SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SALAFIYAH DITENGAH MODERNISASI Studi Kasus Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Ahmad Syah Mas’ud 109032200027
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAKSI
Skripsi ini berusaha menganalisa sistem pendidikan pesantren salafiyah AzZiyadah di tengah modernisasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah penghuni pondok pesantren AzZiyadah Jakarta Timur dengan menggunakan key informan; Kiyai, Ustadz, Pengurus , dan Santri. Untuk menganalisa dinamika sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah, penulis menggunakan analisis sosiologis dengan teori perubahan sosial. Ada 2 faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal perubahannya dilihat dari bertambah dan berkurangnya penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah dan perubahannya dilihat dari adanya inovasi oleh aktor/kiyai dan pengurus pesantren Az-Ziyadah. Sedangkan faktor eksternalnya yakni, perubahannya dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat lain dan dipengaruhi oleh sitem pendidikan formal yang maju. Peneliti menemukan bahwa adanya perubahan sistem pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah dari sistem pendidikan tradisional menjadi sistem pendidikan modern pada aspek kelembagaan, bangunan, metode pengajaran, dan sebagian kurikulum pembelajaran yang sudah dimodifikasi, namun tidak menghilangkan karakteristiknya sebagai pesantren yang mengajarkan nilai-nilai ke-Islaman dengan mengajarkan kitab-kitab kuning sebagai kurikulum pembelajaran yang merupakan ciri khas dari pesantren salafiyah. Perubahanperubahan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor perubahan yang terjadi di dalam pondok pesantren Az-Ziyadah dan juga faktor dari luar pesantren Az-Ziyadah yang telah mempengaruhi terjadinya perubahan sitem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah.
Kata Kunci: Perubahan Sosial, Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah dan Modernisasi.
iv
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat, hidayah dan izin-Nya sehingga penulis selalu diberikan kesehatan sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berserta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunnahnya. Skripsi ini, penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan keikhlasannya baik fisik, moril maupun meteril telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Prof. Dr. Yusron Rajak, MA selaku pembimbing skripsi penulis yang senantiasa membimbing, memotivasi dan menginspirasi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini Jazakumullah Khoiran Katsiron.
3.
Bapak Prof. Dr. Zulkifli selaku ketua program studi Sosiologi atas motivasi serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
4.
Ibu Joharotul Jamilah selaku dosen pembimbing akademik yang selalu mendukung dan memotivasi penulis menyelesaikan skripsi, dan Bapak
v
Husnul Khitam, M.Si selaku sekertaris jurusan yang telah mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5.
Segenap dosen akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya Program Studi Sosiologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus ini, baik di dalam maupun di luar kelas perkuliahan.
6.
Kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik penulis tercinta atas bimbingan moral dan spiritual, dukungan, do’a dan restunya, syukron katsiron ‘ala kulli hal. semoga Allah Swt senantiasa memberikan rahmat, kesehatan dan keselamatan.
7.
Pimpinan, Pengurus, Asatidz/asatidzah Pondok Pesantren Az-Ziyadah Tanah 80 Klender Duren Sawit Jakarta Timur, serta semua informan, atas segala informasi yang diberikan.
8.
Man-teman Sosiologi angkatan 2009, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan motivasi kalian thanks all my friends and I love you.
9.
Teman-teman tongkrongan Bang Rifqi, Bang Heru, Bang Yudi, Bang Jamal, Bang Rosihan, Bang Fahmi, Bang Purnomo, dan segenap temanteman lainnya yang tidak bisa disebutkan, atas dukungan, motivasi yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelsaikan tugas skripsi ini.
10.
Sahabat PMII, HMI, dan GMI-UIN Ciputat yang tidak dapat penulis sebutkan nama-namanya atas segala bantuan, motivasi, dan dukungannya, terima kasih banyak.
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAKSI …………………...…………………………………….………...
iv
KATA PENGANTAR ………...………….……………………………………
v
DAFTAR ISI ………...…………………….…………………………………...
vii
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...
ix
BAB I PENDAHULUAN Pernyataan Masalah ………………………………………………………… Batasan dan Pertanyaan Penelitian …………………………………………. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………………... Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………. Kerangka Teori dan Kerangka Berfikir …………………………………...... 1. Pengertian Perubahan Sosial ……………...……………………………. a. Faktor-faktor Perubahan Sosial …………………………………...... b. Proses Perubahan Sosial ……………………………………………. 2. Sistem Pendidikan Pesantren …………..……………………………..... 3. Pengertian Modernisasi ………………………………………………… 4. Kerangka Berfikir ………………………………………………………. F. Metode Penelitian …………………………………………………………... 1. Jenis Penelitian …………………………………………………………. 2. Sumber Data ……………………………………………………………. 3. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………... 4. Analisis Data ……………………………………………………............ 5. Lokasi Penelitian …………………………………………….................. 6. Sistematika Penulisan …………………………………………………...
A. B. C. D. E.
1 2 3 4 8 8 11 12 15 18 20 22 22 22 23 25 26 27
BAB II GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Pondok Pesantren ……………………………………….. 1. Pesantren Salafiyah ……………………………………………………... 2. Pesantren Khalafiyah …………………………………………………… B. Selayang Pandang Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………………. 1. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………………… 2. Kondisi Umum Pondok Pesantren Az-Ziyadah ………………………… a. Identitas Pondok Pesantren Az-Ziyadah ……………………………. b. Kondisi Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………….………. 1. Sarana Untuk Santri Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………… 2. Sarana di Madrasah/Sekolah …………………………………… vii
28 30 32 33 33 36 36 36 36 37
3. Sarana Penunjang ………………………………..……………... 4. Kondisi Santri ………………………………..……..................... c. Struktur Organisasi dan Lembaga di Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………………………………………………. 1. Kedudukan Yayasan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………... 2. Program dan Kelembagaan Pendidikan Pondok Pesantren AzZiyadah …..... …………………………………………………...
38 39 44 44 46
BAB III TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Proses Pendidikan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………………. 1. Pendidikan Formal………………….…………………………………... 2. Pendidikan Non-formal …………...……………………………………
47 51 58
B. Respon Pondok Pesantren Az-Ziyadah dalam Menaggapi Modernisasi …... 1. Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah …………………………… 2. Kurikulum Pemerintah dalam Sistem Pendidikan ……………...…….
63 64 66
C. Perubahan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah ….. 1. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren AzZiyadah Jakarta…………………………………………………………. a. Faktor Internal ……………………………………………….…….. 1. Bertambah dan Berkurangnya Penduduk ……………….……... 2. Penemuan-penemuan Baru (Inovasi) …………………….……. b. Faktor Eksternal ……………………………………………….…... 1. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain ………………….…… 2. Sistem Pendidikan Formal yang Maju …………………….……
67 67 69 69 71 74 74 76
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………….….….. B. Saran ……………………………………………………………….…….…
78 80
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
x
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1
Bukti Bimbingan
Lampiran 2
Surat Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data Skripsi
Lampiran 3
Interview Guide
Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian
viii
DAFTAR BAGAN Bagan 1.1
Skema Faktor Perubahan Sosial ………………………………...
13
Bagan 1.2
Skema Kerangka Berfikir ……………………………………....
22
Bagan 1.3
Proses Analisis Data …………………………………………....
27
Bagan 2.1
Struktur Organisasi PP Az-Ziyadah ……………………………
46
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Sarana Santri PP Az-Ziyadah …………………………………..
38
Tabel 2.2
Sarana di Madrasah PP Az-Ziyadah …………………………...
38
Tabel 2.3
Sarana Penunjang PP Az-Ziyadah ……………………………..
39
Tabel 2.4
Data Santri Mukim PP Az-Ziyadah 2014 ……………………...
41
Tabel 2.5
Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim PP Az-Ziyadah …........
42
Tabel 2.6
Data Santri Non-mukim PP Az-Ziyadah 2014 ………………...
44
Tabel 2.7
Kegiatan Mingguan Santri Salafiyah Az-Ziyadah …………….
45
Tabel 2.8
Program Kelembagaan dan Keadaan Santri PP Az-Ziyadah ….
47
Tabel 3.1
Kurikulum Pelajaran Tsanawiyah Az-Ziyadah ………………..
53
Tabel 3.2
Kurikulum Pelajaran Aliyah Az-Ziyadah …………………......
56
Tabel 3.3
Mudzakarah Ba’da Ashar ……………………………………...
60
Tabel 3.4
Mudzakarah Ba’da Maghrib …………………………………...
61
Tabel 3.5
Mudzakarah Ba’da Isya ………………………………………..
62
ix
BAB I PENDAHULUAN A.
Pernyataan Masalah Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang sistem pendidikan pondok
pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tradisional Islam yang sangat tua, mengakar dan luas penyebarannya di Indonesia. Hingga saat ini pesantren masih saja eksis di tengah arus modernisasi. Hal ini berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional Islam di kawasan dunia muslim lainnya, dimana akibat gelombang pembaharuan dan modernisasi yang semakin kencang telah menimbulkan perubahan-perubahan yang membawanya keluar dari eksistensi lembaga-lembaga pendidikan tradisional (Azyumardi Azra, 1999:95). Kemampuan pesantren untuk tetap bertahan karena karakter dan eksistensinya sebagai lembaga yang tidak hanya identik dengan makna ke-Islaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (Nurcholis Madjid, 1997:3). Dalam penyelenggaraannya, pesantren membentuk komunitas yang dipimpin oleh kiyai dan dibantu beberapa ustadz yang hidup bersama di tengah para santri, dengan bangunan masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan dan sekaligus tempat belajar mengajar, serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. (Mastuhu, 1994:6). Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia menghadapi moderniasi yang berdampak kepada berbagai perubahan baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pedidikan. Modernisasi yang merupakan proses transformasi tak mungkin bisa dihindari, oleh karena itu semua kelompok masyarakat termasuk masyarakat
1
pesanteren harus siap menghadapinya dan menanggapi gejala-gejalanya secara kritis (Ginandjar, 1996). Gelombang modernisasi yang semakin kuat telah menimbulkan berbagai macam pengaruh dalam setiap intitusi di masyarakat seperti institusi pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika sistem pendidikan pesantren salafiyah yang merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia, seperti pondok pesantren Az-Ziyadah yang menganut sistem pendidikan salafiyah yang berdiri pada tahun 1948 dengan menggunakan sistem sorogan, bandongan, dan halaqoh, serta dengan kajian kitabkitab kuning sebagai kurikulum keilmuannya, dihadapkan pada modernisasi dalam aspek sistem pendidikan dan teknologi yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah sehingga menuntut pihak pesantren membuka ruang untuk perubahan (Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 2008). Berdasarkan pernyataan di atas maka perlu dikaji bagaimana pondok pesanren Az-Ziyadah dengan sistem pendidikan salafiyahnya menghadapi modernisasi yang berlangsung sedemikian kuatnya yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah seperti sekarang ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin membahas bagaimana dampak yang dihasilkan modernisasi dalam aspek sistem pendidikan yang mempengaruhi sistem pendidikan pesantren salafiyah AzZiyadah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah. Terkait masalah tersebut, maka peneliti mengambil judul penelitian ini dengan judul “Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah di Tengah Modernisasi”. Studi Kasus di Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Tanah 80, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.
2
B.
Petanyaan Penelitian Berdasarkan pernyataan masalah di atas ada beberapa indikator pertanyaan
dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimanakah proses pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah?
2.
Bagaimanakah respon pondok pesantren Az-Ziyadah dalam menanggapi modernisasi?
3.
Bagaimanakah dampak dari modernisasi terhadap sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah?
C.
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan masalah tersebut, tujuan penelitiannya adalah
sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui proses pendidikan pesantren Az-Ziyadah di tengah modernisasi.
b.
Untuk mengetahui respon masyarakat pesantren Az-Ziyadah dalam menanggapi modernisasi.
c.
Untuk mengetahui damapak dari modernisasi terhadap sistem pendidkan pesantren salafiyah Az-Ziyadah Jakarta Timur.
2.
Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat penelitiannya adalah sebagai berikut: a.
Secara Teoritis
3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wacana pemikiran bagi ilmu pengetahuan sosial dan perubahan sosial, mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi. b.
Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan
terhadap pondok pesantren yang dewasa ini dihadapkan kepada moderenisasi. D.
Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai pesantren tentunya bukan penelitian yang baru. Penelitian
tentang pesantren telah banyak dimuat di dalam buku-buku, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, ataupun disertasi. Dengan demikian penelitian yang membahas tentang pesantren bukanlah penelitian yang baru, karena telah ada penelitian sebelumnya. Berikut ini akan penulis paparkan beberapa peneliti pendahulu yang pernah melakukan penelitian sebelumnya. Pertama, Jurnal Tesis oleh Tukiman Supriadi (2013) misalnya penelitian Tukiman Supriadi berjudul “Perubahan Pola Kepemimpinan Pesantren Darul Hidayah Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya”. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitiannya membahas tentang persoalan-persoalan yang terkait dengan respon pesantren terhadap modernisme. Dalam tesis ini menggambarkan bagaimana pendekatan sosiologis-antropologis dalam menganalisa dan menginterpretasikan eksistensi, kepemimpinan, nilai, dan fenomena pesantren serta berbagai hubungan antara faktor-faktor keagamaan, termasuk pemikiran,
4
praktik, lembaga, otoritas dan semangat tradisionalnya ketika berhadapan dengan pengaruh modern. Hasil penelitiannya menggambarkan bahwa terdapat perubahan pola kepemimpinan kiai berdampak pada meningkatnya daya tahan pesantren dalam menghadapi perubahan zaman. Persamaan penelitian Tukiman Supriadi dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya yang sama-sama membahas tentang persoalan yang terkait dengan respon pesantren tentang modernisasi dalam konteks perubahan sosial pesantren. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitian tentang perubahan pola kepemimpinan pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Kedua, Selain Tukiman Supriadi, ada juga Jurnal Tarbiyah STAIN Pekalongan oleh Ismail (2007), yang berjudul “Pesantren dan
Perubahan Sosial”. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa dalam bidikan sejarah, para the founding father pondok pesantren (para Kiyai) dalam mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren bertujuan untuk proses pendalaman ilmu agama (Tafaqquh Fi al-Din). Masyarakat sekitar secara ikhlas dan istiqomah mengikuti jejak kiyai. Namun dalam perkembangannya, kehadiran pondok pesantren juga merupakan embiro “kampung peradaban” dimana kehadirannya dalam suatu komunitas masyarakat mengakibatkan terjadinya perubahan tata kehidupan sosial disekitarnya, baik yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan, pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, dan sebagainya. Dalam penelitiannya juga menurutnya pesantren untuk bisa menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang berkembang pesat. Pesantren harus menyesuaikan diri dengan gema moderenisasi dan harus tercermin pada manajemen pendidikan
5
pesantren arah kebijakan pendidikannya, kontekstualisasi keilmuan yang diajarkan di pesanren, tata kelola pembiayaan, struktur kepemimpinan dan lainnya. Persamaan penelitian Ismail dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya samasama membahas tentang masalah pesantren dan perubahan sosial. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada kajian penelitiannya yaitu mengenai pesantren dan perubahan sosial yang menganalisa dengan analisis pendidikan. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Ketiga, Selanjutnya penelitian Tesis yang dilakukan oleh Bayu Adrianto (1997) penelitian tersebut berjudul “Siasat Pesantren Nurul Ummah di Tengah Perubahan Sosial”. Penelitian tersebut memaparkan hasil penelitiannya mengenai pergeseran strategi yang dilakukan oleh pesantren Nurul Ummah dalam rangka mencapai misi kepesantrenannya, yakni “politik” kultur yang mapan yang bersifat ortodoksi murni bergeser menuju “politik” kultural yang lebih moderat dalam hal penyelenggaraan kinerja sistem pesantren. Persamaan penelitian Bayu Adrianto dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren di tengah perubahan sosial. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya tentang siasat atau lebih kepada strategi politik dalam hal penyelenggaraan kinerja sistem pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Keempat, adalah Jurnal Falasifa oleh M. Shodiq (2011) dengan judul “Pesantren dan Perubahan Sosial”. Ia membahas mengenai pesantren dan perubahan sosial di tiga pesantren yakni Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang, Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya, dan Pondok Pesantren Luhur Al6
Husna Surabaya. Dalam telaahnya menyatakan bahwa pada saat ini di Indonesia terdapat ribuan pesantren, tetapi tiap-tiap pesantren memiliki kekhasan tersendiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan figur Kiyai, lingkungan sosialnya dan terletak pada orientasi pesantren dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakatnya. Perbedaan jenis pesantren ini bukan berarti melihat pesantren dengan kerangka dikotomis yang ketat, tetapi dilihat sebagai suatu iklim sosioreligius dimana peran-peran pola hubungan saling terkait satu sama lain dan kita dapat melihat pesantren pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan peran pengembangan dan pendidikan agama Islam. Persamaan penelitian M. Shodiq dengan penelitian ini adalah fokus kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan perubahan sosial. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya yang membahas pesantren dan perubahan sosial di tiga pesantren. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Kelima, Jurnal Departemen Agama RI yang ditulis oleh Neneng Habibah (2007) dengan judul “Modernitas Pesantren” studi kasus di Pesantren Al-Mizan Lebak Banten. Dalam jurnal tersebut penulisnya membahas tentang bagaimana model pendidikan yang dikembangkan di pondok pesantren modern Al-Mizan. Dalam telaahnya penulis menyimpulkan bahwa keberadaan PP Modern Al-Mizan merupakan aset Departemen Agama dan secara khusus menjadi aset umat Islam baik dalam pengembangan pendidikan Islam maupun dalam mengkaji khazanah ke-Islaman. Pelaksanaan pendidikan di PP Modern Al-Mizan menyelenggarakan pendidikan madrasah Tsanawiyah dan Aliyah sejak tahun 1993. Pendidikannya menggunakan kurikulum Departemen agma untuk pengetahuan agama Islam, sedangkan untuk pendidikan umum mengacu pada kurikulum Diknas. Namun selain menggunakan ke 7
dua kurikulum untuk memperoleh legalitas formal setara dengan SMU, maka disisipkan kurikulum gontor dengan tidak menghilangkan tradisi ke-pesantrenan sebagai lembaga kajian khazanah ke-Islaman. Sedangkan untuk menambah kegiatan ekstrakurikuler, ditunjang dengan kajian kitab-kitab klasik dengan model pengkajian kontemporer sebagai pengembangan wawasan kepada santri/siswa. Persamaan penelitian
Neneng Habibah dengan penelitian ini adalah fokus
kajiannya yang sama-sama membahas tentang masalah pesantren dan modernisasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup penelitiannya yang membahas tentang model pendidikan pesantren modern. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Berdasarkan hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan pesantren di atas, baik yang berdasarkan penelitian maupun hasil refleksi dan telah diterbitkan dalam buku dan jurnal. Berdasarkan hasil telaah pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian di atas, maka penelitian tentang tradisi pesantren memang sudah ada yang mengkaji sebelumnya, akan tetapi penulis melihat bahwa penelitian yang secara khusus berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren salafiyah di tengah modernisasi belum ada. Terlebih penelitian yang secara khusus lagi yang dilaksanakan di Pondok Pesantren az-Ziyadah, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Oleh karena itu penelitian mengenai topik dalam proposal ini menjadi perlu untuk penulis teliti. E.
Kerangaka Teoritis dan Kerangka Berfikir 1.
Teori Perubahan Sosial Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi karena adanya ketidak
sesuaian di antara unsur-unsur sosial yang berbeda di dalam kehidupan 8
masyarakat, sehingga menghasilkan pola kehidupan yang baru ( berbeda dengan pola kehidupan sebelumnya). Perubahan sosial mencakup perubahan dalam nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, kekuasaan dan wewenang, serta berbagai segi kehidupan masyarakat lainnya. Berikut beberapa perspektif mengenai perubahan sosial antara lain yaitu: Pertama, perubahan sosial itu berubahnya sistem sosial (perubahan pada struktur, kultur, dan interaksi sosial). Karena itu, perubahan seharusnya terjadi pada seluruh aspek kehidupan. Bagi kelompok ini, perubahan yang terjadi pada suatu fenomena saja tidak dianggap sebagai perubahan sosial (Yusron Razak, 2008:180) Kedua salah satu tokoh sosiologi yang menekankan perubahan sosial pada sistem sosial adalah Farley, yang mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada pola perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu. George Ritzer juga berpendapat sama bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada variasi hubungan antara individu, kelompok, organisasi sosial, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu (Sztompka, dalam Yusron, 2008:180) Ketiga, tokoh sosiolog Persell dan Macionis lebih menekankan perubahan sosial sebagai transformasi dalam pengorganisasian masyarakat. Misalnya, bila pada masyarakat tradisional pemimpin dipilih berdasarkan azas kekeluargaan dan kepercayaan, maka kini berubah bahwa seorang pemimpin dipilih berdasarkan pada kemampuan, profesionalisme, rasionalitas, consensus, dan aturan yudisial yang jelas (Sztompka, dalam Yusron, 2008:183)
9
Keempat, Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun kerena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwaperubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebabsebab ekstern (Samuel Koenig, 1957:279, dalam Ismail, 2011). Kelima, Kingsley
Davis mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. MacIver membedakan antara utilitarian elements dengan culture elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasia kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material (Soerjono Soekanto, 1990:301). Terlepas dari sulitnya membedakan secara tegas antara perubahan sosial dan perubahan bebudayaan, perubahan sosial mempunyai cakupan yang sangat luas dan kompleks, meliputi proses dan elemen-elemen yang berubah, yaitu (1) objek (objects), (2) ide-ide (ideals), (3) nilai-nilai (values), (4) kepercayaankepercayaan (beliefs), (5) norma-norma (norms), dan (6) model-model interaksi (Candace Clark dalam Mundzier Suparta, 2009:29).
10
a.
Faktor-faktor Perubahan Sosial Secara umum, ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial, yaitu faktor dari dalam (Internal) dan faktor dari luar (Eksternal). Faktor internal berusaha menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan mencari sumber-sumber perubahan dalam masyarakat itu sendiri. Aliran-aliran evolusioner dan struktural fungsional merupakan aliran-aliran yang menggunakan faktor ini. Sebaliknya faktor eksternal berusaha menjelaskan asal-usul perunahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dengan mencari faktor-faktor dari luar. Dalam penelitian ini, akan
melihat
sumber-sumber
perubahan
dengan
tidak
hanya
memperhatikan faktor-faktor dari dalam, tetapi juga faktor-faktor perubahan yang dari luar. Dua faktor ini sebenarnya tidak pernah diabaikan oleh para ahli sosiologi dan antropologi mengingat pentingnya pendekatan sejarah dan kontak kebudayaan sebagai sumber perubahan sosial (Robert H. Lauer,1993:117) Faktor-faktor perubahan yang bersumber dari dalam (Internal) antara lain: (1) bertambah dan berkurangnya penduduk, (2) penemuan-penemuan baru atau inovasi (inovation), (3) konflik, dan (4) revolusi. Sedangkan faktor-faktor yang bersumber dari luar (Eksternal) antara lain: (1) perubahan alam fisik yang ada di sekitarnya, (2) terjadinya peperangan, dan (3) pengaruh kebudayaan lain, baik berupa kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, maupun modernisasi. Faktor dari dalam dan luar ini seringkali saling melengkapi dan menunjang (kesesuaian) (Peter Burke, dalam Mundzier, 2009).
11
Akan tetapi tidak semaua faktor di atas bekerja dalam suatu perubahan sosial. Dalam konteks perubahan pada pondok pesantren, misalanya, ditemukan beberapa faktor saja yang bekerja, yaitu bertambah dan berkurangnya penduduk, inovasi, pengaruh kebudayaan lain dan sistem pendidikan formal yang maju (Mundzier,2009). Beriku adalah skema faktor perubahan sosial: Bagan 1.1: Skema Faktor Perubahan Sosial. Faktor Internal
Faktor Sosial
Manfes
Indiviual
Perubahan
Faktor Eksternal
b.
