1
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENILAIAN DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI SE-KABUPATEN PATI
Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Sumarni 3301401107
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang ujian skripsi pada Hari
: Selasa
Tanggal
: 18 Oktober 2005
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si. NIP. 131993879
Drs. Mudjijono, M. Si. NIP. 130795079
Mengetahui Ketua Jurusan Ekonomi
Drs. Kusmuriyanto, M. Si. NIP. 131404309
3
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada Hari
: Sabtu
Tanggal
: 10 Desember 2005
Penguji Skripsi
Dra. Murwatiningsih, M. M NIP. 130812919
Anggota I
Anggota II
Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si. NIP. 131993879
Drs. Mudjijono, M. Si. NIP. 130795079
Mengetahui Dekan,
Drs. Sunardi, M. M NIP. 130367998
4
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
Oktober 2005
Sumarni NIM. 3301401107
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO “Tiga hal yang paling diperlukan untuk meraih keberhasilan, yaitu: bekerja keras dan cerdas, ketekunan, dan akal sehat” (Thomas Alva Edison) “Setiap kehidupan adalah cobaan, bagaimana kita menghadapi adalah sebuah masalah, suksesnya kita adalah ujian, dan ujian tak pernah berakhir” (Hasrat) “Apapun yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, jangan pernah membenci dan menyesalinya, sebab itulah yang terbaik untuk kita” (Arnien)
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Bapak dan Ibuku yang selalu sabar mengasihi dan menyayangi serta mendoakanku Kakak-kakakku: M’ Kardi, M’ Margito, M’ Jayus, dan Mba’ Ris, terimakasih atas doa, kasih sayang, dan bantuannya selama ini Sahabat-sahabat terbaikku: “Nyit-nyit”, Uki, D’ Puji, D’ Anni, D’ Nailil, D’ Lasmi dan Ifa yang tak henti-hentinya memberiku kritik, nasihat, dan motivasi. Terimakasih untuk persahabatan yang indah ini. Teman-teman kost “Mu’minatul” Teman-teman P’ Akuntansi 2001 A Almamaterku
6
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Pemahaman Guru Terhadap Penilaian Berbasis Kelas Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Pati dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. A.T. Sugito, S.H., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Jurusan Ekonomi. 2. Drs. Soenardi, M.M., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dan penulisan skripsi. 3. Drs. Kusmuriyanto, M.Si., Ketua Jurusan Ekonomi yang telah memberikan kemudahan sehingga skripsi ini dapat selesai. 4. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si., Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 5. Drs. Mudjijono, M.Si., Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 6. Dra. Murwatiningsih, M. M, Dosen Penguji yang telah memberikan saran demi sempurnanya skripsi ini.
7
7. Kepala SMA Negeri Se-Kabupaten Pati yang telah memberikan ijin penelitian di sekolahnya masing-masing. 8. Bapak dan Ibu Guru Pengampu Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri Se-Kabupaten Pati yang telah memberikan informasi secara terbuka tentang pemahamannya terhadap penilaian berbasis kelas. 9. Semua pihak yang membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang,
September 2005
Penulis
8
ABSTRAK Sumarni. 2005. Pemahaman Guru Terhadap Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri Se-Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan Ekonomi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si., II. Drs. Mudjijono, M.Si. 86 halaman Kata kunci: Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pemahaman terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti dengan sungguhsungguh terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dipelajari atau diingat sebelumnya untuk dapat diaplikasikan dalam kegiatan penilaian hasil belajar siswa. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan adalah pendekatan penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas ini merupakan nama lain dari penilaian otentik, yang mana landasan teoritis penilaian berbasis kelas terangkum dalam pengembangan penilaian otentik. Penilaian berbasis kelas merupakan pendekatan penilaian yang lebih menitikberatkan pada penilaian yang sebenarnya. Salah satu prosedur penilaian yang digunakan dalam penilaian berbasis kelas adalah penilaian portofolio yang dianggap memenuhi salah satu prinsip dalam penilaian berbasis kelas yaitu penilaian harus dilakukan secara komprehensif, adil, dan berkesinambungan. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru pengampu mata pelajaran Akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Pati. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena semua Guru Akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Pati dijadikan sebagai sampel penelitian. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: metode dokumentasi dan metode angket atau kuesioner. Data yang diperoleh berupa angka yang telah dikuantitatifkan. Data dianalisis secara deskriptif persentase. Dari hasil analisis deskriptif persentase dapat diketahui bahwa pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di SMA yang mencakup konsep dasar penilaian, konsep dasar penilaian berbasis kelas, konsep dasar penilaian otentik, konsep dasar penilaian berbasis portofolio, mata pelajaran Akuntansi di SMA, dan penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi adalah baik dengan persentase sebesar 76,79%. Adapun besarnya persentase masingmasing indikator dari pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di SMA adalah sebagai berikut: pemahaman terhadap konsep dasar penilaian 83,57%, pemahaman terhadap konsep dasar penilaian berbasis kelas 78,45%, pemahaman terhadap konsep dasar penilaian otentik 68,27%, pemahaman terhadap konsep dasar penilaian portofolio 71,93%, pemahaman terhadap mata pelajaran Akuntansi 77,86%, dan pemahaman terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi 81,19%.
9
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai pemahaman Guru Akuntansi terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dilakukan menunjukkan pemahaman Guru Akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Pati adalah baik. Saran yang dapat disumbangkan adalah: pertama, perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap komponen-komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi yang lain, sebab dalam penelitian ini hanya dibahas satu komponen saja, yaitu penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jadi cakupannya masih sangat terbatas. Kedua, perlu dilakukan penelitian sejenis di tempat lain untuk “menggeneralisasikan hasilnya”, karena hasil penelitian ini berlaku sangat terbatas. Ketiga, guru-guru pengampu mata pelajaran Akuntansi hendaknya selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya, dengan lebih bersikap proaktif dalam kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di Kabupaten Pati yang diadakan seminggu sekali. Keempat, guru-guru pengampu mata pelajaran Akuntansi diharapkan dapat menerapkan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan baik, berdasarkan pemahamannya terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tersebut.
10
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iii PERNYATAAN.............................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v PRAKATA...................................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................viii DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xiii DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah................................................ 5 C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian............................................................................ 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penilaian............................................................................................ 7 1. Pengertian Penilaian..................................................................... 7 2. Fungsi dan Tujuan Penilaian........................................................ 8
11
3. Asas-asas Penilaian .................................................................... 10 4. Penilaian Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.................... 12 B. Penilaian Berbasis Kelas ................................................................ 15 1.
Pengertian Penilaian Berbasis Kelas...................................... 15
2.
Fungsi dan Tujuan Penilaian Berbasis Kelas ......................... 18
3.
Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas ............................... 19
4.
Manfaat Penilaian Berbasis Kelas.......................................... 23
5.
Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas ................................... 24
C. Penilaian Otentik ............................................................................ 27 1. Pengertian Penilaian Otentik.................................................... 27 2. Karakteristik Penilaian Otentik ................................................ 28 3. Tujuan & Prinsip-prinsip Penilaian Otentik............................... 29 4. Pelaksanaan Penilaian Otentik ................................................... 29 D. Penilaian Portofolio ........................................................................ 31 1. Pengertian Penilaian Portofolio .................................................. 31 2. Fungsi dan Tujuan Penilaian Portofolio ..................................... 33 3. Manfaat Penilaian Portofolio...................................................... 34 4. Kelebihan Penilaian Portofolio................................................... 34 5. Kelemahan Penilaian Portofolio................................................. 35 6. Perbedaan Penilaian Portofolio dengan Penilaian Tes ............... 36 7. Pelaksanaan Penilaian Portofolio ............................................... 36 E. Mata Pelajaran Akuntansi Di Sekolah Menengah Atas (SMA) ....... 37 1. Karakteristik Mata Pelajaran Akuntansi ...................................... 37
12
2. Pengertian Akuntansi ................................................................... 38 3. Materi Pelajaran Akuntansi Di SMA ........................................... 39 E. Penerapan Penilaian Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Mata Pelajaran Akuntansi…………………………………49 1. Fungsi Mata Pelajaran Akuntansi ................................................ 49 2. Aspek-aspek Dominan Pada Mata Pelajaran Akuntansi.............. 49 3. Pelaksanaan Penilaian Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. 50 4. Indikator Penilaian ....................................................................... 53 5. Standar Ketuntasan Belajar Minimal ........................................... 54 G. Pemahaman Guru terhadap Penilaian Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi ...................................................................................... 55 1. Pengertian Pemahaman ................................................................ 55 2. Pemahaman Guru terhadap Penilaian Berbasis Kelas ................. 58 H. Kerangka Berpikir............................................................................ 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi............................................................................................ 62 B. Sampel.............................................................................................. 62 C. Variabel........................................................................................... 62 D. Metode Pengumpulan Data............................................................. 63 E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 63 F. Alat Analisis Data........................................................................... 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian............................................................................... 69
13
B. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................... 73 BAB V PENUTUP A. Simpulan ......................................................................................... 83 B. Saran................................................................................................ 84 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Perekayasaan Akuntansi...................................................................39 Gambar 2 Materi Pelajaran Akuntansi Di SMA ...............................................40
15
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Penilaian Otentik yang Mendasari Pelaksanaan Kurikulum 2004 .....31 Bagan 2 Pengertian Istilah dari Portofolio ........................................................33 Bagan 3 Kerangka Berpikir...............................................................................61
16
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kisi-kisi Ujicoba............................................................................87 Lampiran 2 Lembar Uji Coba Instrumen Penelitian .........................................89 Lampiran 3 Kisi-kisi Pemahaman Guru ........................................................101 Lampiran 4 Lembar Instrumen Penelitian.......................................................103 Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket.........................................115 Lampiran 6 Perhitungan Validitas Angket ....................................................118 Lampiran 7 Perhitungan Reliabilitas Angket..................................................119 Lampiran 8 Data Hasil Penelitian ...................................................................120 Lampiran 9 Distribusi Frekuensi Pemahaman Guru.......................................121 Lampiran 10 Grafik Pemahamn Guru terhadap Penilaian dalam KBK..........132 Lampiran 11 Tabel Nilai-nilai r Product Moment ..........................................133 Lampiran 12 Surat Permohonan Ijin Penelitian ..............................................134 Lampiran 13 Surat Rekomendasi dari Balitbang Kabupaten Pati .................135 Lampiran 14 Daftar SMA Negeri dan Jumlah Guru Akuntansi se-Kabupaten Pati......................................................................136 Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian ...................................................................137 Lampiran 16 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ...................................138
17
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perbedaan Penilaian Portofolio dengan Penilaian Berbasis Tes..........36 Tabel 2 Tabel Kriteria Deskriptif Persentase ....................................................67
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, perubahan masyarakat terjadi begitu cepat. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan tersebut adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang sangat pesat. Agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi tersebut masyarakat harus memiliki pendidikan yang cukup agar mampu mengakses dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi informasi tersebut. Di sini peran pendidikan sangat diperlukan, mengingat salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Pendidikan yang selama ini diterapkan di Indonesia dinilai tidak mampu memenuhi harapan masyarakat. Peserta didik hanya dibekali kemampuan di bidang akademik saja. Aspek-aspek yang lain, seperti aspek keterampilan dan kecakapan hidup yang ada pada peserta didik diabaikan. Akibatnya ketika mereka kembali ke tengah-tengah masyarakat, mereka tidak mampu menghadapi permasalahan yang ada di masyarakat. Oleh karena itulah berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi kelemahan pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang saat ini digulirkan pemerintah adalah penerapan kurikulum 2004 yang menggunakan pendekatan standar kompetensi. Kurikulum 2004 yang banyak dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan
19
tantangan bagi tenaga pendidik dan peserta didik yaitu tantangan terhadap standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik mencakup kemampuan berpikir, kemampuan gerak psikomotor, dan kemampuan terkait dengan kepribadian, sehingga hasil belajar peserta didik harus mencakup ketiga aspek kemampuan tersebut. Untuk itu pembelajaran yang terjadi harus mencakup ketiga aspek tersebut. Demikian pula sistem penilaiannya harus mencakup ketiga aspek kemampuan tersebut (Mardapi, 2004). Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik mengajar lebih baik dan peserta didik belajar lebih baik, atau dengan kata lain mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh sebab itu, tenaga pendidik harus benar-benar memahami sistem penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar peserta didik agar dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara akurat. Selama ini fenomena yang ada di lapangan, penilaian hanya dilakukan untuk menilai kemampuan kognitif peserta didik saja. Alat penilaian yang digunakan pun sangat terbatas. Para peserta didik umumnya belajar hanya pada saat menjelang ulangan harian atau pada saat ujian
saja. Jarang mereka
mempersiapkan diri untuk menghadapi pembelajaran biasa, sehingga proses pembelajaran sering terjadi satu arah. Guru menjelaskan dan peserta didik hanya mendengarkan. Demikian pula dengan guru. Mereka umumnya melakukan penilaian pada saat tertentu saja, misalnya pada saat ulangan harian atau ujian. Hal ini terjadi hampir pada setiap mata pelajaran termasuk pada mata pelajaran Akuntansi.
