BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 6 Januari sampai dengan 26 April 2014 dengan jumlah minggu sebanyak 16 minggu. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan tersebut dengan maksud pelaksanaan tidak terkendala oleh liburan sekolah, utamanya pada kegiatan on service learning siklus pertama dan siklus kedua tidak terganggu. Hal tersebut dikarenakan untuk melaksanakan kegiatan on-service learning (OSL) baik siklus pertama dan kedua harus pada saat siswa masuk kelas, supaya pelaksanaan supervisi kepala sekolah dapat dilaksanakan pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran. Minggu pertama digunakan untuk menyusun proposal, minggu kedua menyusun instrumen dan kelengkapan lain, minggu ketiga sudah langsung kegiatan pelatihan inservice learning (ISL) pertama selama satu hari, minggu keempat sampai kelima mulai melaksanakan on-service learning (OSL) pertama dengan pendampingan, minggu keenam digunakan untuk in-service learning (ISL) kedua pada siklus pertama, dan minggu ketujuh sampai kedelapan kembali melaksanakan on-service learning (OSL) kedua. Pada minggu kesembilan melaksanakan (ISL) pertama siklus kedua, minggu kesepuluh sampai minggu kesebelas digunakan untuk (OSL) pertama sikus kedua, dan minggu kedua belas digunakan untuk (ISL) kedua siklus kedua, dan 45
46
diakhiri dengan on-service learning (OSL) kedua siklus kedua pada minggu ketiga belas dan empat belas. Pada minggu kelima belas sampai selesai digunakan untuk analisis data, pembahasan data hasil penelitian, dan untuk menyusun laporan penelitian.
2. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan dengan menggunakan dua sistem yaitu untuk kegiatan ISL siklus pertama pertemuan diadakan di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung, dengan pertimbangan tempat yang strategis. Sedangkan untuk siklus kedua diadakan di SMP Muhammadiyah 5 Kandangan untuk pertemuan pertama, SMP, dan SMP Muhammadiyah 6 Kaloran untuk pertemuan kedua. Untuk OSL siklus pertama dan kedua berada di sekolah masing-masing yang menjadi subjek penelitian tepatnya di 9 sekolah swasta yang menjadi binaannya. Kesembilan sekolah tersebut adalah SMP Muhammadiyah 1 Temanggung, SMP Muhammadiyah 5 Kandangan, SMP JT Kandangan, SMP Muhammadiyah 6 Kaloran, SMP PGRI 1 Kaloran, SMP PGRI 2 Kaloran, SMP Islam Sudirman Kaloran, SMP PGRI 8 Pringsurat, dan SMP Salomo Pringsurat. Kesembilan sekolah swasta binaan tersebut tersebar pada 4 kecamatan. Pemilihan tempat pada OSL di sekolah masing-masing dengan pertimbangan untuk memudahkan penerapan hasil pelatihan pada sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolahnya dan memudahkan pengaturan jadwal supervisi.
47
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian pada penelitian ini adalah kepala sekolah yang meliputi kompetensi supervisi akademik yang terdiri dari 1) membuat perencanaan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; 2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; 3) membuat rencana tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
Dan perubahan persepsi kepala sekolah binaan terhadap supervisi
akademik setelah diberikan workshop in-on-in-on Plus TB pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
C. Sumber Data Sumber data primer dalam penelitian ini berasal dari sembilan kepala sekolah yang diberi perlakuan. Datanya berupa hasil kinerja dan perubahan persepsi kepala sekolah pada kompetensi supervisi akademik menggunakan instrumen ceklis dan wawancara, serta pengamatan. Sumber data sekunder berasal dari hasil wawancara dengan guru yang disupervisi, hasil pengamatan teman sejawat, dan beberapa wawancara dengan guru lainnya. Sumber data primer dan sekunder berkaitan dengan kompetensi supervisi akademik dan perubahan persepsi kepala sekolah pada awal prasiklus, siklus pertama, dan siklus kedua sembilan kepala sekolah swasta. Kesembilan kepala sekolah yang dijadikan data primer pengangkatan jabatan dari yayasan masing–masing. Masa kerja kepala sekolah dikelompokan menjadi tiga yaitu pengangkatan kurang 2 tahun sebanyak 5 orang, pengangkatan antara 2 sampai 4 tahun
48
sebanyak 2 orang, dan pengangkatan di atas 5 tahun sebanyak 2 orang. Kesembilan kepala sekolah tersebut adalah kepala SMP Muhammadiyah 1 Temanggung, SMP Muhammadiyah 5 Kandangan, SMP JT Kandangan, SMP Muhammadiyah 6 Kaloran, SMP PGRI 1 Kaloran, SMP PGRI 2 Kaloran, SMP Islam Sudirman Kaloran, SMP PGRI 8 Pringsurat, dan SMP Salomo Pringsurat.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Secara umum ada dua teknik pengumpul data yang sering dipakai dalam penelitian, yaitu teknik tes dan nontes. Namun, pada penelitian ini menggunakan teknik nontes yang mencakup wawancara, dokumentasi dan observasi. Penggunaan wawancara, observasi dan dokumentasi bertujuan ingin mengetahui dan mendalami kompetensi supervisi akademik
kepala
sekolah
yang
berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan supervisi di kelas, cara membuat rencana tindak lanjut hasil supervisi akademik, dan persepsi kepala sekolah setelah mengikuti kegiatan in-on-in-on Plus TB mulai kegiatan in service learning sampai kegiatan on service learning pertama maupun kedua.
