[106] Ketika Media Massa Tampilkan Muktamar Khilafah Thursday, 31 October 2013 01:13
Secara umum, berita-berita yang mereka tampilkan membawa pesan seperti yang disampaikan dalam muktamar.
Muktamar Khilafah 2013 berlangsung di seluruh Indonesia. Muktamar bergulir sejak 5 Mei hingga 2 Juni di 31 kota dengan mengusung tema besar: ‘Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah’. Ribuan orang di setiap kota berkumpul untuk menyuarakan hal yang sama yakni penerapan syariah Islam secara kaffah dalam naungan khilafah.
Kegiatan ini bagi kota-kota tersebut sangat berpengaruh. Betapa tidak, untuk banyak kota, perhelatan itu merupakan perhelatan ormas Islam yang tergolong paling besar. Kalaupun ada kegiatan besar, paling-paling kegiatan kampanye partai politik.
Tak mengherankan jika kegiatan muktamar itu menjadi santapan media massa di daerah. Sehari setelah acara berlangsung, umumnya media-media cetak di daerah memuat acara itu dengan berbagai sudut pandang.
1/6
[106] Ketika Media Massa Tampilkan Muktamar Khilafah Thursday, 31 October 2013 01:13
Di Kendari, Sulawesi Tenggara, Koran Rakyat Sultra mengangkat acara muktamar di halaman utama. Koran tersebut memasang judul: ‘Peserta Padati Muktamar Khilafah’. Di atas berita tersebut terpampang foto peserta dalam jumlah yang banyak dan aksi teatrikal.
Selain Koran Rakyat Sultra, acara ini juga dimuat di Metro Kendari. Judul yang diangkat adalah: ‘HTI Gelorakan Perubahan Dunia’, dengan foto di halaman utama peserta yang membludak yang dipotret dari atas.
Muktamar di Kalimantan Selatan dimuat oleh Radar Banjarmasin. Di halaman utama, koran itu memasang foto aksi teatrikal. Judul beritanya cukup menggemparkan: ‘Sabilal Muhtadin Penuh Sesak’.
Di Medan Sumatera Utara, koran yang cukup besar di provinsi tersebut, Waspada, mengangkat judul pendek tapi sarat makna: ‘Tegakkan Khilafah’. Di atasnya dipasang foto pembicara yang sedang orasi dan foto massa ibu-ibu yang memenuhi stadion Teladan Medan.
Koran Sinar Indonesia Baru yang terbit di Medan mengambil pernyataan Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib yang berbicara di Muktamar Khilafah Surabaya. Koran itu mengangkat judul: ‘HTI: Parpol Islam atau Tidak, Sama Saja’. Harian Waspada juga mengangkat judul yang sama pada halaman dalam.
Masih di Medan, Harian Sumut Pos mengangkat acara muktamar pada berita nasional dengan judul: ’20 Ribu Umat Muslim Hadiri Muktamar Khilafah’ dengan menampilkan foto para pembicara yang ada di panggung acara.
Di Batam, Kepulauan Riau, Batam Pos memberitakan kegiatan Muktamar Khilafah Batam dengan judul: ‘Luruskan Niat Menegakkan Khilafah’. Meski hanya di berita nasional, foto yang ditampilkan yakni peserta yang sedang melambaikan bendera ar Raya cukup menjadi perhatian.
Di Tanjungpinang, acara muktamar menjadi santapan Harian Tanjungpinang Pos dan Batam Pos. Di Tanjungpinang Pos, judul yang diambil: ‘Serentak di Empat Daerah’. Sebelumnya, ada
2/6
[106] Ketika Media Massa Tampilkan Muktamar Khilafah Thursday, 31 October 2013 01:13
berita: ‘Besok Digelar Muktamar Khilafah’. Sementara Batam Pos mengambil judul: ‘HTI Gelar Muktamar Khilafah’.
Muktamar Khilafah di Surabaya Jawa Timur disemarakkan dengan pemberitaan di berbagai media local. Mulai Harian Radar Kediri, Radar Banyuwangi, Radar Jember, Radar Malang, Radar Madura, Radar Bromo, dan Harian Surya.
Dalam muktamar yang diikuti sekitar 60 ribu warga Jawa Timur di Stadion 10 Nopember Tambaksari Surabaya itu, TVRI Jatim meliputnya secara khusus dan kemudian menayangkan ulang selama 1 jam dua hari berikutnya.
Di Jakarta, puncak muktamar diliput oleh beberapa media nasional seperti Harian Kompas dan Republika. Kompas hanya memasang foto peserta muktamar dan disandingkan dengan pemberitaan tentang Pancasila. Sementara Harian Republika memberi tempat secara khusus pada suplemen Khazanah dengan judul: HTI Inginkan Islam Kaffah.