20
Sistem seperti ini jelas tidak dapat memenuhi tuntutan pembelajaran yang berorientasi masa depan yang penuh dengan masalah dan tantangan. Keberhasilan atau kegagalan peserta didik tidak dapat diukur hanya pada saat tertentu dan pada satu aspek kemampuan saja, namun harus dinilai secara komprehensif dan berkelanjutan (Suhito, 2002). Pada kurikulum 2004, mata pelajaran Akuntansi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diberikan secara terpisah dengan mata pelajaran Ekonomi. Namun mata pelajaran Akuntansi ini merupakan bagian dari mata pelajaran Ekonomi. Mata pelajaran Akuntansi tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat. 2. materi Akuntansi berupa pokok-pokok bahasan dari pengertian secara umum, pencatatan transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan baik perusahaan jasa, dagang, maupun koperasi sampai pada analisis laporan keuangan tersebut. 3. pokok-pokok bahasan tersebut diurutkan sesuai dengan sekuensial proses akuntansi dari bukti transaksi sampai menjadi laporan keuangan. (Depdiknas, 2002: 3). Untuk mempelajari Akuntansi dibutuhkan logika berpikir kreatif dan keterampilan berhitung yang baik. Oleh karena itu dalam mempelajari Akuntansi tidak bisa dilakukan hanya pada saat menjelang ulangan harian atau ujian saja. Apalagi materi Akuntansi saling berurutan dan berkaitan antara satu dengan yang
21
lainnya. Peserta didik harus berpikir secara komprehensif dan menyeluruh dalam mempelajari mata pelajaran ini. Dalam menilai hasil belajar mata pelajaran Akuntansi tidak dapat menggunakan satu teknik penilaian saja. Sebab hal itu tidak dapat menilai kemampuan
peserta
didik
secara
keseluruhan,
dan
juga
tidak
dapat
menggambarkan kemampuan peserta didik secara akurat. Oleh karena itu, penilaian mata pelajaran Akuntansi dapat dilaksanakan pada saat proses pembelajaran di kelas dan pada saat kegiatan penilaian yang khusus direncanakan, misalnya pada saat ulangan harian, dengan menggunakan berbagai bentuk tagihan berupa pertanyaan lisan, pertanyaan tertulis, kuis, tugas rumah, ulangan harian, tugas individual, tugas kelompok, portofolio, dan tes semester. Penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pen tes). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan level pencapaian prestasi siswa (Sudjoko, 2002). Dari uraian tersebut, peneliti mencoba meneliti sejauhmana pemahaman guru terhadap penilain dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-Kabupaten Pati yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran tersebut.
22
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Sesuai
dengan latar belakang obyek penelitian yaitu penilaian dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, maka terdapat masalah yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu: a) pada kurikulum 2004 sistem penilaian yang digunakan berbeda dengan sistem penilaian pada kurikulum 1994. Sehubungan dengan hal tersebut maka dibutuhkan pemahaman guru yang benar mengenai penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tersebut, b) banyak Guru Akuntansi yang masih menggunakan metode konvensional dalam menilai hasil belajar siswa, c) belum adanya suatu penelitian yang mengungkap tentang pemahaman Guru Akuntansi terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang hendak diteliti adalah: “Bagaimana pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri se-Kabupaten Pati?” C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-Kabupaten Pati. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Konsep-konsep yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan masukan yang berharga bagi dunia pendidikan khususnya bidang penilaian pembelajaran.
23
b. Hasil-hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti bidang pendidikan. c. Memberi rekomendasi kepada para peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis atau melanjutkan penelitian tersebut secara lebih luas, intensif, dan mendalam. 2. Manfaat praktis a. Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah, terutama dalam penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. b. Bagi guru dan calon guru, dapat dijadikan acuan dalam penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
24
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penilaian 1. Pengertian Penilaian Penilaian sering disamakan artinya dengan evaluasi. Sebenarnya istilah penilaian adalah alih bahasa dari istilah assesment, bukan alih bahasa dari istilah evaluation
(evaluasi).
evaluasi/evaluation)
Kedua
sebenarnya
istilah memiliki
ini
(penilaian/assesment
persamaan
dan
dan
perbedaan.
Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya. Penilaian (assesment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya hanya dilaksanakan secara internal yakni oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem yang bersangkutan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya terhadap suatu program baik level terbatas maupun pada level yang lebih luas (Santoso, 2004). Penilaian adalah kegiatan menafsirkan hasil pengukuran, misalnya tinggi, rendah, baik, buruk, indah, jelek, lulus, dan belum lulus, dan sejenisnya. Penilaian juga didefinisikan sebagai kegiatan yang menggunakan berbagai metode, menentukan performen individu atau kelompok (TGAT, 1987 dalam Mardapi, 2004). Menurut Schwart dalam Hamalik (2002: 203) penilaian adalah program memberikan pendapat dan menentukan arti atau faedah suatu pengalaman.
7
25
Menurut Kourilski dalam Hamalik (2001: 147) ada tiga istilah yang saling berkaitan yang digunakan dalam rangka penilaian, yakni: evaluasi, pengukuran (measurement), dan assesment. Evaluasi adalah the act of determining the degree to wich an individual or group process a certain attribute (tindakan tentang penerapan derajat penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok). Pengukuran (measurement) berkenaan dengan pengumpulan data deskriptif tentang produk siswa dan/atau tingkah laku siswa, dan hubungannya dengan standar prestasi atau norma. Sedangkan assesment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional (Hamalik, 2001: 145-147). Dari uraian di atas, dapat diambil simpulan bahwa penilaian berbeda dari pengukuran dan evaluasi. Penilaian adalah kegiatan menafsirkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap siswa untuk ditentukan pencapaian hasil belajar siswa tersebut. 2. Fungsi dan Tujuan Penilaian Sedangkan fungsi penilaian bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah sebagai berikut: a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan perilakunya. b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya. c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai.
26
d. Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi. (Cronbach, 1954 dalam Hamalik, 2002: 204). Adapun tujuan penilaian tidak hanya memberikan dasar pemberian angka atas hasil belajar siswa. Program penilaian hasil belajar bertujuan untuk: a. memberikan informasi tentang kemajuan individu siswa dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar sehubungan dengan kegiatan-kegiatan belajar yang telah dilakukannya. b. memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatankegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing individu siswa maupun terhadap kelas. c. memberikan informasi yang dapat digunakan oleh guru dan oleh siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya, dan untuk melaksanakan kegiatan remedial/perbaikan. d. mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mereka mengenal kemajuan sendiri dan merangsangnya untuk melakukan usaha perbaikan. e. memberikan informasi tentang semua aspek kemajuan setiap siswa, dan pada gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara efektif menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang bulat. f. memberikan bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat, dan kesanggupannya. (Hamalik, 2002: 204 – 205).
27
3. Asas-asas Penilaian William R. Lucck dalam Hamalik (2002: 205-206), mengemukakan bahwa penilaian harus berdasarkan asas-asas sebagai berikut: a. penilaian bersifat kuantitas atau kualitas. Penilaian kualitatif dan kuantitatif berkenaan dengan mutu hasil belajar. Penilaian kuantitatif berkenaan dengan banyaknya materi yang telah dipelajari. b. penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan. Penilaian dilakukan sejak awal proses belajar dilanjutkan sepanjang proses berlangsung, dan diakhiri pada akhir pembelajaran. Bahkan penilaian juga dilaksanakan pada tingkat pasca pembelajaran. Kesinambungan pembelajaran disesuaikan dengan luasnya aspek-aspek yang dinilai. Kesinambungan berarti penilaian itu dilakukan setiap saat dan dimana saja berdasarkan kebutuhan dan minat siswa selama perkembangannya dalam berbagai situasi kehidupan. c. penilaian bersifat keseluruhan. Penilaian dilakukan terhadap keseluruhan aspek pribadi siswa yang mencakup aspek-aspek intelektual, hubungan sosial, sikap, watak, sifat kepemimpinan, hubungan personal-sosial, moral tanggung jawab, dan semua aktivitasnya, baik di dalam maupun di luar sekolah. d. penilaian bersifat obyektif. Penilaian ditujukan ke arah pemeriksaan perkembangan dan kemajuan siswa dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan belajar. Penilaian diberikan sebagaimana adanya siswa, tidak dipengaruhi oleh unsur-unsur emosi, hubungan sosial tertentu atau sikap guru terhadap siswa. Pendeknya, subyektivitas guru tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian.
28
e. penilaian bersifat kooperatif. Kegiatan penilaian adalah tanggung jawab bersama, baik para guru, orang tua, siswa, maupun masyarakat. Jadi, penilaian itu merupakan hasil kerja sama antara semua pihak yang terkait, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Sementara
Mehl-Mills
Douglas
dalam
Hamalik
(2002:
206)
mengemukakan tujuh asas penilaian sebagai berikut: a. penilaian harus dilakukan dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan pengajaran, yakni tujuan-tujuan siswa, tujuan unit, dan tujuan pelajaran harian. b. Penilaian harus dilakukan terhadap hasil belajar sejak siswa melakukan kegiatan belajarnya sampai akhir pelajaran. c. penilaian bertalian dengan latar belakang dan potensi-potensi dalam diri individu siswa. Siswa yang superior, yang memiliki latar belakang yang baik, akan maju lebih cepat dan lebih baik untuk mencapai tujuan instruksional. d. penilaian berlangsung secara terus menerus sepanjang situasi belajar. Penilaian direncanakan oleh guru dan siswa dan dilaksanakan secara berkesinambungan terhadap kelompok dan individu siswa. e. teknik dan alat penilaian yang digunakan harus disusun seobyektif mungkin kendatipun mungkin segi subyektivitas tidak dapat dihindari. f. penilaian sendiri oleh siswa perlu sebagaimana halnya penilaian oleh guru. Dalam batas-batas tertentu banyak hal yang dapat diungkapkan sendiri oleh masing-masing
individu
siswa
yang
bermanfaat
keberhasilan belajar mereka. Penilaian bersifat konstruktif.
untuk
menentukan
29
g. Penilaian dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan serta membentuk peningkatan kemajuan siswa. 4. Penilaian Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Landasan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah berkelanjutan, akurat, dan konsisten sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, peta kemajuan belajar siswa, dan pelaporannya kepada orang tua dan masyarakat (Nurhadi, 2004: 162). Penilaian yang dilakukan mencakup semua hasil belajar peserta didik, yaitu kemampuan kognitif atau berpikir, kemampuan psikomotor atau kemampuan praktek, dan kemampuan afektif (Mardapi, 2004: 8). Siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Prinsip utama penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapi juga menilai apa yang dilakukan siswa. Penilaian itu mengutamakan kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan tugas (Nurhadi, 2004: 172). Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan pada kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik. Kompetensi dasar yang dimiliki peserta didik dibandingkan dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil penilaian pada Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah lulus atau belum lulus. Lulus berarti peserta didik memiliki kompetensi dasar, yaitu sama atau lebih tinggi dari standar atau kriteria. Peserta didik yang belum lulus berarti kemampuan yang dimiliki belum mencapai standar, sehingga
30
harus mengikuti remedi, yaitu belajar lagi dan kemudian diberi ujian lagi (Mardapi, 2004: 10). Jenis-jenis penilaian yang diterapkan sekolah dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi antara lain adalah: 1. penilaian kelas Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar
siswa,
mendiagnosa
kesulitan
belajar,
memberikan
umpan
balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Penilaian kelas terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas, dan ulangan umum. Bahan penilaian kelas dikembangkan berdasarkan pada kurikulum dan dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan. 2. tes kemampuan dasar Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan dasar dilakukan setiap tahun. 3. penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapaatkan gambaran secara utuh pencapaian ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.
31
4. benchmarking Benchmarking merupakan suatu penilaian terhadap proses dan hasil untuk menuju ke suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah atau nasional. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga siswa dapat mencapai satu tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletannya. Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penialaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. Hasil dari penilaian tersebut dapat dipakai untuk memberikan peringkat sekolah dan tidak untuk memberikan nilai akhir siswa. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah. 5. penilaian program penilaian program dilakukan secara berkala dan terus menerus oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. (Nurhadi, 2004: 162-163). Menurut Nurhadi (2004: 163), untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar, Kurikulum Berbasis Kompetensi menggunakan pendekatan penilaian berbasis kelas.
