www.yusufmansur.com
Saya kepengen berterima kasih khusus kepada Ust. Haji Muhammad Syamsi Ali. Ebook ini sepenuh-penuhnya terinspirasi kalimat kecil beliau yang cetar membahana, tentang hidup di pinggir sungai dengan 3 pilihan. Semoga amal jariyah ngalir juga buat beliau, istrinya, orang-orang tuanya, anak-anak keturunan dan keluarga-keluarga dari semua keluarganya. Hingga akhir zaman. Beliau tinggal di Parkway Jamaica, Amerika Serikat. Teriring juga terima kasih buat kawan-kawan DQ, SalingSapa, dan kawan-kawan lain yang tak terhitung, hingga EBook ini ada di tangan kawan-kawan semua. Salam, @Yusuf_Mansur Alamat: 84-42 Chapin Parkway Jamaica NY 11432
Ebook ini merupakan pengantar menuju Kuliah Umum dengan tema “KotaSungai” di www.kuliahonline.com dan Bimbingan Pengembangan Diri di PayTren Academy.
KOTASUNGAI! Belajar dan Siapkan Diri Keluar dan Kembangkan Diri Be The Winner. Don’t Be The Loser. -- Kado Buat Rasulullah Part 1 -(Bicara Ummat, Bicara Bangsa, Bicara Indonesia) By Yusuf Mansur. Mudah-mudahan atas Izin Allah. Untuk www.yusufmansur.com 8 Robii’ul Awwal 1436 Hijriyah/30 Desember 2014 Masehi Bismillaah... Sebelum masuk ke “Kado Buat Rasulullah”, izinkan saya mengutip ulang, menuliskan ulang, ceramah saya yang atas izin Allah, saya sampaikan kepada diri saya, istri saya, anakanak saya, keluarga saya, kawan-kawan saya, sebangsa setanah air... Dan kepada siapa saja yang mau mendengar dan membaca... Tentang KotaSungai... Perlihatkan. Perdengarkan dan Bacakan. Agar banyak yang mendengar, agar banyak yang membaca. Semoga Allah kasih manfaat. Aamiin. *** Ibarat anak, di dalam rumah. Maka diri kita dan ummat, adalah anak di dalam rumah. Yang hidup, bertetangga teramat dekat dengan sungai yang panjang, lebar, lagi dalam dan deras. Selangkah dari pintu dan pager rumah, udah ketemu sungai. Kemungkinan celaka, tenggelam, hanyut, di depan mata, begitu dekat juga jadinya. Selangkahan kaki doangan. Pilihan hidup kemudian ada beberapa pilihan. Pertama, berdiam diri di rumah. Dan ini jelas ga mungkin banget. Kita harus pergi makan, pergi belanja, pergi bekerja, pergi berusaha, pergi sekolah, pergi kuliah, pergi bersosialisasi dan beraktivitas lain-lain. Termasuk jalan-jalan. Bukan hanya keluar rumah. Tapi juga kudu menyebrangi sungai, menyusurinya, hingga ketemu laut, dan bahkan menyebrangi laut. Kudu pergi ke hutan, masuk hutan. Menikmati hutan. Pergi ke gunung, kemudian panjet tuh gunung. Ya. Berdiam diri di rumah, adalah pilihan yang mengerikan. Kita harus pergi melihat dunia yang lebih lebar dan lebih luas. Masa iya di rumah aja? Lalu hidup dan kehidupan ini ga ada warnanya. Begitu monoton, satu warna, dan sunyi senyap. Jempling, kalo kata orang Betawi. Menggambarkan ga ada yang bicara, ga ada suara motor, ga ada suara deheman, bahkan ga ada suara kodok kebon. Jempling. Begitu sepi. Dan seharusnya, malah kita datangi dunia di luar rumah, dan kita warnai. Sungai di depan mata itu, anugerah Allah bagi pemilik rumah dan penghuninya.
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 1
Buat mereka yang khawatir, dan lebih melihat kekhawatiran, pilihan selain berdiam di rumah, adalah Pilihan Kedua. Yakni, magerin tuh sungai. Ya. Sepanjang badan sungai, dipagerin. Dibuatkan pager. Sepanjang-panjangnya. Agar diri kita dan anak kita, bisa bebas dari bahayanya sungai. Apalagi sungai ini bukan sembarang sungai. Ia panjang, lebar, lagi dalam dan deras. Kalo perlu ga usah pager yang tembus pandang. Pager mati aja. Tembok tinggi dan kokoh. Sebab kalo bukan pager tembok, maka tuh sungai bisa kelihatan. Kalo kelihatan, khawatir bakalan kegoda. Lalu akhirnya, nyoba-nyoba nyebrang sungai. Mati dah. Hanyut. Pilihan kedua ini pun, juga ga mungkin banget-banget. Selain berbiaya mahal, juga masa iya, kita malah menjarain diri sendiri? Hidup terlalu berwarna. Kita pun hamba Allah, Pencipta Alam Semesta. Masa ga menikmati alamnya Allah? Akhirnya, pilihan ketigalah yang paling mungkin. Dan memang pilihan ketiga ini yang harus diambil, ditempuh, dijalankan. Kalo jadi raja, tapi di rumah sendiri, ya biasa. Kalo jadi jagoan, di kandang sendiri, ya ga lucu. Kalo mau punya prestasi, jangan di sedikit orang. Pilihan ketiga ini, adalah belajar berenang!