2. Alat Pengumpulan Data Guna mendapatkan data yang dibutuhkan, diperlukan beberapa alat pengumpul data. Pada penelitian ini alat pengumpul data yang dipakai
49
berupa lembar observasi, panduan wawancara, dokumentasi, dan lembar ceklis. a. Lembar Observasi Lembar observasi berupa panduan yang berisi instrumen yang digunakan untuk melakukan aktivitas observasi pada saat kepala sekolah mangikuti kegiatan in service learning maupun on service learning di kelas. Lembar observasi ini dibuat peneliti hasil dari pengembangan lembar observasi yang sudah ada. b. Panduan Wawancara Moleong (2007) menyatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dua pihak yaitu si pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pertanyaan dapat dibuat secara terbuka atau tertutup. Panduan wawancara yang dipakai pada penelitian ini menggunakan panduan wawancara terbuka, namun tetap dalam koridor yang berhubungan dengan kompetensi dan persepsi supervisi akademik yang berisi beberapa butir pertanyaan kepada guru dan kepala sekolah sebagai respondennya. c. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan berupa dokumentasi hasil pelaporan supervisi pada guru, foto yang diambil pada saat mengikuti kegiatan in-on-in-on Plus TB yang berisi kegiatan pelaksanaan supervisi kepala
50
sekolah pada guru, dokumen program supervisi, rencana tindak lanjut, dan instrumen yang dimiliki kepala sekolah. d. Ceklis Lembaran ceklis untuk mengumpulkan data yang akan dipakai dalam mendeskripsikan kompetensi supervisi akademik kepala sekolah yang diteliti dan persepsi kepala sekolah, baik yang digunakan oleh peneliti, pengawas lain sebagai observer yang membantu pengambilan data dalam penelitian ini.
E. Validasi Data Supaya
data
yang
diperoleh
bermanfaat
dan
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka dilakukan validasi, baik menyangkut instrumen yang akan dipakai mengumpulkan data maupun teknik pengumpulannya. Untuk validasi alat/instrumen pengamatan, dengan meminta masukan dari teman pengawas lain, maupun membandingkan instrumen yang dipakai dengan instrumen lain yang sudah ada. Misalnya, instrumen dari buku pengawas yang dikeluarkan dari kementerian pendidikan nasional, instrumen penilaian kinerja guru dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan persepsi kepala sekolah pada kompetensi supervisi. Untuk tekniknya dengan menggunakan beberapa teknik pengumpul data, seperti wawancara, studi dokumentasi yang dimiliki kepala sekolah, maupun observasi secara langsung. Cara triangulasi sumber dengan melibatkan teman
51
observer dalam pengambilan data. Adapun untuk triangulasi metode dengan mencocokkan data dari wawancara, observasi, ceklis, dan dokumentasi.
F. Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. 1. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk data yang diperoleh dari observasi kelengkapan dokumen yang dimiliki kepala sekolah, dan pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Tata cara penskoran untuk tiap-tiap indikator dikembangkan dari instrumen akreditasi SMP, Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah pada kompetensi supervisi, sumber lain, dan pengalaman peneliti. Rentang skor dari 1 sampai dengan 5, dan tiap-tiap komponen skor maksimal dan minimalnya adalah sebagai berikut. a. Membuat perencanaan kepengawasan dengan rentang skor 20 sampai 100. b. Melaksanakan kepengawasan dengan rentang skor 20 sampai 100. c. Membuat dan melaksanakan rencana tindak lanjut kepengawasan dengan rentang skor 20 sampai 100. d. Skor maksimal untuk seluruh komponen yang menyangkut kinerja kepala sekolah dalam kompetensi kepengawasan supervisi akademik adalah 100.
