BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Prasekolah 2.1.1
Pengertian Anak Prasekolah Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No 20/2003 ayat 1, rentangan anak usia
dini adalah 0-6 tahun. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan sekolah dasar. Pendidikan usia dini merupakan suatu upaya pembinaan, yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun.Pembinaan ini dilakukan melalui pembeian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan
dalam
memasuki
pendidikan
lebih
lanjut,
yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai pribadi berbagai macam potensi. Agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal sebaiknya dirangsang dan dikembangkan, apabila perkembangan potensi anak tidak maksimal, tertunda atau terhambat akan mengakibatkan masalah (Supartini, 2004). 2.1.2
Ciri-Ciri Anak Prasekolah Anak usia prasekolah memiliki ciri-ciri yang meliputi fisik, motorik,
intelektual dan sosial. Ciri fisik anak prasekolah yaitu anak prasekolah memiliki otot yang lebih kuat, pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras. Sebagai bagian dari permainan mereka, anak prasekolah bisa menggunakan gerak dasar seperti berlari, berjalan, memanjat, dan melompat (Hurlock, 1997).
7
8
Menurut Rumini dan Sundari (2004) ciri dari kemandirian anak prasekolah yaitu anak melakukan aktivitas sehari-seharinya sendiri seperti makan, minum, memakai pakaian dan sepatu, merawat diri sendiri, menyisir rambut sendiri, sikat gigi dan anak bisa menggunakan toilet sacara mandiri. Selain itu, anak prasekolah tidak mau ditunggu oleh orang tua atau pengasuhnya pada saat melakukan kegiatan yang ia sukai disekolah seperti mewarnai, meluakis dan menari. 2.1.3
Tumbuh Kembang Anak Prasekolah Dalam proses perkembangan usia prasekolah merupakan periode emas
(golden age). Perkembangan aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak berkembang secara pesat dari 50% menjadi 80% pada usia ini (Kemendiknas, 2010). Menurut Syudih (2005), jika pada fase tertentu seseorang individu gagal menyelesaikan tugas perkembangannya, maka dalam pencapaian tugas perkembangan pada masa berikutnya individu tersebut akan mengalami kegagalan. Perkembangan motorik merupakan salah satu aspek penting pada anak usia 4-6 tahun karena perkembangan motorik merupakan awal kecerdasan dan emosi sosial (Suntrock, 2007 ). 2.2 Motorik Halus 2.2.1
Pengertian motorik halus Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan – gerakan yang
lebih halus dilakukan oleh otot – otot kecil. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus sehingga membuat anak semakin berkeasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk
9
menyatukan dua lembar kertas, menjahit,
menganyam, menajamkan pensil
dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kemampuan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama (Suyanto, 2011) 2.2.2
Fungsi Perkembangan Motorik Halus Secara konsisten perkembangan motorik halus berhubungan positif
khususnyadengan kemampuan kognitif, dan dijadikan alat prediksi untuk mengukur prestasi belajar yang rendah. Dalam keterampilan motorik halus, ada tiga hal yang paling penting yaitu kemampuan dasar anak dapat dibentuk oleh motorik halus, dalam memenuhi semua keperluan mata pelajaran keterampilan motorik halus dan membaca memiliki korelasi yang jelas, dampak emosional pada perkembangan seorang anak juga dimiliki oleh motorik halus (Ziegler, dkk. 2008). 2.2.3
Tahap Perkembangan Motorik Halus Syudih (2005) seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang,
perkembangan motorik halus anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada usia 5-6 tahun ideal untuk belajar keterampilan motorik halus seperti menulis, menggambar, melukis. Adriana 2011, menyatakan bahwa perkembangan motorik halus anak berdasarkan usia : a. Usia 5 tahun Anak dapat melakukan kegiatan seperti mengikat tali sepatu, menggunakan pensil dengan baik, menggunting, membuat beberapa angka atau huruf.