32
Penilaian berbasis kelas ini merupakan nama lain dari penilaian otentik. Penilaian otentik lebih dikenal dalam kajian penilaian pendidikan. Hakikat keduanya sama. Landasan teoritis penilaian berbasis kelas terangkum dalam pengembangan penilaian otentik (Nurhadi, 2004: 167). Sedangkan salah satu prosedur dalam penilaian berbasis kelas adalah penilaian portofolio. Penilaian portofolio digunakan dalam penilaian berbasis kelas sebab penilaian tersebut memenuhi kriteria dari salah satu prinsip dalam penilaian berbasis kelas yaitu penilaian harus dilakukan secara komprehensif, adil, dan berkesinambungan (Nurhadi, 2004: 167).
B. Penilaian Berbasis Kelas 1. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas Penilaian berbasis kelas merupakan salah satu komponen dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Santoso, 2003). Menurut Nurhadi (2004: 165), untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar, Kurikulum Berbasis Kompetensi menggunakan pendekatan penilaian berbasis kelas. Pendekatan penilaian berbasis kelas adalah pendekatan penilaian yang lebih menitikberatkan pada penilaian yang sebenarnya,
yaitu
penilaian
sebagai
pembelajaran. Sedangkan Depdiknas
‘alat
pembelajaran’
bukan
tujuan
(2003) mengemukakan bahwa penilaian
berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan “mengukur apa yang hendak diukur” dari siswa.
33
Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasilhasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Penilaian berbasis kelas mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan (Santoso, 2004). Penilaian berbasis kelas harus memperhatikan tiga ranah yaitu pengetahuan (cognitive), sikap (affective), dan keterampilan (psychomotoric). Ketiga ranah tersebut sebaiknya dinilai secara proporsional yang disesuaikan dengan sifat mata pelajaran yang bersangkutan (Santoso, 2003). Penilaian berbasis kelas menggunakan arti penilaian sebagai assesment yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Data atau informasi selama dari penilaian berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan (Santoso, 2004). Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus untuk penilaian aspek sikap atau nilai dengan tes atau non tes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar (di awal, tengah, dan akhir). Bila informasi
34
tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dalam jumlah yang memadai, maka guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa. a. apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah ditetapkan b. apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tingkat lebih lanjut c. apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu d. apakah siswa perlu memperoleh cara lain sebagai pendalaman e. apakah siswa perlu menerima pengayaan serta pengayaan apa yang perlu diberikan f. apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran, pemilihan bahan atau buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai (Santoso, 2004). Selanjutnya penilaian berbasis kelas ini diarahkan pada empat hal berikut: a. menelusuri agar proses pembelajaran anak tetap sesuai rencana b. mengecek apakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran c. mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran d. menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum Dari uraian di atas, dapat diambil simpulan bahwa penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar, sehingga penilaian ini berperan sebagai alat pembelajaran dan dapat menilai apa yang seharusnya dinilai.
35
2. Fungsi dan Tujuan Penilaian Berbasis Kelas Sebagaimana penilaian pada umumnya, penilaian berbasis kelas berfungsi untuk membantu: a. siswa dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju b. siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya c. guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah memadai d. guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi (Cronbach, 1954 dalam Hamalik, 2002: 204). Sedangkan penilaian berbasis kelas bertujuan untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa serta memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Adapun tujuan utama dari penilaian berbasis kelas adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dasar peserta didik (Mardapi, 2004: 15). Secara rinci tujuan penilaian berbasis kelas (sebagaimana tujuan dari penilaian pada umumnya) adalah untuk memberikan: a. informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya. b. informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa maupun terhadap siswa seluruh kelas.
36
c. informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, menetapkan tingkat kesulitan atau kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan. d. motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan. e. informasi semua aspek kemajuan setiap siswa dan pada gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh. f. bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya. (Hamalik, 2002: 204 - 205). Menurut Martono (2004), tujuan penilaian adalah sebagai berikut: a. menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu. b. menentukan kebutuhan pembelajaran. c. membantu dan mendorong siswa. d. membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik. e. menentukan strategi pembelajaran. f. akuntabilitas lembaga. g. meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas Sebagaimana penilaian pada umumnya, secara umum prinsip-prinsip penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut: a. valid
37
Penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, tepat atau sahih. Sebagai contoh apakah dalam pelaksanaan kurikulum digunakan pendekatan salah satu obyek yang dinilai. Ketika merencanakan penilaian, guru memerlukan jaminan bahwa semua kegiatan telah berorientasi pada uasaha untuk menyediakan informasi yang relevan dengan kompetensi dasar. b. mendidik Penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi siswa yang kurang berhasil. c. berorientasi pada kompetensi Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi dasar yang dimaksud dalam kurikulum. d. adil dan obyektif Penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar. Obyektivitas penilaian tergantung dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana kriteria untuk skoring dan pembuatan keputusan pencapaian hasil belajar. Suatu tugas harus adil dan obyektif untuk laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang budaya yang berbeda, menggunakan bahasa yang dapat dipahami serta mempunyai kriteria yang jelas dalam membuat keputusan atau menerapkan angka atau nilai.
38
e. terbuka Kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan
tentang
keberhasilan
siswa
jelas
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan. f.
berkesinambungan Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa. Hasil penilaian perlu dianalisis dan ditindaklanjuti. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran.
g. menyeluruh Penilaian terhadap hasil belajar siswa harus dilaksanakan menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif serta berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa. Penilaian terhadap hasil belajar siswa meliputi aspek pengetahuan, sikap dan nilai, dan keterampilan, serta materi secara representatif sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan baik. e. bermakna Penilaian hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihakpihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat, dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan. (Santoso, 2004). Menurut Nurhadi (2004: 166-167), prinsip-prinsip yang digunakan dalam penilaian berbasis kelas antara lain:
39
a. penilaian berorientasi pada pencapaian kompetensi. b. guru menilai apa yang seharusnya dinilai, bukan melulu menilai pengetahuan siswa. c. proses penilaian berlangsung secara terus menerus. d. penilaian dilaksanakan secara berkelanjutan dan mencakup semua aspek. e. menilai dengan berbagai cara dan berbagai sumber. f. mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. g. mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman. h. isi, perintah, dan tugas-tugas yang berhubungan dengan penilaian bersifat kontekstual dan relevan. i. proses dan produk kedua-duanya dapat diukur. Menurut Depdiknas (2003: 12), prinsip-prinsip penilaian berbasis kelas antara lain: a. penilaian dilakukan oleh guru dan siswa Hal ini perlu dilakukan bersama karena hanya guru yang bersangkutan yang paling tahu tingkat pencapaian belajar siswa yang diajarnya. Selain itu siswa yang telah diberitahu oleh guru tersebut bentuk/cara penilaiannya akan berusaha meningkatkan prestasinya sesuai dengan kemampuannya. b. tidak terpisah dari kegiatan belajar mengajar c. menggunakan acuan patokan d. menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan non tes), kompetensi siswa secara komprehensif e. berorientasi pada kompetensi f. valid
mencerminkan
40
g. adil h. terbuka i. berkesinambungan j. bermakna k. mendidik 4. Manfaat Penilaian Berbasis Kelas Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian yang dirancang khusus untuk menilai kemampuan siswa, sehingga penilaian berbasis kelas ini sangat bermanfaat sebagai: a. umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya. b. memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya. c. memberikan
masukan
kepada
guru
untuk
memperbaiki
program
pembelajarannya di kelas. d. memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda. e. memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. Adapun manfaat lain dari penilaian berbasis kelas ini adalah sebagai: a) diagnosis hasil belajar siswa, siswa yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan siswa normal dalam mencapai kemampuan dasar yang
41
telah ditetapkan dalam kurikulum harus diberi bantuan untuk mencapai kemampuan dasar tersebut. Penilaian berguna untuk mendeteksi kebutuhan siswa yang membutuhkan bantuan remediasi atau pengayaan. b) prediksi masa depan siswa, penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk mengetahui aspek-aspek mana siswa menonjol, berbakat, dengan melihat indikator keunggulannya. Kemajuan hasil belajar siswa dari guru mata pelajaran dikirim ke guru bimbingan dan penyuluhan untuk dianalisis lebih lanjut bakat dan minatnya yang dapat dijadikan dasar untuk pengembangan siswa dalam memilih jenjang profesi/karier di masa depan. c) seleksi dan sertifikasi, penilain berguna sebagai dasar untuk penentuan promosi (kenaikan kelas) dan sertifikasi bagi siswa yang menamatkan pendidikannya. Penentuan promosi (kenaikan kelas) didasarkan pada kriteria kenaikan kelas. Komponen kriteria kenaikan kelas didasarkan pada aspek ketercapaian kompetensi dasar mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Siswa yang dinyatakan naik kelas adalah siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memadai pada tingkatan kelas itu yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah menyelesaikan aspek atau sub aspek mata-mata pelajaran pada tingkatan kelas tertentu. d) umpan balik kegiatan belajar mengajar dan kurikulum sekolah, penilaian berupa catatan kemajuan belajar siswa secara keseluruhan dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru untuk mengevaluasi program-program pembelajaran yang telah disusun dan direvisi untuk kepentingan pembelajaran yang akan datang. Bagi sekolah/penanggung jawab kurikulum, catatan kemajuan dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi kurikulum sekolah yang telah dilaksanakan dan menyempurnakannya agar lebih sesuai dengan kurikulum nasional dan aspirasi masyarakat. (Santoso, 2004).
5. Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas Penilaian berbasis kelas dilaksanakan secara terus menerus dan berkala. Terus menerus berarti penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung,
sedangkan
berkala
berarti
penilaian
dilaksanakan
setelah
mempelajari satu kompetensi, pada akhir jenjang satuan pendidikan dan setiap akhir semester. Dalam penilaian, guru harus: a. memandang penilaian sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran.
42
b. mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat proses penilaian sebagai kegiatan refleksi (bercermin diri dari pengalaman belajar). c. melakukan berbagai strategi penilaian dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar siswa. d. mengakomodasi kebutuhan siswa. e. mengembangkan sistem pencatatan yang menyediakan cara yang bervariasi dalam melaksanakan pengamatan belajar siswa. f. menggunakan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan tentang tingkat pencapaian siswa. (Santoso, 2003). Secara khusus dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas senantiasa harus memegang prinsip-prinsip sebagai berikut: a.
apapun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta mendemonstrasikan kemampuannya. Implikasi dari prinsip ini adalah sebagai berikut: 1. pelaksanaan penilaian berbasis kelas hendaknya dalam suasana yang bersahabat dan tidak mengancam. 2. semua siswa mempunyai kesempatan dan perlakuan yang sama dalam menerima program pembelajaran sebelumnya dan selama proses penilaian. 3. siswa memahami secara jelas apa yang dimaksud dalam penilaian berbasis kelas. 4. kriteria untuk membuat keputusan atas hasil penilaian berbasis kelas hendaknya disepakati dengan siswa dan orang tua atau wali.
43
b. setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian berbasis kelas dan pencatatan secara tepat. Implikasi dari prinsip ini adalah: 1.
prosedur penilaian berbasis kelas harus dapat diterima oleh guru dan dipahami secara jelas.
2. prosedur penilaian berbasis kelas dan catatan harian hasil belajar siswa hendaknya mudah dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar dan tidak harus mengambil waktu yang berlebihan. 3. catatan harian harus mudah dibuat, jelas, mudah dipahami, dan bermanfaat untuk perencanaan pembelajaran. 4. informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar siswa dengan berbagai cara harus digunakan sebagaimana mestinya. 5. penilaian
pencapaian
belajar
siswa
yang
bersifat
positif
untuk
pembelajaran selanjutnya perlu direncanakan oleh guru dan siswa. 6. klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga siswa mendapatkan bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya. 7. hasil penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan pencapain belajar siswa. 8. penilaian semua aspek yang bekaitan dengan pembelajaran misalnya efektivitas kegiatan belajar mengajar dan kurikulum perlu dilaksanakan. 9. peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman dan membandingkan metode dan hasil penilaian perlu dipertimbangkan. 10. pelaporan penampilan siswa kepada orang tua atau wali dan atasannya (kepala sekolah, kepala dinas, dan instansi lain yang terkait) harus dilaksanakan. (Santoso, 2004).
44
C. Penilaian Otentik 1. Pengertian Penilaian Otentik Sesuai dengan karakteristiknya penerapan kurikulum 2004 diiringi oleh sistem penilaian sebenarnya, yaitu penilaian berbasis kelas. Pendekatan penilaian itu disebut penilaian yang sebenarnya atau penilaian otentik (authentic assesment) (Nurhadi, 2004: 168). Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172). Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses
pengumpulan
berbagai
data
yang
bisa
memberikan
gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran
dengan
benar.
Apabila
data
yang
dikumpulkan
guru
mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN), tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168).