Laten
Kolektif
Discovery, Invention, Inovation, dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Proes Perubahan Sosial Proses perubahan sosial dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu inovasi (inovation) atau penemuan baru, difusi (diffusion), dan akibat (consequences). Inovasi merupakan suatu proses bagaimana gagasan baru diciptakan atau dikembangkan, difusi merupakan proses di mana gagasan baru tersebut disebarluaskan dalam sistem sosial tersebut, dan akibat merupakan hasil diterimanya (adopsi) gagasan baru dalam sistem sosial atau ditolaknya (rejection) gagasan baru (Wahyu, 2005:2-3) Inovasi merupakan proses sosial dan kebudayaan yang meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan yang meliputi suatu penemuan baru, jalanya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke masyarakat, dan
12
cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari, dan akhirnya dipraktikan dalam kehidupan masyarakat. Inovasi dapat dibedakan dari discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat maupun gagasan yang diciptakan oleh individu maupun kelompok. Discovery menjadi invention ketika masyarakat sudah menerima dan menerapkan penemuan baru itu ( Koentjaraningrat, 1964). Difusi adalah penyebaran unsur-unsur budaya dari individu ke individu lain dan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya. Difusi berlangsung, baik di dalam masayarakat maupun antar masyarakat. Difusi dapat dikatakan berhasil jika penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai mereka dapat menikmati kegunaanya. Proses tersebut merupakan pendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaankebudayaan masyarakat secara luas (Ralph Linton, dalam Mundzier, 2009:40). Proses difusi kadangkala berlangsung sebelum inovasi dan kadangkala bersamaan waktunya. Dalam inovasi, sang penemu (inovator) mengkomunikasikan penemuan barunya kepada para warga masyarakat. Selanjutnya, para inovator dapat mengintegrasikan inovasi dengan unsurunsur atau bagian-bagian lain dari kebudayaan. Pada tahan ini, akan terjadi pro dan kontra dalam proses perubahan karena adanya pengintegrasian penemuan baru dengan budaya lama. Pro dan kontra dapat diatasi melalui koreksi dengan cara modifikasi pola-pola tradisional atau pola-pola yang baru diterima, atau modifikasi kedua-duanya. Pengintegrasian kembali subuah kebudayaan dapat dicapai melalui tahap-tahap interpretasi kembali, 13
seleksi, dan penjabaran unsur-unsur kebudayaan tersebut (Mundzier, 2009:41) Setelah selesai tahap mengintegrasian, berikut adalah tahap terminal atau tahap berhenti sementara dari keseluruhan hasil akhir perubahan yang sedang terjadi. Hal ini dapat terwujud sebagai ekuilibrium, kemantapan yang menyeluruh dan konsistensi dalam kebudayaan. Begitu juga terdapat suatu perasaan sejahtera dan aman serta menyenangkan, perasaan berkedudukan atau berkepribadian tinggi, dan mempunyai rasa harga diri atau keyakinan pada diri sendri yang besar pada warga masyarakat yang bersangkutan. Dalam keadaan disorganisasi, ruang lingkupnya biasany amat kecil, atau bisa juga amat besar yang berwujud sebagai disintegrasi menyeluruh pada kebudayaan tersebut. Suatu keadaan disorganisasi yang serius pada sebuah masyarakat dapat terjadi karena adanya konflik, perang, atau penaklukan, bisa juga karena adanya kontak hubungan di antara dua kebudayaan yang berbeda (Mundzier, 2009:41). Selanjutnya konsekuensi adalah akibat dari suatu perubahan sosial. Hampir semua perubahan mengandung resiko. Perubahan sering tidak saja hanya membawa efek positif, tetapi tidak sedikit menggoyahkan budaya yang berlaku dan merusak nilai-nilai dan kebiasaan yang dihormati. Orang-orang miskin biasanya sangat enggan menghadapi perubahan, sebab antara lain mereka tidak mampu menanggung resiko apa pun. Sedangkan segi positif perubahan paling tidak dapat meningkatkan kualitas manusia. Secara teoritis manusia mempunyai kebutuhan. Misalnya kebutuhan moral, ekonomi, prestasi, mendapatkan pengakuan, dan sebagainya. Semua kebutuhan hanya akan dicapai melalui dan ditentukan oleh 14
ingkungan sosial yang lebih maju atau baik. Sebagai contoh, industri di pedesaan , telah membawa teknologi modern ke pedesaan sehingga banyak mengubah wajah pedesaan. Oleh karena itu dengan masuknya industri ke pedesaan memungkinkan terjadinya berbagai perubahan yang diperlukan oleh manusia. Misalnya, semula pekerjaan mereka satu-satunya di bidang pertanian. Setelah adanya industri, penduduk di pedesaan bisa bekerja di luar sektor pertanian, seperti menjadi buruh, pedagang, penjual jasa, atau lainya (Mundzier, 2009:43). Segi
negatif
perubahan
sosial,
selain
dapat
menimbulkan
ketegangan-ketegangan sosial sekaligus juga bisa menjadi masalah sosial. Beberapa
contoh
pengaruh
negatif
proyek
pembangunan
antara
pengangguran, aksi-aksi protes, kriminalitas, imitasi gaya hidup, dan lainlain. Contoh lain, dengan adanya proyek pembangunan di pedesaan, beberapa petani bisa-bisa malah kehilangan tanah pertaniannya karena uang hasil penjualan tanah yang terkena proyek pembangunan tidak dibelikan tanah lagi, tetapi dibelikan keperluan yang tidak produktif (Mundzier, 2009:41). 2.
Sistem Pendidikan Pesantren Di dalam Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 11 dan 3 disebutkan bahwa: “Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah (formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (non-formal). Pendidikan yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah (formal) adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
15
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sedangkan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah (non-formal) adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar melalui kegiatan belajar mengajar yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (http://www.unpad.ac.id/wpconten/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf/ Diunduh pada 6 November 2014).
Dalam sistem pendidikan pesantren terdiri dari berbagai unsur-unsur pesantren, menurut Mastuhu (1989) dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Aktor atau pelaku, Kiyai, Ustadz, Santri, dan Pengurus. b. Sarana perangkat keras: Masjid, Rumah Kiyai, Pondok atau Asrama Santri, Gedung Sekolah atau Madrasah, Tanah untuk: olah raga, pertanian, perternakan, makam dan sebagainya. c. Sarana perangkat lunak: tujuan, kurikulum, kitab, penilaian, tata tertib, perpustakaan, pusat dokumentasi, dan penerangan, cara mengajar (sorogan,
bandongan,
dan
halaqah),
keterampilan,
pusat
pengembangan masyarakat, dan alat-alat pendidikan lainnya. Unsur-unsur pesantren berbeda antara satu pesantren dengan pesantren lainnya, hal ini dapat dilihat dari besar kecilnya pesantren bersangkutan. Untuk pesantren kecil unsur-unsurnya cukup dengan kiyai, santri, asrama atau pondok, kitab-kitab keagamaan, dan metode pengajaran, akan tetapi untuk pesantren besar perlu ditambah dengan unsur-unsur lain, seperti: Ustadz sebagai pembantu kiyai dalam pengajaran, gedung sekolah atau madrasah, pengurus, tata tertib dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan (Mastuhu, 1989:55-56). Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau 16
wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kiyai atau pembantu kiyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada muridmurid yang telah menguasai pembacaan al-Qur‟an dan kenyataan merupakan bagian yang penting sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya dipesantren (Dhofier, 1985:28). Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut “Halaqah” yang artinya sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru (Dhofier, 1985:28). Pada umumnya kurikulum pengajaran di pesantren salafiyah tergantung sepenuhnya kepada para kiyai pengasuh pondoknya. Santrinya ada yang menetap didalam pondok (santri mukim), santri yang tidak menetap di dalam pondok (santri kalong). Sedangkan sisitem madrasah (schooling) diterapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran umum (Dhofier dalam E. Shobirin Najd, 1985:117). Sebagai contoh dari pesantren salafiyah antara lain yaitu Pesantren Maslahul Huda di Pati, Pesantren An-Nur di Sewon Bantul, dan Pesantren Mukhtajul Mukhtaj di Mojo tengah Wonosobo dan Pesantren AsSyafi‟iyah Jakarta.
17
Sistem pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem pendidikan salafiyah di pesantren Az-Ziyadah yakni mencakup beberapa unsur sistem pendidikan pesantren yaitu: penghuni atau aktor pondok pesantren (Kiyai, Ustad, Pengurus dan Santri), kurikulum, kitab yang diajarkan, metode pengajaran, dan sarana prasarana (Gedung Asrama, Sekolah/Madrasah)
di
pesantren Az-Ziyadah. 3.
Pengertian Modernisasi Kata modernisasi berasal dari dua kata suku kata yaitu modern yang
berarti mutakhir dan sasi yang artinya proses. Jadi modernisasi adalah proses pemutakhiran (Dr. Gumilar, 2004:9.3). Modernisasi dalam kamus Sosiologi (Nicholas, Stephan, Turner, 2010), meliputi peningkatan keaksaraan, urbanisai dan penurunan tradisional. Perubahan ini dilihat dari segi peningkatan diferensiasi sosial dan struktural. Sedangkan menurut Giddens mendefinisikan modernisasi berdasarkan empat institusi dasar. Pertama adalah kapitalisme, yang biasanya dicirikan oleh produksi komoditas, kepemilikan modal pribadi, buruh upahan yang tidak memiliki hak milik, dan sistem kelas yang berasal dari karakteristikkarakteristik ini. Kedua adalah industrialisme, yang terdiri dari penggunaan sumber kekuasaan tak bernyawa dan mesin untuk memproduksi barang. Industrialisme tidak terbatas pada tempat kerja, dan ia mempengaruhi settingsetting lain, seperti “transportasi, komunikasi, dan kehidupan rumah tangga”. Ketiga kapasitas pengawasan yang sangat bergantung pada sesuatu yang baru. Pengawasan merujuk pada surversi aktivitas penduduk di ranah politik. Sedangkan karakteristik. Keempat adalah dimensi institusional modernitas, 18
yaitu kekuatan militer, atau kontrol atas sarana kekerasan, termasuk industrialisasi perang (George Ritzer, 2009:607-608). Menurut Harun Nasution (1996:11), dalam bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, modernisasi atau modernisme, seperti yang terdapat dalam “aliranaliran modern dalam Islam” yakni Islam dan modernisasi” modernisme dalam masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh pengetahuan dan teknologi modern. Soerjono Soekanto (1990) mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut : a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat. b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
19
Apabila
dibedakan menurut asal faktornya, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi modernisasi pesantren
dapat dibedakan antara faktor-faktor
internal dan eksternal. a. Faktor-faktor
internal,
merupakan faktor-faktor perubahan yang
berasal dari dalam masyarakat pesantren, misalnya : 1) Bertambah dan berkurangnya penduduk (perubahan di pesantren dilihat dari bertambah dan berkurangnya peserta didik atau santri) 2) Penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a) discovery, atau penemuan
ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan
sebelumnya (b) invention, penyempurnaan penemuan penemuan pada discovery oleh individu atau serangkaian individu, dan (c) inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru menggantikan atau melengkapi ide-ide atau alat-alat yang telah ada. b. Faktor-faktor eksternal,
atau faktor-faktor yang berasal dari luar
pesantren, dapat berupa: 1) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. 2) Pendidikan Formal yang Maju. 4.
Kerangka Berfikir Setiap penelitian tentu diperlukan adanya kerangka berfikir sebagai
pijakan atau sebagai pedoman dalam menentukan arah dari penelitian, hal ini diperlukan agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan diteliti. Alur kerangka berfikir pada penelitian ini akan digambarkan dengan skema 1.2 sebagai berikut:
20
Bagan 1.2: Skema Kerangka Berfikir
Sistem PendidikanPondok Pesantren Az-Ziyadah
Respon Pondok Pesantren Az-Ziyadah dalam Menanggapi Modernisasi
Teori Perubahan Sosial Faktor Eksternal
Faktor Internal
Bertambah dan berkurangnya penduduk Penemuan-penemuan baru (Inovasi)
Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Sistem pendidikan formal yang maju
Dampak Modernisasi Terhadap Sistem Pendidika Pesantren AzZiyadah Perubahan Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah Az-Ziyadah
21
F.
Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara field research yaitu kegiatan penelitian dilakukan di lapangan. Bodgan dan taylor (dalam, Winarno Surakhmad, 1985:132) mengemukakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian skripsi ini dilakukan pada Pondok Pesantren Salafiyah az-Ziyadah kel. Klender, Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur dan dari penelitian tersebut nantinya akan diperoleh data deskriptif baik yang berupa dokumen ataupun penjelasan secara lisan mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi. Data tersebut penulis peroleh dari pengurus pesantren, para ustadz (Pengajar), dan santri (Siswa) serta kumpulan data yang berbentuk dokumen. 2.
Sumber Data Karena penelitian ini adalah jenis penelitian field research (penelitian
lapangan) maka dalam pengumpulan data, penulis membagi sumber data menjadi dua bagian: a. Sumber data primer mencakup segala elemen yang menyangkut pondok pesantren az-Ziyadah Jakarta Timur seperti; kiyai sebagai pemimpin pondok pesantren, pengurus pondok pesantren, ustadz
22
(pengajar) dan santri yang keberadaan terkait dengan Pondok Pesantren Az-Ziyadah Duren Sawit Jakarta Timur. b. Sumber data sekunder mencakup referensi maupun penelitian yang berhubungan dengan pondok pesantren dan modernisasi baik berupa kritik maupun komentar, selain itu juga mencakup referensi lain yang berkaitan dengan sistem pendidikan pondok pesantren Az-Ziyadah Jakarta Timur. 3.
Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diambil dari penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
sebagai berikut: Pengamatan (observation) kemampuan dari peneliti bagaimana melihat subjek penelitian, dalam pengamatan peneliti mendapatkan subjek dari yang diamati (Moleong, 2010:175). Tehnik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data agar memperoleh hasil yang valid adalah : a.
Observasi Yaitu tata cara menghimpun data atau keterangan yang dilakukan
dengan pengamatan atau pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang dijadikan pengamatan (Anas Sudjono, 1986:36). Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), kegiatan, objek, kejadian (peristiwa), waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran keadaan pondok pesantren az-Ziyadah Jakarta Timur.
23
b.
Wawancara Selain menggunakan observasi, penulis melakukan wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang mencakup cara yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu mencoba mendapatkan keterangan lisan dari seorang informan dengan percakapan berhadapan muka (Koenjtaraningrat,1989:32). Dalam peneilitan skripsi ini penulis melakukan wawancara langsung secara mendalam terhadap penghuni pondok pesantren Az-Ziyadah dengan informan 10 orang, yakni: 1)
Pemimpin pondok pesantren Az-Ziyadah KH. Marzuki, S.Ag, untuk memperoleh data mengenai
sejarah dan sistem
pendidikan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah. 2)
Pengurus pondok pesantren Az-Ziyadah yaitu Ustadz Syakir S.Ag sebagai pengasuhan santri, Ustdzah Eva Hendrawati, S.Pd.I sebagai Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah dan Ustadz Abdul Wadud sebagai Tata Usaha (TU), untuk mendapatkan gambaran tentang pendapat dan responnya terkait dengan masalah sistem pendidikan pesantren salafiayah AzZiyadah di tengah modernisasi.
3)
Pengajar/guru pondok pesantren Az-Ziyadah yaitu Ustadzah Dewi Safitri S.Pd.I sebagai guru Bahasa Inggris, Ustadz Ibnu Hajar sebagai guru Bahasa Arab dan Ustadzah Dra. Hj. Dahlia sebagai guru Bahasa Indonesia, untuk mendapatkan gambaran
24
tentang pendapat mereka mengenai sistem pendidikan salafiyah Az-Ziyadah di tengah modernisasi. 4)
Santri/siswa pondok pesantren Az-Ziyadah antara yaitu Rizalul Hadi, Nurotul Aini dan Yulia Rahma yang merupakan santri dan santriwati yang menimba ilmu di pondok pesantren AzZiyadah, diharapkan dapat mendapatkan gambaran tentang pendapat mereka mengenai sistem pendidikan pesantren salafiyah di tengah modernisasi.
Wawancara ini disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka yang dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam agar mendapatkan informasi secara bebas demi keluasaan dalam penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan dimulai dari umum, kemudian masuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan pokok bahasan. (Burhan Bungin, 2009:108). 4.
Analisis Data Interpretasi Data Untuk mengolah dan medeskripsikan agar data lebih bermakna dan mudah
dipahami maka digunakan prosedur analisis data yang dikembangkan oleh Glasser dan Strauss, (dalam, Moleong, 2010: 288), adapun prosedur analisis data tersebut adalah sebagai berikut: Analisis data menurut Patton (1980) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide tersebut. Dengan dua pengertian tersebut akhirnya kita dapat 25
simpulkan bahwa proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan ide seterti yang disarankan data (Lexy J. Moleong, 2004:105). Bagan 1.3 menunjukan analisis data yang akan dilakukan peneliti. Bagan 1.3: Proses Analisis Data Sumber Data
Pengumpulan Data
Interpretasi Data
Penyatuan Data
Data
Data
Ditelaah
5.
Dipelajari
Dibaca
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan penulis lakukan yakni di Pondok Pesantren
Az-Ziyadah, yang beralamatkan di Jln. Madrasah Tanah 80, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Alasan penulis memilih penelitian ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah karena pondok pesantren tersebut merupakan salah satu pondok pesantren salafiyah yang berlokasi di daerah Ibu kota Jakarta yang masih kental dengan nuansa pondok kesalafiyahannya meski di tengah arus modernisasi.
26
G.
Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini akan disajikan dalam empat bab, masing-masing bab akan
memaparkan informasi sebagai berikut: Bab I Pendahuluan: Pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tinjauan
pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, kajian teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Gambaran Umum: Gambaran umum pondok pesantren, gambaran umum pondok pesantren Az-Ziyadah Jakarta meliputi sejarah, kondisi umum, identitas, kondisi fisik, kondisi santri, struktur organisasi dan program dan kelembagaan pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah. Bab III Temuan dan Analisis Data: Proses pendidikan PP Az-Ziyadah Jakarta di tengah modernisasi, respon PP Az-Ziyadah Jakarta dalam menanggapi modernisasi, Perubahan sistem pendidikan pesantren salafiyah Az-Ziyadah. Bab IV Penutup: Secara khusus berisi tentang kesimpulan dan saran terhadap pokok-pokok permasalahan. Daftar Pustaka: Halaman ini berisi pustaka yang diacu dalam penulisan skripsi. Pustaka yang diacu harus dipastikan berasal dari sumber yang terpercaya, misalnya buku teks, jurnal ilmiah, prosiding, laporan teknis/penelitian, majalah ilmiah, dan dokumen paten.
27
BAB II GAMBARAN UMUM A.
Gambaran Umum Pondok Pesantren Lembaga pendidikan Islam dikenal dengan sebutan pesantren pada kenyataanya
kini sangat beragam. Lembaga itu memperlihatkan gambaran sebuah lingkungan pendidikan dengan segala unsurnya, yang secara tradisional berkembang sebagai pusat kegiatan pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaquh fi al-din). Sementara itu, lembaga pendidikan serupa, karena berangkat dari unsur-unsur modern, tidak disebut sebagai pesantren. Kenyataan keagamaan ini menuntut pencarian kriteria umum yang mungkin mempersatukan penyebutan pesantren, jika lembaga pendidikan ini masih akan terus dikembangkan. Kenyataannya memang membuktikan bahwa sistem pendidikan pondok pesantren yang berkembang secara dinamis hingga dewasa ini tetap diterima oleh masyarakat. (Mundzier, 2009:53) Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang asal-usul lembaga pendidikan yang disebut pesantren. Pendapat pertama menyatakan bahwa pesantren merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari praktik pendidikan pra-Islam atau masa kekuasaan Hindu-Budha. Pendapat ini, antara lain, diungkapkan oleh Brugmans, Manfred Ziemek, dan Nurcholis Madjid. Berikut adalah pendapat para tokoh tersebut tentang asal-usul pesantren: Brugmans
dalam kajiannya mengenai asal-usul pesantren adalah bentuk
lembaga pendidikan khas berasal dari India yang sebagaian dipengaruhi oleh orangorang Islam. (I.J. Brugmans dalam Mundzier, 2009:53)
28
Ziemek menyatakan bahwa pesantren merupakan hasil perkembanhan secara paralel dari lembaga pendidikan pra-Isalam yang telah melembaga berabad-abad lamanya. (Manfred Ziemek dalam Mundzier, 2009:54) Begitu juga Nurcholis Madjid menyatakan bahwa pesantren memiliki bangunan historis dengan lembaga pendidikan pra-Islam yang telah ada sejak masa kekuasaan Hindu-Budha, lalu orang Islam meneruskan dan meng-Islamkan-nya. (Nurcholish Madjid, 1997:3) Pendapat kedua, dikemukan oleh Bruinessen, pesantren memiliki kecendrungan sama dengan sistem pendidikan Islam di Timur Tengah. Tesisnya menyatakan bahwa Al-Azhar dengan riwaq-nya merupakan model yang diambil pesantren pada akhir abad ke-18/19. Ia juga menyatakan bahwa di Kalimantan, Sulawesi, dan Lombok lembaga semacam pesantren baru ada setelah abad ke-20. Namun pesantren Tegal Sari Jawa Timur merupakan salah satu pesantren tertua , didirikan pada tahun 1742. Demikian pula pesantren di Jawa sejak bentuknya yang paling tua merupakan suatu kombinasi antara madrasah dan pusat kegiatan tarekat. (Martin van Bruinessen, 1995:24-25) Perbedaan pendapat di atas tampaknya lahir karena perbedaan konseptual tentang pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di mana unsur-unsur kelembagaan sering kali menjadi kriteria untuk melakuan konseptualisasi. Implikasinya, perbedaan kriteri menyebabkan adanya perbedaan konsep. Namun, jika proses penyebaran Islam bisa diterima identik dengan proses pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa pesantren sudah ada sejak masa awal penyebaran Islam di Indonesia. Selajutnya sesuai dengan perkembangan zaman, konsep pesantren pun mengalami dinamika perkembangan dari yang sangat sederhana sampai mewah, dari
29
salafiyah sampai khalafiyah, atau tradisional sampai modern, dan konvensional sampai kontemporer. Secara umum pondok pesantren dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pesantren salafiyah dan pesantren khalafiyah. Pesantren salafiyah sering disebut pesantren tradisional atau konvensional, sedangkan pesantren khalafiyah disebut pesantren modern atau kontemporer. 1.