Ya, belajar berenang. Dan terus belajar hal-hal lain. Siapkan diri. Kembangkan diri. Menyambut berkah kehadiran sungai ini. Hingga kita bukan saja bisa berenang. Tapi kemudian bisa menaklukkan sungai, dan hidup tidak lagi dalam kesunyian dan kesendirian di dalam rumah. Yang kalo pun rame, serame-ramenya ya sama keluarga kita sendiri aja. Dan seberapa juga sih kita bisa menahan diri kita di dalam rumah? Dan menahan anak-anak kita? Keluarga kita? Secara mereka juga akan tumbuh, semakin banyak pula. Butuh ruang lebih besar dari sekedar rumah. Mereka, juga kita semua, butuh langit sebagai atap, dan bumi sebagai hamparan. Daripada berdiam diri di rumah, apalagi, bikin pager sepanjang-panjangnya sungai, maka pilihan belajar berenang dan menaklukkan sungai, adalah pilihan yang hebat. Begitu kita siap, begitu kita dan anak-anak kita, bisa, maka kita bisa bergembira, bermain-main di atas hal yang baru. Di atas sungai! Bukan di atas tanah lagi. apalagi di dalam rumah! Bahkan bila kita teruuuuuusss mengembangkan diri, kita akhirnya bisa membuat Kota
Sungai! Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 2
Kita bisa bergembira, di pinggir sungai, dan di atas sungai, ini masih biasa. Yang luar biasa, bukan hanya kita kelak yang bergembira. Kita pun bisa berbagi berkah Allah ini, kegembiraan memiliki sungai, kepada orang-orang lain. Dan orang lain dimaksud itu, bukan saja kepada tetangga-tetangga dari kampung sebelah atau negeri sebelah. Tapi juga dari negeri yang jauh. Kegembiraan memiliki sungai ini, kita bagi kepada sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya orang. Lalu kita dapati, kita sebagai pemenang. Menyaksikan bukan saja kita dan anak-anak kita yang bergembira. Tapi juga gembira menyaksikan orang-orang lain datang. Ikut bergembira! Jalan-jalan di atas sungai, dengan berbagai perahu menarik, dihiasin lampu-lampu dengan tataan menarik. Acara demi acara pertunjukan dikemas, event-event spesial di-create. Penjual jajanan pasar khas lokal, hingga penjual-penjual dari berbagai tempat, dengan aneka ragam barang dagangannya, berkumpul bersama pembeli yang juga datang dengan berbagai warna kulit. Kalerful! Sebagian ada yang makan, minum, bercengkrama, bercanda, atau sekedar menikmati pemandangan, dari dan di atas perahu, yang berjalan ke sana kemari, bulak balik menyusuri bentangan sungai yang sudah ditata indah. Sungai yang sebelumnya dianggap bahaya mendatangkan kehidupan.
dan mendatangkan
kematian... Kini,
Dan kampung kecil, yang berisi rumah-rumah kecil, di tepian sungai ini, kemudian berubah menjadi kota yang hidup! Kawan-kawan sekalian, sebab berasal dari yang Maha Hidup, maka apa-apa yang berasal dari Yang Maha Hidup, bukan hanya pasti bisa hidup. Tapi juga bisa menghidupkan. ***
Belajar berenang, mempersiapkan diri, dan terus mengembangkan diri, adalah jawaban bagi “anak di dalam rumah” itu. Dan itu juga jawaban bagi kita dan ummat ini.
KotaSungai... Ya. KotaSungai. Suara ini akhirnya terdengar sampe ke ujung dunia. Ga pake internet. Angin yang membawa namanya. KotaSungai kemudian menjadi perhatian orang. Sungai ini, kegembiraan warganya, tawa canda warganya, tarian, nyanyian, warganya, mengundang orang lain datang. Mereka bisa ikut bermalam, bahkan menetap di perumahan yang punya RiverPark&RiverView! Sebagaimana yang saya ilustrasikan. Ada RiverMarket juga. Belanja sambil naik perahu. Di pagi hari yang cerah, bermandikan matahari pagi yang hangat. Atau di malam hari yang bermandikan cahaya, berhiaskan rembulan dan bintang. Ada RiverSchool juga. Sekolah Alam. Ada RiverOutbond. Berbagai permainan dengan menggunakan kekuatan dan potensi sungai ada di kota ini. Ya. Dia bukan lagi KampungSungai. Atau RiverVillage. Tapi RiverTown! KotaSungai! Suasana hidup, dan menghidupkan. ***
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 3
Izinkan saya terus mengutipkan ceramah saya ini. Dengan izin Allah, saya lecut diri saya, keluarga saya, anak-anak saya... Be the Winner... Don’t be The Loser. Kata-kata menyedihkan. Memprihatinkan. Atau kalimat jelek lain yang disandangkan kepada kita, ga boleh lagi ada. Kita harus jadi bangsa dan ummat yang hebat dan menghebatkan. Senang dan menyenangkan. Bahagia dan membahagiakan. Kaya dan mengayakan. Bebas dan membebaskan. Be the Winner. Don’t be The Loser. Suka tidak suka... Orang akan datang... Mendekati sungai ini. Lalu menjadi pemilik baru. Penguasa baru. Ya, kalau mereka peduli dengan kita. Bagaimana jika tidak peduli? Ya kalau mereka membela kita. Bagaimana kalau mereka tidak membela kita? Ya kalau mereka mau bekerjasama dengan kita? Bagaimana kalau tidak mau bekerjasama? Sebatas mempekerjakan? Tetap tidak adil terasa. Tapi jangan lama-lama mikirnya. Keburu datang. Keburu diambil. Keburu pindah tangan. Suka tidak suka, orang lain akan datang. Mendatangi sungai. Mendekati sungai. Dan kemudian membuka kehidupan di pinggir dan di atas sungai kita. Biar bagaimana, dilarang seperti apapun, mereka akan terus mencari tempat baru. Yang bisa ada sumber makanan, sumber kesenangan, sumber kehidupan... Bagi mereka. Dan masalah sekaligus peluangnya, di dunia ini, semua ditakdirkan saling bertemu. Saling kunjung mengunjungi. Saling datang mendatangi. Ga bisa engga. Daripada ga siap ketemu orang lain, mendingan siap duluan. Kita yang menyambutnya, bahkan kita yang mengundangnya. Kita harus bisa, harus siap. Bukan untuk menguasai. Tapi untuk memastikan, tidak ada hak kita yang kemudian diambil. Lalu kita ga mengerti kayak apa nasib anak-anak kita di masa depan. Secara kita sendiri ga tau nasib kita kayak apa. Kelak, ketika kita sudah keluar rumah. Menaklukkan sungai bahaya ini, menguasainya, dan menikmatinya. Kita pun membuka dan membagi semua nikmat sungai ini, kepada sebanyakbanyaknya dan seluas-luasnya orang lain. Kita jangan jadi sekumpulan orang yang menahan semua nikmat Allah hanya untuk diri kita dan anak-anak kita. Saya bukan membayangi diri saya dan kita semua, dengan sesuatu yang menakutkan. Seperti ditakut-takutinya diri kita, oleh diri kita. Ditakut-takutinya, anak-anak kita oleh kita. Bahwa: “... Jangan ke sungai itu. Lebar banget. Panjang banget. Ga ketahuan ujungnya. Dan dalem banget. Lihat tuh! Deras pula. Jangan coba-coba nyentuh airnya. Dekatpun jangan. Kalau memandang, pandanglah dari balik jendela rumah...” Wuah.. Saya bukan tipe yang begitu. Pembelajaran KotaSungai ini sepenuhnya kepengen membangkitkan. Harus memotivasi. Harus membangkitkan.