52
Sedangkan untuk menilai persepsi kepala sekolah terhadap kegiatan supervisi akademik adalah sebagai berikut. a. Frekuensi melaksanakan supervisi akademik dengan rentang skor 20 sampai 100. b. Mencari sumber bacaan terkait dengan supervisi akademik dengan rentang skor 20 sampai 100. c. Mencari instrumen terkait dengan supervisi akademik dengan rentang skor 20 sampai 100. d. Menanyakan tentang berbagai hal terkait supervisi akademik dengan rekan kepala sekolah/pengawas dengan rentang skor 20 sampai 100. e. Kesungguhan dalam melaksanakan supervisi akademik dengan rentang skor 20 sampai 100. f. Skor maksimal untuk persepsi kepala sekolah dalam kompetensi kepengawasan supervisi akademik adalah 100. Dalam menentukan kriteria kompetensi kepengawasan supervisi akademik ditentukan dengan tahapan sebagai berikut. 1) Mengkonversi skor perolehan menjadi nilai maksimal 100 yang menggambarkan nilai kinerja/ kompetensi supervisi akademik dengan rumus. ୗ
a) Nilai membuat perencanaan kepengawasan N Pr =ୗ ݔ100. ୗ
b) Nilai melaksanakan kepengawasan N Pl =ୗ ݔ100.
c) Nilai membuat dan melaksanakan rencana tindak lanjut ୗ
kepengawasan N Tl =ୗ ݔ100.
53
d) Nilai seluruh komponen yang menyangkut kinerja kepala sekolah dalam kompetensi kepengawasan supervisi akademik (NKSA) dengan rumus sebagai berikut. NKSA
=
୰ ା ୪ା ୪ ଷ
ݔ100.
2) Mengkonversi skor perolehan menjadi nilai maksimal 100 yang menggambarkan nilai persepsi supervisi akademik dengan rumus. a) Nilai Frekuensi melaksanakan supervisi akademik N Fr ୗ
=ୗ ݔ100.
b) Nilai mencari sumber bacaan berkaitan dengan supervisi ୗ
akademik N Ms =ୗ ݔ100.
c) Nilai mencari instrumen berkaitan dengan supervisi akademik ୗ
N Mi =ୗ ݔ100.
d) Nilai menanyakan tentang berbagai hal terkait supervisi akademik dengan rekan kerja kepala sekolah/pengawas ୗ
binaannya N Ta =ୗ ݔ100.
e) Nilai kesungguhan dalam melaksanakan supervisi akademik ୗ
N Ks =ୗ ݔ100.
f) Nilai seluruh komponen yang menyangkut persepsi kepala sekolah dalam kompetensi kepengawasan supervisi akademik (NKSA) dengan rumus sebagai berikut. NKSA
=
୰ ା ୱ ା ୧ା ୟା ୱ ହ
Keterangan SP = Skor perolehan
ݔ100
SM = Skor maksimal.
54
3) Memasukkan nilai kinerja (NK) dan nilai persepsi kepala sekolah yang diperoleh menggunakan tabel dengan kriteria yang ditetapkan sebagai berikut. a) Nilai 0 s.d 45 menunjukkan kemampuan sangat kurang. b) Nilai 46 s.d 60 menunjukkan kemampuan kurang. c) Nilai 61 s.d 75 menunjukkan kemampuan cukup. d) Nilai 76 s.d 85 menunjukkan kemampuan baik. e) Nilai 86 s.d 100 menunjukkan kemampuan sangat baik.
2. Analisis Kualitatif Data yang diperoleh dari hasil wawancara, ceklis, hasil observasi, dan dokumentasi foto
dianalisis secara kualitatif, dideskripsikan
menggunakan kalimat/kata-kata sehingga mudah dipahami oleh berbagai pihak. Hasil analisis data secara kualitatif digunakan dari penilaian kuantitatif pada perencanaan, pelaksanaan, tindak lanjut dan persepsi sepervisi kepala sekolah. Hasil akhir analisis data kualitatif maupun kuantitatif, digunakan untuk melakukan refleksi, dan tindak lanjut ke siklus berikutnya atau mengambil kesimpulan.
G. Indikator Kinerja Beberapa indikator kinerja yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan membuat perencanaan kepengawasan minimal 80. 2. Kemampuan melaksanakan kepengawasan minimal 80.
55
3. Kemampuan membuat dan melaksanakan rencana tindak lanjut kepengawasan minimal 80. 4. Kinerja kepala sekolah dalam kompetensi kepengawasan supervisi akademik minimal 80. 5. Persepsi kepala sekolah terhadap kepengawasan supervisi akademik minimal 80.