Pesantren Salafiyah Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang masih
mempertahankan sistem pendidikan yang khas pondok pesantren, baik kurikulum maupun metode pendidikannya. Bahan ajaran meliputi ilmu-ilmu Agama Islam dengan menggunakan kitab-kitab klasik berbahasa Arab sesuai dengan tinggkat penjenjangnnya. Pembelajaran di pondok pesantren dapat diselenggarakan dengan cara non-klasikal atau dengan cara klasikal. Jenis pondok pesantren ini pun dapat meningkat dengan membuat kurikulum sendiri, dalam arti kurikulum model pondok pesantren yang bersangkutan, yaitu disusun sendiri berdasarkan ciri khas yang dimiliki oleh pondok pesantren. Penjenjangan dilakukan dengan cara memberikan kitab pegangan yang lebih tinggi dengan funun (bidang ilmu) yang sama setelah suatu kitab selesai dipelajari. Para santri dapat tinggal di dalam asrama yang disediakan di lingkungan pondok pesantren, dapat juga tinggal di luar ingkungan pondok pesantren (santri kalong). (Mundzier, 2009:86) Metode yang digunakan pondok pesantren salafiyah atau tradisional adalah wetonan, muhawarah, mudzakarah, dan majlis ta’lim. Metode sorogan merupakan metode yang ditempuh dengan cara guru menyampaikan 30
pelajarannya kepada para santri secara individual di langgar, masjid, atau kadang-kadang di rumah-rumah. Di pesantren, metode ini dipergunakan pada santri tingkat rendah. Melalui metode ini, perkembangan intelektual santri dapat ditangkap kyai secara utuh. (Mujamil Qomar, 2007:142) Metode wetonan atau bandongan adalah metode yang paling umum di lingkungan pesantren. Dhofier mengemukakan bahwa metode ini adalah suatu metode pengajaran dengan cara guru membaca, menerjemahkan, menerangkan, mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab, sedangkan sekelompok santri mendengarkannya. Mereka memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. (Dhofier dalam Mundzier, 2009:87) Wetonan dalam praktiknya selalu berorientasi pada transfer pengetahuan tanpa melalui kontrol tujuan yang tegas. Dalam metode ini, santri bebas mengikuti pelajaran karena tidak diabsen. Sedangkan santri yang mengikuti pelajaran melalui metode wetonan adalah mereka yang berada pada tingkat menengah. Metode muhawarah adalah suatu kegiatan bercakap-cakap dengan bahasa Arab yang diwajibkan pesantren kepada santri selama mereka tinggal di pondok. Metode mudzakarah merupakan suatu penemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyah seperti akidah, ibadah, dan masalah agama pada umumnya. Sedangkan metode majlis ta’lim merupakan metode pengajaran agama Islam yang bersifat umum dan terbuka, yang dihadiri jama‟ah yang memiliki berbagai latar belakang pengetahuan, tingkat usia dan jenis kelamin.
31
Metode ini bukan saja dihadiri oleh santri mukim dan santri kalong melainkan juga oleh masyarakat umum. 2.
Pesantren Khalafiyah Sementra itu pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren yang
mengadopsi sistem madrasah atau sekolah, dengan kurikulum disesuaikan dengan kurikulum pemerintah, baik Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Pesantren khalafiyah biasanya menyelenggarakan kegiatan pendidikan jalur sekolah, baik itu jalur sekolah umum (SD, SMP, SMU, dan SMK), maupun sekolah berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA, atau MAK). Bahkan ada beberapa pesantren yang telah menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi (perguruan tinggi), seperti Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo dan Daarul Ilmi di Bandung. Biasanya kegiatan membelajaran kepesantrenan memiliki kurikulum dilaksanakan secara klasikal dan berjenjang. Metode yang digunakan sudah adaptif atau sudah mengadaptasi metode-meode baru, seperti tanya jawab, diskusi, karyawisata, hafalan/verbalisme, sosiodrama, widyawisata, problem solving, pemberian situasi, pembiasaan/habituasi, dramatisasi, (percontohan tingkah laku), reinforcement, stimulus-respons, dan sistem modul (meski agak sulit) (Mujamil Qomar, 2007:147). Dengan keadaannya seperti yang telah dipaparkan di atas, pondok pesantren telah mengukuhkan dirinya sebagai sebuah lingkungan pendidikan yang integral. Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawakan sistem pendidikan sekolah sebagai budaya pendidikan nasional, pondok pesantren mempunyai kultur eduktif yang unik. Karena keunikannya
32
itulah, pondok pesantren sering kali digolongkan ke dalam subkultur tersendiri di dalam masyarakat Indonesia. (Abdurrahman Wahid, 1980) B.
Selayang Pandang Pondok Pesantren Az-Ziyadah 1.
Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Az-Ziyadah Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah sebuah lembaga pendidikan Islam
yang berlokasi di Daerah Tanah 80 Klender Duren Sawit Jakarta Timur. Didirikan oleh seorang ulama kharismatik Al-Maghfurlah KH. Ahmad Zayadi Muhajir Al-Bantani. K.H. Zayadi lahir pada 23 Desember 1918 di Kampung Tanah 80, Klender, Jakarta Timur. Ia anak dari pasangan H. Muhajir bin Ahmad Gojek bin Dato Muh. Sholeh dan Umi Anisah. Dari garis ayahnya, K.H. Zayadi adalah cucu ulama Banten, K.H. Muhammad Sholeh yang dikenal sebagai “Mu‟allim Ale”. Dia hijrah dan menetap di Kampung 80. ibunya wanita asli Betawi. K.H. Zayadi dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan ulama yang mempunyai akhlaq terpuji, sabar, tawadhu, berpendirian teguh, dan berusaha mencari keridhaan gurunya, sehingga wibawa dan kharismanya sangat tampak dan diakui oleh masyarakat Klender (Ahmad Jember, 2011). Pada umur 15 tahun, atas saran gurunya K.H. M. Thohir, Cipinang Muara, dan K.H. R. Mustaqiem, Rawa Bening, ia mendirikan Pondok Pesantren AzZiyadah. Tujuannya mencetak ulama, disamping mencerdaskan bangsa dan mengembangkan ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah. Pesantren Az-Ziyadah dalam perkembangannya berawal dari pengajian sistem halaqah yang berpusat di masjid Al-Husna pada tahun 1948, pada
33
awalnya fokus pengajarannya adalah membaca dan menulis saja, yaitu kegiatan pengajian al-Qur‟an dan kitab kuning secara tradisional (dengan sistem bandongan atau weton dan sorogan) yang mengkaji tentang ilmu-ilmu agama yaitu tafsir, hadist, fiqih dan bahasa Arab. Hingga pada tahun 1971, ketika gedung madrasah dan bangunan asrama santri berdiri permanent, sistem pendidikannya mulai menggunakan sistem klasikal sehingga jumlah santrinya mencapai 6.600 orang. Mereka itu murid dari tingkat ibtidaiyah sampai aliyah (Yayasan Pondok Pesantren Az-Ziyadah, 2013). Visi Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah Mencetak Kader Ulama, Zu‟amma dan Agniya yang konsisten menjunjung tinggi nilai-nilai Islami. Sedangkan Misi Pondok Pesantren Az-Ziyadah menumbuhkan budaya ilmu, amal dan taqwa serta akhlaqul karimah pada jiwa santri dalam pengabdiannya kepada agama dan masyarakat (Yayasan Pondok Pesantren Az-Ziyadah). Adapun sebagai gambaran umum perkembangan Pesantren Az-Ziyadah sebagai berikut:
Sekitar tahun 1948 awal pendirian Pondok Pesantren Az-Ziyadah menggunakan sistem pengajaran halaqoh dengan kajian kitab kuning yang merupakan ciri khas bagian dari setiap pondok pesantren.
Pada tahun 1971 sistem pengajaran tersebut berubah menggunakan pedekatan sistem klasikal yang sudah menjadi kebutuhan pada saat itu.
Pada tahun 1991 Pondok Pesantren Az-Ziyadah mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Az-Ziyadah (STAIZA) untuk mencetak sarjanasarjana yang benar-benar berkemamuan ulama. 34
Pada tahun 2001 sistem klasikal mengalami pengembangan dengan mengikutsertakan para santri program pemerintah wajar Diknas 9 tahun. Program yang diikuti adalah program pendidikan dasar salafiyah, mengikuti ujian negara dibawah naungan Departemen Agama, sehingga para alumni Az-Ziyadah disamping memiliki kemampuan basic ilmu-ilmu kitab salafiyah juga mampu berkiprah di berbagai lapisan kebutuhan masyarakat.
Pada tahun 2006 Pondok Pesantren Az-Ziyadah di lengkapi lagi dengan sebuah lembaga Pesantren Tinggi/ Ma‟had „Ali yang digagas dan dipimpin oleh salah seorang alumni yang telah berhasil menjadi tokoh nasional, Dr. HH. A. Fadloli El-Muhir, yang seluruh maha santrinya/ Mahasiswanya tidak dikenakan biaya pendidikan setelah memenuhi persyaratan.
Dan pada tahun pelajaran 2006/2007 juga didirikan sebuah lembaga pendidikan menengah yang mengacu pada sistem pendidikan modern Gontor yaitu Tarbiyatul Mu‟alimin Mualimat Al-Islamiyah (TMI) yang dikembangkan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah adalah setingkat dengan madrasah Tsanawiyah dan „Aliyah dan mengikuti ujian negara dibawah naungan Departemen Agama. Kurikulum yang diterapkan adalah perpaduan kurikulum Pondok Pesantren AzZiyadah dengan Pondok Pesantren Darunnajah dan Pondok Pesantren Modern Gontor serta kurikulum negeri baik Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Program ini para santri selama pendidikan dibina selama 24 jam sehingga seluruh santri wajib mukim (Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 2013).
35
2.
Kondisi Umum Pondok Pesantren Az-Ziyadah a.
Identitas Pondok Pesantren Az-Ziyadah
Nama
: Pondok Pesantren Az-Ziyadah
Pemimpin Yayasan
: Hj. Fatimah Hasbiyallah
Pemimpin Pondok Salafiyah
: KH. Muhajir Zayadi : KH. Marzuki HM, S.Ag dan
Tanggal Berdiri
: Tahun 1948 M
Alamat
: Jl. Madrasah Tanah 80 No.01 Klender Duren Sawit Jakarta Timur Kode Pos: 13470 Telp. (021) 8611412 – 8615482
(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014) b.
Kondisi Pondok Pesantren Az-Ziyadah Pondok Pesantren Az-Ziyadah memiliki sarana dan prasarana (sarana
penunjang) yang dapat menunjang keberhasilan proses pendidikan. 1)
Sarana Untuk Santri Pondok Pesantren Az-Ziyadah Berikut adalah sarana yang ada bagi santri yang berada di
lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah akan penulis sajikan dalam tabel 2.1.
36
Tabel 2.1: Sarana Santri PP Az-Ziyadah NO 1
NAMA BANGUNAN Ruang Kamar
JUMLAH
KEGUNAAN
12 Lokal
Tempat beristirahan santri yang Mukim
2
Dapur Umum
2 Lokal
3
Kamar Mandi
16 Lokal
Tempat memasak
(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014) 2)
Sarana di Madrasah/Sekolah Sedangka sarana yang ada di Madrasah/sekolah akan penulis
sajikan dalam tabel 2.2 Tabel 2.2: Sarana di Madrasah PP Az-Ziyadah NO 1
NAMA BANGUNAN Ruang Kelas
JUMLAH
KEGUNAAN
12 Lokal
Tempat aktivitas pembelajaran santri
2
Ruangan Kantor
4 Lokal
Tempat para ustadz/guru mengurus pekerjaan sebagai pengajar dan pengurus sekolah
3
Ruangan Guru
2 Lokal
Tempat beristirahat para guru/ustadz
37
(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014) 3)
Sarana Penunjang Sedangkan sarana penunjang penulis sajikan dalam tabel 3. Tabel 2.3: Sarana Penunjang PP Az-Ziyadah NO 1
NAMA BANGUNAN Aula
JUMLAH
KEGUNAAN
1 Lokal
Tempat Muhadloroh (Latihan Dakwah) dan tempat acara khusus santri
2
Laboratorium
1 Lokal
Tempat untuk penelitian dan percobaan ilmiah
3
Lapangan
1 Lokal
Tempat upacara, latihan PASKOBRA dan tempat acara-acara besar
4
Masjid
1 Lokal
Tempat sholat, pengajian dan peraktek keagamaan
5
Lab. Komputer 38
1 Lokal
Untuk santri
belajar Ilmu Teknologi Komputer 6
Perpustakaan
1 Lokal
Untuk santri belajar dan membaca terkait dengan pelajaran
(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014) 4)
Kondisi Santri Santri merupakan sebutan untuk mereka yang belajar di suatu
pondok pesantren. Meski ada banyak definisi yang diberikan para ahli tentang istilah santri, seperti yang diutarakan oleh Marzuki Wahid, dkk (1999), santri adalah orang yang sedang mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali informasi ilmuilmu agma dari kiyai-ulama (guru, teladan, uswah) (Marzuki Wahid dkk, 1999:130). Sebagai sebuah pondok pesantren, Az-Ziyadah tentunya memiliki santri, karena santri merupakan salah satu bagian dari unsur sistem pendidikan pesantren. Di pesantren Az-Ziyadah ada 2 (dua) kategori santri, yaitu santri mukim dan santri non-mukim atau lebih dikenal dengan santri kalong. a)
Santri Mukim Santri mukim yaitu mereka yang tinggal dan menetap di
pondok pesantren, mereka hanya pulang jika liburan pondok 39
pesantren saja. Meraka adalah orang-orang yang menimba ilmu di pesantren Az-Ziyadah serta bermukim di asrama pesantren Az-Ziyadah yang sudah disediakan, dan pada umumnya mereka berasal dari daerah-daerah di luar lingkungan pondok pesantren. Berikut adalah data santri Mukim Pesantren AzZiyadah 2014 yang penulis peroleh dari pengurus pesantren Az-Ziyadah: Tabel 2.4: Data Santri Mukim PP Aziyadah 2014 NO
1
ASAL SANTRI MUKIM Jakarta
JUMLAH SANTRI MUKIM PUTRA PUTRI 13
11
KETERANGAN
-Jak-Ut: 6 santri -Jak-Tim: 18 santri
2
Jawa Barat
20
4
-Bekasi: 18 santri -Bogor: 4 santri -Majalengka: 1 santri -Karawang: 1 santri
3
Banten,
2
-
Tangerang
-Tangerang: 1 santri -Pandeglang: 1 santri
4
Jawa
6
2
-Brebes: 1 santri
Tengah,
-Wonosobo: 1 santri
Jawa Timur
-Tegal: 2 santri
40
dan Madura
-Cilacap: 1 santri -Nganjuk: 1 santri -Banyumas: 1 santri -Bangkalan, Madura: 1 risant
5
Luar Jawa
5
-
-Riau: 1 santri -Batam: 1 santri -Aceh: 3 santri
Total
46
17
63 Santri
(Sumber: Kegiatan Santri Salafiyah Az-Ziyadah, 18/08/2014) Untuk kegiatan harian santri mukim di pondok pesantren Az-Ziyadah penulis sajikan di tabel 2.5 berikut: Tabel 2.5 Jadwal Kegiatan Harian Santri Mukim PP Az-Ziyadah NO JAM
KEGIATAN
1
Bangun Tidur, Mandi
04:00-05:00
PENANGGUNG JAWAB Ust. H. Muhajir
dan Sholat Shubuh 2
05:00-05:45
Pengajian Al-Qur‟an
Pengurus ISPPA
3
05:45-06:30
-Sarapan Pagi
Pengurus ISPPA
06:30-12:15
-Masuk Sekolah
Ust. H. Marzuki
12:15-14:00
-Sholat Dzuhur
Pengurus ISPPA
4
berjamaah -Makan siang 5
14:00-15:00
41
Tidur siang
Keamanan
6
15:00-18:00
-Sholat Ashar
Pengurus ISPPA
berjamaah -Mudzakarah ba‟da Ashar 7
18:00-19:00
-Sholat Magrib
Pengurus ISPPA
berjamaah -Mudzakarah ba‟da Magrib 8
19:00-20:00
-Sholat Isya
Pengurus ISPPA
berjamaah -Mudzakarah ba‟da Isya -Makan malam 9
20:00-22:00
Belajar malam
Ust. Ali Ridho
10
22:00-04:00
Tidur Malam
Keamanan
(Sumber: Kegiatan Santri Salafiyah Az-Ziyadah, 18/08/2014) b)
Santri Non-Mukim/ Santri Kalong Sedangkan santri yang non-mukim atau santri kalong
yaitu mereka yang menimba ilmu di pondok pesantren tetapi tidak tinggal di asrama pondok pesantren, dan biasanya tempat tinggal mereka tidak jauh dari lokasi pondok pesantren. Untuk
santri
yang
non-mukim/santri
kalong
di
pesantren Az-iyadah penulis sajikan dalam tabel 2.5 sebagai berikut: 42
Tabel 2.6: Data Santri Non-mukim PP Az-Ziyadah 2014 NO
NAMA LEMBAGA
KEADAAN SANTRI NONMUKIM SANTRI SANTRI PUTRA PUTRI 26 25
1
MTs kelas I
2
MTs kelas II
21
31
3
MTs kelas III
22
25
4
MA kelas I
17
22
5
MA kelas II
18
24
6
MA kelas III
19
17
123 Jumlah
144
Total: 267 Santri
(Sumber: Pengurus Pesantren Az-Ziyadah, 18/08/2014) Dari data tabel di atas menunjukan bahwa ternyata keberadaan santri yang tidak mukim atau santri kalong di pondok pesantren Az-Ziyadah lebih mendominasi dari pada santri yang mukim. Adapun kegiatan yang harus diikuti oleh santri nonmukim hanya sebatas kegiatan mingguan dan tahunan saja, jika ada santri yang non-mukim mengikuti kegiatan layaknya santri mukim itu perbolehkan di pesantren Az-Ziyadah. Berikut adalah kegiatan mingguan untuk keseluruhan santri yang ada di pesantren Az-Ziyadah:
43
Tabel 2.7 Kegiatan Mingguan Santri Salafiyah Az-Ziyadah NO 1
KEGITAN Tamrinul Khutoba
Hari Senin
Jam 20:00 s/d Selesai
2
Istighosah, Yasinan
Kamis
19:00 s/d Selesai
3
Latihan Bela Diri
Jum‟at
08:00 s/d Selesai
Jum‟at
13:00 s/d Selesai
Sabtu
13:00 s/d Selesai
Tapak Suci 4
Ekskul B. Arab dan B. Inggris
5
Latihan Pramuka
(Sumber: Pengurus Pesantren Az-Ziyadah, 18/08/2014) c.
Struktur Organisasi dan Lembaga di Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah 1)
Kedudukan Yayasan Pesantren Az-Ziyadah Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah adalah merupakan Induk
Organisasi penyelenggaraan kegiatan atau program dari berbagai lembaga /Departemen yang ada di lingkungan Pondok Pesantren AzZiyadah, baik program pesantren itu sendiri ataupun program pendidikan, ekonomian dan lain-lainnya. Yayasan Al-Husna WazZiyadah ini didirikan berdasarkan Akte Notaris Elly Halida, SH. Nomor : 11 Tanggal 13 Oktober 2006, sedangkan sekarang Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah dipimpin oleh Hj. Siti Fatimah Hasbiyallah. Berikut adalah bagan Struktur Organisasi Pondok Pesantren AzZiyadah:
44
Bagan 2.1 Struktur Organisasi PP Az-Ziyadah Penasihat: Prof. KH. Syukron Ma‟mun
YAYASAN ALHUSNA WAZZIYADAH Pemimpin Yayasan: Hj. Siti Fatimah Hasbiallah
Mudir/Pimpinan: H. Muhajir Zayadi H. Marzuki HM, S.Ag Bendahara: M. Amin Tahmid, S.Ag
Sekretaris: Nurjannah, S.Pd.I
Biro Pendidikan Dan Pengajaran: H. Wadud
Biro Rumah Tangga: Kalimull ah
Biro Dakwah dan Kemasyarakatan: H. A. Syaikhu, S.Pd.I
Biro Penelitian dan Pengembangan (LITBANG): DRS. Kholid Sirajuddin
Pesantren Salafiyah
Pemban gunan dan Perawat an Fisik
Majlis Ta‟lim dan Santunan Sosial
Pengembangan Manajerial
Hubungan Masyarakat
Pengembangan Sumber Daya (Manusia, Alam, Waktu)
Madrasah Tsanawiya h dan Aliyah
Kesejaht eraan
Madrasah Ibtidayah
Da‟wah dan Alumni
Dapur Tarbiyatul Mu‟alimin AlIslamiyah (TMI)
Klinik dan Kesehat an Santri
Biro Usaha dan Koperasia: Siti Imani, S.HI
Halaqoh Asatidz
Badan Usaha Pesantren (BMT)
Pengembangan Mutu Program dan Pemasaran
Kopontren Az-Ziyadah Pesantren
Balai Latihan dan Keterampilan Koprasi
(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014)
45
2)
Program
dan
Kelembagaan
Pendidikan
Pondok
Pesantren Az-Ziyadah Untuk memenuhi cita-cita mulia Pondok Pesantren AzZiyadah yaitu Mencetak Kader Ulama, Zu‟amma dan Agniya yang konsisten
menjunjung
tinggi
nilai-nilai
Islami,
maka
diselenggarakanlah program pendidikan sebagai berikut: Tabel 2.8: Program Kelembagaan dan Keadaan Santri Pondok Pesantren Az-Ziyadah NO
NAMA LEMBAGA
KEADAAN SANTRI PR JUMLAH
TAHUN BERDIRI
LK
1971
45
57
102
1971
84
78
162
1971
93
86
179
1971
76
75
151
298
296
590
Madrasah 1 Diniyah Madrasah 2
Ibtidaiyah (MI) Madrasah
3
Tsanawiyah (MTs) Madrasah
4 Aliyah (MA) JUMLAH
(Sumber: Yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah, 18/08/2014)
46
BAB III TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN Semenjak dari terbentuknya Pondok Pesantren Salafiyah
Az-Ziyadah yang
didirikan oleh Abuya Ahmad Zayadi Muhajir pada tahun 1948, pada waktu itu beliau mendirikan pesantren Az-Ziyadah tersebut berawal dari pengajian halaqoh di masjid Al-Husna Az-Ziyadah yang kemudian berkembang menerima santri mukim dengan sistem salafiyah dan metodologi pembelajaran model lesehan halaqohan. Pada tahun 1970 Az-Ziyadah mengalami perkembangan dan perubahan sistem yaitu mulai menggunakan sistem klasikal di mana santri belajar di kelas masing-masing tingkatan, mulai dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan juga Aliyah, kurikulumnya menggunakan kurikuum salafiyah tidak menggunakan kurikulum kementrian departemen agama dan departemen nasional (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Dalam bab ini penulis akan menjelaskan berdasarkan temuan lapangan terkait dengan: Proses pendidikan di pesantren Az-Ziyadah, respon masyarakat pesantren AzZiyadah dalam menanggapi modernisasi, serta faktor yang mempengaruhi perubahan sistem pendidikan pesantren Az-Ziyadah. A.
