HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DAN CITRA TUBUH TERHADAP STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR PRANIKAH DI MAN 1 LAMPUNG TENGAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh SUTRIA NIRDA SYATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DAN CITRA TUBUH TERHADAP STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR PRANIKAH DI MAN 1 LAMPUNG TENGAH, KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh Sutria Nirda Syati
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN Pada Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRACT
The Relationship of Peer Influence and Body Image to Nutritional Status of Premarital Reproductive Age Women at MAN 1 Central Lampung, Terbanggi Besar, Lampung Tengah By
Sutria Nirda Syati
Background: Based on Riskesdas 2013, the prevalence of overweight and emaciation on reproductive age women 16-18 years was 1.4% rose to 7.3%. and 8.9% rose to 9.4% respectively. Nutritional status issues could be affected by body image and peer influence. Objective: To determine the relationship of peer influence to the nutritional status and the relationship of body image to nutritional status. Method: This study was a cross sectional study conducted in October-November 2016 at MAN 1 of Central Lampung. Respondents was reproductive age women on range of 15-18 years old, able to communicate, unmarried, has no chronic illness, and not pregnant. The total of respondents were 115 students that obtained by unpaired categorical comparative analytic formula. The variables were body image, peer influence, and nutritional status. Body image was measured by Body Shape Questionnaire, peers influence was measured by Peer Influence Scale and nutritional status was obtained from body mass index. The data were analyzed in univariate and bivariate by using Chi Square and Fisher Exact. Results: Based on univariate analysis, the results were 64.3% of respondents with normal nutritious, 22.6% with over nutritious and 13.1% with less nutritious. On body image analysis found 73.9% of respondents feeling satisfied and 26.1% unsatisfied. On peers influence analysis found 89.4% of respondents were not influenced and 10.4% of respondents were influenced. Based on bivariate analysis, there was relationship between body image and nutritional status (p = 0.001), while there wasn’t relationship between peer influence and nutritional status (p = 0.517). Conclusion: There was a significant relationship between body image on the nutritional status of women of prenuptial childbearing women, whereas there was no significant relationship between peers on the nutrional status.
Keywords: Body image, nutritional status, peers influence
ABSTRAK
Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh terhadap Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah di MAN 1 Lampung Tengah Oleh
Sutria Nirda Syati
Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi kegemukan dan kekurusan pada wanita usia subur (WUS) berumur 16-18 tahun mengalami kenaikan dari 1,4% menjadi 7,3% pada kegemukan dan 8,9% menjadi 9,4% pada kekurusan. Hal ini terjadi karena terdapat faktor yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu citra tubuh dan teman sebaya. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status gizi dan hubungan citra tubuh terhadap status gizi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016 di MAN 1 Lampung Tengah. Responden merupakan WUS dengan rentang usia 15-18 tahun, belum menikah, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak menderita penyakit kronis dan tidak hamil. Responden berjumlah 115 responden yang didapatkan dengan rumus analitik komparatif kategorik tidak berpasangan. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu citra tubuh, teman sebaya, dan status gizi. Variabel citra tubuh diukur dengan Body Shape Questionnaire-34, variabel teman sebaya diukur dengan Peer Influence Scale, dan variabel status gizi diukur dengan indeks masa tubuh. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi Square dan Fisher Exact. Hasil: Berdasarkan analisis univariat didapatkan gambaran status gizi sebanyak 64.3% bergizi normal, 22.6% bergizi lebih dan 13.1% bergizi kurang. Pada gambaran citra tubuh, didapatkan 73.9% puas dan 26.1% tidak puas. Pada gambaran teman sebaya didapatkan 89.4% tidak berpengaruh dan 10.4% berpengaruh. Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara citra tubuh dan status gizi (p = 0.001) dan tidak terdapat hubungan antara teman sebaya dan status gizi (p = 0.517). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara citra tubuh terhadap status gizi wanita usia subur pranikah, sedangkan tidak terdapat hubungan bermakna antara teman sebaya terhadap status gizi. Kata kunci: Citra tubuh, status gizi, teman sebaya
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sungailiat, Bangka Belitung pada 20 Maret 1995 sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak Agus Ferriadi dan Ibu Elya Farida.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Aisyah Palembang, SD 19 Pangkalpinang, SMP Negeri 2 Pangkalpinang, dan SMA 1 Pemali. Pada saat SMA, penulis pernah melakukan pertukaran pelajar di Washington D.C, Amerika Serikat selama satu tahun. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Anatomi periode 2015/2016. Penulis aktif menjadi pengurus organisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai sekretaris dinas pengabdian masyarakat periode 2014/2015, Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI) sebagai kepala staff administrasi organisasi periode 2015/2016, Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina periode 2013/2015 sebagai anggota bidang akademik, PMPATD PAKIS sebagai anggota tetap divisi diklat, dan LUNAR sebagai anggota bidang ilmiah.
Penulis merupakan Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Lampung pada tahun 2016 dan penerima hibah PKM-Penelitian pada tahun 2015. Selain itu, penulis juga merupakan penerima beasiswa Djarum Foundation (angkatan 31) periode 2015/2016 dan beasiswa Dikti PPA periode 2016/2017.
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Skripsi dengan judul “Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh Terhadap Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah di MAN 1 Lampung Tengah, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah ” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.
2.
Dr. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3.
dr. Dian Isti Angraini, M.P.H, selaku Pembimbing Utama yang selalu bersedia menyempatkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan nasihat selama proses penyelesaian penelitian serta ilmu yang begitu bermanfaat selama tiga setengah tahun ini.
4.
Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan skripsi dan menjadi inspirator saya untuk terus berkarya
5.
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K), selaku Pembahas untuk masukan dan saransaran yang diberikan, serta sosok dokter yang menjadi panutan saya.
6.
dr. Oktadoni Saputra, M.MedEd., selaku Pembimbing Akademik yang selalu bersedia dalam mendengar curahan dan memberi nasihat demi kebaikan akademik selama menempuh masa pre klinik.
7.
Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, seluruh guru dan adik-adik MAN 1 Lampung Tengah yang membantu dalam penelitian ini. Penelitian ini dapat dirampungkan karena jasa kalian.
8.
Ibunda tercinta, Elya Farida. Terimakasih untuk kekhusyu’an doa yang mengalir dalam setiap kesempatan, nasihat, bimbingan, dan kasih sayang yang tak pernah putus.
9.
Ayahanda, Agus Ferriadi. Terimakasih untuk kebaikan, kedamaian, usaha yang dikerahkan, dan doa.
10. Seluruh Civitas Akademika FK Unila atas ilmu, pengalaman berharga, dan kelancaran yang telah diberikan kepada penulis. 11. Mas Jatun, terimakasih untuk selalu sabar dan membantu dalam menghadapi setiap proses yang saya hadapi. 12. Teman-teman terdekat tarin, amal, ica, widi, tiffany, salsa, neza, kitin yang selalu setia mendukung; partner bisnis tourniquet terkeren se-BDL yaitu faridah dan nisa; kelompok wanita subur, meti meriska, mentari; dan cah seminung are, fitri, oci, ayu dan intan. 13. Sahabat-sahabat angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan dan kerja sama dalam mengemban ilmu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Bandar Lampung, Januari 2017 Penulis
Sutria Nirda Syati
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI…………………………………………………………… DAFTAR TABEL……………………………………………………… DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… DAFTAR SINGKATAN……………………………………………….
iv vi vii viii ix
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………... 1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………. 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………
1 4 4 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wanita Usia Subur ………..……………………………………. 2.2 Gizi WUS……………………………………………………….. 2.3 Status Gizi………………………………………………………. 2.3.1 Definisi Status Gizi………………………………………. 2.3.2 Penilaian Status Gizi……………………………………... 2.3.3 Klasifikasi Status Gizi.…………………………………… 2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Status Gizi..………………..... 2.4 Teman Sebaya…………………………………………………... 2.4.1 Definisi Teman Sebaya…………………………………... 2.4.2 Karakteristik Pertemanan………………………………… 2.4.3 Fungsi Pertemanan……………………………………….. 2.4.4 Instrumen Penelitian Teman Sebaya …………………….. 2.5 Citra Tubuh……………………………………………………... 2.5.1 Definisi Citra Tubuh……………………………………... 2.5.2 Aspek-aspek Citra Tubuh………………………………… 2.5.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Citra Tubuh………….. 2.4.4 Instrumen Penelitian Citra Tubuh….…………………….. 2.6 Hubungan Teman Sebaya dengan Status Gizi………………….. 2.7 Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi…………………….. 2.8 Kerangka Teori………………………………………………….. 2.9 Kerangka Konsep……………………………………………….. 2.10 Hipotesis………………………………………………………..
