BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan yang utama yakni keluarga, sekolah dan masyarakat, dan ketiganya disebut tripusat. Diantara tripusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, seperti dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu.1 Bagi para remaja pendidikan jalur sekolah yang diikutinya adalah jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Di mata remaja, sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib mereka di kemudian hari, mereka menyadari jika prestasi hasil yang dicapai di sekolah itu baik, hal itu akan membuka kemungkinan hidupnya di kemudian hari akan cerah, tetapi sebaliknya apabila prestasi yang dicapainya kurang baik, hal itu dapat berakibat gelapnya masa depan mereka, kegagalan sekolah dipandang sebagai kegagalan
1
hidupnya.
Dengan
demikian
sekolah
dipandang
banyak
Umar Tirtaraharja dan La Sula, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1998),
hlm. 166.
1
2
mempengaruhi kehidupannya. Oleh karena itu remaja telah memikirkan benar-benar dalam memilih dan mendapatkan sekolah yang diperkirakan mampu memberikan peluang baik baginya di kemudian hari.2 Dari sisi lain sekolah juga banyak mengalami banyak kritik atas berbagai
kelemahan
dan
kekurangannya.
Baik
itu
dari
proses
penyelenggaraannya, biaya sekolah, profesional guru, kenakalan para siswa, ataupun tentang kekerasan dalam dunia pendidikan. Akhir-akhir ini kita banyak mendengar dan melihat berbagai peristiwa dengan kenakalan pelajar. Sebagai contoh kita mendengar istilah “bonek”, yakni istilah yang diartikan oleh anak-anak remaja yang suka melakukan perjalanan jauh dengan menumpang truk ataupun mobil anggkutan barang untuk ditumpanginya menuju tempat yang mereka inginkan. Kita juga biasa melihat banyak remaja usia sekolah yang terlihat di jalan raya dengan mengenakan pakaian serba hitam dan beraneka ragam accesories. Selain itu, biasa kita lihat ketika berhenti di lalulintas, tidak sedikit anak remaja yang seharusnya ada di sekolah pada jam sekolah, justru berada di tengah-tengah keramaian lalulintas tersebut. Mereka biasanya berkumpul dengan teman-temannya dan juga mengamen dengan menghampiri kendaraan-kendaraan yang sedang berhenti ketika lampu merah menyala. Kebanyakan dari remaja tersebut mengaku bahwa mereka adalah penggemar dari sebuah band musik metal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Band tersebut adalah band Underground. Mereka sering 2
Sunarto dan Ny.B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2012), hlm. 195-196
3
melakukan perjalan jauh untuk menonton pertunjukan band Undeground. Dimanapun band tersebut melakukan pertunjukan mereka akan mengikutinya. Tidak peduli dengan tanggung jawabnya dengan sekolah. Demi menonton pertunjukkan band yang disukainya tersebut meraka lebih suka membolos dari sekolahnya.3 Maraknya band Underground dan banyaknya anak remaja yang mengidolakan band Underground, tidak luput juga di Desa Pandanarum kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan mereka para remaja banyak yang menjadi penggemar dari band musik metal tersebut. Kebanyakan dari remaja Desa Pandanarum ini menjadikan diri mereka sebagai satu komunitas band Underground. Komunitas di sini dimaksudkan mereka para remaja yang hanya ikut-ikutan saja menggemari band Underground maupun mereka yang benar-benar menjadi anggota band Underground ataupun sebagai pemain band Underground. Mereka kebanyakan adalah remaja tanggung yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Tidak sedikit remaja Desa Pandanarum Tirto Pekalongan yang menjadi komunitas band Underground. Mereka sering mengadakan perkumpulan sesama kelompok mereka untuk sekedar berkumpul dan bermain. Mereka juga sering terlihat aktif dalam menonton pertunjukkan band Underground yang mereka gemari tersebut. Dalam penampilan dan
3
Edi Susanto, Remaja Komunitas Ban Underground, Wawancara Pribadi, 2 Januari 2015.