memotivasi.
Kepengen
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 4
Saya memilih, untuk menyeru diri saya dan anak-anak saya, yuuukkk... Keluar rumah... Enak loh, makan di pinggir sungai. Kita rapihin rumputnya. Kita bawa tiker. Kita bawa makanan. Kita makan di sana sambil menikmati riaknya air. Saya memilih untuk mengajarkan diri saya dan anak-anak saya berenang. Supaya saya bisa bermain bola air, di sungai. Supaya saya bisa menari di sungai. Atau berdiri di tengah sungai! Di atas air! Berdiri di tengah sungai? Di atas sungai? Koq bisa? Pake jembatan, he he he. Saya pengen bukan tipe penakut. Ga pengen jadi penakut. Dan ga mau nakut-nakutin diri saya. Apalagi anak-anak keturunan saya.
“Menaklukkan sungai bahaya ini, menguasainya, dan menikmatinya. Kita pun membuka dan membagi semua nikmat sungai ini, kepada sebanyakbanyaknya dan seluasluasnya orang lain.”
Tapppiii... Kenyataan bahwa kalau tidak hati-hati, ya sungai tetap nyimpan bahaya. Di luar sana, tetap ada potensi bahaya. Maka, bukan aja harus belajar potensi bagus saja. Tapi potensi buruknya pun, harus dipelajari. Bukan sebagai the loser. Tapi sebagai kewaspadaan. Maka kalimat berikut ini, untuk kewaspadaan. Bukan untuk menakut-nakuti atau kalimat ketakutan. Apa kalimatnya? Sebenernya bagian ini pengulangan kalimat di atas. Biar kata kita mendiamkan sungai itu, tidak memanfaatkannya, suka tidak suka, kita tidak bisa menahan orang lain, untuk tidak datang mendekati sungai kita, dan memanfaatkannya. Kita di luar rumah aja bakalan didatengin. Apalagi di dalam rumah? Jika kita di dalam rumah saja, malah sama sekali ga bisa ada perlawanan, jika yang datang adalah mereka yang brengsek. Pengen merusak. Apalagi jika kita pagerin diri kita dan anak keturunan kita, sehingga kita malah ga bisa ngelihat aktivitas apa yang terjadi di dan pada sungai itu. Dan satu hal... Jaga itu di luar. Bukan di dalam.
Berkah itu, harus tetap ada di tangan kita. Bukan untuk memiliki secara mutlak. Ga ada juga yang bisa dimiliki secara mutlak.
Tidak dinafikan, ada yang datang, malah menjadi berkah. Mereka kemudian menjadi guru bagi kita. Menunjukkan kelebihan hidup dengan sungai yang hidup di depan mata. Mereka lalu kemudian mendirikan ini dan itu. Mengembangkan ini dan itu. Tapi kita pun diajaknya. Bukan dibeli, dengan harga murah, lalu diusirnya. Bukan. Bila yang datang seperti ini, maka berbahagialah kita. Tapi bila yang datang, tidak mau berbagi? Suka tidak suka, bisa juga ada sebagian dari mereka, yang akan mengambil paksa dari kita? Sebagiannya lagi, mungkinn akan menjadi pemenang. Yakni, akan mengambil, akan menggeser, sebab siklus alam. Sebab kita bodoh, dan kemudian minggir, mundur lebih ke dalam. Menjauh dari sungai.