6 7 10 10 11 12 13 15 15 15 16 17 18 18 18 19 20 22 23 25 26 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian………………………………………………... 3.2 Tempat dan Waktu……………………………………………… 3.3 Populasi dan Sampel……………………………………………. 3.3.1 Populasi…………………………………………………... 3.3.2 Sampel……………………………………………………. 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel……………………………. 3.4 Variabel Penelitian………………………………………………
27 27 28 28 28 30 31
3.4.1 Variabel Dependen……………………………………….. 3.4.2 Variabel Independen…………………………………....... 3.5 Definisi Operasional…………………………………………….. 3.6 Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 3.6.1 Data………………………………………………………. 3.6.2 Instrumen Penelitian……………………………………... 3.6.3 Teknik Penilaian/Skoring………………………………… 3.7 Analisis Data……………………………………………………. 3.8 Etika Penelitian………………………………………………….
31 31 31 32 32 32 33 34 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………………………………………………..... 4.1.1 Analisis Univariat………………………………………… 4.1.2 Analisis Bivariat…...……………………………………… 4.2 Pembahasan……...……………………………………………… 4.2.1 Analisis Univariat………………………………………... 4.2.2 Analisis Bivariat………………………………………….. 4.3 Keterbatasan Penelitian………………………………………….
36 36 37 40 40 44 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….…………………………………………….. 5.2 Saran……….…………………………………………………….
48 49
DAFTAR PUSTAKA.……………………………………………..…...
50
LAMPIRAN.……………………………………………..….................
54
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kebutuhan Gizi Wanita Usia Subur 2 Kategori IMT WUS Dewasa berdasarkan WHO 3 Kategori IMT WUS Remaja berdasarkan CDC 4 Definisi Operasional 5.Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden 6.Distribusi Frekuensi Citra Tubuh 7.Distribusi Frekuensi Teman Sebaya 8.Tabulasi Silang Citra Tubuh Terhadap Status Gizi 9.Tabulasi Silang Teman Sebaya Terhadap Status Gizi
Halaman 8 11 12 31 36 37 37 38 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori 2 Kerangka Konsep 3 Alur Penelitian
Halaman 25 26 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. SOP Penimbangan Berat Badan 2. SOP Pengukuran Tinggi Badan 3. Informed Consent 4. Lembar Identitas Responden 5. Kuesioner Peer Influence Scale 6. Kuesioner Body Shape Questionnaire 7. Sertifikat Kalibrasi Alat Pengukur 8. Surat Lolos Kaji Etik 9. Surat Penelitian 10. Dokumentasi 11. Hasil Analisis Statistik
DAFTAR SINGKATAN
BSQ-34
= Body Shape Questionnaire-34
BBLR
= Berat badan lahir rendah
PIS
= Peer Influence Scale
IMT
= Indeks masa tubuh
WUS
= Wanita usia subur
BKKBN
= Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar WHO
= World Health Organization
CDC
= Center for Disease Control
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Wanita usia subur (WUS) didefinisikan oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun dengan jumlah sebanyak 66.326.200 jiwa pada tahun 2010. Kesehatan WUS pranikah merupakan gerbang awal peningkatan mutu kesehatan reproduktif masyarakat diawali dengan memiliki status gizi yang baik. Kualitas generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi kesehatan ibunya sejak sebelum dan selama hamil karena akan berkaitan erat dengan kualitas kehamilan dan bayi yang dilahirkan (BKKBN, 2011). Sebuah penelitian kohort pada wanita di Cina menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (IMT) wanita pranikah yang tergolong sangat kurus/severely underweight (≤ 18,5 kg/m2) akan berdampak buruk pada pertumbuhan janin dan berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki IMT normal (19,8 ≤ IMT< 23 kg/m2) (Kristenten, 2005). Kelebihan berat badan dan obesitas pada WUS pranikah juga cenderung memberikan dampak negatif yaitu penambahan berat badan secara signifikan pada kehamilan pertama. Selain itu, hal tersebut
2
sangat berkaitan erat dengan kejadian diabetes melitus gestasional, hipertensi, dan makrosomia sehingga status gizi wanita usia subur pranikah yang tidak normal merupakan faktor risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan (Erica, 2009). Wanita usia subur pranikah terbagi menjadi dua kategori yaitu usia remaja dan usia dewasa. Pada usia remaja terjadi perubahan biologis secara dramatis dan pada usia tersebut, remaja sangat memperhatikan bentuk dan ukuran tubuh. Hal ini dikarenakan adanya objektifikasi diri sebagai konsekuensi psikologis dari konsep perempuan ideal yang berkembang di masyarakat. Objektifikasi diri merupakan penilaian terhadap citra tubuh yang memengaruhi wanita untuk memperlakukan dirinya sebagai objek yang diamati dan dievaluasi (Fredrickson, 1977). Apabila individu dapat memenuhi kriteria penampilan ideal, maka individu tersebut menyakini mendapatkan pengakuan sosial dari masyarakat dan menimbulkan perasaan berharga. Hal ini menyebabkan wanita, terutama remaja berusaha untuk mencapai bentuk tubuh yang ideal tersebut, sehingga berdampak pada perubahan pola makan dan menghasilkan status gizi tidak ideal bagi kesehatan (Prichard dan Tiggemann, 2008). Usia remaja sangat rentan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dalam suatu penelitian kohort dengan sampel remaja putri didapatkan bahwa terjadi perubahan fokus dari keluarga atau orangtua ke teman sebaya terhadap pemilihan makanan (Edelman dan Mandle, 2010). Selain itu, terdapat pengaruh teman sebaya terhadap aktivitas fisik dan kebiasaan makan seperti melewatkan sarapan, diet rendah sayuran dan buah, makan di restoran cepat saji serta makan makanan ringan tinggi kalori. Hal ini menunjukkan bahwa teman sebaya merupakan
3
pemain sosial yang berkontribusi membentuk persepsi dan perilaku makan (Ali, 2011). Indonesia saat ini mengalami beban gizi ganda. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan prevalensi kekurusan dan kegemukan yang terjadi secara bersamaan. Prevalensi kekurusan pada WUS kategori remaja mengalami kenaikan dari 8,9% menjadi 9,4%, dan prevalensi kegemukan juga mengalami kenaikan dari 1,4% menjadi 7,3%. Di provinsi lampung, prevalensi status gizi kurang yang cukup tinggi sebesar 6,4% dan angka KEK terbesar terdapat di Kabupaten Lampung Tengah yaitu 22.6%. Lampung Tengah adalah kabupaten dengan penduduk terbanyak di Provinsi Lampung dan memiliki penduduk perempuan sebanyak 601.970 jiwa (Riskesdas, 2013). Permasalahan gizi, khususnya pada remaja, merupakan hal yang sangat kompleks dikarenakan banyaknya faktor yang memengaruhi kondisi gizi. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menujukkan bahwa faktor yang sangat memengaruhi perilaku makan WUS dengan usia remaja adalah teman sebaya dan citra tubuh. Selain dari faktor yang memengaruhi status gizi, landasan kertertarikan peneliti adalah tempat penelitian di Lampung Tengah. Kabupaten Lampung Tengah merupakan kabupaten dengan penduduk WUS terbanyak di Provinsi Lampung dan MAN 1 Lampung Tengah merupakan madrasah setara sekolah menengah atas terbesar di kabupaten tersebut, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang cukup representatif.
4
1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, antara lain: 1.
Bagaimana gambaran status gizi, teman sebaya dan citra tubuh pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah?
2.
Apakah ada hubungan teman sebaya terhadap status gizi pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah?
3.
Apakah ada hubungan citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan teman sebaya dan citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah 1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain: 1.
Mengetahui gambaran status gizi, teman sebaya dan citra tubuh pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah.
2.
Mengetahui hubungan teman sebaya terhadap status gizi pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah.
3.