45
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran (Nurhadi, 2004: 168). 2. Karakteristik Penilaian Otentik Beberapa karakteristik penilaian otentik adalah sebagai berikut: a. penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran. b. penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata. c. menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. d. penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran. (Santoso, 2004). Sedangkan Nurhadi mengemukakan bahwa karakteristik authentic assesment adalah sebagai berikut: a. melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience) b. dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung c. mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi d. yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta e. berkesinambungan f. terintegrasi g. dapat digunakan sebagai umpan balik
46
h. kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas (Nurhadi, 2004: 173). 3. Tujuan & Prinsip-prinsip Penilaian Otentik Tujuan penilaian otentik itu sendiri adalah untuk: 1) menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu, 2) menentukan kebutuhan pembelajaran, 3) membantu dan mendorong siswa, 4) membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik, 5) menentukan strategi pembelajaran, 6) akuntabilitas lembaga, dan 7) meningkatkan kualitas pendidikan (Santoso, 2004). Sedangkan prinsip dari penilaian otentik adalah sebagai berikut: a. Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. b. Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. c. Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran. d. Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. (Santoso, 2004). 5. Pelaksanaan Penilaian Otentik Pada pelaksanaannya penilaian otentik ini dapat menggunakan berbagai jenis penilaian diantaranya adalah: 1) tes standar prestasi, 2) tes buatan guru, 3) catatan kegiatan, 4) catatan anekdot, 5) skala sikap, 6) catatan tindakan, 7) konsep
47
pekerjaan, 8) tugas individu, 9) tugas kelompok atau kelas, 10) diskusi, 11) wawancara, 12) catatan pengamatan, 13) peta perilaku, 14) portofolio, 15) kuesioner, dan 16) pengukuran sosiometri (Santoso, 2004). Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa menurut Nurhadi (2004: 174) adalah sebagai berikut: a. proyek/kegiatan dan laporannya b. hasil tes tulis (ulangan harian, semester, atau akhir jenjang pendidikan) c. portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun) d. pekerjaan rumah e. kuis f. karya siswa g. presentasi atau penampilan siswa h. demonstrasi i. laporan j. jurnal k. karya tulis l. kelompok diskusi m. wawancara Berikut adalah bagan penilaian otentik yang mendasari pelaksanaan Kurikulum 2004:
Bagan 1 Penilaian Otentik yang Mendasari Pelaksanaan Kurikulum 2004
48
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
Proses dan produk dapat diukur keduaduanya
Memasyarakat kan penetapan pengetahuan atau keterampilan
Authentic Assesment
Tugas-tugas yang kontekstual dan relevan
Penilaian produk atau kinerja
(Nurhadi, 2004: 173).
D. Penilaian Portofolio 1. Pengertian Penilaian Portofolio Penilaian yang benar tidak hanya dilakukan sesaat, tetapi berkala dan berkesinambungan. Penilaian bukan hanya menilai secara parsial, melainkan menyeluruh, meliputi proses, hasil perkembangan, wawasan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dicapai siswa. Atas dasar itu sistem penilaian berbasis portofolio (portfolio based assesment) dikembangkan. Penilaian ini adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya (Nurhadi, 2004: 174-175).
49
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan proses kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum (Depdiknas, 2003: 3). Menurut Budimansyah (2003: 4), istilah portofolio mempunyai tiga pengertian, yaitu: a. sebagai wujud benda fisik adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre-tes), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test), dan sebagainya. b. sebagai suatu proses sosial-pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta dididik yang berwujud pengetahuan (cognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). c. sebagai suatu adjective, portofolio sering kali disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep pembelajaran dan penilaian. Jika disandingkan dengan konsep pembelajaran maka dikenal istilah pembelajaran berbasis portofolio (portfolio based learning), sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian maka dikenal istilah penilaian berbasis portofolio (portfolio based assesment). Jika digambarkan dalam bagan adalah sebagai berikut:
50
Bagan 2 Pengertian Istilah dari Portofolio Sebagai benda fisik
Portofolio
bundel
Sebagai suatu proses sosial pedagogis Pembelajaran portofolio Sebagai adjective Penilaian portofolio
(Budimansyah, 2003: 4). Dari uraian di atas, dapat diambil simpulan bahwa penilaian berbasis portofolio adalah kegiatan penilaian dengan menggunakan metode pengumpulan informasi atau data yang sistematis atas hasil pekerjaan siswa. 2. Fungsi dan Tujuan Penilaian Portofolio Fungsi penilaian berbasis portofolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan (progress) tentang kompetensi yang telah dicapai dan mendiagnosis kesulitan belajar dan lain-lain (bagi guru, siswa, dan orang tua). Penilaian berbasis portofolio sangat efektif untuk proses perbaikan dan penyempurnaan kegiatan pembelajaran dan dapat memberikan umpan balik (Depdiknas, 2004). Sedangkan tujuan dari penilaian berbasis portofolio adalah untuk mendokumentasikan semua hasil belajar siswa dalam sebuah bundel (portofolio). Semua catatan dan dokumen tadi dianalisis untuk membuat nilai rapor siswa (Nurhadi, 2004: 176).
51
3. Manfaat Penilaian Portofolio Penilaian portofolio yang didesain secara baik memberikan manfaat sebagai berikut: a. guru dapat menilai perkembangan dan kemajuan siswa b. guru dan wali murid dapat berkomunikasi tentang pekerjaan siswa c. siswa dapat menjadi partner dalam proses penilaian d. siswa dapat menemukan bakat dan kemampuannya e. penilaian tersebut obyektif f. meningkatkan interaksi siswa dengan guru untuk mencapai tujuan g. menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, mempunyai kebanggaan (pride), rasa memiliki (ownership), dan menumbuhkan kepercayaan diri (self confidence/self esteem) h. mencapai ketuntasan belajar i. guru bersama pengawas dapat mengevaluasi program pengajaran j. meningkatkan profesionalisme guru (Nurhadi, 2004: 178). 4. Kelebihan Penilaian Portofolio Penilaian berbasis portofolio memiliki beberapa kelebihan, yaitu: a. portofolio menyajikan atau memberikan “bukti” yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas b. portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik c. portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa d. portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa
52
e. penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas f. penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa g. portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar h. portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa i. portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran j. portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan k. portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan (Depdiknas, 2003: 7). 5. Kelemahan Penilaian Portofolio Penggunaan portofolio juga memiliki kelemahan atau menghadapi kesulitan. Kelemahan atau kesulitan itu, antara lain: a. penggunaan
portofolio
tergantung
pada
kemampuan
siswa
dalam
menyampaikan uraian secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia, penggunaan portofolio akan merupakan beban tambahan yang memberatkan sebagian besar siswa. b. penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari guru untuk melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya besar. (Depdiknas, 2003: 7).
53
Oleh karena itu, portofolio yang ditugaskan untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu yang tersedia bagi guru untuk membacanya (Depdiknas, 2003: 8). 6. Perbedaan Penilaian Berbasis Portofolio dengan Penilaian Berbasis Tes Penilaian berbasis portofolio sangat berbeda dari penilaian berbasis tes. Adapun perbedaannya antara lain: Tabel 1 Tabel Perbedaan Penilaian Berbasis Portofolio dengan Penilaian Berbasis Tes PORTOFOLIO TES 1. Penilaian berdasarkan seluruh tugas dan 1. Penilaian berdasarkan sejumlah hasil kerja yang berkaitan dengan kinerja tugas yang terbatas yang dinilai 2. Siswa turut menilai perkembangan yang 2. Hanya guru yang menilai berlangsung selama proses pembelajaran berdasarkan yang terbatas 3. Penilaian diri oleh siswa menjadi tujuan 3. Penilaian diri oleh siswa bukan merupakan tujuan 4. Menilai setiap siswa berdasarkan 4. Menilai semua siswa dengan pencapaian masing-masing dengan menggunakan satu criteria mempertimbangkan perbedaan sosial 5. Penilaian melibatkan guru, siswa, orang 5. Proses penilaian tidak kolaboratif tua 6. Penilaian mencakup kemajuan, usaha, 6. Penilaian hanya memperlihatkan dan pencapaian hasil akhir 7. Penilaian, pengajaran, dan pembelajaran 7. Pembelajaran, testing, dan terkait erat pengajaran terpisah (Nurhadi, 2004: 177-178). 7. Pelaksanaan Penilaian Berbasis Portofolio Penilaian terdiri atas langkah-langkah pengamatan, pencatatan, penganalisisan, dan penarikan kesimpulan. Pengamatan dilakukan terhadap hasil tes, perilaku siswa sehari-hari, pengerjaan tugas-tugas, dan aktivitas di luar sekolah. Hasil pengamatan tersebut kemudian dicatat. a. hasil tes dicatat pada portofolio masing-masing siswa (format nilai tes tulis)
54
b. tugas-tugas terstruktur dicatat pada portofolio masing-msing siswa (format tugas terstruktur) c. perilaku sehari-hari dicatat pada portofolio masing-masing siswa (format perilaku harian) d. aktivitas di luar sekolah yang menunjang belajar dicatat pada portofolio masing-masing siswa (format aktivitas di luar sekolah) Catatan tersebut dianalisis secara berkala, kemudian diberi nilai dan komentar. Terakhir, guru menarik kesimpulan tentang nilai akhir masing-masing siswa berdasarkan semua indikator yang ada (Nurhadi, 2004: 182).
E. Mata Pelajaran Akuntansi Di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1. Karakteristik Mata Pelajaran Akuntansi Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga halnya dengan mata pelajaran Akuntansi. Mata pelajaran Akuntansi memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat. b. materi Akuntansi berupa pokok-pokok bahasan dari pengertian secara umum, pencatatan transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan baik perusahaan jasa, dagang, maupun koperasi sampai pada analisis laporan keuangan tersebut. c. pokok-pokok bahasan tersebut diurutkan sesuai dengan sekuensial proses akuntansi dari bukti transaksi sampai menjadi laporan keuangan. (Depdiknas, 2002: 3).
55
2. Pengertian Akuntansi Dalam buku A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT), Akuntansi diartikan sebagai berikut: “Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.” (Syafri, 2003: 4). Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 mendefinisikan Akuntansi sebagai berikut: “Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif.” (Syafri, 2003: 5). Sedangkan beberapa ahli akuntansi (Belkoui, 1981; Hendrikson, 1982; Sudibyo, 1987; dan Suwardjono, 1989) menyatakan bahwa akuntansi bukanlah ilmu tetapi teknologi. Hal ini disebabkan adanya unsur-unsur judgement dan tujuan tertentu yang terlibat dalam proses akuntansi. Karena itu, akuntansi tidak memiliki struktur keilmuan, yang ada adalah perekayasaan informasi dan pengendalian keuangan. Dengan demikian, yang dipelajari dalam akuntansi adalah perekayasaan transaksi keuangan dan pengendaliannya sehingga menghasilkan laporan keuangan. Proses perekayasaan akuntansi dapat dilihat pada gambar berikut:
56
Gambar 1 Perekayasaan Akuntansi Faktor lingkungan (sosial, budaya, ekonomi, dan politik) Tujuan pelaporan
Konsep dasar
Prinsip Akuntansi yang Diterima Umum Standar Akuntansi, Tradisi/Konvensi dan Praktik yang lazim
Praktik (Prosedur, Metode, Teknik) (Depdiknas, 2002: 4) 3. Materi Pembelajaran Akuntansi Di SMA Secara garis besar akuntansi dibagi menjadi Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen. Akuntansi Keuangan menghasilkan informasi keuangan, berwujud laporan keuangan, yang terutama ditujukan kepada pihak ekstern perusahaan, sedangkan Akuntansi Manajemen menghasilkan informasi keuangan yang terutama ditujukan kepada pihak intern perusahaan. Dari kedua pembagian Akuntansi tersebut, yang merupakan bahan ajar bagi siswa SMA lebih banyak mengarah kepada Akuntansi Keuangan, sedangkan Akuntansi Manajemen baru sedikit diperkenalkan, yaitu tentang perhitungan harga pokok. Lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:
57
Gambar 2 Materi Pelajaran Akuntansi di SMA STRUKTUR AKUNTANSI ILMU EKONOMI
EKONOMI FUNDAMENTAL
MIKRO EKONOMI
MAKRO EKONOMI
MANAJEMEN (EKONOMI PERUSAHAAN) AKUNTANSI
AKUNTANSI KEUANGAN
AKUNTANSI MANAJEMEN
PENCATATAN, PENGGOLONGAN , DAN PERINGKASAN TRANSAKSI KEUANGAN
COST ACCOUNTING
RESPOSIBILITY ACCOUNTING TRANSFER PRICING
PERUSAH AAN JASA
PERUSAH AAN PERDAGA NGAN
PERUSAH AAN MANUFA KTUR
ANALISIS BEP ABC SYSTEM PENGARUH TEKNOLOGI THD COSTING
LAPORAN KEU: * NERACA * LAPORAN L/R * LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS * LAPORAN ARUS KAS
(Depdiknas, 2002: 6)
58
Bidang yang dibatasi garis putus-putus adalah bahan pembelajaran Akuntansi di SMA. Jika dilihat pada gambar tersebut tampak bahwa tidak seluruh siklus Akuntansi perusahaan manufaktur, masuk dalam bidang tersebut. Hal ini berarti bahwa tidak seluruh siklus itu diajarkan bagi siswa SMA, tetapi cukup dikenalkan dengan bagaimana menghitung harga pokok produksi secara sederhana. Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka standar kompetensi dari pelajaran akuntansi adalah standar standar akuntansi yang harus dikuasai oleh siswa sebagai hasil dari mempelajari akuntansi tersebut. Untuk mata pelajaran Akuntansi di SMA, telah dirumuskan standar kompetensi, sebagai berikut: a. menganalisis sistem informasi, dasar hukum, struktur dasar, siklus akuntansi perusahaan jasa dan dagang. b. menerapkan tahapan siklus akuntansi koperasi, menganalisis laporan keuangan dan metode kuantitatif. (Depdiknas, 2002: 7). Standar kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam kompetensi dasarkompetensi dasar dan indikator pencapaian belajar. Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang secara minimal harus dikuasai siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi (Depdiknas, 2004).