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 5
Maka semua keadaan ini, ga boleh kita biarkan. Kita harus bangkit. Berjuang. Dan kita harus keluar! Berkah itu, harus tetap ada di tangan kita. Seperti yang saya sebut di atas. Bukan untuk memiliki secara mutlak. Ga ada juga yang bisa dimiliki secara mutlak. Kalau Allah udah mau ngambil, Allah punya jutaan cara. Suka-suka Allah mau ngasih siapa, mau menguasakan kepada siapa. Dan satu hal juga, bahwa Allah juga ga suka Sungai-Nya didiamkan saja, tanpa manfaat dan tanpa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sekali lagi, ayoo bangsa dan umat ini belajar berenang... Bila kita bicara takdir, bila kita sudah ajari diri kita, atau anak kita, berenang yang baik. Menjadi AnakSungai yang mempersiapkan diri dan dipersiapkan untuk membangun KotaSungai. Lalu takdir tetap membuat diri kita dan anak keturunan kita tetap meninggalkan sungai tersebut, maka tak apa. Percayalah. Takdir lain akan menanti. Kita bakal siap menaklukkan sungai lain yang lebih daripada sungai kita. Bahkan kita akan menaklukkan lautan. Bila terus terlatih, maka lompatan besar akan terjadi lebih hebat lagi. Dengan izin Allah. Tapi apakah demikian yang terjadi sama kita? *** Kita tahu. Kita banyak leha-lehanya. Bahkan tidak jarang, karena “terlalu baik”, nyaris tanpa perlawanan, tanpa usaha melawan, bahkan hanya bisa menatap kosong, melihat sungai diolah orang lain. Tidak jarang, kita yang sengaja menyerahkan. Jika kita tidak berusaha. Diam saja. Apalagi sampai sungai itu diambil dan diolah orang lain, dan terlebih lagi, kita malah menyerahkan suka rela sungai itu, tanpa tukeran yang jelas, yang fair, maka itu adalah kelemahan kita sendiri. Kebodohan kita sendiri. Kita harus berusaha, agar kita kelak jangan sampe mengemis... Meminta... Berduka... Dan meratapi sungai yang diambil orang. Padahal berkah itu sudah lama dikasih Allah buat kita! Kita pastikan, dengan Izin Allah, kita merdeka dan memerdekakan. Sehingga kita yang membagi, kita yang memberi. Bukan kita yang dibagi, bukan kita yang diberi. Apalagi sampe tadi... Sampe mengemis. Na’udzu billaahi min dzaalik. Sambut kedatangan siapa yang mau datang... Dalam keadaan kita sudah bisa menaklukkan sungai. Sambut dengan senyuman. Sambut dengan semangat. Sambut mereka. Mereka akan jadi “sungai-sungai” lain buat kita. Allahu Akbar...!!! Cerita anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan sungai, adalah cerita kita dan
ummat ini... Apa bedanya bagi kita, sungai depan mata, atau sekumpulan orang yang bakal datang? Duaduanya sama aja. Bahkan tiga-tiganya, empat-empatnya, lima-limanya, dan apapun. Apa lagi? Selain sungai bener, dan sekumpulan orang yang bakal datang? Yang dianggap sama dengan sungai? Ya apapun. Segala yang di luar kita, di luar rumah kita, adalah sejatinya sungai buat kita. Bisa jadi bahaya bila dianggap bahaya. Atau bisa jadi berkah bila kita belajar dan siap. Bahkan rumah kita, dan diri kita sendiri, bisa jadi sungai hebat nan bahaya yang menenggelamkan diri kita sendiri bila kita tidak siap. *** Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 6
Kawan-kawan yang berbahagia... Saya kepengen, diri saya dan kita semua ini adalah jadi Hamba Allah yang hebat dan menghebatkan yang lain. Secara Allah adalah Tuhan Yang Maha Hebat. Masa kita hambahamba-Nya lemah dan jadi lemah? Apalagi sampe melemahkan. Ga boleh banget. Kalau bisa, pilihan hidup yang ketiga, yakni belajar berenang, dan ajarkan anak berenang, bukan berhenti sampai di situ saja. Bukan. Bukan sekedar bisa berenang, atau sekedar cuci mata di sungai kita sendiri, sebagai amanah Allah. Harus lebih dari itu, dengan segala ilustrasi yang saya ilustrasika. Syukur-syukur lebih hebat dari itu. Perlu diketahui, amanah Allah itu adalah Bumi-Nya, Langit-Nya, dan Semesta ini. Bukan “sungai kita” doangan yang boleh dianggap relatif kecil sekup-nya. Maka, setelah kita tundukkan sungai kita, kuasai sungai kita, manfaatkan, sungai kita... Alih-alih kita didatangi... Atau nunggu ada yang datang... Ini hebat sekali... Kita yang mendatangkan mereka-mereka di luar kita. Atau bahkan kita yang mendatangi sungai-sungai mereka! Kita ajarkan bagaimana mengelola sungai. Kita yang mengajak mereka bekerjasama. Bukan seperti selama ini. Kita melulu yang diajak kerjasama. Ini masih syukur kalo diajak kerjasama. Kita ditinggal! Dilupakan. Kita yang punya, dibaginya sedikit sekali. Cerita anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan sungai, adalah cerita kita dan ummat ini...
Ya. Kita yang keluar. Berpetualang, menjelajah. Bukan untuk menjajah. Tapi kita jadi guru buat manusia yang lain, guru buat semesta. Sebagaimana Allah sudah tetapkan kita menjadi Ummat Terbaik untuk dan yang menebar manfaat buat dunia.
