA 4 SD keluar SD SD SMA SMP Tidak tamat SD SMP SD SD SD SMA Tidak tamat SD SMA SD SMA
TNI Pedagang Pedagang Buruh Industri (di Terboyo) Pensiunan di Karyadi Pengangkutan (kuli angkat) Buruh Industri (bina amal) Pensiunan TNI Buruh tani Buruh Industri (garmen) Buruh industri Pedagang (di Ungaran) Petani penggarap tanah Buruh bangunan Buruh Industri (SOSRO) Buruh bangunan Buruh tani Buruh bangunan (bengkel) PNS Buruh tani Petani penggarap tanah Pedagang (nasi goreng) Buruh bangunan (bengkel) PNS (di UNNES) Buruh bangunan Buruh bangunan (bengkel) Pedagang (penjual buah) Buruh industri (PEPSI) Petani penggarap tanah Supir truk pasir Buruh bangunan PNS (di Karyadi) Buruh industri (kafe) Petani penggarap tanah
5.000.000 1.500.000 800.000 1.000.000 1.500.000 200.000 600.000 1.000.000 600.000 750.000 965.000 650.000 600.000 965.000 1.500.000 600.000 700.000 800.000 2.000.000 300.000 500.000 1.000.000 800.000 1.200.000 150.000 800.000 1.500.000 965.000 500.000 850.000 200.000 3.000.000 1.500.000 500.000
4 6 6 4 2 3 5 3 3 4 4 3 3 4 5 6 4 5 7 7 2 4 4 4 5 4 4 4 2 6 10 4 3 8
93 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84
Sugiyono Eko Suyami Widarto Sumadi Moh Samsuri Suradi Dasuki Solekan Harmanto Ahmat Kaswadi Kustiyah Solichin Supadi Kusmiran Sasmito Riswanto Junaedi Maryadi Achmad Supriyadi Pasri Joko Kelono Cipto
4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
L P L L L L L L L L L P L L L L L L L L L L
S1 SD SMP SMA SMP Tidak tamat SD SD SD D3 S1 D3 SD SMK SD SMP STM SMP MTs SD Tidak tamat SD SD SD
Buruh bangunan Pedagang Buruh Industri Pedagang Buruh Industri (PT Citra) Buruh bangunan Buruh tani Buruh tani Buruh bangunan Supir angkot Buruh bangunan Buruh bangunan Pedagang TNI (Kodim Semarang) Buruh Industri (PT Citra) Buruh Industri (PT Citra) Pedagang Buruh bangunan Buruh tani Pedagang Industri kecil (Krupuk) Pedagang (di pasar malam)
300.000 1.000.000 965.000 800.000 700.000 250.000 300.000 600.000 300.000 300.000 700.000 200.000 800.000 1.000.000 700.000 700.000 2.000.000 1.000.000 100.000 800.000 1.300.000 800.000
4 3 4 3 4 3 4 4 6 4 3 3 4 4 5 6 4 8 8 5 6 3
94
Lampiran 7 DATA PENELITIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN KUALITAS RUMAH HUNIAN Nomor Responden R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40
Tingkat Pendidikan 1 1 3 4 2 3 3 4 1 2 2 2 1 1 2 4 3 1 3 3 3 2 2 3 2 4 4 3 3 2 1 3 1 2 1 1 1 2 2 1
1 3 2 4 2 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4
2 4 2 4 1 1 1 4 4 1 4 1 1 1 1 4 4 1 1 3 1 4 3 1 4 1 4 4 1 4 4 1 1 4 1 1 4 1 3 1 1
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 4
5 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
6 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3
Kualitas Rumah 7 8 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
94
9 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 2 2 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 2 1 3 1 1 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 4 4 1 2 4 2 4 4 1 1 2 4 1 4 1 1 1 1 2 4 2 4 4 2 4 1 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 4
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Jumlah 43 40 48 37 36 40 47 48 43 43 40 43 42 36 46 45 39 37 43 42 47 43 44 45 42 47 45 41 46 45 41 41 46 44 36 49 42 44 40 43
95 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75 R76 R77 R78 R79 R80 R81 R82 R83 R84 ∑
1 3 3 1 2 1 3 1 1 3 1 3 1 2 3 4 1 2 2 3 2 1 1 1 2 3 1 1 1 1 3 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1 166
4 3 3 2 4 3 2 1 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 1 3 3 1 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4 2 2 3 1 2 1 2 2 4 265
1 4 4 4 1 1 4 1 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 1 1 4 1 1 4 4 1 1 1 3 1 3 1 3 1 4 3 1 1 1 1 1 1 4 1 186
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 252
2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 307