Mengetahui hubungan citra tubuh terhadap status gizi pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni :
5
1.4.1.Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti melalui pengalaman dan penerapan ilmu yang bermanfaat di komunitas.s 1.4.2.Bagi Institusi Pendidikan. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan mengenai faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan reproduksi pada WUS. 1.4.3.Bagi Dinas Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat sehingga menjadi masukan dalam peningkatan program gizi dan kesehatan reproduksi yang ditargetkan pada WUS. 1.4.4.Bagi Subyek Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kompensasi kepada subjek melalui gambaran dan penambahan wawasan mengenai peran teman sebaya dan citra tubuh yang dapat berdampak pada status gizi WUS.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita usia subur adalah wanita berusia antara 15-49 tahun yang berada
dalam masa reproduksi, ditandai dengan timbulnya haid yang pertama kali
(menarche), dan diakhiri dengan masa menopause (BKKBN, 2011). Gejala menstruasi merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual pada wanita yang menunjukkan bahwa wanita telah siap menjalani fungsi reproduksinya, sedangkan menopause adalah masa berhentinya menstruasi secara permanen akibat berhentinya
aktivitas folikel dalam ovarium (WHO, 2009).
Keadaan organ reproduksi WUS dapat berfungsi baik dan sempurna pada
kisaran umur 20-35 tahun. Perkembangan wanita usia subur berlangsung lebih cepat
daripada pria. Puncak kesuburan WUS berada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada
rentang usia ini, wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an
tahun, presentasenya menurun menjadi 90%, sedangkan saat memasuki usia 40 tahun,
kesempatan hamil berkurang menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun, wanita mengalami
penurunan sistem reproduksi secara fungsional menjadi 10% (WHO, 2009). WUS pranikah dibagi kedalam dua kategori yaitu usia remaja (rentang usia 15-18 tahun) dan usia dewasa. Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan dari
7
organ-organ dalam tubuh, sedangkan pada usia dewasa merupakan masa tercapainya kematangan fisik dan terhentinya proses pertumbuhan (WHO, 2009). Wanita usia subur dengan rentang 15-18 tahun berada dalam periode dimana nutrisi merupakan hal yang sangat penting. Dalam periode ini terjadi peningkatan dramatis dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik. WUS akan mengalami kenaikan berat badan dan peningkatan tinggi badan secara signifikan sehingga kebutuhan nutrisi meningkat dan memerlukan asupan gizi yang adekuat. Selain itu, terdapat perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang dapat mempengaruhi asupan nutrisinya. Hal ini berbeda dengan WUS dewasa, kebutuhan nutrisi secara langsung lebih bergantung pada aktivitas fisik karena proses pertumbuhan sudah terhenti. Pemenuhan kebutuhan nutrisi tersebut menjadi konstan dan digunakan untuk mempertahankan fungsi tubuh yang optimal. (WHO, 2006).
2.2 Gizi WUS Gizi merupakan proses menggunakan makanan yang dikonsumsi untuk pertumbuhan, perkembangan fungsi organ-organ, dan menghasilkan energi. Manusia membutuhkan asupan makanan untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Dalam makanan tersebut mengandung karbohidrat, lemak dan protein yang digunakan sebagai sumber energi untuk kegiatan tersebut. (Irianto, 2014).
8
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Wanita Usia Subur Wanita Usia Subur Zat Gizi 15-18 tahun
19-29 tahun
30-45 tahun
Energy (kkal)
2200
1900
1800
Protein (g)
55
50
50
Vitamin A (RE)
600
500
500
Vitamin D (µg)
5
5
5
Vitamin E (mg)
15
15
15
Vitamin K (µg)
55
55
55
Tiamin (mg)
1,1
1,0
1,0
Riboflavin (mg)
1,0
1,1
1,1
Asam folat (µg)
400
400
400
Piridoksin (mg)
1,2
1,3
1,3
Vitamin B12 (µg)
2,4
2,4
2,4
Vitamin C (mg)
75
75
75
Kalsium (mg)
1000
800
800
Fosfor (mg)
1000
600
600
Magnesium (mg)
240
250
250
Besi (mg)
26
26
26
Yodium (µg)
150
150
150
Seng (mg)
14
9,3
9,8
Selenium (µg)
30
30
30
Mangan (mg)
1,6
1,8
1,8
Sumber: Almatsier (2011)
9
2.2.1 Karbohidrat Karbohidrat adalah senyawa kompleks yang menjadi sumber energi utama untuk tubuh. Karbohidrat terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana adalah makanan yang mengandung gula, misalnya buah-buahan, susu, dan semua makanan yang manis, sedangkan karbohidrat kompleks berasal dari biji-bijian, padi dan sayuran. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi; sebagian untuk otot dan otak, fungsi lainnya berguna untuk cadangan energi, pengatur metabolisme lemak, dan pembangun struktur sel. Kekurangan karbohidrat berdampak adanya gangguan proses metabolisme dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti marasmus, kekurangan energi protein. Namun, asupan karbohidrat yang melebihi kebutuhan juga tubuh dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau gemuk. Kelebihan berat badan berisiko menderita diabetes melitus dan masalah kesehatan yang lain (Gibney, 2009). 2.2.2
Protein Protein adalah senyawa kompleks yang terdiri dari asam amino. Protein
berdasarkan sumber ada dua yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani lebih tinggi nilai biologi protein dari pada protein nabati. Protein mempunyai beberapa fungsi penting yang dibutuhkan tubuh, antara lain: 1) pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, 2) salah satu penghasil energi, 3) merupakan bagian dari enzim dan antibodi, 4) mengangkut zat gizi, dan 5) mengatur kesimbangan air. Protein tidak dapat berfungsi baik dalam tubuh dalam tubuh tanpa kecukupan sumber energi yang lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Fatmah, 2007). 2.2.3 Lemak Lemak merupakan sumber energi tertinggi (9 kkal per gram) dibandingkan karbohidrat dan protein. Sumber lemak terbagi menjadi dua yaitu lemak nabati dan
10
lemak hewani. Konsumsi lemak total sehari dianjurkan sebanyak 20-30% kecukupan energi sehari. Fungsi lemak yang lain adalah menghasilkan asam linolenat dan linoleat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan fungsi normal jaringan, membantu transportasi dan absorbsi vitamin A, D, E, dan K, sebagai bantalan organ tubuh tertentu, dan membantu memelihara suhu tubuh serta mencegah kehilangan panas tubuh secara cepat (Khomsan, 2003). 2.2.4
Vitamin dan Mineral Vitamin adalah bahan organik kompleks yang umumnya dibutuhkan dalam
jumlah sedikit dan tidak bisa dibentuk di dalam tubuh sehingga harus dipenuhi dari makanan. Secara garis besar, vitamin terbagi menjadi dua, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin larut dalam air. Vitamin larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin larut dalam air, yaitu vitamin B dan C. Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi organ secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta berbagai tahap metabolisme terutama dalam kofaktor dalam aktifitas enzim-enzim (Gibney, 2009).
2.3
Status Gizi 2.3.1 Definisi Status Gizi Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi individu dengan melihat perhitungan tertentu dari berat badan dan tinggi badan. Status kesehatan seseorang dapat dilihat melalui status gizi yang merupakan hasil dari keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi (Irianto, 2014).
11
2.3.2 Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan upaya menginterpretasikan semua informasi yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan, biokimia dan klinik. Penilaian status gizi terbagi menjadi dua, yakni penilaian status gizi secara langsung dan tak langsung. Penilaian status gizi langsung dilakukan dengan cara antropometri, biofisik, biokimia dan klinis. Penilaian status gizi tak langsung dengan survey konsumsi makan, perhitungan statistik dan ekologi (Irianto, 2014). Pengukuran
secara
langsung
yang
paling
sering
digunakan
adalah
antropometri. Salah satu pengukuran antropometri adalah indeks massa tubuh (IMT). Indeks masa tubuh merupakan media sederhana untuk mengetahui status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan berat badannya tergolong kurang, normal, atau lebih. Penilaian IMT menggunakan dua parameter yaitu, berat badan yang merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral dan tinggi badan yang menjadi ukuran panjang dan dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal (Almatsier, 2011). Hasil interpretasi untuk WUS dewasa dapat dilihat pada tabel 2 : !"# =
!"#$% !"#"$ (!") !"#$$" !"#"$ ! ! !"#$$" !"#"$ (!)
