BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB
5
PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1
Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Selama 2 bulan pelaksanaan kerja praktik (KP) yang terhitung mulai dari
tanggal 01 Maret 2014 sampai dengan 30 April 2014, kami melakukan beberapa pengamatan antara lain pengamatan methode galian dan buangan, struktur ground anchor, waller beam dan struktur raft foundation. Adapun untuk pengamatan struktur seperti pondasi bored pile, bentonite dan contigous pile, penulis tidak bisa mengamati secara langsung karena pekerjaan struktur tersebut telah dilaksanakan sebelum penulis melakukan kegiatan Kerja Praktik (KP) di Proyek Pembangunan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan untuk pekerjaan struktur core lift, dinding penahan tanah, shearwall, bondek, pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pekerjaan belum dilaksanakan sampai penulis menyelesaikan kegiatan Kerja Praktik (KP). 5.1.1 Pekerjaan Galian Tanah Galian tanah adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi yang bertujuan untuk mendapatkan desain atau bentuk konstruksi yang sesuai dengan elevasi yang direncanakan.
V-1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sebelum melakukan pekerjaan galian tanah, pihak kontraktor yaitu PT. PP (Persero), tbk melakukan pekerjaan dewatering, pekerjaan dewatering bertujuan untuk mempertahankan area galian tanah tetap kering dan tidak banjir akibat elevasi galian telah mencapai muka air tanah, namun dalam pekerjaan dewatering tetap dilakukan pengendalian air lingkungan supaya kondisi permukaan muka air tanah di lingkungan sekitar tidak mengalami penurunan akibat galian yang dilakukan di dalam area proyek. Methode galian tanah dan pemilihan sub kontraktor untuk jasa galian dan buangan galian harus benar-benar tepat dan jeli, karena apabila methode galian akan sangat berpengaruh terhadap realisasi progres lapangan dan tahap konstruksi berikutnya, dengan memperhitungkan kondisi cuaca galian akan menjadi salah satu kunci penting untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Pemilihan sub kontraktor juga harus tepat, memiliki jam terbang, alat berat (excavator), dump truck dan wilayah buangan yang pasti, apabila hal-hal berikut tidak terpenuhi tentu saja schedule yang sudah direncanakan akan mengalami kegagalan disababkan oleh armada yang tidak mencukupi atau wilayah buangan yang tidak ada atau jaraknya terlalu jauh.
Gambar 5.1. Galian dengan menggunakan backhoe PC 200 V-2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1.2 Pekerjaan Konstruksi Ground Anchor Ground Anchor adalah konstruksi yang berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak mengalami longsor atau sliding akibat adanya beban yang bekerja di sekitar tanah tersebut. Pada proyek Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diperlukan ground anchor dan dipasangkan pada sisi-sisi galian karena letaknya berbatasan langsung dengan jalan raya dan gedung yang telah ada sebelumnya. Dengan adanya ground anchor tersebut diharapkan tanah tidak mengalami longsor akibat beban dari gedung dan jalan sekitar serta tidak terjadi penurunan tanah pada gedung di sekitar proyek tersebut. Ground anchor pada proyek BNPB di bagi menjadi 2 lapis : Lapis 1 pada elevasi -2,5 m dengan jumlah 73 titik Lapis 2 pada elevasi -8,0 m dengan jumlah 83 titik Pekerjaan ground anchor memakan waktu ± 52 hari kerja, dimana setiap harinya rata-rata dapat menyelesaikan 3 titik/hari.
Gambar 5.2. Ground Anchor dan Waller Beam Layer 1 V-3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Methode Pelaksanaan Ground Anchor Methode pelaksanaan ground anchor diselesaikan dengan cara sebagai berikut : 1. Penentuan elevasi dan marking Proses ini dilaksanakan untuk menentukan ground anchor dan posisi caping beam pada posisi yang sesuai dengan design/shop drawing. 2. Pengecoran caping beam Pengecoran caping beam dapat dilakukan setelah di dapat elevasi, marking dan pemasangan begisting. Caping beam dibuat sepanjang tepi bangunan dengan dimensi 1,0m x 1,0m. mutu beton yang digunakan K-300 dengan slump 16±2.