H. Prosedur Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan sekolah tidak jauh berbeda dengan penelitian tindakan kelas. Hal tersebut ditandai dengan adanya siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah 1) penetapan fokus permasalahan, 2) perencanaan tindakan, 3) pelaksanaan tindakan, 4) pengumpulan data (pengamatan/observasi), 5) refleksi (analisis, dan interpretasi), 6) perencanaan tindak lanjut (Dirjen PMPTK 2010:14). Dari keenam kegiatan tersebut, secara ringkas dapat dilaksanakan dalam empat kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Berapa banyak pelaksanaan siklus sangat bergantung pada ketercapaian indikator kinerja yang sudah ditetapkan. Untuk itu maka penentuan besarnya indikator kinerja jangan terlalu rendah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai rangsangan untuk peningkatan kegiatan penelitian. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan seperti pada gambar 3.1 berikut.
56
Permasalahan
Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan 1
Tindakan 1
SIKLUS - I
Pengamatan/ Pengumpulan Data 1
Refleksi 1
Permasalahan baru, hasil Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan 2
Tindakan 2
SIKLUS - II Refleksi Refleksi -2I
Bila Permasalahan Belum Terselesaikan
Pengamatan/ Pengumpulan Data 2
Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya
Sumber Membimbing Guru dalam Menulis PTK (2010:15) Dirjen PMPTK Kemdikbud
Gambar 3.1 Siklus Penelitian
Pada penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, dengan tiap–tiap siklus ada empat kegiatan. Sebelum pelaksanaan siklus kesatu, dilakukan kegiatan prasiklus dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi tentang kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah pada sekolahnya. Dari data yang terkumpul tersebut, hasilnya digunakan untuk melakukan tindakan pada siklus ke satu.
57
1. Prosedur Penelitian Siklus I Seperti pada penelitian tindakan kelas maupun tindakan sekolah lainnya, maka prosedur baku pada penelitian siklus kesatu mencakup perencanaan, pelaksanan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Kegiatan keempat hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus kesatu meliputi. 1) Menyiapkan materi untuk kegiatan ISL baik pertama maupun kedua. 2) Menyiapkan lembar wawancara baik pada guru, maupun kepala sekolah. 3) Menyiapkan lembar observasi pada kegiatan ISL maupun pada OSL, dan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di kelas yang disupervisi. 4) Menyiapkan peralatan kamera untuk mendokumentasikan berbagai kegiatan kepala sekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan In-OnIn-On Plus TB, kegiatan guru yang sedang mengajar, dan kegiatan kepala sekolah pada saat melaksanakan supervisi di kelas. 5) Menyusun jadwal kegiatan In-On-In-On Plus TB dan berkoordinasi dengan kepala sekolah yang akan diobservasi. b. Pelaksanan Sesuai dengan jadwal yang telah disusun, maka pada kegiatan pelaksanaan workshop ISL dilaksanakan secara bersama di SMP
58
Muhammadiyah 1 Temanggung dengan diawali menyajian materi dari peneliti berkaitan dengan supervisi akademik, selanjutnya menyusun instrumen supervisi akademik oleh para kepala sekolah dengan dibimbing peneliti. Kegiatan OSL berlangsung di sekolah masing– masing sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati, dengan langkah kegiatan sebagai berikut. 1) Datang ke sekolah sasaran dan bertemu dengan kepala sekolah. 2) Melihat dokumen administrasi yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi
akademik
yang
berupa
program
supervisi,
lembar/instrumen observasi supervisi KBM, maupun dokumen foto yang dimiliki berkaitan dengan supervisi akademik. 3) Melakukan observasi kegiatan supervisi kepala sekolah di kelas. 4) Melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru setelah selesai kegiatan observasi di kelas. c. Pengamatan dan Pengumpulan Data Sebenarnya, pada kegiatan observasi menyatu dengan kegiatan pelaksanaan In-On-In-On Plus TB, baik pada saat bersama–sama di SMP Muhammadiyah 1 Temanggung, maupun SMP tempat kepala sekolah pada saat melakukan supervisi di kelas. Namun, pada langkah ini ada beberapa kegiatan yang lebih khusus antara lain sebagai berikut. 1) Melaksanakan pengamatan kegiatan kepala sekolah pada saat InOn-In-On Plus TB, dan melakukan pengamatan pada kepala sekolah yang sedang melaksanakan supervisi pada guru yang sedang
59
melaksanakan
proses
pembelajaran
menggunakan
lembar
pengamatan, dan membuat ceklis, serta mengambil gambar untuk melengkapi data selama proses pengamatan. 2) Melihat dokumen kepala sekolah yang telah dimiliki setelah proses pengamatan selesai dilakukan. 3) Mengumpulkan hasil pengamatan dari observer pertama dan kedua. 4) Menilai kegiatan pengamatan dengan berpedoman pada norma yang sudah dibuat, dan hasilnya digunakan untuk refleksi. d. Refleksi Dari hasil kegiatan observasi dan penilaian In-On-In-On Plus TB selanjutnya dijadikan bahan refleksi untuk mengetahui ketercapaian indikator kinerja yang sudah disusun. Pada kegiatan ini juga dicari kendala mengapa hasil penilaian belum sesuai, dicatat kelebihan, kekurangan, dan saran–saran dalam diskusi antara peneliti/observer kesatu, observer kedua, dan kepala sekolah. Pada tahap refleksi dilakukan dengan membandingkan data hasil observasi peneliti dan observer lain dengan data prasiklus, dan dengan indikator kinerja yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dari hasil tersebut akan diketahui kemajuan tindakan pada siklus pertama, yang nantinya digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus kedua.