Tabel 2 Kategori IMT WUS Dewasa Berdasarkan WHO untuk Orang Asia Kategori
IMT (kg/m2)
Underweight Normal Overweight Preobese Obesitas
<18,5 18,5 – 23,00 23,00 – 25,00 25,00 – 30,00 >30,00
Sumber: WHO, 2006
12
Hasil interpretasi untuk WUS remaja dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3 Kategori IMT WUS Remaja Berdasarkan CDC Kategori
IMT (kg/m2)
Underweight Normal Overweight Preobese
<5th percentile 5th – <85th percentile 85th – 95th percentile >95th percentile
Sumber: CDC, 2000
2.3.3 Klasifikasi Status Gizi 2.3.3.1 Gizi Baik Status gizi baik atau biasanya disebut status gizi normal dengan IMT pada kisaran 18,5 hingga 23,00 kg/m2 pada dewasa dan kisaran 5th – <85th percentile pada remaja, merupakan tingkat kesehatan dimana keadaan kesehatan seseorang, ditinjau dari sisi kecukupan gizinya berada pada kondisi yang normal. Apabila kesehatan tubuh berada pada tingkat gizi baik maka seseorang dapat beraktivitas dengan optimal yang akan mempengaruhi tingkat produktivitasnya (Almatsier, 2011). 2.3.3.2 Gizi Kurang Gizi kurang merupakan kondisi dimana seorang tidak mendapatkan asupan yang adekuat. Hal ini dapat diukur melalui lingkar lengan, rasio tinggi badan dan berat badan dengan IMT di bawah 18,5 kg/m2 pada dewasa dan <5th percentile pada remaja. Gizi kurang cukup mengkhawatirkan karena dapat berdampak buruk pada kesehatan, menurunkan produtivitas tubuh. Salah satu contoh kondisi gizi kurang adalah KEK, yang akan sangat membahayakan jika diidap oleh wanita karena para calon ibu tersebut turut menentukan masa depan anaknya (CDC, 2000).
13 2.3.3.3 Gizi Lebih Gizi lebih adalah berat badan yang relatif berlebihan dengan tinggi badan sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Seseorang dewasa dikatakan bergizi lebih jika memiliki IMT melebihi 23,00 kg/m2 pada dewasa dan >85th percentile pada remaja. Obesitas merupakan bagian dari gizi lebih dengan kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adipose sedemikian sehingga mengganggu kesehatan. Pada wanita usia subur yang memiliki gizi lebih dapat berdampak tidak baik karena tinggi risiko untuk terkena diabetes, hipertensi dan komplikasi lainnya saat kehamilan (Almatsier, 2011).
2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Status Gizi Ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung dipengaruhi oleh faktor individu, asupan makanan dan kondisi kesehatan seseorang seperti ada tidaknya penyakit infeksi, serta kekebalan tubuh. Sedangkan faktor tidak langsung dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan lingkungan (Supariasa, 2002). 2.3.4.1 Faktor Individu Ada beberapa aspek yang masuk ke faktor individu yaitu faktor biologis, psikologis, citra tubuh dan laju basal metabolik. Setiap orang mempunyai pola makanan tersendiri disebabkan cara hidup dan faktor lingkungan tersendiri. Contoh dari segi psikologis, terjadinya kenaikan berat badan saat menghadapi situasi stres yang tinggi, kematian orang tua, penyakit kronik dan depresi mental sehingga memunculkan perubahan pola makan dapat menjadi berlebihan untuk menghilangkan stress atau sebaliknya. Laju basal metabolik seseorang berpengaruh terhadap status gizi seseorang karena
14 hal ini menentukan seberapa energi yang dibutuhkan per harinya. Basal metabolik ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia individu dan aktivitas fisik yang dilakukan dalam kesehariannya (Guyton, 2008). WUS remaja yang mempunyai perilaku makan negatif dikaitkan dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri. Mereka menginginkan penampilan yang ideal seperti bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai body image pada remaja putri menunjukkan bahwa 70% subjek mengungkapkan keinginan untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing, padahal hanya 15% di antara mereka yang menderita overweight (Hansen, 2008). 2.3.4.2 Faktor Lingkungan Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat individu sering dipengaruhi teman sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status. Media massa juga menentukan asupan makan yang akan mempengaruhi ke status gizi seseorang. Iklan-iklan tentang berbagai metode penurunan berat badan yang menggunakan seorang artis sebagai model akan lebih mudah memikat para remaja, khususnya remaja putri (Arisman, 2010). 2.3.4.3 Faktor Sosial Ekonomi Jumlah pendapatan dapat mempengaruhi pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi. Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat menimbulkan kualitas gizi yang tidak seimbang, yang diperkuat oleh media
15 massa menampilkan sajian makanan cepat saji. Pola makan praktis dan siap saji terutama terlihat di kota-kota besar, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional
akan
menyebabkan
kelebihan
masukan
kalori
yang
akan
menimbulkan permasalahan gizi lebih atau obesitas (Gibney, 2009).
2.4 Teman sebaya 2.4.1 Definisi Teman Sebaya Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai dua individu atau lebih yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Teman sebaya memiliki karakteristik yang sama, seperti umur, jenis kelamin, etnis, tempat tinggal dan kesukaan (Alwi, 2007). Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian. Dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai (Zimmermann, 2004). 2.4.2 Karakteristik Pertemanan Karakteristik pertemanan dapat membangkitkan perasaan yaitu pertama kesenangan dengan suka menghabiskan waktu bersama. Kedua, penerimaan dengan
16
menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka. Ketiga, percaya, dengan berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan kesenangan individu. Keempat, saling menghargai dengan membuat keputusan yang baik, saling menolong dan mendukung teman. Kelima, tempat menceritakan rahasia merupakan wadah berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat pribadi kepada teman dan mengerti individu tersebut. Keenam adalah nilai spontanitas dimana seseorang dapat merasa bebas menjadi diri sendiri ketika berada di dekat teman. Ciri-ciri berteman terdiri dari sukarela, unik, kedekatan dan keintiman. Dalam pertemanan harus dipelihara agar dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling membantu, menceritakan rahasia, pengertian, serta spontanitas (Selfhout, 2010). 2.4.3 Fungsi Pertemanan Pertemanan memiliki lima fungsi perteman yaitu stimulasi, dukungan fisik, dukungan ego, afeksi dan sosial. Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sosial melalui interaksi saat melakukan suatu aktivitas bersama. Berteman juga memberi stimulasi kepada seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya melalui informasi menarik dan penting yang didapatkan oleh temannya. Hal tersebut memicu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik. Pada remaja, pertemanan sangat membantu dalam mengungkapkan rasa ketidakamanan dan ketakutan mereka tanpa merasa malu. Teman juga bertindak sebagai orang kepercayaan yang menolong remaja melewati berbagai situasi sulit dengan menyediakan dukungan fisik. Selain dukungan fisik melalui kehadiran, pertemanan juga memberikan dukungan ego meliputi perhatian terhadap remaja sehingga dapat mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang (Parker, 2006).
17 Selain memiliki fungsi yang berdampak positif, pertemanan juga dapat
memberikan dampak negatif bagi remaja seperti pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa tidak diinginkan, kesepian dan bersikap bermusuhan. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting. Peran terpenting dari teman sebaya bagi perkembangan remaja adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga, sumber kognitif untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan, serta sumber emosional untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri (Santrock, 2007). 2.4.4 Instrumen Penelitian Teman Sebaya Kedekatan seorang individu dengan teman sebaya telah diteliti dalam dua dekade terakhir. Peneliti mengeksplorasi bagaimana pengaruh kedekatan teman sebaya pada fenomena psikologis seperti kebiasaan makan, gangguan makan dan secara keseluruhan lainnya. Salah satu alat yang bisa mengukur pengaruh kedekatan individu dengan teman sebayanya menggunakan Peer Influence Scale (PIS). Peer Influence Scale dikembangkan oleh Sira (2013) dalam disertasinya untuk mengukur pengaruh teman sebaya terhadap perilaku makan pada mahasiswa strata 1 di Virginia Polytechnic and State University. Format PIS memiliki aspek penilaian yaitu persepsi teman sebaya terhadap bentuk tubuh, penilaian teman sebaya terhadap perilaku makan, pengaruh terhadap pemilihanan makanan, kebiasaan dan pemikiran tentang tubuh ideal. Kuesioner tersebut telah mengalami terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia, modifikasi, uji validasi dan reliabilitas ulang. Validasi dilakukan oleh peneliti di kawasan tempat tinggal khusus putri di Bandar Lampung. Responden berjumlah 30 orang wanita dengan syarat sudah menstruasi dan belum menikah. Uji
18
validitas tersebut menggunakan uji Pearson Product Moment dimana validitas item ditunjukkan melalui korelasi skor item dan skor total. Dari hasil tersebut didapatkan koefisien r dan hasil semua item pernyataan kuesioner adalah valid jika r hitung > r tabel (r = 0,3610). Hasil yang didapatkan adalah 12 pertanyaan valid. Selain itu, PIS telah diujicoba dengan menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach dan didapatkan koefisien sebesar 0.81. Semakin besar nilai koefisien maka semakin baik reliabilitasnya (Dahlan, 2006).
