SINERGI
JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN PRODUK CINA DI PASAR KITA
REFERENSI TEBING TINGGI DELI
UMKM
VS
ISSN 1979-8008 | NOMOR : 108 TAHUN 2012 | TAHUN VIII FEBRUARI 2012
MINI MARKET
MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI
SINERGI FEBRUARI 2012
ESA HILANG DUA TERBILANG
SALAM REDAKSI
REFERENSI TEBING TINGGI DELI
KETUA PENGARAH : Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM (Walikota Tebing Tinggi) WAKIL KETUA PENGARAH : H. Irham Taufik, SH. MAP (Wakil Walikota Tebing Tinggi) PENGENDALI : Drs. H. Hadi Winarno (Plt. Sekdako Tebing Tinggi) PENANGGUNG JAWAB : Drs. H. Agussalim (Assisten Administrasi Umum) PIMPINAN REDAKSI : Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP) WAKIL PIMPINAN REDAKSI : Nursinta Pasaribu, S. Sos (Kasubbag Pemberitaan) REDAKSI : Rizal Syam, Khairul Hakim, S. Sos, Juanda KOORDINATOR LIPUTAN : Drs. Abdul Khalik, MAP LIPUTAN & REPORTER : Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi DESAIN & LAYOUT : M. Rahmadsyah SEKRETARIS REDAKSI : Dian Astuti BENDAHARA : Mira Silvia, A. Md FOTOGRAFER : Ely Hidayat, Zaini Purba, S.Sos. I DISTRIBUTOR : Riduwan, Sri Astuty Rahmayani, SE DITERBITKAN OLEH : BAGIAN ADMINISTRASI HUMAS PIMPINAN DAN PROTOKOL Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Alamat : Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi Telp. 0621 - 329139 PRACETAK : Bege’s Medan, Senpro78 (Isi di luar tanggungjawab percetakan)
Pembaca budiman. Kembali SINERGI edisi Februari 2012 menyapa dengan liputan yang kami harapkan bisa memancing selera ingin tahu Anda. Kami telah menyiapkan sejumlah rubrik yang kami perkirakan telah lama menjadi perhatian khalayak. Bahkan, menjadi sumber kegelisahan banyak kalangan. Perhatian itu, terkait kegiatan usaha tempat kita menggantungkan hidup. Edisi kali ini mengetengah laporan utama “UMKM Vs Mini Market: Antara Fakta dan Realitas.” Kami berusaha tampil dengan objektif untuk mengupas persoalan ini, dari berbagai sudut pandang dan latar belakang sumber kami. Kami berharap Liputan ini akan bisa jadi referensi bagi semua kalangan dalam memandang soal itu dengan jernih. Kami juga memperkaya SINERGI dengan sejumlah laporan lain, di antaranya kegelisahan akan serbuan produk China (ekonomi), Jamkesmas dan Jamkesda (kesehatan). Ada juga soal prilaku belanja kaum ibu di mini market dan pasar tradisional (wanita). Di rubrik Hukum, Informasi tentang pemberian ASI ibu Ekslusif. Demikian pula pada rubrik Agama, kami mencoba memotret ibadah sholat PNS dikaitkan dengan perilaku kerja mereka. Tak lupa, kami juga menawarkan sebuah sketsa kehidupan para pemulung di sungai Bahilang, kami letakkan di rubrik Sosial. Ada juga kajian menarik soal perubahan iklim (lingkungan hidup), juga manfaat reses (parlementaria) dan peralatan teknis e-KTP yang kupas di Teknologi serta profil seorang anak muda kreatif yang peduli lingkungan. Rubrikasi yang kami sajikan kali ini, jujur saja diakui masih dalam tahap uji coba yang terus menerus dilakukan. Hingga nantinya ma-
jalah resmi Pemko Tebing Tinggi ini bisa tampil lebih menggigit sesuai motto majalah bulanan ini, “Referensi Tebing Tinggi Deli.” Sebagai referensi Tebing Tinggi, kami ingin pembaca bisa terpuaskan, saat seluruh pertanyaan yang ada di pikiran kita masing-masing terhadap suatu topik, terjawab dari hasil pemaparan tim kami yang terus berbenah diri. Akhirnya, inilah persembahan kami untuk khalayak. Kritik dan saran baik lisan dan tulisan selalu kami harapkan guna lebih memperbaiki kualitas majalah kita ini hingga sampai di titik kulminasi kesempurnaan. Salam dari meja redaksi.
Redaksi Menerima Tulisan, Foto, juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan Tanda Pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya Tulisan dikirimkan ke alamat Redaksi Majalah Sinergi : Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi Email :
[email protected]
2
SINERGI FEBRUARI 2012
SURAT PEMBACA
JAJARAN REDAKSI TAHUN 2012
Pimpinan Redaksi AHDI SUCIPTO. SH
Wapemred NURSINTA PASARIBU, S.Sos
Koordinator Liputan Drs. ABDUL KHALIK, MAP
Selamat buat Jajaran Redaksi Baru. Tema Januari yaitu REFLEKSI 2012 sangat menarik perhatian saya sebagai pembaca. Saya yakin, jika penyajian seperti edisi Januari terus dipertahankan, saya optimis majalah Siner-gi dapat saya jadikan Referensi bagi saya dan warga Kota Tebing Tinggi. Saran saya, angkatlah berita-berita yang dapat menjadi tolak ukur bagi pemerintah kota terhadap kepentingan masyarakat, terutama masyarakat yang ada di pelosok di seluruh Kelurahan yang ada di Kota Kita.Terima Kasih. Puspa Sari 0821-6230 xxxx Jl. Gatot Subroto 21
Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI
Jawab : Sip ..terima kasih Puspa , kami dari Redaksi tetap akan berupaya menyajikan tampilan yang menarik bagi para pembaca setia majalah Sinergi. REFLEKSI 2012 merupakan tampilan awal di Tahun 2012. Untuk edisi-edisi selanjutnya, redaksi akan menyajikan tema tema yang tidak kalah menariknya. Kami akan berusaha terus mengupas rubrik rubrik demi kepentingan masyarakat kota Tebing Tinggi. Kepada Redaksi Majalah Sinergi. Saya sebagi pembaca Majalah SINERGI sangat mendukung dengan tampilan dan rubrik rubrik yang baru. Namun saya berharap, majalah SINERGI jangan lagi terlambat terbit. Semoga SINERGI dapat menjadi Refernsi bagi kita semua.Wassalam
Redaksi RIZAL SYAM
Bendahara MIRA SILVIA, A.Md
Redaksi JUANDA
Redaksi KHAIRUL HAKIM, S.Sos
Redaksi M. RAHMADSYAH
Photografer ELY HIDAYAT
Photografer ZAINI PURBA,S.Sos.I
Distributor RIDWAN
Distributor SRI ASTUTI RAHMAYANI, SE
Darmansyah 0821-6513-xxxx Jl.K. F.Tendean Jawab : Terima kasih Darman.sebelumnya mohon maaf jika keterlambatan penerbitan majalah ini sudah membuat pembaca menjadi gerah. Kami akan terus berusaha memberikan yang terbaik,bagi kita semua. Mudah-mudahan majalah SINERGI kita dapat terbit tepat waktu. Untuk kedepan, kita berupaya majalah SINERGI dapat diterima tepat pada awal Bulan dengan tampilan tampilan yang menarik.Semoga.
[email protected] SINERGI FEBRUARI 2012
3
DAFTAR ISI
2 3 5 9 10 11 13 14 16 17 UTAMA UMKM Versus Mini Market ANTARA FAKTA DAN REALITAS “Kebijakan UMKM dualistik,” tegas Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution saat membuka sidang pleno ISEI di Bandung.................
6
PENDIDIKAN Penanganan Buta Aksara, Disdik Maksimalkan Pkbm Tujuan kedua dari Millenium Development Goals/MDGs adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua...
12
4
19 20 21 22 24 26 28 29 30 32 33 34
SALAM REDAKSI SURAT PEMBACA SINERGITAS Dilema
utama
“Saatnya Membentuk Dinas Pasar Lindungi Umkm” “Tukang Cuci Pun Bakal Tergusur” “Kita Concern Mengembangkan Koperasi Dan Umkm”
EKONOMI
Produk Cina di Pasar Kita
kesehatan
Jaminan Kesehatan Warga Miskin
lingkungan hidup
Bersama Hadapi Dampak Perubahan Iklim
wanita
“Pertarungan” Minimarket & Pasar Tradisional
hukum
Dorong Penerbitan Perda ASI Eksklusif
parlementaria Manfaat Reses
“ Aspirasi Yang Tidak Ditindaklanjuti Bisa Jadi Bumerang”
agama bidik pemko olah raga BREAKING NEWS SASTRA BUDAYA opini sosial iptek tepian SINERGI FEBRUARI 2012
SINERGITAS
DILEMA Dilema adalah pilihan yang serba salah. Dilema ini berkaitan dengan tatalaksana pemerintah dalam menetapkan sebuah kebijakan: apakah mendahulukan kepentingan rakyat kelas atas atau membela kepentingan dan aspirasi akar rumput. Lebih spesifik lagi, kebijakan dimaksud adalah izin pendirian mini market yang sudah menusuk ke sudutsudut perkotaan. Letak serba salahnya begini. Kalau izin pendirian mini market dibatasi, maka akan mengurangi pendapatan pemerintah. Padahal penambahan pendapatan diperlukan karena berkaitan juga dengan kepentingan rakyat. Atau bisa juga sebagai bentuk diskriminatif terhadap satu kelompok usaha. Dan, ini jelas tidak boleh. Sementara kalau dibiarkan tumbuh bagai jamur di musim hujan, tentu akan mengganggu perkembangan usaha ekonomi kelas bawah seperti UMKM. Dampaknya jelas, UMKM akan sulit berkembang. Bahkan bisabisa mati sama sekali. Kalau sudah begini, sepertinya terkesan mengorbankan kepentingan rakyat kelas bawah. Di sinilah letak dilematik itu! Begitulah, sektor ekonomi bermodal besar dengan bentuk mini market berlabel Indo Maret sudah tumbuh delapan unit di Kota Tebing Tinggi. Dalam pandangan pegiat ekonomi sektor menengah bawah, kehadiran Indo Maret tentu akan menjadi ancaman buat usaha perekonomian mikro. Cita-cita pemerintah untuk mengangkat tingkat ekonomi usaha mikro hanyalah sebuah impian. Dengan memberikan izin pendirian mini market, berarti pemerintah membiarkan pengusaha kapitalis mencekik sampai mati usaha kecil. Sebab, seperti penegasan Ketua Kadinda Kota Tebing Tinggi, Daniel Sulthan, mini market itu bagaikan gurita yang tentakel-nya mampu membelit usaha kecil hingga tak bisa mengembangkan diri. Seperti tak mau kalah, anggota Komisi II DPRD Kota Tebing Tinggi, Parlindungan Rajagukguk, dengan nada tegas mengingatkan pemerintah supaya tidak memberikan izin pendirian mini market karena sudah over capacity. Menurutnya, ditinjau dari sudut mana pun mini market menjadi rival yang tak seimbang buat usaha mikro dan aneka usaha, apalagi mini market bergerak di segmen yang sama. “ini akan mematikan usaha mikro dan aneka usaha,” tandas politisi dari PDI-P ini. SINERGI FEBRUARI 2012
illustrasi : bege’s untuk sinergi
Dalam kapasitasnya sebagai ketua Kadinda, Daniel tidak hanya berbicara soal mini market versus usaha mikro. Dia lebih jauh meramalkan usaha kapitalis ini akan merambah ke pelbagai sektor dan menghancurkan fondasi perekonomian kelas bawah. Dia mencontohkan, seperti hadirnya usaha laundry profesional, mau tidak mau akan menggilas tukang cuci manual yang berkerja dari rumah ke rumah. “Tukang cuci pun bakal tergusur,” ramal pengusaha muda yang berkibar di bawah bendera Ravi Group. Dalam logika, dilema dapat diatasi dengan teknik menyelinap antara dua tanduk. Maka dilema: dari serba salah, akan menjadi serba benar. Inilah yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Karena bagaimana pun setiap kebijakan yang ditelurkan tentu tidak boleh merugikan kelompok mana pun. Siapa dan apapun dia punya hak untuk hidup. Kadis Koperindag dan UKM, Asmali, menjelaskan bahwa sejak awal sudah dilakukan usaha mengintegrasikan pasar moderen dengan usaha mikro. Ini menjadi sinergi yang ke depan bakal memberikan harapan dan tidak merugikan siapa pun. Tapi, menurut Asmali, sebagaimana instruksi Wali Kota Tebing Tinggi, izin operasional pendirian mini market tidak dikeluarkan lagi. Kalau pun dikeluarkan, itu semata-mata karena mini market juga punya kesempatan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. “Namun, tentu akan menempuh syarat-syarat yang sangat ketat,” ujarnya. (khairul hakim) 5
UTAMA
FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
UMKM Versus Mini Market
ANTARA FAKTA DAN REALITAS “Kebijakan UMKM dualistik,” tegas Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution saat membuka sidang pleno ISEI di Bandung, beberapa waktu lalu. Begitu bunyi salah satu berita di Kompas.com. Meski pernyataan itu sendiri tidak dirinci keterangannya oleh sosok yang menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia itu. Agaknya, pernyataan itu ada benarnya. Perhatikanlah bagaimana besarnya kemauan pemerintah mendukung dinamika mikro, kecil dan menengah alias UMKM. Secara faktual dapat dirasakan getarannya dari pemerintah (pusat hingga daerah) guna mendorong berkembangnya UMKM. Hal itu ditunjukkan pula dengan terus dipertahankannya lembaga Negara setingkat menteri serta departemen dan dinas yang mengurus per6
soalan UMKM dan koperasi. Demikian pula dengan perangkat undang undang yang terus menerus diperbarui, seperti UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, berserta seluruh peraturan yang ada di bawahnya. Puluhan, bahkan ratusan milyar dana negara digelontorkan bagi menggerakkan UMKM. Namun, di sisi lain, kegiatan konglomerasi di sektor ekonomi, ternyata kian hari semakin tak terkendali. Kon-
glomerat ekonomi telah merasuk jauh hingga ke jantung pertahanan masyarakat kecil di pinggiran jalan. Fenomena terbaru mengguritanya konglomerasi, adalah serbuan mini market dan swalayan yang potensial menjadi pesaing pedagang kaki lima dan eceran. Fenomena menggelisahkan itupun, kini menjangkiti ekonomi Kota Tebing Tinggi. Hingga April 2012, jumlah mini market melalui bendera Indo Maret di seluruh Kota Tebing Tinggi, baru berkisar delapan unit saja. Jika tak ada, kebijakan pembatasan, mini market dari label lain, niscaya akan berekspansi juga. Jumlah ini, sebenarnya tidak sebanding, jika diukur dengan keberadaan sektor pedagangan UMKM di kota itu. Dari data Dinas Perindustrian SINERGI FEBRUARI 2012
UTAMA Perdagangan, Koperasi dan UKM, totalnya mencapai 6.171 unit usaha. Bahkan, jika dibandingkan dengan potensi usaha perdagangan yang mencapai 3.969 unit, meliputi perusahaan besar 29 unit, perdagangan menengah 1.022 unit dan perusahaan kecil 2.918 unit. Namun, mini market akan bisa menjadi ancaman, jika bargaining position mereka dihadapkan dengan usaha perdagangan kecil dan aneka usaha (kedai, kios, warung jajanan, PKL dan asongan) dengan total 1.812 unit. Ancaman itu, tentu saja terletak pada kelebihan-kelebihan mini market yang tidak dimiliki pedagang mikro dan aneka usaha itu. “Apa pun alasannya, mini market tidak boleh lagi diizinkan berdiri di Tebing Tinggi,” tegas Ketua Komisi II DPRD Kota Tebing Tinggi Parlindungan Rajagukguk, SE, ketika berbincang suatu ketika, di ruang kerjanya. Alasannya, mini market akan mematikan usaha mikro dan aneka usaha, karena kegiatan mini market bergerak di segmen itu. Dikatakan, saat ini keberadaan mini market di mana pun menjadi problema, karena mengancam usaha mikro. Bahkan, dengan menggunakan strategi ala Mao Tse Tung “desa mengepung kota” mengakibatkan dinamika usaha mikro jadi tak berdaya. “Lihat saja, mereka berada di hampir semua titik masuk ke kota. Padahal, sebagian besar usaha mikro ada di inti kota,” tegas Parlindungan. Kasus ini, tak hanya di Kota Tebing Tinggi, tapi juga muncul di Pematang Siantar, Medan dan kota-kota lain, terangnya. Politisi PDIP itu, mengatakan keberadaan mini market, bahkan swalayan harus dibatasi, dengan jumlah masing-masing tiga unit saja. Juga menyarankan Pemko Tebing Tinggi segera membuat regulasi untuk itu. Menurut Parlin, jumlah mini market serta swalayan yang ada saat ini, sudah over capacity dan Pemko Tebing Tinggi wajib tidak lagi memberikan izin atas usaha sejenis. SINERGI FEBRUARI 2012