2. Prosedur Penelitian Siklus Kedua Pada kegiatan siklus kedua pada dasarnya pelaksanaannya tidaklah jauh berbeda dengan langkah-langkah yang ditempuh siklus sebelumnya,
60
hanya saja temuan tentang kendala dan kelemahan, dicari penyebabnya dan dicarikan solusi pemecahannya. Kebaikan dan kelebihan yang ada pada siklus pertama dilanjutkan pada siklus kedua. Tahapan siklus kedua tersebut sebagai berikut. a. Perencanaan Pada kegiatan perencanaan antara lain menyempurnakan materi, teknik workshop pada kegiatan ISL baik pertama maupun kedua, lembar wawancara, lembar observasi maupun jadwal kegiatan In-OnIn-On Plus TB. b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan dimulai dengan menyampaikan temuantemuan dari hasil pelaksanaan siklus kesatu di SMP Muhammadiyah 5 Kandangan secara bersama berkaitan dengan supervisi akademik pada pertemuan pertama, dan di SMP Muhammadiyah 6 kaloran pada pertemuan kedua di kegiatan ISL siklus kedua. Selanjutnya, menyempurnakan instrumen supervisi akademik secara berkelompok oleh para kepala sekolah dengan dibimbing peneliti. Kegiatan OSL berlangsung di sekolah masing–masing sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati dengan langkah kegiatan sebagai berikut. 1) Ke sekolah sasaran dan bertemu dengan kepala sekolah. 2) Meminta hasil pelaksanaan supervisi akademik yang yang sudah dilaksanakan, lembar/instrumen observasi supervisi KBM yang sudah diperbaiki, dan dokumen foto yang dimiliki berkaitan dengan supervisi akademik.
61
3) Melakukan pengamatan kepala sekolah pada saat melaksanakan supervisi pada guru di kelas. 4) Melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru setelah selesai melakukan supervisi di kelas. c. Pengamatan/evaluasi Pada kegiatan mengamati menyatu dengan kegiatan pelaksanaan In-On-In-On Plus TB, baik pada saat bersama–sama di SMP Muhammadiyah 1 Kandangan, maupun SMP tempat kepala sekolah pada saat melakukan supervisi di kelas. Kegiatan ini tidak jauh berbeda dengan siklus pertama. Pada kegiatan pengamatan dan penilaian ada beberapa kegiatan antara lain. 1) Pengamatan dilaksanakan pada dua kegiatan yaitu pada saat kepala sekolah secara bersama mengikuti workshop in service learning pendampingan, dan pada saat kepala sekolah melaksanakan OSL pendampingan di sekolahnya. 2) Melihat dokumen kepala sekolah yang telah dimiliki setelah proses pengamatan selesai dilakukan. 3) Mengumpulkan hasil pengamatan dari observer lain. 4) Menilai kegiatan pengamatan dengan berpedoman pada norma yang sudah dibuat, dan hasilnya digunakan untuk refleksi. d. Refleksi Pada kegiatan refleksi dikumpulkan berbagai temuan hasil kegiatan In-On-In-On Plus TB, baik dari peneliti mapun dua observer lain untuk dinilai dan nantinya digunakan untuk mengetahui kemajuan antara
62
siklus pertama dengan siklus kedua. Dari hasil siklus kedua ini hasilnya dibandingkan dengan indikator kinerja apakah sudah dapat tercapai atau belum, yang selanjutnya untuk melakukan tindakan ke siklus berikutnya atau mengambil kesimpulan dan rekomendasi. Pada tahap ini instrumen yang dipakai menggunakan instrumen seperti pada siklus sebelumnya.