Saya kepengen... Saya dan kita semua, yang mendatangi sungai lain. Ya. Kita yang keluar. Berpetualang, menjelajah. Bukan untuk menjajah. Tapi kita jadi guru buat manusia yang lain, guru buat semesta. Sebagaimana Allah sudah tetapkan kita menjadi Ummat Terbaik untuk dan yang menebar manfaat buat dunia. Subhaanallaah. Maha Suci Allah. Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Apapun, jadi potensi. Apapun, jadi peluang. Apalagi Allah bersama kita. “Innawllooha ma’anaa... Sesungguhnya Allah, yang bukan saja Pemilik Sungai ini, tapi juga semua yang ada di langit dan di bumi, bersama kita...” Bukankah ini menyenangkan? Dan Allah akan memberikan kita Jalan-Nya, Petunjuk-Nya, Bimbingan-Nya, KekuatanNya... “Inna ma’iya Robbii sayahdiin... Sesungguhnya Allah Tuhan kita semua, bersama kita. Allah akan Memberi kan kita petunjuk-Nya.” Bukankah ini juga menenangkan? Sebagaimana Allah membesarkan hati, rasa, pikiran, Nabiyawllooh Muusaa dan Haaruun saat justru Allah menyuruh Nabi Musa dan Nabi Harun datengin, nyamperin, Fir’aun... Pembesar paling besar ukuran manusia di zaman itu.. “Fadzhabaa bi-aa-yaatinaa, innaa ma’akum mustami’uun... Sudah sana pergi! Ga usah takut! Ga usah khawatir! Kami akan senantiasa mendampingimu wahai Muusaa dan Haaruun, Fadzhabaa bi-aa-yaatinaa, innaa ma’akum mustami’uun... Pergilah dengan membawa ayat-ayat Kami. Kami bersama-Mu, Mendengarkan...” Begitu Allah berfirman kepada Nabi Musa dan Harun. Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 7
Maka seperti itulah Allah juga membesarkan hati kita semua, menenangkan, dan menyenangkan. Sebab ayat-ayat itu bukan ayat-ayat kisah belaka. Dongeng belaka. Bukan. Ayat itu hidup. Berlaku for those who believe. *** Cerita anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan sungai, adalah cerita kita dan ummat
ini... Saya ulangi dulu menit-menit awal. Ibarat anak, di dalam rumah, yang hidup bertetangga dengan sungai yang panjang, luas, lebar, lagi dalam dan deras, maka kita adalah anak itu. Ummat ini adalah anak itu. Bisa dikembangin lagi lebih luas. Bicaranya bicara bangsa, bicaranya bicara Indonesia. Maka bagi anak di dalam rumah, yang bertetangga sama sungai yang seperti itu, pilihannya tiga. Bagi dua pilihan pertama, sungai dianggap bahaya. Ga ada sama sekali manfaatnya, ga ada sama sekali kebaikannya, ga ada sama sekali keuntungannya. Sehingga jauhi, jauhi, jauhi. Jangan didekati. Beginilah kita, terhadap dunia luar. Pilihan pertama itu, berdiam diri di rumah. Kunci pintu. Ga usah keluar sama sekali. Sebab bahaya. Bisa hanyut. Bisa tenggelam. Tar siapa yang nolongin? Tar nyusahin orang. Tar mati.
Tentu, jangan konyol. Jangan keluar rumah tanpa pengetahuan. Jangan keluar rumah, tanpa bekal dan persiapan.
Pilihan kedua, magerin sungai. Sepanjang-panjangnya. Bila perlu, pager mati. Tembok tinggi. Supaya anakanak kita dan kita sendiri ga bisa lihat sungai itu. Takut kegoda! Akhirnya deketin juga sungai itu. Sejatinya, Allah lah yang mendekatkan sungai itu. Agar kita jadi pemenang. Agar kita kuat, dikasih lawan. Dikasih tantangan. Keselamatan kita, kemenangan kita, begitu berarti. Sebab apalah juga artinya menang, tanpa lawan? Sejatinya, Allah lah yang memberi sungai itu. Maka tentunya, apa-apa yang dari Allah, ga ada yang sia-sia. Ga ada yang ga manfaat. Semuanya manfaat. Dan pasti ada gunanya. Tentu, jangan konyol. Jangan keluar rumah tanpa pengetahuan. Jangan keluar rumah, tanpa bekal dan persiapan. Maka pilihan ketiga lah yang benar. Pilihan ketigalah yang harus diambil dan ditempuh. Yakni, belajarlah berenang. Tundukkan, taklukkan, sungai itu. Saya pun mengulangi lagi kalimat-kalimat di atas. Jika kita berdiam diri. Ga berbuat apa-apa terhadap sungai itu, maka ketahuilah, ada orang lain. Yang senantiasa mengintip, mencari tahu, dan kelak mereka akan datang. Saat kita ga bisa memandang sungai ini, mereka bisa memandang. Saat kita ga tahu, mereka ternyata bisa tahu. Sebab mereka melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Padahal kita ada di sini!
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 8
Mereka senantiasa jalan, mencari, sehingga bisa ketemu sungai kita. Sementara kita? Mengurung diri. Bahkan bodohnya, memberi pager yang tak bisa lagi kita melihat sungai. Boro-boro memberi berkah. Kita bahkan ga memanfaatkan dan ga mendapatkan berkah itu. Dan di antara penyebabnya, adalah kita yang ga pernah mau mendekati sungai itu, ga mau belajar berenang, dan ga mau banyak merenung, ga mau banyak berpikir. Kita kalah bukan oleh orang lain saja. Kita ini malah kalah dengan sungai yang sesungguhnya ga mau melawan kita! Siapkan anak kita. Ajarkan mereka berenang. Ajak berceloteh di pinggir sungai. Sambil sesekali melempar batu ke sungai. Sambil sesekali bawa tiker dan makanan. Keluar. Makan di luar rumah. Sekalian di pinggir sungai. Nikmatin suara air. Nikmatin lajunya air. Nikmati tarian dan nyanyiannya air. Nikmatin kehidupan!
Siapkan anak kita. Ajarkan mereka berenang.
