TINJAUAN PUSTAKA
Sistematik Ikan Lemuru Menurut
Nelson
(1984), Famili Clupeidae dan Subfamili
Clupeinae mempunyai 6 genera, yaitu : 1.
Genus Sardinella
2.
Genus Harengula
3.
Genus Clupea
4.
Genus Sardina
5.
Genus Sprattus
6.
Genus Opistonema
Genus
Sardinella
mempunyai
tiga
subgenera, yaitu (Chan,
1965a dan b) : 1.
Amblygaster
2.
Sardine11a
3.
Clupeonia
Menurut Weber dan De Beaufort
(1965), subfamili
Clupeinae
mempunyai tiga genera, yaitu : 1.
Genus Corica, yang Clupeichthys
mempunyai dua
Subgenera, Corica dan
.
2.
Genus Clupeoides
3.
Genus
Clupea,
mempunyai
tiga
Subgenera,
yaitu
Amblygaster, Alosa dan Harengula. Fischer dan Whitehead (1974), membagi Subfamili Clupeinae menjadi dua Genera, yaitu Herklotsichthys dan Sardinella.
Wongratana pada tahun 1980 merevisi Famili Clupeidae menjadi tujuh Subfamili, yaitu : Famili : Clupeidae Subfamili : 1. Clupeinae Genus :
(31 spesies)
1.1. Sardinella
Subgenus :
1.1.1. Sardinella
Species :
1.1.1.1. longiceps 1.1.1.2. neglecta 1.1.1.3. lemuru 1.1.2. Clupeonia
(15 spesies)
1.2.
Amblygaster
(
1.3.
Herklotsichthys
( 8
1.4.
Escual osa
(
2. Dussumierinae
3 spesies) spesies)
2 spesies) (4 spesies)
3. Pellonulinae
(12 spesies)
4. Spratelloides
(4 spesies)
5. Alosinae
(8 spesies)
6. Dorosomatinae
(17 spesies)
7. Pristigasterinae
(16 spesies)
Perbedaan antara S. longiceps dengan S. lemuru adalah sedikit sekali, yaitu panjang kepala masing-masing berkisar antara 29-35% dan 26-29% panjang baku, dan gill rakernya masing-masing berkisar antara (117-241)+(150-253) dan (51153)+(77-188)
.
~oerjodinoto (1960), memakai nama Clupea (Harengula) longiceps (C.V.)
untuk
ikan
lemuru
yang
tertangkap
di
perairan Selat Bali dan sekitarnya, kemudian tulisan-tulisan yang terbit belakangan
memakai nama S. longiceps C.&V.,
sedangkan pustaka-pustaka dari India memakai nama S. longiceps Val.
Tetapi Gloerfelt-Tarp dan Kailola (1984)
mempergunakan nama S. lemuru untuk ikan-ikan ini, yaitu menurut
hasil
revisi
klasifikasi
Wongratana (1980). Berdasarkan hasil
ikan-ikan revisinya
lemuru oleh ini, nama
yang dipergunakan dalam FA0 Species Catalogue yang terbaru untuk ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali dan sekitarnya adalah S. lemuru Bleeker 1853 (Whitehead, 1985). Untuk selanjutnya dalam tulisan ini yang dimaksud dengan ikan lemuru adalah S. lemuru Bleeker 1853. Sinonim Beberapa sinonim dari S. lemuru Bleeker 1853 adalah sebagai berikut (Whitehead, 1985) : 1.
Clupea nymphea Richardson, 1846
2.
Amblygaster posterus Whitley, 1931
3.
Amblygaster postera: Munro, 1956
4.
Sardine1 la samarensis Roxas, 1934
5.
Sardinella longiceps: Fowler, 1941
6.
Sardinella aurita Raja
7.
Sardinella aurita terrase Lozano dan Rey
8.
Sardinella lemuru: Wongratana, 1980 (revisi)
&
Hiyama, 1969
perairan Selat Bali dan sekitarnya, kemudian tulisan-tulisan yang terbit belakangan
memakai nama S. longiceps C.&V.,
sedangkan pustaka-pustaka dari India memakai nama S. longiceps Val.
Tetapi Gloerfelt-Tarp dan Kailola (1984)
mempergunakan nama S. lemuru untuk ikan-ikan ini, yaitu menurut
hasil
revisi
klasifikasi
Wongratana (1980). Berdasarkan hasil
ikan-ikan revisinya
lemuru oleh ini, nama
yang dipergunakan dalam FA0 Species Catalogue yang terbaru untuk ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali dan sekitarnya adalah S. lemuru Bleeker 1853 (Whitehead, 1985). Untuk selanjutnya dalam tulisan ini yang dimaksud dengan ikan lemuru adalah S. lemuru Bleeker 1853. Sinonim Beberapa sinonim dari S. lemuru Bleeker 1853 adalah sebagai berikut (Whitehead, 1985) : 1.
Clupea nymphea Richardson, 1846
2.
Amblygaster posterus Whitley, 1931
3.
Amblygaster postera: Munro, 1956
4.
Sardinella samarensis Roxas, 1934
5.
Sardinella longiceps: Fowler, 1941
6.