Gambar 5.3. Caping Beam Proyek BNPB 3. Pekerjaan persiapan Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat-alat yang digunakan untuk proses drilling, grouting maupun stressing. 4. Pekerjaan drilling tanah V-4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Jenis pekerjaan yang digunakan pada proyek ini adalah rotary drilling, dimana mesin bor tersebut duduk diatas tanah/platform. Kotoran atau lumpur hasil pengeboran dari lubang bor dengan menyemprotkan air ke dalam lubang bor. Diameter pengeboran 20 cm sampai kedalaman 30 meter dengan kemiringan sudut 45°. 5. Instalasi Tendon Anchor Strand yang digunakan adalah 7-wire strand berdiameter 0,6 inch, perakitan tendon dilakukan di proyek. Tendon dimasukan ke dalam lubang dengan cara manual. Sebelum instalasi tendon dilakukan, air bertekanan di semprotkan ke dalam lubang untuk mengeluarkan lumpur sisa pengeboran.
Gambar 5.4. Tendon Anchor 6. Grouting Tendor Anchor Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai dan dilakukan pada hari yang sama atau dalam kurun waktu paling lambat satu hari setelah pengeboran selesai. Komposisi material grouting yang digunakan adalah 1 zak Portland cement (1 zak = 50kg) + 20 liter air + 225 gram grout additive (cebex 100), dengan water cement ratio 0,45. V-5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 5.5. Grouting Tendon Anchor 7. Stressing Tendon Anchor Alat yang digunakan untuk penarikan tendon anchor adalah satu unit hydraulic pump dan satu unit jack freyssinet, yang sesuai dengan type tendon anchor dan gaya yang bekerja pada tendon tersebut. Operasional penarikan tendon anchor di proyek di catat dalam suatu lampiran stressing record yang mencatat pressure gaya pada hydrolick jack dan panjang elongasi yang terjadi pada strand. Mutu grouting minimal saat stressing adalah 60 Mpa, stressing yang dilakukan untuk setiap ground anchor adalah dua cycle (125% dari gaya yang bekerja) dan satu lock off (110% dari gaya yang bekerja).
Gambar 5.6. Grouting Anchor Sebelum di Stressing
V-6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 5.7. Kepala Anchor (Kuku Macan) Kap. Tarik 90 Ton
Gambar 5.8. Ground Anchor Setelah di Stressing 60 Ton Pelepasan Kepala Anchor Setelah semua pekerjaan di atas selesai, maka ground anchor sudah berfungsi seperti yang direncanakan. Fungsi ground anchor dapat ditiadakan apabila bangunan sudah berdiri dan retaining wall sudah terhubung dengan struktur. Biasanya head anchor akan dilepas/direalase pada saat ground anchor tidak difungsikan lagi, tapi terkadang owner tidak menginginkan head anchor untuk dilepas. Jadi pekerjaan realease anchor tergantung pihak owner.