Hal senada disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA) kota Tebing Tinggi HM Daniel Sulthan, SE, di ruang kerjanya. Dalam perbincangan panjang, Daniel mengistilahkan mini market sebagai octopussy (gurita) yang lengan usahanya menggapai ke sana kemari, menjangkau semua segmen ekonomi hingga tak menyisakan segmen lain kepada pelaku ekonomi. “Kita harus sadar mini market itu milik pengusaha besar (kapitalis) yang kaya modal, teknologi dan akses,” tegas HM Daniel Sulthan. Dengan sistem franchise (waralaba) mereka mengeruk modal massa dan mengelolanya secara profesional. Dengan sistem demikian, usaha mikro dipastikan mati, jika tidak ada pemihakan kuat terhadap mereka. Model bisnis octopussy itu, tambah Ketua KONI itu, akan berdampak sangat luas. Misalnya, kelak tukang cuci pakaian pun akan mati, karena mereka nantinya mengelola usaha laundry profesional. Tukang kusuk juga akan mati, karena ada spa, sauna dan massage. Bahkan tukang mainan anak-anak sudah lama gulung tikar, karena banjirnya produk mainan anak-anak. Salah satu solusi menghadapi mini market, imbuh Daniel Sulthan, Pemko Tebing Tinggi harus mendukung penuh usaha mikro kedai sampah menjadi mini market swadaya yang tidak terjerat pada model mini market kapitalis. Di samping melakukan seleksi ketat terhadap lokasi usaha mini market agar tidak muncul di antara kegiatan usaha mikro dan aneka usaha. Terkait itu, diskusi bersama Kadis Koperindag dan UKM Kota Tebing Tinggi Drs.H.Asmali, MBA bersama jajarannya, ternyata menorehkan harapan akan adanya sinergi antara UMKM dengan mini market dan swalayan. Keberadaan mini market dan swalayan yang terlanjut ada, telah disikapi dengan upaya mensinergikan satu dengan lainnya. Di samping, dinas sendiri terus menerus memperkuat posisi tawar usaha mikro dan aneka usaha,
yang umumnya di sektor tradisional dalam berhadapan dengan pasar modern. Ada beberapa upaya yang telah dilakukan Diskoperindag dan UKM menyikapi fenomena pasar modern itu. Kebijakan paling urgen yang diambil Pemko Tebing Tinggi, ungkap Asmali, adalah ke depan tidak lagi mengeluarkan izin operasional mini market. “Itu sudah jadi instruksi Walikota kepada instansi terkait, termasuk KP2T,” tegasnya. Kalaupun nanti mendesak untuk tumbuh, karena memang minimarket , juga punya hak hidup, ada ketentuan tidak boleh berada di jalan kelurahan dan kota, tapi harus di jalanjalan utama. Tegasnya tak boleh masuk ke perkampungan. Menurut Asmali, langkah yang sudah dilakukan, sejak awal mengintegrasikan pasar modern dengan usaha mikro dan aneka usaha, melalui kerjasama pemasaran produk UMKM di swalayan. Artinya, pengusaha swalayan memberikan kesempatan kepada UMKM untuk menjual produk mereka di swalayan dengan memberikan standard produk dan kemasan lebih longgar. “Itu sudah dilakukan untuk Ramayana, Great Market dan Irian Supermarket,” timpal Ir. Iboy Hutapea sebagai Kabid Perdagangan Diskoperindag dan UKM. Meski diakui, ada kendala dalam pemasaran, karena kualitas dan kemasan yang tak sesuai standard, barang-barang UMKM di swalayan tak laku di pasaran. “Akhirnya mereka malas memasok barang-barang mereka ke swalayan, karena tak laku,” aku Iboy Hutapea. Lalu, seiring dengan berkembangnya mini market, ke depan juga akan dilakukan kerjasama penjualan, agar produk UMKM bisa dipasarkan di mini market. “Kita akan usaha ke arah sana,” janji Iboy. Tak cukup di situ, Diskoperindag dan UKM juga melakukan sejumlah kerjasama, guna memperkuat posisi tawar usaha mikro dan aneka usaha. Melalui kerjasama pembinaan dengan perguruan tinggi, pengusaha dan membentuk unit khusus. “Kita sudah 7
FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
UTAMA
buat MOU dengan Fakultas Ekonomi USU, APINDO dan memperkuat keberadaan KLIBI,” tegas Asmali. Fakultas Ekonomi USU melalui konsultan Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, Prof.H.Bachtiar Hasan Miraza, DR.Polin LR Pospos akan memberikan konsultasi terkait penanganan dan penataan produk. Misalnya, penataan kemasan sesuai standard industri juga pemasaran secara regional dan nasonal, terang Asmali. Penandatanganan MoU itu sedang dikejarkan agar segera bergerak. ”APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) pun berkenan membantu mengatasi masalah pemasaran,” tegas Asmali. Tak kalah pula harapan dibebankan kepada Klinik Bisnis alias KLIBI yang selama ini jadi lembaga think thank pengembangan UMKM Kota Tebing Tinggi. KLIBI diharapkan mampu melahirkan ide dan gagasan segar bagi pengembangan UMKM di masa mendatang. Terutama dalam bidang pengembangan produk (kualitas barang dan kemasan serta harga bersaing), distribusi produk (kecepatan dan ketepatan merespon pesanan) serta pemasaran (membuka akses pasar di berbagai segmen ekonomi dan sosio geografis). Demikian pula dengan pembukaan sentra usaha mikro dan aneka usaha. “Sudah direncanakan membuka gerai 8
usaha mikro di Terminal Bandar Kajum dan Jalan Gatot Subroto,” imbuh Kadis Koperindag dan UKM itu. Tak cukup sampai di situ, untuk APBD TA 2012 Disperindagkop dan UKM juga bakal mengucurkan dana pinjaman bergulir mencapai Rp1,5 milyar. Dana itu guna mendukung pemodalan usaha mikro, selain juga bantuan peralatan di luar pinjaman bergulir. Tercatat di buku besar APBD TA 2012, dana langsung yang bakal dikucurkan guna mendukung sektor UMKM, perdagangan dan industri mencapai Rp2,270 milyar, di mana alokasi untuk koperasi dan UMKM mencapai Rp1,803 milyar. Namun, benarkah kerisauan demikian, juga kerisauan konsumen? Ternyata dari sejumlah perbincangan dengan masyarakat, pro dan kontra keberadaan mini market mengemuka. Nurjanah, 45, guru salah satu SDN di Kecamatan Padang Hilir, mengatakan terbantu dengan adanya mini market, karena akses untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin dekat dari rumahnya. Menurut ibu dua anak itu, ada sejumlah kelebihan mini market. Pertama, harga relatif murah dan pasti. “Kalau di market kita belanja nggak muncul perasaan takut ditipu. Tapi kalau di pasar biasa (tradisional), seringkali merasa kemahalan apa nggak,” ujar dia. Kedua, kualitas barang terjamin, di samping saat membeli pelayanan bagus dan suasananya nyaman. “Pokoknya jelas jauh beda dari di pajak-pajak itulah,” tandasnya. Saat diterangkan, dampak mini market, warga Kelurahan Bagelen itu hanya tersenyum dan mengatakan, memang seharusnya pemerintah melakukan upaya mengembangkan usaha mereka. “Tapi semua itu menyangkut mental. Kalau mental orang pajak (pasar tradisional) macam sekarang ini, cemana lagi,” imbuhnya. Pemerintah sendiri melalui Peraturan Menteri Perdagangan RI No.53/M-DAG/PER/12/2008 tanggal 12 Desember 2008 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, telah memberi ketentuan, terkait keberadaan unit usaha masingmasing. Misalnya, pada Pasal 3 Ayat 2 Poin (9) berbunyi : Pendirian mini market baik berdiri sendiri maupun yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan atau bangunan lain wajib memperhatikan : a. Kepadatan penduduk, b. Perkembangan pemukiman baru, C. Aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas), d. Dukungan/ketersediaan infrastruktur, dan e. Keberadaan pasar tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil dari pada mini market. Pada akhirnya, semua kisruh antara usaha mikro dan mini market bisa diselesaikan, tergantung polical will pemerintah dalam hal ini Pemko Tebing Tinggi. Kebijakan yang adil dan saling menguntungkan tentu saja diharapkan, agar masing-masing usaha ini, tidak merasa dianaktirikan oleh sistem yang ada. *** SINERGI FEBRUARI 2012
Beberapa anggota Komisi II DPRD, dalam suatu diskusi, berbeda pandangan menyikapi problema mini market. Ir.Alensudin Purba, Mahyan Z Effendi, Wakidi, H. Hasnan Lubis dan H. Syamsul Bahri, sepakat keberadaan mini market harus dibatasi, karena dampaknya menimbulkan keresahan usaha mikro. Selain itu, sudah saatnya Pemko Tebing Tinggi membentuk Dinas Pasar atau semacamnya untuk melindungi dan membina UMKM. “Pendirian mini market harus sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan pemerintah,” tegas Wakidi. Menyontohkan kasus pendirian mini market di Jawa, misalnya jarak mini market dengan pasar tradisional atau waktu usaha yang dibatasi. Namun, mereka belum sepakat soal jumlah dan volume mini market di Kota Tebing Tinggi. “Kalau itu perlu kajian dan survey,” tegas Mahyan Z Effendi. Sedangkan soal jualan produk yang bersaing dengan usaha mikro dan aneka industri, kelima anggota DPRD itu berbeda sikap. Mahyan Z Effendi dan Wakidi, tetap memandang jenis pelayanan yang mereka tawarkan, jadi ancaman serius. “Misalnya, harga jual yang relatif murah, produk baru, keamanan, kenyamanan dan kebersihan. Keunggulan itu tak ada pada usaha mikro dan aneka usaha,” tegas Wakidi, diaminkan Mahyan. Pada posisi jenis pelayanan tambahan inilah, diperlukan regulasi Pemko Tebing Tinggi, tanpa berdampak pada proses mematikan mini market. “Saya kira regulasi itu nantinya harus membatasi jam buka dan tutup mini market, agar tidak bersamaan dengan usaha mikro dan aneka usaha,” tegas Wakidi. Misalnya, buka jam 10.00 dan tutup jam 19.00 setiap harinya. Selain, memSINERGI FEBRUARI 2012
FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
UTAMA
Komisi ii dprd ketika berdioalog dengan para pedagang di ruangan komisi ii dprd kota tebing tinggi
Komisi II DPRD Tebing Tinggi
“SAATNYA MEMBENTUK DINAS PASAR LINDUNGI UMKM” batasi jenis barang-barang yang bisa mereka jual, khususnya pada jenis barang non industri. Demikian juga, dua anggota DPRD lainnya, yakni Ir.Alensudin Purba dan H. Syamsul Bahri, melihat problema mini market itu dari sisi berbeda. “Saya kira ini cuma soal kecemburuan sosial saja,” tegas H. Syamsul Bahri, yang juga Ketua PKPB itu. Menurut Bang Ujang, keberadaan mini market itu tidak harus menggelisahkan, karena konsumen yang datang, sudah terbentuk sejak awal. Dia, menyontohkan sebelum adanya mini market, beberapa toko bisa berkembang, misalnya Toko Ardath di Simpang Stasiun KA atau beberapa toko yang buka 24 jam. Persoalan utama dari kedua usaha ini, terangnya, salah satunya adalah
kelengkapan barang yang dijual. “Orang datang ke toko itu, karena barang di sana lengkap, jadi bukan masalah mini market atau bukan,” imbuh Bang Ujang. Di sinilah sebenarnya kemenangan mini market dan swalayan. Hal itu, ditimpali Ir.Alensudin Purba, mengatakan jika kita mau jujur, semua orang lebih suka belanja di mini market atau swalayan. Tapi, kelimanya sepakat dalam posisi demikian, Pemko Tebing Tinggi memang harus memproteksi usaha mikro dan aneka usaha lainnya, agar tidak tergilas mini market. Salah satu usulan Komisi II adalah, saatnya membentuk instansi yang mengelola persoalan pasar, misalnya dinas pasar atau jenis lainnya, agar penataan pasar jadi baik dan terarah.*** 9
UTAMA
Ketua KADINDA Tebing Tinggi HM. Daniel Sulthan, SE.
“TUKANG CUCI PUN BAKAL TERGUSUR” Mini market atau sejenisnya tidak termasuk dalam kategori usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), tapi merupakan kegiatan usaha kapitalis yang induk usahanya merupakan perusahaan raksasa. Usaha seperti ini, persis seperti Octopussy (gurita) yang punya banyak kaki dan semua segmen ekonomi diambil dan ditarik kedalam dirinya hingga perutnya kelihatan buncit. Bisnis seperti ini adalah rival berat UMKM di setiap daerah. Setiap kali dibukanya mini market di suatu tempat, secara pasti sekira selusin kios-kios usaha mikro yang ada di sekitarnya akan mengalami megap-megap dan berikutnya tenggelam. Bisnis model gurita ini sudah melanda hampir semua aspek perekonomian di negeri ini. Misalnya, tukang cuci yang selama ini banyak bekerja di rumah-rumah warga kaya, akan semakin kesulitan dengan adanya usaha laundry yang professional. Tukang urut juga akan padam, karena kini berkembang bisnis spa, sauna dan massage dengan pelayanan dan fasilitas wah. Tukang mainan anak-anak, juga akan mati pelan-pelan akibat serbuan industri mainan anak-anak. Pertokoan di berbagai kota besar sudah banyak
10
tutup akibat ekspansi plaza yang jor-joran. Bahkan, penjual pisang goreng tak luput dari masalah, karena usaha besar juga merebut kesempatan mereka. Nasib sama juga dialami kedai-kedai di kampung, karena kini lebih banyak didatangi konsumen yang tidak bisa bayar tunai alias utang lebih dulu. Kita heran dengan kebijakan pemerintah untuk menciptakan 4 persen pengusaha Indonesia, tapi tetap membiarkan sistem berorientasi pasar bebas. Sedangkan pertumbuhan pengusaha kecil terhambat oleh pengusaha besar. Contohnya di Sumut saja, kelas pengusaha itu tak sampai 2 persen dari populasi penduduk. Bagaimana di Tebing Tinggi? Jumlah pengusaha dari data Diskoperindag mencapai sekira 6.000. Jika dibandingkan dengan total penduduk sekira 170 ribu jiwa x 4 persen harusnya ada 6.800 pengusaha. Dari data ini, sebenarnya posisi pengusaha Tebing Tinggi sudah baik. Namun, persoalannya upaya Pemko Tebing Tinggi meningkatkan jasa UMKM harus benar-benar selektif. Karena jika terlalu berlebihan akan muncul perilaku kanibalisme (pengusaha satu menghancurkan pengusaha lainnya). Apalagi jika membiarkan pengusaha besar berkedok mini market bebas berbisnis. Ada harapan perilaku bisnis kanibal akan terbuka. Saran saya. Pertama, Pemko Tebing Tinggi sebaiknya mensurvey dulu di mana pengusulan tempat mini market dibuka. Kalau banyak kedai-kedai kecil, jangan diberi. Kedua, membesarkan UMKM kita di sektor usaha kedai sampah menjadi mini market swadaya. Ketiga, menaikkan kelas pengusaha dari mikro ke kecil dan dari kecil ke menengah. Sekarang Kadinda lagi bekerjasama dengan Bank Sumut, BRI, menaikkan kelas ini. Sekarang sudah 16 pengusaha yang kita naikkan kelasnya dari Rp.5 000.000Rp.50.000.000 dan Rp.50.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000. Keempat, Pemko Tebing Tinggi segera mendata ulang pengusaha industri mikro yang usahanya sama untuk disinergikan. Karena banyak pengusaha yang datang ke Kadinda mengadu mitra mereka menjerit karena pesanan tak jalan. Kelima, kita harus lebih masuk ke perangkat lunak (software) UMKM. Banyak masalah yang mereka hadapi di luar teori. Keenam, membuka UMKM Center sebagai pusat bisnis dan pameran produk UMKM, bekerjasama dengan IMTGT agar pemasaran bisa menjangkau luar negeri. Ketujuh, lakukan juga MOU dengan mini market agar produk UMKM bisa dijual secara bebas di counter mereka. ***
SINERGI FEBRUARI 2012
UTAMA
Kadiskoperindag dan UKM Drs.H.Asmali, MBA
“KITA CONCERN MENGEMBANGKAN KOPERASI DAN UMKM” Ada dua visi dan misi Walikota Tebing Tinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan, MM yang langsung menjadi tugas kami. Yakni, misi ke 4, melanjutkan pembangunan Kota Tebing Tinggi sebagai kota jasa yang memiliki produktifitas, inovasi, kreatifitas, dengan berorientasi pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Juga misi ke 6, melaksanakan pembinaan UMKM secara terpadu menyeluruh dan menyejahterakan masyarakat melalui pemanfaatan usaha yang memiliki prospek. Maka secara umum, guna melaksanakan misi itu, ada lima program yang diluncurkan. Pertama, meningkatkan kualitas UMKM untuk memproduksi barang-barang kerajinan tangan dan industri rumahan, melalui pembinaan UMKM. Kedua, mendirikan KLIBI yang bertugas sebagai advisor dan supervisor UMKM untuk meningkatkan kualitas produk, memperlancar produksi dan membantu pemasaran. Ketiga, mengadakan pelatihan guna meningkatkan kualitas UMKM sesuai bidang usaha masing-masing secara kontiniu dan berkesinambungan.