2.5 Citra tubuh 2.5.1. Definisi Citra Tubuh Citra tubuh adalah gambaran persepsi, perasaan dan sikap seseorang mengenai tubuhnya secara keseluruhan dan bagian tubuh tertentu (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) termasuk bentuk, ukuran dan berat badan (Papali, 2008). 2.5.2.Aspek-aspek Citra tubuh Terdapat aspek-aspek dari citra tubuh yaitu ketertarikan fisik, kepuasan terhadap citra tubuh, pentingnya citra tubuh, penilaian terhadap bagian tubuh yang kurang menarik, usaha peningkatan citra tubuh, kecemasan atas penilaian orang lain, dan perbandingan terhadap citra tubuh. Aspek citra tubuh seorang individu berpusat pada tiga hal yaitu penilaian diri sendiri mengenai tubuh, kecemasan terhadap penilaian orang lain dan usaha untuk mencapai tubuh ideal. Ketiga adalah usaha yang dilakukan untuk menutupi bagian tubuh yang dianggap tidak menarik perbaikan dengan cara restriksi diet, aspek inilah yang menjadi urgen karena dapat mempengaruhi status gizi seseorang (Tejoyuwono, 2011).
19
2.5.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Citra tubuh 2.5.3.1 Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang. Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh daripada pria (Davison, 2006). 2.5.3.2. Usia Pada usia remaja seseorang, citra tubuh semakin penting. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan untuk mengontrol berat badan. Umumnya hal ini terjadi pada remaja putri dibanding remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan yang normal pada 35 masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan citra tubuh negatif ini dapat menyebabkan gangguan makan (eating disorders). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot menjadi semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papali, 2008). 2.5.3.3. Media Massa Paparan media yang tinggi dapat memengaruhi pembaca. Isi tayangan media sering memperlihatkan bahwa standar kecantikan wanita yang menarik adalah tubuh yang kurus. Hal ini membuat para wanita percaya bahwa citra tubuh ideal yang menarik dengan menjadi kurus. Majalah wanita terutama majalah fashion, film dan televisi menyajikan gambar figur kurus yang ideal sehingga menyebabkan banyak wanita merasa tidak puas dengan dirinya yang berdampak pada gangguan makan (Volker, 2015).
20
2.5.3.4. Keluarga Menurut teori pembelajaran sosial, orang tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi sehingga memengaruhi citra tubuh anakanaknya melalui modeling, umpan balik dan instruksi. Citra tubuh melibatkan pertimbangan figur orang tua terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayinya lahir, orang tua menyambut bayi tersebut dengan ekspektasi dari citra tubuh anaknya secara utuh. Kebutuhan emosional anak dalam keluarga adalah disayangi lingkungan, Hal ini memengaruhi harga diri seseorang. Semakin baik penerimaan keluarga terhadap individu, maka semakin baik kepuasan terhadap citra diri seorang anak di dalam keluarga (Cash, 2004). 2.5.3.5. Hubungan Interpersonal Hubungan
interpersonal
adalah
seseorang
yang
cenderung
membandingkan dirinya dengan orang lain dan feedback yang diterima memengaruhi konsep diri termasuk bagaimana perasaannya terhadap penampilan fisik. Umpan balik terhadap penampilan, kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal memengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya (Cash, 2004). 2.5.4 Instrumen Penelitian Citra Tubuh Body Shape Questionnaire (BSQ) adalah salah satu alat yang digunakan untuk menilai citra tubuh untuk mengukur kekhawatiran tentang berat badan dan bentuk pada individu. Awalnya, BSQ dikembangkan oleh Cooper (1987) dan didapatkan validitas konkuren sebesar 0.77 terhadap pemeriksaan Body Dismorphic Disorder dan 0.66 (p<0.001) terhadap Body Dissatisfaction Subscale.
21 Reliabilitas dan validitas kuesioner BSQ telah dilakukan di Indonesia. Proses
tersebut terbagi menjadi 3 tahap yaitu proses penerjemahan, proses pengambilan sampel dan analisis. Proses penerjemahan menggunakan teknik back-translation. Teknik ini merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mencapai kesetaraan terjemahan dalam penelitian lintas budaya. Versi bahasa Inggris dari BSQ masing-masing diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesia dan kembali diterjemahkan ke dalam versi bahasa Inggris oleh empat ahli bahasa. Ahli bahasa yang pertama menerjemahkan kuesioner asli (Sumber 1) ke versi Indonesia (Target 1) dan memberikannya kepada ahli bahasa kedua yang menerjemahkan hasil terjemahan dari ahli bahasa pertama (Target 1) kembali ke Bahasa Inggris (Sumber 2). Sumber 2 kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh ahli bahasa ketiga yang disebut dengan Target 2. Akhirnya, Target 2 diterjemahkan kembali ke Bahasa Inggris (Sumber 3) oleh ahli bahasa keempat. Ulasan dan penyesuaian dilakukan pada tahap Target 1, Target 2, Sumber 2 dan 3 oleh 4 ahli bahasa hingga didapatkan makna yang sama dari kuesioner aslinya (Hastuti, 2013). Proses yang kedua melibatkan 40 (20 laki-laki dan 20 perempuan) yang tinggal di Yogyakarta. Peserta direkrut melalui selebaran ditempatkan pada papan informasi di area tempat pengambilan sampel. Dua puluh laki-laki dan 20 perempuan dipilih secara acak dari daftar peserta yang memenuhi syarat berdasarkan peserta kriteria inklusi sebagai berikut berusia 15-65 tahun yang setuju untuk mengikuti penelitian ini. Peserta yang memiliki cacat fisik atau gangguan kognitif, peserta yang sedang melakukan perawatan medis, peserta dalam program diet dan wanita hamil, dikeluarkan dari penelitian (Hastuti, 2013). Pada proses yang ketiga, dilakukan uji validitas konkuren, uji reliabilitas testretest, dan uji reliabilitas konsistensi internal. Dalam uji validitas konkuren,
22
ditemukan korelasi dengan kekuatan sedang (0.49–0.69) antara kuesioner BSQ dengan IMT dan penilian diri. Pada uji reliabilitas test-retest dilakukan dengan dua kali pengukuran kuesioner dalam kesempatan waktu yang berbeda sehingga diperoleh dua koefisien reliabilitas dan dikorelasikan antara dua skor tersebut. Hasil korelasi dua koefisien didapatkan nilai 0.88 dengan menggunakan analisis uji berpasangan Bland dan Altman plot. Pengujian reliabilitas lainnya adalah konsistensi internal yang digunakan untuk mengukur konsistensi kuesioner dalam melakukan fungsinya. Penelitian ini menggunakan Alpha Chronbah dan diperoleh nilai 0,97. Semakin tinggi koefisien reliabilitas, maka semakin stabil kualitas sepanjang waktu (Hastuti, 2013).