Proses Pendidikan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah Pesantren atau pondok adalah lembaga yang mewujudkan proses wajar
perkembangan sistem tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi keaslian (indegenous) Indonesia, sebab lembaga yang serupa sudah terdapat pada kekuasaan Hindhu-Budha, sedangkan Islam meneruskannya dan mengislamkannya (Nurcholis Madjid, 1983:3). Kemudian oleh Abdurrahman Wahid (1982) dikatakan bahwa pesantren sebagai subkultur dalam artian memiliki gejala yang unik dan terpisah dari
47
dunia luar, yang kemudian seiring dengan perkembangan waktu oleh Hadimulyo (1985) menyebut pesantren sebagai “institusi cultiral” untuk menggambarkan sebuah budaya yang mempunyai karakteristik sendiri tetapi juga membuka diri terhadap pengaruhpengaruh dari luar (Sumarsih Anwar, 2007:205). Pondok pesantren Az-Ziyadah adalah salah satu pondok pesantren di Jakarta yang saat masih mampu mempertahankan ketradisionalannya di tengah-tengah zaman. AzZiyadah tidak banyak dipengaruhi oleh zaman sebagimana pondok-pondok pesantren yang lain. Hal ini dapat dilihat dari kurikulum pelajarannya yang masih mengajarkan kitab-kitab kalasik / kitab kuning sebagai materi pelajaran pokoknya, serta pengajianpengajian yang masih saja mempertahankan sistem “deprok” atau mengaji di masjid. Selain itu, ketradisionalanya juga tampak terlihat dari jadwal-jadwal liburnya seperti; Bulan Ramadhan (puasa), Idhul Fitri dan Idhul Adha, Maulid Nabi serta hari-hari besar Islam lainnya, serta hari libur setiap minggunya juga masih hari jum‟at (Dokumen Perguruan Islam Az-Ziyadah, 2004:12). Secara prinsip pondok pesantren Az-Ziyadah tidak berkiblat ke pesantrenpesantren lain, dia mempunyai khas tersendiri tapi karena mayoritas ketika pimpinan Az-Ziyadah mulai meningkatkan model pembelajaran menggunakan sistem klasikal, akhirnya pimpinan Az-Ziyadah merekrut tenaga pengajar yang rata-rata dari alumni pesantren salafiyah Lirboyo dan sekitarnya. Sehingga ciri khas yang ada di Az-Ziyadah pondok salafiyahnya itu lebih mirip kepada sistem yang ada di pondok pesantren salafiyah Lirboyo, walaupun tidak secara resmi kita berkiblat ke sana kita mengikuti kurikulum pesantren salafiyah Lirboyo tapi karena mayoritas gurunya adalah dari pesantren salafiyah Lirboyo maka khas yang ada di Az-Ziyadah terwarnai dengan warna pesantren salafiyah Lirboyo (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). 48
Proses pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah juga masih belum terlalu tercampur oleh pihak pemerintah. Hal ini terlihat dari bidang studi yang ada, AzZiyadah tetap masih mempertahankan pengajian-pengajian kitab kuning, baik di sekolah maupun pengajian-pengajian di luar jam sekolah. Meskipun ada beberapa bidang studi umum yang sudah mulai dipelajari di sekolah seperti; Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini disebabkan karena pelajaran-pelajaran tersebut bisa menunjang para santri dalam mempelajari keilmuan Agama Islam. Matematika misalanya, sangat mendukung para santri untuk dapat membantu dalam mempelajari Ilmu Falak serta Faroidh (Dokumen Perguruan Islam Az-Ziyadah, 2004:13). Jenjang pendidikan yang ada di pondok pesantren Az-Ziyadah mulai dari tinggkat Ibtidaiyah yang setara dengan Sekolah Dasar (SD), Tsanawiyah setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Aliyah setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Ma‟had Aly yaitu Perguruan Tinggi/Sekolah Tinggi. Pendidikan di pesantren AzZiyadah masih dikatakan pendidikan yang belum formal karena tidak menggunakan kurikulum nasional. Sehingga awalnya sebelum tahun 2001 bagi lulusan Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah Az-Ziyadah tidak dapat meneruskan ke sekolah-sekolah umum seperti SMP atau Tsanawiyah di luar karena tidak ada Ujian Akhir Nasional (UAN). Akan tetapi pada tahun 2001 Az-Ziyadah mulai mendaftarkan diri untuk bergabung kepada kurikulum kementrian agama yaitu program pendidikan Dasar Salafiyah dibawah Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren. Setelah itu mulailah diperkenalkan kurikulum formalnya, untuk Direktorat Diniyah dan Pondok Pesantren, Az-Ziyadah wajib mengikuti Ujian Nasional Salafiyah yang ujiannya itu materinya hanya materi-materi umum saja yang diujikan yaitu Bahasa Indonesia, IPA, PKN, IPS, dan Bahasa Inggris. Bentuk ujian negaranya menggunakan ujian paket kesetaraan, 49
yakni ujian paket A, paket B dan paket C (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Yang menjadi ciri khas pondok pesantren Az-Ziyadah sehingga tergolong ke dalam kategori pesantren salafiyah terletak pada kurikulum salafiyahnya yang masih mengajarkan kitab-kitab kuning sebagai kurikulum pembelajarannya, sebagaimana yang informan Syakir (31 th) utarakan yaitu; Yang menjadi ciri khasnya itu, yaitu kurikulum salafiyahnya itu sendiri, Yaitu kurikulum yang dibuat oleh pendiri pondok pesantren dan tidak menggunakan kurikulum pemerintah dan itu sampai sekarang Az-Ziyadah bisa bertahan dengan ciri khasnya itu (Wawancara dengan Syakir Hasibuan S.Ag pada 18 Agustus 2014). Hal serupa juga di utarakan oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Az-Ziyadah, Eva Hendrawati (36 th) yang menyatakan bahwa: Yang menjadi ciri khas pondok pesantren Az-Ziyadah ini sehingga disebut dengan pesantren salafiyah yaitu terletak di kurikulum salafiyahnya. Kurikulum salafiyah di sini yaitu masih menggunakan kitab-kitab kuning sebagai mata pelajarannya. Jadi disni itu kita masih menggunakan kitab-kitab kuning seperti Bulugul Marom, Fathul Qorib, Kifayatul Awam dan lain sebagainya (Wawancara dengan Eva Hendrawati pada 18 Agustus 2014). Pendidikan di Pondok Pesantren Az-Ziyadah penulis golongkan ke dalam dua (2) golongan pendidikan, yaitu; Pendidikan Formal dan Pendidikan Non-Formal dengan alasan sebagai berikut: 1.
Pendidikan yang dilakukan di dalam kelas dan sudah memiliki kurikulum terencana serta proses sistematis dan berjenjang, disebut “Pendidikan Formal” seperti; Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Perguruan Tinggi.
2.
Pendidikan yang dilakukan di Masjid atau lainnya yang masih menggunakan sistem “deprok / duduk sila” yaitu disebut dengan “Pendidikan NonFormal”. Seperti; Pengajian-pengajian kitab-kitab kuning, pengajian Al50
Qur‟an, pengajian kisah-kisah Nabi Muhamad SAW (rawi) dan lain sebagainya. 1.
Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang,
dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk di dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis (http://www.imadiklus.com/penertian-tiga-jenis-pendidikan/
Diunduh
pada
5
November 2014). Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 11 tentang “Sistem Pendidikan Nasional” disebutkan bahwa, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (http://www.unpad.ac.id/wp-conten/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf/ Diunduh pada 6 November 2014). Untuk
mengetahui
proses
pendidikan
pendidikan
formal
yang
diselenggarakan di pondok pesantren Az-Ziyadah, penulis mengambil contoh proses pendidikan pada tingkatan pengajaran Tsanawiyah dan Aliyah sebagai bahan untuk meneliti bagaimana berjalannya proses pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah. a.
Program pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Program ini adalah suatu program pendidikan yang setara dengan
SMP, yang diselenggarakan untuk mendidik santri dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tetap dalam basis pendidikan agama. Program ini ditempuh selama 3 tahun, dan pada tahun 2001 telah memualai menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Hal ini dilakukan sebagai bentuk keikutsertaan 51
PP Az-Ziyadah dalam program WAJARDIKNAS- 9 tahun, sehingga kelak para alumni Az-Ziyadah disamping memiliki kemampuan dasar ilmu-ilmu kitab salafiyah juga mampu berkiprah di berbagai lapisan masyarakat (Dokumen Perguruan Islam Az-Ziyadah, 2004:12). Untuk pengajar di Tsanawiyah, kebanyakan mereka lulusan dari berbagai pondok pesantren di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, atau bahkan ada juga mereka yang asli lulusan dari pondok pesantren AzZiyadah. Tetapi ada juga mereka para guru/usatadz yang lulusan dari perguruan tinggi, yaitu mereka yang mengajarkan Bidang Studi Umum seperti: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut: Tabel: 3.1 Kurikulum Pelajaran Tsanawiyah Az-Ziyadah NO
Bidang Studi
Pengajar
Nama Kitab
Kelas
1
Fiqih
Ust. Ali Akbar
Fathul Qorib
I-II-III
Tafsir Jalalain
I-II-III
S.Pd.I 2
Tafsir
Sufyan Marzuki S.Pd.I
3
Bahasa Arab
Ust. Ibnu Hajar
Toha Putra
I-II-III
4
Hadits
Ust. Masduki
Bulugul Marom
I-II-III
5
Nahwu
Fadilah Ahmad
Nahwul Wadih
I-II-III
S.Pd.I (Kelas: I&II) dan Ahmad
52
Kosasih (Kelas: II) 6
Ilmu
Ust. Qosim
I-II-III
Pengetahuan Sosial (IPS) 7
Sejarah
Ali Akbar
SKI I-II-III
I-II-III
Akhlak I Taisirul
I-II-III
S.Pd.I 8
Akhlak
Ust. Wasihudin
Kholaq Akhlak II-III Ta‟limn Muta‟alim 9
Muhadatsah
Ust. Muhidin
I-II-III
10
Khot dan Imla
Ust. Ustman
I-II-III
11
Al-Qur‟an
Ust. Ustman
I-II-III
12
Qowid Al-Fiqh
Ust Kosasih
13
Tamrin
Ust. Matsani
14
Shorof
Ust. Qosim
Mabadi Awaliyah
I-II-III I-II-III
Amsilatu
I-II-III
Tasrifiyah 15
Muthola‟ah
Ust. Matsani
I-II-III
16
Bahasa Inggris
Ust. Aziz
I-II-III
Muslim S.Pd.I 17
18
Qowaid Al-
Ust. Fadilah
„irob
Ahmad S.Pd.I
Ilmu
Ust. Bilaluddin 53
I-II-III
I-II-III
Pengetahuan Alam (IPA) 19
Matematika
Ust. Bilaluddin
I-II-III
20
Bahasa
Ustzh. Hapipah
I-II-III
Indonesia
S.Pd.I
Tauhid
Ust. Ahmad
21
KIfayaul Awam
I-II-III
Mabadi Awaliyah
I-II-III
Syukri Ghozali 22
Ushul Fiqh
Ust. Utsman
(Sumber: Dokumen MTs Az-Ziyadah, 18/08/2014) Tabel di atas menunjukan bahwa dalam proses pendidikan madrasah Tsanawiyah pondok pesantren Az-Ziyadah, dilihat dari kurikulum mata pelajaran yang ada, menunjukan bahwa pondok pesantren Az-Ziyadah merupakan pondok pesantren salafiyah yang sudah memasukan pelajaran umum ke dalam kurikulum pendidikannya. b.
Program Pendidikan Madrasah Aliyah (MA) Program ini merupakan program pendidikan formal setingkat SMA,
yang diselenggarakan oleh PP Az-Ziyadah sebagai upaya pembinaan santri/siswa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tetap berbasiskan pada pengetahuan keagamaan. Program ini ditempuh selama 3 (tiga) tahun dengan menggunakan kurikulum salafiyah dan selama tiga tahun itulah santri didik dan diarahkan agar nantinya dapat memiliki modal baik berupa keilmuan maupun keterampilan, sehingga mereka mampu meneruskan ke jenjang perguruan tinggi, atau hidup mandiri bermodalkan keterampilan yang dimiliki bila tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang 54
yang lebih tinggi. Sehingga kelak para alumni Az-Ziyadah disamping memiliki kemampuan dasar ilmu-ilmu kitab salafiyah juga mampu berkiprah di berbagai lapisan masyarakat (Dokumen Perguruan Islam Az-Ziyadah, 2004:12). Di pondok pesantren Az-Ziyadah, untuk tinggkat ini tidak jauh perbeda dengan tinggkat di Tsanawiyah Az-Ziyadah, hanya saja pada tingkat ini tentu bobot pelajaran lebih tinggi dari tingkat Tsanawiyah serta ada beberapa mata pelajaran yang tidak dipelajari pada tingkat Tsanawiyah. Untuk lebih jelansya, lihat tabel berikut: Tabel 3.2: Kurikulum Pelajaran Aliyah Az-Ziyadah No
Bidang Studi
Nama
Nama Kitab
Kelas
Tafsir Jalalain
I-II-III
Alfiyah
I-II-III
Pengajar 1
Ilmu Tafsir
Ust. Syamsuddin MM. Pd
2
Nahwu
Ust. Miftah Hariri (Kelas: II&III) dan Ust. Ahmad Kosasi (Kelas: I)
3
Bahasa Arab
Ust. H. Ahmad
55
I-II-III
Syaikhu 4
B. Indonesia
Dra. Hj.
I-II-III
Dahlia 5
6
Akhlak
Tarekh Tasyri
Ust. H.
Risalatul
Fachrurrozi
Mu‟awanah
Drs. Ahmad
Tarekh
I-II-III
I-II-III
Taufik 7
Ilmu Falaq
Ust. Ahmad
I-II-III
Rais S.Pd.I 8
Tauhid
MA. Abd.
Husunul
Razak
Hamidiyah
I-II-III
Mushonif S.HI 9
Bahasa Inggris
Ustzh. Dewi
I-II-III
Safitri S.Pd.I 10
Ilmu
Ust. Ahmad
Pengetahuan
Zaki S.Pd.I
I-II-III
Sosial (IPS) 11
Matematika
Ust.
I-II-III
Bilaluddin 12
13
Fiqih
Qowaid Al-Fiqh
H. Sanusi
Kifayatul
I-II-III
Rohali MA
Akhyar
Ust. Ahmad
As-Sulam
I-II-III
As-Sulam
I-II-III
Nahrowi 14
Ushul Fiqh
Ust. Ahmad Nahrowi 56
15
Muthola‟ah
Ust. H.
I-II-III
Ahmad Syaikhu 16
Muhaddasah
Ust. H.
I-II-III
Ahmad Syaikhu 17
Hadits
Ust.
Subulus
Kalimullah
Assalam
I-II-III
Hasybiallah S.Ag 18
Tamrin
Ustzh. Muli
I-II-III
19
Faroidh
Ust. Mahfud
I-II-III
20
Balaghoh
Ust. MA Abd
I-II-III
Razak Mushonif S.HI 21
22
Mustholah
Ust. H.
Hadits
Murtani
Mantiq
Ust. Ahmad
I-II-III
Ilmu Mantiq
I-II-III
Nahrowi (Sumber: Dokumen MA Az-Ziyadah, 18/08/2014) Tabel di atas tidak jauh berbeda dengan tabel sebelumnya, yakni tabel keduanya tersebut menyatakan bahwa,
dalam program pendidikan
Tsanawiyah dan Aliyah di pondok pesantren Az-Ziyadah kurikulum pembelajarannya tetap menggunakan kurikulum salafiyah, yaitu dengan mengajarkan kitab-kitab klasik dan juga bidang studi yang diajarkannya 57
lebih mengedapankan pelajaran agama dan memasukan beberapa pelajaran umum ke dalam kurikulum pelajarannya. Sebagimana yang diutarakan informan Abdul Wadud (42 th): Kita ada pelajaran umum namun berbeda dengan sekolah-sekolah lain yah kalau di sekolah lain kan kaya matematika bisa 4 jam yah kalau kita paling hanya sekedar masing-masing 2 jam-2 jam gitu. Tapi ada semua yang diinginkan KEMENAG itu ada semuah ada 6 pelajaran itu kita pelajari di sini (di Az-Ziyadah) (Wawancara dengan Abdul Wadud pada 18 Agustus 2014).
2.
Pendidikan Non-formal Pendidikan non-formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di
luar sistem persekolahan, yang dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta
didik
tertentu
di
dalam
mencapai
(http://www.imadiklus.com/penertian-tiga-jenis-pendidikan/
tujuan Diunduh
belajarnya pada
5
November 2014). Dan tertulis dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 12 tentang pendidikan non-formal disebutkan bahwa: Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. (http://www.unpad.ac.id/wpconten/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf/ Diunduh pada 6 November 2014). Sedangkan Pendidikan non-formal yang diselenggarakan di pesantren AzZiyadah adalah proses pendidikan yang dilaksanakan di luar jam sekolah. Kegiatan ini di pondok pesantren Az-Ziyadah disebut “Mudzakarah”. Kegiatan ini
58
pada umumnya diikuti oleh santri mukim saja, akan tetapi untuk “Mudzakarah” yang dilaksakan pada setiap ba‟da mahgrib ada juga santri kalong yang mengikuti “Mundzakarah” tersbut (Dokumen Perguruan Islam Az-Ziyadah, 2004:12). Mudzakarah berasal dari bahasa Arab yakni Dzakara-Yudzakiru-Mudzakara yang berarti mengingatkan, bermusyawarah, atau belajar tanpa guru (Ahmad Syabi, 1997:65). Metode mudzakarah di sini adalah cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar di pondok pesantren Az-Ziyadah dengan menggunakan metode ceramah dan hafalan. Mudzakarah dilaksanakan setiap ba‟da ahsar, magrib, dan ba‟da isya,
yang bertempat di masjid Al-Husna Waz-Ziyadah
(Wawancara dengan Syakir Hasibuan. pada 18 Agustus 2014). Lihat tabel 3.3, tabel 3.4 dan tabel 3.5 merupakan jadwal kegiatan mudzakarah yang telah ditetapkan oleh pengurus pesantren Az-Ziyadah: Tabel 3.3: Mudzakarah Ba’da Ahsar No
1
Hari
Sabtu
Mustawa I
Mustawa II
Mustawa III
Materi
Ustadz
Materi
Ustad
Materi
Ustadz
Shorrof
Ust.
U. Fiqh
Ust.
Akhlak
Ust.
Bambang
Zainal
Abd. Razak
2
Minggu
Tawjid
Ust.
Nahwu
Khoir 3
Senin
Nahwu
Ust. A. Tsani
Ust. A. Tsani
Fiqih
Ust. Wasi‟udin
Fiqih
Ust. Abd. Razak
59
4
Selasa
Fiqih
Ust.
Fiqih
Ust.
Wasi‟udin
Abd. Razak
5
Rabu
Nahwu
Ust. A.
Fiqih
Ust.
Fiqih
Ust.
Wasi‟udin
Tsani
Abd. Razak
6
Kamis
Fiqih
Ust.
Nahwu
Ust. A.
Wasi‟udin
Fiqih
Ust.
Tsani
Abd. Razak
(Kegiatan Santri Salafiyah Az-Ziyadah, 19/08/2014) Tabel 3.4: Mudzakarah Ba’da Maghrib NO Hari
1
Sabtu
Mustawa I
Mustawa II
Mustawa II
Kitab
Ustadz
Kitab
Ustadz
Kitab
Ustadz
Babul
KH.
Al-
KH.
Al-
KH.
Minan
Ahmad
Qur‟an
Ahmad
Qur‟an
Ahmad
Murodih 2
3
4
Minggu
Senin
Selasa
Murodih
Murodih
Kifayat
KH.
Kifayat
KH.
Kifayat KH.
Al-
Ahmad
Al-
Ahmad
Al-
Ahmad
Awam
Murodih
Awam
Murodih
Awam
Murodih
Tajwid
Ust.
Tajwid
Ust.
Tajwid
Ust.
Abd.
Abd.
Abd.
Hafidz
Hafidz
Hafidz
Al-
Belajar
Al-
Belajar
Al-
Belajar
Qur‟an
sendiri
Qur‟an
sendiri
Qur‟an
sendiri
60
5
Rabu
Nasoihu Habib Diniyah
Rabu
Nasoihu
Syeikh
Rabu
Nasoihu
Diniyah
Diniyah
Al-Jufri 6
Kamis
Maulid
Belajar
Maulid
bersama
Belajar
Maulid
bersama
Belajar bersama
(Kegiatan Santri Salafiyah Az-Ziyadah, 19/08/2014) Tabel 3.5: Mudzakarah Ba’da Isya No
1
Hari
Sabtu
Mustawa I
Mustawa II
Materi
Ustadz
Materi
Ustadz
Materi
Ustadz
Nahwu
Ust.
Shorrof
Ust. Nur
Mudza
Bersama
Ali
karoh
Ust.
Akhlak
Zamhari 2
3
Minggu
Senin
Akhlak
Shorrof
Ust.
Akhlak
4
Selasa
Tamrin
5
Rabu
Fiqih
6
Kamis
Tajwid
Jum‟at
Ngaji di
Ust.
Fahrurro
Fahrurroz
Fahrurro
zi
i
zi
Ust.
Tajwid
Kosasih
7
Mustawa III
Bersama
Tamrin
Ust.
Dakoik
Ust.
Khotib
Al-
Moh
Akbar
Syukri
Bersama
Tamrin
Bersama
Hadits Ust. M.
Dakoik
Ust.
Dakoik
Ust.
Na‟im
Al-
Moh.
Al-
Mohg
Akbar
Syukri
Akbar
Syukri
Ngaji di
Bersama
Ngaji
Bersama
Bersama
61
makam
makam
di
Abuya
Abuya
Makam Abuya
(Kegiatan Santri Salafiyah Az-Ziyadah, 19/08/2014) Berdasarkan data tabel diatas mengenai mudzakarah yang merupakan salah satu proses pendidikan non-formal di pesantren Az-Ziyadah menunjukan bahwa program pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah, bukan saja hanya ada program pendidikan yang bersifat formal, akan tetapi program non-formalnya juga terstruktur. Serta tampak program kegiatan PP Az-Ziyadah yang cukup padat, hampir semua waktu tidak ada yang tersisa semuanya terisi dan kegiatannya tersusun dengan rapi. Pondok pesantren Az-Ziyadah menganggap pelajaran kitab-kitab klasik masih sangat perlu untuk diajarkan baik itu dalam proses pendidikan yang bersifat formal maupun non-formal, sebagai mana informan Abdul Wadud (42 th) menyatakan bahwa: Yah karena kita masih sangat penting yah terutama untuk kitab-kitab yang isinya ya uhudiyah, akidah yah karena memang dulu kita berpedoman ibadah kita di Az-Ziyadah ini yah menggunakan kitab-kitab itu yah kitabkitab kuning itu. Kita bukan hanya pelajaran juga mempraktekan dalam sehari-hari (Wawancara dengan Abdul Wadud pada 18 Agustus 2014). Hal serupa di rasakan oleh informan Ibnu Hajar (27 th) mengutarakan bahwa: Tentu sangat penting yah, terutama ilmu-ilmu yang berkaitan dengan akhirat, di dalam kitab kuning yang kita ajarkan kan bervariasi, mulai dari akhlak dan juga tauhid, nah dari berbagai macam pelajaran dalam kitab kuning tersebut diajarkan bagaimana membentuk akhlak yang baik, seperti yang kita ketahui kan pergaulan anak-anak zaman sekarang kan sudah banyak yang melenceng dari ajaran-ajaran islam, nah untuk santri-santri disini insya Allah mereka mengerti betul dengan yang namanya bagaimana
62
bersikap kepada orang tua misalnya maupun kepada sesama (Wawancara dengan Ibnu Hajar pada 18 Agustus 2014). B.
Respon Pondok Pesantren Az-Ziyadah dalam menanggapi Modernisasi Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pesantren salafiyah Az-Ziyadah
sebagai bagaian dari fenomena sosial tentunya juga mengalami tuntutan-tuntutan dari berbagai pihak untuk merespon perubahan yang ada. Maksud dari respon di sini adalah untuk menjaga eksistensi pondok pesantren Az-Ziyadah di tengah perubahan yang ada, serta untuk mendapatkan hal-hal positif yang selama ini ada, serta hal baru yang positif dan dibutuhkan untuk menjawab tantangan perubahan yang ada. Respon yang cukup positif yang ditunjukan oleh pondok pesantren Az-Ziyadah tersebut menjadikan pondok pesantren Az-Ziyadah melakukan pembenahan dalam berbagai aspek. Pondok pesantren Az-Ziyadah tidak lagi hanya sebagai lembaga pendidikan al-Qur‟an dan kitab kuning tetapi juga dilengkapi dengan lembaga pendidikan formal dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi (Yayasan Al-Husna WazZiyadah, 18/08/2014). Pendirian-pendirian lembaga pendidikan formal tersebut bertujuan agar para alumni pondok pesantren Az-Ziyadah selain menguasai ilmu agama sebagai bekal untuk kehidupan akhirat juga menguasai ilmu-ilmu dunia sebagai bekal untuk kehidupan bermasyarakat dalam menghadapi tantangan zaman. Tidak seluruh pesantren memiliki respon positif terhadap perubahan seperti yang ditujukan pondok pesantren Az-Ziyadah. Bagi setiap pesantren tentunya memiliki faktor dan alasan khusus yang pempengaruhi pesantren untuk memberikan respon yang positif atau sebaliknya. Adapun faktor yang mempengaruhi pondok pesantren AzZiyadah untuk merespon perubahan dengan nada positif adalah sebagai berikut:
63
1.