10
b. Usia 6 tahun Anak dapat menulis, menggambar dan mewarnai, melipat maian kertas, memotong dengan gunting, merajut. 2.2.4
Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Faktor internal yaitu genetik, faktor IQ dan kelainan kromosom. Faktor
eksternal yaitu riwayat kelahiran, pola asuh atau stimulasi, keadaan gizi dan faktor kesehatan(Depkes, 2005). Stimulasi sangat dibutuhkan oleh anak saat proses tumbuh kembangnya, dengan diberiakan stimulasi perkembangan motorik halus anak akan berkembang secara optimal. Menrut Bobak 2005, kemampuan anak akan muncul bila sel – sel otaknya dirangsang sejak dini. Stimulasi yang diberikan secara terus menerus mengakibatkan sel otak membangun sambungan antar sinaps. Semakin sering sinap – sinap ini dirangsang secara berulang – ulang, sambungannya akan semakin kuat sehingga kecerdasan dan intelektual anak akan meningkat. Stimulasi dengan brain gym dan aktivitas fungsional dan rekreasi dengan bermain plastisin merupakan latihan ringan yang bisa diberikan saat proses belajar di taman kanak – kanak, maka dari itu brain gymdan aktivitas fungsional rekreasi dengan bermain plastisin termasuk dalam faktor eksternal. Menurut hasil survey Bavarian Pre-School Morbidity Survey (BPMS), ras dan genetik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan keterampilan motorik halus yang menunjukkan anak laki-laki tiga kali lebih sering mengalami keterlambatan motorik halus dari pada anak perempuan (Caniato, 2011).
11
2.3 Penilaian Perkembangan Motorik Halus Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan Tes Kemampuan Motorik Halus.
Tujuannya adalah untuk
mengetahui keterampilan motorik halus sebelum dan setelah diberikan intervensi (Depdiknas,2004) Tes ini berupa form yang dibuat oleh Depdiknas dimana form penilaian ini sesuai dengan kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK untuk kemampuan motorik halus. Tiap item memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Nilai 1
: belum dapat, hasilnya tidak sesuai dengan kriteria
b. Nilai 2
: belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai
dengan kriteria c. Nilai 3
: dapat, tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria
d. Nilai 4
: dapat, hasilnya kurang sesuai dengan kriteria
e. Nilai 5
: dapat, hasilnya sesuai dengan kriteria
Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai sebagai berikut: a. Sangat baik
: skor 85-100
b. Baik
: skor 70-84
c. Sedang
: skor 55-69
d. Kurang
: skor 30-54
12
2.4 Brain Gym 2.4.1
Pengertian Brain Gym Brain gym atau senam otakadalah suatu program pelatihan yang
dikembangkan oleh Paul E. Dennison bersama dengan Gail E. Dennison sejak tahun 1970. Progam ini pada awalnya dirancang untuk mengatasi gangguan belajar pada anak yang mengalami gangguan atau kerusakan otak, sulit berkonsentrasi, hiperaktif, dan depresi, saat ini seiring dengan perkembangannya setiap orang dapat memanfaatkannya untuk berbagai macam kegunaan. Senam otak merupakan salah satu program dari Educational Kinesiology (Edu-K) yang merupakan bagian dari kinesiology yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang gerakan (kinesis) manusia. Gerakan-grakan senam otak yang dilakukan dalam Edu-K ini membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah dan menarik,serta sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik (Dennison, 2008). Freeman, Sherwood (2000) menyatakan bahwa senam otak adalah suatu program aktivitas fisik yang memiliki beberapa gerakan tertentu yang mampu menstimulasi otak agar seseorang dapat memberikan fokus perhatian pada apa yang dikerjakannya. Gerakan-gerakan ini juga dapat meningkatkan kemampuan belajar baik pada anak normal maupun anak dengan kebutuhan khusus. Disimpulkan bahwa Senam otak merupakan suatu latihan fisik yang berisikan gerakan-gerakan sederhana yang mampu merangsang seluruh bagian otak, dimana gerakan-gerakan tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar, memperbaiki konsentrasi, koordinasi, keterampilan motorik, mengendalikan kecemasan dan stres, serta mengatasi berbagai masalah dalam belajar.