Sardinella aurita Raja
7.
Sardinella aurita terrase Lozano dan Rey
8.
Sardinella lemuru: Wongratana, 1980 (revisi)
&
Hiyama, 1969
Nama Inggris dari S. lemuru Bleeker, 1853 yang diberikan oleh F A 0 adalah Bali Sardinella, dan nama-nama ikan lemuru di beberapa negaraltempat adalah (Whitehead, 1985) : 1.
Indonesia = lemuru
2.
Hong Kong = Hwang tseih
3.
Taiwan
=
Hwang sha-tin
Nama Lokal (Vernacular Name1 Ikan-ikan lemuru oleh nelayan-nelayan setempat diberi nama yang berbeda-beda sesuai dengan ukurannya, yang juga bersangkutan dengan harga.
Pada prinsipnya ada empat nama
lokal yang diberikan oleh nelayan-nelayan seperti yang disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1.
Nama-nama Lokal Ikan Lemuru di Selat Bali.
I
1
Panjang Total (cm)
Nama Lokal
< 11
sempenit penpen protolan lemuru lemuru kucing kucingan
11 15
-
15 18 > 18
-
Beberapa
nama
lokal dari ikan
Lokasi Muncar Kedonganan, Bali Muncar & Bali Muncar & Bali Muncar Bali
lemuru
daerah di Indonesia disajikan dalam Tabel 2.
di
beberapa
Tabel 2.
Daerah
Nama-nama Umum Baku, Nama-nama Lokal Ikan Lemuru di Indonesia.
Nama Umum Baku
Jawa
lemuru
Madura Bali Sul-Sel
lemuru lemuru
Saparua
-
Tempat
sempenit lemuru Muncar protolan lemuru lemuru kucing tembang mata kucing Jabar tembang moncong seroi kucingan tembang monco Makassar bete lelaki Bugis tula soan Wahai malaka mapikal Hitu maa pirale Luhu sardinya Haria
Seram Ambon
Sumber :
Nama Lokal
Soerjodinoto (1960) Hubunqan Stok denqan Tempat
Linqkunqan Perairan Selat Bali Di perairan Selat Bali terjadi penaikan air pada musim timur, yang dimulai pada akhir bulan ~ p r i ldan berakhir pada permulaan bulan Oktober (Salijo, 1973). nya penaikan air
ini
suhu
air
pada
Pada waktu terjadilapisan 0-50 m tidak
pernah melebihi 27O C, sedangkan pada musim barat selalu di atas 27O C, bahkan bisa
mencapai
31°
C.
Kadar garam di
lapisan permukaan perairan Selat Bali adalah kebalikan dari pada keadaan suhu, yaitu lebih tinggi pada musim timur, di daerah penangkapan, berkisar antara 33.80- 34,50~/,,,
se-
dangkan pada musim barat selalu berada di bawah 33,80°/,, (32,00-33,80°/00).
Tetapi
kadar oksigen baik
pada
musim
timur maupun pada musim barat selalu tinggi, yaitu
berkisar
antara 3,OO-5,00 ml/l. Burhanuddin dan Praseno (1982) melaporkan data yang hampir
sama
dengan temuan di atas,
yaitu pada waktu
terjadinya penaikan air terjadi keadan air yang bersalinitas tinggi di permukaan (34°/00) , dan suhu yang rendah berkisar 24,5O C.
Pada bulan Maret 1973 salinitas lebih rendah dari
pada bulan Juli 1973, sedangkan ma
nitrat)
lebih
tinggi
kandungan haranya (teruta-
pada
bulan
dingkan dengan bulan Maret 1973.
Juli
1973 diban-
ini
disebabkan
Hal
karena terjadinya penaikan air pada bulan Juli 1973 dengan kecepatan massa air yang naik sebanyak kira-kira 17 m per bulan (Nontji dan Ilahude, 1975 dalam Burhanuddin dan Praseno, 1982). Sebaran nitrat 1973 adalah seperti pada nitrat) sangatlah
dan
fosfat pada bulan Juli
Gambar 4. Zat-zat hara (fosfat dan
diperlukan
untuk
berkembangnya
fito-
plankton, sehingga kadar yang tinggi dari zat tersebut pada bulan Juli 1973 (nitrat) menyebabkan fitoplankton berkembang dengan cepat dan padat (blooming). bulan Juli
1973
adalah
Tetapi kadar fosfat pada
rendah, ini mungkin disebabkan
karena telah bayak dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk berkembang (Burhanuddin dan Praseno, 1982). Termoklin dengan
(lapisan
air bersuhu
air
antara
air
bersuhu
dingin
panas) di perairan Selat Bali pada
akhir Februari dan permulaan Maret 1973 berkisar antara 5075 m (Subani
&
d.,1973; Subani, 1976).
Subani dan
Sudradjat (1981), mendapatkan bahwa konsentrasi plankton di
perairan paparan Bali umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian tengah selat ataupun di paparan Jawa (Jazirah Blambangan).
Jumlah cacah diatom pada bulan Maret
1873 adalah 58.8 w lo3 sel/m3, dan jumlah ini naik menjadi 61,6 x lo3 sel/m3
pada
bulan
Juli
1973 (~urhanuddindan
Praseno, 1982).