V-7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1.3 Pekerjaan Konstruksi Mat Foundation a. Pendahuluan Mat Foundation adalah pondasi dangkal yang memiliki luasan / bentuk menyerupai maras. Pekerjaan mat foundation ini merupkan pekerjaan mass concrete karena pondasi akan dicor memiliki volume 5.576 m³. Mass Concrete adalah pengecoran satu area dengan volume yang sangat besar dan dilakukan secara terus – menerus. Mass Concrete merupakan salah satu alternatif pengecoran dengan volume yang sangat besar atau kecil secara terus – menerus untuk mengecor sejumlah volume beton yang dipengaruhi oleh faktor teknik dan ekonomi. Pertimbangan utama dalam melaksanakan pengecoran secara besar – besaran adalah kontrol terhadap panas yang dihasilkan dari proses hidrasi akibat Massa beton yang besar yang dapat mengakibatkan retak dan akibat dari waktu pengecoran yang lama dapat menimbulkan cold joint. Akibat kenaikan temperatur dalam beton tersebut dan juga suhu keseluruhan kontruksi ketika beton menjadi dingin secara berangsur – berangsur, dapat menimbulkan terjadinya retak. Perubahan suhu maksimum ( Thermal shock ) yang dapat menyebabkan retak (Thermal Cracking ) adalah 40º C antara temperature beton dengan lingkungan dan adanya perbedaan temperature beton lebih dari 20º C. Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut diatas adalah dengan menghitung faktor – faktor sebagai berikut :
V-8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Kemampuan produsen ready mixed menyediakan volume beton dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cepat, dengan memperhitungkan durasi pelaksanaan dan kesiapan sumber daya.
Karakter beton yang dipergunakan, dengan memperhitungkan kandungan semen, jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran ( admixture ) dan lain – lain.
Pengendalian temperatur, dengan melakukan perawatan beton (Curing) secara efektif disesuaikan dengan keadaan cuaca sekitarnya pada saat pengecoran, selain itu perlu pengadaan tulangan distribusi yang memadai untuk mengontrol retak awal. b. Dasar Teori 1) Definisi Mass Concrete
Berdasarkan ACI 207 : Mass Concrete adalah segala volume beton dengan dimensi yang cukup besar sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas yang ditimbulkan oleh proses hydrasi semen. 2) Retak Thermal Terjadinya retak thermal karena bagian beton dipermukaan yang mendingin lebih cepat oleh pelepasan panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi kekangan terhadap pengembangan volume beton bagian dalam yang panas. Perbedaan suhu beton antara lapisan bawah, tengah dan atas ≤ 20 0 C. Sebagai upaya untuk mengatasi retak thermal tersebut, dalam mass concrete perlu memperhitungkan faktor-faktor berikut :
V-9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Kontinyuitas supply yaitu kemampuan produsen readymix menyediakan beton dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang cepat dengan memperhitungkan durasi pelaksanaan dan kesiapan sumber daya. Beberapa hal yang mempengaruhi kontinyuitas pengiriman : 1. Persiapan alat, personel dan infrastruktur proyek (jalan akses, lahan parkir dan manuver truck mixer serta area cuci truck mixer). 2. Kapasitas batching plan. Kapasitas batching plan harus ≥ 1 kapasitas bongkar proyek. 3. Cycle time dari batching plan ke lokasi proyek. Cycle time terdiri dari : 1. Waktu loading beton 2. Waktu perjalanan berangkat ke lokasi proyek 3. Waktu parker, manuver dan tunggu di proyek 4. Waktu bongkar (COR) 5. Waktu cuci truck mixer di proyek 6. Waktu perjalanan pulang dari proyek menuju batching plan 7. Jumlah kebutuhan minimal truck mixer. a). Karakter beton yang dipergunakan dengan memperhitungkan, kandungan semen, kandungan fly ash jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran (admixture), dll. b). Penggunaan jenis semen tertentu dapat mempengaruhi karakteristik beton untuk mass concrete, karena itu hanya semen yang cukup sesuai harus digunakan untuk mendapatkan kekuatan yang dikehendaki. Maka dalam hal ini diusulkan untuk digunakan semen type I dengan fly ash dengan prosentase sesuai persyaratan dan kebutuhan. Dalam hal ini V-10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
penggunaan fly ash adalah maksimal 25 % dari jumlah material cementitiuos. c). Mix Design menggunakan spesifikasi sebagai berikut (sesuai spesifikasi teknis dan ACI 21.1.1) : 1. Mutu beton adalah fc. 27,5 Mpa. 2. Prosentase fly ash 23 % 3. Suhu on site ≤ 300 C. 4. Water Cement Ratio = 0.45 5. Slump 14 ± 2 (12 – 16) cm. 6. Initial setting time 7 jam. c. Metode Pelakasanaan Metode pelaksanaan Mat Foundation tower B dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Galian Tanah Area Mat Foundation Galian tanah area mat foundation dilaksanakan sesuai shop drawing dengan kedalaman 1170 cm dari elevasi lantai dasar basement – 3, akan tetapi pada dasar mat foundation ditambah 5 cm untuk lantai kerja dan pada galian samping masing – masing diberi penambahan 15 cm yang digunakan untuk bekisting dari pasangan batako, galian pada area ini dilakukan dengan bantuan backhoe, sedangkan untuk area yang sulit dijangkaubackhoe dilakukan dengan tenaga manusia.