2.6
Hubungan Teman Sebaya dengan Status Gizi Feeney (2011) mengatakan bahwa seseorang akan makan lebih banyak jika teman makan tersebut makan dengan jumlah yang banyak dan seseorang akan makan lebih sedikit jika teman makan tersebut makan dengan jumlah yang sedikit. Apa yang mereka lihat dari teman makan mereka dijadikan sebagai indikator seberapa banyak makanan yang dimakan hal ini mempengaruhi asupan makanan individu. Hal ini juga diperkuat oleh O’Neil (2012) menyatakan bahwa pemilihan makanan hingga terbentuknya pola makan individu, terutama remaja dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar yang paling berperan besar adalah keluarga dan teman sebaya sehingga secara tidak langsung, teman sebaya mempengaruhi status gizi individu. Bagi remaja putri, pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan pengaruh keluarga, karena terdapat kenyamanan, rasa sepaham dan dukungan yang didapatkan dari teman sebaya. Persepsi mengenai bentuk tubuh ideal sangat dipengaruhi oleh teman sebaya sehingga hal ini dapat menjadi tekanan apabila ada ketidaksamaan
23
antara remaja putri dengan teman sebaya (Brown, 2005). Penelitian di Portugal menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh teman dekat dengan perilaku diet. Ketika ada teman yang menyarankan untuk berdiet, persentase remaja putri yang melakukan diet cenderung meningkat. Selain itu, penilaian bentuk tubuh dari teman juga mempengaruhi penilaian bentuk tubuh diri sendiri. Sebanyak 63,3% remaja putri yang dinilai gemuk oleh teman-temannya menganggap bahwa bentuk tubuhnya tidak ideal dan kelebihan berat badan (Cunha, 2008).
2.7
Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi Citra tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi asupan makan seseorang. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat yang membandingkan persepsi tentang berat badan antara wanita dengan berat badan normal, overweight, dan obese diperoleh hasil bahwa 6% (pada sampel dengan berat badan normal), 15% (overweight), dan 26% (obese) menyatakan persepsi mereka mengenai berat badan yang menarik adalah berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan berat badan mereka saat ini. Sebesar 83% dari sampel memilih untuk melakukan diit dalam upaya menurunkan berat badannya dan beranggapan bahwa apabila mereka tidak berdiit maka berat badannya akan menjadi 2-6% lebih besar dibandingkan dengan berat badan saat ini (Malinauskas, 2006). Penelitian di Australia mengenai citra tubuh dan masa menjelang pernikahan menunjukkan bahwa dari 347 calon pengantin wanita yang menjadi sampel penelitian, lebih dari 50% sampel merencanakan untuk menurunkan berat badannya sebelum menikah, 40% merencanakan untuk berdiet, dan sekitar 67% berencana untuk meningkatkan intensitas olahraganya (Pichard, 2008). Sebuah penelitian di Amerika Serikat terhadap para wanita yang akan segera menikah juga menunjukkan hasil yang
24
serupa yaitu 70% sampel berkeinginan untuk menurunkan berat badannya (Neighbors, 2007). Penelitian di Jepang menyatakan bahwa wanita memiliki keinginan yang besar untuk menjadi langsing (62,0%) dibandingkan dengan lelaki (47,4%). Pada penelitian ini, sebagian besar wanita memiliki keinginan untuk menjadi langsing, meskipun jumlah responden yang mengalami obesitas sangat sedikit dan sebagian besar responden yang memiliki IMT normal, ternyata menginginkan ukuran tubuh dengan IMT yang tergolong kurus (BMI: 18,4+ 3,4) (Sakamaki, 2005) Peningkatan jumlah perempuan dengan berat badan normal yang mengalami distorsi terhadap berat badan dikarenakan mispersepsi dari berat badan dapat memberikan dampak negatif, seperti kurangnya asupan gizi, gangguan makan, dan masalah berat badan lebih lanjut. Perubahan perilaku mengenai berat badan yang tidak sehat ini dapat menyebabkan situasi medis yang serius dan bahkan bunuh diri (Choi, 2015).
25
2.8 Kerangka Teori
Faktor lingkungan • Jumlah anggota keluarga • Pola makan keluarga • Kebudayaan • Media massa • Tren • Teman sebaya
Faktor sosial ekonomi • Tingkat ekonomi • Tingkat pendidikan • Pengetahuan gizi • Daya beli keluarga
STATUS GIZI
Faktor Individu • Pertumbuhan • Kebutuhan fisiologis • Jenis kelamin • Genetik • Status kesehatan • Asupan makan • Aktivitas fisik • Citra tubuh
Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh Terhadap Status Gizi WUS di MAN 1 Lampung Tengah
Sumber: Modifikasi dari Supariasa, 2002; Guyton, 2008; Hansen, 2008; Arisman, 2010; Gibney 2009.
2.9
26
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Teman Sebaya
STATUS GIZI
Citra Tubuh
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Teman Sebaya dan Citra Tubuh terhadap Status Gizi WUS di MAN 1 Lampung Tengah
2.10 Hipotesis H0
: •
Tidak terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
•
Tidak terdapat hubungan citra tubuh terhadap status gizi wanita usia subur pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
H1
: •
Terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
•
Terdapat hubungan teman sebaya terhadap status gizi wanita usia subur pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penenlitian Penelitian ini merupakan penelitian metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan antara faktor yang mempengaruhi suatu kejadian dengan cara pendekatan observasi dan/atau pengumpulan data dalam waktu yang sama (Dahlan, 2009). Oleh karena itu, pada penelitian ini pengambilan data status gizi, teman sebaya dan citra tubuh menggunakan kuesioner yang akan dilakukan dalam satu waktu.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lampung Tengah yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2016. MAN 1 Lampung Tengah terletak di Jalan Raya Lintas Timur RT 03 RW 01, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. MAN 1 Lampung Tengah berdiri pada tahun 1977, sebelumnya MAN 1 Lampung Tengah bernama MAN 1 Poncowati, namun pada tahun 2014 mengalami perubahan. MAN 1 Lampung Tengah memiliki No. SK Akreditasi 430a/BAP-SM/12-:PG/RKO/2011 dengan
28
status akreditasi B. Selain itu, MAN 1 Lampung Tengah mempunyai 1 kepala madrasah dengan 3 wakil kepala madrasah, 60 pendidik dan 20
tenaga
kependidikan 3 PNS dan 17 Non-PNS. Lokasi ini dipilih karena MAN 1 Lampung Tengah adalah salah satu sekolah setara menengah atas terbesar di Kab. Lampung Tengah, dan belum pernah dilakukannya penelitian mengenai hubungan teman sebaya dan citra tubuh terhadap status gizi pada wanita usia subur pranikah.
3.3
Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Jumlah murid MAN 1 Lampung Tengah adalah 999 orang dengan jumlah siswa 331 orang dan siswi 668 orang. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah siswi MAN 1 Lampung Tengah berjumlah 668 orang dengan rincian sebagai berikut: 1. Kelas X
: terdiri dari 5 kelas ipa dan 5 kelas ips dengan jumlah
siswa 110 orang dan siswi 266 orang. 2. Kelas XI
: terdiri dari 5 kelas ipa dan 4 kelas ips dengan jumlah
siswa 124 orang dan siswi 210 orang 3. Kelas XII
: terdiri dari 5 kelas ipa dan 3 kelas ips dengan jumlah
siswa 97 orang dan siswi 192 orang
3.3.2 Sampel Adapun jumlah sampel yang akan diambil untuk penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan adalah sebagai berikut (Dahlan, 2006):
29
n=
!! !"# ! !! !"#"!!"#"
!
!"!!" !
Keterangan : Z! = Derivat baku alfa = 1,96 Z! = Derivat baku beta = 0,84 P2
= proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya =
0,48 (Kurnianingsih, 2009) Q2= 1 - P2 = 1 – 0,48 = 0,52 P1=proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti = 0,67 (Kurnianingsih, 2009) Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,67 = 0,33 P1 – P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,67 – 0,48 = 0,19 P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = 0,67 + 0,48/2 = 0,19 Q = 1 – P = 1 – 0,575 = 0,425 Berdasarkan beberapa jumlah sampel yang didapatkan dari perhitungan proporsi penelitian terhadap teman sebaya dan perilaku diet ada remaja putri yang telah
dilakukan
sebelumnya
(Kurnianingsih,
2009),
penghitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut: n=
=
=
=
!! !"# ! !! !"#"!!"#"
!
!"!!" !
!,!" !(!,!"!)(!,!"#) ! !,!" (!,!")(!,!!)!(!,!")(!,!") !,!" !