13
2.4.2
Tujuan Brain Gym Kegiatan brain gym atau senam otak menurut Dennison (2009), dibuat
untuk menstimulasi dimensi lateralis (untuk belahan otak kiri dan belahan otak kanan), meringankan dimensi pemfokusan (untuk bagian belakang dan depan otak), serta merelaksasi dimensi pemusatan (untuk otak besar dan sistem limbik). Tujuan brain gym juga dikemukakan oleh Kusumoputro, dkk (2006), mereka berpendapat bahwa senam otak atau latihan gerakan otak dapat eningkatkan kemampuan kognitif seseorang (kewaspadaan, pemusatan perhatian, daya ingat, dan fungsi eksekusi). 2.4.3
Manfaat Brain Gym
Braingym adalah usaha alternatif alami yng menyehatkan dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan motorik. Senam otak ini juga akan memfasilitasi agar beban menjadi sama dan seimbang baik pada otak kiri maupun pada otak kanan (Dennison, 2009). Dennison (2009) juga mengemukakan bahwa senam otak itu sendiri memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya yaitu : 1. Membantu siswa secara berkesinambungan menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses belajar. 2. Menjaga keseimbangan di semua area otak untuk membuat proses belajar lebih mudah. 3. Membuat kegiatan belajar lebih optimal. 4. Menjadikan siswa tidak mudah bosan dengan aktivitas belajarnya.
14
5. Menumbuhkan minat belajar. 6. Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stres. 7. Memerlukan waktu yang singakat untuk melakukannya. 8. Dapat dilakukan dalam berbagai situasi termasuk saat belajar maupun bekerja. 9. Tidak memerlukan ruangan khusus untuk melakukannya. 10. Salah satu cara termudah dan tepat dalam meningkatkan potensi dan kemampuan serta harga diri. 11. Sangat efektif dalam penanganan seseorang yang mengalami hambatan dalam stres dan belajar. 12. Mengaktifkan
seluruh
potensi
dan
kemampuan
dari
siswa
dan
menjadikannya lebih mandiri dalam hal belajar. Ayinosa (2009), berpendapat bahwa senam otak selain memiliki manfaat dalam kemampuan belajar, latihan fisik ini memiliki manfaat berupa: fikiran menjadi jernih, dan stres emosional menjadi berkurang; hubungan antar manusia dan suasana belajar atau bekerja lebih relaks dan senanng; dapat meningkatkan kemampuan berbahasan dan daya ingat; membuat seseorang menjadi lebih kreatif, bersemangat dan efisien; meningkatkan prestasi belajar dan bekerja. 2.4.4
Mekanisme Kerja Brain Gym
Otak dibagi ke dalam tiga fungsi, yaitu dimensi lateralis (otak kiri-otak kanan), dimensi pemfokusan (otak depan-belakang) serta dimensi pemutusan (otak atas-bawah) yang mana ketiga dimensi ini memiliki tugas tertentu sehingga gerakan senam harus dilakukan bervariasi (Dennison, 2008), diantaranya:
15
1. Dimensi Lateralis Berdasarkan dimensi ini tubuh dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kiri atau tangan kanan, dan juga untuk integrasi kedua sisi tubuh (bilateral integration), yaitu untuk menyeberangi garis tengah tubuh untuk bekerja di bidang tengah. Bila keterampilan ini sudah dikuasai orang akan mampu memproses kode linear, simbolis tertulis (misalkan tulisan, dengan dua belahan otak dari ke dua jurusan : kiri ke kanan atau kanan ke kiri, yang merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik. Hal yang diakibatkan karena ketidakmampuan dalam menyeberangi garis tengah tersebut, yaitu ketidakmampuan belajar (lerning disabled) seperti kesulitan dalam menulis dan cenderung menulis terbalik (disgrafia), dan sulit membaca (disleksia). Gerakan-gerakan dalam senam otak yang termasuk dalam dimensi ini adalah 8 tidur, gajah, dan sebagainya. 