59
Sedangkan indikator pencapaian adalah indikator pencapaian hasil belajar berupa kompetensi dasar yang lebih spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran (Kusmuriyanto, 2005: 11). Untuk kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran Akuntansi di SMA antara lain: 1. Kemampuan menganalisis akuntansi sebagai sistem informasi •
menafsirkan definisi, proses akuntansi dan kualitas informasi akuntansi
•
mengidentifikasi kegunaan informasi akuntansi bagi masing-masing pemakai
•
mengklasifikasi macam-macam bidang spesialisasi akuntansi
•
mendeskripsikan bidang garapan/profesi akuntan
•
mengidentifikasi etika profesi akuntan
2. kemampuan mendeskripsikan dasar hukum dan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) •
mendeskripsikan dasar hukum pelaksanaan akuntansi bagi perusahaan di Indonesia
•
menafsirkan asas accrual basic, cash basic, asas kesatuan usaha, asas going concern, asas pembandingan pengeluaran beban dengan penghasilan (matching concept), dan asas harga perolehan serta implikasinya
•
menguraikan sifat, jenis, tujuan, dan fungsi laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
•
mengklasifikasi unsur-unsur dalam neraca dan laporan laba/rugi
•
mengklasifikasi dan pemberian kode rekening
60
3. kemampuan menerapkan struktur dasar akuntansi • mengidentifikasi sumber pencatatan • menerapkan rumus persamaan akuntansi • menyusun laporan keuangan (laba/rugi, perubahan modal, neraca, dan laporan arus kas) 4. kemampuan menerapkan tahapan siklus akuntansi perusahaan jasa • menafsirkan definisi perusahaan jasa • menguraikan ciri-ciri perusahaan jasa • menganalisis bukti transaksi keuangan/bukti pencatatan • menjurnal transaksi keuangan • memindahbukukan atau posting jurnal ke buku besar • menyusun daftar sisa/neraca sisa • membuat jurnal penyesuaian • membuat kertas kerja • membuat jurnal penutup • memindahbukukan (posting) jurnal penyesuaian dan jurnal penutup ke buku besar • menyusun neraca sisa setelah penutupan • membuat jurnal pembalik • menyusun laporan keuangan 5. kemampuan menerapkan tahapan siklus akuntansi perusahaan dagang • menafsirkan definisi perusahaan dagang • menguraikan ciri-ciri perusahaan dagang
61
• mengklasifikasikan
akun-akun
khusus
yang
hanya
dijumpai
pada
perusahaan dagang • mengidentifikasi metode pencatatan persediaan barang dagang • menganalisis dan mencatat transaksi ke jurnal umum • mencatat transaksi ke jurnal khusus • mencatat transaksi keuangan ke buku besar pembantu • memindahbukukan (memposting) dari jurnal ke buku besar umum • menyusun neraca sisa/daftar sisa • membuat jurnal penyesuaian perusahaan dagang • membuat kertas kerja perusahaan dagang • membuat jurnal penutup • menutup buku besar • membuat neraca sisa setelah penutupan • membuat jurnal pembalik • menghitung harga pokok penjualan • menyusun laporan keuangan 6. kemampuan menerapkan tahapan siklus akuntansi koperasi • mengklasifikasikan modal koperasi • mencatat transaksi keuangan dan modal koperasi dalam jurnal umum atau jurnal khusus • mencatat transaksi keuangan dan modal koperasi pada buku besar pembantu • memindahbukukan (memposting) dari jurnal ke buku besar umum • menyusun neraca sisa/daftar sisa
62
• membuat jurnal penyesuaian perusahaan dagang • membuat kertas kerja perusahaan dagang • membuat jurnal penutup • menutup buku besar • membuat neraca sisa setelah penutupan • membuat jurnal pembalik • menyusun laporan perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU) • membuat pembagian SHU • menyusun laporan arus kas • menyusun laporan neraca 7. kemampuan menganalisis laporan keuangan • menghitung dan menafsirkan rasio likuiditas • menghitung dan menafsirkan rasio solvabilitas • menghitung dan menafsirkan rasio rentabilitas 8. kemampuan menerapkan metode kuantitatif • mengidentifikasi karakteristik bunga tunggal • menghitung bunga tunggal • menghitung bunga wesel • mengidentifikasi karakteristik bunga majemuk • menghitung bunga majemuk • mengidentifikasi karakteristik anuitas • menghitung anuitas • menghitung penyusutan dengan metode garis lurus • menghitung penyusutan dengan metode tarif tetap dari nilai buku
63
• menghitung penyusutan dengan metode jumlah angka tahun • menghitung penyusutan dengan metode satuan produk (Depdiknas, 2002). Dari kompetensi dasar dan indikator mata pelajaran Akuntansi dapat disusun materi pokok yang akan diajarkan kepada siswa. Materi pokok atau materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. Materi pokok perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan untuk memudahkan kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2004). Materi pokok mata pelajaran Akuntansi dan uraiannya di SMA adalah sebagai berikut: 1. dasar hukum dan pelaksanaan akuntansi • definisi akuntansi menurut Undang-Undang • asas-asas akuntansi • sifat laporan keuangan • tujuan laporan keuangan • fungsi laporan keuangan • unsur-unsur dalam neraca • unsur-unsur dalam laporan laba/rugi • klasifikasi dan pemberian kode 2. struktur dasar akuntansi • bukti transaksi
64
• hubungan fungsional tiap rekening • pencatatan transaksi ke dalam persamaan dasar akuntansi • jenis-jenis isi neraca • jenis-jenis isi laporan laba/rugi • jenis-jenis isi laporan arus kas • jenis-jenis isi laporan perubahan modal 3. siklus akuntansi perusahaan jasa • definisi perusahaan jasa • ciri-ciri perusahaan jasa • pencatatan transaksi pada perusahaan jasa • posting ke buku besar • neraca saldo • jurnal penyesuaian dan neraca lajur • jurnal penutup • jurnal pembalik • laporan keuangan 4. siklus akuntansi perusahaan dagang • definisi perusahaan dagang • ciri-ciri perusahaan dagang • klasifikasi akun-akun pada perusahaan dagang • metode pencatatan persediaan • pencatatan transaksi pada perusahaan dagang • posting ke buku besar
65
• neraca saldo • jurnal penyesuaian dan neraca lajur • jurnal penutup • jurnal pembalik • laporan keuangan 5. siklus akuntansi koperasi • karakteristik akuntansi koperasi • pencatatan transaksi pada koperasi • posting ke buku besar • neraca saldo • jurnal penyesuaian dan neraca lajur • jurnal penutup • jurnal pembalik • laporan keuangan • pembagian SHU 6. analisis laporan keuangan • rasio likuiditas • rasio solvabilitas • rasio rentabilitas 7. metode kuantitatif • bunga tunggal • wesel • bunga majemuk
66
• anuitas • penyusutan (Depdiknas, 2002).
F. Penerapan Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Mata Pelajaran Akuntansi 1. Fungsi Mata Pelajaran Akuntansi Menurut Depdiknas (2004: 6) Mata pelajaran Akuntansi berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggung jawab dalam pengadministrasian laporan keuangan. 2. Aspek-aspek Dominan Pada Mata Pelajaran Akuntansi Aspek yang dominan pada mata pelajaran Akuntansi adalah aspek kognitif dan afektif. Sedangkan aspek psikomotor sifatnya hanya penunjang proses pembelajaran (Depdiknas, 2004) Aspek
kognitif
mencakup
pemahaman
konsep,
teori,
fakta/peristiwa/perilaku akuntansi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan praktik pembukuan dalam bidang akuntansi merupakan aplikasi pengetahuan di bidang akuntansi (bukan psikomotor), yang penilaiannya terintegrasi/terpadu dalam aspek kognitif. Aspek afektif yang terkait dengan mata pelajaran akuntansi ini mencakup kemampuan
memecahkan
masalah
yang
berkaitan
dengan
menanamkan sikap teliti, jujur, dan memiliki jiwa kewirausahaan.
akuntansi,
67
3. Pelaksanaan Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Mata Pelajaran Akuntansi Dalam menjaring hasil belajar siswa, pelaksanaan penilaian dapat menggunakan kombinasi dari berbagai teknik penilaian, yaitu: a. Tes Tertulis (paper and pen) Tes tertulis yang digunakan dapat berbentuk tes obyektif (pilihan ganda, isian, menjodohkan, benar-salah), maupun bentuk tes subyektif (uraian = essey test). Dalam hal penilaian berbasis kelas guru disarankan untuk lebih banyak menggunakan tes uraian daripada tes tertulis lainnya. Hal ini disebabkan tes uraian dapat memberikan informasi yang lebih akurat tentang kemampuan siswa dalam mengorganisasikan gagasannya secara sistematis. b. Tes Penampilan (performance) Tes penampilan adalah penilaian yang menuntut siswa untuk melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati oleh guru. c. Penugasan (Project) Penugasan atau project = proyek merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dengan menggunakan waktu yang relatif lama. Penugasan bertujuan untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam mengintegrasikan semua pengetahuan yang telah dimilikinya dalam bentuk laporan atau karya tulis. d. Pengumpulan Kerja Sama (Portofolio) Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial paedagogis, dan sebagai adjective. Sebagai benda fisik,
68
portofolio adalah bundel yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil kerja siswa yang terkumpul dalam satu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugastugas terstruktur, hasil tes akhir (post test), dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial paedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran siswa, baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Sebagai adjective, portofolio seringkali disandingkan dengan konsep lain, misal dengan konsep penilaian sehingga dikenal dengan istilah penilaian berbasis portofolio (portofolio based assesment). Model penilaian berbasis portofolio mengacu pada sejumlah prinsip dasar penilaian, yaitu sebagai berikut: 1. menerapkan prinsip penilaian proses hasil sekaligus 2. proses belajar yang dinilai misal diperoleh dari catatan perilaku harian atau catatan anekdot mengenai sikapnya dalam belajar, antusias tidaknya dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya. Aspek lain dari penilaian proses misalnya dalam mengerjakan tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru, apakah dikerjakan dengan baik atau asal jadi. Apakah dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut siswa membaca buku sumber, dan sebagainya. Selanjutnya penilaian proses dapat dilakukan terhadap laporan aktivitas siswa di luar sekolah, apakah siswa tersebut mempunyai aktivitas yang dapat menunjang kegiatan belajarnya di sekolah atau tidak, atau malah sebaliknya hanya dimanfaatkan untuk bermain-main saja. 3. menerapkan prinsip berkala dan bersambung
69
4. penilaian hasil dilakukan secara berkala setiap selesai satu satuan pelajaran diadakan ulangan umum (sumatif). Demikian pula dengan penilaian proses, secara berkala kepada siswa diberikan tugas-tugas terstruktur sebagai tagihan. Pelaksanaan prinsip berkesinambungan terlihat dari adanya kontinuitas penilaian, baik penilaian hasil maupun penilaian proses tidak boleh ada yang terputus. Ulangan formatif misal dilakukan secara berkesinambungan, mulai ulangan formatif pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Dan diakhiri dengan ulangan umum. Demikian pula dengan pemberian tugas-tugas terstruktur. 5. melaksanakan prinsip penilaian yang adil 6. dalam melaksanakan penilaian guru harus selalu memperhatikan kondisi dan perbedaan-perbedaan individual (individual differensis). Kedua hal tersebut berkaitan dengan masalah keadilan. Tidak adil jika seorang siswa dinyatakan tidak naik kelaskarena hasil ulangan umumnya jelek, tanpa memperhatikan kondisinya. Misalnya pada waktu ujian/ulangan umum ternyata siswa sedang sakit, dalam kesehariannya siswa tersebut termasuk siswa yang pandai. Catatan perilaku hariannya menunjukkan bahwa siswa itu rajin belajar, dan semua tugas-tugas terstrukturnya dikerjakan dengan baik. Oleh karena itu kondisi dan perbedaan individual perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan penilaian. 7. melaksanakan prinsip implikasi sosial belajar
70
8. belajar bukanlah sekedar untuk memperoleh nilai yang baik dan lulus ujian, melainkan juga harus berimplikasi lebih luas pada ranah sikap dan keterampilan, termasuk di dalamnya implikasi sosial belajar. (Santoso, 2004). 4. Indikator Penilaian Dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas diperlukan indikator penilaian. Indikator penilaian adalah unsur-unsur pokok yang dapat menjelaskan kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan satu satuan pelajaran tertentu (Santoso, 2003). Menurut Mardapi (2004: 13), indikator merupakan acuan dalam menentukan soal ujian dan dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Indikator yang dapat dijadikan acuan untuk menilai kemampuan siswa antara lain: 1.
tes formatif dan sumatif
2.
tugas terstruktur
3.
perilaku harian siswa
4.
laporan aktivitas di luar sekolah Berdasarkan indikator-indikator tersebut, guru dapat membuat kesimpulan
sejauh mana seorang siswa telah belajar dan berapa nilai yang akan diperolehnya (Santoso, 2003).