Gambar 4.
Distribusi Horisontal (a) Nitrat dan (b) Fosfat di Lapisan Permukaan Perairan Selat Bali pada Bulan Juli 1973 (Ilahude, 1975).
Hubunsan Ikan-ikan Pelaais Kecil Beraerombol dan Demersal denaan Linakunaan Ikan lemuru di perairan Selat Bali kelihatannya berhubungan erat dengan faktor-faktor lingkungannya, terutama terjadinya penaikan air atau upwelling (Birowo, 1975). .Seperti halnya
ikan S. longiceps di Teluk Aden, pertumbu-
hannya dipengaruhi ton, laju
oleh penaikan air dan pengayaan plank-
pertumbuhannya cepat pada periode penaikan air
dan lambat pada periode tidak terjadi penaikan air atau nonupwelling (Edwards dan Shaher, 1987).
Ikan-ikan clupeid seperti jenis teri (anchovy), jenis lemuru
(sardine)
Clupeidae),
dan haring
yang
oleh
(Famili
Engraulidae
dan
Adams (1980) disebut sebagai jenis-
jenis organisme yang lebih bersifat llr-selectionM, merupakan sediaan-sediaan
yang
"poorly
behavedN dan sangat mudah
berubah (~sirke,1988), dibandingkan dengan sediaan-sediaan yang "well behavedw udang penaeid,
paus
Adanya perbedaan di atas, adalah
seperti
ikan
plaice,
bersirip (fin whale)
tingkah
laku
dari
karena posisinya
Untuk ikan-ikan pelagis
kecil
haddock, sole, dan
sebagainya.
kedua
macam
stok
di dalam Ittrophic leveltt. rantai makanannya biasanya
sederhana, misalnya
fitoplankton-teri, atau
fitoplankton-
zooplankton-lemuru.
Pada umumnya spesies ikan pelagis kecil
yang bergerombol adalah "filter feederttatau "particulate plankton feederw, I1trophic levelMnya relatif menempati
posisi awal
dalam
rantai
makanan
(Gambar 5) sehingga memungkinkan sediaan-sediaan mencapai 1988).
tingkat-tingkat
biomassa
yang
rendah
dan
di
laut
ini
dapat
tinggi (Csirke,
Ini terutama terjadi di daerah-daerah dimana terjadi
proses penaikan air. Penvebaran Menurut
Whitehead
Lautan India bagian pantai-pantai
(1985),
timur
sebelah
Australia sebelah barat,
yaitu
selatan dan
ikan
lemuru
Phuket, Jawa
tersebar di Thailand, di
Timur dan ~ a l i ;
Lautan Pasifik sebelah barat
(Laut Jawa ke utara sampai Filipina, Hong Kong, Pulau Taiwan
sampai Jepang bagian selatan). Penyebaran S. l o n g i c e p s , suatu spesies yang paling dekat dengan ikan lemuru, adalah di
.Lautan India (hanya di
begian sebelah utara dan barat saja, Teluk Aden, Teluk Oman, (tetapi kelihatannya tidak ada di Laut Merah), ke arah timur dibagian selatan
India,
di pantai timur Andhra; mungkin
sampai ke Andaman), sedangkan S. n e g l e c t a hanya terdapat di Lautan India sebelah Barat
(pantai-pantai Kenya dan Tanza-
nia). Di Indonesia, selain sekitarnya, ikan Ternate dan tertangkap
perairan
lemuru terdapat
Teluk juga
di
Jakarta.
di
Laut
Pada
Jawa
juga
Selat Bali dan disebelah selatan
waktu-waktu
tertentu
di luar pantai Jawa Tengah
(Weber dan De Beaufort, 1915 dalam Soerjodinoto, 1960).
Lingkungan fisik
Plankton
Ikan-ikan muda
Stok ikan pelagis dewasa
...................................................... -
Plankton -
Plankton
Ikan planktivorous yang lain (termasuk pelagis)
_
I Benthos
Ikan-ikan muda
.
- Stok ikan demersal dewasa
Gambar 5.
Hubungan-hubungan yang Disederhanakan dari Ikan Pelagis Kecil Bergerombol (a) dan Spesies Demersal (b) dengan Komponen -komponen dari Sistem-sistem Mereka (Bakun, 1984 dalam Csirke, 1988). Bioloai
Waktu dan Temwat Pemiiahan Belum diketahui secara pasti waktu dan tempat pemijahan ikan lemuru, apakah di luar atau di dalam Selat Bali. Menurut Soerjodinoto (1960), ikan lemuru cenderung datang ke pantai
untuk
bertelur
karena
salinitasnya
rendah.
Menurut nelayan, makin banyak hujan yang jatuh di pantai, adalah merupakan tanda makin dekat datangnya ikan lemuru, kemudian ikan lemuru akan menghilang karena hujan sangat sedikit yaitu pada bulan-bulan Maret dan April. 20
Menurut Dwiponggo (1972), ikan-ikan lemuru yang tertangkap di perairan Selat Bali diperkirakan memijah pada bulan-bulan Juni-Juli yang dibenarkan oleh Ritterbush (1975) dan Burhanuddin &
&.