4
tingkah lakunya mereka kerap kali meniru gaya serta perilaku sang idola yang identik dengan gaya hidup keras. 4 Karena kegemarannya terhadap band Underground membuat remaja Desa Pandanarum Tirto Pekalongan sering bermain hingga larut malam. Dari kebiasaan mereka yang suka bermain hingga larut malam tersebut mengakibatkan para remaja di Desa Pandanarum ini banyak yang mengalami masalah dalam minat bersekolah. Tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk membolos dari sekolah untuk ikut serta dalam mengikuti konser band Underground. Dimanapun band tersebut melakukan konser mereka akan mengikutinya tanpa berfikir kewajiban bersekolah yang mereka tinggalkan. Sehingga dapat mengakibatkan mereka ketinggalan pelajaran sekolahnya. Karena kesibukannya bersama teman-teman komunitas band Underground tersebut
mengakibatkan para remaja komunitas band Underground Desa
Pandanarum sering meninggalkan sekolahnya. Sehingga mereka banyak mengalami masalah dengan bersekolahnya. Dari latar belakang di atas, maka alasan dari penelitian yang berjudul “MINAT
BERSEKOLAH
REMAJA
KOMUNITAS
BAND
UNDERGROUND DESA PANDANARUM TIRTO PEKALONGAN ”ini adalah: 1.
Banyak remaja Desa Pandanarum Tirto Pekalongan yang menjadi komunitas band Underground.
4
Observasi, 10 Januari 2015
5
2.
Banyak remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan yang mengalami masalah dalam bersekolah.
B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana minat bersekolah remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat bersekolah remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. Guna menghindari kesalahfahaman untuk memudahkan dalam
memahami judul di atas, maka perlu adanya penjelasan tentang arti istilah yang terdapat dalam judul tersebut antara lain: 1.
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keiginan yang besar terhadap sesuatu.5
2.
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya. Bersekolah adalah melaksanakan suatu kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan diri melalui lembaga pendidikan sesuai dengan tingkatannya. Dari tingkat SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi.6
72
5
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2003), hlm. 151.
6
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Edisi Pertama (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.
6
Jadi minat bersekolah adalah kemauan atau keinginan terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dalam suatu lembaga disini adalah biasa disebut dengan sekolah. 3.
Remaja adalah masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Disini para remaja adalah yang sedang duduk di SMP dan SMA.7
4.
Komunitas band Underground Komunitas kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban yang mempunyai habitat yang sama.8 band Underground sering dianggap musik yang bernuansa kekerasan. Itu karena tema-tema musiknya yang kerap mengangkat tentang kematian, siksaan, neraka, kehidupan setelah kematian, kritik, protes dan kecaman. 9Maka dapat disimpulkan dapat menyimpulkan bahwa komunitas band Underground merupakan suatu perkumpulan anak remaja sebagai penggemar, anggota maupun pemain dari band Underground. Dengan demikian berdasarkan penjelasan singkat di atas maka dapat diambil pengertian dari judul skripsi ini adalah suatu penyelidikan tentang minat bersekolah bagi remaja Desa Pandanarum
7
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Spikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik (Jakarat: PT. Bumi Aksara, 2004), hlm. 9-10. 8 Tri Nahni, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya: PT. Apollo, 2004), hlm. 105
7
Tirto Pekalongan yang bergabung atau merasa dirinya sebagai komunitas band Underground . C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mendeskripsikan
bagaimana
minat
bersekolah
remaja
komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. 2. Untuk mendeskripsikan Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi minat bersekolah remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis a.
Memberikan informasi bagaimana minat bersekolah remaja komunitas
band
Underground
desa
Pandanarum
Tirto
Pekalongan. b.
Sebagai dasar teoritis dalam pengembangan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Secara Praktis a.
Memberikan motivasi atau dorongan pada remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan dalam minat untuk bersekolah.
b.
Memberikan masukan kepada para orang tua remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan untuk berusaha meningkatkan minat anak untuk bersekolah.
8
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teori Menurut Mappiare, sebagaimana telah dikutip oleh Mohammad Ali dan Mohammad Asrori menjelaskan bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Hurlock sebagaimana telah dikutip oleh Mohammad Ali dan Mohammad Asrori mengatakan bahwa remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk kegolongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan mengfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. 10 Perkembangan intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berpikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berpikir secara abstrak, menguji 10
Mohammad Ali dan Asrori, Op. Cit., hlm. 9-10.