SINERGI FEBRUARI 2012
Keempat, perluasan pelayanan kredit/ pembiayaan bank bagi koperasi dan UMKM yang didukung pengembangan sinergi dan kerjasama dengan lembaga keuangan/pembiayaan lainnya. Keenam, memberdayakan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Dinas sendiri memiliki visi “Dunia usaha yang maju yang berbasis pada perekonomian kerakyatan.” Dengan misi, pertama, mengembangkan industri, perdagangan, koperasi dan UKM berbasis pada ekonomi kerakyatan. Kedua, menumbuhkan pengusaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, ketiga, meningkatkan pelayanan prima aparatur. saat ini total koperasi di Tebing Tinggi sebanyak 212. namun yang melaksanakan Rapat Akhir Tahun (RAT) hanya 52 koperasi dengan jumlah anggota 21.267 orang. Serapan tenaga kerja 133 orang dengan modal sendiri Rp49,373 milyar dan modal luar Rp50,401 milyar. Aset koperasi
mencapai Rp99,774 milyar, volume usaha Rp76,863 milyar dan SHU yang diperoleh pada 2011 Rp10,603 milyar. Koperasi memang harus terus digenjot agar lebih berkembang. Salah satunya dengan mengaktifkan RAT. Potensi UMKM di Kota Tebing Tinggi menurut sektor. Yakni sektor pedagangan 3.408 unit, aneka usaha (warung nasi, kedai kopi, kios rokok, jajanan dan asongan) mencapai 1.812 usaha. Selanjutnya jasa (warnet, hotel, penjahit, dan lain-lain sebanyak 647 unit dan sector industri 304 unit. Total keseluruhan 6.171 unit usaha. Selain itu, potensi industri kecil dan menengah bisa dipaparkan, yakni industri formal 411 unit, non formal 37 unit. Serapan tenaga kerja 4.652 orang, nilai investasi 44,962 milyar dan investasi usaha non formal 655 juta. Potensi perdagangan Kota Tebing Tinggi hingga akhir 2011 dapat digambarkan, perusahaan besar 29 unit, perusahaan menengah 1.022 unit, perusahaan kecil 2.918 unit. Jumlah gudang mencapai 83 unit dengan luas 7.162,25 M2. Sedangkan komoditi eksport, khususnya crumb rubber mencapai Rp107,152 milyar. 2013, ada sejumlah program prioritas yang akan diluncurkan. Pertama, pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM. Kedua, pengembangan sistem pendukung usaha UMKM. Ketiga, peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, keempat, perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan. Kelima, pengembangan industri kecil dan menengah, Keenam, pengembangan kemampuan teknologi industri dan ketujuh, pengembangan sentra-sentra industri potrensial. ( Abdul Khalik ) 11
PENDIDIKAN
illustrasi/net
Penanganan Buta Aksara, Disdik Maksimalkan Pkbm
Tujuan kedua dari Millenium Development Goals/ MDGs adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua. Tujuan ini menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015 semua anak manapun laki-laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling).Untuk mencapai tujuan dimaksud Indonesia berupaya menurunkan angka buta aksara penduduk 15 tahun keatas menjadi 5 % pada tahun 2015 Buta aksara masih menjadi masalah serius dalam struktur masyarakat di Tanah Air. Setidaknya, berdasarkan data dari LIPI, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mencatatat sekitar 12 juta warga negara Indonesia mengalami masalah literasi ini. Hal ini pun seperti berlomba dengan waktu, berbagai usaha dan upaya pun dilakukan untuk mengatasi. Program penurunan buta aksara telah dilakukan melalui pendidikan formal dan non formal,namun perlu adanya penanganan yang lebih sinergis agar dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.Kerjasama lintas sektor perlu lebih diintensifkan untuk dapat diperoleh hasil yang maksimal, karena penurunan buta aksara tidak maksimal jika buta aksara baru terus bertambah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Tebing Tinggi, jumlah warga buta aksara atau keaksaraan 12
fungsional Tebing Tinggi Tahun 2012 di lima kelurahan di Tebing Tinggi yaitu 145 orang laki-laki dan 302 orang perempuan. Sedangkan, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 yang berjumlah 238 orang laki-laki dan 1134 orang perempuan. Angka tersebut memperlihatkan adanya penurunan jumlah buta aksara di Tebing Tinggi. Kepala Dinas Pendidikan melalui Kabid Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan (Disidik) Kota Tebing Tinggi Drs. Joner Sitinjak mengatakan, hingga saat ini Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi terus berupaya meningkatkan penanganan terhadap buta aksara di daerah ini. Salah satunya dengan membentuk kelompok belajar di setiap wilayah kecamatan guna lebih memaksimalkan proses pembinaan kepada masyarakat yang mengalami buta aksara. “Salah satu program untuk meningkatkan penanganan kepada masyarakat yang mengalami buta aksara melalui pembentukan kelompok belajar di setiap wilayah kecamatan dalam bentuk program kegiatan belajar masyarakat (PKBM),” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu. “Penanganan buta aksara adalah suatu program yang terus digalakan pemerintah baik pusat maupun daerah. Tujuannya agar tidak ada lagi penduduk Indonesia yang masih mengalami buta aksara,” lanjutnya. Joner berharap upaya penanganan masalah buta aksara di Tebing Tinggi ini dapat berjalan lancar sesuai target. Karenanya, dibutuhkan peran aktif seluruh elemen masyarakat. Menurut Joner, upaya pembentukan kelompok belajar ini merupakan langkah yang efektif dalam rangka penangan masalah buta aksara di Kota Tebing Tinggi. Kata dia, penanganan buta aksara tidak mudah karena ada beberapa kendala yang membuat proses penanganan ini belum dapat berjalan dengan lancar. “Karena itu kita akan memaksimalkan pergerakkan PKBM disetiap kelurahan, sehingga bisa meminimalisir angka warga buta aksara,” ungkap Joner. Joner menjelaskan bahwa melalui PKBM tersebut, warga akan diberikan kemampuan Keaksaran Dasar dan Keaksaraan Usaha Mandiri. Melalui Keaksaran Dasar tersebut, warga akan diajarkan untuk mampu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan berhitung untuk mengkomunikasikan teks lisan dan tulisan dengan menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia. Keaksaraan Usaha Mandiri merupakan kemampuan atau keterampilan dasar usaha yang dialtih melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermatapencaharian yang dapat meningkatkan keaksaraan dan penghasilan peserta didik, baik perorangan maupun kelompok sebagai salah satu upaya penguatan keaksaraan sekaligus pengentasan kemiskinan. “Setelah mereka menyelesaikan pendidkan Keaksaraan Dasar dan menerima SUKMA, mereka bisa melanjutkan ke Keaksaraan Usaha Mandiri untuk bekal selanjutnya,”jelasnya. (Gusvarice Yusya, S.Sos) SINERGI FEBRUARI 2012
FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
EKONOMI
PRODUK CINA DI PASAR KITA
Tawaran harga miring dan beragamnya pilihan produk adalah keunggulan yang membuat toko di penurunan jalan Sutomo itu tidak pernah sepi. Sebuah boneka beruang berukuran besar yang tengah di gandrungi misalnya dijual hanya dengan harga Rp.80 ribu, di toko mainan di mal boneka serupa dibandrol tak kurang dari Rp.150.000 “ Kalau beli setengah lusin bisa lebih murah ” ujar seorang pramuniaga di toko itu kepada SINERGI. Boneka dan mainan anak, masker, alat tulis, kartu permainan, serta bantal berbagai ukuran yang rata-rata bergambar atau bercorak aneka karakter kartun dan animasi yang sedang naik daun, mulai Shaun the Sheep, Oscar si kadal hingga karakter klasik lain dari Walt Disney, hampir semua produk tersebut merupakan buatan Cina ” kami pesan dari Jakarta ” Kata A Min seorang pegawai toko serba lima ribu di simpang pasar gambir ” untungnya kecil.tapi kalau banyak yang beli jadi lumayan juga ”ujarnya . enggan merinci omzet. produk-produk mainan dan elekronik dari Cina sangat mudah dijual ,kualitas boleh jadi nomor dua,tapi dengan harga murah, perputaran barang SINERGI FEBRUARI 2012
dan uang bergerak lebih cepat sesuai dengan tren di pasar. Lebih Murah Membanjirnya barang-barang impor dari Cina menggembirakan bagi para konsumen. Selain menambah pilihan harganya juga terjangkau. Soal kualitas Mungkin jadi pertimbangan kedua. Gairah di toko itu begitu kontras dengan kelesuan yang di alami produsen tas lokal mereka justru was-was dan dalam ancaman kebangkrutan akibat derasnya serbuan produk cina di pasar local .bea masuk nol persen yang berlaku sejak awal 2010 sesuai dengan kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-CINA (ACFTA) ternyata tak diimbangi dengan kes-
iapan produsen lokal untuk bertarung di arena terbuka ”Dampaknya sangat terasa Pak, Produk kita kalah bersaing, bahan baku mereka umumnya pastik yang membutuhkan teknologi tinggi sehingga proses produksi cepat dan massal, kita kebanyakan bikin produk handmade” kata Suanto produsen home industry tas di komplek Begawan Indah kelurahan Badak Bejuang. ”Jangankan untuk ekspansi,bisa bertahan saja sudah syukur Pak” ujarnya . Produk local lainya yang kewalahan adalah industry furniture di kelurahan Bagelen. ” Saat ini Kami mengalami penurunan omzet yang serius, meubel dan lemari produksi kita dijual dengan harga Rp. 400 ribu – Rp. 600 ribu/unit, sebelumnya produk kita bersaing dengan meubel Olympic yang harganya Rp. 800 ribu/unit, tapi sekarang banyak mebel dari Cina mirip Olympic dijual dengan harga Rp. 400 ribu-600 ribu/unit ” kata Castro seorang pengusaha meubel di Kelurahan Bagelen ”Meski perdagangan bebas bukan berarti semua barang di bolehkan bebas masuk, jika tak dilindungi, usaha kecil di tempat kita akan ludes dan gulung tikar” kata tok saragih pengusaha ijuk di kelurahan lubuk raya .” kita tidak siap, Mudah-mudahan pemerintah bersikap bijaksana”.Demikian tok Saragih berharap. ( Juanda ) 13
KESEHATAN
Bagaimana jaminan kesehatan bagi warga miskin yang bermukim ditepian sungai ?
FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
Jaminan Kesehatan Warga Miskin Minimnya daya tampung peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Tahun 2010 – 1012 bagi warga miskin di Kota Tebing Tinggi menuai persoalan penting. Mengatasi kondisi tersebut , melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) , Pemko Tebing Tinggi telah mengalokasikan anggaran sebesar 4.8 Milyar. Terbitnya Peraturan Walikota (PERWA) No : 2 Tahun 2012 tantang JAMKESDA dianggap sebagai wujud kepedulian bagi warga masyarakat, terutama masyarakat miskin yang tidak terdaftar di JAMKESMAS. Kenyataan tersebut tidak ditampik oleh Kabid Jaminan Dan Sarana Kesehatan, Indriati,SE. Menurutnya, Jaminan Kesehatan merupakan hak dasar setiap individu dan semua warga negara tanpa membedakan tingkat sosial . Pemerintah dan pemangku terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Diruang kerjanya, Senin (23/3) pekan lalu menam14
bahkan, pemberian jaminan kesehatan telah dilaksanakan oleh Pemerintah sejak tahun 2005. Istilah JPKMM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin / ASKESKIN kian popular saat itu. Tetapi sejak tahun 2008, program tersebut berubah nama menjadi sistem pelayanan Jaminan Kesehatan yang dikemas dalam JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat ). Masih Indri, Database makro yang dimiliki pihak SINERGI FEBRUARI 2012
KESEHATAN
MENDAFTAR INDRIATI,SE kabid jaminan dan sarana kesehatan dinas kesehatan pemko tebing tinggi ketika menerima pendaftaran warga miskin dari kelurahan lalang masuk sebagai peserta jamkesda tahun 2012
FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
BPS (Badan Pusat Statistik ) tahun 2005 dengan sistem by name by address oleh walikota / Bupati Tahun 2008 menjadi tolak ukur Pemerintah untuk menetukan jumlah kepesertaan JAMKESMAS. Keterbatasan anggaran dinilai penyebab minimnya masyarakat yang tertampung sebagai peserta JAMKESMAS. Saat itu diharapkan, seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota dapat membuat program yang sama dengan istilah JAMKESDA ( Jaminan Kesehatan Daerah ).” Peserta JAMKESMAS Kota Tebing Tinggi jumlahnya mencapai 23.919 jiwa, jumlah ini masih harus ditambah ”pintanya. Progam pemberian jaminan tersebut merupakan program pelayanan public yang menjadi prioritas kerja duet kepemimpinan Walikota Tebing Tinggi Ir.Umar Zunaedi Hasibuan MM dan Wakil Walikota H.Irham Taufik SH.MAP. Wujud keseriusan tersebut terbukti dengan pengalokasian anggaran sebesar 4.8 Milyar bagi Pemberian Jaminan Kesehatan bagi warga miskin .”berbasis keseimbangan anggaran sebesar 4.8 Milyar dari APBD Tahun 2012 , kami telah menerima peserta JAMKESDA sebanyak 40.000 orang peserta”jelas Indri Namun pihaknya mengakui terus melakukan penyempurnaan terhadap program dimaksud. Tingginya laju tingkat kemiskinan masyarakat merupakan tantangan penting bagi instansi tersebut untuk mewujudkan bentuk pelayanan maksimal sebagai abdi masyarakat. “ kuota peserta JAMKESDA tahun 2011-2012 sebanyak 40.000 telah terpenuhi,dan terdaftar sebagai peserta JAMKESDA , “tambahnya Wanita ini optimis, bahwa Perwa baru tersebut dapat mengayomi kebutuhan kesehatan bagi warga miskin. Melalui JAMKESDA diharapkan, program ini dapat memberikan kontribusi untuk menambah umur harapan SINERGI FEBRUARI 2012
hidup untuk warga kota Tebing Tinggi. Disamping itu, wujud pelaksanaan pelayanan maksimal dapat terbantu dengan adanya peran serta aktif,dari pihak Puskesmas serta jaringan lainnya berupa balai balai kesehatan, Rumah Sakit, serta organisasi kemasyarakatan..” Kami menghimbau kepada pihak tersebut agar memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terlebih warga yang memiliki kartu Peserta JAMKESMAS maupun JAMKESDA atau bentuk Pelayanan Jaminan Miskin lainnya” pintanya. (Rahmadsyah) HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA JAMKESDA HAK PESERTA JAMKESDA
KEWAJIBAN PESERTA JAMKESDA
Peserta berhak atas pe- Peserta wajib membawa layanan kesehatan difasilitas kartu jamkesda setiap kesehatan dasar sesuai ke- akan berobat tentuan yang berlaku ; Setiap peserta berhak Setiap Peserta Wajib Memamendapatkan informasi yang tuhi Peraturan Penggunaan jelas tentang penyakit dan Kartu Jamkesda ; dan perawatannya ; dan Peserta jamkesda berhak memberikan informasi keluhan kepada pelayanan kepeda pengelola jamkesda
Setiap peserta yang langsung berobat pada pelayanan rujukan tanpa dilakukan rujukan oleh fasilitas kesehatan dasar, peserta wajib membayar seluruh biaya berobat tersebut 15
LINGKUNGAN HIDUP
Dengan tubuh penuh peluh, Faras (3 bulan) menangis keras siang itu. Meski pintu depan dan belakang rumahnya terbuka lebar ia tetap merasa tidak nyaman dengan cuaca panas yang mendera rumah tak berplafon itu. Neneng (26), ibu si bayi mengeluhkan cuaca tidak bersahabat yang sering terjadi belakangan ini. ”Kalau sedang panas cuacanya panas sekali, sampai menyengat. Tapi tiba-tiba bisa hujan yang sangat deras,” ujarnya. Menurutnya, beberapa tahun lalu iklim bisa diprediksi. Kalau bulan yang berakhiran ’ber’, mulai dari September hingga Desember biasanya musim hujan. Sedangkan mulai bulan Januari hingga Agustus, lanjut ibu tiga anak itu, biasanya musim panas. Namun, saat ini iklim telah jauh berubah. Perubahan iklim memang bukan merupakan isu baru, dampak dari anomali cuaca juga sudah mulai dirasakan oleh semua bangsa di dunia. Banjir, kekeringan, timbulnya penyakit, gagal panen, merupakan beberapa di antara dampak akibat perubahan iklim. Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Tebing Tinggi Idam Khalid, SKM, M.Kes menuturkan, berdasarkan Hasil kajian IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) perubahan iklim global terjadi karena atmosfer bumi dipenuhi oleh gas rumah kaca (GRK), seperti karbondioksida dan metana, yang dihasilkan oleh manusia. Artinya, aktivitas manusia turut berperan penting terhadap perubahan iklim saat ini. ”Penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas dan minyak bumi merupakan salah satu pemicunya. Kalau di Tebing Tinggi sendiri penyumbangnya adalah asap kenderaan bermotor dan pabrik yang ada di kota ini dan sekitarnya,” jelasnya.