.
(1984)
Tempat pemijahan diperkira-
kan tidak jauh dari pantai Selat Bali, ternyata dengan tertangkapnya
ikan sempenit
oleh bagan-bagan tancap di
Teluk Pangpang, antara lain pada bulan Juni. Diperkirakan ada kelompok ikan lemuru yang memijah pada Nopember. Menurut
bulan
Oktober-
whitehead (1985), ada kemungkinan ikan
lemuru di Selat Bali memijah pada akhir musim hujan setiap tahun. Pemijahan ikan lemuru di Laut Cina timur mencapai puncak pada akhir
bulan
Maret
sampai Mei,
terus
sampai
bulan Agustus. Menurut Raja (1967), ikan S. l o n g i c e p s di India memijah pada bulan-bulan Juli-September dan puncaknya pada bulanbulan Juli-Agustus.
Studi garis tengah telur memperlihatkan
bahwa ikan S. l o n g i c e p s di luar
pantai Kochin di India
mempunyai suatu periode pemijahan yang pendek, telur dikeluarkan dalam satu kali pemijahan saja, dengan puncak musim pemi jahan pada bulan Juni sampai Agustus (Balan, 1971) Daerah India
pemijahannya
di
(Devanesan, 1943
luar dalam
Quilandy, Raja, 1969),
.
dekat Kalikut, yaitu
kira-
kira 15 km dari pantai (Nair, 1953b dalam Raja, 1969). S. a u r i t a Val. memijah dalam periode waktu yang panjang
(Maret-Agustus) tetapi puncaknya mulai akhir Maret sampai Mei, memijahnya pada perairan pantai (kedalaman 40-50 m) di sebelah selatan Fujian dan sebelah timur Guangdong di
pantai selatan Cina sebelah timur ( ~ i u dan Huang, 1983). Menurut Murphy (1977), ikan
haring meletakkan telur-
telurnya di dasar perairan pada kedalaman sedang di Lautan Atlantik Utara, dan di daerah "intertidalw di Lautan Pasifik Utara. Menurut
Laevastu dan
Hela
(1970),
suhu
air paling
berpengaruh selama pemijahan pada kebanyakan jenis ikan, sedangkan pengaruh salinitas hanya sedikit. dikatakannya
bahwa
ikan
sardin
Lebih jauh
iwashi
(Sardinops
melanosticta) di Laut Jepang memijah pada kisaran suhu antara 13-17O C dengan suhu optimumnya berkisar antara 1415,5O C, sedangkan
sardin Pasifik (Sardinops caerulea)
memijah di luar Kalifornia pada kisaran suhu yang sama dengan suhu optimumnya berkisar antara 15-16O C. Panjanq Ikan Pertama Kali Matans Gonad ~ a m p a isaat ini belum diketahui berapa ukuran terkecil ikan lemuru matang gonad
untuk
pertama kalinya, karena
belum pernah ada penelitian mengenai ha1 ini. di India diduga mencapai
S. longiceps
kematangan
gonad
untuk pertama
kalinya pada panjang sekitar 150 mm,
yaitu
ketika mereka
berumur satu tahun (Hornel dan Nayudu, 1924 dalam Bal dan Rao, 1984).
Nair (1953b) dalam Raja (1969) menyatakan bahwa
ikan S. longiceps yang berumur satu tahun (100 mm)
belum
dapat ditentukan jenis kelaminnya (indeterminate), berumur dua
tahun (150 mm) belum
matang
berumur tiga tahun (190 mm) adalah
kelamin
(immature) dan
ikan-ikan pemijah aktif.
Tetapi menurut Nair (1953) dalam Bal dan Rao (1984), S. l o n g i c e p s memi jah ketika mereka berumur tiga tahun, dan
mencapai
ukuran
panjang
kesepakatan para ahli
total
adalah
170
mm
atau lebih, dan
pada panjang berkisar antara
150-160 mm, yaitu ketika ikan
berada pada akhir tahun
pertama (Qasim, 1971 dalam Bal dan Rao, 1984). Fekunditas, Nisbah Jantan dan Betina Ritterbush (1975) menghitung fekunditas ikan lemuru dari perairan Selat Bali, yaitu berkisar antara 60.00070.000 butir pada kedua gonadnya.
Sedangkan fekunditas S.
l o n g i c e p s di India berkisar antara 38.000-80.000 butir,
tergantung pada panjang, umur dan kondisi ikannya (Bal dan Rao, 1984). kira
Ikan-ikan sardin di Pasifik mengeluarkan
90.000 butir telur
dalam
tiga kali
kira-
pengeluaran
setahun (Clark, 1934 dalam Murphy, 1977). Hasil pengamatan Ritterbush (1975) terhadap nisbah jantan dan betina ikan lemuru di perairan Selat Bali memperlihatkan
bahwa
nisbahnya
adalah
Menurut
1:1.
Soerjodinoto (1960), nisbah jantan dan betina ikan lemuru tidak tetap, tetapi jantan
biasanya mendominasi
populasi.