V-11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 5.9. Galian dengan menggunakan backhoe 2. Bobok dan Pemotongan Kepala Bored Pile Setelah proses pengggalian selesai, maka akan bampak kepala – kepala bore pile yang sudah tertanam sebelumnya. Kemudian kepala pancang yang tampak tersebut akan dipotong hingga ketinggian besi tulangan minimal satu meter dari dasar. Sebelum proses pemancangan dilakukan, terlebih dahulu kepala – kepala pancang dilakukan, terlebih dahulu kepala – kepala pancang tersebut di bobok agar besi tulangannya dapat terpisah dari beton. Proses pemotangan pancang ini dilakukan dengan bantuan tower crane dengan tujuan mempermudah pengangkatan dari area mat foundation, selain itu juga mempermudah waktu pelaksanaannya.
(a)
V-12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
(b)
Gambar 5.10. (a) Bobok Pancang
(b) Pemotongan Pancang dengan Breker
3. Penyemprotan Anti Rayap Penyemprotan anti rayap dilakukan sebelum lantai kerja dibuat. Daerah – daerah yang disemprotkan antara lain seluruh lapisan bawah dan dinding samping mat foundation. Penyemprotan anti rayap ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan penghalang kimia atara kontruksi bangunan dan tanah, sehinga melindungi bangunan dari serangan rayap.Material yang digunakan adalah STEDFAST 15 EC dengan komposisi satu liter stedfast 15 EC dicampur dengan 50 liter air. Aplikasi untuk 1m memputuhkan lima liter campuran. Pada waktu penyemprotan anti rayap ini kondisi tanah harus kering / tidak ada genangan air.
V-13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar.5.11. Stedfast penyemprot Anti rayap 4. Pekerjaan Lantai Kerja Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan setelah seluruh lapisan bawah mat foundation diratakan dan disemprotkan dengan anti rayap. Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan selambat – lambatnya satu hari setelah penyemprotan anti rayap. Pekerjaan lantai kerja dibuat dengan ketebalan 50 mm. material beton yang digunkan adalah material beton ready mix B-0. Mutu beton B-0 adalah K-125. Penentuan ketebalan lantai kerja diketahui dengan menggunkan alat elevasi level dengan bantuan tim Surveyor.
Gambar.5.12. Pengecoran lantai kerja
V-14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
5. Pekerjaan Bekisting Pekerjaan Bekisting dikerjakan pada sisi mat foundation dari material batako setinggi dua meter dan stop cor setinggi 500 mm untuk posisi starter bar bagian pembesian slab basement – 3. Pemasangan batako untuk dinding bekisting mat foundation ini dikerjakan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dinding batako dipasang setinggi 1200 mm, dan tahap kedua dinding batako dipasang lagi setinggi 800 mm dari tinggi tahap pertama. Hal ini dilakukan untuk meghindari rubuhnya dinding dari longsoran tanah diatasnya. Dalam pemasangan batako ini, seluruh permukaannya harus dipasang secara rapat dan rata atau tidak beloh berongga.