16
FOTO : SINERGI /Jaini Purba S.Sos I
Bersama Hadapi Dampak Perubahan Iklim
SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
Menurut Bapak tiga anak ini, Iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekiitar 0,3⁰ C sejak 1900 dengan suhu tahun 1990-an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1⁰C di atas rata-rata tahun 1961-1990. ”Kenaikan kehangatan dari tahun 1960-hingga 2100 diprediksi akan meningkat sebesar 1,1 – 6,4 ⁰C. Selain itu, curah hujan tahunan juga telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama periode Desember- Februari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun,” tuturnya Dikatakan Idam, pengurangan emisi gas rumah kaca yang sistematis dapat mencegah perubahan iklim, yang dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah kepada ekosistem dunia dan penduduk yang tinggal di dalamnya. ”Berbagai hal dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim tersebut. Dari sisi masyarakat, gerakan menanam pohon, mengurangi pemakaian kendaraan bermotor melalui gerakan sepeda (bike to work), pemisahan sampah di rumah tangga dan kegiatan lainnya setidaknya merupakan upaya nyata untuk menjawab tantangan perubahan iklim,” imbuh beliau. KLH sendiri, jelas Idham, selaku SKPD yang menangani masalah perubahan iklim di Kota Tebing Tinggi memiliki beberapa program yang intinya berbasis pada penghijauan dan pengelolaan sampah dengan prinsip 3 R; reuse, reduce dan recycle. seperti pembuatan
taman hijau, penanaman pohon dan hutan kota. Untuk taman hijau, pada tahun 2011 telah dilakukan di 5 sekolah dan 2 kelurahan. Sedangkan pada tahun 2012 ditargetkan ada penambahan menjadi tujuh sekolah. Sasaran pembuatan taman kota adalah Sekolah Adiwiyata yakni sekolah yang berwawasan lingkungan. ”Untuk hutan kota, saat ini sedang dirintis. Agak sulit juga mencari lahan seluas satu hektar di Tebing Tinggi untuk dijadikan hutan kota. Sebab syarat untuk pembuatan hutan kota adalah lahan seluas satu hektar,” ungkapnya. Menurut Idam, berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007, setiap wilayah harus memiliki ruang terbuka hijau sebanyak 30 %. Di Tebing Tinggi sendiri sebenarnya aturan tersebut masih terpenuhi karena masih banyak lahan tidur dan sawah. Tetapi hanya tersebar di pinggiran kota saja. Selain dari masyarakat dan pemerintah, perusahaan swasta di Kota Tebing Tinggi juga telah berperan aktif dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility ) dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca melalui berbagai pameran dan langkah-langkah konkret lainnya. ”Kami berharap perubahan Iklim tidak hanya menjadi wacana, namun perlu upaya nyata dan konsisten agar kita benar-benar siap menghadapi perubahan iklim. Semoga gerakan antisipasi perubahan iklim bisa menjadi gerakan bagi semua masyarakat,” harapnya. ( Ulfa Andriani, S. Sos )
SINERGI FEBRUARI 2012
WANITA
Seorang Ibu Rumah Tangga Sedang Berbelanja Disalah Satu Sentra Pasar Tradisional FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
“Pertarungan” MINIMARKET & PASAR TRADISIONAL
MINIMARKET & PASAR TRADISIONAL Dewasa ini telah terjadi revolusi minirmarket global yang merambah diberbagai daerah. Tidak hanya di kota-kota besar, gejala ini sudah memasuki kota-kota kecil, termasuk Tebing Tinggi. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan baru, apakah pasar tradisional akan tetap eksis di tengah munculnya puluhan minimarket atau pasar modern sampai ke kota-kota kecil?
SINERGI FEBRUARI 2012
17
WANITA Pesatnya pembangunan minimarket tersebut termasuk di Tebing Tinggi didukung oleh respon positif dari masyarakat yang membutuhkan suatu fasilitas perdagangan, yang dapat melayani berbagai kebutuhan dalam sekali jalan. Selain itu, segala kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanjapun dapat dipenuhi oleh minimarket. Hal inilah yang memicu trend perubahan perilaku belanja masyarakat dari pasar tradisional ke pasar modern. Apalagi minimarket mempunyai range komoditas yang begitu luas mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga barang elektronik. Untuk mengetahui jawabannya, perlu dilakukan sebuah kajian yang mendalam dan komprehensif, namun penulis ingin melakukan kajian sederhana berangkat dari perbedaan yang sebenarnya dirasakan para konsumen utama, yaitu wanita khususnya ibu rumah tangga yang bersentuhan langsung. Astuti (27), ibu rumah tangga yang bekerja di sebuah instansi pemerintah ini mengaku memilih untuk belanja di minimarket dibandingkan menghabiskan waktu berlama-lama di pasar tradisional. Kesibukannya sehari-hari sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga memaksanya untuk bisa membagi waktu sebaik mungkin. ”Belanja di minimarket lebih menghemat waktu dan efesien, saya tidak perlu menghabiskan waktu untuk berkeliling mencari apa yang dibutuhkan,”ungkapnya saat ditemui sedang belanja di sebuah minimarket di kawasan Jalan Sutoyo Tebing Tinggi. Menurut ibu satu anak ini, selain faktor efesien waktu, kecepatan dan kebersihan, keamanan serta lebih bergengsi menjadi deretan alasan mengapa kebanyakan para ibu muda lebih menyukai berbelanja di minimarket dibandingkan dengan toko kelontong pasar tradisional. Karena, manajeman di Minimarket terkelola dengan sistem yang telah dibuat dengan sedemikian rupa dan karyawan yang bekerja dengan bagian yang telah ditentukan. Selain itu, dalam pasar modern, konsumen tidak perlu diperhadapkan dengan kebingungan berapa harga dari setiap produk yang ingin dia beli karena harga telah dicantumkan dalam setiap produk yang mereka tawarkan. ”Karena saya tidak tahu har-
18
ga, saya tidak perlu khawatir harga yang mahal karena masing-masing barang sudah ada harganya,”lanjutnya. Hal yang senada diungkapkan juga Yayan (32) warga Jl. Deblod Sundoro ini. Dia dan keluarganya lebih sering belanja di minimarket dibandingkan di pasar tradisional. Faktor keamanan adalah alasan utama membuat ibu dua anak ini memilih untuk belanja di minimarket. Selepas jam kantor, ia sering mengajak kedua anaknya untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari ke minimarket terdekat seraya mengajarkan kedua anaknya memilih kebutuhan masing-masing. ”Keamanan merupakan indikator penting dan sebagai salah satu penunjang sisi pelayanan. Di dalam pasar modern kita dapat melihat petugas kemanan yangg berjaga-jaga mulai dari minimarket dibuka sampai ditutup kembali. Hal ini membuat konsumen merasa aman dalam berbelanja, hingga di hari-hari berikutnya konsumen akan terus merasa tertarik untuk berbelanja,” ujarnya. Namun, diakuinya keberadaan minimarket tidak semata-mata bisa memenuhi semua kebutuhannya. Ia tetap saja harus ke pasar tradisional untuk membeli beberapa kebutuhan lainnya yang tidak bisa ditemukan di pasar modern. ”Meski lengkap dan banyak pilihan , minimarket hanya pelengkap. Ada beberapa keperluan rumahtangga yang tidak bisa kita temukan di pasar modern,” ungkapYayan. Hingga saat ini, salah satu yang menjadi daya tarik bagi pasar tradisional yaitu harga yang “sedikit lebih murah” dibandingkan dengan pasar modern. Sehingga pangsa pasar tradisional berasal dari semua golongan masyarakat.. Umumnya, Masyarakat dari golongan menengah yang sampai saat ini masih bertahan untuk berbelanja di pasar tradisional. Alasan harga dan banyaknya pilihan barang menjadi pertimbangan para ibu rumah tangga untuk belanja di pasar tradisional. Memang, tidak bisa dipungkiri, jika komoditi yang diperdagangkan dalam pasar tradisional memiliki banyak jenis. Sehingga sesuatu produk yang dibutuhkan oleh pembeli tersedia dalam berbagai jenis dan varians. Tidak jarang masyarakat untuk mencari suatu produk
atau barang tertentu yang menjadi tujuan mereka yaitu ke pasar tradisional. Selain itu, harga suatu produk tidak dicantumkan dalam kemasan produk atau barang sehingga antara penjual dan pembeli atau konsumen terjadi interaksi tawar-menawar dalam menjual dan membeli suatu produk untuk mencapai kesepakatan harga yang diinginkan kedua belah pihak. Atau antara lain antara pihak penjual dan pembeli sama-sama tidak dirugikan. Salah satunya, Yuniwati (35) warga Kelurahan Pasar Gambir ini mengaku untuk kebutuhan sayur, buah, ikan, dan kebutuhan dapur lainnya ia lebih memilih untuk belanja di pasar trasional. Bukan hanya masalah harga, banyaknya pilihanpun menjadi pertimbangan utama. ”Selain bisa tawar-menawar sesuai dengan kemampuan, saya juga bisa memilih jenis dan kualitas barang yang saya inginkan. Tak jarang sering terjadi hubungan silaturahmi baru, ketika kita tawar-menawar harga,” ujar Ibu empat anak yang ditemui saat belanja di Pasar Gambir. Tidak hanya itu, pasar tradisional merupakan suatu pasar yang memiliki lokasi pasar yang strategis karena biasanya berada di dekat pemukiman penduduk. Lokasi yang berada di dekat pemukiman penduduk merupakan unsur yang sangat penting karena lokasi menentukan keefektifan dan keefisienan suatu aktivitas atau dengan kata lain jarak merupakan hal vital dalam penentuan suatu lokasi pasar. ”Lebih dekat dari rumah-rumah, jadi lebih efesien, waktu efektif,” ujar wanita yang bekerja di sebuah perusahaan swasta ini. Persaingan pasar tradisional dan pasar modern, hendaknya menjadi perhatian pemerintah. Perlu adanya peran yang kuat bagi pemerintah untuk membantu pasar tradisional memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki seperti merevitalisasi pasar tradisional, sehingga bisa bersaiang di tengah menjamurnya minimarket di kota ini. Jika hal ini tidak segera dilakukan, bukan tidak mungkin pasar tradisional akan mati oleh deras dan kuatnya persaingan. Dan jika hal ini terjadi, hilang dan lenyap sudah ikon pasar rakyat yang menjadi basis ekonomi rakyat. (Gusvarice Yusya, S.Sos)
SINERGI FEBRUARI 2012
HUKUM
Dorong Penerbitan Perda ASI Eksklusif Beberapa waktu lalu, Peraturan Pemerintah tentang pemberian air susu ibu eksklusif telah disahkan. Terbitnya peraturan ini merupakan jaminan pemenuhan hak bayi dan perlindungan ibu menyusui serta meningkatkan peran keluarga, masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Lalu bagaimana pemerintah daerah menanggapi terbitnya PP No.33/ 2012 ini. Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Kota Tebing Tinggi Drg. Dina Kamarina ketika ditemui Sinergi menanggapi positif terbitnya aturan ini. “Saat ini Tebing Tinggi merupakan salah satu rintisan kota layak anak. Sebab itu terbitnya aturan ini merupakan kabar baik untuk mendukung pemenuhan hakhak anak,” jelasnya. Menurut Dina, salah satu cara untuk menguatkan PP tersebut adalah dengan penerbitan Peraturan Daerah (perda) yang mengatur secara detail tentang ASI eksklusif sehingga tidak ada kendala ketika dijalankan didaerah. “Semua pihak harus mendukung ibu menyusui. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusui dini. Salah satunya dengan menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan. Untuk mengatur ini
semua maka harusnya ada Perda sendiri yang diterbitkan,” ujarnya. Dengan terbitnya Perda ASI,lanjut beliau, bisa diatur mengenai kewajiban dan sangsi . Apalagi adanya keharusan tentang penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan fasilitas umum serta pembatasan susu formula. Sementara itu, Anggota Komisi I DPRD Kota Tebing Tinggi Zulfikar mengatakan, ASI eksklusif merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan tumbuh kembang anak yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini. “Pemberian ASI eksklusif bukan hanya sekedar masalah norma dan kebutuhan saja tetapi masalah masa depan bangsa ini. Anak yang dapat bertumbuh kembang dengan baik merupakan jaminan untuk terciptanya pemimpin berkualitas dimasa depan,” ujarnya. Sebab itu, Zulfikar berjanji akan sesegara mungkin mendorong terbentuknya Perda tentang ASI eksklusif ini. “Secepatnya kami akan membicarakan tentang pembentukan perda ini. Karena selain sosialisasi, memang diperlukan suatu regulasi yang lebih spesifik,” imbuhnya. “Dengan adanya aturan maka dapat dibuat aturan dan sanksi bagi yang tidak menyedikan atau mendukung pemberian ASI eksklusif. Karena selain pemerintah, pihak swasta juga harus turut mendukung karyawannya dalam memberikan ASI eksklusif,” jelas politisi PKS ini. Pada Perda tersebut juga dapat diatur mengenai sanksi yang dapat diberikan kepada tenaga kesehatan dan pengelola
fasilitas kesehatan yang tak berpihak pada kepentingan ibu dan memisahkan ruang perawatan ibu dan anak. Sementara itu, Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Slamet Riyadi Yuwono seperti yang di kutip di Kompas mengatakan bahwa sebagai langkah awal terbitnya PP, pemerintah akan membangun ruang menyusui yang dilengkapi fasilitas menyimpan ASI di kantor pemerintah di 42 kabupaten/kota pada 10 provinsi. Kantor yang diutamakan adalah kantor pemrintha daerah, dinas kesehatan dan pouskesmas. Program lalu dikembangkan ke daerah dan fasilitas umum lain seperti terminal, tempat rekreasi, dan pusat perbelanjaan. Perusahaan swasta juga wajib memberikan kesempatan kepada ibu untuk atau memerah ASI. Sementara itu, Konselor Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Sumut Heri Firdaus menuturkan, pemberian ASI dianjurkan bagi bayi karena memberikan keuntungan yang unik. Bayi yang diberikan ASI setidaknya selama 6 bulan memiliki penurunan resiko terhadap berbagai penyakit akut maupun kronis. Sebab ASI berisi antibodi bakteri dan virus. Selain itu, lanjutnya, anak yang diberikan ASI secara penuh selama 6 bulan atau lebih memiliki kecenderungan untuk memperoleh perkembangan mental yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek dari ASI kemungkinan melindungi anak atau remaja dari kelebihan berat badan. ASI dari ibu yang dietnya cukup imbang dan bergizi akan memasok nutrisi yang sangat diperlukan bayi. “Menyusui juga sangat bermanfaat bagi psikologis ibu maupun bayi dan memberikan pengalaman yang memuaskan bagi keduanya. Ibu yang secara pribadi terlibat dalam pengasuhan bayinya akan memperbesar perasaan berbahagia dan prestasi sebagai ibu yang baik. Bayi diberikan kedekatan hubungan fisik dengan ibu yang baik dan menyenangkan. Menyusui memberikan tambahan kesempatan untuk berkontak rasa yang erat antara ibu dan bayinya,” tuturnya. (Ulfa Andriani, S. Sos)