3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 310
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 244
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 247
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 1 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 245
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 291
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 335
2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 184
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 84
1 2 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2 2 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 1 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 248
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 323
38 44 47 44 44 41 44 31 46 46 44 43 31 39 35 43 45 43 38 43 46 39 44 48 46 35 37 33 43 38 44 43 44 37 47 45 42 44 40 37 40 35 37 39
Lamp piran 8 UJI NORMA ALITAS DA ATA PENELIT TIAN KUALIITAS RUMAH H HUNIAN Hipottesis : Data berdisttribusi normal Ho b noormal : Data tidak berdistribusi Ha ujian Hipotesiis: Pengu Rumuus yang digunakkan:
nakan Kriterria yang digun Ho ditterima jika c2 < c2 tabel Pengu ujian Hipotesiis Nilai maksimal m Nilai minimal m Rentan ng Banyaak kelas K Kelas Interval 311,0 344,1 377,2 400,3 433,4 466,5
-
34,0 37,1 40,2 43,3 46,4 49,5
= = = = Bataas Kelaas 30,95 34,05 37,15 40,25 43,35 46,45 -0,055
499,0 311,0 188,0 6 Z untukk batas klls. -2,75 -1,97 -1,19 -0,42 0,36 1,13 -10,500
Paanjang Kelas R Rata-rata (x) s n Peluang Luas Kls. U Untuk Z untuk Z 0,4970 0,0214 0,4756 0,0918 0,3837 0,2217 0,1620 0,3018 0,1398 0,2318 0,3715 0,1285 0,5000
= = = = Ei E
Oi
1,79991 7,71143 18,6239 25,3512 19,4679 10,7899
3 12 13 22 25 9 84 =
c² U Untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperooleh c² tabel =
7 7,81
7,192666 7,81 K Karena c² pada daerah penerim maan Ho, maka data tersebutt berdistribusi normal n
96 96
33,0 4 41,92 4 4,00 8 84 ( (Oi-Ei)² Ei 0,8016 2,3809 1,6982 0,4430 1,5720 0,2969 7,1927
Lampiran 9 KORELASI ANTARA PENDIDIKAN DAN KUALITAS RUMAH Rumus
Keterangan: X : Tingkat pendidikan Kepala Keluarga Y : Kualitas Rumah Hunian Penduduk No
Kode
X
Y
X2
Y2
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43
1 1 3 4 2 3 3 4 1 2 2 2 1 1 2 4 3 1 3 3 3 2 2 3 2 4 4 3 3 2 1 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1 3 3
43 40 48 37 36 40 47 48 43 43 40 43 42 36 46 45 39 37 43 42 47 43 44 45 42 47 45 41 46 45 41 41 46 44 36 49 42 44 40 43 38 44 47
1 1 9 16 4 9 9 16 1 4 4 4 1 1 4 16 9 1 9 9 9 4 4 9 4 16 16 9 9 4 1 9 1 4 1 1 1 4 4 1 1 9 9
1849 1600 2304 1369 1296 1600 2209 2304 1849 1849 1600 1849 1764 1296 2116 2025 1521 1369 1849 1764 2209 1849 1936 2025 1764 2209 2025 1681 2116 2025 1681 1681 2116 1936 1296 2401 1764 1936 1600 1849 1444 1936 2209
43 40 144 148 72 120 141 192 43 86 80 86 42 36 92 180 117 37 129 126 141 86 88 135 84 188 180 123 138 90 41 123 46 88 36 49 42 88 80 43 38 132 141
97
97
444 455 466 477 488 499 500 511 522 533 544 555 566 577 588 599 600 611 622 633 644 655 666 677 688 699 700 711 722 733 744 755 766 777 788 799 800 811 822 833 844
R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84
S
1 2 1 3 1 1 3 1 3 1 2 3 4 1 2 2 3 2 1 1 1 2 3 1 1 1 1 3 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1
44 44 41 44 31 46 46 44 43 31 39 35 43 45 43 38 43 46 39 44 48 46 35 37 33 43 38 44 43 44 37 47 45 42 44 40 37 40 35 37 39
1 4 1 9 1 1 9 1 9 1 4 9 16 1 4 4 9 4 1 1 1 4 9 1 1 1 1 9 1 9 1 4 1 1 1 4 1 1 1 9 1
1936 1936 1681 1936 9 961 2 2116 2 2116 1936 1849 9 961 1521 1225 1849 2 2025 1849 1444 1849 2 2116 1521 1936 2 2304 2 2116 1225 1369 1089 1849 1444 1936 1849 1936 1369 2 2209 2 2025 1764 1936 1600 1369 1600 1225 1369 1521
44 88 41 132 31 46 138 44 129 31 78 105 172 45 86 76 129 92 39 44 48 92 105 37 33 43 38 132 43 132 37 94 45 42 44 80 37 40 35 111 39
166
3521
4110
148937
7 7051
84 rxy x
7051
166
35211
= 84 =
410
166
0,263
98
2
84
1489337
35221
2