Gambar.5.13. Pemasangan Batako
V-15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 5.14. Isometri 6. Pekerjaan Pembesian Pembesian dilaksanakan setelah seluruh area mat foundation dibersihakan dari kotoran atau bekas – bekas material yang berserakan dengan menggunakan air compressor. Mutu besi tulangan yang digunakan adalah U50 ( fy = 5000 kg/ cm ) dan pengikat atar besi digunakan kawat bendrat.
Gambar 5.15. Pembesian layer bawah
V-16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemasangan pembesian terdiri dari beberapa pekerjaan anara lain : a . Pembesian Layer Bawah Pembesian layer bawah terdiri dari tulangan menerus pada arah x dan ditambah tulangan extra pada arah x dan y. penggunaan tulangan extra berfunsi sebagai perkuatan didaerah tertentu yang mempunyai bahan lebih besar dari daerah lain, seperti didaerah corewall yang berguna untuk Manahan beban angin ataupun beban akibat gempa bumi. Penyusunan tulangan tersebut disusun dalam empat lapis . lapis pertama terdiri atas tulangan menerus arah x dan besi D32 – 125 mm; lapis kedua terdiri dari tulangan menerus arah y dengan besi D32 – 125 mm ditambah tulangan sebagian selain tulangan ekstra arah x dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak 125 mm, lapis keempat terdiri atas tulangan ekstra arah y dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak 125 mm.
Gambar 5.16. Pembesian layer bawah b. Pemasangan Kaki ayam Untuk menghubungkan antara layer atas dengan layer bawah diperlukan kaki ayam.Kaki ayam sendiri menggunakan besi D25 dengan tinggi ± 1,6 meter, dimana bagian bawah dari kaki ayam tersebut diikatkan pada pembesian layer V-17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
bawah menggunakan kawat bendrat. Kaki ayam dipasang setiap jarak 2 meter untuk arah y dan 2,4 untuk arah x.
Gambar 5.17. Pemasangan Kaki ayam
c. Pembesian Layer Atas Pembesian layer atas pada umumnya sama dengan layer bawah, perbedaanya hanya pada penyusunan lapis pembesian. Penyusunan lapis pembesian pada layer atas berkebalikan dengan layer bawah.
Gambar 5.18. Pembesian Layer atas
V-18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
d. Pembesian Overstek kolom bawah dan Core wall Pembesian Overstek tulangan kolom bawah dan corewall dikerjakan dengan mutu besi U ( fy = 5000kg / cm² ). Sebelum dilakukan pembesian, maka perlu diberi marking agar tidak terjadi kesalahan letak pemasangan, surveor akan mencari as tiap kolom dengan alat theodolith dengan mengacu pada Bench Mark (BM) yang telah ditentukan. Tinggi penulangan stek kolom adalah 48,5 m dan tinggi penulangan stek carewall 4,5 m, semuanya itu diukur dari TOC mat foundation. Yang sangat perlu diperlihatkan dalam pelaksanaan pembesian dilapangan adalah
Posisi pembesian yang seharusnya dikerjakan
Jumlah Besi
Tipe Besi
Hal tersebut untuk menghindari adanya kesalahan pemasangan yang berakibat pembongkaran ulang sehingga dapat mengganggu schedule kerja.
Gambar 5.19. Pembesian didaerah corewall
V-19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
7. Separing ME Sparing ME merupakan pemasangan pipa / plumbing yang dilakukan oleh pihak ME yang berfungsi untuk saluran air. Pemasangan sparing ME pada area mat foundation menggunakan CIP dia 2”, 3”, 4” berjarak (50-70) cm di bawah TOC mat foundation. Pada pekerjaan sparing ME sangat diwajibkan teliti dan tepat karena apabila ada kesalahan setelah pengecoran selesai maka akan sangatsukar untuk membongkar ulang karena adanya pembesian Mat Foudation.