Ceritakan anak-anak kita tentang pengembara demi pengembara. Penakluk demi penakluk. Ceritakan kepada anak-anak kita penjelajah-penjelajah. Ajarkan anak kita menyongsong orang lain, atau sekalian ajarkan anak kita, untuk sekalian menjemput orang lain. Berbagi berkah yang Allah titipkan kepada kita. *** Cerita tentang anak di dalam rumah, yang bertetangga dengan sungai, adalah cerita kita sendiri dan ummat. Anak itu adalah diri kita. Anak itu adalah juga ummat ini. Anak itu juga adalah bangsa ini. Negeri ini. Indonesia. Dan sungai itu, adalah semua yang di luar kita semua. Bakal jadi penghambat? Atau peluang? Allah sudah memberikan kita kesempatan dan akal. Allah sudah berikan segala kelengkapan agar kita bisa survive ‘n even fight. Allah bahkan meminta kita bukan hanya mengambil dan kemudian menikmati. Allah meminta lebih dari itu. Allah minta kita berbagi. Lalu bagaimana kita mau berbagi? Manakala kita justru akan teriak ikut melarang orang lain mendekati sungai! Dari seberang sungai, kita melihat orang lain datang. Kita kasihan sama mereka. “Wooooiii... Hati-hatiiiiii... Jangan kalian dekati sungai iniiii...” Orang yang datang, berkernyit. Mereka datang tidak dengan pandangan kita. Mereka datang tidak dengan pemikiran dan anggapan kita. Lalu mereka tetap menaklukkan sungai. Sementara kita? Meninggalkannya! Siapa yang kemudian akan tertakluki??? Kita yang penakut, yang tidak mau fight??? Kita yang peragu??? Kita yang senangnya bertikai??? Kita yang tidak mau belajar dan mempersiapkan diri??? Atau orang lain???!!! Yang bahkan tidak jarang datang dengan tangan kosong dan tanpa modal apapun, kecuali penglihatan, rasa, dan membawa pikiran positif? *** Cerita anak di dalam rumah, yang hidup bertetangga dengan sungai yang panjang, lebar, dalam lagi luas, sebenernya cerita kita sendiri dan ummat. Juga bangsa ini negeri ini, Indonesia. Apalagi Januari sudah masuk era PasarBebas. Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 9
Sekian lama kita di rumah. Mengurung diri. Kalaupun keluar rumah, kita ga mau mendekati sungai itu. Bahaya! Tar salah-salah malah hanyut! Tar tenggelem! Tar ilang! Akhirnya, terjadi lah apa yang terjadi. Karena kita sibuk dengan kelemahan dan ketakutan kita. Orang lain datang, kita ga tahu. Sekalinya tahu, kita bilang mereka bodoh. Tambah bodoh, ketika mereka mulai menaklukkan sungai, kita katakan, mereka orang aneh! Sebagian yang pintar, sibuk ribut. Mereka ga ribut dengan kelakuan orang lain. Tapi justru sangat ribut, sangat berisik, dengan kelakuan sesama anggota keluarganya. Makin aneh! Seiring waktu, kita mau lewat sungai itu, harus bayar ke mereka. Sebab kita melewati jembatan yang mereka bikin! Semua permainan sungai, kita malah yang beli tiketnya! Sedih. Mereka bikin listrik pake sungai kita. Yang kerja juga orang-orang kita. Tapi kita bayar saat mau make listriknya. Ngaco! Mereka menggaji kita. Tapi gaji itu balik lagi ke mereka. Mereka tidak menyuplai apa-apa dari sungai kita. Sebab emas dari sungai kita, itu yang lebih dibawa. Apa-apa yang kita pake, kita toh akhirnya harus bayar juga. Kalo ga bangun, makin punah kita ini. Makin ga bakalan ada di peta tanah kita sendiri. Apalagi di peta dunia. Seiring dengan waktu, kita malah beli rumah yang mereka bangun, sebab mereka bangun rumah yang Safety dari sungai. Ditinggin tanahnya, untuk pondasi, kemudian ada RiverBalkon! Dan river balkon ini kita anggap aman. Sebab apa? Sebab mereka kepikiran makein teralis. Sesuatu yang sederhana, yaaaang kemana ajaaaa???!!! Koq ga kepikiran selama ini sama kita??? Kita kemudian belanja sama mereka. Wara wiri barang dari laut, terus teramat lancar masuk ke sungai. Menyuplai kita, OrangSungai! Laa hawla walaa quwwata illaa billaah... Mereka bilang, kalian ga usah bayar... Kalian tak perlu keluar uang... Kami yang bahkan beri kalian uang... Duh... Lebih bahaya lagi... Yang gratisan, sering mahal sekali. Tanpa sadar, akhirnya, tukerannya, teramat besar, lagi nampaklah siapa yang bodoh. Apa tukerannya? Tukerannya adalah tanah yang berhektar-hektar. Menyusut hebat, hanya jadi rumah kecil yang mereka sebut RiverHouse! Keadaan seperti ini terjadi bukan hanya di cerita sungai. Tapi sudah kemana-kemana, meliputi juga hal-hal lain yang bukan hanya sungai. Kita ga berdaya mengimbangi... Bukan melawan. Mengimbangi pun ga mampu. Mereka kemudian jadi tuan. Sementara kita jadi budaknya. Kalo tukerannya hanya berupa harta duniawi sih, ga apa-apa. Rugi sih. Tapi yaaaaaah, bisa dibalik lagi dah keadaan. Jika kita siapkan diri dan anak kita, dengan speed dan power yang berlipat-lipat, bisa dah. Bisa balik lagi keadaan. Akan kembali lagi. Dengan posisi KotaSungai, sudah jadi.
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 10
Nah ini yang paling harus dikuatirkan. Tukeran yang paling mahal, adalah bukan sekedar tukeran fisik. Tukeran yang paling mahal, adalah tukeran jiwa dan kebebasan. Bila tukerannya adalah jiwa, sangat sulit membeli ulang. Perlu satu dua generasi dengan upaya yang juga lebih panjang lagi. Tukerannya: Kebebasan. Sudah ada di luar rumah, sudah tidak mengunci dan dikunci. Tapi kebebasan, ada di tangan yang lain. Ampun yaa Rabb.
Tukeran yang paling mahal, adalah tukeran jiwa dan kebebasan.