Lingkungan Pondok Pesantren Az-Ziyadah Lokasi pondok pesantren Az-Ziyadah yang berada di kelurahan Klender
Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ini berada di lingkungan perkotaan. Lokasi pondok pesantren yang trategis ini membawa warna dan keuntungan tersendiri bagi pondok pesantren Az-Ziyadah bila dibandingkan dengan pondok pesantren lain yang pada umumnya berada di daerah pinggiran datau pedesaan. Salah satu yang mempengaruhi respon pondok pesantren Az-Ziyadah yaitu letaknya yang berada di kota, hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi pondok pesantren Az-Ziyadah serta memudahkan bagi santrinya dalam mengakses informasi yang datang dari luar. Peluang mendapatkan informasi yang lebih besar dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para santri seperti diakui oleh Rizalul Hadi. Iyah hampir tiga hari sekali saya pergi ke warnet (warung internet) untuk maen internet, mengakses informasi terbaru baik yang berkaitan dengan pelajaran atau informasi-informasi lain yang saat ini sedang ramairamainya. Saya lakukan agar saya tidak ketinggalan informasi dengan teman-teman saya yang berada diluar pondok. (Wawancara dengan Rizalul Hadi pada 20 Agustus 2014). Hal di atas juga dikatakan oleh santriwati pondok pesantren Az-Ziyadah yang bernama Yulia Rahma (16 th) mengutarakan bahwa: Meskipun kita santri tapi kan kita juga perlu untuk tahu perkembangan dunia luar apa. Apa lagi kan pesantren kita di Jakarta, Jakarta kan kota jadi wajar kalau kita belajar teknologi komputer dan internet (Wawancara dengan Yulia Rahma pada 20 Agustus 2014). Dari pemaparan informan di atas maka dapat diketahui bahwa santri pondok pesantren Az-Ziyadah tidak hanya membutuhkan informasi yang berkaitan dengan bidang yang ditekuninya saja, tetapi juga membutuhkan informasi mengenai hal-hal yang sedang berkembang di masyarakat luas. Oleh karena itu para santri senantiasa mengikuti perkembangan yang terus bergulir 64
termasuk perkembangan teknologi. Hal ini berimplikasi pada cara pandang santri yang cukup terbuka dalam menerima perubahan dan pesantren Az-Ziyadah sebagai lembaga yang mengayomi para santrinya memberikan kebebasan bagai santrinya untuk mengakses segala informasi di internet asalkan tidak menggangu serta tidak mengkesampingkan kegiatan- kegiatan yang ada di pondok pesantren Az-Ziyadah sebagai mana dibenarkan oleh pimpinan pesantren salafiyah AzZiydah sebagai berikut: Saya kira teknologi itu bukan sesuatu yang haram untuk madrasah dan pondok pesantren salafiyah, justru itu kemajajuan yang harus menjadi khazanah peningkatan kualitas sumber daya manusia pondok pesantren dan itu kita sudah menggunakan teknologi untuk model pembelajaran di kelas juga. Dan kita memperkenalkan itu kepada santri-santrinya tentang teknologi tetapi kita arahkan untuk menggunakan teknologi yang bermanfaat untuk pengayaan intelektualitas santri (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Dari pemaparan informan di atas maka dapat diketahui bahwa, masyarakat pesantren Az-Ziyadah dalam merespon lingkungan di sekitar pesanren yang secara garis besar berada di lingkungan perkotaan, cukup terbuka dalam menghadapi modernisasi yang datang dari luar, hal ini dapat dilihat dari keterbukaan mereka dalam hal membebaskan para santrinya mengakses informasi luar pesantren, serta tidak melarang santrinya untuk mengakses internet. 2.
Kurikulum Pemerintah dalam Sistem Pendidikan Akibat semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) dan perkembangan arus modernisasi, pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat menghadapi berbagai tantangan yang begitu kompleks. Tantangan tersebut dirasakan cukup mendesak dan memaksa pesantren ikut menyesuaikan perkembangan zaman, yang akhirnya menyebabkan terjadinya pergeseran nilai pesantren. Salah satu dampak 65
terjadinya pergeseran tersebut adalah perubahan sistem pendidikan yang diselenggarakan, baik yang menyangkut sumber pelajaran maupun nilai-nilai dalam pengelolaan pendidikan. Respon yang cukup menonjol dari pesantren terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi diselenggarakan pendidikan formal di pesantren dengan mengintegrasikan kurikulum pemerintah/nasional (Dep. Agama maupun Dep. Diknas). Oleh karena itu metode pengajarannya pun tidak hanya bersifat sorogan maupun bandongan, tetapi juga telah diterpakannya sistem berjenjang, klasikal dengan pedoman pada kurikulum pemerintah. Respon pesantren terhadap sistem pendidikan tersebut menunjukan bahwa dunia pesantren tidak menutup diri dari dunia luar, dan berarti tidak dapat dikatakan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan dan sosial yang tradisional. Lebih lanjutnya lagi pesantren dapat dikategorikan sebagai lembaga pendidikan dan sosial yang bercorak modern (Sumarsih Anwar, 2007:205). Dalam kontek sistem pendidikan pesantren Az-Ziyadah, ditinjau dari aspek kurikulum pesantren tersebut meski menyambut baik modernisasi berupa struktur bagunan, teknologi seperti komputer, infokus, laptop dan gatget, dalam metode pengajarannya,
akan
tetapi
dalam
hal
kurikulum
pelajarannya
lebih
mengutamakan kurikulum lokal, yaitu kurikulum salafiyah . Sekitar tahun 2001 setelah berdirinya lembaga Pendikikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PDPONTREN) yang masih dibawah Kementrian Agama, pondok pesantren AzZiyadah mulai mendaftarkan diri untuk bergabung kepada kurikulum kementrian agama yaitu program pendidikan dasar salafiyah dibawah direktorat pendidikan diniyah dan pondok pesantren, serta wajib mengikuti ujian nasional salafiyah dan
66
wajib mengajarkan 5 pelajaran umum kepada santri-santrinya yaitu pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PKN dan Bahasa Inggris. Kita mulai diperkenalkan kurikulum formalnya untuk direktorat diniyah dan pondok pesantren kita wajib mengikuti ujian nasional salafiyah yang ujiannya itu materinya hanya materi-materi umum saja yang diujikan yaitu Bahasa Indonesia, IPA, PKN, IPS, dan Bahasa Inggris. Maka departemen agama saat itu hanya meminta kepada pondok-pondok pesantren salafiyah terutama Az-Ziyadah kalau ingin bergabung dengan direktorat pendidikan diniyah dan pondok pesantren yang disingkat PDPONTREN harus mengajarkan 5 materi umum itu selebihnya mereka tidak intervensi terhadap kurikulum pondok pesantren jadi dipersilahkan kepada masingmasing pondok pesantren untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan ciri khas pesantren masing-masing. (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Hal yang melandasi diterapkannya kurikulum pemerintah dalam sistem pendidikan di pesantren Az-Ziyadah adalah untuk memenuhi dan mengikuti perkembangan zaman, di mana santri tidak hanya memperoleh pengetahuan agama saja tetapi juga ilmu pengetahuan umum yang ditandai dengan adanya ijazah. Meskipun ijazah di pondok pesantren Az-Ziyadah bersifat ijazah kesetaraan yakni ijazah paket A, paket B dan paket C. (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Berdasarkan pemaparan informan di atas untuk menghadapi tantang zaman tentunya pesantren Az-Ziyadah merespon pengaruh dari luar pesantren
dan
berusaha untuk beradaptasi dengan kondisi dan situasi pada saat itu yaitu beradaptasi dengan sistem pendidikan nasional, dengan merapat ke direktorat diniyah dan pondok pesantren yang di bawah pemerintahan departemen Agama, hal tersebut dilakukan agar para alumni Az-Ziyadah di samping memiliki kemampuan dasar ilmu-ilmu keagamaan juga diharapkan mampu berkiprah di berbagai lapisan kebutuhan masyarakat.
67
C.
Perubahan Sistem Pendidikan Pesantren Az-Ziyadah Jakarta Timur 1.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Pendidikan
Pesantren Az-Ziyadah Jakarta Sebagaian pondok pesantren sejak abad ke-20 telah menemukan momentum untuk merubah bentuknya dari pesantren tradisional menjadi pesantren modern. Pondok pesantren Az-Ziyadah yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang mengalami perubahan dari pesantren tradisional menjadi pesantren semi tradisional. KH. Marzuki mengatakan bahwa pondok pesantren Az-Ziyadah ini pada saat ini bukan pondok salafiyah murni akan tetapi pondok pesantren campuran yaitu pesantren yang mengkombinasikan pendidikan agama dengan pendidikan umum. Lebih lanjut, kombinasi tersebut tentu berdampak pada perubahannya struktur di pesantren, baik aspek organisasi (kelembagaan, kurikulum dan pembelajaran) maupun perubahan pada aspek individu (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Pada
awal
berdirinya
pondok
pesantren
Az-Ziyadah
hanya
menyelenggarakan pendidikan yang sangat sederhana, dimulai dari pengajian AlQur‟an dengan metode pembelajaran
sorogan dan bandongan. Dalam
perkembangannya, pada tahun 1970 pesantren Az-Ziyadah melakukan perubahan secara bertahap mulai dari bagunan, kelembagaan dan sistem pendidikan. Perubahan dilakukan melalui proses-proses serta disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor internal (dari dalam pesantren) dan faktor eksternal (dari luar pesantren). Dalam teori perubahan sosial faktor internal berusaha menjelaskan perubahan dengan mencari sumber-sumber perubahan dari dalam masyarakat itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal berusaha menjelaskan asal-usul perubahan
68
sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat dengan mencari faktor-faktor dari luar masyarakat itu sendiri (Robert H. Lauer,1993:117) Faktor-faktor perubahan yang bersumber dari dalam (Internal) antara lain: (1) bertambah dan berkurangnya penduduk, (2) penemuan-penemuan baru atau inovasi (inovation), (3) konflik, dan (4) revolusi. Sedangkan faktor-faktor yang bersumber dari luar (Eksternal) antara lain: (1) perubahan alam fisik yang ada di sekitarnya, (2) terjadinya peperangan, dan (3) pengaruh kebudayaan lain, baik berupa kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, maupun modernisasi. Faktor dari dalam dan luar ini seringkali saling melengkapi dan menunjang (kesesuaian) (Peter Burke, dalam Mundzier, 2009). Akan tetapi menurut Mundzier (2009) tidak semua faktor di atas bekerja dalam suatu perubahan sosial dalam konteks perubahan pada pondok pesantren, dan ditemukan beberapa faktor saja yang bekerja, faktor-faktor tersebut antara lain yaitu: bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru (inovasi), pengaruh kebudayaan masyarakat lain, dan sistem pendidikan formal yang maju. Maka dari itu penulis memusatkan dalam analisis penulis ke beberapak faktor tersebut. a.
Faktor Internal Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan di dalam
masyarakat di mana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi (Soerjono Soekanto, 1990:361). Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial di dalam pesantren adalah sebagai berikut:
69
1.
Bertambah dan Berkurangnya Penduduk Dalam konteks pesantren yang di maksud dengan bertambah dan
berkurangnya penduduk dalam kasus ini mengacu pada bertambahnya santri dan sumber daya manusia atau disebut juga dengan aktor / pelaku pesantren yang mengakibatkan perubahan dalam sistem pendidikan pesantren. Menurut Mastuhu (1989) aktor atau pelaku merupakan salah satu dari unsur sistem pendidikan pesantren. Sedangkan unsur lainnya yaitu: disebut dengan “sarana perangkat keras”, seperti bangunan, masjid asrama dan juga gedung sekolah atau madrasah. Sedangkan unsur yang terakhir dari sistem pendidikan pesantren disebut dengan “sarana perangkat lunak”, seperti tujuan, kurikulum, kitab-kitab, cara mengajaran, dan pusat dokumentasi. (Mastuhu, 1989:56) Berikut adalah petikan wawancara penulis dengan pimpinan pondok pesantren Az-Ziyadah prihal faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan di dalam pesantren yakni faktor bertambah dan berkurangnya penduduk dalam aspek unsur sistem pendidikan pesantren; Informan
Marzuki
(48
th)
pimpinan
PPS
Az-Ziyadah
mengutarakan sebagi berikut; Pondok pesantren Az-Ziyadah ini didirikan oleh Abuya Ahmad Zayadi Muhajir pada tahun 1948. Pada waktu itu beliau mendirikan pesantren Az-Ziyadah ini berawal dari pengajian halaqoh di masjid Al-Husna Az-Ziyadah kemudian berkembang menerima santri mukim dengan sistem salafiyah dan metodologi pembelajaran model lesehan halaqohan. Seiring bertambahnya 70
sumber daya manusia yaitu santri di pondok pesantren AzZiyadah ini pada tahun 1970 Az-Ziyadah mengalami perkembangan dan perubahan sistem yaitu mulai menggunakan sistem klasikal jadi santri belajar masuk di kelas masing-masing tingkatan disitulah baru dikenal ada Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah tetap menggunakan kurikulum salafiyah tidak menggunakan kurikulum kementrian departemen agama dan departemen nasional (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Dari petikan wawancara di atas maka jelas dapat dikatakan bahwa
bertambahnya
sumber
daya
manusia
dalam
hal
ini
bertambahnya peserta didik atau santri yang belajar pesantren di AzZiyadah dapat mempengaruhi terjadinya perubahan intitusional, dilihat dari bertambahnya santri yang ingin belajar di pondok pesantren AzZiyadah, maka dari pihak pesantren mengemabangkan dengan menerima santri mukim, yang kemudian mengalami perkembangan lagi sehingga berubahnya dari sistem pengajaran yang bersifat bandongan menjadi sistem pengajaran bersifat klasikal. Dan pada perubahan selanjutnya pondok pesantren Az-Ziyadah akhirnya membuka sistem madrasah berupa Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah dengan menggunakan kurikulum salafiyah meski tidak menggunakan kurikulum nasional. 2.
Penemuan-penemuan Baru (Inovasi) Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang
terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, adalah inovasi atau innovation (Koentjaraningrat, dalam Soerjono Soekanto, 1990:353). Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya 71
dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan invention.
Discovery
adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seseorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu (Koentjaraningrat, dalam Soerjono Soekanto, 1990:353) Dan seringkali proses dari discovery sampai ke invention membutuhkan suatu rangkaian pencipta-pencipta. Penemuan mobil, misalanya, dimulai dari usaha seorang Austria yaitu S. Marcus (1875) membuat motor gas yang pertama. Sebetulnya sistem motor gas tersebut juga merupakan suatu hasil dari rangkaian ide yang telah dikembangkan sebelum Marcus. Marcuslah yang telah membulatkan penemuan tersebut, dan yang untuk pertama kali menghubungkan motor gas dengan sebuah kereta sehingga dapat berjalan tanpa ditarik seekor kuda. Itulah saatnya mobil menjadi discovery (Soerjono Soekanto, 1990:353-354). Dalam kasus ini yaitu dalam hal konsep pendidikan pondok pesantren Az-Ziyadah. Berikut petikan wawancara penulis dengan pimpinan dan pengurus pondok pesantren Az-Ziyadah prihal penemuan-penemuan baru (inovasi) dalam
konsep pendidikan
pesantren salafiyah; Informan
Marzuki
(48
mengutarakan sebagi berikut; 72
th)
pimpinan
PPS
Az-Ziyadah
Konsep pendidikan salafiyah di sini itu sebetulnya konsep modern itu sangat bagus sekali. Kan pemerintah kita sudah menggonta-ganti kurikulum berkali-kali yang saya tahu saja kurikulum yang dari 1974 kemudian berubah menjadi kurikulum 1984 kurikulum 1994 kurikulum 2004 dari 2004 berubah-rubah terus tuh ada KTSP ada apa lagi ya kurikulmnya saya lupa itu terlalu banyak itu mah. Sampai sekarang kurikulum 2013. Ternyata model pembelajarannya itu yang sudah dipraktekan oleh ulama-ulama salafiyah itu sekarang dikembangkan di kurikulum modern, kita kenal dengan istilah “paikem” pendidikan aktif, kreatif, inovatif gitu yah dan menyenangkan, dan kiyai kita sudah mempraktekan itu (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Pernyataan serupa di katakan oleh informan Abdul Wadud (42 th) yang merupakan bagian Tata Usaha (TU) PPS Az-Ziyadah sebagai berikut; Dulu sebelum pendidikan klasikal ini di Az-Ziyadah yang ketika itu masih halaqohan itu menyenangkan sekali itu kiyai ketika memberikan pembelajaran jadi tidak selalu formal duduk berhadapan dengan kiyai tetapi sesekali Buya (kiyai) praktekan pembelajaran integral mulai dari teori pendidikan praktek, mengajar, sampai praktek lapangannya jadi Buya di depan santri semuanya baris ke belakang sejumlah yang ada itu dua orang di belakang kiyai sudah siap-siap yang satu sudah membaca kitab kiyainya mendengarkan yang kedua sudah siap-siap karena nanti setelah mereka baca dia harus sudah siap menggantikannya selebihnya ke belakang itu sambil mengikuti. (Wawancara dengan Abdul Wadud pada 18 Agustus 2014). Sebagaimana yang telah dipaparkan dua informan di atas yang menyatakan bahwa konsep pendidikan pesantren salafiyah sebetulnya merupakan sebuah konsep pendidikan modern yang sekarang, dilihat dari
kurikulumnya
ternyata
ulama-ulama
salafiyah
sudah
mempraktekannya, dan kemudian dikembangkan oleh pemerintah pada kurikulum modern, yang akhirnya kita kenal dengan kurikulum baru. Kemudian kurikulum tersebut direformulasikan dan disosialisasikan oleh pemerintah kepada hampir seluruh lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah dewasa ini. Maka dari itu, sebenarnya sebelum 73
menggunakan sistem klasikal, pondok pesantren Az-Ziyadah sudah menggunakan konsep pendidikan aktif, kreatif, dan inovatif yang saat ini dikenal dengan konsep pendidikan modern. b.
Faktor Ekternal Suatu perubahan sosial dapat pula bersumber pada sebab-sebab
yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri. Antara lain yaitu: 1.
Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion.
Difusi seperti yang diutarakan Ralph Linton (1936:324) dalam Soerjono Soekanto (1990:361) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Dalam proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikmati kegunaannya. Proses tersebut merupakan pendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan masyarakat manusia (Soerjono Soekanto, 2009:361). Dalam kasus ini yaitu dalam hal pengaruhpengaruh modernisasi dalam aspek teknologi terhadap metode pengajaran di pondok pesantren Az-Ziyadah Jakarta. Berikut petikan wawancara penulis dengan pimpinan, pengurus, ustadz atau guru di pondok pesantren Az-Ziyadah prihal pengaruh
74
kebudayaan lain terhadap sistem pendidikan pondok pesantren AzZiyadah; Informan
Marzuki
(48
th)
pimpinan
PPS
Az-Ziyadah
mengutarakan sebagi berikut; Guru-guru udah banyak yang sudah menggunakan IT (Ilmu Teknologi), jadi untuk pembelajaran kitab tidak melulu membuka kitab dia cukup membawa plasdisk yang berisikan software kitab-kitab tadi itu sesuai dengan kebutuhan yang akan dikajinya menggunakan infokus jadi menggunakan komputer aja. (Wawancara dengan Marzuki pada 18 Agustus 2014). Berdasarkan pengakuan informan di atas, dapat dilihat bahwa pengaruh kebudayaan lain berupa teknologi yang merupakan produk asing yang menyebar dan mengglobal hampir ke setiap aspek lapisan di masyarakat, telah mempengaruhi masyarakat pondok pesantren AzZiyadah
dalam
hal
metode
pembelajarannya,
mereka
sudah
menngunakan alat-alat teknologi sebagai sebagaian dari proses pembelajaran di pesantren. Hal di atas dirasakan juga oleh informan Eva Hendrawati (36 th) yang mengatakan bahwa: Yah ada, kita sudah menggunakan infokus dan juga laptop untuk memudahkan guru-guru dalam membahas materi-materi pelajaran dan kita menyediakan komputer, laptop dan infokus untuk kegiatan belajar mengajar (Wawancara dengan Eva Hendrawati pada 18 Agustus 2014). Hal serupa diutarakan oleh informan Ibnu Hajar (27 th) yang mengutarakan bahwa; Seiring kerkembangnya modernisasi di bidang teknologi, kami sebagai guru yang mengajar di pesantren ini tentu merasakan efek dari teknologi, yah disitu ada kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi bagi kita para guru, seperti internet yang 75
menawarkan segala macam informasi dapat membantu kita juga dalam mencari bahan materi seperti, browsing video percakapan bahasa Arab dan lain-lain (Wawancara dengan Ibnu Hajar pada 18 Agustus 2014). Dari tiga informan di atas maka dapat dikatakan bahwa pengaruh budaya dari masyarakat lain yakni teknologi yang merupakan produk asing telah mempengaruhi metode pengajaran para guru di pesantren Az-Ziyadah. 2.
Sistem Pendidikan Formal yang Maju Pendidikan
mengajarkan
kepada
individu
aneka
macam
kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka fikirannyaserta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berfikir secara obyektif, halmana akan memberikan
kemampuan
untuk
menilai
apakah
kebudayaan
masyarakatnya akan dapat dipenuhi kebutukan-kebutuhan zaman atau tidak (Soerjono Soekanto, 2009:363). Dalam kasus di atas, yang terkait dengan faktor perubahan sistem pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah yakni dalam hal pengaruh dari sistem pendidikan formal yang maju, mengakibatkan pondok pesantren Az-Ziyadah dituntut untuk bersaing dalam hal keilmuan dan sistem pendidikan yang bersifat formal. Sebagaimana yang diutarakan oleh pimpinan pesantren KH. Marzuki (48 th), menyatakan bahwa: Pada saat itu pondok pesantren Az-Ziyadah tidak terdaftar di direktorat pendidikan nasional dan tidak terdaftar juga di kementrian agama, ketika alumni Az-Ziyadah ingin berkiprah di pemerintahan, ini kita mengalami kendala, karena ijazahnya tidak 76
diakui secara nasional karena saat itu kita masih mengguanakan ijazah lokal, padahal secara potensi para alumninya sangat punya potensi misalkan: alumni Az-Ziyadah faham bagaimana cara tentang menikahkan orang karena ilmu munakahatnya mereka sudah kuasai ketiaka di pesantren Az-Ziyadah tapi ketika mereka ingin menjadi penghulu menjadi kepala KUA mereka tidak bisa terbentur dengan selembar ijazah yang secara administrasi negara harus ijazah yang berlaku secara nasional sementara Az-Ziyadah ijazahnya ijazah lokalitulah kendala yang di alami di lapangan sehingga potensinya itu terganjal ketika ingin menjadi pegawai negeri sipil sesuai dengan bidang yang dikuasainya (Wawancara dengan Ibnu Hajar pada 18 Agustus 2014). Berdasarkan kasus di atas maka adanya ijazah diharapkan santri setelah lulus dari pondok pesantren dapat mengembangkan potensi dan karirnya. Karena dalam era modern tidak cukup hanya berbekal moral yang baik, ilmu yang mapan, tetapi perlu dilengkapi dengan keahlian dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan kerja serta memiliki bukti yakni ijazah yang diakui secara nasional. Dengan ijazah pula dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di samping untuk memenuhi persyaratan mencari kerja. Maka dari pada itu sistem pendidikan yang formal merupakan salah faktor perubahan dalam sistem pendidikan salafiyah Az-Ziyadah, dalam hal keikutserataannya pondok pesantren Az-Ziyadah dalam mengikuti program pemerintah, dengan memasukan mata pelajaran yang diusung oleh Dep. Agama agar dapat bisa mengikuti ujian paket kesetaraan yang selenggarakan di pondok pesatren Az-Ziyadah. Hal tersebut dilakukan agar kelak para alumninya dapat melanjutkan studinya ke jenajang yang lebih tinggi atau berkiprah di karirnya.
77
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.
KESIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisa teori perubahan sosial yang peneliti uraikan
pada bab-bab sebelumnya, akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan: 1.
Pondok pesantren Az-Ziyadah adalah termasuk ke dalam kategori Pesantren Salafiyah yang telah memasukan unsur-unsur modern dalam sistem pendidikannya.
2.