71
5. Standar Ketuntasan Belajar Minimal Guru juga harus memahami tentang standar ketuntasan belajar minimal yang harus dicapai oleh siswa sehingga mereka dinyatakan lulus atau menguasai standar kompetensi dari mata pelajaran Akuntansi. Adapun panduan penilaian yang ditetapkan oleh Depdiknas (2004: 1) adalah sebagai berikut: a. nilai (kognitif dan psikomotor) dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 – 100 b. nilai ketuntasan belajar maksimum adalah 100 c. sekolah daapt menetapkan batas/standar ketuntasan belajar minimal di bawah nilai ketuntasan belajar maksimum (100), dengan catatan sekolah harus merencanakan target dalam waktu tertentu untuk mencapai nilai ketuntasan belajar ideal d. nilai ketuntasan belajar minimum ditetapkan untuk setiap mata pelajaran oleh forum guru pada awal tahun pelajaran. Standar ketuntasan belajar minimal tersebut harus diinformasikan kepada seluruh warga sekolah dan orang tua siswa e. penetapan nilai ketuntasan belajar minimum dilakukan melalui analisis ketuntasan minimum pada setiap kompetensi dasar. Setiap kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan belajar minimal, dan penerapannya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: f. tingkat essensial (kepentingan) setiap kompetensi dasar terhadap standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa pada setiap tahun pelajaran g. tingkat kompleksitas (kerumitan dan kesulitan) setiap kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa h. tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan i. kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada mata pelajaran Akuntansi, aspek yang dinilai dari siswa adalah aspek kognitif dan aspek afektif. Penilaian dapat dilakukan selama proses belajar mengajar mata pelajaran Akuntansi berlangsung dengan menggunakan berbagai macam teknik penilaian yang telah dipersiapkan oleh guru sebelumnya.
72
G. Pemahaman Guru terhadap Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman adalah kegiatan mengerti dengan sungguh-sungguh atau mengerti secara cerdas tentang masalah, fakta, gagasan atau implikasi (Rahman, 2003: 92). Menurut Bloom dkk (1956) dalam Mukhtar (2003: 23), pemahaman (comprehension) merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif. Disini pemahaman berarti kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan dalam tiga bentuk, yaitu menerjemahkan (translation),
menginterpretasi
(interpretation),
dan
mengekstrapolasi
(ekstrapolation) (mukhtar, 2003: 23). Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjana (1992) dalam Nurhayati (1999: 12), bahwa pemahaman dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu: a. tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya. b. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni menghubungkan bagian yang terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan
73
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok c. Tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi, dari pemahaman ini diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi ataupun masalahnya Sedangkan menurut The Liang Gie (1978) dalam Rahman (2003: 93), pemahaman dapat dicapai dengan lima cara, yaitu: a. menyatukan dan menghubung-hubungkan berbagai fakta atau gagasan b. mendeduksikan sesuatu dari premis-premis c. menyesuaikan berbagai fakta atau gagasan baru dengan pengetahuan yang mapan d. meninjau gagasan dalam hubungannya dengan ketepatan dan kepentingannya e. menghubungkan suatu fakta atau gagasan dengan sesuatu yang diketahui, universal dan terikat pada kaidah Menurut Sardiman AM (1990) dalam Nurhayati (1999: 10), pemahaman atau comprehension diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, memahami maksudnya, menangkap maknanya dari sesuatu yang dipahami. Pemahaman tidak sekedar tahu mengerti, tetapi juga menghendaki agar seseorang dapat memanfaatkan
bahan-bahan,
fakta-fakta,
ide-ide
yang
telah
dipahami.
Pemahaman bersifat dinamis dan kreatif sehingga akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang terang. Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif tingkat rendah. Kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Namun tidak berarti bahwa
74
pengetahuan tidak perlu diperhatikan, sebab untuk dapat memahami sesuatu terlebih dahulu harus mengetahui atau mengenal sesuatu tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dalam bukunya “Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar”, bahwa pengetahuan merupakan prasarat bagi pemahaman (Nana Sudjana, 1992 dalam Nurhayati, 1999: 11). Menurut
Suharsimi
(1991:
112),
pemahaman
seseorang
dapat
membuktikan bahwa ia mampu menghubungkan fakta-fakta atau konsep-konsep secara sederhana. Selanjutnya ia menambahkan bahwa dengan memahami sesuatu, seseorang akan dapat membedakan, mempertahankan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, menuliskan kembali, memberi contoh, dan memperkirakan. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengetahuan dan pemahaman tidak dapat dipisahkan meskipun dapat dibedakan. Hakikat pengetahuan adalah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengenal atau mengetahui konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai atau dapat
menggunakan,
sedangkan
pemahaman
adalah
kemampuan
untuk
menghubungkan fakta-fakta atau konsep-konsep yang telah diketahui dengan segala
sesuatu.
mempertahankan,
Dengan
memahami
membedakan,
sesuatu
menduga,
berarti
seseorang
menerangkan,
dapat
memperluas,
menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberi contoh, menuliskan kembali, memperkirakan, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Kriteria tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung arti lebih dalam daripada pengetahuan.
75
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dengan sungguh-sungguh terhadap sesuatu yang telah dipelajari atau diingat sebelumnya untuk dapat diaplikasikan. 2. Pemahaman Guru Terhadap penilaian Berbasis Kelas Guru sebagai tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat strategis dalam pelakasanaan kurikulum 2004 ini. Guru diberi kewenangan yang luas untuk menjabarkan isi kurikulum 2004. termasuk didalamnya menentukan jenis penilaian untuk setiap kompetensi dasar dan indikator pada mata pelajaran Akuntansi. Disamping itu guru juga diberi kewenangan untuk menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal yang harus dicapai oleh setiap siswa. Tentunya hal itu harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah dan siswa itu sendiri. Untuk mampu melaksanakan penilaian berbasis kelas, maka guru dituntut untuk mampu menguasai dan memahami karakteristik dalam mengembangkan penilaian berbasis kompetensi, antara lain: 1. standar kompetensi, yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam setiap mata pelajaran 2. kompetensi dasar, yaitu kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki lulusan 3. rencana penilaian, yaitu jadual kegiatan penilaian dalam satu semester dikembangkan bersamaan pengembangan silabus 4. proses penilaian, bahwa pemilihan dan pengembangan teknik penilaian dilakukan dengan sistem pencatatan dan pengelolaan
76
5. proses implementasi, yaitu menggunakan berbagai teknik penilaian 6. pencatatan dan pelaporan terhadap proses hasil penilaian yang telah dilakukan (Kusmuriyanto, 2005: 13-14). Dari uraian di atas, dapat diambil simpulan, bahwa dengan adanya pemahaman yang benar terhadap penilaian berbasis kelas, seorang guru diharapkan mampu menerapkan penilaian berbasis kelas tersebut pada kegiatan pembelajaran siswa di kelas.
H. Kerangka Berpikir Melalaui penerapan Kurikulum 2004, penyelenggaraan pendidikan diharapkan dpat menghasilkan lulusan yang betul-betul kompeten, sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan tantangan yang ada di masyarakat. Disamping pengembangan standar kompetensi, bagian lain yang perlu memperoleh perhatian adalah pengembangan sistem penilaian (Kusmuriyanto, 2005: 12). Sistem penilaian yang dilakukan harus mencakup seluruh kompetensi dasar dengan menggunakan indikator yang ditetapkan oleh guru. Sistem penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang direncanakan adalah sistem penilaian berkelanjutan, yaitu semua indikator dilakukan penagihan, kemudian dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum,
serta
untuk
mengetahui
kesulitan
yang
dialami
peserta
didik
(Kusmuriyanto, 2005: 13). Pendekatan penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas ini
77
berdasarkan pada penilaian otentik (penilaian yang sebenarnya). Adapun bentuk penilaian yang dianjurkan dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi tersebut adalah penilaian berbasis portofolio. Sebagai tenaga pendidik, guru dipersyaratkan mempunyai kualifikasi dan atau kompetensi khusus untuk menunjang pencapaian lulusan pada satuan pendidikan. Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, dan melakukan pembimbingan dan pelatihan (Depdiknas, 2004). Guru harus memahami dan menguasai perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pembimbingan dan pelatihan. Khusus untuk penilaian hasil belajar, pada kurikulum 2004 digunakan sistem penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Penilaian berbasis kelas berlandaskan pada penilaian yang sebenarnya (penilaian otentik) dengan menggunakan bermacam-macam bentuk dan jenis tagihan. Dengan memiliki pemahaman yang baik terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi guru diharapkan mampu merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan baik. Sebab penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi berimplikasi pada perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.
78
Bagan 3 Kerangka Berpikir Kualitas Pendidikan
Kurikulum 2004
Penilaian
• Penilaian Berbasis Kelas • Penilaian Otentik • Penilaian Portofolio
Guru
Siswa
79
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 1998: 115). Sedangkan menurut Nazir (1998: 327), populasi adalah kumpulan dari ukuranukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Akuntansi SMA Negeri seKabupaten Pati, yaitu SMA Negeri 1 Pati, SMA Negeri 2 Pati, SMA Negeri 3 Pati, SMA Negeri 1 Kayen, SMA Negeri 1 Juwana, SMA Negeri 1 Jakenan, SMA Negeri 1 Tayu, dan SMA Negeri 1 Batangan. B. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi, 1998: 117). Sampel juga bisa diartikan sebagai bagian dari populasi yang dinilai representatif atau mewakili karakteristik populasi. Dalam penelitian ini, hampir semua guru Akuntansi di SMA Negeri sekabupaten Pati sebagai subyek penelitian, maka menggunakan teknik survei. C. Variabel Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir, 1999: 149). Sedangkan menurut Suharsimi, variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,1998: 97).