9
hipotesis, dan mempertibangkan apa saja peluang yang ada pada dirinya. Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi itu menimbulkan keingianan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua. Sehingga jalan yang biasa ditempuh oleh mereka adalah membuat pemisahan diri dan bergerak menjadi bagian dari sebuah kelompok keluarga menuju menjadi bagian dari kelompok teman sebaya.11 Sejak awal, para peneliti genetika menyadari bahwa genetika dan pengaruh lingkungan adalah hubungan yang tidak dapat dilepaskan dan berinteraksi dalam pengaruhnya pada kebribadian dan perilaku pada masa dewasa.12 Hubungan sosial individu dimulai sejak individu berada di lingkungan rumah bersama keluarganya. Memasuki masa remaja keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan semakin besar sehingga tidak jarang menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan. Pada masa ini sampai akhir masa sekolah ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial. Selain dengan anggota keluarganya, pada masa ini anak mulai mendekatkan diri kepada orang-orang lain di lingkungannya. Meluasnya lingkungan sosial anak
11
Kathryn Geldard dan David Geldard, Konseling Remaja, Terjemahan Eka Adinugraha (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) , hlm. 29. 12 Daniel Cervone dan Lawrence A. Pervin, Kepribadian Teori dan Penelitian, terjemahan Aliya Tusyani (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), hlm. 100.
10
menyebabkan anak memperoleh pengaruh di luar pengawasan orang tuanya. Anak semakin luas bergaul dengan teman-temanya serta berhubungan dengan guru-guru yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap proses emansipasi anak. Hubungan sosial pada masa ini anak melakukan proses emansipasi dan sekaligus individuasi. Dalam proses ini, teman-teman sebaya mempunyai peranan sangat besar.13 Masa
remaja
adalah
masa
“stress
and
strain”
(masa
kegoncangan dan kebimbangan) atau disebut juga masa labil. Masa labil dimana tingkah laku yang dilakukan dan perbuatan lebih bersifat imitasi (masa peniruan), mereka mencontohkan tingkah laku dan perbuatan dari sosok individu yang dikaguminya.14 Salah satu contoh yang banyak disukai anak remaja adalah bermusik atau menjadi penggemar dari beberapa jenis musik baik musik yang berasal dari luar negeri maupun yang ada di daerahnya. Jenis musik yang cenderung disukai anak remaja adalah jenis musik metal. Salah satunya adalah musik dari Band Underground. Sebuah perkembangan gaya musik metal yang memiliki ciri musik yang bersifat lebih keras dalam lagu-lagunya dibandingkan musik metal lainnya yang sudah ada sebelumnya. Contoh dari band- band metal sebelumnya yang menjadi acuan band Underground antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, 13
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Op. Cit., hlm. 86-89. W. Santrock John, Andolescence: Spikologi Perkembangan Masa Remaja, terjemahan Tri Wibowo B.S (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 111. 14
11
Yogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, musik Band Underground pertama kali lahir dari jenis musik metal tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah Underground belum populer) ini biasa main-main di didepan sebuah toko-toko kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, sebagaimana dikutip oleh Nani Kartika Ningsih, dikenalnya musik band Underground dimulai dari suksesnya
distribusi dan konser-konser grup musik Underground Sucker Head. Selepas itu, mulai bermunculan kelompok-kelompok musik beraliran serupa. Ada beberapa ciri kelompok musik band Underground di Indonesia.
Diantaranya
gaya
bermusik
band
Underground
mengunggulkan semangat kemandirian atau semangat melawan ketidakadilan penguasa lewat label-label pembelaan rakyat. Akan tetapi, semangat tampil beda yang ditunjukkan tidak menunjukkan sifat yang positif. Di negeri asalnya, kelompok Band Underground memang kebanyakan bercitra negatif, bahkan memuja kekerasan selayaknya Tuhan. Ciri lain dari band Underground yaitu gaya busana yang aneh yang sebenarnya paling disukai para remaja tanggung penggila musik aliran ini. Gaya rambut acak-acakan, celana yang sangat ketat, jaket kulit penuh accessories dan beragam accessories yang mencolok
12
lainnya. Selain kedua hal itu hanya kekerasan yang diambil tanpa memandang baik buruknya.15 Kegemarannya remaja Desa Pandanarum terhadap musik band Underground juga mempengaruhi perilaku anak dalam kesehariannya. Sebagaimana hasil wawancara terhadap ibu Munariyah selaku Kepala Desa Pandanarum Tirto Pekalongan mengatakan bahwa, anak-anak remaja di Desa Pandanarum suka keluar main malam untuk sekedar berkumpul dengan sekelompok remaja sesama penggemar band Underground. Tidak jarang dari mereka juga membolos sekolah dan lebih memilih pergi untuk menonton konser dari band Underground. Akibatanya banyak remaja Desa Pandanarum tidak minat lagi untuk bersekolah. Ini diawali karena keseringan mereka membolos sekolah sehingga
mengakibatkan
mereka
tertinggal
dengan
pelajaran
sekolahnya dan mereka lebih memilih untuk memutuskan sekolah.16 2. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini diantaranya, Ismiati dengan judul “Minat Anak Putus Sekolah Terhadap Pendidikan Kejar Paket B Di Desa Ambowetan Kec. Ulujami Kab. Pemalang”. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat faktor penyebab putus sekolah yang terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal yaitu tidak adanya minat dan faktor eksternal diantaranya adalah keterbatasan ekonomi, tidak ada dukungan atau peran dari 15 16
2015.