Terdapat beberapa faktor yang melandasi penerapan kurikulum pemerintah
yang
menyebabkan
terjadinya
perubahan
sistem
pendidikan di pondok pesantren Az-Ziyadah Jakarta Timur, yaitu: a.
Tuntutan
modernisasi
pendidikan
serta
kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk mengantisipasi dampak negatif perkembangan
tersebut, sistem pendidikan pesantren
yang bercorak salafiyah harus tetap dipelihara dan dipertahankan. Oleh
karena
itu,
walaupun
harus
mengikuti
tuntutan
perkembangan zaman namun tetap dipadu dan dipandu dengan nilai-nilai salafiyahnya. b.
Pentingnya sebuah ijazah, untuk memudahkan santri-santinya untuk mengembangkan potensi dan karir serta dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga potensi dan karir tidak berhenti di tengah jalan.
78
3.
Sistem
pengelolaan
yang
diterapkan
di
PP
Az-Ziyadah
memperlihatkan sudah menganut prinsip-prinsip manajemen modern. Hal itu dapat dilihat pada: a.
Struktur organisasi pembagian kerja dari masing-masing bagian atau unit cukup jelas dan resmi.
b.
Dengan memasukan kurikulum Dep. Agama, maka sebagai sumber belajar tidak tergantung satu figur kiyai, tetapi juga sumber-sumber lainnya sebagai akibat semakin intensifnya interaksi dengan dunia luar. Seperti: Sumber buku-buku pelajaran umum, media massa dan elektronik.
c.
Metode evaluasi yang digunakan dalam proses pendidikan sebagaimana ketentuan dari kurikulum pemerintah.
4.
Dalam perubahan sistem pendidikan pondok pesantren Az-Ziyadah dipengaruhi oleh 2 faktor, faktor yang datang dari dalam pondok pesantren (Internal) dan faktor yang datang dari luar pondok pesantren (Ekternal): a.
Faktor Internal 1) Perubahan disebabkan oleh bertambah dan berkurangnya penghuni PP Az-Ziyadah, hal ini dilihat dari bertambahnya santri yang ingin belajar di PP Az-AZiyadah, mengakibatkan pihak pesantren merubah sisitem lama dan membuka sistem pendidikan klasikal berjenjang. 2) Perubahan
disebabkan
oleh
penemuan-penemuan
(Inovasi) oleh kiyai dan penghuni PP Az-Ziyadah. b.
Faktor Ekternal
79
baru
1) Perubahan yang terjadi di PP Az-Ziyadah dipengaruhi oleh budaya masyakat lain yakni dalam aspek teknologi yang merupakan salah satu produk budaya masyarakat lain yang telah mempengaruhi sistem pedidikan pesantren salafiyah. 2) Perubahan yang terjadi di PP Az-Ziyadah dipengaruhi oleh sitem pendidikan formal yang maju sepeti sistem pendidikan modern yang dicanangkan pemerintah untuk lembaga pendidikan di Indonesia, sehingga PP salafiyah Az-Ziyadah ikut beradaptasi dengan kondisi tersebut. B.
SARAN Dari penelitian ini, akhirnya peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut: 1.
Bagi pondok pesantren Az-Ziyadah, disarankan agar menambahkan pelajaran umumnya lagi, dan tidak hanya menambahkan pelajaran umum yang di ujikan dalam ujian nasional saja, melainkan disarankan agar penambahkan mata pelajaran umum yang lainnya juga, hal ini penting untuk kebutuhan akademis santri di era persaingan dan modernisasi. Agar peserta didiknya kelak mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.
2.
Bagi pemerintah, diharapkan lebih memperhatikan lagi sistem pendidikan pada pondok pesantren, karena pesantren merupakan warisan budaya yang merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan yang asli Indonesia. Serta agar masyarakat Indonesia tidak ragu menyekolahkan anaknya ke pesanren-pesantren, karena dewasa ini pondok pesantren masih dianggap sebagai lembaga pendidikan kelas 2. 80
DAFTAR PUSTAKA Anthony Giddens, 2009. Problematika Utama dalam Teori Sosial. Cetakan I, Edisi B.Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. A. Malik M. Thaha Tuanaya, dkk, 2002. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. Azyumardi Azra, 1999. Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Departemen Agama RI, 2004. Grand Design Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren , Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren. Dhofier Zamakhsari, 1982. Tradisi Pesantren Studi; Atas Pandangan Hidup Kiai, Jakarta: Pustaka LP3ES. Gumilar R. Somantri, dkk, 2004, Sosiologi Perkotaan, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Harun Nasution, 1996. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah pemikiran dan gerakan, Jakarta: Bulan Bintang. Hasbullah, 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta, Cet. I PT Raja Grafindo. Koenjtaraningrat, 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Lexi, J. Moleong, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roskarya. Marzuki Wahid, dkk, 1999. Pesantren Masa Depan. Bandung, Cet. I Pustaka Hidayah. Mundzier Suparta, 2009. Perubahan Orientasi Pondok Pesantren Salafiyah Terhadap Prilaku Keagamaan Masyarakat. Jakarta: Asta Buana Sejahtera. Martin Van Bruinessen, 1992. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan 81
Mastuhu, 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS. ……….. 1989. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Bogor: IPB. M. Dawam Raharjo, 1985. Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah. Jakarta: P3M, Media Pratama Offset. …………………… 1993. Intelektual, Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa, Risalah Cendikiawan Muslaim, Bandung: Mizan Mujamil
Qomar,
2007.
Pesantren
dari
Transformasi
Metodologi
menuju
Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga Nicholas, Stephen, Bryan S. Turner, 2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurcholis Madjid, 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Proses Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Piotr Sztompka, 2010. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenda Media Group. Soerjono Soekanto, 1990. Sosiologi Suatu Penantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Supiana, 2008. Sistem Pendidikan Madrasah Unggulan, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI. Wahyu, 2005. Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Hecca Publishing.
Website http://www.imadiklus.com/penertian-tiga-jenis-pendidikan/ Diunduh pada 5 November 2014 http://www.unpad.ac.id/wp-conten/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf/ pada 6 November 2014
82
Diunduh
FOTO DOKUMENTASI PONDOK PESANTREN AZ-ZIYADAH 1. Asrama Santri
Sumber: Dokumentasi Pribadi
2. Masjid PP Az-Ziyadah
Sumber: Dokumentasi Pribadi
FOTO DOKUMENTASI
3. Gedung Sekolah/Madrasah dan Kantor Pengurus, Guru/Ustadz PP Az-Zyadah
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4. Foto Santri Mukim PP Az-Ziyadah
Sumber: Dokumentasi Pesantren, PP Az-Ziyadah Jakarta Timur
FOTO DOKUMENTASI
FOTO EKSTRA KULIKULER SANTRI SALAFIYAH AZ-ZIYADAH JAKARTA TIMUR
5. Kegiatan Mingguan Santri PP Az-Ziyadah (PRAMUKA)
Sumber: Dokumentasi Pesantren, PP Az-Ziyadah Jakarta Timur
6. Kegiatan Mingguan Santri PP Az-Ziyadah (BELA DIRI)
Sumber: Dokumentasi Pesantren, PP Az-Ziyadah Jakarta Timur
FOTO DOKUMENTASI FOTO WAWANCARA BERSAMA INFORMAN 7. Foto wawancara bersama KH. Marzuki
Sumber: Dokumentasi Pribadi
8. Foto wawamcara bersama santriwan dan santriwati PP Az-Ziyadah
Sumber: Dokumentasi Pribadi
FOTO DOKUMENTASI 9. Foto wawancara bersama Ustadz dan Ustadzah PP Az-Ziyadah
Sumber: Dokumentasi Pribadi
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: KH. Marzuki, S.Ag
Umur
: 48 Tahun
Jabatan
: Pimpinan Pondok Pesantren Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Madrasah Tanah 80 Klender Rt.006/09 Jakarta Timur
Tanggal
: 18 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi pimpinan PP Az-Ziyadah? Saya diangkat menjadi pimpinan pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah ini sejak tahun 2004 sampai sekarang yaitu 10 Tahun. 2. Bagai manakah sejarah singkat berdirinya PP Az-Ziyadah? Pondok pesantren Az-Ziyadah ini didirikan oleh Abuya Ahmad Zayadi Muhajir pada tahun 1948. Pada waktu itu beliau mendirikan pesantren Az-Ziyadah ini berawal dari pengajian halaqoh di masjid Al-Husna Az-Ziyadah kemudian berkembang menerima santri mukim dengan sistem salafiyah dan metodologi pembelajaran model lesehan halaqohan. Seiring bertambahnya sumber daya manusia di pondok pesantren AzZiyadah ini pada tahun 1970 Az-Ziyadah mengalami perkembangan dan perubahan sistem yaitu mulai menggunakan sistem klasikal jadi santri belajar masuk di kelas masing-masing tingkatan disitulah baru dikenal ada Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah tetap menggunakan kurikulum salafiyah tidak menggunakan kurikulum kementrian departemen agama dan departemen nasional. 3. Model pesantren seperti apakah PP Az-Ziyadah? Model pesantren Az-Ziyadah ini yaitu model pondok pesantren salafiyah. 4. Berkiblat ke pesantren manakah PP Az-Ziyadah ? Sebetulnya secara prinsip pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah tidak berkiblat ke pesantren-pesantren lain dia mempunyai khas tersendiri tapi karena mayoritas ketika pimpinan ini mulai meningkatkan model pembelajaran menggunakan sistem klasikal akhirnya pimpinan ini merekrut tenaga pengajar rata-rata dari alumni pesantren salafiyah Lirboyo dan sekitarnya sehingga ciri khas yang ada di Az-Ziyadah untuk pondok salafiyahnya itu lebih mirip kepada sistem yang ada di pondok pesantren salafiyah Lirboyo walaupun tidak secara resmi kita berkiblat ke sana kita mengikuti kurikulum pesantren salafiyah Lirboyo tapi karena mayoritas gurunya adalah dari pesantren salafiyah Lirboyo maka khas yang ada di Az-Ziyadah terwarnai dengan warna pesantren salafiyah Lirboyo.
5. Siapakah yang memperkenalkan pertama kali sistem pendidikan salafiyah di PP Az-Ziyadah? Yang memperkenalkan pertama kali sistem pendidikan di Az-Ziyadah itu adalah pendirinya sendiri yaitu Abuya KH. Ahmad Zayadi Muhajir. Karena beliau belajar di pondok pesantren yang memang salafiyah juga jadi sangat kental dengan ciri kesalafiyahannya beliau belajar di pondok pesantren Al-Marzukiyah Cipinang Muara yang didirikan oleh kiyai yang sangat terkenal yang melahirkan ulama-ulama Jabodetabek itu adalah kiyai Ahmad Marzuki. 6. Kurikulum seperti apa yang digunakan oleh PP Az-Ziyadah pada awal berdirinya? Kurikulum berawal hanya menggunakan metode kurikulum yang dicanangkan oleh kiyai jadi kurikulumnya terserah kiyai tidak dibatasi mengaji kitab apa dan kajiannya sampai mana terserah hatamnya itu kapan kemudian setelah tahun 70-an itu karena Az-Ziyadah lebih banyak didominasi oleh guru alumni pesantren salafiyah Lirboyo kita kemudian menggunakan kurikulum yang mirip-mirip dengan kurikulum pesantren salafiyah Lirboyo dari mulai kitab-kitab yang diajarkan di Az-Ziyadah ini mulai dari tingkat MI sampai Aliyah itu mirip dengan kitab yang diajarkan di pondok pesantren salafiyah Lirboyo. Cuman mungkin disana sistemnya sudah lebih bagus sehingga kualitas dari alumninya pun setingkat mereka lebih bagus dari kita disini. 7. Apakah Pemerintah Dep. Agama atau Dep. Diknas mempunyai standar kurikulum yang harus diikuti oleh pesantren Az-Ziyadah? Iya jadi menurut perkembangan sejarah pesantren salafiyah Az-Ziyadah itu mulai dari tahun 1948 itu menggunakan sistem halaqoh pengajian lesehan kurikulumnya ditentukan oleh kiyai sendiri kemudian menjadi klasikal pada tahu 70-an itu juga masih menggunakan kurikulum salafiyah yang lebih banyak diwarnai oleh kurikulum pesantren Lirboyo kemudian setelah pemerintah mendirikan direktorat pendidikan diniyah dan pondok pesantren di kementrian agama maka kita mulai mendaftarkan diri tahun 2001 itu untuk bergabung kepada kurikulum kementrian agama yaitu program pendidikan dasar salafiyah dibawah direktorat pendidikan diniyah dan pondok pesantren. Kita mulai diperkenalkan kurikulum formalnya untuk direktorat diniyah dan pondok pesantren kita wajib mengikuti ujian nasional salafiyah yang ujiannya itu materinya hanya materi-materi umum saja yang diujikan yaitu Bahasa Indonesia IPA PKN IPS dan Bahasa inggris maka departemen agama saat itu hanya meminta kepada pondok-pondok pesantren salafiyah terutama Az-Ziyadah kalau ingin bergabung dengan direktorat pendidikan diniyah dan pondok pesantren yang disingkat PDPONTREN harus mengajarkan 5 materi umum itu selebihnya mereka tidak intervensi terhadap kurikulum pondok pesantren jadi dipersilahkan kepada masing-masing pondok pesantren untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan ciri khas pesantren masing-masing. Itu tahun 2001 kita bergabung 2003 kita mulai ikut ujian nasional satu-satunya pesantren salafiyah yang bergabung dengan
kurikulum kementrian agama dibawah direktorat PDPONTREN hanya Az-Ziyadah. Jadi ujiannya ujian nasional tapi mengginduk pada salafiyah dan kita dinyatakan lulus 100% dari sejak itulah tuh mulai kementrian agama kenal dengan Az-Ziyadah. 8. Seperti apakah kurikulum pembelajaran yang digunakan di PP Az-Ziyadah dan kitab-kitab apa saja yang diajarkan? Kitab-kitab yang diajarkan masih terbatas sekitar fiqih, tafsir, dan akhlaq tasauf. Fiqihnya menggunakan kitab-kitab standar mulai dari sulamuttaufiq sampai fathul korib, kalau untuk tafsirnya menggunakan tafsir jalalain. Untuk kitab-kitab akhlaknya yang mengarah ke pembentukan karakter diajarkan akhlak tasauf nasoil ibad, majalisisaniyah, untuk tingkat dasarnya untuk anak-anak kecilnya menggunakan kitab akhlak lilbanin. Kemudian perkembangan sampai sekarang kitab itu masih dipertahankan jadi sekarang ini di tingkat ibtidaiyah Az-Ziyadah kita fiqih itu sudah banyak menggunakan kitab-kitab kuning dan kitab salafiyah. Contoh di kelas 4 menggunakan matan taqrib yang kemudian disyarhkan dengan fathul qoribnya itu untuk fiqihnya. Untuk pelajaran tauhidnya di tingkat MI dari mulai nadzom aqidatul awwam sampai kepada kifayaul awwam itu diajarkan. Untuk tingkat Tsanawiyahnya yang sekarang itu fiqihnya menggunakan fathul qorib dan kifayatul ahyar. Kalau hadistnya bulughul marom dan subulussalam. Kalau untuk tafsirnya masih menggunakan tafsir jalalain. Untuk pelajaran bahasa Arabnya Al-Arobiyyah linnasyiin yang dari LIPIA tapi sekarang karena kitab itu sudah mulai langka itu cetakan khusus kita untuk tahun 2014 ini menggunakan bahasa arab standar madrasah aliyah negeri dan tsanawiyah negeri dan ibtidaiyah negeri karena itu lebih mudah kita memerolehnya. Untuk pelajaran ilmu alatnya ditingkat ibtidaiyah jurumiyah, imriti, itu masih diajarkan, shorofnya amsilah tasrifiyah, kalau ditingkat tsanawiyahnya berkembang terus, untu nahwunya satu dan dua beberaa tahun yang laulu kita merubah dari muhatul’irab menjadi nahwul wadih tapi sekarang ingin dikembalikan lagi ke asal jadi kita menggunakan nahwunya itu nadzoman-nadzoman saja dari muhatul I’raob sampai keada alfiyah. Dan untuk pelajaran kitab-kitab yang nadzoman itu diajarkannya di luar jam pelajaran kelas nanti ba’da ashar dan di waktu malem itu mereka memerdalam lagi pelajaran-pelajaran itu khus untuk nahwu. Jadi yang klasikalnya pelajaran nahwunya menggunakan nadzoman tadi. Kurikulmya menggunakan standar pesantren salafiyah. 9. Seberapa penting anda memandang ilmu pengetahuan umum bagi kebutuhan akademis santri di era modernisasi? Ilmu pengetahuan sebenarnya sebelum kita terdaftar di direktorat PDPONTREN pun pendiri Az-Ziyadah sudah mengajarkan itu memperkenalkan itu kepada santrisantrinya walaupun kita tidak pernah ikut ujian nasional dari tahun 70-an ketika sistem klasikal didirikan di Az-Ziyadah maka kurikulum pendidikan nasional itu yang sekarang dikenal dengan kurikulum 2013 sebetulnya kita sudah memperkenalkan itu. Kenapa ini di adakan karena kiayi Zayadi berpandangan Az-Ziyadah walaupun haya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dia wajib tau santri-santrinya yang ada di sini tentang pengetahuan ilmu umumnya karena dianggap sangat penting untuk
pengalaman-pengalaman meraih kesuksesan di dunia sehingga Abuya memperkenalkan pelajaran umum itu sejak tahun 70-an walaupun kita ujian nasional baru dilaksanakan pada tahun 2003. Jadi penting sekali dikarenakan kan kita tahu ilmu keduniaannya. 10. Apa kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan PP Az-Ziyadah? Kelebihannya anak-anak santri yang belajar di pondok pesantren salafiyah AzZiyadah itu dia lebih banyak menguasai tentang ilmu-ilmu agama karena memang tujuan utamanya itu Az-Ziyadah didirikan untuk mencetak kiyai atau mencetak ahliahli agama. Kelemahannya karena saat itu tidak terdaftar di direktorat pendidikan nasional tidak terdaftar di kementrian agama ketika alumni Az-Ziyadah ingin berkiprah di pemerintahan ini kita mengalami kendala karena ijazahnya tidak diakui secara nasional karena saat itu kita masih mengguanakan ijazah lokal padahal secara potensi para alumninya sangat punya potensi misalkan: alumni Az-Ziyadah faham bagaimana cara tentang menikahkan orang karena ilmu munakahatnya mereka sudah kuasai ketiaka di pesantren Az-Ziyadah tapi ketika mereka ingin menjadi penghulu menjadi kepala KUA mereka tidak bisa terbentur dengan selembar ijazah yang secara administrasi negara harus ijazah yang berlaku secara nasional sementara Az-Ziyadah ijazahnya ijazah lokalitulah kendala yang di alami di lapangan sehingga potensinya itu terganjal ketika ingin menjadi pegawai negeri sipil sesuai dengan bidang yang dikuasainya 11. Bagaimanakah pandangan anda mengenai konsep pendidikan salafiyah di tengah modernisasi? Konsep pendidikan salafiyah di sini itu sebetulnya konsep modern itu sangat bagus sekali. Kan pemerintah kita sudah menggonta-ganti kurikulum berkali-kali yang saya tahu saja kurikulum yang dari 1974 kemudian berubah menjadi kurikulum 1984 kurikulum 1994 kurikulum 2004 dari 2004 berubah-rubah terus tuh ada KTSP ada apa lagi ya kurikulmnya saya lupa itu terlalu banyak itu mah. Sampai sekarang kurikulum 2013. Ternyata model pembelajarannya itu yang sudah dipraktekan oleh ulama-ulama salafiyah itu sekarang dikembangkan di kurikulum modern kita kenal dengan istilah “paikem” pendidikan aktif, kreatif, inovatif gitu yah dan menyenangkan. Oh kiayi-kiyai kita sudah mempraktekan itu. Dulu sebelum pendidikan klasikal ini di Az-Ziyadah yang ketika itu masih halaqohan itu menyenangkan sekali itu kiyai ketika memberikan pembelajaran jadi tidak saelalu formal duduk berhadapan dengan kiyai tetapi sesekali Buya (kiyai) praktekan pembelajaran integral mulai dari teori pendidikan praktek, mengajar, sampai praktek lapangannya jadi Buya di depan santri semuanya baris ke belakang sejumlah yang ada itu dua orang di belakang kiyai sudah siap-siap yang satu sudah membaca kitab kiyainya mendengarkan yang kedua sudah siap-siap karena nanti setelah mereka baca dia harus sudah siap menggantikannya selebihnya ke belakang itu sambil mengikuti Buya mempraktekan pembelajaran alam jadi membersihkan lingkungan sambil menanam-nanam pohon-pohonan yang dianggap perlu itu santri semuanya mengikuti tidak terasa dia sudah belajar banyak sekali tuh belajar tentang alam belajar tentang kebersihan belajar tentang kerapihan belajar bagaimana menata
lingkungan dan dia tidak tersadarkan sudah membaca sekian pasal dalam kitab yang dia baca di belakang kiyai tadi sehingga sambil menyelam minum air itu sudah dipraktekan ternyata itu pelajaran sangat menyenangkan sekali 12. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah masyarakat pesantren menanggapi hal tersebut? Kebetulan kementrian agama itu pernah membantu kita juga memberikan bantuan komputer untuk anak-anak santri salafiyah latihan ketnologi dan alhamdulillah samai sekarang nih guru-guru udah banyak yang menggunakan IT jadi untuk pembelajaran kitab tidak melulu membuka kitab dia cukup membawa plasdisk yang berisikan software kitab-kitab tadi itu sesuai dengan kebutuhan yang akan dikajinya menggunakan infokus jadi menggunakan komputer aja. Ternyata teknologi itu ya sangat membantu kadang-kadang kalau kita lagi kesulitan tentang bahsul masail tentang suatu permasalahan yang belum terecahkan itu dibantu juga denagan kita membuka google gitu kan. Artinya tadinya kita masih ragu-ragu tetai setelah kita baca kajian-kajiannya kitab yang terekam disitu akhirnya kita menjadi banyak pengetahuan juga dari menggunakan teknologi. Saya kira teknologi itu bukan sesuatu yang haram untuk madrasah dan pondok pesantren salafiyah justru itu kemajajuan yang harus menjadi khazanah peningkatan kualitas sumber daya manusia pondok pesantren dan itu kita sudah menggunakan teknologi untuk model pembelajaran di kelas juga. Pengaruh modernisasi di bidang teknologi itu tidak bisa dibendung karena itu kemajuan ilmu pengetahuan manusia yang perlu kita islamkan, islamisasi teknologi, jadi kalau kita memperkaya khazanah keilmuan kita. Guru-guru kita punya parabola kan berbagai macam tayangan ada disitu dari mualai yang porno sampai yang islami. Ternyata kalau kita bisa mensetting itu untuk penambahan kualitas ilmu kita ya ga apa-apa. Kita bisa melewatkan jalur teknologi itu sama seperti google juga kan begitu, internet juga begitu kan, mau apa saja situs-situs banyak sekali walaupun misalkan pemerintah kita sudah berusaha maksimal menutup situs-situs yang mengarah kepada pornografi tapi kan banyak cara gitu manusia itu banyak punya ilmu untuk membuka yang lain jalur-jalur yang lain. Pemerintah mah tidak segansegan ingin mengarahkan supaya bangsa ini lebih bermartabat supaya tidak selalu menggunakan situs-situs yang tidak bermanfaat, nah kita memperkenalkan itu kepada santri-santrinya tentang teknologi tetapi kita arahkan untuk menggunakan teknologi yang bermanfaa untuk pengayaan intelektualitas santri. Ini kita punya santri magang santri ngabdi bagian administrasi mereka tidak belajar banyak tentang ilmu komputer mereka belum kuliah itu baru lulus aliyah kemaren karena dibekali dengan latihan-latihan yang komputer sebelumnya itu waktu dia masih jadi santri disini sehingga kita kan disini ada santri ngabdi setiap lulusan ada yang ngabdi, pengabdian itu kita bagi-bagi yang penguasaan teknologinya bagus kita taroh di administrasi untuk membantu administrasi dan ditaroh khusus bagian IT nya
bagian mendata dan sebagainya. Nah yang tingkat pengetahuan tentang ilmu kesalafiyahannya itu bagus kita abdikan dia untuk mengajar adik-adik kelasnya, dan banyak yang dikirim ke luar daerah. 13. Bagaimakah pandangan anda mengenai modernisasi sistem pendidikan pesantren? Pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah tidak menutup pintu modernitas yang terpenting bagaimana kita mengkondisikan sebuah nilai kemodernan ini tetep dengan rambu-rambu agama karena susah untuk membendung teknologi dan kemodernan itu sudah menjadi sunnatullah apa lagi Az-Ziyadah terletak di daerah Ibukota Jakarta yang mana modernisasi sangat cepat perkembangannya. Dan di sini untuk santri salafiyahnya ujian negaranya menggunakan ujian paket kesetaraan, paket A, paket B dan paket C. Kita sebelum mengikuti ujian paket itu sebelum ada direktorat DPPONTREN kita kan masih tetep tidak mau ikut kementrian agama kurikulum diknas kita belum mau. Karena memang kiyainya pada waktu itu pesennya begitu, jadi kita menjunjung tinggi pesan kiyai, gak ada yang berani untuk ijtihad ini ustadz walaupun ustadz ya sedikit banyak pada belajar di formal tapi ketika untuk Az-Ziyadah kami tidak berani berijtihad meliburkan selain hari jumat saja samapai sekarang masih belum berani. Kita libur hari jum’at di sini. Jadi uniknya Az-Ziyadah itu salafiyahnya masih tetap berjalan dan masih eksis lagi. 14. Bagaimanakah perbedaan santri mukin dan santri non mukim yang ada di PP Az-Ziyadah? Perbedaan santri mukim dan non-mukin slafiyah adalah pertama, durasi waktu belajarnya lebih banyak yang mukim. Karena durasi belajarnya lebih banyak yang mukim sehingga kualitas ilmu yang mereka dapat walaupun relatif lebih banyak yang mukim. Yang kedua, perbedaanya tingkat kedisiplinan, kalau yang mukim itu kan biasa mengikuti tata tertib 24 jam sudah terbiasa dengan kedisiplinan yang ada. Lalu kemandirian yang mukim itu kan melatih mandiri mereka lebih terlatih itu dibandingkan yang tidak mukim. Walaupun kalau malem kita berikan kesempatan untuk mengikuti program-program salafiyah. Jadi disini tidak ditutup pintu untuk anak-anak yang non-mukim untuk mengikuti program salafiyah setelah pembelajaran klasikal yaitu ba’da ashar dan ba’da maghrib sampai jam 10 malam.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Eva Hendrawati, S.Pd.I
Umur
: 36 Tahun
Jabatan
: Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Madrasah Tanah 80 Rt.008/09 Klender Duren Sawit Jakarta Timur
Tanggal
: 18 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi pengurus/pengajar di PP Az-Ziyadah? 4 tahun 2. Model pesantren seperti apakah pondok pesantren yang ustadzah kelola pada saat ini? Disini model pesantrennya model pesantren salafiyah 3. Apa yang menjadi ciri khas pesantren ini sehingga disebut dengan pesantren salafiyah? Yang menjadi ciri khas pondok pesantren Az-Ziyadah ini sehingga disebut dengan pesantren salafiyah yaitu terletak di kurikulum salafiyahnya. Kurikulum salafiyah di sini yaitu masih menggunakan kitab-kitab kuning sebgai sumber keilmuannya. Jadi disni itu kita masih menggunakan kitab-kitab kuning seperti Bulugul Marom, Fathul Qorib, Kifayatul Awam dan lain sebagainya. 4. Sistem pendidikan seperti apakah yang digunakan oleh PP Az-Ziyadah? Sistem pendidikannya kita memakai sistem klasikal, tapi tetep kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum salafiyah, jadi seperti sekolahan pada umumnya gitu cuman yang membedakan pesantren ini dengan sekolahan-sekolahan yang lain di luar sana di kurikulum pokoknya yaitu kita masih mengajarkan kitab-kitab klasik yang menjadi materi pokok pelajarannya. meskipun kita juga memasukan pelajaran umum. 5. Siapakah yang memperkenalkan pertama kali sistem pendidikan salafiyah di PP Az-Ziyadah? Pendirinya yaitu Abuya KH. Zayadi Muhajir 6. Siapakah yang paling punya otoritas penuh terhadap kebijakan sistem pendidikan PP az-Ziyadah ini?