Gambar 5.20. Pemasangan Pipa 8. Pemasangan ThermoCouple Monitoring temperature beton dalam pengecoran mat foundation adalah sesuatu hal yang sangat penting. Terjadinya perbedaan temperature yang sangat besar akan menimbulkan efek keretakan pada beton yang akan berakibat fatal. Alat yang dipakai untuk memonitor perbedaan temperature tersebut adalah Thermocouple. Thermocouple dipakai selain untuk memonitor suhu/perbedaan temperature pada tiap bagian, juga digunakan untuk mengukur perbedaan suhu maximum yang terjadi setelah pengecoran selesai, thermocouple menggunakan 3 layer dan 4 titik, sehingga jumlah thermocouple 12 buah. Pengukuran V-20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
thermocouple dilakukan tiap dua jam untuk 24 jam pertama, dan setiap 3 jam untuk 24 jam berikutnya.
Gambar 5.21. Thermocouple 9. Pemasangan Kawat Loket / Penahan Longsoran Beton Berdasarkan pembagian area pengecoran dan setting time beton maka pengecoran mat foundation dibagi dalam beberapa zone, setiap pembagian zone dipasang kawat loket/mesh (20 x 20) mm yang berfungsi untuk menahan supaya beton tidak longsor, diamana longsoran beton tersebut dapat mengakibatkan Could joint pada daerah beton tertentu saat pengecoran dengan valume besar secara terus menerus. Dengan adanya jumlah beton dengan skala besar maka diperlukan adanya perkuatan pada kaat loket.Untuk perkuatan horizontal menggunakan besi D13, sedangkan untuk perkuatan vertikal menggunakan besi D-22.
V-21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 5.22. Pemasangan loket kawat 10. Inspeksi Dan Survey Dilakukan setelah pengecoran dimulai yang bertujuan mengetahui apakah pembesian yang terpasang sesuai dengan gambar kerja, kegiatan ini akan dilakukan oleh pihak pelaksana dengan pihak manajemen kontruksi. Daftar pembesian / checklist akan dibawa saat inspeksi dilakukan dilapangan, check list untuk pembesian meliputi : 1.
Shop drawing sudah di approval
2.
Diameter, jenis jumlah dan jarak besi sesuia shop drawing
3.
Overlaping sambungan sesuai dengan gambar
4.
Beton decking terpasang dengan jumlah dan diameter yang telah ditentukan ( 4 Buah / m²)
5.
Kaki ayam terpasang,diameter besi dan jarak sesuai dengan persyaratan
6.
Ikatan besi ( ikatan silang ) dengan bendrat cukup kuat ( tidak bergetar saat diketok )
7.
Besi bersih dari karat, oli, beton kering dan tanah
8.
Jarak bersiih pembesian minimal 45 mm
9.
Bending / bengkok besi sudah sesuai persyaratan yaitu 5D V-22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
10.
Elavasi tulangan / pembesisan sudah benar dan kuat Ispeksi merupakan hal yang sangat penting, diharapkan ketika pengecoran
telah selesai dilakukan tidak akan ada masalah untuk pekerjaan berikutnya dan juga menghindari adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak kontraktor. 11. Pemasangan Stop Cor Dilakukan pada proses pengecoran dimulai, terdiridari plywood 18 kayu 50/70 dan list kayu 40 x 40 sebagai tempat waterstop. Berfungsi agar tidak ada kebocoran antara pertemuan beton lama dan beton baru bertemu.