2. Dimensi Pemfokusan Pemfokusan merupakan kemampuan untuk menyeberangi “garis tengah partisipasi” yang memisahkan bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe), serta belakang dan tengah tubuh. Garis tengah partisipasi merupakan garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat dari bagian samping) tergantung partisipasi batin pada suatu kegiatan apakah seseorang berada di belakang atau di depan garis tersebut. Informasi diterima oleh otak bagian belakang (batang otak atau brainstem) yang merekam semua pengalaman, kemudian informasi tersebut diproses dan diteruskan ke otak
16
bagian depan untuk diekspresikan sesuai tuntutan dan keinginannya. Ketidakmampuan untuk ikut aktif dalam proses belajar dan ketidakmampuan secara mudah mengekspresikan diri sendiri dihasilkan dari ketidaklengkapan perkembangan refleks. Anak yang mengalami under fokused (kurang fokus) disebut “kurang perhatian, kurang pengertian, terlambat bicara atau hiperaktif”. Sementara, sebagian lain adalah anak yang overfocused (fokus berlebih) dan berusaha terlalu keras. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah burung hantu. 3. Dimensi Pemusatan Pemusatan merupakan bagian tengah dari sistem limbik yang berhubungan dengan informasi emosianal serta otak besar untuk berpikir abstrak dan memiliki kemampuan untuk menyeberangi garis pisah antara bagian atas dan bagian bawah tubuh serta mengaitkan fungsi dari bagian atas dan bawah otak. Kekuatan yang tidak beralasan dan ketidakmampuan untuk merasakan atau menyatakan emosi merupakan tanda bahwa seorang individu tidak mampu untuk
mempertahankan
dimensi
pemusatan.
Tombol
bumi,
tombol
keseimbangan tombol angkasa, pasang telinga, titik positif, dan lain-lain, merupakan contoh gerakan untuk dimensi ini. Apabila seorang individu mampu mengkoordinasikan gerakan mata, tangan, dan tubuh mereka, maka latihan senam otak sudah mencapai tujuannya, dan integrasi menjadi pilihan otomatis. Senam otak sangat membantu sebagian orang dalam waktu yang singkat untuk mencapai perilaku tertentu. Secara teratur selama beberapa
17
minggu dan bulan kebanyakan siswa akan melakukan gerakan senam otakguna membantu memperkuat sesuatu yang baru dipelajari. 2.4.5
Gerakan Brain Gym
Dennison (2008) mengemukakan bahwa senam otakterdiri dari tiga gerakan utama, yaitu gerakan menyeberangi garis tengah (the midline movements), gerakan meregangkan otot (lengthening activities), dan gerakan meningkatkan energi dan sikap penguatan (energy exercises and deepering attitudes). Gerakangerakan pada senam otak merupakan kumpulan gerakan sederhana dan menyenangkan yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, bisa dilakukan saat bekerja atau bermain. Pedoman gerakan senam otak menurut Dennison (2009) antara lain: Gerak senam otak diawali gerakan PACE: 1.
2.
Positif : Kait Rileks
Bernapas
(hook-ups)
selama 1 menit
Aktif:
dalam
dan
rileks
Gerakan
Dilakukan 10 kali pengulangan
Silang (cross crawl)
per sesinya. Diulang 1 kali persesi
3.
4.
Clear: Saklar Otak
Ditahan 30 detik, bergantian per
(brain buttons)
sesinya, diulang 3 kali persesi
Energetis : Air
Minum air putih dalam jumlah
(water)
yang cukup yaitu 0,3 liter dari berat badan anak.
18
Bagian kedua adalah gerakan untuk aktivasi dimensi lateralis yang terdiri dari gerakan sebagai berikut:
1.
Delapan Tidur
Dilakukan 10 kali setiap tangan dan
(Lazy 8)
dilanjutkan 10 kali dengan kedua tangan dalam satu sesi, istirahat 5 detik, dilakukan 10 x per sesi.