Drg DINA KAMARINAl KAKAN PEMBERDAYAN PEREMPUAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA (KPPAKB) PEMKO TEBING TINGGI FOTO : SINERGI /Ely Hidayat
19
PARLEMENTARIA
MANFAAT RESES “PERTANGGUNGJAWABAN MORAL DAN POLITIS” Menurut Bapak, Bagaimana bentuk pertanggung jawaban moral dan politis anggota DPRD kepada pemilih dan daerah pemilihannya sesuai amanat uu no 12 pasal 81h tahun 2003. Harus mampu menjadi andalan konstituen dalam menyalurkan aspirasi.jika tidak, konsekuensinya tentu tidak akan mendapat dukungan lagi pada pemilihan mendatang,yang tidak mampu menjalankan amanah sebaiknya tidak mencalonkan lagi. Apa yang di maksud dengan RESES dan bagaimana partisipasi masyarakat? Sebagai wakil rakyat ada banyak cara menjaga komunikasi politik dengan para pemilihnya, salah satunya adalah reses. Bagi setiap (DPRD dan DPR) termasuk DPRD Kota Tebing Tingi, reses merupakan salah satu kegiatan untuk bertemu kembali dengan pemilihnya di daerah pemilihannya masing-masing, reses bertujuan menjaring aspirasi masyarakat dan menyampaikan pertanggung jawaban atas tugas dan wewenang sebagai wakil rakyat. Diskusi atau dialog diadakan di kelurahan atau kecamatan dengan mengundang masyarakat. Apa faktor penghambat komunikasi politik antara anggota DPRD Tebing Tinggi dengan konsituen di daerah pemilihannya pada masa reses? Hampir tidak ditemukan hambatan komunikasi antara anggota DPRD dengan konsituen dalam moment RESES Bagaimana proses yang harus dilalui oleh sebuah aspirasi masyarakat untuk menjadi kebijakan? Pada masa reses ada beberapa hal yang menjadi topic pembahasan, diantaranya kinerja Pemko Tebing Tinggi tentang pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan kesehatan termasuk aspek pembangunan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Setelah selesai mendengar dan menampung aspirasi rakyat didaerah pemilihan, membuat laporan hasil reses. Untuk melengkapi hasil reses dari daerah pemilihan lainnya, mengadakan rapat paripurna, dalam paripurna ini, DPRD Kota Tebing Tingi mengundang Walikota beserta seluruh SKPD untuk mendengar temuan, keluhan, masukan dan problem lain yang muncul saat reses. 20
FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
WAWANCARA MAJALAH SINERGI DENGAN BAPAK MACHYAN ZUHRI EFFENDI SEKRETARIS FRAKSI PARTAI GOLKAR KOTA TEBING TINGGI
Banyaknya aspirasi yang muncul ketika reses,apakah waktu yang terbatas menjadi kendala ? Waktu yang tersedia sudah cukup ideal Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa bertemu masyarakat membawa bantuan tunai secara langsung, Bagaimana bapak menyikapi hal tersebut? Itu merupakan hal yang lumrah, setelah berhasil mendukung calonnya untuk menjadi wakil rakyat, sekarang saatnya memberikan kontribusi.*** SINERGI FEBRUARI 2012
PARLEMENTARIA
“ Aspirasi Yang Tidak Ditindaklanjuti Bisa Jadi Bumerang” SINERGI : Menurut Bapak, Bagaimana komunikasi politik yang harus dilalui oleh aspirasi masyarakat agar menjadi sebuah kebijakan? “Komunikasi yang dilakukan dengan konstituen berupa dialog. mengadakan pertukaran informasi secara langsung dengan tatap muka, sehingga aspirasi yang didapat merupakan aspirasi langsung yang diterima oleh . Dalam dialog tema yang diangkat seputar tentang pembangunan. Masyarakat menginginkan hasil dari pertemuan reses itu adalah sebuah kebijakan tentang persoalan yang mereka hadapi.” Dalam melakukan komunikasi politik untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, anggota DPRD memerlukan dukungan dari masyarakat itu sendiri. Anggota DPRD harus terbuka kepada masyarakat tentang bagaimana mereka menjalankan masukan dari masyarakat. Tidak semua masukan dapat diteruskan menjadi sebuah kebijakan. Hal ini yang perlu ditekankan kepada masyarakat, agar masyarakat tidak merasa selalu dijanjikan kepentingannya untuk direalisasikan. Dalam melakukan komunikasi sebagai bagian dari cara mendapatkan informasi yang baik dari masyarakat, anggota DPRD harus melakukannya secara langsung. Tanpa perantara dalam mendapatkan informasi langsung dari masyarakat dapat memberikan masukan yang betul-betul merupakan keinginan dari masyarakat. Komunikasi interpesonal merupakan bentukan dari hubungan satu kepada satu. Kegiatannya meliputi dialog dan tatap muka antara anggota DPRD dengan konstituennya. Dialog dan tatap muka merupakan bentuk komunikasi yang efektif karena bisa berlangsung timbal balik dan setiap pelaku komunikasi tersebut bisa leluasa menyampaikan ide-ide, dan keinginan-keinginan mereka tanpa dibatasi oleh jarak. Anggota DPRD akan mendapatkan hasil yang maksimal dari percakapan langsung dengan konstituennya. Konstituennya dapat dengan leluasa menyampaikan apa yang mereka inginkan, dengan tidak ada rasa takut akan penyampaian aspirasinya. Tatap muka dan dialog antara anggota DPRD . Selain masa reses untuk bertemu dengan konstituen, ada masa Musrenbang (Musyawarah Rencana PembanguSINERGI FEBRUARI 2012
FOTO : SINERGI / Rahmadsyah
WAWANCARA MAJALAH SINERGI DENGAN Ir. ALENDSUDDIN PURBA WAKIL KETUA FRAKSI BERSATU KOTA TEBING TINGGI
nan) baik di tingkat Kelurahan, Kecamatan, maupun pada tingkat kota. Setelah mendapatkan aspirasi pada saat reses, akan mengawal aspirasi masyarakat pada tingkat Musrenbang. akan dilibatkan pada Musrenbang Kelurahan, Kecamatan, dan tingkat kota. Aspirasi masyarakat akan dibahas pada tingkat Musrenbang yang kemudian akan dilanjutkan oleh Panitia Anggaran Eksekutif dan Legislatif yang akan dibahas menjadi RAPBD (Rancangan Anggaran Perbelanjaan Belanja Daerah) yang kemudian akan menghasilkan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Pada tahaptahap inilah peran untuk mengawal aspirasi masyarakat agar tidak dikesampingkan oleh pembuat kebijakan di tingkat Eksekutif. Perjalanan aspirasi terseok-seok,kita tentunya sangat berharap pihak eksekutif dapat benar-benar menyahuti, menindak lanjuti aspirasi masayrakat yang telah di himpun melalui reses, jika tidak di realisasikan tentunya hal ini akan menjadi bumerang, bagi itu, pada pertemuan kembali dengan konsituen di lain waktu kita bisa mendapat masalah. Banyak kritikan yang ditujukan kepada karena dinilai tidak tanggap dengan aspirasi masyarakat. Rakyat mengkritik secara langsung dengan harapan agar mau bertanggungjawab dengan rakyat. Ketika melakukan kunjungan ke lapangan merupakan momen yang tepat bagi rakyat untuk melakukan kritik secara langsung tentang kinerja yang mewakili mereka di Legislatif. (Juanda) 21
AGAMA
JIKA JAMAAH ZHUHUR PNS
SEBANYAK SHOLAT JUM’AT, NISCAYA FOTO : DOK. SINERGI
Ibadah yang dilakukan pegawai negeri sipil, selama ini hanya dipandang sebagai urusan pribadi dan tak ada hubungannya dengan pekerjaan. Asumsi itu terbukti, dari kurangnya perhatian terhadap amal ibadah PNS disaat mereka bekerja di instansi pemerintahan. Padahal, sudah banyak penelitian dilakukan menunjukkan adanya korelasi positif antara ibadah seseorang dengan nilai pekerjaannya. Paling tidak hipotesis yang bisa dikemukakan, semakin baik PNS melaksanakan sholatnya, maka semakin kecil kemungkinannya melakukan kejahatan atas nama jabatan, seperti perkara KKN (korupsi, kolusi, nepotisme). Postulat dari hipotesis itu, diinspirasi oleh Q.s. Al Ankabut :14 yang secara eksplisit memberikan jaminan mampu mencegah orang-orang yang sholat (mushallin) dari perbuatan keji dan munkar. Bagi PNS (Islam), ada dua waktu sholat yang bisa jadi indikator menilai PNS melaksanakan ibadah atau tidak, selama mereka bekerja. Yakni sholat Zhuhur dan Ashar. Andai saja jumlah PNS yang sholat sebanyak jemaah 22
Jum’at, niscaya akan berkurang kasus KKN di kalangan PNS. “Mungkin asumsi ini naif, tapi harus ada upaya pendekatan agama dalam meminimalisir perilaku negatif PNS,” ujar staf di Bagian Humas PP. Namun, fakta yang muncul, kedua waktu sholat itu seringkali diabaikan penegakannya di kalangan PNS. Paling tidak kasus itu ditemukan di jajaran birokrasi Pemko Tebing Tinggi. Ketua I Majelis Ulama Indonesia Kota Tebing Tinggi Drs.H.Nizar Rangkuti, saat diajak berbincang, Medio kedua Februari, mengatakan setuju jika, ada instruksi Walikota agar PNS beragama Islam melaksanakan zhuhur berjama’ah. “Jika instruksi itu ada, jelas
sesuai dengan visi dan misi Walikota, menjadikan Tebing Tinggi sebagai kota beriman dan bertaqwa,” tegas Nizar Rangkuti. Namun, pelaksanaan zhuhur berjamaah sebagai gagasan, harus terlebih dahulu memikirkan berbagai aspek pendukung, di antaranya sarana ibadah berupa mushalla di setiap SKPD, ” terang Ketua PHBI itu. Ternyata, dari data berhasil dihimpun, hanya ada sejumlah SKPD yang memiliki mushalla representatif. Yakni Sekretariat Pemko Tebing Tinggi, Badan Kesbangpol dan Linmas, Dinas Pendidikan, RSUD dr.H.Kumpulan Pane, Dinas Kesehatan dan Bappeda. Selebihnya, sama sekali tidak memiliki mushalla. “Kebanyakan cuma sholat di ruangan masing-masing,” ujar seorang staf salah satu dinas di komplek Jln. Gunung Leuser. “Kalau itu tak usah gusar, bisa diberdayakan BAZDA Kota Tebing Ttinggi untuk memfasilitasi mushalla SINERGI FEBRUARI 2012
AGAMA di setiap kantor SKPD,” ungkap mantan Sekwan yang dikenal ustadz itu. Alasannya, sebagian besar infaq dan sedekah BAZDA berasal dari PNS. Sehingga tidak masalah, jika dana umat itu mendukung gagasan zhuhur berjamaah. Selain itu, perlu juga diberikan ketentuan khusus kepada PNS wanita soal mode pakaian mereka. “Saya mengusulkan agr PNS muslimah, selain memakai jilbab, juga menggunakan celana panjang dengan pakaian yang dalam, sehingga lebih praktis, jika melaksanakan sholat,” usul Nizar. Di samping, menyarankan pula mengintensifkan pengajian PNS dengan kurikulum terukur. Gagasan Zhuhur berjamaah,
ternyata disambut baik PNS, mulai dari tingkat bawah hingga atas. Staf ADC Walikota Tebing Tinggi Nurmala, mengatakan setuju, jika Walikota membuat instruksi agar PNS sholat Zhuhur secara berjamaah. “Sholat itu kan hak seseorang. Jadi awalnya terpaksa, tapi jika ada instruksi akan mendorong PNS untuk melakukannya dan lama-lama jadi kebiasaan,” terangnya. Hal senada disampaikan Tapip Sunarjo, staf Bagian Umum, yang memandang tak ada masalah, jika memang ada instruksi Walikota. “Meski awalnya terpaksa, tapi lama-lama jadi ikhlas. Harus ada proses belajar,” tegas Tapip. Sedikit berbeda disampaikan KTU Bagian Umum Agusmanto yang
mengingatkan jam istirahat biasanya digunakan PNS untuk pulang makan siang dan mengurus urusan keluarga. Misalnya menjemput anak pulang sekolah. Sedangkan Effendi memandang gagasan Zhuhur berjamaah itu bagus dan bisa dilaksanakan. Dia, mengaku sepanjang 32 tahun menjadi PNS di Pemko Tebing Tinggi, belum pernah terdengar adanya gagasan melaksanakan hal semacam itu. Lalu, jika semuanya setuju soal gagasan ini, semestinya Walikota Tebing Tinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan, MM, bisa merencanakan gerakan zholat Zhuhur berjamaah itu, dari sekarang. Tunggu apa lagi..! (Abdul Khalik)
BREAKING NEWS
FOTO : DOK. SINERGI
DIPERLUKAN PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK Penurunan moral dan keimanan serta ketaqwaan para remaja semakin memprihatinkan. Mengantisipasi kondisi tersebut, peran serta orang tua sangat dibutuhkan agar dapat mengarahkan sang generasi penerus bangsa SINERGI FEBRUARI 2012
dalam pergaulan sehari hari. Demikian kata sambutan Wakil Walikota Tebing Tinggi H. Irham Taufik SH.MAP ketika usai melakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Al Mukhlisin di Kelurahan Tan-
jung Marulak, Kecamatan Rambutan Rabu (21/3) pekan lalu. Alasan tersebut terbukti dari banyaknya remaja yang terjerat kasus penyalagunaan narkotika yang jumlahnya mencapai 100 orang remaja. Dinilai angka tersebut mendominasi dari jumlah narapidana dengan jumlah keseluruhan mencapai 520 an orang. Bahkan 11 diantaranya adalah kaum hawa, termasuk seorang nenek yang kini menjalani proses hukum di Lapas akibat terjerat narkoba. ”Inilah gambaran nyata, betapa sangat dibutuhkannya peran serta kita semua dan terutama para orang tua untuk memantau dan membina serta mengarahkan anak anak dalam bergaul. jangan sampai terjebak dlm pengaruh narkoba, untuk itu sangat perlu remaja kita di tanamkan landasan Agama yg kokoh untuk membentenginya. Dan masjid salah satu tempat untuk pembinaan IMTAQ kita, selain rumah juga berperan aktif,” Ungkap Wako sembari mengucapkan terima kasihnya kepada Panitia Pelaksana Pembangunan masjid siang itu. (Redaksi ) 23
Bidik Pemko
Serangkaian Kegiatan Walikota Ir. H. Umar Zunaedi Hasibuan dan Wakil Walikota Tebing Tinggi H. Irham Taufik, Sh,Map Bersama Tp Pkk Kota Tebing Tinggi Pada Bulan Februari Tahun 2012
24
SINERGI FEBRUARI 2012
FOTO : dok. SINERGI
SINERGI FEBRUARI 2012
25
olahraga
ANGKAT BESI MASIH “BERAT” Hampir tidak dikenali seorang pemuda paruh baya sedang mencangkul didepan gedung olah raga Persatuan Angkat Besi Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia ( PABBSI) tepat didepan Gedung Olah Raga Asber Nasution Tebing Tinggi. Dialah Umar Halim Nasution 31 tahun Putra dari Alm. Asber Nasution atlet angkat besi yang telah mengharumkan nama Kota Tebing Tinggi dan Indonesia di kancah dunia melalui olah raga adu angkat ini. Ketika ditanya kok mencangkul bang, jawabnya yah hitung hitung pemanasan lah bang sebelum latihan rutin, lagi pula memang gedung kita saat ini lagi semak, sambil bersih bersih juga lah, jawabnya. Ketika diwawancara sambil menunjukkan alat Barbelnya Umar menjelaskan apa sebenarnya olah raga Angkat Besi dan Berat serta Bina Raga, berikut penjelasannya: Angkat Besi adalah cabang olahraga yang bersaing untuk mengangkat beban berat yang disebut dengan barbel, yang dilakukan dengan kombinasi dari kekuatan, fleksibilitas, konsentrasi, kemampuan, disiplin, atletis, fitnes, teknik, mental dan kekuatan fisik. Dalam olahraga ini, dikenal ada dua jenis angkatan yang sering dilombakan, yakni angkatan clean and jerk dan snatch. Angkat berat pada dasarnya hampir sama dengan angkat besi, namun bedanya kalu angkat besi barbel diangkat sampai diatas kepala sedangkan angkat berat sampai setinggi lutut saja. Jenis angkatan clean and jerk adalah atlet mengangkat barbel dalam dua tahap. Pertama, mengangkat beban dari lantai sampai batas dada dengan posisi jongkok. Setelah jeda sebentar untuk