80
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu variabel bebas (independent variable), dalam penelitian ini adalah pemahaman Guru Akuntansi terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. D. Metode Pengumpulan Data 62 a. Angket/Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Suharsimi, 1998: 140). Angket disini digunakan untuk mengungkap pemahaman Guru Akuntansi terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. b. Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh daftar SMA Negeri se-Kabupaten Pati dan data tentang nama guru Akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Pati, yang dijadikan populasi, dan beberapa hal yang dapat digunakan dalam penelitian ini. E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Item Instrumen dalam penelitian ini berupa angket. Dalam hal ini digunakan angket atau kuesioner pilihan ganda yang sudah disediakan jawaban. Angket merupakan pertanyaan terbuka tentang pemahaman guru Akuntansi terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yang dijadikan variabel penelitian dalam instrumen ini adalah Pemahaman Guru terhadap Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan subvariabel: Konsep Dasar Penilaian, Konsep Dasar
81
Penilaian Berbasis Kelas, Konsep Dasar Penilaian Otentik, Konsep Dasar Penilaian Portofolio, Mata Pelajaran Akuntansi di SMA, dan Penerapan Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Mata Pelajaran Akuntansi. 2. Analisis Angket a. Validitas Angket Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi (Suharsimi, 1998: 160). Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi, 1998: 160). Angket dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat menangkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pada penelitian ini validitas data yang diperoleh dengan menjumlahkan skor angka yang diperoleh dari jawaban pertanyaan pada angket yang diajukan pada guru Akuntansi. Sebelum dipergunakan untuk memperoleh data penelitian, terlebih dahulu angket dikonsultasikan kepada ahlinya dalam hal ini dosen pembimbing. Untuk mencari validitas masing-masing butir angket digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson: rxy =
{∑ X
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) 2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
82
Keterangan:
rxy
: koefisien korelasi antara X dan Y
N
: jumlah peserta
X
: nilai faktor tertentu
Y
: nilai faktor total
(Suharsimi, 1998: 162). Analisis validitas angket menggunakan rumus korelasi product
moment, pengujian validitas dilakukan dengan cara menentukan validitas faktor. Untuk menentukan valid tidaknya instrumen suatu faktor adalah dengan mengkorelasikan hasil perhitungan koefisien korelasi ® pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%. b. Reliabilitas Angket Suatu angket dikatakan reliabel jika angket tersebut memberikan indikasi yang stabil dan konsisten dari karakteristik yang diteliti. Reliabilitas
menggunakan
suatu
pengertian
bahwa
suatu
instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data (Suharsimi, 1998: 170). Untuk menguji reliabilitas, rumus yang digunakan adalah rumus
alpha karena skor instrumen merupakan rentang antara 1 sampai 5
83
(Suharsimi, 1998: 192). Sebab rumus lain hanya bisa untuk menghitung reliabilitas instrumen dengan skor 0 atau 1. Rumusnya: 2 ⎡ k ⎤⎡ ∑δ b ⎤ − r11 = ⎢ 1 ⎥ ⎥⎢ δ t2 ⎦ ⎣ k − 1⎦ ⎣
Keterangan: r11
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ δ b2
: jumlah varians total
∑t2
: varians total
(Suharsimi, 1998: 193). Untuk mencari varians butir, menurut Suharsimi (1998: 178) adalah sebagai berikut:
var iansbutir =
∑ x2 −
(∑ x )2 n
n
untuk mencari varians totalnya adalah:
var ianstotal =
∑y
2
2 ( ∑ y) −
n
n
keterangan: x
: skor butir
y
: skor total
n
: jumlah sampel
84
F. Alat Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif persentase. Metode ini digunakan untuk memberi gambaran mengenai pemahaman guru terhadap penilaian berbasis kelas. Adapun rumusnya menurut Mohammad Ali (1993) adalah sebagai berikut:
tingkatpemahamanguru (%) =
n Χ100 N
keterangan: n
: nilai yang diperoleh
N
: jumlah seluruh nilai
Analisis data penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga digunakan analisis persentase. Hasil analisis dipersentasikan dengan tabel kriteria deskriptif persentase. Kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Tabel 2 Tabel kriteria deskriptif persentase Interval 20%<%<36% 36%<%<52% 52%<%<68% 68%<%<84% 84%<%<100% (Rahman, 2004: 36).
Kriteria Sangat kurang Kurang Sedang Baik Sangat baik
Keterangan: % maksimum
: 100%
% minimum
: 20%
Rentang
: 100% - 20% = 80%
85
Banyaknya criteria
:5
Panjang kelas
: 80% : 5 = 16%
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut: 1. Menguantitatifkan jawaban item pertanyaan dengan memberikan tingkattingkat skor untuk masing-masing jawaban sebagai berikut: Jawaban a diberi skor 5 Jawaban b diberi skor 4 Jawaban c diberi skor 3 Jawaban d diberi skor 2 Jawaban e diberi skor 1 Sedangkan kategori untuk masing-masing skor adalah: Skor 5 kategori sangat paham Skor 4 kategori paham Skor 3 kategori sedang Skor 2 kategori kurang paham Skor 1 kategori tidak paham 2. menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada masingmasing faktor atau subfaktor. 3. dari hasil perhitungan dalam rumus, akan dihasilkan angka dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif persentase.
86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai
pemahaman guru terhadap penilaian dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi, dilakukan terhadap 28 responden yaitu guru-guru yang mengampu mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri se-Kabupaten Pati. Sebelum dilaksanakan penelitian, angket diujicobakan terlebih dahulu terhadap 15 orang guru di luar sampel, untuk mengetahui apakah angket tersebut benar-benar valid dan reliabel. Jumlah soal angket yang diujicobakan sebanyak 55, kemudian dilakukan penilaian atau penskoran. Hasil perhitungan dari ujicoba kemudian dikorelasikan dengan menggunakan rumus product moment dilanjutkan dengan rumus alpha (lihat lampiran halaman 115&116). Setelah dikorelasikan, dari 55 soal angket didapatkan 52 soal angket yang valid dan reliabel, sehingga dalam penelitian digunakan soal angket yang valid dan reliabel, yaitu sebanyak 52 soal. Penelitian mengenai pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi diperoleh hasil dengan uji analisis deskriptif persentase pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi yaitu dengan jumlah item soal sebanyak 52 soal. Jumlah total jawaban 7280 (skor maksimum = N) dan jumlah yang diperoleh 5590 (skor yang diperoleh = n).
87
(lihat lampiran 8) Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus: 69 DP =
n x100% N 5590 x100% 7280
DP =
= 76,79% Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase hasil yang diperoleh termasuk kriteria baik. Adapun rincian dari masing-masing subvariabel yang digunakan sebagai indikator pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di SMA adalah sebagai berikut: 1. pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian Jumlah item soal pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian sebanyak 7 yaitu soal no 1 sampai dengan 7. Jumlah total jawaban 980 (Skor maksimum = N) dan jumlah yang diperoleh 818 (skor yang diperoleh = n) (lihat lampiran 8) Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus: DP =
DP =
n x100% N
819 x100% 980
= 83,57%
88
Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase hasil yang diperoleh termasuk kriteria baik. 2. pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian berbasis kelas Jumlah item soal pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian berbasis kelas sebanyak 18 yaitu soal no 8 sampai dengan 25. Jumlah total jawaban 2520 (Skor maksimum = N) dan jumlah yang diperoleh 1977 (skor yang diperoleh = n) (lihat lampiran
)
Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus: DP =
n x100% N
DP =
1977 x100% 2520
= 78,45% Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase hasil yang diperoleh termasuk kriteria baik. 3. pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian otentik Jumlah item soal pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian sebanyak 7 yaitu soal no 26 sampai dengan 33. Jumlah total jawaban 980 (Skor maksimum = N) dan jumlah yang diperoleh 669 (skor yang diperoleh = n) (lihat lampiran
)
Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus:
89
DP =
n x100% N
DP =
669 x100% 980
= 68,27% Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase hasil yang diperoleh termasuk kriteria baik. 4. pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian berbasis portofolio Jumlah item soal pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian sebanyak 10 yaitu soal no 34 sampai dengan 43. Jumlah total jawaban 1400 (Skor maksimum = N) dan jumlah yang diperoleh 1007 (skor yang diperoleh = n) (lihat lampiran
)
Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus: DP =
n x100% N
DP =
1007 x100% 1400
= 71,93% Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase hasil yang diperoleh termasuk kriteria baik. 5. pemahaman guru terhadap mata pelajaran Akuntansi Jumlah item soal pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian sebanyak yaitu soal no 1 sampai dengan 7. Jumlah total jawaban 560 (Skor maksimum = N) dan jumlah yang diperoleh 436 (skor yang diperoleh = n) (lihat lampiran
)
90
Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus: DP =
n x100% N
DP =
436 x100% 560
= 77,86% Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase hasil yang diperoleh termasuk kriteria baik. 6. pemahaman guru terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi Jumlah item soal pemahaman guru terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi sebanyak 6 yaitu soal no 48 sampai dengan 55. Jumlah total jawaban 840 (Skor maksimum = N) dan jumlah yang diperoleh 682 (skor yang diperoleh = n) (lihat lampiran 8) Hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus: DP =
n x100% N
DP =
682 x100% 840
= 81,19% Setelah dikonsultasikan dengan kriteria persentase hasil yang diperoleh termasuk kriteria baik. B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
91
Berdasarkan analisis deskriptif persentase (DP) dapat diketahui bahwa pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang mencakup konsep dasar penilaian, konsep dasar penilaian berbasis kelas, konsep dasar penilaian otentik, konsep dasar penilaian portofolio, mata pelajaran Akuntansi di SMA, dan penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi adalah baik. Adapun besarnya persentase pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di SMA adalah sebesar 76,79%. Besarnya persentase masing-masing subvariabel yang digunakan sebagai indikator pada pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di SMA adalah sebagai berikut: pemahaman terhadap konsep dasar penilaian 83,57%, pemahaman terhadap konsep dasar penilaian berbasis kelas 78,45%, pemahaman terhadap konsep dasar penilaian otentik 68,27%, pemahaman terhadap konsep dasar penilaian berbasis portofolio 71,93%, pemahaman terhadap mata pelajaran Akuntansi 77,86%, pemahaman terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi 81,19%. Hasil analisis tentang pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian menunjukkan bahwa guru rata-rata memiliki pemahaman terhadap konsep dasar penilaian dengan kriteria baik, bahkan ada guru yang memiliki pemahaman yang sangat baik. Pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian mencakup pengertian penilaian, fungsi dan tujuan penilaian, asas-asas penilaian, dan penilaian dalam
92
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dari hasil penelitian, rata-rata guru memiliki pemahaman yang baik terhadap pengertian, fungsi dan tujuan penilaian. Bahkan ada yang memiliki pemahaman yang sangat baik. Sedangkan pada asas-asas penilaian masih ada beberapa orang guru yang tidak memahaminya. Namun banyak juga guru yang memiliki pemahaman yang baik terhadap asas-asas penilaian secara umum. Bahkan ada pula guru yang memiliki pemhaman yang sangat baik. Pada konsep penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi masih ada guru yang memiliki pemahaman yang ragu-ragu yaitu sekitar 35,7%. Sedangkan guru yang memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi sebanyak 39,3%, dan selebihnya memiliki pemahaman yang sangat baik terhadap konsep penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian termasuk kriteria baik dengan persentase 83,57%. Hasil analisis tentang pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian berbasis kelas menunjukkan bahwa guru rata-rata memiliki pemahaman terhadap penilaian berbasis kelas dengan kriteria baik, bahkan ada yang memiliki pemahaman sangat baik. Pemahaman terhadap konsep dasar penilaian berbasis kelas mencakup pengertian penilaian berbasis kelas, fungsi dan tujuan penilaian berbasis kelas, prinsip-prinsip penilaian berbasis kelas, manfaat penilaian berbasis kelas, bentuk dan jenis penilaian berbasis kelas, dan penerapan penilaian berbasis kelas.
93
Dalam pemahaman guru terhadap penilaian berbasis kelas ini, rata-rata guru memiliki pemahaman yang baik, bahkan ada yang memiliki pemahaman yang sangat baik. Namun ada juga yang masih memiliki pemahaman yang sedang terhadap penilaian berbasis kelas tersebut. Hal ini dapat terungkap dari penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi itu sendiri. Ada sekitar 42,9% guru yang selalu melaksanakan penilaian berbasis kelas dalam menilai hasil belajar siswa. Sedangkan 28,6% guru sering melaksanakan penilaian berbasis kelas, dan 28,6% guru yang kadang-kadang melaksanakan penilaian berbasis kelas. Meskipun banyak guru yang sudah melaksanakan penilaian berbasis kelas tersebut, namun yang memiliki pemahaman yang sangat baik terhadap cara melakukan penilaian berbasis kelas adalah 3,6%, sekitar 89,3% memiliki pemahaman yang baik, dan 7,1% memiliki pemahaman yang sedang. Dari hasil penelitian juga terungkap bahwa guru yang selalu melakukan kegiatan penilaian dalam setiap kegiatan pembelajaran adalah sebesar 42,9%, sekitar 39,3% sering melakukan, dan 7,1% kadang-kadang melakukan, serta 10,7% jarang melakukan penilaian dalam setiap kegiatan pembelajaran. Demikian pula pada kegiatan refleksi yang dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran.guru yang selalu melakukan kegiatan tersebut ada sekitar 21,4%, yang sering melakukan 39,3%, dan sisanya kadang-kadang melakukan. Dalam melakukan kegiatan penilaian berbasis kelas tersebut, sekitar 32,1% guru menggunakan berbagai cara dan beragam sumber, 42,9% sering menggunakan, dan 25% kadangkadang menggunakan.