!,!" !,!"" ! !,!" !,!"!!,!"#" !,!" ! !,!"(!,!"#!) ! !,!"(!,!"#") ! !,!"#$
!
!
maka
didapatkan
30
=
=
!,!"# ! !,!"# ! !,!"#$ !,!"# ! !,!"#$
!,!"#
= !,!"#$
= 105
Setelah dilakukan perhitungan sampel didapatkan 105 orang, namun untuk mengantisipasi adanya drop out, maka ditambahkan 10% sehingga sampel berjumlah 115 orang pada penelitian ini. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1. Sudah menstruasi 2. Belum menikah 3. Bersedia menjadi responden penelitian 4. Dapat membaca dan menulis 5. Mampu berkomunikasi dengan lancar Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah: 1. Hamil 2. Mempunyai penyakit kronis 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik sampling non-probability yaitu purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Sampel diambil tidak secara acak dan hanya diperbolehkan untuk masuk ke kelas sesuai dengan arahan dari pihak sekolah yaitu kelas XII IPA-1, XII IPA-2, XII IPA-4, XI IPS-1, XI IPS-2, X IPA-3 dan X IPA-5. Hal ini dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang tidak bisa diganggu dan ada beberapa pengajar tidak mengizinkan peserta didik untuk mengikuti penelitian.
3.4
31
Variabel Penelitian 3.4.1
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi. 3.4.2
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran teman sebaya dan citra tubuh pada WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah
3.5
Definisi Operasional Definisi operasional menguraikan variabel dependen maupun variabel independen, alat ukur, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur pada penelitian ini. Tabel 4 Definisi Operasional Variabel Status Gizi
Teman sebaya
Citra tubuh
Definisi Ukuran pemenuhan nutrisi untuk individu yang diindikasikan dengan perhitungan rasio berat badan/tinggi badan pada WUS (Irianto, 2014) Hubungan individu dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya (Alwi, 2007) Gambaran persepsi, perasaan dan sikap seseorang mengenai tubuhnya secara keseluruhan dan bagian tubuh tertentu (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) termasuk bentuk, ukuran dan berat badan (Papali, 2008).
Cara Ukur Indeks Massa Tubuh
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur Ordinal
Timbangan Microtoise
Gizi kurang Gizi normal Gizi lebih
Pengisian kuesioner
Kuesioner PIS
Berpengaruh Tidak berpengaruh
Nominal
Pengisian kuesioner
Kuesioner BSQ
Puas Tidak Puas
Nominal
3.6
32
Teknik Pengumpulan Data Pada pelaksanaannya penelitian ini dilakukan selama 1 hari namun dapat dilakukan secara berkala. Alur prosedur dalam penelitian ini sebagai berikut. Informed Consent Pengisian Kuesioner
Anamnesis singkat Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan Pengumpulan Data Analisis Data
Gambar 3. Alur Pengumpulan Data
3.6.1
Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
data yang diambil langsung dari narasumber. Pengumpulan data akan dilakukan dengan media kuesioner dan pengukuran langsung. 3.6.2 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah daftar pertanyaan dalam kuesioner dan alat pengukuran indeks masa tubuh. Instrumen untuk teman sebaya akan menggunakan kuesioner Peer Influence Scale (PIS) yang berfungsi untuk menilai pengaruh teman sebaya dalam perilaku makan dan manajemen berat badan (Sira, 2003). PIS memiliki 12 item pertanyaan dengan uji reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,81 dan validitas dengan Product Moment yang mempunyai nilai r >0,3601.
33
Instrumen untuk citra tubuh akan menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire (BSQ) yang berisi 34 pertanyaan berfungsi untuk menilai pendapat seseorang terhadap tubuhnya. BSQ telah diujicoba di lapangan dengan melakukan uji realiabilitas dengan Alpha Cronbach sebesar 0,970 (Hastuti, 2013). Informed consent akan diberikan bersamaan dengan kuesioner untuk mendapatkan persetujuan dari responden. Pengisian kuesioner akan dilakukan dan diobservasi secara langsung sehingga didapatkan hasil. 3.6.3
Teknik Penilaian Instrumen Penelitian Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai teman sebaya dan
citra tubuh akan diisi oleh responden. Peer Influence Scale memiliki 12 pertanyaan dengan rentang skala 1 (tidak pernah) sampai 5 (sangat sering). Responden menjawab dengan memilih skala. Apabila responden memilih skala 1 maka skor jawaban tersebut bernilai 1, jika responden memilih skala 2 maka skor jawaban tersebut bernilai 2 dan seterusnya. Hal tersebut berlaku untuk semua pertanyaan. Seluruh jawaban akan diakumulasi dengan skor minimal 12 dan skor maksimal 60. Hasil interpretasi jawaban menjadi 2 kategori yaitu berpengaruh dengan rentang skor 39-60 atau tidak berpengaruh dengan rentang skor 12-38 (Sira, 2003). Body Shape Questionnaire memiliki 34 pertanyaan dengan rentang skala 1 (tidak pernah) sampai 6 (selalu). Format BSQ memiliki 3 aspek penilaian yaitu penilaian persepsi diri terhadap tubuh, sikap terhadap kekhawatiran bentuk tubuh dan persepsi perbandingan terhadap citra tubuh diri sendiri dengan orang lain. Sama seperti PIS, responden diwajibkan untuk memberikan jawaban dengan memilih skala pada seluruh pertanyaan, dengan catatan satu pertanyaan hanya
34
boleh diisi satu skala. Apabila responden menjawab skala 1 maka skor jawaban tersebut bernilai 1 dan seterusnya. Hal tersebut berlaku sama untuk semua skala dan semua jawaban. Seluruh jawaban akan dijumlahkan dengan skor minimal 34 dan skor maksimal 204. Selanjutnya, hasil diinterpretasikan dalam 2 kategori yaitu puas terhadap bentuk tubuh dengan rentang skor total 34-93 dan tidak puas terhadap bentuk tubuh dengan rentang skor total 94-204 (Hastuti, 2013).
3.7
Analisis Data Data yang telah didapat akan di proses dan diolah menggunakan program analisis statistika, kemudian dianalisis sebagai berikut: 1.
Analisis Univariat Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan satu variabel yang bertujuan untuk melihat gambaran dan variasi suatu variabel dalam bentuk distribusi frekuensi.
2.
Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik yaitu uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5%). Bila hasil uji statistik mendapatkan nilai p<0.05 maka ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut dan jika nilai p>0.05 maka tidak ada hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut. Dalam hal ini diperlukan data yang terdistribusi normal untuk dapat memenuhi syarat uji Chi Square, apabila jumlah sel dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 melebihi 20%, maka akan digunakan uji alternatif yaitu uji Fisher
35
Exact dengan cara menggabungkan sel. Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel independen dan dependen dapat diketahui dengan menghitung OR (Odd Rasio). Penghitungan OR dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang memilki risiko lebih besar dibanding kelompok lain. Apabila OR=1, maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan dependen. Jika OR>1, maka variabel independen merupakan faktor resiko, namun jika OR<1, maka variabel yang diduga berisiko adalah variabel protektif (Dahlan, 2009).
3.8
Etika Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan surat kelayakan etik berupa keterangan lolos kaji etik dan informed consent oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor 065/UN26.8/DL/2017.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan peran teman sebaya dan citra tubuh terhadap status gizi WUS pranikah di MAN 1 Lampung Tengah, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Status gizi WUS pranikah dengan rentang usia 15-18 tahun sebanyak 74 orang (64.3%) berstatus gizi normal, gizi lebih sebanyak 26 orang (22.6%) dan gizi kurang sebanyak 15 orang (13.1%). Pada gambaran citra tubuh, didapatkan 85 orang (73.9%) menyatakan puas, sedangkan tidak puas sebanyak 30 (26.1%). Pada gambaran teman sebaya didapatkan 103 orang (89.4%) responden menyatakan tidak berpengaruh, sedangkan 12 orang (10.4%) responden menyatakan berpengaruh. 2. Terdapat hubungan antara citra tubuh dan status gizi dengan nilai p<0,01. Responden yang menyatakan ketidakpuasan terhadap citra tubuh memiliki kecenderungan mempunyai status gizi lebih, 19.25 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki status gizi normal-kurang. 3. Tidak terdapat hubungan antara teman sebaya dan status gizi dengan nilai p>0,05.