Gambar 5.23. Waterstop 12. Pemasangan Tenda Pada saat pengecoran diperlukan adanya antisipasi oleh pihak pelaksana apabila terjadi hujan yang dapat mengganggu pengecoran dan dapat merusak mutu beton, maka pemasangan tenda sebagai alternatif tindakan yang dilakukan dan berfungsi juga menghindar panas sinar matahari secara langsung.Untuk rangka tenda sebagai alternative tindakan yang dilakukan dan berfungsi juga menghindari panas sinar matahari secara langsung. Untuk rangka tenda menggunakan pipa besi ф1 – 1,5. Pipa rangka dimasukan pada tulangan besi yang V-23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
telah dilas pada kaki ayam.Untuk ketinggian terpal pada tepi tenda diberi perkuatan berupa ikatan dirangka atas tenda kepasak.
Gambar 5.24. Detail Tenda
Gambar 5.25. Tenda dari terpal 13. Pekerjaan Waterproofing Beberapa jam sebelum dilakukan pengecoran, dinding bekisting dan lantai kerja dari mat foundation dilapisi dengan waterproofing. Untuk lantai dengan cara kristalisasi atau ditabur, sedangkan untuk dinding dengan cara disemprot. Fungsi dari pelaksanaan waterproofing ini adalah agar membuat bikisting menjadi kedap air sehingga air dari dalam tidak merembes keluar dan begitu juga sebaliknya, air dari luar tidak bisa masuk kedalam V-24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pada pelaksanaannya untuk penyemprotan waterproofing dinding bekisting menggunakan dua aplikasi. Pada aplikasi pertama dilakukan penaburan Formdexplus 1,5 kg/m2, pelaksanaan 15 menit sebelum cor. Sedangkan pada aplikasi kedua dilakukan penyemprotan dilakukan penyemprotan pada dinding bekisting dalam, aplikasi ini terdiri dari lapisan dari dua lapisan yaitu lapisan pertama dengan komposisi 0,5 kg / m, dan lapisan kedua 1 kg / m. aplikasi kedua dilaksanakan 3 jam sebelum cor.
(a)
(b)
Gambar 5.26. (a). Bahan Intergral waterproofing (Conplast WP 421) (b). Penyempuran Waterproofing 14. Pengecoran Pengecoran mat foundation memerlukan jumlah volume beton yang tidak sedikit dan tentu juga memerlukan biaya yang sangat besar , sehingga sangat penting untuk persiapan antara lain : 1)
Jalan Akses Truk Mixer
2)
Lahan parker dan maneuver truk
3)
Area Cuci truk Mixer ( Washing Bay ) V-25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
4)
Instalasi Listrik ( adanya genset 150 KVA sebagai backup jika listrik PLN
padam ) 5)
Sistem Drainase ( Pembuangan air hujan yang jatuh dari terpal akan dibuat
saluran sementara 6)
Concrete Pump ( diperlukan cadangan Concrete Pump apabila adanya
masalah pada saat pelaksanaan Cor )
Gambar 5.27. Pengecoran Massconcrete 15. Finishing Trowel Pekerjaan ini dilakukan pada saat beton mendekati setting. Finish trowel ini dilakukan dengan tujuan untuk memperhalus permukaan lantai beton yang telah diberi floor hardener. Pelaksanaan floor hardener sendiri dilakukan setelah 30 menit / beton setting, dan dilaksanakan dengan system tabor. Komposisi yang digunakan 5 kg / m² dengan dua kali tabur dan dikontrol elevasinya sesuai shop drawing. Proses penaburan dilakukan setelah relag selesai.
V-26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 5.28. Finishing Trowel 16. Pemasangan Steryfoam Setelah permukaan lantai mat foundation sudah mulai mengeras, maka perlu
dilakukan curing.
Proses curing
ini
dilakukan
dengan
cara
pemasangan steryfoam pada permukaan beton agar perubahan suhunya tetap terjaga. Pemasangan steryfoam ini bertujuan menghindari adanya retak thermal pada permukaan beton akibat perubahan yang dihasilkan oleh suhu dalam beton dengan suhu luar.Dalam hal ini steryfoam berfungsi sebagaifilter antara suhu udara luar dengan suhu dalam beton.
V-27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
V-28 http://digilib.mercubuana.ac.id/