Ikan-ikan S. l o n g i c e p s yang tertangkap di daerah
Mangalore
dan Kochin di India memperlihatkan nisbah yang tidak berbeda nyata antara jantan dan betina 1973).
(Dulkhed, 1958
dan
Balan,
Makanan Di fito
dalam
dan
isi
perut
mikrokopepoda
Menurut
selalu
didapatkan
(November
Ritterbush (1975),
merupakan
komposisi makanan ikan lemuru
lemuru
zooplankton, jenis kopepoda adalah yang dominan
(Soerjodinoto, 1960). dan
ikan
1973
kelompok
lemuru,
kopepoda
predominan dalam
yaitu 85-90% dari makanan
sampai dengan Maret 1974)
.
Peneli-
tian yang dilakukan oleh Burhanuddin dan Praseno (1982) menunjukkan
bahwa
lemuru
adalah
pemakan
zoo dan fito-
plankton yang masing-masing berkisar antara 90,52-95,54% dan 4,46-9,48%.
Sebagai komponen zooplankton yang tertinggi
adalah kopepoda dan decapoda, yaitu masing-masing menduduki tempat pertama dan kedua (53,76-55,00% dan 6,50-9,45%). Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa makanan ikan S. longiceps
yang
predominan
adalah
fitoplankton,
terdiri dari diatom seperti Fragillaria, Biddulphia, Coscinodiscus, Thallasiothrix dan Pleurosigma (Bal dan Rao, 1984).
Fragillaria adalah jenis makanan yang paling dise-
nanginya.
Menurut Nair (1953) dalam Bal dan Rao (1984),
ternyata ada korelasi nyata antara Fragillaria oseanica dan perikanan S. longiceps di India.
Terdapatnya F. oseanica
dalam jumlah besar di pantai mungkin dapat merupakan suatu indikasi dari kelimpahan ikan tersebut. gellata,
Ostrakopoda,
larva
udang,
Kopepoda, Dinoflalarva bivalva, telur
ikan, beberapa algae hijau biru, Dinophyceae dan Trichodesmium bersama-sama dengan detritus juga telah dilaporkan terdapat dalam berbagai proporsi di dalam lambung ikan S.
longiceps.
Bensam (1976) dalam Bal dan Rao (1984) menyata-
kan bahwa ikan S. longiceps muda krustase
yang
dewasa pemakan diatom
adalah karnivora, memakan
planktonis seperti kopepoda, sedangkan yang fitoplankton.
merupakan makanan
Menurut
yang
Noble (1969),
dominan
selama bulan-
bulan Juli-September dan kemudian bulan-bulan DesemberJanuari bagi ikan-ikan S. longiceps, sedangkan pada
bulan-
bulan lainnya adalah kopepoda. Keracunan Ikan Lemuru Pada tanggal 24 Nopember 1983 di Flores timur empat orang meninggal dan 191 sakit setelah memakan ikan-ikan tllemurulg (Sardinella spp. ) dan selar kuning (Selaroides leptolepis) (Adnan, 1984 dan Maclean, 1989).
Ikan-ikan
tersebut diperkirakan beracun karena memakan fitoplankton Pyrodinium bahamense var. compressa, suatu organisme yang menyebabkan terjadinya "red tide" di Filipina dan Papua New Guinea (1984).
Menurut Maclean (1989), pada tahun 1983
terjadi ENS0 (El Nino
-
Southern Oscillation) yang sangat
kuat yang sepertinya berhubungan dengan terjadinya "red tide"
yang disebabkan oleh Pyrodinium.
Karena terjadinya
ENS0 inilah yang besar kemungkinannya mempengaruhi tempattempat tertentu di Pasifik barat, sehingga menimbulkan suatu lingkungan
yang
sesuai
bagi
berkembangnya (bloom) racun.
Dinamika Powulasi Pertumbuhan Penelitian mengenai
parameter-parameter
pertumbuhan
ikan lemuru di Selat Bali telah dilakukan oleh beberapa peneliti, yang hasil-hasilnya disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3.
Dugaan Parameter-parameter Pertumbuhan Ikan Lemuru di Selat Bali.
Loo K (cm TL) (th-l)
Metode
Penulis
23,8 21,5 21,2
0,50 0,95 1,0056
-0,0012 -0,0153 -0,3817
MCPA* MCPA MCPA
20,6 21,l 22,3 22,5 23,2
0,79 0,80 0,85 1,00 1/28
-0,23
ELEFAN** ELEFAN ) ELEFAN ) ELEFAN ) ELEFAN )
Keterangan:
-
- *
- **
= =
Dwiponggo, 1972 Ritterbush, 1975 Sujastani dan Nurhakim, 1982 Gumilar, 1985 Dwiponggo & aJ., 1986
Modal Class Progression Analysis Program ELEFAN I (Brey dan Pauly, 1986)
Untuk S. longiceps di India, hasil pendugaan parameterparameter pertumbuhannya disajikan dalam Tabel 4.
Menurut
Dayaratne dan Gjosaeter (1986), parameter-parameter pertumbuhan S. longiceps dari pantai tirnur Sri Lanka adalah 2,77 per tahun, L,
=
16,3 cm dan to
=
K =
-0,025 tahun, sedang-
kan dari Teluk Aden adalah K = 5,62 per tahun, L, = 14,5 cm dan to
=
-0,027 tahun.