26
mengambil ancang-ancang, atlet kemudian mengangkat barbel sampai kedua tangan lurus di atas kepala, dengan posisi berdiri sempurna beberapa detik, sampai juri membunyikan bel tanda angkatan sah. Kedua jenis angkatan ini bisa dilombakan satu per satu, namun juga bisa digabung sehingga rekor atlet adalah penjumlahan beban maksimal dari total angkatan snatch dan clean and jerk Jenis angkatan snatch adalah jenis angkatan langsung tanpa jeda, di mana atlet harus mengangkat beban dari lantai tanpa boleh menekuk lutut sampai kedua tangan mengangkat beban (barbel) lurus di atas kepala dengan posisi berdiri sempurna beberapa detik, sampai juri membunyikan bel tanda angkatan sah. Sedangkan Binaraga adalah olahraga pembentukan tubuh, dengan melakukan latihan beban dan diet protein tinggi secara rutin dan intensif seseorang dapat meningkatkan massa ( bentuk ) otot. Seseorang yang menekuni olah raga ini disebut binaragawan (pria) atau binaragawati
FOTO : SINERGI/Jaini Purba, S.Sos.I
(wanita). Selain menjadi gaya hidup untuk membentuk tubuh sekaligus menjaga kesehatan, binaraga juga dapat dipertandingkan dalam berbagai kontes atau sebagai salah satu cabang olahraga yang kerap dipertandingkan di pesta olahraga seperti Pekan Olahraga Nasional atau Sea Games. Dalam kompetisi, para binaragawan memamerkan otot tubuh mereka dihadapan dewan juri yang menilai penampilan fisik mereka. Dewan juri ini akan memberikan nilai berdasarkan kriteria tertentu; seperti massa otot, simetri tubuh, definisi otot, serta penampilan yang mencakup koreografi/gaya gerakan mirip tarian, musik, dan tema. Otot tubuh ditonjolkan melalui serangkaian proses yang disebut “cutting phase”; serangkaian kombinasi dari pengurangan kadar lemak tubuh, penggelapan warna kulit, pembaluran minyak pada tubuh, ditambah efek penyinaran panggung yang akan membantu dewan juri untuk melihat definisi otot secara lebih jelas. Untuk tingkat dunia, binaragawan berlatih dan bertanding dibawah naungan International Federation of BodyBuilding & Fitness (IFBB), sedangkan untuk tingkat nasional berada dalam naungan Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI). Persatuan Angkat Besi , Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABSSI) Kota Tebing Tinggi pernah berjaya dizaman Alm. Asber Nasution ayah saya sendiri katanya. Sekarang memang tidak seharum dulu namun baru – baru ini Atlit PABBSI Kota Tebing Tinggi masih mampu menyabet 3 medali emas, 4 Perak dan 3 perunggu di cabang olah raga angkat besi serta 1 medali perunggu untuk cabang Binaraga, pada Pekan Olahraga Propinsi Sumatera Utara (Porprovdasu) Tahun
SINERGI FEBRUARI 2012
olahraga 2010 di Medan. Selain itu, saya sendiri Umar Halim Nasution tampil di kelas 94 Kg mampu memecahkan rekor di Porprovdasu 2010 yaitu angkatan snatch 130 Kg dan Clean & Jerk 150 Kg, dengan kondisi ini bahwa atlit PABBSI Kota Tebing Tinggi masih bisa bicara juga lah bang di tingkat daerah namun untuk tingkat nasional apalagi dunia seperti ayah saya dulu agaknya masih berat bang, begitupun kami akan tetap berusaha bang katanya semangat sambil mengelus elus barbelnya. Kalau untuk tingkat propinsi, tradisi juara masih tetap terjaga, hanya memang ada kendala yang cukup berat disini bang, kami kekurangan bibit yang mau dilatih, sekarang yang aktif tinggal 8 orang saja bang, 5 angkat besi, 2 angkat berat dan tinggal 1 orang lah bibit untuk Bina Raga, untuk itu kami mohonkan kepada pengurus KONI dan hususnya Pengcab PABBSI agar lebih gencar lagi mensosialisasikan olah raga angkat besi ini biar semakin banyak atletnya syukur syukur bisa seperti ayah saya dulu. Menutup wawancaranya Umar men-
gucapkan terimakasih kepada kepengurusan KONI dan Pengcab PABBSI selama ini yang sudah memberikan banyak fasilitas, namun demikian kami pernah dipanggil ke Dinas Pemuda dan Olah Raga Budaya dan Pariwisata Kota Tebing Tinggi untuk
diminta data alat apa saja yang perlu ditambah dan di perbarui, mengingat alat dan fasilitas penunjangnya banyak yg sudah rusak, kami sudah ajukan namun hingga saat ini masih belum datang, semoga saja itu cepat terwujud. (Jaini Purba )
Hasil PORPROVSU NO
NAMA ATLIT
ANGKATAN
1.
Umar Halim Nasution
2.
MEDALI YANG DIPEROLEH EMAS
PERAK
PERUNGGU
94 kg
V
-
-
Edy Syahputra
58 kg
V
-
-
3.
Hedi Siswoyo
56 kg
-
V
-
4.
Suyandi
56 kg
-
V
-
5.
Julianto
85 kg
-
V
-
6.
Rubiah
53 kg
-
V
-
7.
Ibrahim Pane
48 kg
-
-
V
8.
Eli Juwita
63 kg
-
-
V
9.
Elvi Anita
60 kg
-
-
V
10. Ibrahim (Baim)
60 kg
-
-
V
Sumber Data : disporabudpar. Pemko Tebing Tinggi
FOTO : DOK. SINERGI
BREAKING NEWS
ANIMO MASYARAKAT SEMAKIN TINGGI TERHADAP PT. BANK SUMUT Keberhasilan PT Bank Sumut memperoleh Penghargaan sebagai THE BEST BUMD OF THE YEAR DAN THE BEST CEO BUMD OF THE YEAR DI TAHUN 2010 akan memberikan man-
SINERGI FEBRUARI 2012
faat terhadap kemajuan Kota Tebing Tinggi. Demikian kata sambutan yang disampaikan oleh Wakil Walikota H. Irham Taufik SH.MAP ketika meng-
hadiri acara pencabutan undian PT. Bank sumut Tahap II tahun 2011, selasa (20/3) pekan lalu di halaman PT. Bank Sumut Cabang Tebing Tinggi di Jl. Dr. Sutomo. Menurut Beliau, peningkatan jumlah nasabah dibank ini semakin bertambah , hal tersebut merupakan fakta bahwa tingginya tingkat animo masyarakat untuk menabung di Bank membuat Bank ini semakin dipercaya. Pesatnya perkembangan dunia perbankan di Kota Tebing Tinggi akan menunjang kemajuan kota . Tingginya perputaran uang menjadi tolak ukur terhadap perkembangan dan kemajuan kota . Dalam kesempatan tersebut, Wakil Walikota juga memberikan ucapan selamat kepada para pemenang .” bagi nasabah yang berhasil memperoleh undian, pergunakanlah hadiah atau uang itu dengan sebaik baiknya” ungkapnya. (Redaksi) 27
BREAKING NEWS
Plt GUBSU dan Walikota Resmikan Kantor Bersama Tzu Chi Kota Tebing Tinggi Plt Gubernur Sumatera Utara H. Gatot Pujonugroho dan Walikota Tebing Tinggi Ir.Umar Zunaidi Hasibuan ,MM meresmikan kantor Bersama Tzu Chi Kota Tebing Tinggi Peresemian yang dihadiri oleh unsur Muspida tersebut berlangsung di Komplek Perumahan Citra Harapan Kelurahan Bandar Sono Kecamatan Padang Hulu Kota Tebing Tinggi. Kegiatan tersebut diawali dengan kegiatan penyekopan sebanyak 3 kali . Kegiatan tersebut dilakukan agar memperoleh keberkahan , kedamaian serta keselamatan bersama, baik tingkat kota maupun tingkat berbangsa dan bernegara. Walikota dalam Sambutan mengatakan, TZU-CHI ini merupakan organisasi kemasyarakatan yg begitu besar yang memiliki peran serta kepada masyarakat secara langsung. Sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, jika melakukan sebuah kegiatan jangan memandang ras. Beliau menambahkan, gedung yang dibangun tersebut merupakan pusat pengolahan jiwa yang bersih sembari melahirkan jiwa yang bersih. “ semoga Yayasan ini semakin maju dan berkembang demi kepentingan masyarakat banyak”harapnya. (Redaksi)
Kunjungan Dr. Helena Cathrine Paris Ke Tebing Tinggi Wakil Walikota H.Irham Taufik SH.MAP diruang kerjanya menerima kunjungan Dr Helena Cathrine Rabu ( 21/3). Wanita berkebangsan Perancis tersebut adalah seorang Alternative Docter khusus dibidang penyalahgunaan narkoba. Didampingi Kabag Humas Pemko Ahdi Sucipto,SH dan Kaban Kesbang linmas Zulfifli B Siregar, pertemuan tersebut
28
membahas tentang pesatnya perkembangan penyalagunaan narkoba serta permasalahannya. Menurut Irham Taufik, tingkat keperihatinan terhadap kasus hukum tertuju kepada penyagunaan Narkoba. Permasalahan hukum ini menurut orang nomor dua tersebut harus menjadi perhatian bersama. Apalagi grafik pelanggaran hukum di kategori ini semakin meningkat . Keprihatinan tersebut semakin bertambah, ketika penyalahgunaan narkoba ini telah merambah dunia anak anak sekolah dan kaum perempuan. Bahkan zona peredaran barang terlarang ini telah merambah kepelosok kampung. ” Sangat ironis sekali, sudut sudut kampung pun telah dimasuki”paparnya Permasalahan ini memerlukan penanganan yang serius khususnya bagi para pengguna narkoba yang telah terjerumus. ”Saat ini banyak penghuni Lembaga Pemasyarakatan dihuni oleh pengguna narkoba dan sebahagian besar adalah kalangan remaja. Mungkin para pengguna narkoba ini perlu menjalani rehabilitasi yang tempatnya telah tersedia di Sibolangit Sumatera Utara guna memutus hubungan para pengguna ini dengan narkoba”, kata Irham Taufik. (Redaksi)
Rsud Dr. H Kumpulan Pane Terima Bantuan Mobil Ambulance Dari Pt. Askes RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Pemko Tebing Tinggi menerima bantuan satu unit mobil Ambulance dari PT ASKES. Acara penyerahan tersebut sekaligus dirangkai dengan penandatangan naskah kerjasama MOU (Momerandum of understanding ) program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) antara Pemko Tebing Tinggi dengan PT. ASKES. Penandatangan MOU yang berlangsung Kamis (16/2) di Aula RSUD Jl.Pendidikan tersebut langsung dilakukan oleh Walikota Tebing Tinggi Ir.H Umar Zunaidi Hasibuan.MM bersama Direktur SDM dan Umum PT Askes, Dr Zulfarman M Kes. Bukan hanya itu, pertemuan yang dihadiri oleh muspida kota itu juga ber – agendakan peresmian Gedung Transfusi Darah dan Central Sterilliz Supply Department (CSSD) milik RSUD Dr.Kumpulan Pane. Walikota Tebing Tinggi H Umar Zunaidi Hasibuan MM menyampaikan ucapan terima kasih kepada PT Askes yang telah membantu dan memberikan 1 unit mobil ambulan demi peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, “Kami merasa bersyukur dengan diberinya 1 unit ambulan dengan cara merawat dan memanfaatkannya untuk kepentingan masyarakat, sebab kita masih banyak membutuhkan biaya untuk melengkapi peralatan RSUD ini, tidak akan ada pelayanan yang optimal bila peralatan tidak lengkap, ke depan, kita akan mendapatkan bantuan dari pusat sebesar Rp 5 miliar”, ujar Umar Hasibuan. (Redaksi)
SINERGI FEBRUARI 2012
FOTO : SINERGI/ Rahmadsyah / Jaini Purba
SASTRA BUDAYA
ZIKRI SIKUMBANG,BA PENULIS DAN PELATIH TEATER DI TINGKAT SD,SLTP DAN SLTA KOTA TEBING TINGGI
MENYAMPAIKAN PESAN MELALUI PERTUNJUKKAN RAKYAT Seni Pertunjukkan Rakyat (Petra) yang saat ini masih berkembang, dalam pementasannya masih banyak dilakukan secara “improfisatoris” (secara spontan). Di sela-sela Pertunjukkan Rakyat (Petra) selalu dengan mudah dapat diselipkan “informasi” atau “pesan khusus”. Ataupun sindiran dan kritik yang terlontar untuk kemajuan yang bersifat membangun. Setiap pementasan seni Pertunjukkan Rakyat (Petra), baik seni pertunjukkan rakyat tradisi maupun seni pertunjukkan rakyat nontradisi, ceritacerita yang dihidangkan pastilah mengandung pesan, nasehat, suri tauladan, kritik, dan anjuran. Untuk mempersiapkan suatu pementasan seni Pertunjukkan Rakyat, langkah pertama adalah menyiapkan lakon (cerita yang disusun untuk dipertunjukkan). Namun, menurut salah seorang Kasubag di Bagian Humas Pemko Tebing Tinggi, Petra itu dimaksudkan untuk mensosialisasikan kebijakan pemerintah lewat media pertunjukan rakyat. “Inilah tujuan Petra sesungguhnya,” paparnya. Memperlajari lakon berarti berusaha menganalisa lakon tersebut. Menganalisa strukturnya, guna mendapatkan nilai-nilai dramatiknya, serta menemukan kemungkinan untuk mengungkapkan nilai teatrikalnya dalam bentuk visual di atas panggung. Sebuah lakon yang baik, artinya memenuhi syarat untuk dapat dipertunjukkan ialah apabila lakon tersebut : “playable” (dapat dimainkan). Hal ini dilihat dari segi teknis untuk keperluan dipanggungkan. Naskah lakon yang memenuhi syarat, baik struktur maupun kemungkinan untuk dimainkan disebut “ well made play”
SINERGI FEBRUARI 2012
(Naskah lakon yang siap untuk dapat dimainkan, siap untuk dipertunjukkan ). Tolak seni Pertunjukan Rakyat (Petra) dalam hal ini “Seni Drama” adalah karya sastra yang berbentuk lakon. Untuk mewujudkan lakon tersebut dalam bentuk visual di atas panggung. Sebagai suatu karya seni Pertunjukan Rakyat (Petra), diperlukan seorang seniman yang disebut Pengatur Laku (Sutradara). Karya sastra (Lakon) yang semula bersifat verbal, kemudian akan diwujudkan dalam bentuk yang bersifat visual. Karena sang sutradara setelah menafsirkan isi dan makna, kemudian mencari nilai teatrikalnya untuk disampaikan dalam bentuk visual. Dalam hal yang paling sulit adalah menyelipkan pesan. Hal ini disebabkan karena sebenarnya setiap cerita yang dihidangkan selalu mengandung pesan, nasehat, kritik, saran, hanya setiap pengarang selalu cerdas penyampaiannya dengan sangat arif. Sering penuh dengan symbol dan kiasan, hampir nyaris tak tertangkap oleh para penonton. Dalam pembicaraan kami dengan Kabag Administrasi Humas Pimpinan dan Protokol Setdako Tebing Tinggi Ahdi Sucipto, SH memberikan tanggapan tentang Pertunjukan Rakyat (Petra). Pemko Tebing Tinggi selalu memberdayakan