Yang mempunyai otoritas penuh dalam hal kebijakan sistem pendidikan pesantren ini sepenuhnya dikendalikan oleh pemimpin yayasan Al-Husna Waz-Ziyadah. Yaitu Hj. Fatimah Hasbiallah. 7. Bagaimanakah sistem kepemimpinan di PP Az-Ziyadah? Sistem kepemimpinannya yang saya tahu karena saya belum terlalu lama berada di lingkungan pesantren ini baru 4 tahun, sistem kepemimpinannya bersifat kekeluargaan. Pada awalnya kan pemimpin yayasan Al-Husna ini dipimpin oleh almarhum Abuya KH. Zayadi Muhajir, nah setelah itu kepemiminan diambil alih oleh istrinya yaitu Hj. Fatimah Hasbiyallah. Dan kebanyaknan yang memegang kendali atas Az-Ziyadah ini yaitu keluarga besarnya termasuk anaknya yang sekarang menjadi pimpinan 1 pesantren salafiyah Az-Ziyadah ini. 8. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah masyarakat pesantren menanggapi hal tersebut? Yah sebetulnya IT ilmu teknologi itu penting banget yah pada saat ini. Cuma kan kalau kita disini dibatasi untuk santrinya, tapi kalau di sistemnya itu penting banget apa lagi di Mts kalau di Aliyahnya kan sistemnya belum online kalau di Mts ini kan serba online jadi informatika itu penting banget. Jadi menurut saya sebenarnya harusnya IT itu di siswa itu walaupun disini ada sisi negatifnya seperti misalnya disini kan interaksi ke sesama lawan jenis tau pacaran tidak boleh nah disini kita harus menjembatani. Di pesantren ini kita membatasi untuk memegang Hp kalau laptop boleh saja asalkan diergunakan dengan hal yang positif. Akses internet diperbolehkan tapi kita mengarahkannya ke hal-hal yang bermanfaat, bermanfaat bagi akademis santrinya. Yang dihawatirkan dengan adanya ilmu pengetahuan teknologi informatika ini mereka menyalah gunakan kan banyak tuh sistus-situs di internet yang bersifat pornografi nah itu kehawatiran kita jika tidak dibatasi. Jadi banyak positif dan negatifnya sih. 9. Apakah di PP Az-Ziyadah menggunakan alat-alat teknologi dalam proses belajar mengajarnya? Yah ada, kita menggunakan infokus dan juga laptop untuk memudahkan guru-guru dalam membahas materi-materi pelajaran dan kita menyediakan komputer, laptop dan infokus untuk kegiatan belajar mengajar. 10. Bagaimakah hasil yang didapat dengan menggunakan teknologi tersebut? apakah ada perbedaan dengan tidak menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar? Hasilnya yah kita lebih mudah aja, kalau dulu kan sebelum ada teknologi kita serba manual, nah kalau sekarang lebih gampang aja kalau kesulitan jg kita bisa mencari bahan materi kita bisa googling. Apa lagi di pesantren Az-Ziyadah ini sudah ada Wifi.
11. Bagaimakah pandangan anda mengenai modernisasi sistem pendidikan pesantren? Kita kalau tidak mengikuti modernisasi kita akan ketinggalan, begitu juga dengan modernisasi pendidikan mau tidak mau siap tidak siap kita harus mengikuti arus modernisasi, tapi tetep meskipun kita pesantrennya modern tapi jati diri nilai keislamannya harus tetep salafiyah.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Ibnu Hajar
Umur
: 27 Tahun
Jabatan
: Guru Bahasa Arab Pondok Pesantren Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Madrasah Tanah 80 Rt.008/08 Klender Duren Sawit Jakarta Timur
Tanggal
: 18 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi pengajar di PP Az-Ziyadah? Saya mengajar di Az-Ziyadah baru 4 tahun. 2. Model pesantren seperti apakah pondok pesantren yang ustadz kelola pada saat ini? Model pesantren Salafiyah. 3. Apa yang menjadi ciri khas pesantren ini sehingga disebut dengan pesantren salafiyah? Yang menjadi ciri khas pondok pesantren Az-Ziyadah ini yaitu kurikulum salafiyahnya. 4. Sistem pendidikan seperti apakah yang digunakan oleh PP Az-Ziyadah? Kalau menurut saya sistem pendidikan di Az-Ziyadah ini sudah modern yah, karena sistem pengajarannya juga sudah klasikal, meskipun di kurikulumnya salafiyah kita kan masih mengkaji kitab-kitab kuning sebagai kurikulum pokoknya, akan tetapi pada prakteknya disini kita sudah menggunakan sistem bangku, berjenjang, menggunakan gedung, mempunyai program yang tertruktur dan juga metode yang digunakannya juga sudah modern, seperti metode presentasi, evaluasi dsb. Jadi menurut saya sistem pendidikannya sudah modern.
5. Kenapa sistem pendidikan tersebut digunakan oleh PP Az-Ziyadah? Yah karena mungkin pertama kita belum berani dan yang kedua kan sistem pendidikan tersebut kan sudah cukup lama yah jadi kalau saya sih beranggapan kenapa sistem pendidikan tersebut masih digunakan yah mungikn masih sesuai dengan kebutuhan masyarakat buktinya santri-santrinya masih tetep banyak. 6. Siapakah yang paling punya otoritas penuh terhadap kebijakan sistem pendidikan di PP Az-Ziyadah ini? Yang pastinya pemimpin pesantren dan pemimpin yayasannya. 7. Bagaimanakah proses belajar mengajar di PP Az-Ziyadah ini? Untuk proses belajar mengajar pertama karena kita sudah sudah menggunakan sistem klasikal jadi proses belajar mengajarnya tidak jauh berbeda dengan proses belajar mengajar di pesantren yang lain atau sekolahan yang lain, di sini santrinya masuk kelas dari hari sabtu sampai hari kamis dan belajar berdasarkan tingkatantingkatannya, dan gurunya mengajarkan kitab-kitab dengan cara mengartikan, menjelaskan dan mengadakan tanya jawab dan latihan lainnya gitu ajah. 8. Kurikulum seperti apa yang digunakan oleh PP Az-Ziyadah pada awal berdirinya dan sekarang? Kurikulum yang digunakan pada awal berdirinya menggunakan kurikulum salafiyah begitu juga kurikulum yang digunakan sekarang meskipun mengalami perubahanperubahan dalam hal penambahan-penambahan materi pelajaran tapi tetep nama kurikulum kita salafyah Az-Ziyadah. 9. Apakah ada perubahan yang signifikan dalam kurikulum di PP Az-Ziyadah? Yah pastinya ada. Dulu kan pesantren ini sistim pengajarnanya halaqohan dan hanya mengkaji kitab-kitab kuning saja, tapi sekarang dengan kita menggunakan sistim klasikan dan kita sudah merapat ke Dep. Agama dan bergabung ke PD. Pontren materi pelajarannya pastinya jadi menambah. 10. Apakah pemerintah Dep. Agama mempunyai standar kurikulum yang harus diikuti oleh pesantren az-Ziyadah? Kalau untuk kurikulum pelajaran tidak, cuman dikarenakan kita (Az-Ziyadah) sekarang sudah ikut ujian pemerintah maka ada beberapa mata pelajaran yang harus di pelajari bagi oleh santri Az-Ziyadah agar bisa mengikuti ujian paket kesetaraan yaitu paket A, paket B dan paket C. Tapi kalau secara keseluruhan kurikulum yang ada ini tidak sama sekali ada campur tangan pemerintah melainkan murni kurikulum salafiyah yang di ajarkan di sini. Kita bebas menentukan pelajaran apa saja yang dipelajari.
11. Pelajaran dan kitab-kitab apa saja yang diajarkan di pesantren ini? Pelajarannya yah kitab-kitab kuning. Seperti kitab-kitab kuning pada umumnya pesantren salafiyah. Ada Bulughul Marom, Tafsir Jalalain, dan lain sebagainya. Dan kitab-kitab kuning tersebut semuanya menjadi pedoman keilmuan pesantren Az_Ziyadah ini. 12. Seberapa pentingkah menurut anda mengkaji kitab-kitab klasik (kitab-kitab kuning) bagi kebutuhan akademisi santri ? Tentu sangat penting yah, terutama ilmu-ilmu yang berkaitan dengan akhirat, di dalam kitab kuning yang kita ajarkan kan bervariasi, mulai dari akhlak dan juga tauhid, nah dari berbagai macam pelajaran dalam kitab kuning tersebut diajarkan bagaimana membentuk akhlak yang baik, seperti yang kita ketahui kan pergaulan anak-anak zaman sekarang kan sudah banyak yang melenceng dari ajaran-ajaran islam, nah untuk santri-santri disini insya Allah mereka mengerti betul dengan yang namanya bagaimana bersikap kepada orang tua misalnya maupun kepada sesama. 13. Seberapa penting anda memandang ilmu pengetahuan umum tersebut bagi kebutuhan akademis santri anda di era modernisasi ini? Penting juga sih kalau menerut saya, karena kita mau tidak mau dituntut untuk tahu yah dengan yang namanya ilmu pengetahuan umum, biar disamping kita mengejar akhirat kita juga jangan meninggalkan keduniaannya juga. Jadi yah penting yah kalau menurut saya. 14. Bagaimanakah pendapat anda mengenai konsep pendidikan salafiyah di tengah modernisasi? Yah kalu pendapat saya sih bagus yah, karena konsep pendidikan salafiyah ini lebih mengedepankan warisan budaya dari para ulama terdahulu, nah kita yang lahir di zaman sekarang setidaknya harus melestarikan warisan budaya tersebut. Karena konsep pendidikan salafiyah ini sebuah konsep pendidikan yang sangat bagus, terutama dalam segi kemurnian ilmu-ilmunya yang dari zaman ke zaman tidak berubah. 15. Masih sesuaikah konsep pendidikan tersebut di zaman sekarang? Yah pastinya masih sesuailah, asalkan kita bisa beradaptasi dengan kebutuhan zaman ajah. Seperti dulu kan kita tidak punya ijazah yang di akui oleh negara, nah untuk sekarang kan kita sudah dikatakan diakui meskipiun ijazahnya ijazah kesetaran. 16. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah masyarakat pesantren menanggapi hal tersebut?
Untuk IT atau ilmu teknologi kita disini cukup welcome yah, khususnya teknologi seperti komputer, internet. Kenapa, karena kemajuan ilmu tekologi tersebut memang suatu kemajuan ilmu pengetahuan manusia. Tapi meskipun begitu kita harus juga membatasinya, misalnya internet, kita tahu internet itu menyediakan berbagai macam informasi yang begitu banyak, tetapi tidak banyak juga di dalamnya terdapat hal-hal yang negatif, seperti pornografilah dan lain semacamnya. Nah kewajiban kita sebagai pendidik yah harus kiranya mengajarkan kepada santri kita untuk bisa memilah milih mana yang baik mana yang tidak baik dalam menggunakan internet itu sendiri. 17. Apakah di pondok pesantren anda menggunakan alat-alat teknologi dalam proses belajar mengajarnya? Alhamdulillah di Az-Ziyadah ini sudah menggunakan teknologi tapi yah masih teknologi yang biasa-biasa saja, seperti kita sudah punya laboratorium kompur dan bahasa, fasilitas wifi internet, dan infokus untuk membantu kita dalam menerangkan pelajran-pelajaran. 18. Bagaimakah pandangan anda mengenai modernisasi sistem pendidikan pesantren? Kalau mengenai modernisasi dalam sistem pendidikan pesantren tidak ada salahnya yah, masalahnya yaitu mampukah pesantren tersebut mengikuti arus modernisasi yang begitu kuatnya dengan tanpa menghilangkan ciri khas dari pesantren itu sendiri kalau menurut saya. Az-Ziyadah sendiri dalam prakteknya memang sudah mengikuti sistem yang modern, di sini kan sudah lama menggunakan sistem klasikal dan juga lembaga pendidikan yang ada di Az-Ziyadah ini sudah berjenjang mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan juga Aliyah. Jadi gak ada salahnya yah kalau sistem pendidikan modern diterapkan dalam sistem pendidikan pesantren.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Abdul Wadud
Umur
: 42 Tahun
Jabatan
: TU (Tata Usaha) Pondok Pesantren Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Swadaya Raya Rt:09 Rw:05 Klender Jakarta Timur
Tanggal
: 18 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi pengurus di PP Az-Ziyadah? Saya mulai mengajar di sini dari tahun 1995 sampai sekarang. 19 tahun 2. Model pesantren seperti apakah pondok pesantren yang ustadz kelola pada saat ini? Nah sebenarnya sama seperti pondok pesantren salafiyah yang ada di Jawa timur sana, tapi mungkin sistemnya kita ini kan pake kelas gitu yah berjenjang, secara formal kita berkelas namun isinya didalamnya tetap pelajaran pesantren yang mengkaji kitab-kitab kuning gitu. Meskipun kita mengajarkan kitab-kitab kuning sebagai kurikum pesantren tetapi kita sudah berkelas-kelas. Kalau Abuya bilang kan dilihatnya sekolahan tetapi isinya pesantren gitu. 3. Berkiblat ke pesantren manakah PP Az-Ziyadah? Sebenarnya kita tidak berkiblat ke pesantren-pesantren mana, tapi dikarenakan kebanyakan guru-guru disini dari lulusan pesantren Lirboyo maka hampir mirip dengan yang ada di Lirboyo, tetapi gak seluruhnya yah. Kalau di Lirboyo kan sistemnya umur tidak menjadi pedoman dia mampu gak kalau mampunya di tingkat dasar ya tingkat dasar walau umurnya udah tua, tapi kan kalau di kita ngak, kita ngelihat umur juga ditempatkan Tsanawiyah atau Aliyah 4. Apa yang menjadi ciri khas pesantren ini sehingga disebut dengan pesantren salafiyah? Nah yang menjadi ciri khas pesantren Az-Ziyadah ini terletak di kurikulum salafiyahnya. 5. Sistem pendidikan seperti apakah yang digunakan oleh PP Az-Ziyadah? Sistem pendidkannya salafiyah
6. Siapakah yang memperkenalkan pertama kali sistem pendidikan salafiyah di pondok pesantren az-Ziyadah? Pendirinya Abuya Zayadi Muhajir 7. Siapakah yang paling punya otoritas penuh terhadap kebijakan sistem pendidikan PP Az-Ziyadah? Yang mempunyai kendali dalam hal kebijakan sistem pendidikan di Az-Ziyadah ini sepenuhnya kita serahkan ke pimpinan setelah itu dimusyawarahkan, tapi tetep pimpinan yayasan yang berkuasa penuh. 8. Apakah pemerintah Dep. Agama mempunyai standar kurikulum yang harus diikuti oleh PP Az-Ziyadah Kalau pelajaran agama tidak yah, kita sudah ikut wajardiknas ikut ke kemenag kementrian agama PDPONTREN kita sudah di situh tahun 2003, cuman secara intervensi mereka untuk pelajaran agama tidak kitabnya boleh apa ajah, yang mereka intervensi itu ya pelajaran umum sajah, pesantren boleh ikut wajardiknas kalau ada pelajaran umum yang digariskan itu ada 6 materi pelajaran yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, ama PKN tapi kalau pelajaran umumnya terserah mau pake kitab aja ajah juga gak dibatasi. 9. Pelajaran dan kitab-kitab apa saja yang diajarkan di PP Az-Ziyadah? Yah kalau di Tsanawiyah ada Tafsir Jalalain, kemudian Fathul Qorib, Bulughul Maram, yaitu kitab-kitab salafi seperti Kifayatul Awam, ya kemudian Ta’limu Muta’alim untuk akhlaknya, di Aliyahnya ada Kifayaul Akhyar, ada juga Husunu Hamidiyah, Assulam untuk Ushul Fikihnya. 10. Bagaimanakah proses belajar mengajar kitab-kitab di PP Az-Ziyadah? Ya kita kalau di kelas menulis, mengartikan, menjelaskan, gitu ajah. Biasanya mengartikan kata perkata berdasarkan menjelaskan nahwu shorofnya yah gitu ajah yah, setelah itu anak-anak baca sistimnya seperti itu. 11. Seberapa pentingkah menurut anda mengkaji kitab-kitab klasik tersebut bagi kebutuhan akademisi santri ? Yah karena kita masih sangat penting yah terutama untuk kitab-kitab yang isinya ya uhudiyah, akidah yah karena memang dulu kita berpedoman ibadah kita di AzZiyadah ini yah menggunakan kitab-kitab itu yah kitab-kitab kuning itu. Kita bukan hanya pelajaran juga mempraktekan dalam sehari-hari. 12. Apakah ada pelajaran umum (seperti Matematika, Sosiologi, dll) di pondok pesantren salafiyah ini?
Kita ada namun berbeda dengan sekolah-sekolah lain yah kalau di sekolah lain kan kaya matematika bisa 4 jam yah kalau kita paling hanya sekedar masing-masing 2 jam-2 jam gitu. Tapi ada semua yang diinginkan KEMENAG itu ada semuah ada 6 peljaran itu kita pelajari di sini. 15. Bagaimanakah pendapat anda mengenai konsep pendidikan salafiyah di tengah modernisasi? Dulu sebelum pendidikan klasikal ini di Az-Ziyadah yang ketika itu masih halaqohan itu menyenangkan sekali itu kiyai ketika memberikan pembelajaran jadi tidak saelalu formal duduk berhadapan dengan kiyai tetapi sesekali Buya (kiyai) praktekan pembelajaran integral mulai dari teori pendidikan praktek, mengajar, sampai praktek lapangannya jadi Buya di depan santri semuanya baris ke belakang sejumlah yang ada itu dua orang di belakang kiyai sudah siap-siap yang satu sudah membaca kitab kiyainya mendengarkan yang kedua sudah siap-siap karena nanti setelah mereka baca dia harus sudah siap menggantikannya selebihnya ke belakang itu sambil mengikuti Buya mempraktekan pembelajaran alam jadi membersihkan lingkungan sambil menanam-nanam pohon-pohonan yang dianggap perlu itu santri semuanya mengikuti tidak terasa dia sudah belajar banyak sekali tuh belajar tentang alam belajar tentang kebersihan belajar tentang kerapihan belajar bagaimana menata lingkungan dan dia tidak tersadarkan sudah membaca sekian pasal dalam kitab yang dia baca di belakang kiyai tadi sehingga sambil menyelam minum air itu sudah dipraktekan ternyata itu pelajaran sangat menyenangkan sekali 13. Apakah ada kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan salafiyah AzZiyadah? Yah kelebihannya banyak yah, di sini kita lebih mengajarkan kepada santrinya nilainilai salafiyah agar kelak bisa menjadi ulama yang memegang dan memjungjung tinggi nilai keislaman, dan kita ajarkan itu kepada santri-santri di sini. Kalau kekurangannya mungkin terletak di ijazah nasionalnya paket A, B, C aja mungkin, karena kita ujian nasionalnya tidak bareng dengan sekolah-sekolah yang lain. 14. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah masyarakat pesantren menanggapi hal tersebut? Yah mungkin sebagian masih mengangap tabu masih tradisional yah, walaupun kita sudah mulai menggunakan teknologi yang dasar-dasar itu yah. 15. Apakah di pondok pesantren anda menggunakan alat-alat teknologi dalam proses belajar mengajarnya? Yah menggunakan seperti laptop, komputer, infokus yah gitu aja sih, kita menggunakan teknologi yang dasar-dasar ajah kalu yang lebih dari itu yah belom.