Tabel 4.
Dugaan Parameter-parameter Pertumbuhan di Beberapa Tempat di India.
S. longiceps
Tempat
Musim
Cochin Calicut Cannanore Mangalore Pantai Barat Sumber :
-
1962-63 1954-55 1961-62 1958-59
K 0,136 0,143 0,219 0,209 0,155
Loo (mm) 176,79 180,85 168,71 172,33 179,49
to (bulan) -2,292 1,374 2,335 2,476 1,407
'
Laporan Tahunan CMFRI (1967) dalam Raja (1969) 26
Laiu Kematian Hasil pendugaan laju kematian ikan lemuru dari perairan Selat Bali disajikan dalam Tabel 5.
Mortalitas total (Z)
dari S. longiceps di India dilaporkan berkisar antara 0,091/88, sedangkan mortalitas alaminya (M) adalah sebesar 0,26 (Raja, 1969). Tabel 5.
Dugaan Laju Total Kematian (Z), Alami (M) dan Penangkapan (F) oleh Beberapa Penulis.
Penulis
Z (per tahun) 1,4 2,74 2,76 1,43 2,89 3,23
Ritterbush, 1975 Sujastani dan Nurhakim, 1982 Gumilar, 1985
M (per tahun)
F (per tahun)
0,8-0,9 1,42 1,42 1,42 1,42 1,22
(1977) (1978) (1979) (1980)
0,5-0,6 1,32 1,34 0,Ol 1,47 2,Ol
Umur Dari penelitian Dwiponggo (1972) dengan mempergunakan rumus pertumbuhan Von Bertalanffy (RPVB), diketahui bahwa ikan lemuru dari perairan Selat Bali dapat mencapai umur kira-kira empat tahun lebih, yang
berumur
1, 2, 3
dan 4
tahun dapat mecapai panjang masing-masing 94, 151, 180 dan 206 mm, sedangkan menurut Ritterbush (1975), ikan lemuru
(TL)
dapat mencapai umur 4-4,5 tahun dengan
panjang
masing-masing 133, 184, 201 dan 211 mm
untuk ikan-ikan yang
total
berumur 1, 2, 3 dan 4 tahun. Gumilar (1985), juga dengan RPVB
memperoleh
umur ikan lemuru yang hampir sama, yaitu
kira-kira empat tahun, dengan panjang total rata-rata masing-masing
128,
171,
190
dan
199
mm
untuk ikan-
ikan yang berumur 1, 2, 3 dan 4 tahun. Menurut Hornel dan Nayudu (1924) dalam Bal dan Rao (1984), ikan S. longiceps di India dapat mencapai umur 2,5 t'ahun, yaitu tumbuh menjadi 155-170 mm dalam satu tahun dan 190 mm
dalam
dua
tahun.
Chidambaran
(1950) mendapatkan
bahwa ikan ini dapat tumbuh menjadi 100, 150, 190 dan 210 mm untuk umur-umur yang sama.
Banerji (1973), juga dengan RPVB
memperoleh panjang rata-rata untuk ikan ini sebesar 146, 171, 186 dan 194 mm untuk ikan-ikan berumur 1, 2, 3
dan
4
tahun. Perikanan Penausahaan Ikan-ikan
lemuru
selain
terkonsentrasi di
perairan
Selat Bali juga tertangkap dalam jumlah kecil di perairan selatan Jawa Timur, seperti Grajagan, et al., -
Puger
(Burhanuddin
1984). Dari informasi yang ada ikan-ikan ini juga
sering tertangkap juga di Selat
di perairan utara dan selatan Bali, dan
Madura.
Sejak
tahun 1972 telah dilakukan
survai akustik dengan mempergunakan KM. Lemuru milik F A 0 (1972-1974), kemudian dilanjutkan oleh Balai Perikanan KM.
Laut
Tenggiri.
Penelitian
dengan mempergunakan KM Bawal Putih I dan Dari
hasil-hasil
penelitian
tersebut
diketahui bahwa ikan-ikan lemuru hanya terkonsentrasi di perairan paparan saja (Jawa dan Bali) dan hampir tidak ditemukan
di luar paparan (Merta, 1972;
1976).
Pada siang hari ikan-ikan lemuru berada di dasar perairan membentuk gerombolan-gerombolan yang padat dan kompak,
sedangkan
pada
malam
hari naik ke permukaan membentuk
gerombolan-gerombolan yang menyebar (scattered). 1kan-ikan lemuru dapat juga muncul ke permukaan pada siang hari apabila cuaca mendung Tingkah laku
yang
disertai dengan
hujan gerimis.
naiknya ikan-ikan lemuru ini ke permukaan pada
malam hari mungkin disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan
iluminasi
bawah
air,
dan ini sesuai dengan hasil
penelitian Zupanovich (1967) terhadap ikan-ikan Sardina pilchardus Walb. di perairan Adriatik.
Hasil- hasil
akustik
bahwa perairan papa-
tersebut
juga
menunjukkan
survai
ran Jawa tidaklah sekaya perairan paparan Bali (Venema, 1976).