kelompok Petra Kota Tebing Tinggi untuk ditampilkan dalam setiap perlombaan yang di adakan oleh Dinas Kominfo Provsu. Menyampaikan pesan, baik itu informasi tentang kebijakan, program, kegiatan pembangunan lebih efektif dilaksanakan melalui Petra. “Kita selalu menang dalam setiap perlombaan. Baik provinsi maupun regional,” ujarnya. “Tahun 2010 kita juara I tingkat Provsu. Dan tahun 2012 ini kita mendapat juara II tingkat Propinsi. Juara pertama tingkat provinsi pernah kita raih tiga kali. Sementara tingkat regional di Kota Malang meraih juara I sebanyak satu kali. Terakhir beberapa tahun lalu lomba tingkat Regional di Kota Jogjakarta meraih juara III,” ujar Ahdi Sucipto di ruangan kerjanya baru-baru ini. Melihat secara langsung lomba Petra tingkat Propinsi dan tingkat Regional yang pesertanya dari tiap-tiap daerah, banyak masukan dilihat untuk sebagai bahan evaluasi. Selesai lomba kita memberikan saran untuk ke depan, tujuannya agar peserta Lomba Petra tidak merasa kecewa, kepada dewan juri memberikan kriterianya harus konsekwen dan tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun. “Contohnya, satu daerah menampilkan Petra tradisional, diiringi dengan musik modern yaitu keyboard. Rasanya tidak sesuai dengan lakon dengan pesan yang disampaikan, untuk ini dewan juri harus jeli,” sambut salah seorang seniman Kota Tebing Tinggi, yang ikut dalam pembicaraan itu. Adapun kendala yang dihadapi di Kota Tebing Tinggi, berkaitan dengan Petra adalah tentang keberadaannya. “Sudah tidak seperti dulu,” lanjut seniman senior teater itu lesu. Padahal kegunaan Petra itu sudah jelas, dapat digunakan sebagai terompet pembangunan sehingga masyarakat langsung mengetahui informasi tentang pembangunan di Kota ini. Menurut seniman yang tak mau disebutkan namanya ini, hal ini terjadi akibat salah satu faktor, yaitu pertama, kurangnya minat dari generasi muda untuk berkecimpung pada kelompok Petra dan kedua, kurangnya event perlombaan Petra di Kota Tebing Tinggi. “Kita memerlukan bibit-bibit muda sebagai tonggak estafet eksistensi Kelompok Group Petra di Kota Tebing Tinggi,” tandasnya mengakhiri pembicaraan. ( Zikri Sikumbang BA / Hakim )
29
opini
PERCEPATAN JALAN TOL
KUALA NAMU - TEBING TINGGI OLEH : H. IRHAM TAUFIK UMRI, SH, MAP
S
indiran tajam yang amat menggelitik hati, dimuat Harian Waspada (22/02-12) pada kolom serampang dengan untaian kata : “bangun jalan tol ......? Mimpi ngkali, he...he...he..... Sindiran itu sudah bisa ditebak ke mana arah yang dituju. Karena di atas “kolom serampang” halaman satu terpampang judul berita : Tol trans Sumatera akan dibangun. Dalam ulasan berita itu Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk Adityawarman menjelaskan tiga Provinsi yang paling siap merealisasikan pembangunan jalan tol yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat serta Sumatera Selatan. Kesiapan ketiga Provinsi tersebut ditunjukkan dengan penyampaian studi kalayakan, meskipun belum detail. Sementara Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam pertemuannya dengan 10 Gubernur se-Sumatera dan PT Jasa Marga di Palembang memberikan dukungan sepenuhnya untuk percepatan pembangunan jalan tol Trans Sumatera. Dalam pertemuan itu Plt Gubernur Sumatera Utara H. Gatot Pujo Nugroho, ST pada telah mengusulkan empat ruas jalan tol untuk menjadi prioritas di wilayah Sumatera Utara. Keempat ruas jalan tol tersebut adalah : ruas Kuala Namu – Tebing Tinggi sepanjang 35 kilometer, Medan – Binjai sepanjang 15,8 km, Tebing Tinggi – Sei Manke sepanjang 50 km, Sei Mangke – Kuala Tanjung sepanjang 25 km. Khusus Kuala Namu – Tebing Tinggi pembebasan lahan baru terealisasi 54 %. Impian Rencana pembangunan jalan tol di wilayah Sumatera Utara sangat menggembirakan hati masyaraakat 30
H. IRHAM TAUFIK UMRI, SH, MAP
Utara diberikan kesempatan menguasai saham terbesar dalam pembangunan kedua ruas jalan tol tersebut yang menelan biaya Rp. 5.8484 triliun.. Perkembangan berikutnya beberapa kali Departemen Pekerjaan Umum sebagai pemegang otoritas pembangunan jalan tol melakukan tender. Disebutkan beberapa investor luar negeri berminat membangun tol Medan – Binjai, Medan – Tebing Tinggi seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Malaysia dan sebagainya. Akan tetapi ketika proses tender dilakukan, tidak ada satupun investor yang mendaftar. Babak berikutnya baru tol Kuala Namu – Tebing Tinggi yang dimulai pembangunannya dengan pembebasan lahan sepanjang 35 kilometer. Menurut penjelasan Plt Gubernur Sumatera Utara baru 54 % pembebasan lahan terealisasi.
Sumatera Utara. Masih segar dalam ingatan kita rencana pembangunan tol Medan – Tebing Tinggi serta Medan-Binjai sudah dimulai sejak tahun 2005 atau 7 tahun yang lalu. Rencana mega proyek berskala nasional yang amat didambakan rakyat Sumatera Utara itu terus menerus sebatas rencana. Namun,hasilnya belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Oleh karena itu sangat wajar harian Waspada mengkritik dengan sindiran tajam, karena pembangunan jalan tol di wilayah Sumatera Utara ibarat “impian yang tidak pernah terwujud dalam kenyataan”. Pada tahun 2008 yang lalu betapa gencarnya Gubsu H. Syamsul Arifin melakukan lobi ke pemerintah pusat. Bahkan Gubsu langsung membahasnya bersama Jusuf Kalla (Wapres masa itu). Hasail pembicaraan diputuskan Sumatera
Mendesak Pembangunan ruas jalan tol di wilayah Sumatera Utara sudah sangat mendesak untuk segera dilaksanakan. Apalagi Pemerintah pusat telah menetapkan Provinsi Sumatera Utara sebagai “koridor ekonomi” kawasan Sumatera yaitu Master Plan Percepatan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP 3 I) yaitu kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke. Tentu saja, kebijakan pemerintah pusat ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara melejit pesat yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di samping untuk kemajuan ekonomi, kehadiran jalan tol tidak bisa dipisahkan dengan keamanan, kelancaran dan ketertiban lalu lintas. Fenomena situasi perlalulintasan di daerah Sumatera SINERGI FEBRUARI 2012
OPINI Utara tidak beraturan bila dibandingkan dengan pulau Jawa. Salah satu penyebab terbesar adalah sempitnya badan jalan yang digunakan oleh pengguna jalan raya. Pelebaran jalan dilakukan hanya sebagian kecil, seperti Medan – Perbaungan. Selebihnya jalan raya kita kondisinya masih tetap seperti era sebelum kemerdekaaan. Tidak ada pelebaran badan jalan. Yang terjadi hanya perawatan, ditempel kalau berlobang atau hanya pelapisan badan jalan yang ada. Padahal jumlah kenderaan roda empat, khususnya roda dua dari tahun ke tahun terus meningkat secara drastis. Artinya penambahan jumlah kenderaan tidak sebanding dengan pembangunan dan pelebaran jalan. Macet dan laka lantas Ketidakseimbangan jumlah kenderaan yang melintasi jalan raya, dengan badan jalan yang sempit, membawa implikasi terjadinya kemacetan yang luar biasa. Lebih ironis lagi frekuensi kecelakaanpun menjadi tinggi. Sebagai contoh, jika kita lakukan observasi langsung menelusuri perjalanan dari Tanjung Morawa ke Tebing Tinggi betapa padat dan ramainya arus lalu lintas sepanjang jalan yang dilalui. Kita dihadapkan situasi jalan macet dan sangat rawan terjadinya kecelakaan. Dituntut kewaspadaan dan kehati-hatian bagi pengemudi melintasi ruas jalan ini. Jalur Tanjung Morawa - Perbaungan badan jalan memang lebar, dengan dilapis hotmix, akan tetapi karena pengguna jalan tidak dan kurang disiplin mereka seenaknya menggunakan jalan sesuai dengan keinginananya, tanpa memikirkan dampak perilakunya itu. Terjadilah kesemrawutan lalu lintas yang luar biasa, kenderaan roda empat terlebih-lebih sepeda motor menguasai badan jalan. Mereka seakan tidak peduli dengan pengguna jalan lainya, memacu kenderaan dengan kecepatan tinggi, menyalip kenderaan roda empat dari sisi SINERGI FEBRUARI 2012
kiri yang sangat berbahaya. Jika terjadi kemacetan mereka tidak sabar menunggu, tetapi tetap mencari jalan menerobos kenderaan di depannya bahkan trotoar dan jalanan rumput dekat paritpun dilaluinya. Pokoknya, mereka ingin secepatnya keluar dari kemacetan itu. Kondisi tersebut menunjukkan kepada kita semakin menipisnya etika berlalu lintas di kalangan masyarakat pengguna jalan. Berbeda dengan jalur Tanjung Morawa – Perbaungan dengan badan jalan yang sudah lebar, kondisi jalan Perbaungan – Tebing Tinggi lebih parah. Sepanjang jalan tetap akan dijumpai kemacetan yang menyebalkan pengguna kenderaan, karena sempitnya badan jalan. Titik kemacetan yang normal terjadi berada di Kota Perbaungan, sepanjang ruas jalan bengkel pusat pemasaran hasil kerajinan rakyat. Selanjutnya, memasuki Kota Rampah dan dan Kampung Pon. Sempitnya badan jalan mengakibatkan hanya dua kenderaan yang dapat mengisi bahu jalan. Dampaknya kenderaan berjalan perlahan-lahan, terlebih truk kontainer dan bus besar yang konvoi, kecepatan mobil hanya bisa dipacu 30 – 40 km perjam. Lambannya jalan kenderaan kemudian diiringi kemacetan, juga mengakibatkan gangguan kejiwaan (stress) akan dialami para pengemudi kenderaan. Belum lagi mobil ambulance luar kota dari Tapanuli, Pematang Siantar, Tebing Tinnggi dan lain-lain membawa pasien yang kritis untuk segera diberi pertolongan secepatnya di Medan terjebak macet. Bisabisa pasien kritis tersebut meninggal sebelum mendapat pertolongan. Di samping sempitnya badan jalan, jalur jalan Perbaungan – Tebing Tinggi sangat rawan kecelakaan lalu lintas (laka lantas). Bisa dikatakan jalur ini merupakan “jalur maut”. Artinya frekuensi kecelakaan lalu lintas cukup tinggi. Tingginya laka lintas dapat dilihat dari data Polres Serdang Bedagai, tahun 2011 laka lantas di
wilayah itu sebanyak 435 kasus dengan perincian 113 orang meninggal dunia, 179 luka berat serta luka ringan sebanyak 622 orang. Sedangkan di wilayah Polres Tebing Tinggi, laka lantas 280 kasus, meninggal dunia 77 orang , luka berat 152 orang dan luka ringan 365 orang. Dengan demikian angka korban laka lantas yang meninggal dunia jalur Perbaungan – Tebing Tinggi sebesar 188 orang/tahun. Angka yang cukup fantastis! Killing field Bertitik tolak kepada situasi dan kondisi jalan raya Tanjung Morawa – Tebing Tinggi, pembangunan jalan tol Kuala Namu – Tebing Tinggi merupakan suatu keniscayaan dan prioritas utama segera diwujudkan. Jangan biarkan ruas jalan Tanjung Morawa – Tebing Tinggi sebagai “the killing field’ (ladang pembantaian manusia). Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menyediakan fasilitas publik bagi keamanan dan kenyamanan mereka. Bukankah penyediaan fasilitas jalan raya merupakan salah satu hak asasi yang melekat pada publik? Oleh karena itu diperlukan komitmen yang sungguh-sungguh dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk menyegerakan realisasi mega proyek yang sangat vital bagi kehidupan masyaraka Sumatera Utara ini. Selain itu, diperlukan partisipasi aktif stakeholders lainnya seperti perkebunan milik pemerintah, perkebunan swasta dan masyarakat yang terkena lahannya untuk dibebaskan. Khusus pihak perkebunan swasta serta masyarakat diharapkan mengerti dan memahami makna dan hakekat pembangunan tol ini. Dengan perkataan lain, tidak mengambil kesempatan untuk mengeruk keuntungan besar bagi pembebasan lahan, karena proyek ini dibangun untuk kepentingan bersama dan menjadi aset bersama. Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Al Hikmah Kota Tebing Tinggi 31
FOTO : SINERGI /Jaini Purba S.Sos.I
SOSIAL
Terlihat Dua orang bocah Sedang mengais rezeki di pinggiran sungai yang baru dikeruk
REZEKI ADA DI MANA-MANA Masa kini, ketika orang banyak sedang menghadapi situasi yang tidak diketahui kapan akan terjadi perubahan, keadaan pasar sudah mulai terlihat akan terjadi kenaikan harga-harga kebutuhan harian. Keadaan seperti ini biasanya akan melahirkan sesuatu di luar kebiasaan umum. Dan bermuara kepada ketegangan yang dapat menimbulkan seseorang menjadi lebih memilih kepada sesuatu yang lebih ringan untuk dikerjakan. Yang terpenting bagi mereka yang berfikir secara singkat, memilih suatu pekerjaan yang tidak memerlukan biaya untuk modal usahanya. Cukup hanya menggunakan alat sekedar untuk mencangkul dan ayakan. Begitulah, beberapa warga Kampung Bicara Tebing Tinggi, dengan semangat terjun ke dalam Sungai Bahilang yang sudah terlihat dangkal akibat mengalami pengerukan, dan sudah terlihat bagianbagian dasarnya dengan mudah. Mereka mulai bekerja di dalam sungai sejak pukul 8.00 pagi hingga sore hari. Mereka istirahat untuk makan dan minum serta merokok. Beberapa menit kemudian langsung mereka kembali ke dalam sungai untuk mencari apa saja yang mereka peroleh dari dalam sungai. Keberuntungan yang mereka dapat terkadang di luar perhitungan kita. Pernah mereka dapati cincin emas beberapa
32
gram. Belum lagi, misalnya besi berupa potongan tembaga atau perak. Ketika kita tanyakan kepada seorang wanita yang ternyata istri salah seorang yang bekerja di dalam sungai itu memberikan jawaban, kami sudah lebih dari satu minggu di sini. Dan Alhamdulillah, hasilnya selama ini mencukupi kebutuhan harian kami. Memang tidak diceritakannya berapa kebutuhan harian rumah tangganya, namun jawabannya menunjukkan ada kepuasan sejak suaminya menjalani usaha mencari rezeki di dalam Sungai Bahilang ini. Rezeki yang dicari dengan sungguh-sungguh akan mendapat hasil yang baik. Dengan demikian usaha seperti yang dilakukan mereka itu merupakan suatu yang memerlukan keberanian dan mental yang tinggi. Betapa tidak, setiap orang yang lalu di titi jalan Iskandar Muda sudah pasti akan melihat mereka, tapi mereka tetap saja melakukan apa yang mereka cari dan dapatkan. Seolah tak penting apa kata orang. Karena semua orang akan berbuat apa yang mereka bisa lakukan. Iya kan ? Begitulah salah satu cara orang untuk menghidupi keluarganya agar tidak