16. Bagaimakah hasil yang didapat dengan menggunakan teknologi tersebut? apakah ada perbedaan dengan tidak menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar? Kalau saya merasakan karena saya mengajar juga bahasa arab yah lebih bisa menjelaskan lebih memahami kata perkata ngak tau kalau yang lain bagaimana yah. 17. Apa pendapat anda tentang modernisasi pendidikan pesantren? Modernisasi pendidikan pesantren yah kalau menurut saya yah dari praktek belajar mengajarnya dari kurikulumnya diperdalam lagi bagaimana cara yang lebih cepat dan lebih baik untuk bisa mengajarkan itu menurut saya modernisasi bukan dari segi materi-materinya, walaupun materinya dari kitab-kitab salafi kalau mereka bisa menjelaskannya dan didikung dengan teknologi itu sudah termasuk modernisasi kalau menurut saya. Buakannya kita merubah-rubah materi yang udah ada kurikulum yang udah ada. 18. Bagaimakah dampak dari modernisasi dalam bidang teknologi terhadap sistem pendidikan pesantren Az-Ziyadah? Yah kalau adanya modernisasi teknologi yah pasti ada dampaknya, yah kaya penggunaan internet ada dampak positif dan negatifnya. Tetapi mereka santri lebih tertarik pada kalau kita mengguanakn teknologi di dalam proses belajar mengajar dan mereka lebih fokus dalam belajar mungkin itu dampak positifnya. Kalau negatifnya banyak juga yah bikin santri jadi malas belajar juga ada seperti maen game mulu mungkin kalau ada teknologi seperti laptop handphone internet. Jadi mungkin kita harus lebih mengarahkan sajah yah.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Syakir Hasibuan, S.Ag
Umur
: 31 Tahun
Jabatan
: Pengasuhan Santri Pesantren Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Madrasah Tanah 80 Klender Jakarta Timur
Tanggal
: 18 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi pimpinan/pengurus/pengajar/belajar di PP Az-Ziyadah? Saya mengajar di Az-Ziyadah ini kurang lebih sudah 8 tahun yah. 2. Model pesantren seperti apakah pondok pesantren yang kyai/ustadz kelola pada saat ini? Model pesantren Az-Ziyadah ini tergolong model pesantren salafiyah. 3. Berkiblat ke pesantren manakah PP Az-Ziyadah? Untuk kiblat pesantren yang diacu Az-Ziyadah ini lebih mirip dengan pondok pesantren Lirboyo, meskipun Az-Ziyadah sendri tidak secara resmi berkiblat ke pesantren Lirboyo. 4. Apa yang menjadi ciri khas pesantren ini sehingga disebut dengan pesantren salafiyah? Yang menjadi ciri khasnya itu yaitu kurikulum salafiyahnya itu sendiri, Yaitu kurikulum yang dibuat oleh pendiri pondok pesantren dan tidak menggunakan kurikulum pemerintah dan itu sampai sekarang Az-Ziyadah bisa bertahan dengan ciri khasnya itu. 5. Sistem pendidikan seperti apakah yang digunakan oleh PP Az-Ziyadah? Sistem pendidikan salafiyah Az-Ziyadah, kurang lebih hampir mirip dengan pondok pesantren salafiyah yang lainnya, meskipun di sini kita sudah menggunakan sistem klasikal akan tetapi kurikulum pelajarannya masih menggunakan kurikulum salafiyah Az-Ziyadah, yang dicanangkan oleh pendirinya, seperti kitab-kitab yang diajarkan di sini masih menggunakan kitab-kitab kuning sebagai sumber keilmuannya dan hingga saat ini pun di sini masih tetap sama dari awal berdirinya meskipun ada sedikit perombakan-perombakan dalam kurikulumnya, seperti memasukan pelajaran umum yang di ujian di ujian paket kesetaraan.
6. Bagaimanakah proses pendidikan di PP Az-ZIyadah? Untuk proses pendidikan di sini (di PP. Az-Ziyadah) ada dua jenis pendidikan, yaitu pendidikan yang bersifat formal yaitu pendidikan yang dilakukan di dalam kelas, dan pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dilakukan di luar jam kelas. Untuk pendidikan yang di dalam kelas saya kira sama seperti pesantren-pesantren salaf pada umumnya, yaitu sistem pengajaran yang bersifat terstruktur dengan kurikulum terencana. Sedangkan pendidikan non formalnya yaitu seperti kalau disini kita menyebutnya dengan istilah Mudzakarah, istilah Mudzakarah itu berasal dari bahasa Arab yaitu berasal dari kata Dzakara-yudzakiru-mudzakara, yang artinya mengingatkan atau bermusyawarah. Metode mudzakarah di sini adalah cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar di pesantren Az-Ziyadah dengan menggunakan metode ceramah dan hafalan. Mudzakarah dilaksanakan setiap ba’da ashar, ba’da magrib, dan ba’da isya, yang bertematkan di masjid Al-Husna AzZiyadah. Dalam program mudzakarah ini melibatkan santri mukim saja, tapi kalau ada santri yang non mukim mau ikut itu dipersilahkan. 7. Bagaimakah pandangan anda mengenai modernisasi dalam sistem pendidikan pesantren? Modernisasi sistem pendidikan pesantren yah, sebenarnya kita juga sudah menggunakan sistem pendidikan yang modern kalau menurut saya, soalnya kita di Az-Ziyadah ini sudah mengguanakan sistem klasikal dan menggunakan gedung untuk sarana pendidikannya, dan juga disini ada Lab komputer, Lab bahasa, itu kan mencerminkan kalau kita pada dasarnya sudah menggunakan sistem modern. Jadi yah modernisasi itu bagus juga kalau di terpakan di pesatren, agar kita juga dapat bersaing dengan sekolah-sekolah di luar. Tapi kita tidak mentah-mentah menelan unsur modern yang ada, kita harus memilah juga mana yang tidak bertentangan dengan agama mana yang bertentangan agama. 8. Kurikulum seperti apa yang digunakan oleh pondok pesantren Az-Ziyadah? Kita memakai kurikulum sediri, yaitu kurikulum salafiyah Az-Ziyadah, dan tidak menggunakan kurikulum pemerinatah. 9. Apakah pemerintah (Dep. Agama atau Dep. Diknas) mempunyai standar kurikulum yang harus diikuti PP Az-Ziyadah? Iya ada, karena kita ikut program wajardiknas yang berada di bawah naungan kementrian Agama, itu sekitar tahun 2003 jadi kita diwajibkan mengajarkan pelajran umum di dalam kurikulum pendidikannya. Itu syarat kita merapat ke kementrian Agama. 10. Pelajaran dan kitab-kitab apa saja yang diajarkan di PP Az-Ziyadah?
Kalau untuk pelajaran dan kitab-kitab yang diajarkan mungkin anda bisa tanya langsung ke bagaian kurikulum pesantren. Karena banyak sekali itu pelajranpelajran dan kitab-kitabnya. 11. Bagaimanakah pendapat anda mengenai konsep pendidikan salafiyah di tengah modernisasi? Konsep pendidikan salafiyah ini kan sebenarnya hanya dilihat dari pelajranpelajaran yang diajarkannya saja. Jadi untuk konsep pendidikan yang lainnya saya kira kita sudah maju dan mengikuti perkembangan yang ada. 12. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah masyarakat pesantren menanggapi hal tersebut? Di Az-Ziyadah ini kita menanggapi teknologi mungkin berbeda beda, khususnya bagi saya, teknologi pada zaman sekarang ini memang sulit di bendung, apalagi pesantren kita letaknya di pusat ibu kota yaitu kota DKI Jakarta, sangat kental sekali dengan nuansa teknologi dimana-mana. Jadi untuk menanggapi hal tersebut tentunya kita harus tau pencegahan terjadinya kemungkinan-kemungkina buruk yang ada di hasilkan oleh teknologi, misalnya alat elektronik bagi santri, di sini kita memang membolehkan santri-santri kita memegang alat komunikasi seperti HP (Handphone), tapi kita sudah membuat pencegahan berupa peraturan bagi santri kita barang siapa yang memegang HP maka harus melapor terlebih dahulu kepada pengurus yaitu ustadz, nah pengurus ini nantinya mengecek HP-HP santri apakah ada konten-konten yang dapat disalahgunakan oleh santri apa tidak. Jadi semuanya sudah di organisir oleh tim penanggung jawab asrama santri. Jadi bisa dikatakn kita disamping membolehkan kita juga membatasinya. Ini dilakukan agar santri-santri kita tidak menyalahgunakan kebebasan bertekniologi di pesantren Az-Ziyadah ini. 13. Bagaimana menurut anda mengenai lokasi pondok pesantren Az-Ziyadah yang berlokasikan di lingkungan perkotaan? Yang jelas banyak tantangannya, mungkin berbeda dengan pesantren-pesantren yang ada di pedesaan, kalau pesantren di perkotaan kita harus ekstra hati-hati dalam beradaptasi dengan lingkungan, misalnya dalam menangani santri mukim dan santri non mukim ketika melanggar peraturan tata tertib santri, jelas berbeda cara menanganinya, kalau di sini kan mayoritas santri mukim itu berasal dari luar jakarta, sedangkan santri non mukim berasal dari daerah jakarta, dalam menangani pelanggaran tersebut kita punya caranya masing-masing.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Dewi Safitri S.Pd.I
Umur
: 37 Tahun
Jabatan
: Pengajar Bahasa Inggris di Pesantren Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Jatiwaringin Rt.001/06 Pondok Gede Jakarta Timur
Tanggal
: 20 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi pimpinan/pengurus/pengajar/belajar di PP Az-Ziyadah? 7 tahun 2. Model pesantren seperti apakah pondok pesantren yang kyai/ustadz kelola pada saat ini? Model pesantrennya yaitu pesantren salaf. 3. Sistem pendidikan seperti apakah yang digunakan oleh PP Az-Ziyadah? Sistem pendidikan di sini itu kita menggabungkan antara sistem pendidikan salafiyah dan sistem pendidikan modern. Kenapa demikian, karena dalam aspek kurikulum kita tetap menggunakan kurikulum lokal akan tetapi dalam sistem pengajarannya kita sudah menggunakan sistem klasikal. Maka dari pada itu kalau menurut saya sistem pendidikan yang ada di Az-Ziyadah ini merupakan pengkombinasian antara sitem pendidikan salaf dan modern. 4. Seperti apakah fungsi kiyai (pimpinan pesantren) di PP Az-Ziyadah? Untuk fungsi kiyai di Az-Ziyadah ini ada dua fungsi, berhubung pemimpinnya juga ada 2 (dua) orang, maka fungsi dan tugasnya pun dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama untuk pemimpin 1 (dua) itu KH. Muhajir Zayadi, beliau itu anak pertama dari pendiri pesantren Az-Ziyadah ini, tugasnya itu membimbing, memantau keseluruhan kegiatan santri mukim di pesantren ini. Jadi beliau fokusnya hanya kepada santri mukim saja. Sedangkan pemimpin 2 (dua) KH. Marzuki, nah beliau itu tugasnya mengatur sekolahan dan hal-hal yang bersifat belajar mengajar, jadi fokusnya di sekolahan saja. 5. Seperti apakah peran guru/ustadz di PP Az-Ziyadah? Peran guru di sini tentunya bermacam-macam yah, ada yang perannya sebagai pengasuh santri, kordinator kegiatan-kegiatan santri, dan ada juga yang hanya mengajar saja.
6. Bagaimanakah sistem kepemimpinan di PP Az-Ziyadah? Sistem kepemimpinan di Az-Ziyadah ini bersifat kekeluargaan. 7. Bagaimanakah proses belajar mengajar di PP Az-Ziyadah? Kalau proses belajar mengajar itu tergantung kepada guru-guru masing-masing yah, setiap guru yang ada di Az-Ziyadah itu mempunyai metodenya masing-masing, seperti halnya saya, saya mengajar di Az-Ziyadah ini mengajar pelajaran bahasa Inggris, tentu berbeda dengan pengajar lain yang mengajar kitab kuning misalnya, kalau saya menerapkan metode active and creative learning dalam proses belajar mengajarnya. Karena pelajaran bahasa inggris itu kan membutuhkan praktek bukan hanya teori saja. Jadi saya mengajak santri-santri saya untuk aktif berkomunikasi menggunakan bahasa inggris. 8. Kurikulum seperti apa yang digunakan di PP Az-Ziyadah? Kurikulum di sini kita masih menggunakan kurikulum lokal. Meskipun sudah di modifikasi dengan memasukan pelajaran-pelajaran umum seperti bahasa Inggris, IPA, IPS dan lain sebgainya. 9. Bagaimanakah pendapat anda mengenai sistem pendidikan salafiyah di tengah modernisasi? Sistem pendidikan salafiyah itu kan sebetulnya kalau menurut saya sistem pendidikan yang klasik yah, akan tetapi sistem pendidikan salafiyah yang ada di Az-Ziyadah ini menurut saya sudah bukan lagi konsep sistem pendidikan salafiyah murni. Bisa dilihat dari sistem pengajarannya yang sudah menggunakan sistem kalikal dan juga kurikulum yang sudah dimodifikasi dengan memasukan kurikulum pemerintah. 10. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah masyarakat pesantren menanggapi hal tersebut? Selagi ilmu teknologi itu untuk keperluan pesantren saya kira tidak masalah yah, terlebih alat-alat teknologi yang bersifat membantu dalam proses belajar mengajar seperti komputer, laptop, tab, infokus, itu kan memudahkan guru-guru dalam mengajar, jadi saya kira bagus yah kalau kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Dra. Hj. Dahlia
Umur
: 41 Tahun
Jabatan
: Pengajar Bahasa Indonesia di Pesantren Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Raya Bekasi Timur Km.17 Jati negara Kaum Jakarta Timur
Tanggal
: 20 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi pimpinan/pengurus/pengajar/belajar di PP Az-Ziyadah? 7 tahun 2. Model pesantren seperti apakah pondok pesantren yang kyai/ustadz kelola pada saat ini? Model pesantren salafi 3. Sistem pendidikan seperti apakah yang digunakan oleh PP Az-Ziyadah? Sistem pendidikan di Az-Ziyadah ini sudah menggunakan sistem klasikal dalam sistem pengajaranya, meskipun Az-Ziyadah tergolong pesantren salfi tapi di sini kita sudah seperti pesantren modern dalam praktek sistem pendidikannya. 4. Seperti apakah peran guru/ustadz di PP Az-Ziyadah? Peran guru di Az-Ziyadah bermacam-macam, ada yang perannya sebagai pengajar saja, pengajar plus pengasuh, pengajar plus pembimbing dst. 5. Kurikulum seperti apa yang digunakan di PP Az-Ziyadah? Kurikulum di Az-Ziyadah menggunakan kurikulum sendiri, yaitu kita menyebutnya kurikulum salafiyah Az-Ziyadah. 6. Bagaimanakah sistem pembelajaran di PP Az-Ziyadah? Sistem pendidikannya di Az-Ziyadah menggunakan sistem sistem asrama, dan menggunakan metode teladan, akhlak dan praktek-praktek secara langsung, mengutamakan sistem sorogan dan juga wekton. 7. Apakah pemerintah (Dep. Agama) mempunyai standar kurikulum yang harus diikuti PP Az-Ziyadah?
Berhubung kita sudah bergabung dengan lembaga pendidikan diniyah dan pondok pesantren (PDPONTREN) di bawah naungan kementrian agama, dengan mengikutsertakan santrinya program pemerintah wajar dikdas 9 tahun, Az-Ziyadah di wajibkan mengajarkan pelajaran-pelajaran umum yang akan diujikan di ujian negara di bawah naungan Departemen Agama. 8. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah masyarakat pesantren menanggapi hal tersebut? Yang jelas di Az-Ziyadah ini kita menerima teknologi, bisa dilihat tuh dari ekstra kurikuler yang ada di Az-Ziyadah dengan mengadakan pelatihan ilmu komputer.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Rizalul Hadi
Umur
: 15 Tahun
Jabatan
: Santri Kelas 3 Tsanawiyah Salafiyah Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Madrasah Tanah 80 Klender Jakarta Timur
Tanggal
: 20 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi santri di PP Az-Ziyadah? Sudah 3 tahun. 2. Menurut anda apa kelebihan dan kekurangan belajar di pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah? Kelebihan pesantren di sini itu kita belajar agama, bahasa Arab, belajar kitab-kitab kuning, banyak sih kelebihannya. Kalau kekurangannya kalau menurut saya pelajaran umumnya sedikit gak kayak di sekolah di luar. 3. Kenapa anda memilih bersekolah di PP Az-Ziyadah? Karena disuruh orang tua, soalnya kakak saya dulunya pesantren di sini juga. Jadi saya ngikut ajah. 4. Bagaimana pendapat anda mengenai kurikulum pelajaran yang diterapkan oleh pemerintah yang harus diajarkan di PP Az-Ziyadah? Bagus, jadi kita belajar pelajaran umumnya juga, jadi tidak hanya kita belajar agama saja, yah bagus sih kalau menurut saya.
5. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah anda menanggapi hal tersebut? Kalau menurut saya kita harus belajar teknologi, biar gak ketinggalan zaman, apa lagi kan sekarang anak-anak aja sudah pada gadget, yah kita juga meskipun santri harus tau juga soal teknologi. 6. Apakah di dalam proses belajar mengajar di PP Az-Ziyadah menggunakan alatalat teknologi? Iyah make, Ustadz-ustadz biasanya make laptop, terus infokus, di sini disediain wifi juga buat internetan. 7. Seberapa pentingkah menurut anda alat-alat teknologi dalam proses belajar mengajar tersebut? Iyah penting, soalnya kalau pake infokus santri jadi tambah semangat, soalnya jadi jelas dan seru gitu. 8. Apakah anda menggunakan alat-alat teknologi di dalam dan luar sekolah? Iyah saya pake, di sini kan boleh bawa handphone atau alat-alat elektronik lainnya, asalkan tau waktu saja. 9. Seberapa pentingkah dan seberapa sering anda menggunakan internet? Iyah hampir tiga hari sekali saya pergi ke warnet (warung internet) untuk maen internet, mengakses informasi terbaru baik yang berkaitan dengan pelajaran atau informasi-informasi lain yang saat ini sedang ramai-ramainya. Saya lakukan agar saya tidak ketinggalan informasi dengan teman-teman saya yang berada diluar pondok.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Nurotul Aini
Umur
: 17 Tahun
Jabatan
: Santri Putri Kelas 3 Aliyah Salafiyah Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Madrasah Tanah 80 Klender Jakarta Timur
Tanggal
: 20 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi santri di PP Az-Ziyadah? 5 tahun. 2. Menurut anda apa kelebihan dan kekurangan belajar di PP salafiyah AzZiyadah? Kelebihannya belajar di Az-Ziyadah kita jadi banyak tau tentang ilmu-ilmu agama, terutama masalah-masalah fiqih, tauhid dan ilmu agama yang lainnya. 3. Kenapa anda memilih bersekolah di PP Az-Ziyadah? Karena deket sih sama rumah saya, dan kebetulan saya juga suka belajar agama. 4. Bagaimana pendapat anda mengenai kurikulum pelajaran yang diterapkan oleh pemerintah yang harus diajarkan di PP Az-Ziyadah? Menurut saya bagus yah, soalnya kita perlu juga belajar pelajaran umumnya dan tidak semata-mata kita belajar ilmu agama saja. Kalau menurut saya bagus, jadi kita dapet ijazah umumnya juga. 5. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah anda menanggapi hal tersebut? Iptek yah, menurut saya sih kita jangan sampai ketinggalan juga yah, entar dikata orang gaptek lagi. Jadi meskipun kita di sini (di Az-Ziyadah) pesantren, namun kalau masalah teknologi di sini kita belajar, ada lab komputer juga, nggak ketinggalan. 6. Apakah di dalam proses belajar mengajar di pesantren Az-Ziyadah menggunakan alat-alat teknologi? Ustadz-ustadz di sini pada ngegunain gatget juga kalau ngajar, ada yang pake tab, laptop, hanphone, jadi cukup bagus yah.
7. Seberapa pentingkah menurut anda alat-alat teknologi dalam proses belajar mengajar tersebut? Penting juga yah, alat-alat teknologi kan cukup membantu juga, terutama dalam presentasi seperti di sini kan kita menggunakan infokus, jadi kalau menurut saya penting. 8. Apakah anda menggunakan alat-alat teknologi di dalam dan luar sekolah? Iya, saya bawa handphone sama laptop. 9. Seberapa pentingkah dan seberapa sering anda menggunakan internet? Saya menggunakan internet hampir tiap hari, di hanphone sama di laptop, soalnya internet bagi saya penting banget terutama untuk mengali informasi yang lebih luas kan ada di google internet, pokonya internet sangat membantu saya terutama kalau lagi ada tugas.
PERTANYAAN WAWANCARA LAPANGAN Nama
: Yulia Rahma
Umur
: 16 Tahun
Jabatan
: Santri Putri Kelas 3 Aliyah Salafiyah Az-Ziyadah
Alamat
: Jl. Madrasah Tanah 80 Klender Jakarta Timur
Tanggal
: 20 Agustus 2014
1. Sudah berapa lama anda menjadi santri di PP Az-Ziyadah? Udah 9 tahun. 2. Menurut anda apa kelebihan dan kekurangan belajar di pondok pesantren salafiyah Az-Ziyadah? Kelebihan belajar di Az-Ziyadah kalau menurut saya lebih mengerti ilmu-ilmu agama di bandingkan dengan sekolah umum di luaran sana, soalnya di sini kita mulai dari MI sampai Aliyah semuanya pelajarannya agama semua kitab-kitab kuning, dan kebetulan saya mulai pesantren di Az-Ziyadah dari MI jadi tahu. Kalau kekurangannya kalau menurut saya di pelajaran umumnya. Soalnya di sini kita belajar umum itu hanya beberapa jam saja yah dalam seminggu itu. 3. Kenapa anda memilih bersokolah di Az-Ziyadah?
Dulu saya disuruh sama orang tua saya masuk MI di sini, tapi setelah lulus MI sampai sekarang saya lebih memilih ngelanjutin di Az-Ziyadah saja, soalnya kalau saya keluar dari sini saya harus beradaptasi lagi sama pelajaran umum, soalnya saya kurang ngerti pelajaran umum, soalnya di sini untuk pelajaran umum kurang ditekanin. Jadi saya kurang menguasai pelajaran umum. 4. Bagaimana pendapat anda mengenai kurikulum pelajaran yang diterapkan oleh pemerintah yang harus diajarkan di PP Az-Ziyadah? Yah seperti yang saya bilang tadi, kalau pelajaran umum itu di sini kurang ditekankan, tapi mungkin kalau menurut saya harusnya ditambah jam nya lagi untuk mata pelajaran umum. 5. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi (IPTEK) pada saat ini bagaimanakah anda menanggapi hal tersebut? Kemajuan teknologi kalau menurut saya bagus yah, di zaman sekarang ini orangorang udah pada ngegunain teknologi di mana-mana, itu kalau menurut saya suatu kemajuan. 6. Apakah di dalam proses belajar mengajar di PP Az-Ziyadah menggunakan alatalat teknologi? Iyah di sini kita memakai alat-alat teknologi terutama komputer. 7. Seberapa pentingkah menurut anda alat-alat teknologi dalam proses belajar mengajar tersebut? Meskipun kita santri tapi kan kita juga perlu untuk tahu perkembangan dunia luar apa. Apa lagi kan pesantren kita di Jakarta, Jakarta kan kota jadi wajar kalau kita belajar teknologi komputer dan internet. 8. Apakah anda menggunakan alat-alat teknologi di dalam dan luar sekolah? Iyah pake. Saya suka banget sama ilmu komputer, dan kebetulan di sini kita ada lab komputer juga, jadi saya suka belajar seperti photoshop edit-edit foto gitu. Dan saya juga make handphone untuk memudahkan saya berkomukasi dengan keluarga dan teman-teman. 9. Seberapa pentingkah dan seberapa sering anda menggunakan internet? Iyah lumayan sering yah, soalnya saya kalau main internet suka di handphone, jadi sering banget.