Jumlah gerombolan-gerombolan
ikan
yang terdapat di
perairan paparan Bali lebih banyak dari pada di paparan Jawa (Merta, 1976; Amin dan Sujastani, 1981). Oleh karena ikan-ikan lemuru pada umumnya muncul pada malam
hari, maka
malam hari, Sebelum
aktivitas penangkapannya dilakukan pada
dan jarang
beroperasinya
sekali dilakukan pukat
cincin,
pada siang hari. alat-alat
yang
dipergunakan untuk menangkap ikan lemuru di perairan Selat Bali adalah jala oras (payang oras), jaring lemuru (jaring eder), serok (scoop atau dip net) dan jala tebar (Soemarto, 1959).
Alat-alat tradisional tersebut
di
atas hasil
tangkapannya tidaklah begitu tinggi, yaitu rata-rata 2.203 ton per tahun selama periode berkembangnya
alat
1950-1958. Kemudian setelah
tangkap pukat cincin sejak tahun 1974,
maka produksinya naik tinggi sekali, yaitu rata-rata 33.765 ton per tahun
(1974-1988), yang
berarti naiknya
sampai 15
kali lebih dibandingkan dengan produksi sebelum beroperasinya pukat
cincin
(1950-1958).
Sejak beberapa tahun
terakhir ini alat-alat tangkap pukat cincin yang beroperasi bertambah besar ukurannya (bertambah panjang mempergunakan
dan lebar),
perahu dan mesin yang semakin besar.
Alat-alat tradisional yang sampai sekarang masih banyak beroperasi adalah bagan tancap dan apung.
Dugaan hasil
tangkapan kedua alat ini masing-masing 97 kg dan 865 kg setiap hari, sedangkan Dwiponggo dan Subani (1972) menduga hasil
tangkapan
bagan
tancap
Alat bagan ini dalam satu
adalah
bulan
selama 22 hari dan enam bulan demikian dugaan produksi alat
100 kg setiap hari.
diperkirakan
dalam
satu
tangkap
beroperasi
tahun.
bagan
Dengan
tancap
apung dalam satu tahun masing 2.881 ton dan 2.284
ton
dan atau
produksi keseluruhannya 5.165 ton. Peranan Perikanan Lemuru Domestik Reqional Bruto (PDRB)
T e r h a d a ~ Produk
PDRB total untuk Kabupaten Banyuwangi pada periode 1980-1985 berkisar antara Rp. 256.610.454.410
-
Rp.
558.543.059.690 atau rata-rata Rp. 408.138.561.300 per tahun Sub-sektor perikanan dalam periode yang sama memberikan kontribusi berkisar antara Rp. 3.750.819.150 4.635.507.270 atau rata-rata Rp. 4.559.382.167.
-
Rp.
Terhadap
PDRB total, sub-sektor perikanan memberikan kontribusi berkisar antara 0,83 1986).
-
1,46% atau rata-rata
1,18% (Anonim,
Ternyata kontribusi ini sangat kecil
dibandingkan
dengan sub-sektor lainnya dalam bidang pertanian, kecuali
kehutanan.
Dalam sub-sektor perikanan di Kabupaten Banyu-
wangi, perikanan lemuru memegang peranan terpenting dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya, sehingga kontribusi rata-rata sebesar 1,18% dari sub-sektor perikanan sebagian terbesar adalah dari perikanan lemuru. PDRB total untuk Propinsi DT I Bali dalam periode tahun 1985 sampai dengan tahun 1989 berkisar antara Rp. 130.878,73
-
Rp. 223.157,68 juta atau rata-rata Rp. 179.177,26 juta per
tahun.
Sub-sektor perikanan lemuru dalam periode yang sama
memberikan kontribusi yang berkisar antara Rp. 2.474,63
-
Rp. 12.234,60 juta atau rata-rata Rp. 4.746,61 juta per tahun.
Terhadap PDRB total, sub-sektor perikanan lemuru
memberikan kontribusi berkisar antara 3,2
-
32,1% atau rata-
rata 9,7% (Anonim, 1990a) . Pemanfaatan Ikan Lemuru Hasil tangkapan ikan lemuru ikan kaleng, pindang, ikan asin ikan
dapat juga
dikalengkan
Hasil
dan
dipergunakan limbah
kepala, isi perut, untuk
biasanya
olahan
diolah
menjadi
tepung. Untuk tepung ikan lemuru seperti
ekor, ikan yang mutunya kurang baik (Kompiang, 1982). lainnya dari ikan lemuru
adalah minyak
ikan lemuru yang merupakan
hasil
sampingan dari pembuatan
tepung.
kasar
(crude oil)
Minyak yang
masih
dimurnikan
lagi untuk memisahkan asam-asam bebas, protein, karbohid'rat dan
sebagainya.