2.
Coretan Ganda
Dilakukan 10 x pengulangan dalam
(Double doodle)
satu sesi, istirahat 5 detik, diulang 10 x per sesi.
3.
Gerakan silang
Dilakukan 2 set dengan 15 kali
pada posisi
pengulangan per sesi.
berdiri 4.
5.
Cross crawl sit
Dilakukan 2 set dengan 15 kali
up
pengulangan per sesi.
The Elephant
Dilakukan 2 set dengan 15 kali pengulangan per sesi.
6.
Neck Rolls
Dilakukan 1 set dengan 10 kali pengulangan per sesi.
7.
Olengan
Dilakukan 2 set dengan 15 kali
pinggul
pengulangan per sesi
Bagian ketiga adalah gerakan untuk mengaktivasi dimensi pemfokusan otak. Aktivasi dimensi pemfokusan terdiri dari gerakan sebagai berikut. 1.
Burung Hantu
Tarik napas ditahan selama 3
(The Owl)
detik, kemudian bergantian per sesi, 10 x persesi
2.
Mengaktifkan
Dilakukan
selama
10
kali
Tangan (The Active
hitungan, kemudian dilakukan
19
3.
Arm)
bergantian
Lambaian Kaki
Diulang 10 kali
(The Footflex) 4.
Luncuran Gravitasi
Diulang
10
kali,
kemudian
bergantian Bagian keempat adalah gerakan untuk mengaktivasi dimensi pemusatan otak. Aktifasi dimensi pemfokusan terdiri dari gerakan sebagai berikut. 1.
Tombol Bumi
Selama 30 detik, sambil bernafas
(Earth Buttons)
rileks
kemudian
bergantian,
diulang selama 10 kali 2.
3.
4.
Tombol imbang
Sambil nafas rileks selama 1
(Balance Buttons)
menit
Tombol Angkasa
Sambil nafas rileks selama 1
(Space Buttons)
menit
Pasang Telinga
5 x persesi, diulang 3 kali persesi
(The Tinking Cap) 5.
Titik Positif
Selama 30 detik sampai dengan 3
(Positive Point)
menit
Dalam penelitian ini gerakan-gerakan senam otak yang digunakan oleh peneliti, yaitu : 1. Gerakan silang (Cross crawl) 2. Gerakan 8 Tidur ( lazy 8 ) 3. Coretan Ganda (Double doodle) 4. Gerakan Mengaktifkan Tangan (The Active Arm)
20
5. Gerakan Sakelar Otak (Brain Buttons) 1.
Dimensi Lateralis 1) Gerakan Silang (Cross Crawl) Menggerakan secara bergantian pasangan tangan dan kaki yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di tempat. Gerak silang mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang memerlukan penyeberangan garis tengah bagian lateral tubuh. Lakukan gerakan ini dengan bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan ditempat, untuk menyeberang garis tengah sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan. Gerakan ini bisa dilakukan sambil duduk. Gerakan ini mempunyai manfaat untuk meningkatkan koordinasi bagian tubuh kiri dan kanan, memperbaiki pernapasan dan stamina, koordinasi dan kesadaran tentang ruang gerak serta memperbaiki pendengaran dan pengelihatan. Gerakan silang ini meningkatkan kemampuan akademik dalam hal mengeja, menulis, mendengarkan, membaca, dan memahami/ mengerti.
21
Gambar 2.1Gerakan Silang (Cross Crawl) (Dennison, 2006) 2) Gerakan 8 Tidur ( lazy 8 ) Gerakan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggekkan kepalan ke sebelah kiri atas dan membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Buatlah angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan kedua tangan. Manfaat gerakan ini mengaktifkan kedua belahan otak yang menunjang koordinasi tangan dan mata, dapat membedakan dan menghafal simbol symbol atau huruf dan lain sebagainya.