Nani Kartika Ningsih, Op. Cit., hlm. 36. Munariyah, Kepala Desa Pandanarum, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 20 Maret
13
keluarga, lingkungan, kurangnya kerjasama yang baik antara pihak sekolah, rendahnya prestasi, dan kurangnya animo orang tua terhadap arti pendidikan. Sedangkan hasil angket yang diberikan kepada anak putus sekolah yang berada di Desa Ambowetan Kec. Ulujami Kab. Pemalang diperoleh skor rata-ratanya 55 atau dengan prosentase 51, 85 % yang terletak pada interval 51-65. Hal ini sudah menunjukan bahwa minat anak putus sekolah di Desa Ambowetan terhadap Pendidikan Kejar Paket B termasuk cukup. Sedangkan hasil analisis hipotesa yang telah dilakukan maka hipotesa yang diajukan diterima.17 Skripsi dari Rizqi Yulianto karyanya yang berjudul “Patologi Sekolah dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA Dwija Praja Kota Pekalongan (Suatu Kajian Psikologi Pendidikan)”. Hasil penelitian menyatakan bahwa Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kenakalan peserta didik di SMA Dwija Praja masuk dalam kategori cukup tinggi. Bentuk kenakalan peserta didik meliputi membolos, perkelahian antar siswa, merokok dan mencuri. Prestasi belajar peserta didik di SMA Dwija Praja Kota Pekalongan masuk dalam kategori sedang. Setelah dilakukan penghitungan dengan rumus korelasi, dapat disimpulkan bahwa tidak
17
Ismiati, “Minat Anak Putus Sekolah Terhadap Pendidikan Kejar Paket B Di Desa Ambowetan Kec. Ulujami Kab. Pemalang”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 82.
14
terdapat korelasi yang signifikan antara kenakalan siswa dengan prestasi siswa di SMA Dwija Praja Kota Pekalongan.18 Skripsi dari Siti Khaeriyah mahasiswa jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan yang berjudul “ Kenakalan Remaja di Sekolah (Studi Kasus Dinamika Spikologi Remaja Delinkuen Di Sekolah Menengah Pertama Di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kenakalan yang dilakukan oleh remaja di sekolah MTS, SMP N, Muhammadiyah dan PGRI masih tergolong kenakalan yang ringan karena tidak sampai perbuatan yang melanggar hukum seperti membolos, merokok, tidak mengerjakan PR, ngobrol saat jam pelajaran, menyontek, pacaran. Dinamika psikologis remaja yang melakukan kenakalan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi keluarga yang kurang harmonis, orang tua terlalu sibuk, serta kurangnya kasih sayang dari orang tua, pola asuh orang tua terhadap anak, pengaruh teman bermain serta lingkungan masyarakat dimana remaja tinggal. Upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi kenakalan di sekolah yaitu mengadakan pendekatan individual dengan remaja yang nakal, pemberian sanksi atau skorsing kepada remaja yang melanggar aturan atau tata tertib sekolah, kegiatan intra dan ekstrakurikuler, mendatangi atau kunjungan ke rumah remaja yang
18
Rizqi Yulianto, “Patologi Sekolah dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA Dwija Praja Kota Pekalongan (Suatu Kajian Psikologi Pendidikan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2008), hlm. 63.