Minyak yang sudah
bersih
dipergunakan untuk (Moeljanto, 1982) :
tersebut
dapat
-
konsumsi manusia (sebagai bahan makanan), yang diolah menjadi :
-
minyak goreng mentega
(margarine)
medium (saus) untuk pengalengan lemuru "salad dressingw
-
campuran makanan ternak (ayam dan ruminansia)
-
bahan mentah industri non pangan :
-
lapisan cat dasar perahu nelayan ) Kurup ) & a. bahan penyamak kulit ) (1989
- bahan campuran obat-obatan pestisida Menurut Pilai (1974) dalam ~oeljanto(1982), minyak lemuru dapat dimanfaatkan untuk :
-
tinta
-
pelapisan permukaan (surface coating) pada pengecatan
campuran komponen karet dasar
pengecatan
(printing
ink-base)
mobil
-
sebagai Itadditivel1pada minyak pelumas
Di
samping
dipergunakan
itu,
ikan
untuk umpan
lemuru
rawai
juga
tuna, dan
cukup
baik
hasilnya tidak
terlalu berbeda dengan ikan Pasifik saury, C o l o l a b i s s a i r a (PT. Perikanan Samodra Besar, 1982; Subani, 1983). Menurut Herzberg (1987), ikan S. a u r i t a dianggap sebagai sumber I1Polyunsaturated Fatty Acid yang
berharga.
pencegahan
Ikan-ikan
terhadap
pelagis
penyakit
-
n3"
(PUFA
-
?3)
kecil mempunyai efek
jantung koroner.
Dari suatu
penelitian selama 20 tahun di Negeri Belanda, diketahui bahwa kematian karena penyakit jantung koroner lebih dari 50% lebih rendah di antara mereka yang memakan rata-rata 30 gtam atau lebih ikan setiap hari dari pada mereka yang tidak memakan ikan.
Efek ini disebabkan karena adanya omega-3
(R-3), yaitu suatu asam lemak yang telah terbukti merendahkan tingkat kolesterol dalam darah.
Sumber utamanya adalah
ikan pelagis kecil (Teutscher, 1987). Penselolaan Untuk mengetahui besarnya potensi ikan lemuru di perairan Selat Bali, telah dilakukan pengkajian stok (stock assessment).
Pengkajian besarnya potensi ikan lemuru antara
tahun 1973-1981, baik dengan mempergunakan metode akustik maupun Model Surplus Produksi
dari data hasil tangkapan
(catch) dan upaya penangkapan (effort) yang tersedia disajikan dalam Tabel Lampiran 1. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya lemuru ini telah dilaksanakan beberapa langkah pengaturannya.
Pada tanggal
31 Maret 1975, Pemerintah, c.q. Direktorat Jendral Perikanan mengeluarkan SK. No. 123/Kpts/Um/1975 yang melarang penggunaan
pukat
cincin
dengan
besar mata jaringnya pada
bagian kantong kurang dari 2,54 cm (1 inci).
Larangan ini
dikenakan kepada pukat cincin untuk menangkap ikan pelagis kecil termasuk
lemuru.
Ternyata
peraturan
ini
tidak
dilaksanakan di perairan Selat Bali karena menurut nelayan banyak
ikan-ikan lemuru kecil yang menyangkut
pada
bagian
insangnya (macok) pada jaring sehingga sulit dilepaskan dan memerlukan waktu yang lama untuk melepaskannya dari jaring. Tanggal 20 Mei 1977 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Pemerintah Daerah Jawa Timur dan Bali, No. Ek/I/39/1977-Ek/I.e/52/77 yang menetapkan jumlah pukat
cincin yang boleh beroperasi di perairan Selat Bali adalah SKB ini kemu-
50 buah untuk Muncar dan 50 buah untuk Bali. dian diperbaharui dengan SKB No.
156 Tahun 1978
-
Ek/I.e/146/1978 yang dikeluarkan pada tanggal 27 Desember 1978, yang menetapkan jumlah pukat cincin yang boleh beroperasi dari Muncar sebanyak 73 unit dan dari Bali 60 unit. SKB inipun diperbaharui lagi dengan SKB No. 126 Tahun 1983
-
No. 236 Tahun 1983 yang dikeluarkan pada tanggal 4 Agustus 1983 yang memberikan ijin operasi bagi 125 unit pukat cincin dari Muncar dan 75 unit dari Bali. Akhirnya dikeluarkan SKB baru lagi yang masih berlaku sampai sekarang, yaitu SKB No. 7 Tahun 1985-No. 4 Tahun 1985. SKB terakhir
ini
dikelurkan
pada tanggal 26 ~ a n u a r i1985 dengan mengizinkan. jumlah pukat cincin yang beroperasi dari
Muncar sebanyak 190 unit
dan dari Bali sebanyak 83 unit. SKB terakhir ini di samping membatasi jumlah unit
yang
boleh beroperasi, juga menetapkan besarnya mata jaring pada bagian kantong, yaitu sekurang-kurangnya 2,54 cm dan panjang jaring tidak boleh lebih dari 150 m (Anonim, 1990b). pengawasan
pelaksanaan
peraturan
sebagaimana mestinya, maka
tetap
ini tidak
Karena
dilaksanakan
saja jaring-jaring yang
broperasi sekarang mempergunakan ukuran mata pada bagian kantong
sebesar
1,9
cm,
jaringnya
bertambah panjang dan
dalam (masing-masing mencapai hampir 300 dan 100 m).