Gambar 2.2Delapan Tidur (Lazy 8) (Dennison, 2006)
22
3) Coretan Ganda (Double doodle) Gerakan coretan ganda merupakan kegiatan menggambar di kedua sisi tubuh yang dilakukan pada bidang tengah untuk menunjang kemampuan agar mudah mengetahui arah dan orientasi yang berhubungan dengan tubuh.Gambar pada coretan ganda bisa beragam bisa hanya berbentuk titik, aneka bentuk seperti lingkaran, segitiga, garis dan lain sebagainya disesuaikan dengan kemampuan anak. Gerakan ini bermanfaat untuk kesadaran tentang ruang, koordinasi mata dan tangan, mengerti dan memahami simbol, memperbaiki keterampilan gerakan, menulis, mengikuti petunjuk dan lain sebagainya.
Gambar 2.3Coretan Ganda (Double Doodle) (Dennison, 2006) 2. Dimensi Pemfokusan 1) Gerakan Mengaktifkan Tangan (The Active Arm) Gerakan mengaktifkan tangan merupakan gerakan isometrik untuk menolong diri sendiri yang memperpanjang otot-otot dada atas dan bahu. Kontrol otot untuk gerakan-gerakan motorik halus berasal dari area ini. Gerakan ini membantu dalam kemampuan menulis, koordinasi mata dan tangan, mahir menggunakan peralatan seperti komputer.
23
Gambar 2.4Mengaktifkan Tangan (The Active Arm) (Dennison, 2006) 3. Dimensi Pemusatan 1) Gerakan Sakelar Otak (Brain Buttons) Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada), dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar. Gerakan ini mengoptimalkan pengiriman pesan dari otak kiri ke kanan atau sebaliknya, meningkatkan penerimaan oksigen, dan menstimulasi aliran darah agar lebih lancar mengalir ke otak. fungsi dari gerakan ini adalah untuk mengoptimalkan keterampilan motorik halus, memperbaiki sikap tubuh, meningkatkan energi, mengurangi stres visual dan relaksasi tengkuk serta bahu.
Gambar 2.5Gerakan Saklar Otak (Brain Button)(Dennison, 2006)
24
2.4.6
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Brain Gym Senam otak sangat praktis karena dapat dilakukan kapan saja, dimana saja,
dan oleh siapa saja. Nuria (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa gerakan senam otakyang efektif dilakukan selama 10-15 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu. Prihastuti (2010) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa senam otak dapat memperlihatkan efektivitasnya setelah dilakukan selama dua minggu. Menurut Tobing (2008) untuk mendapatkan hasil yang baik senam otak harus diulang sesering mungkin dalam waktu tertentu. Apabila melakukan senam otak untuk kemampuan tertentu, sering dapat langsung memperbaiki perilaku atau prestasi. Senam otakdalam waktu singkat sangat membantu untuk mencapai
perilaku
tertentu.
melaksanakan gerakan
Kebanyakan
siswa/murid
memilih
untuk
senam otak dan melakukannya secara tertaur selama
beberapa minggu bahkan bulan untuk membantu memperkuat ingatan dalam mengingat sesuatu yang baru mereka pelajari. Mereka akan kembali menggunakan gerakan-gerakan senam otakyang mereka senangi secara rutin bila stress atau tantangan muncul di dalam hidup mereka (Dennison, 2009).Dalam penelitian ini waktu yang dibutuhkan dalam pemberian latihan senam otak terhadap peningkatan keterampilan motorik halus anak pra sekolah usia 5-6 tahun yaitu selama 10-15 menit sebanyak 3 kali setiap satu minggu, dan latihan ini akan dilakukan selama 1bulan.