15
nakal untuk mengetahui penyebab mereka melakukan kenakalan serta penerapan disiplin di sekolah kepada seluruh karyawan, guru, serta siswa.19 Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama membahas dan mengkaji berbagai permasalahan di sekolah para remaja. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih memfokuskan pada minat sekolah remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. 3. Kerangka Berpikir Karakteristik umum perkembangan remaja adalah bahwa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa sehingga seringkali menunjukkan sifat-sifat karakteristik, seperti kegelisahan, kebingungan, karena terjadi suatu pertentangan, keinginan untuk mengkhayal, dan berkelompok.20 Bagi remaja yang memiliki kelompok
ataupun
komunitas,
teman
sebaya
sebagai
satu
komunitasnya adalah seseorang yang dapat menenangkan hatinya di saat orang tua tidak berpihak kepadanya. Masalah lain yang kerap kali menghampiri anak remaja adalah masah bersekolah. Salah satu contohnya terkait dalam minatnya untuk bersekolah. Seperti halnya yang terjadi pada remaja di Desa Pandanarum Tirto Pekalongan
19
Siti Khaeriyah, “Kenakalan Remaja di Sekolah (Studi Kasus Dinamika Spikologi Remaja Delinkuen Di Sekolah Menengah Pertama Di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 91. 20 Muhammad Ali dan Mohammad Asrori, Op. Cit., hlm. 19.
16
khususnya remaja yang telah tergabung dalah komunitas band Underground mengalami masalah dalam minat bersekolah. Banyak hal yang dapat mempengaruhi terjadinya masalah dalam bersekolah. Seperti contoh masalah dalam bersekolah adalah dalam hal minat bersekolah. Minat bersekolah seringkali terjadi penurunan pada siswa khususnya remaja. Karena masa remaja adalah dimana masa anak mengalami berbagai tekanan sekolah dan kuliah yang membuat mereka strees. Beberapa anak muda enggan atau tidak minat untuk bersekolah atau membolos. Ada banyak alasan yang berbedabeda tentang minat mereka untuk bersekolah, hubungan keluarga yang bermasalah
atau
juga
pengaruh lingkungan
dapat
menjadi
penyebabnya. Macam-macam minat bersekolah pada remaja komunitas band Underground pastilah tidak sama antara satu dengan lainnya. Berbedaan latar belakang remaja dan kondisi remaja menjadi suatu yang membedakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat bersekolahnya juga berbeda. F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (fiel research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
17
intensif dan mendetail.21 Selain itu dalam penelitian lapangan peneliti langsung berhadapan dengan subjek penelitian dalam penelitiannya. Penelitian dilakukan didalam Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. Dilakukan di tempat para remaja komunitas
band Underground
berkumpul ataupun mendatangi langsung di rumah remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. b. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan secara kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.22 2. Sumber Data Penelitian a. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu yang diambil dari sumber pertama langsung dari objek yang diselidiki. Sumber data primer dari penelitian ini adalah remaja Desa Pandanarum Tirto Pekalongan yang berjumlah 10 anak dari keseluruhan 30 anak. Dengan kriteria remaja yang berumur 12 sampai 18 tahun atau mereka yang sedang bersekolah tingkat SMP dan SMA. Mereka
21
Wahyu dan Muhammad Masudi, Petunjuk Praktis Membuat Skripsi (Jakarta: Usaha Nasional, 1987), hlm. 48-49. 22 Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 38.
18
adalah termasuk dalam remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. Dan yang terakhir responden berasal masyarakat Desa Pandanarum Tirto Pekalongan seperti orang tua, dan masyarakat lain yang memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti karena diharapkan hasil yang didapatkan lebih baik karena lebih mudah untuk melihat kegiatan sehari-hari. b. Sumber Data Sekunder Merupakan sumber data penunjang dan tambahan pada data utama yang ada relevansinya dengan judul dan ide pokok permasalahan. Berupa sumber informasi baik dari orang atau masyarakat Desa yang diteliti maupun meliputi hasil-hasil penelitian, buku-buku ataupun karya ilmiah lain yang relevan dengan penelitian , atau yang lainnya yang mendudukung kajian dan analisis penelitian tersebut. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
19
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.23 Metode observasi ini penulis gunakan untuk melihat dan mengetahui tentang keadaan, perilaku dan kebiasaan sehari-hari serta minat dalam bersekolah remaja Desa Pandanarum Tirto Pekalongan sebagai komunitas
band Underground. Selain itu,
penulis juga mengamati sikap dari orang tua remaja komunitas band Underground serta masyarakat di desa Pandanarum Tirto Pekalongan. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.24 Teknik wawancara sangat diperlukan untuk mengungkap bagian terdalam (tersembunyi) apa yang diteliti. Alat yang digunakan dalam teknik ini adalah recorder, panduan wawancara, dan catatan penelitian.25 Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara tidak berstuktur atau terbuka, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alvabeta, cv., 2008). hlm. 145. 24 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 186. 25
Mahi M. Hikmat, Op. Cit., hlm. 79-80.