94
Dalam melaksanakan prosedur penilaian dan pembuatan pencatatan dalam penilaian berbasis kelas, masih ada guru yang masih merasa sangat kesulitan yaitu sekitar 3,6%, sekitar 21,6% masih merasa kesulitan, 46,4% merasa biasa-biasa saja, dan sekitar 28,6% merasa mudah. Dari hasil penelitian terhadap pemahaman guru terhadap penilaian berbasis kelas, dapat terlihat bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep penilaian berbasis kelas ternyata mempengaruhi aplikasi dari penilaian berbasis kelas itu sendiri. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian berbasis kelas termasuk kriteria baik dengan persentase 78,45%. Hasil analisis tentang pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian otentik menunjukkan bahwa guru rata-rata memiliki pemahaman terhadap penilaian otentik dengan kriteria baik, namun ada pula yang masih memiliki pemahaman yang sedang, dan bahkan ada yang memiliki pemahaman yang kurang terhadap penilaian otentik tersebut. Pemahaman terhadap konsep dasar penilaian otentik mencakup pengertian penilaian otentik, karakteristik penilaian otentik, tujuan penilaian otentik, prinsipprinsip penilaian otentik, dan penerapan penilaian otentik. Pada aplikasi dari salah satu karakteristik penilaian otentik yaitu ‘melibatkan pengalaman yang nyata’ terungkap bahwa sekitar 10,7% guru selalu melakukan hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sekitar 28,6% guru sering melakukannya, dan 50% guru kadang-kadang melakukannya, serta 10,7%
95
guru jarang melakukannya. Demikian pula pada implementasi dari prinsip-prinsip pada penilaian otentik, sekitar 3,6% guru selalu menggunakan prinsip-prinsip tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas, 25% guru sering melakukan, 53,6% jarang menggunakan, 14,3% kadang-kadang menggunakan, dan 3,6% tidak pernah menggunakan. Dari hasil penelitian juga terungkap, bahwa guru yang memiliki pemahaman yang sangat baik terhadap cara menerapkan penilaian otentik dengan menggunakan berbagai jenis penilaian adalah sekitar 7,1%, sekitar 46,4% memiliki pemahaman yang baik, sekitar 32,1% memiliki pemahaman yang sedang, dan sekitar 14,43% memiliki pemahaman yang kurang. Sedangkan pemahaman guru terhadap cara menerapkan penilaian otentik yang menilai kemajuan siswa dari segi proses adalah 7,1%guru memiliki pemahaman yang sangat baik, 28,6% memiliki pemahaman yang baik, 46,4% memiliki pemhaman yang sedang, dan 14,3% memiliki pemahaman yang kurang, serta 3,6% memiliki pemahaman yang sangat kurang. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian otentik termasuk kriteria baik dengan persentase 68,27%. Hasil analisis tentang pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian portofolio menunjukkan bahwa guru rata-rata memiliki pemahaman terhadap penilaian portofolio dengan kriteria baik, bahkan ada yang memiliki pemahaman sangat baik. Meskipun ada juga guru yang memiliki pemahaman yang kurang. Pemahaman terhadap konsep dasar penilaian portofolio mencakup pengertian penilaian portofolio, fungsi dan tujuan penilaian portofolio, manfaat
96
penilaian portofolio, kelebihan penilaian portofolio, kelemahan penilaian portofolio, perbedaan penilaian berbasis portofolio dengan penilaian berbasis tes, dan penerapan penilaian portofolio. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pemahaman guru terhadap konsep dasar penilaian portofolio termasuk kriteria baik dengan persentase 71,93%. Hasil analisis tentang pemahaman guru terhadap mata pelajaran Akuntansi di SMA menunjukkan bahwa guru rata-rata memiliki pemahaman terhadap mata pelajaran Akuntansi dengan kriteria baik, bahkan ada yang memiliki pemahaman sangat baik. Meskipun ada pula guru yang memiliki pemahaman yang sedang. Pemahaman terhadap mata pelajaran Akuntansi di SMA mencakup karakteristik mata pelajaran Akuntansi dan standar kompetensi mata pelajaran Akuntansi. Dalam penyusunan silabus dan sistem penilaian ada sekitar 7,1% guru yang merasa kesulitan dalam pelaksanaannya, sekitar 50% guru merasa biasabiasa saja, 35,7% guru merasa mudah, dan sekitar 7,1% guru merasa sangat mudah. Demikian pula dalam penyusunan rencana pembelajaran untuk setiap kegiatan pembelajaran, ada sekitar 39,3% guru yang selalu membuat, 39,3% guru sering membuat, 14,3% guru kadang-kadang membuat, dan 7,1% guru jarang membuat. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pemahaman guru terhadap mata pelajaran Akuntansi termasuk kriteria baik dengan persentase 77,86%.
97
Hasil analisis tentang pemahaman guru terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi menunjukkan bahwa guru rata-rata memiliki pemahaman terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi dengan kriteria baik, bahkan ada yang memiliki pemahaman sangat baik. Meskipun ada pula guru yang memiliki pemahaman yang sedang. Pemahaman terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi mencakup fungsi mata pelajaran Akuntansi dan aspek yang dominan pada mata pelajaran Akuntansi, standar ketuntasan belajar minimal, dan penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pemahaman guru terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada
mata pelajaran Akuntansi termasuk kriteria baik dengan
persentase 81,19%. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa guru-guru yang mengampu mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri se-Kabupaten Pati rata-rata memiliki pemahaman yang baik terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang dalam hal ini mencakup konsep penilaian, konsep penilaian berbasis kelas, konsep penilaian otentik, konsep penilaian portofolio, mata pelajaran Akuntansi di SMA, dan penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman yang mencakup kemampuan menerjemahkan, menginterprestasikan, dan mengekstrapolasikan untuk
kemudian
mengaplikasikan
penilaian
dalam
Kurikulum
Berbasis
98
Kompetensi tersebut berdasarkan pada nilai-nilai substansi yang terdapat pada penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi itu sendiri dan pengalaman yang telah diperoleh Guru Akuntansi tersebut, adalah termasuk dalam kriteria baik. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman selama menjadi Guru Akuntansi yang rata-rata sudah mereka miliki. Sebagian besar diantara mereka, memiliki pengalaman menjadi guru Akuntansi selama sepuluh tahun lebih. Meskipun ada juga dua sampai tiga orang guru yang baru memiliki pengalaman selama satu tahun. Selain adanya pengalaman, kebanyakan guru Akuntansi di SMA Negeri se-Kabupaten Pati tersebut telah mengetahui konsep-konsep penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi itu sendiri. Disamping itu kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Akuntansi
Kabupaten Pati yang diadakan
seminggu sekali, yang diikuti oleh Guru-guru Akuntansi juga banyak membantu sosialisasi tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi khususnya konsep-konsep penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan membahas tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam penerapan penilaian tersebut. Tidak semua Guru Akuntansi mengikuti kegiatan MGMP tersebut. Biasanya guru yang mengikuti kegiatan MGMP akan menyebarluaskan informasi yang mereka dapatkan kepada rekan-rekan guru yang lain. Dengan demikian semua Guru Akuntansi SMA Negeri di Kabupaten Pati akan selalu mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan pengetahuan yang ada. Sehingga mereka dapat memahami pengetahuan tersebut untuk selanjutnya diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas.
99
Disamping kegiatan MGMP, Guru-guru Akuntansi juga banyak yang telah mengikuti penataran tentang sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang didalamnya juga dibahas mengenai penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki selama menjadi guru Akuntansi, mereka dapat menerjemahkan, membandingkan, memahami, memaknai, menafsirkan, dan mengekstrapolasikan serta menilai antara penilaian yang digunakan dalam kurikulum yang dulu dengan penilaian yang digunakan pada kurikulum yang sekarang. Dengan pengalaman-pengalaman dan peristiwaperistiwa yang berkaitan dengan penilaian tersebut mereka dapat mempunyai pemahaman terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mereka memiliki pemahaman yang baik terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang dibuktikan bahwa mereka memiliki kriteria baik dalam pemahaman terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
100
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN
Simpulan penelitian tersebut adalah bahwa pemahaman Guru Akuntansi terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di SMA termasuk dalam kriteria baik dengan persentase sebesar 76,79%. Adapun besarnya persentase masing-masing indikator dari pemahaman guru terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi di SMA adalah sebagai berikut: 1.
pemahaman Guru Akuntansi terhadap konsep dasar penilaian termasuk dalam kriteria baik dengan persentase 83,57%.
2.
pemahaman Guru Akuntansi terhadap konsep dasar penilaian berbasis kelas termasuk dalam kriteria baik dengan persentase 78,45%.
3.
pemahaman Guru Akuntansi terhadap konsep dasar penilaian otentik termasuk dalam kriteria baik dengan persentase 68,27%.
4.
pemahaman Guru Akuntansi terhadap konsep dasar penilaian portofolio termasuk dalam kriteria baik dengan persentase 71,93%.
5.
pemahaman Guru Akuntansi terhadap mata pelajaran Akuntansi termasuk dalam kriteria baik dengan persentase 77,86%.
6.
pemahaman Guru Akuntansi terhadap penerapan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pada mata pelajaran Akuntansi termasuk dalam kriteria baik dengan persentase 81,19%.
101
B. SARAN
Guru merupakan salah satu faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan, bahkan sangat menentukan berhasil tidakanya peserta didik dalam belajar. Dari hasil penelitian mengenai pemahaman Guru Akuntansi terhadap penilaian
dalam
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi,
saran
yang
dapat
disumbangkan adalah sebagai berikut: 1.
perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap komponenkomponen Kurikulum Berbasis Kompetensi yang lain, sebab dalam penelitian ini hanya dibahas satu komponen saja, yaitu penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jadi cakupannya masih sangat terbatas.
2.
perlu dilakukan penelitian sejenis di tempat lain untuk “menggeneralisasikan hasilnya”, karena hasil penelitian ini berlaku sangat terbatas.
3.
guru-guru
pengampu
mata
pelajaran
Akuntansi
hendaknya
selalu
meningkatkan kemampuan profesionalnya, dengan lebih bersikap proaktif dalam kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di Kabupaten Pati yang diadakan seminggu sekali. 4.
guru-guru
pengampu
mata
pelajaran
Akuntansi
diharapkan
dapat
menerapkan penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan baik, berdasarkan pemahamannya terhadap penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tersebut.
102
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. -------------------------. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Aksara. Budimansyah, Dasim. 2003. Pembelajaran Portofolio Ekonomi. Jakarta: Grafindo. Depdiknas. 2002. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Ekonomi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah & Umum, Ditjen. Dikdasmen. Depdiknas. --------------. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas. --------------. 2004. Cara Pengisian Laporan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah & Umum, Ditjen. Dikdasmen. Depdiknas. --------------. 2003. Panduan Penilaian, Penjurusan, Kenaikan Kelas, dan Pindah Sekolah di SMA. Jakarta: Dirjen. Dikdasmen. Direktorat Dikmenum. Depdiknas. --------------. 2003-2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas (SMA): Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian. Jakarta: Dirjen. Dikdasmen. Direktorat Dikmenum. Depdiknas. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. --------------------. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Harahap, Sofyan Syafri. 2003. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kusmuriyanto, 2005. ‘Pelaksanaan Kurikulum 2004’. Makalah disampaikan pada Seminar dan Short Training KBK dalam pengajaran Ekonomi-Akuntansi pada tanggal 12 Juni 2005). Fakultas Ilmu Sosial. UNNES.
103
Mardapi, Djemari. 2004. ‘Pengembangan Sistem Penilain Berbasis Kompetensi’. Makalah disampaikan pada Seminar Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Rekayasa Sistem Penilaian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Martono & Sukardi. 2004. ‘Penilaian Berbasis Kelas’. Makalah disajikan pada Diklat Bimbingan Teknis Guru SMP, Pengampu Mata Pelajaran pengetahuan Sosial Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah. Depdiknas Dirjen Dikdasmen. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah, Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo. Nurhayati, Siti. 1999. ‘Pemahaman Masyarakat Terhadap Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 (Tentang Perkawinan) di Desa Undaan Tengah Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Tahun 1996-1997’. Skripsi. Semarang: Fakultas Pengetahuan Ilmu Sosial IKIP Semarang. Rahman, Maman. 2003. Filsafat Ilmu. Semarang: UPT UNNES Press. Rahman, Maman dkk. 2004. Konsep dan Analisis Statistik. Semarang: UPT UNNES Press. Santoso, Apik Budi. 2003. ‘Penilaian Berbasis Kelas’. Makalah. Semarang: Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, UNNES. ----------------. 2004. ‘Penilaian Pembelajaran Pengetahuan Sosial’. Makalah. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial, UNNES. Sudjoko, Edy. 2002. ‘Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi’. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dalam rangka Konferda ke-8 Himatika Indonesia Wilayah Jateng-DIY diselenggarakan Jurusan Matematika FMIPA UNDIP pada 9 Maret 2002 Suhito. 2002. ‘Pengujian Berkelanjutan Pada Pembelajaran Matematika berdasarkan Kurikulum Berbasis’ Kompetensi. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika FMIPA-UNNES, 26 Oktober 2002. Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
104
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Rancangan Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing pada: Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Bambang Prishardoyo, M. Si. NIP. 131993879
Drs. Mudjijono, M. Si. NIP. 130795079
Mengetahui, Ketua Jurusan Ekonomi
Drs. Kusmuriyanto, M. Si. NIP. 131404309
105
PEMAHAMAN GURU TERHADAP PENILAIAN DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI SE-KABUPATEN PATI
Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Sumarni 3301401107
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005