25
2.5 Hubungan Brain Gym terhadap Keterampilan Motorik Halus pada Anak Otak terus berkembang pada masa awal anak-anak, namun perkembangan otak pada masa awal anak-anak tidak sepesat pada masabayi. Rata-rata ukuran otak saat bayi mencapai usia dua tahun adalah 75% dari ukuran orang dewasa. Sedangkan ketika anak menginjak usia lima tahun otak anak mencapai 95% dari ukuran otak orang dewasa. (Hidayat, 2009;Wibowo,2005). Pertambahan myelination pada otak anak terjadi pada masa pertumbuhan tepatnya pada usia prasekolah. Pertambahan myelenation merupakan suatu proses dimana sel-sel saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Dampak dari proses ini adalah meningkatnya kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem saraf. Proses pertambahan myelenation ini begitu penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak, salah satunya perkembangan motorik. Terdapat dua klasifikasi perkembangan motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus. Gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar merupakan keterampilan motorik kasar. Sedangkan gerakan anak yang menggunakan otototot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu merupakan perkembangan motorik halus. Kemampuan anak menulis, menggunting, dan menyusun balok merupakan contoh dari gerakan motorik halus. Dalam memaksimalkan perkembangan motorik setiap individu memiliki kecepatan yang berbeda-beda (Hidayat, 2009). Senam otak merupakan salah satu alternative sehat yang paling efektif untuk mempercepat perkembangan motorik halus. Menurut Paul Deninnson senam otak dapat meningkatkan koordinasi motorik halus. Selama usia prasekolahperkembangan otak dan sistem saraf anak berkelanjutan. Semakin
26
sempurna susunan saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan dan perkembangan. Gerakan–gerakan senam otak merupakan suatu latihan sederhana untuk kebugaran fisik yang mengkhususkan pada upaya mempertahankan kebugaran otak. Menurut Markam (2005) dalam buku latihan vitalisasi otak, kegiatan struktural dan fungsional merupakan cara memelihara otak seorang individu secara neurologis. Pemeliharaan otak secara struktural dapat dilakukan dengan cara mengalirkan darah, oksigen dan energi yang cukup ke otak. Sedangkan, secara fungsional memelihara otak dapat dilakukan dengan senam otak, karena senam otak dilakukan dengan merangsang pusat-pusat otak melalui gerakan-gerakan yang sederhana.Aliran darah dapat meningkat ke semua bagian otak ketika melakukan gerakan-gerakan senam otak, selain itu kedua belahan otak akan menjadi lebih baik dan lebih kuat (Rachmah, 2008). Otak merupakan organ yang dinamis, dimana tumbuh dan membentuk jaringan antar syaraf. Semakin sering otak diberi stimulasi maka semakin banyak dan kuat jalinan antar sel syarafnya, maka dari itu stimulasi sangatlah penting untuk pembentukan jaringan antar syaraf otak. Hampir 90% dari otak tersusun oleh sel glia, sel glia yang menghubungkan antar saraf di otak. Fungsi sel glia sangat penting, diantaranya adalah menyingkirkan sisa neuron yang sudah mati, melindungi otak dari bahan beracun, memberi gizi pada neuron dan menyelubungi neuron (Wade& Carol, 2008). Sel glia terdiri dari tiga jenis, diantaranya adalah sel astroglia(astrosit), oligodendroglia (oligodendrosit) dan sel mikroglia. Oligodendroglia(oligodendrosit)
berfungsi
sebagai
pembungkus
akson,
membentuk selubung yang disebut membran mielin (Baehr &Frotscher, 2007).
27
Semakin panjang membran myelin akan menyebabkan perjalanan implus syaraf semakin cepat. Sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan otak anak, salah satunya perkembangan motorik halus. Menurut William Greenough latihan fisik dalam lingkungan yang kondusif menyebabkan pembentukan koneksi sinaptik (antar sel saraf) dalam jumlah besar. Latihan fisik akan memperkuat areaarea otak seperti serebelum, korpus kolasum dan ganglia basalis. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang berfungsi mengatur perkembangan motorik halus pada semua orang (Rachmah, 2008;Guyton& Hall, 2007). 2.6 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) adalah suatu pengalaman dimana seseorang aktif dan terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan membutuhkan koordinasi antara fisik, sistem emosional serta sistem kognitif seseorang. Apabila seseorang terlibat di dalam suatu aktivitas akan mengarah perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses internal yang dibutuhkan umtuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Aktivitas dipengaruhi oleh peran seseorang dalam hidupnya serta mempunyai arti yang unik untuk setiap orang. Pelaksanaan aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun proses belajar dalam peran, serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya.(Samosir. 2015) Aktivitas yang termasuk di dalam modalitas AFR adalah aktivitas yang mengandung tujuan terapi, antara lain : 1. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, ROM dan koordinasi.