Responden
yang
dipengaruhi
teman
sebaya
memiliki
49
kecenderungan mempunyai status gizi lebih, 1.44 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki status gizi normal-kurang.
5.2 Saran 5.2.1 Bagi Pemerintah Pemerintah Lampung Tengah khususnya Dinas Kesehatan Lampung Tengah harus memberi perhatian lebih terhadap permasalahan gizi pada WUS pranikah, terutama pada rentang usia 15-18 tahun karena masih tingginya angka kekurusan dan kegemukan. Hal ini dapat dioptimalkan dengan cara intervensi ke sekolah melalui sosialisasi mengenai pola hidup sehat dapat dilakukan sejak dini. 5.2.2 Bagi Masyarakat Masyarakat perlu menyadari pentingnya mempunyai status gizi normal, terutama pada WUS pranikah karena status gizi pada WUS pranikah berkaitan erat dengan kualitas kehamilan dan bayi yang dilahirkan.. 5.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Untuk
penelitian
selanjutnya,
diharapkan
menggunakan
teknik
pengambilan sampel probability sehingga hasil penelitian yang didapatkan lebih representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ali MM, Amialchuk A, Heiland FW. 2011. Weight-related behavior among Adolescents: The role of peer effects. Plos One. 6(6): 21179. Almatsier S. 2011. Penilaian Status Gizi: Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Gramedia Pustaka Umum: Jakarta. Alwi H. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arisman MB. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2011. Batasan dan Pengertian MDK. Diakses pada 27 April 2016. Tersedia dari: http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx
Brown JE. 2005. Nutrition Through Life Cycle. USA: Thomson Wadsworth Cash T. 2004. Body image: past, present, and future. Virginia: Elsevier Editorial. Choi ES, Shin NR, Jung EI, Park HR, Lee HM, Song K. 2008. A study on nutrition knowledge and dietary behavior of children in Seoul. The Korean Nutrition Society and Korean Society of Community Nutrition: Nutrition Research and Practice. 2(4): 308-316 Croll J. 2005. Body image and adolescents. In: Guidelines for adolescent nutrition services Chapter 13. Minnesota: Divisi Kesehatan Komunitas dan Epidemiologi Universitas Minnesota. hlm. 155-160 Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2000. BMI for age growth charts. [Di unduh pada 5 Mei 2016]. Tersedia dari: http://www.cdc.gov/growthcharts/clinical_charts.htm
Cooper PJ, Taylor MJ, Cooper Z, Fairburn CG. 1987. The development and validation of the body shape questionnaire. International Journal of Eating Disorders. 6:485–494.
51
Cunha M. 2008. The role of individual temperament, family and peers in social anxiety disorder: A controlled study. International Journal of Clinical and Health Psychology. 8(3): 631-655 Dahlan MS. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Davidson TE, McCabe MP. 2006 Adolescent body image and psychosocial functioning. Journal of Social Psychology. 146(1):15-30 Doustmohammadian, Anza. 2013. Nutritional status and dietary intake among adolescent girls. J Paramedical Science. 4: (ISSN 2008-4978) Edelman CL, Mandle CL. 2010. Health Promotion Throughout the Life Span Ed. VII. Missouri: Elsevier Mosby. Erica G. 2009. Childbearing and Obesity in Women: Weight Before, During and After Pregnancy. Obstet Gynecol Clin North Am. 36(2): 317 Fatmah, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Feeney JR, Polivy J, Pliner P, Sullivan MD. 2011. Comparing live and remote models in eating conformity research. Elsevier Medicine Journal. 12:75–77. [PubMed: 21184979] Fredrickson BL, Roberts TA. 1977. Objectification theory: Toward understanding women’s lived experiences and mental health risks. Psychology of Women Quarterly. 21: 173-206 Gibney M, 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Guyton, Arthur C, John EH, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hansen KSW. Body shape dissatisfaction: patterns of concern among subgroups of college freshmen women [Thesis]. Amerika Serikat: Department of Counseling Psychology and Special Education Brigham Young University. Hastuti J. 2013. Anthropometry and Body Composition of Indonesian Adults: An Evaluation of Image, Eating Behavior, and Physical Activity. [Thesis]. Queensland: Philosophy Dept of Queensland University. Haynie DL, Osgood DW. 2005. Reconsidering peers dan delinquency: How do peers matter? Social fierce. Oxford Journal. 84(2):1109-1130. Irianto K. 2014. Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Alfabeta. hlm.30-37
52
Khomsan A. 2003. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT raya Grafindo persada. Kristensen J, Vestergaard M, Wisborg K, Kesmodel U, Secher NJ. 2005. Pre-pregnancy weight and the risk of stillbirth and neonatal death. Int J Obstet Gynecol. 112:403408 Kurnianingsih Y. 2009. Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan terhadap Diet Penurunan Berat Badan pada Remaja Putri di 4 SMA Terpilih di Depok. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Riskesdas. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Depkes RI. Malinauskas BM, Raedeke TD, Aeby VG, Smith JL, Dallas MB. 2006. Dieting pratices, weight perceptions, and body composition: a comparison of normal weight, overweight and obese college females. Journal of Nutrition. 5:11 Neighbors LA, Sobal J. 2007. Weight and weddings: women’s weight ideals and weight management behaviors for their wedding day. Elsevier Medicine Journal. 50:550-554 Ningsih, Ratna. 2014. Hubungan Teman Sebaya, Konsep Diri dan Status Gizi Remaja Putri. JKep. 2(3): 44-54 O’Neil E. 2012. The Degree of Peer Influence on Food Choice. [Thesis]. USA: Clemson University Palupi MP. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Siswi di 4 SMA/SMK Terpilih di Kota Depok Jawa Barat. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Papalia DE, Old SW, Feldman, RD. 2008. Human Development. Jakarta: Kencana. Paratmanitya, Y, Hadi H, Susetyowati. 2012. Citra tubuh, asupan makan, dan status gizi wanita usia subur pranikah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 8(3): 126-134 Parker J, Rubin K, Erath S. 2006. Peer Relationships, Child Development, and Adjustment: A Developmental Psychopathology Perspective. Developmental psychopathology. 1(2): 419-493 Prichard I, Tiggemann M. 2008. An examination of pre-wedding body image concerns in brides and bridesmaids. PubMed Body Image. 5:395-398. Sakamaki R., Toyama K, Amamoto R. 2005. Nutritional knowledge, food habits and health attitude of Chinese university students; a cross sectional study. Nutrition Journal. 4:4
53
Santrock JW. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi II. Jakarta: Kencana. Saifah A. 2011. Hubungan Peran Keluarga, Guru, Teman Sebaya dan Media Massa dengan Perilaku Gizi Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Mabelopura Kota Palu. [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia
Savitri W. 2015. Hubungan Body Image, Pola Konsumsi, dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Siswa SMAN 63 Jakarta. [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Selfhout M, Burk W, Branje S. 2010. Emerging Late Adolescent Friendship Networks and Big Five Personality Traits: A Social Network Approach. Journal of Personality. 78:2 Sira N. 2003. Body Image: Relationship to Attachment, Body Mass Index, Dietary Practices among College Student. Dissertation. Virginia: Philosophy Dept of Virginia Polytechnic Institute and State University Soetardjo S. 2011. Gizi Usia Remaja: Gizi Seimbang dalam Daur kehidupan. Gramedia Pustaka Umum: Jakarta. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Tejoyuwono TAA. 2011. Persepsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Terhadap Citra Tubuh Ahli Gizi. Gizi. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 8(1): 42-49 Volker T, Justin R, Christy G. 2015. Weight status and body image perceptions in adolescents: current perspectives. Adolescent Health, Medicine and Therapeutics. 6: 149–158 Widianti N. 2012. Hubungan antara Body Image dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Remaja Putri di SMA Theresiana Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro. WHO. 2006. Adolescent Nutrition: A review of Situation in Selected South-East Asian Countries. Thailand: World Health Organization. WHO. 2009. Women and Health; Today’s evidence, Tomorrow Agenda Chapter 4. Geneva: World Health Organization. hlm. 27-47 Zimmerman P. 2004. Attachment representations and characteristics of friendship relations during adolescence. University of Regensburg: Germany. J. Experimental Child Psychology. 88: 83–101