Dan mau tau yang lebih mahal dari itu? Yakni bila tukerannya adalah Iman dan ‘Aqidah diri kita dan anak-anak kita. Kita belum telat. Jangan sampe terjadi. Dan insyaaAllah tidak akan terjadi. Bi-idznillaah. Jangan sampe terjadi, bukan kita yang mewarnai. Tapi kita yang diwarnai. Mending kalo jadi bercorak indah. Ini jadi gelap. Bukan gelap sebab ga berwarna. Tapi gelap karena “sesuatu yang lain”. Gelap karena jiwa kita, jiwa anak-anak kita, bukan lagi jiwa-jiwa yang diridhai Allah, Tuhan Robbul ‘Aalamiin. Nastaghfiruwlloohal ‘Adzhim wanatuubu ilaih. Wawlloohul Musta’aan. Segenap tenaga kita akan berusaha. Segenap pikiran akan kita curahkan. Semoga
KotaSungai ini mengantar kepada Kado Buat Rasulullaah. *** Bangkit yuk... Kita salaman saja sama mereka, dan sama siapapun yang mau datang. Kita salaman. Kita bareng-bareng. Sambil terus nyiapin diri kita, apalagi anak-anak keturunan kita. Saya sudah bilang. Ga mungkin kita kunciin diri kita, juga anak-anak kita. Di dalam rumah. Kita sendiri tetap bakalan keluar. Dan anak-anak kita pun, masa iya mau dijagain 24 jam? Dan yang namanya anak-anak, mereka pasti nyuri-nyuri keluar. Dunia luar, lebih menarik dan menantang buat mereka.
Kita bangkit. Kita belajar, dan nyiapin diri, untuk menaklukkan sungai. Ga usah kita pagerin. Kita taklukin aja. Belajar dulu yang kecil, nanti kita gedein, lebarin, luasin, wilayahnya. Yang lain, boleh dan bahkan harus datang. Tuker menuker berkah yang lain. Saling berbagi berkah yang lain. Kita pun boleh dan harus pergi. Mereka tidak meninggalkan rumahnya, kita pun harus kembali ke rumah kita. Mereka boleh serumah, tapi nikah dulu, he he he he. Jadi istri, jadi suami, jadi mantu, atau jadi besan. Atau kita memperistri, diperistri, dan diambil mantu.
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 11
Tukerannya harus fair dan seimbang. Harus saling
mewarnai di semua aspek kehidupan yang dengan tegas boleh diwarnai. Dan karena sudah belajar dan sudah siap, maka kita bisa tegas membela apa yang tidak boleh diwarnai. Pilihan warna dan mewarnai buanyak buanget. Jangan sesuatu yang prinsip. Bukan jiwa, bukan kebebasan. Bukan iman, dan bukan pula ‘aqidah. Yang lain, harus saling mewarnai. Bismillaah. Cerita ini belum selesai loh...
Bila kita tidak kunjung mau belajar dan mempersiapkan diri, maka kita akan terusir ke hutan!
Apa dilanjut aja besok? Ga usah lah ya? Terusin aja. Tanggung. Supaya besok kita udah lanjut kepada “Kado Buat Rasulullaah”. ***
Cerita tentang anak yang di dalam rumah, adalah cerita tentang kita. Cerita tentang ummat. Bahkan cerita tentang Indonesia. Tergantung mau dibawa kemana cerita ini. Bila kita tidak kunjung mau belajar dan mempersiapkan diri, maka kita akan terusir ke hutan! Sampe hutan, tragedi “sungai” tadi terulang. Sebab terus menerus ga pernah mau belajar dan mempersiapkan diri. Akhirnya, hutan pun habis lagi. Dan tragedi yang lebih parah, terjadi. Kita merangkak kembali ke sungai, dengan kepedihan. Sebab kita mengemis meminta suaka! Mengemis meminta tolong! Kepada siapa? Kepada yang mendiami tanah yang dulunya tanah kita! Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzhiim. Sekali lagi, kita harus mengundang orang lain malahan. Untuk sama-sama menikmati apa yang Allah karuniakan kepada kita. Secara kita pun harus jalan ke sana kemari. Jalan. Keluar. Juga untuk membagi karunia Allah kepada yang lain. Maka siapkanlah diri kita. Siapkan diri Anda semua! Kepada diri saya, dan kita semua... Terutama untuk semua anak dan remaja Indonesia... Untuk para ayah dan ibu... Untuk para suami dan istri... Untuk yang sedang memerintah dan diperintah. Untuk pengusaha dan pekerja... Belajarlah yang baik. Jangan sampe lewat sedetik pun kecuali belajar. Belajar apa saja. Politik, ekonomi, sains, teknologi, bisnis, bahasa-bahasa dunia. Jangan berhenti belajar hanya karena ga ada duit. Jangan berhenti belajar sebab udah kerja atau sudah jadi pengusaha. Jangan berhenti belajar sebab sudah jadi guru, dosen, profesor, gubernur, menteri, presiden, ustadz, ustadzah, kyai. Belajar ga boleh berhenti. Belajar juga tentang hidup dan kehidupan. Learn to survive, to compete, ‘n to fight. Kuatin ke dalam. Bagusin ke dalam. Saat keluar, sudah siap.
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 12
Bahkan ketika jalan-jalanpun, harus belajar. Buka mata, buka telinga. Belajar tentang bagaimana mengemas sebuah perjalanan misalnya, mengorganize travel, event. Ketika belanja, harus juga jadi media belajar. Cara jualan, cari inspirasi, berkenalan buka jaringan, dan lain-lain. Senang susah, di atas di bawah, jaya, turun, semuanya harus jadi media belajar. Supaya makin siap ngadepin Sungai Kehidupan. Kembangkan diri terus. Jangan kebanyakan bercanda, lalai, apalagi sampe tergelincir dan kegoda. Jangan kebanyakan bengong, dan mengerjakan hal-hal yang sia-sia. Istilah saya, kalau harus nongkrong, sekalian ngamatin. Atau sekalian bawa barang dagangan, he he he. Jangan sampai misalnya, udah pulang sekolah, udaaaah aja. Ga ngapa-ngapain kecuali nyantai-nyantai. Ketika udah pulang kuliah, balik ke kosan, udaaaah aja berhenti belajar untuk hari itu. Ga baca, ga apa. Sayang. Pulang kerja, ngerjain bisnis, apa keq, sambil terus ngembangin diri, terus dan terus. Fokus, titi masa depan dengan serius.