28
2. Mempraktekkan gerakan volunter maupun refleks dalam tugas atau kegiatan terarah. 3. Mengandung gerakan – gerakan untuk melatih bagian tubuh yang sakit atau tidak maksimal sesuai dengan fungsinya. 4. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocasional dan melatih skill yang dibutuhkan dalam penyesuaian kerja. 5. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan kognisi. 6. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi. Aktivitas Fungsional dan Rekreasi memiliki keunikan dan kegunaan yang sangat luas. AFR mencakup semua aspek yaitu karya dan seni, olahraga dan rekreasi, pemeliharaan dri, pengelolaan rumah tangga, kegiatan kerja dan berain. 2.6.1
Mekanisme Kerja Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) pada Kemampuan Motorik Halus Aktivitas bermain merupakan kegiatan yang spontan pada anak yang
menghubungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya
imajinasi,
penampilan, anak dengan menggunakan seluruh
perasaan,tangan atau seluruh badan, hal ini dikemukakan oleh carol.s & nita barbaour(dalam Yohana Rumanda, dkk 2011) Menurut
Sujiono (2009)
bermain
adalah
kebutuhan semua
anak
terlebih bagi anak-anak yang berada direntang usia 3-6 tahun. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian dan mengembangkan imajinasi anak spontan dan tanpa beban.
29
Perkembangan motorik halus anak usia dini usia 5-6 tahun menurut Sujiono
(2007)
adalah
sebagai
berikut:
1)
mengikat
tali sepatu; 2)
memasukkan surat dalam amplop; 3) mengoles selai di atas roti; 4) membentuk berbagai objek dengan tanah liat; 5) mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju; 6)memasukkan benang ke lubang jarum. Anak usia 3-6 tahun telah memiliki kemampuan koordinasi motorik yang baik, koordinasi motorik halus antara mata dan tangan dikembangkan melalui
permainan
seperti
membentuk
tanah liat/lilin/adonan, memalu,
mencocok, menggambar, mewarnai, meronce dan menggunting, pengembangan keterampilan
motorik
halus
akan berpengaruh
pada
kesiapan
menulis,
Sumantri (DepDikNas, 2008). Adang,Ismail (2006) menyatakan bahwa plastisin dapat melatih sekaligus mengembangkan kreativitas anak. Sebab, dengannya anak dapat melakukan aktivitas eksplorasi dalam membuat berbagai bentuk model secara bebas dan spontan. Bermain dengan plastisin, anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka dengan menemukan serta membuat gaya-gaya
unik
dari
cara
berekspresi masing-masing. Setiap hasil karya bermain dengan plastisin akan berbeda dari satu anak dan lainnya, sama halnya dengan perbedaan dalam penampilan maupun kepribadiannya masing-masing anak. Manfaat bermain menggunakan media plastisin anak dapat mengkoordinasikan jari-jari tangan, melenturkan otot-otot jari tangan, melatih keuletan dan kesabaran serta mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak.Dengan bermain
plastisin ini,
anak belajar meremas, menggilik, menipiskan dan merampingkannya, ia
30
membangun
konsep tentang
benda, perubahannya dan sebab akibat yang
ditimbulkannya. Ia melibatkan indra tubuhnya dalam dunianya, mengembangkan koordinasi tangan dan mata, menguatkan otot – otot intrinsik tangan dan jari – jari tangan, mengenali kekekalan
benda, dan mengeksplorasi konsep ruang
dan waktu. Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dengan bermain Plastisin dilakukan 3 kali dalam 1 minggu dengan durasi waktu 10-15 menit selama 1 bulan.