menjadi lapar. Bisa sekolah dan sebagainya serta menjadikan anak-anaknya kelak menjadi lebih baik. Lain lagi seorang yang bernama Pak Amat, yang dulunya dikenal sebagai penarik becak. Kini mungkin karena usianya lebih lanjut dan tenaganya sudah tak mampu lagi mengayuh becaknya. Ia merubah cara mencari rezeki dengan memulung barang-barang gelas plastik yang bertebaran di jalan-jalan bekas orang meminumnya. Seharian ia melangkahkan kakinya menyusuri jalan sepanjang kota ini. Dengan berbekal goni plastik tempat botol atau gelas yang didapatnya di jalan, ia dengan tenang menjalani hidup ini. Sesekali ia terlihat merunduk dan mengambil gelas plastik yang didapatnya, lalu dimasukannya ke dalam goni yang dibawanya. Begitulah ia lakoni hidup ini, seolah tidak ada persoalan yang perlu menjadi pemikirannya. Semua perlu dilakukan demi menghidupi keluarganya. Apa kata orang tentang perbuatannya, tak satupun yang menyenangkan pikirannya. Semua seolah merendahkannya, namun ia tak pernah menyikapinya dengan melawan. Ia tetap dengan apa yang kini dilakukannya. Ketika ia kita tanyakan berapa pendapatannya sehari, ia tak mau memberikan jawaban yang tetap. Namun, sambil tersenyum manis ia katakan cukup hidup berdua dengan isteri di rumah. Sudah berapa lama ia kerjakan ? Sudah beberapa tahun ini, sejak tidak lagi mengayuh beca dayung. Begitulah warga kita ini dalam menghidupi keluarganya yang menjadi tanggung jawabnya. Baik di dalam sungai atau di jalan raya masih ada rezeki mereka dapatkan. Pekerjaan yang dilakukan ini merupakan wajah kota kita dalam kesehariannya, begitu kita dapatkan. Tinggal lagi bagaimana para pembuat kebijakan kota ini dalam menghadapi seperti ini. Betapa hati kita terenyuh, kalau kita melihat mereka yang suka-suka hoga dalam menjalani hidup ini. Dan betapa para pengangguran yang mengeluhkan nasibnya. Tak punya pekerjaan tanpa keterampilan lagi. Bagaimana? Begitulah keadaan kota kita di antara mereka yang mencari rezeki dengan menceburkan diri ke sungai dan berjalan sepanjang jalan raya dalam kesehariannya. Masih bisakah bicara tentang kota yang sejahtera ? (Rizal Syam)
SINERGI FEBRUARI 2012
IPTEK
FOTO : ILUSTRASI NET
IPTEK
BIOMETRIC TECHNOLOGY FOR THE BETTER LIFE Boleh jadi dibeberapa orang terdengar asing memang istilah Biometrik, namun teknologi ini cukup membantu dalam pengumpulan data dari seseorang, karena dalam teknologinya biometrik dapat mengumpulkan informasi unik yang ada pada seseorang dan berbeda dengan orang lain . Biometrik itu sendiri berasal dari bahasa Yunani bios yang artinya hidup dan metron yang artinya mengukur. Secara umum adalah studi tentang karakteristik ( ciri-ciri ) biologi yang terukur. Dalam dunia teknologi informasi, biometrik relevan dengan teknologi yang digunakan untuk menganalisa fisik dan kelakuan manusia . Pengidentifikasian biometrik sangat khas, karakteristik yang terukur digunakan untuk mengidentifikasi seseorang. Dua kategori pengidentifikasi biometrik meliputi karakteristik fisiologis( tubuh / anggota badan ) dan perilaku. Karakteristik fisiologis berhubungan dengan bentuk tubuh, dan termasuk sidik jari, pengenalan wajah, DNA, telapak tangan, geometri tangan, pengenalan retina, dan bau/aroma. Karakteristik perilaku terkait dengan perilaku seseorang, termasuk namun tidak terbatas pada:Ritme mengetik, kiprah, dan suara. Kurun dua tahun terakhir ramai dibicarakan tentang e-KTP atau Kartu Tanda Penduduk Elektronik, Jefri Sembiring selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tebing Tinggi dalam wawancaranya menjelaskan apa dan bagaimana KTP ini dibuat, dan teknologi apa yang diterapkan, berikut sedikit penjelasannya: 1. Dalam pengumpulan data dari penduduk, pembuatan e-KTP menggunakan Pemindai ( scaner ) Biometrik. Pemindai biometrik adalah alat yang menggunakan data biometrik untuk mengidentifikasi individu berdasarkan pengukuran karakteristik fisiologis seseorang.. Karakteristik fisiologis( fisik / anggota badan ) ini memberikan kemampuan untuk mengontrol dan melindungi integritas/ keutuhan data sensitif yang tersimpan dalam sistem informasi. Biometrik merupakan suatu metode komputerisasi yang menggunakan aspek-aspek biologi terutama karakteristik unik yang dimiliki oleh manusia . Karakterisitik fisi-
SINERGI FEBRUARI 2012
ologi unik yang dapat digunakan adalah sidik jari dan retina mata. Kedua hal ini terdapat pada tubuh manusia namun selalu berbeda setiap orangnya, sehingga dapat dijadikan kunci untuk pengindentifikasian 2. Penggunaan pemindai biometrik menggunakan dua pemindai yaitu pemindai retina mata (iris scanning) dan pemindai sidik jari (fingerprint scanning). Untuk pemindai retina, identifikasi dilakukan berdasarkan susunan dan warna dari retina mata manusia sedangkan pemindai sidik jari mengidentifikasi berdasarkan sidik jari manusia. Peralatan ini masing-masing mengalami perkembangan, untuk pemindaian sidik jari dikembangkan hingga dapat mengidentifikasi konstruksi telapak tangan sedangkan pemindaian retina mata dikembangkan dan dimodifikasi agar dapat mengidentifikasi konstruksi wajah. Proyek e-ktp ini sendiri sebenarnya adalah proyek dari pemerintah pusat yang dibantu pelaksanaannya oleh pemerintah daerah tambah Jefri Sembiring. Untuk Kota tebing Tinggi sendiri memang alatnya belum sepenuhnya siap, ada beberapa alat yang sudah dipasang di setiap kecamatan, namun belum bisa dioperasionalkan mengingat masih ada alat lagi yang diperluakan yang belum diterima seperti finger dan retina scanner . Sambil menuju ke bilik samping ruang kerjanya Jefri Sembiring menunjukkan ada 3 kotak peralatan yang masih terbungkus rapat dan katanya ini jangan dibuka dahulu sampai ada teknisi dari kami yang memasangnya kata perwakilan pemerintah pusat kepada Jefri. Alat-alat pembuatan e-KTP ini memang canggih sehingga memang harus dikerjakan oleh orang yang tepat, tidak sembarang orang, dan untuk itulah kami Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sudah mengirim beberapa staf kami untuk ikut pelatihan pembuatan e-ktp agar tidak terkendala dalam proses pembuatannya. Nantinya alat pembuatan ektp ini akan dikirimkan sebanyak 2 unit untuk tiap kecamatan, jadi kami harapkan bila alatnya sudah ready maka hendaknya seluruh warga Kota tebing Tinggi agar segera datang ke Kantor Kecamatan masing masing untuk dibuat e-ktp nya dan tidak akan dikenakan biaya sepeserpun. Ditanya tentang apa manfaat yang signifikan dari e-KTPini dengan KTP konvensional Jefri menjelaskan banyak sekali perbedaan diantaranya e-KTP merupakan langkah strategis menuju tertib administrasi kependudukan yang mengamanatkan adanya identitas tunggal bagi setiap penduduk dan terbangunnya basis data kependudukan yang lengkap dan akurat. Bedanya
dengan KTP konvensional adalah sangat mudahnya seseorang memiliki KTP ganda dengan hanya `memalsukan surat keterangan pindah seseorang akan dapat membuat KTP baru di tempat lain, ini akan mengaburkan jumlah penduduk pasti Indonesia. Mencegah adanya pemalsuan. Data yang dimasukkan kedalam e-KTP tidak hanya sebatas nama, alamat dan tanggal lahir saja, namun data sidik jari dan retina mata yang tidak ada satupun yang sama setiap orang dan itu tidak dapat dipalsukan. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam pemilu, pilkada dan lain-lain. Sebelumnya menjelang PEMILU atau PEMILUKADA dibuat lagi kartu pemilihnya , ini butuh waktu dan biaya yang besar belum lagi tingkat kesalahannya tinggi, dimana sering terjadi adanya penduduk yang tidak terdata yang akhirnya menimbulkan kekacauan. Kartu bukti tanda penduduk Indonesia secara nasional. Pengidentifikasian untuk memecahkan suatu perkara kejahatan yang sulit seperti terorisme, pembobolan bank via ATM. KTP yang ada selama ini hanya memuat beberapa data yang dapat dipalsukan, namun di e-KTP nanti data retina dan sidikjari tidak akan bisa dipalsukan, nama boleh sama namun retina dan sidik jari pasti berbeda dan ini sangat mudah pembacaannya di computer sehingga dapat membantu percepatan pemberantasan kejahatan. Dengan data yang jelas dan terlindungi maka ini akan dapat membantu keamanan Negara.. Lebih awet penggunaannya sampai 10 tahun. KTP yang selama ini terbuat dari kertas yang mudah rusak. Bahwa e-KTP merupakan KTP Nasional yang sudah memenuhi semua ketentuan yang diatur dalam UU No.23 Tahun 2006 dan Perpres No.26 Tahun 2009, sehingga berlaku secara Nasional, dengan demikian mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari Lembaga Pemerintahan dan Swasta, karena tidak lagi memerlukan KTP setempat. Demikianpun banyak manfaat dari e-KTP ini, namun bila tidak didukung oleh masyarakat itu sendiri tidak akan berarti apa-apa, untuk itu kami menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia dan Tebing Tinggi, khusunya untuk mau mensukseskan pelaksanaan pembuatan e-KTP yang ditargetkan pemerintah di tahun 2012 ini selesai pengerjaannya,. Jika kita bangga menjadi warga Indonesia, bila dipanggil untuk pembuatan e-KTP maka datanglah dan berikan data yang benar guna kemajuan bersama tutupnya. (Jaini Purba S.Sos I )
33
TEPIAN
AMINA FILALI “Dan semua kekerasan terhadap perempuan, bermula dari ketidakmampuan negara untuk melindungi mereka.” (Fatima Mernissi, intelektual dan aktivis gender dari Maroko)
D
uh! Maroko medio Maret 2012 penuh duka – penuh luka. Sebuah tragedi mengenaskan terjadi di Maroko. Betapa tidak. Seorang gadis belia, Amina Filali, akhirnya memilih menghabisi hidupnya dengan bunuh diri. Gadis berusia enam belas tahun itu menenggak racun tikus. Bunuh diri dipilihnya akibat desakan tradisi, yang mengharuskan dia menikah dengan pria pemerkosa dirinya. Tradisi masyarakat konvensional Maroko meletakkan kehormatan keluarga pada anak perempuan. Buah dari perkosaan adalah rasa malu bagi keluarga yang hanya bisa direhabilitasi lewat pernikahan. Untuk menghilangkan aib keluarga, Amina bersedia menikah setelah pengadilan memutuskan, ditambah paksaan orang tua dan tekanan masyarakat pedesaan yang konservatif. Aneh, meletakkan kehormatan keluarga di pundak perempuan, tapi sekaligus membenamkan harkatnya dalam sumur tanpa dasar. Kelam. Untuk mendeskripsikan keadaan perempuan di Maroko, Fatima Mernissi seorang intelektual dari Universitas Rabat dan aktivis gender Maroko, dalam bukunya Islam dan Demokrasi : Antologi Kekuasaan menuturkan: Aku dilahirkan di dalam harem. Terlalu dini secara naluriah Aku mengetahui bahwa di balik setiap batas, tersembunyi sesuatu yang mengerikan. Aku agak ngeri membicarakan hal ini dalam buku ini. Tentang segala jenis kekhawatiran yang muncul di mana-mana, dari dalam dan dari luar, dari barat dan dari timur dan ad infinitum yang berganda dengan efek-efek pantulan yang asing. Tentang ketakuatan individual, namun lebih dari 34
itu adalah ketakuatan kolektif. Ketakutan pertama menyebabkan bunuh diri yang akhirnya merupakan persoalan perorangan, namun yang terakhir secara langsung menghasilkan fitnah, merebaknya kekerasan yang lebih bersifat membunuh, karena ia terjadi dalam keakraban kelompok. Harem adalah batas. Batas-batas itu teramat kuat untuk dilampaui. Batas-batas tersebut pada gilirannya berubah menjadi semacam pengekangan. Pengekangan berarti kekelaman. Budaya konservatif di sana menyebutkan -termaktub dalam sebuah pasal hukum pidana- membebaskan pemerkosa anak di bawah umur, jika si pemerkosa kemudian bersedia menikahi sang korban. Inilah kekelaman itu. Atas dasar itu pula, meski tak menginginkannya Amina terpaksa menikah dengan pria pemerkosanya. Pernikahan yang membuat Amina mengalami himpitan jiwa sangat berat. Untuk bisa lepas dari tekanan akibat perkawinan biadab tersebut, Amina hanya bisa menempuh satu jalan keluar: bunuh diri. Masalah tidak berhenti sampai di sini. Kematian tragis Amina menyulut emosi warga. Demonstrasi besar-besaran dari aktivis pembela hak asasi perempuan seakan tidak terbendung. Mereka menuntut amandemen terhadap Undang-Undang Pidana tentang pemerkosaan yang merugikan dan menghancurkan kehormatan kaum perempuan. Sambil mengangkat spanduk yang menampilkan poster Amina, para demonstran berteriak: “Akhiri pernikahan paksa atas korban.” Bukan bunuh diri itu benar
yang menjadi persoalan, namun sikap merendahkan harkat perempuan harus segera dihentikan. Ini kebulatan tekad. Karena bunuh diri hanyalah sebuah akibat, dari sebab yang muncul pada sebuah persoalan yang tak pernah mampu dituntaskan oleh negara. Tapi Departemen Kehakiman berdalih, Amina setuju dengan pernikahan ini dan dia bukan korban. Undang-Undang Pidana tentang pemerkosaan trsebut sesungguhnya telah melahirkan dua implikasi negatif: pertama, undang-undang ini melegalkan pemerkosaan. Kedua, undang-undang ini juga telah meletakkan perempuan pada posisi subordinat - dikebawahkan. Tapi siapa yang bisa melawan ini? Siapa pula yang bisa mengubah ini? Melawan dan mengubah yang sudah mapan merupakan gagasan progresif yang mesti dihempang oleh kekuasaan otoriter. Di Maroko, kata Mernissi menyadari, perempuan belum mencapai status sama seperti laki-laki serta demokrasi belum diterima sebagai sistem sosial politik. Penolakan terhadap gagasangagasan progresif dalam dunia yang mapan hanya diplot untuk mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi sialnya, dalam negara tanpa demokrasi kekuasaan sama dengan penindasan. Ah, sukar membayangkan situasi kelam ini akan beranjak. Maka keluhan Mernissi: “Dan semua kekerasan terhadap perempuan, bermula dari ketidakmampuan negara untuk melindungi mereka”, akan senantiasa menjadi kenyatan. Perempuan tetap menjadi korban. Duh! (Oleh Khairul Hakim) SINERGI FEBRUARI 2012
DAFTAR PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TEBING TINGGI BULAN FEBRUARI TAHUN 2012 PENERIMAAN NO
URAIAN SALDO KAS FEBRUARI 2012
1
PNS PEMKO TEBING TINGGI
2 3
PENGELUARAN JUMLAH
NO
URAIAN
35.071.505 7.728.000
1 ADM. Februari 2012
SMP NEGERI 1 TT FEB 2012
236.500
2 PJK. Februari 2012
SMP NEGERI 5 TT FEB 2012
182.000
4
SMP NEGERI 6 TT FEB 2012
134.000
5
SMP NEGERI 9 TT FEB 2012
240.000
6
SMA N 4 TT ( Jan-Feb 2012 )
380.000
7
SMK N 3 TT FEB 2012
189.000
8
PENGADILAN NEGERI T.TEBINGGI
9
INFAQ PNS Kanmenag FEB 2012
10
BPMK KOTA T.TINGGI FEB 2012
170.000
11
STAF AKBID PEMKO TT FEB 2012
282.000
12
KOPERINDAG TT FEB 2012
131.000
13
PEG OUTSOUCING TT FEB 2012
14.000
14
BANK SUMUT SYARIAH TT FEB 2012
270.000
15
OUS KCP KEBUN KOPI FEB 2012
16
DINAS KESEHATAN KOTA TTFEB 2012
510.000
17
SYAWALUDDIN HRP
135.000
18
DESTRI
85.000
19
HAMBA ALLAH
785000
20
FAISAL AKBAR
370.000
BGH
JUMLAH
4.000 31.411
Pinjaman oprasional Baz
2.740.000
100.000 1.650.000
5.000
177.773
JUMLAH
13.774.273
JUMLAH
2.771.411
JUMLAH
48.845.778
JUMLAH
48.845.778
Saldo Bulan Lalu
166.630.671
Penerimaan Bulan Februari 2012
13.774.237
Jumlah
48.845.778
Pengeluaran Bulan Februari 2012 Saldo Kas Maret 2011
SINERGI FEBRUARI 2012
2.775.441 46.070.367
35