Jika cari kesenangan, cari kesenangan yang Pemilik Kesenangan, Senang. Miliki jiwa petualang dan pemenang. Miliki semangat the winner. Kendalikan sisi negatif. Supaya seimbang juga hidup. Jangan lupa makan, yang teratur, dengan gizi baik, dan seimbang. Minta sama Allah rizki-Nya. Jangan lupa juga olahraga. Dan tidur atau istirahat pun, yang teratur pula. Pandai-pandai curi kesempatan buat istirahat barang sejenak. Dengerin murottal-murottal al Qur’an yang menentramkan. Plus banyakin ibadah-ibadah sunnah. Semua ibadah sunnah, hebat banget buat kesehatan. Dhuha 12 rokaat, tahajjud 8 rokaat, plus 3 rokaat witir. Jalan ke masjid dengan jalan kaki. Datang ke masjid lewat jalan yang berbeda dengan jalan pulang. Puasa sunnah senen kamis atau malahan Daud. Yang terakhir saya sebut ini, doain saya. Supaya saya bisa jadi ahli puasa. Sehari-hari, jangan pernah lepas dari al Qur’an. Biar kata seayat. Baca juga terjemahannya. Kita adalah bagian dari semesta. Semesta yang senantiasa terhubung dengan Allah, Pengaturnya. Maka, perlu juga kita terkoneksi dengan Allah Yang Maha Menguasai Segala Masa Depan. Islam punya koneksi 24 jam yang hebat dan komplet. Setiap menit jadi ibadah dan ada ibadahnya. Jadi belajarlah terus tentang agama, belajar
Jangan berhenti belajar hanya karena ga ada duit. Jangan berhenti belajar sebab udah kerja atau sudah jadi ini itu. Belajar ga boleh berhenti.
Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 13
tentang Allah dan Rasul-Nya. Jangan berhenti. Belajar tentang al Qur’an dan as Sunnah. Insyaa Allah besok kita akan bicara-bicara tentang Kado Buat Rasulullah. (+) Ini baru pengantar...? Subhaanallaah... Udah puanjang benneeerrr... (-) Yup! Ini baru pengantar. Kan udah dibilang. Luangin waktu buat baca ampe tuntas. Tanggal 31 Desember kita akan bicara-bicara tentang Kado Buat Rasulullaah. (+) Sampe ketemu. Di www.yusufmansur.com. Di jam yang sama. Jam 20.00. Buat yang ada keluasan rizki, silahkan ikut sedekah, itung-itung ikut menutup akhir tahun dan mengawali tahun, dengan sesuatu yang baik. Informasinya, disertakan di web ini. Salam, @Yusuf_Mansur. (+) Sebenernya, apa sih Kado buat Rasulullah itu? (-) Ya besok aja. (+) Apa hubungannya KotaSungai dan Kado buat Rasulullah? (-) Nanti dua-duanya berhubungan dengan Kuliah Pengantar dan Kuliah Umum:
Bagaimana Mengubah dan Memperbaiki Hidup dengan al Qur’an, As Sunnah, dan Shalat... (+) Ooohhh... (-) Denger-denger mau bikin RiverPesantren di Sentul City ya? Sekaligus RiverKondotel, RiverResto, RiverHotel? Juga di Sentul City? (-) Banyak nanya nih. Udah, sampe ketemu besok... Yuk... Sedekah di akhir tahun ini. Sebagai amal baik yang menutup tahun juga. Dan sekaligus ngawalin tahun, dengan amal baik pula. Yakni amalan sedekah. Sedekah ini akan digabung dengan sedekah-sedekah guna pembangunan 100 pesantren di 100 kota. InsyaaAllah. Sedekah itu, mendatangkan bantuan dan pertolongan Allah. Sedekah itu, membawa kepada hajat dan doa. Sedekah itu, mendatangkan membuang penyakit, menarik kesehatan. Sedekah itu, membuang kemiskinan, menarik kekayaan. Sedekah itu, menolak masa depan yang buruk, membeli masa depan yang baik. Sedekah itu, membuang dan menolak bala, mendatangkan keberuntungan dan rizki. Sedekah itu, buang catatan buruk, datengin Ampunan Allah. Sedekah itu, ga akan muat balasannya ditulis.. Ini nomor rekeningnya bagi yang mau dan ada rizki... Disimpan aja nomor rekeningnya, sambil berharap Allah beri rizki yang luas lagi banyak. Bila ada yang susah di sekitar kawankawan, sedekah dulu ke sana saja. Atau besarkan sedekahnya. Supaya bisa sedekah kemanamana termasuk untuk semua gerakan dakwah Qur’an. Berikut nomornya... Mandiri : 128 000 509 2975 BCA : 603 030 8041 a.n. Darul Qur’an Nusantara. Kasih tau yang lain ya. Sampe ketemu besok. InsyaaAllah. Salam, @Yusuf_Mansur Pengantar Menuju Kuliah Umum & Bimbingan | 14
Bagi mitra PayTren, ikuti kelanjutan Ebook ini melalui berbagai Program Pengembangan Diri di PayTren Academy www.paytrenacademy.com
Bagi yang belum bergabung, dapat mendaftarkan diri melalui para leader Paytren berikut di kota-kota Anda.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
NAMA Martin Ovi Syamsul Muarif Saiful Komar Agus Haryono Suroto Jasman Nova H. Radit Amir Anjar Novendra Iman Jaya Cristin Hasanah Soleh Wiradi Hamidah Rahim Abdul Syakur
KOTA Bekasi Jakarta Timur Jakarta Pusat Cirebon Bandung Surabaya Surabaya Surabaya Medan Sragen Tangerang Batam Banjarmasin Kudus Padang Lombok
NO HP 081806311103 081567606074 089653344525 081324108632 085314044448 081330777879 08123203700 0816531300 085290399209 089673666667 081219143732 082221576999 081349697979 08995573747 081266581162 081802522580
Ikuti kelanjutan Ebook ini melalui kuliah KotaSungai di
www.kuliahonline.com