Selain diliput oleh media cetak, Muktamar Khilafah Jakarta disiarkan secara live oleh Radio Dakta 107FM. Dakta menyiarkannya secara langsung selama tiga jam. Tak ketinggalan beberapa televisi juga memuat acara ini seperti MetroTV yang siaran live selama beberapa menit dari Gelora Bung Karno juga ANTV dan Trans7.
Liputan secara khusus dilakukan oleh TVRI. Stasiun milik pemerintah itu menyiapkan siaran tunda yang rencana akan ditayangkan pada Kamis (6/6). Untuk kepentingan itu, TVRI menurunkan 60 kru untuk merekam acara muktamar.
Tak bisa dikesampingkan adalah pemuatan oleh media online. Baik itu yang bermarkas di Jakarta maupun di daerah. Juga para facebookers dan Tweeps yang meramaikan acara muktamar dari BBM atau gadgetnya yang lain.
Positif
3/6
[106] Ketika Media Massa Tampilkan Muktamar Khilafah Thursday, 31 October 2013 01:13
Secara umum, pemberitaan media massa cukup positif. Berita-berita yang mereka tampilkan membawa pesan seperti yang disampaikan dalam muktamar. Tema tentang perubahan dunia dengan khilafah bisa ditangkap oleh insan media massa.
Kendati demikian, media massa hanya menyampaikan pesan secara global. Rincian pesan yang disampaikan oleh para pembicara belum termuat secara utuh. Tapi ini wajar mengingat keterbatasan ruang di media dan juga perlu komunikasi yang lebih intensif lagi dengan insan media agar mereka memahami rincian-rincian tersebut.
Yang Kurang
Meski acara muktamar di berbagai daerah ini cukup besar dan menyedot hadirin yang sangat banyak, tidak semua media memuatnya. Bila dihitung dari jumlah media yang ada, hanya sebagian kecil media yang meliput acara besar itu. Media-media mainstream di daerah tak memuat laporan tentang muktamar itu. Termasuk pula media nasional, tak ada yang mengangkat muktamar di berbagai daerah.
Sampai-sampai ada seorang produser televisi di Jakarta tidak habis pikir mengapa wartawannya yang di daerah tidak mengirimkan berita soal itu. Menurutnya, gambar acara muktamar ini saja cukup ‘menjual’ di layar kaca bagi berita di Jakarta.
Nah, di tengah gempita Gelora Bung Karno yang penuh sesak oleh massa yang ratusan ribu orang, tak ada satupun media internasional yang meliputnya. Tidak mungkin wartawan mereka tidak tahu karena media online pada hari H telah memberitakan sebelum acara dimulai. Juga undangan telah disebar kepada mereka.
Mungkinkah mereka telah melakukan media blackout? Yakni secara sengaja tidak mau memberitakan suatu peristiwa karena ada kepentingan tertentu. Soalnya ini sangat berbeda dengan Konferensi Khilafah Internasional 2007. Saat itu, media internasional gencar memberitakan.
Juru bicara HTI Ismail Yusanto menyatakan, bisa jadi enggannya sejumlah media massa untuk
4/6
[106] Ketika Media Massa Tampilkan Muktamar Khilafah Thursday, 31 October 2013 01:13
meliput acara akbar ini karena ada setting politik yang berbeda. Setting politik pemberitaan media massa pasti dikaitkan dengan demokrasi dan pergolakan politik yang sedang berlangsung. Sementara HTI memiliki agenda setting politik yang berbeda, bahkan bertentangan dengan agenda setting media sekuler. [] emje
BOKS
Menutupi Kebenaran?
Media Blackout sudah lazim dilakukan oleh media Barat terhadap Islam. Yang terhangat adalah bagaimana media Barat tidak memberitakan dengan jujur apa yang terjadi di Suriah. Justru berita-berita yang diangkat adalah berita tentang oposisi yang pro kepada Amerika. Kekejaman Bashar Assad dan keinginan rakyat Suriah menegakkan khilafah seperti tidak ada beritanya sama sekali.
Kasus penculikan juru bicara HT Pakistan Naveet Butt pun luput dari pemberitaan media massa internasional. Padahal langkah aparat intelijen itu melanggar hukum karena jubir Pakistan itu tidak melanggar hukum negara tersebut.
Pada tahun 2008, di Inggris terjadi media blackout atas permintaan kerajaan. Saat itu Pangeran Harry dari Wales, calon ketiga penerus tahta tahta kerajaan Inggris dikirim ke Afghanistan. Media massa setempat dilarang untuk memberitakannya dengan alasan agar sang pangeran aman dan tidak diburu mujahidin. Namun ada media asing yang memberitakannya. Akhirnya, Harry dipulangkan lebih awal dari Afghanistan.
5/6
[106] Ketika Media Massa Tampilkan Muktamar Khilafah Thursday, 31 October 2013 01:13
6/6