20
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tidak tertruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.26 Wawancara akan dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada subjek yang memiliki informasi yaitu pada para remaja yang termasuk dalam kategori komunitas band Underground serta orang-orang terdekat remaja komunitas band Underground yang dapat membantu dalam mendapatkan informasi yang lebih. Metode ini digunakan untuk mencari subjek yang sesuai dengan kriteria, serta untuk menggali data tentang perilaku subjek
terhadap
keterlibatanya dengan band Underground dan untuk mengetahui bagaimana minat bersekolah remaja Desa Pandanarum Tirto Pekalongan sebagai komunitas band Underground. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan
26
percakapan,
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 320-321.
menyangkut
persoalan
pribadi,
dan
21
memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.27 Dokumentasi juga berarti sekumpulan data verbal yang berbentuk tulisan, dokumentasi, sertifikat, foto, rekaman, aset, dan lain-lain.28 Metode ini peneliti gunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan penelitian seperti catatan penelitian, catatan tersebut berupa hasil wawancara dari beberapa informan dan perilaku keseharian remaja komunitas band Underground dan Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. buku, majalah, internet surat kabar yang memuat berita tentang band Underground seperti jadwal manggung band Underground dan sebagainya. Metode ini dipakai untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan oleh peneliti. 4. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari data dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah difahami oleh diri sendiri meupun orang lain.29
27
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasai Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Cet. Ke-8 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 137. 28 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1973), hlm. 215. 29 Sugiono, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta,cv,2014), hlm. 336.
22
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif, maka teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis dengan memberikan predikat kepada variabel yang akan diteliti sesuai dengan tolak ukur yang ditentukan. Deskriptif kualitatif disini menekankan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif selain mendeskripsikan berbagai kasus yang ditentukan juga untuk mendeskripsikan hal-hal yang bersifat spesifik yang disoroti tentang sesuatu yang terjadi. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban
yang
diwawancarai
setelah
dianalisis
terasa
belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono, Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisi data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
23
a. Data Reduction (Reduksi data) Dari data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Data Display (penyajian data) Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk mamahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan penelitian kualitatif menggunakan display data dengan teks naratif. c. Conclusion Drawing/ Verification Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
24
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin akan menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. 30 G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penjelasan, penelaahan, dan pemahaman dalam penelitian ini, maka penulis akan memaparkan tentang sistematika penulisan sabagaimana berikut: BAB I. Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II. Minat sekolah Remaja Komunitas Band Underground, yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, berisi tentang minat bersekolah, meliputi: pengertian minat, macam-macam dan ciri-ciri minat, faktor-faktor yang mempengaruhi minat bersekolah, fungsi minat dalam bersekolah. Bagian kedua tentang remaja komunitas band Underground yang meliputi: pengertian remaja dan remaja sebagai komunitas band Underground.
30
Sugiono., Op. Cit.,hlm. 246-253.
25
BAB III. Hasil Penelitian di Desa Pandanarum Tirto Pekalongan yang terdiri dari dua sub bab yaitu : Pertama, Gambaran Umum Desa Pandanarum Tirto Pekalongan yang meliputi : Sejarah Desa Pandanarum Tirto Pekalongan dan Letak geografis Desa Pandanarum Tirto Pekalongan, Keadaan Masyarakat Desa Pandanarum Tirto Pekalongan, Kepedulian Masyarakat Desa Pandanarum Tirto Pekalongan terhadap pendidikan. bagian kedua meliputi: Bagaimana Minat Bersekolah Remaja Komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan, dan bagian ketiga: Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Bersekolah Remaja Komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan Bab IV. Analisis
Minat Bersekolah Remaja Komunitas band
Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan, meliputi: pertama, analisis dari penelitian minat bersekolah remaja komunitas komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Pekalongan. Kedua, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat bersekolah remaja komunitas band Underground Desa Pandanarum Tirto Bab V. Adalah penutup yang meliputi kesimpulan dan saran bagian akhir memuat daftar pustaka dan lain-lain.