Gus Miek dan Perdebatan ']LNU$O*KƗ¿OƯQ Muhammad Makinudin Ali /HPEDJD3HQHOLWLDQGDQ6RVLDO3RQGRN3HVDQWUHQ3RQSHV $UEDµL4DKDU
[email protected]
Abstract: In the 1XVDQWDUDWDVDXIZRUOGVX¿¶VWHDFKLQJVDQGSUDFWLFHVDUHQRWVSHFL¿FDOO\EHORQJLQJ to T̔DUƯTDV VX¿ RUGHUV 6HYHUDO UHPHPEUDQFHV GKLNU DQG UHFLWDWLRQV DPDODQ RZQHG E\ FHUWDLQ groups, which cannot be called as a T̔DUƯTDFLUFOHDUHFORVHO\SUDFWLFHGLQVRPHSODFHVFDOOHGDV PDMOLVGKLNURUPDMOLVWDµOƯP²ZKLFKFDQKRZHYHUEHFDOOHGDVWDVDXIPRYHPHQW*XV0LHN*XV0LN .++DPLP'MD]XOL LVRQHRIDFUHDWRURIGKLNUWKHVRFDOOHGµ'KLNUDO*KƗ¿OƯQ¶8QIRUWXQDWHO\LQ WKHUHFHQWWLPHWKHUHDUHGHEDWHVWKDWTXHVWLRQWKHRULJLQDOLW\RIWDVDXIFLUFOHKHDGHGE\*XV0LHN7KLV FULWLTXHRIWKHRULJLQDOLW\LVSRLQWHGRQLWVRWHQWLFLW\LVLWRQO\*XV0LHNDORQHZKRIRUPXODWHG'KLNU DO*KƗ¿OƯQRUDUHWKHUHDQ\VRPHERG\HOVH"7KLVZULWLQJGHVFULEHVKLVWRU\RI'KLNUDO*KƗ¿OƯQDV EHOLHYHGE\WKUHHJURXSVRISHRSOH)LUVWVRPHEHOLHYHVWKDWGKLNUSXUHO\UHVXOWHGE\*XV0LHNKLPVHOI ZLWKRXWLQWHUYHQWLRQIURPRWKHUSHRSOH6HFRQGEHOLHYHVWKDW*XV0LHNDFFRPSDQLHGE\RWKHUSHUVRQV OLNH.+$KPDG6KLGGLTDQG.++DPLG3DVXUXDQ7KLUGLVDQHXWUDOJURXSWKDWGLGQRWZLVKWR LQYROYHLQVXFKGHEDWHVEXWEHOLHYHVWKDW'KLNUDO*KƗ¿OƯQLVJRRGGHHGDQGGRQRWFRQWUDGLFW,VODPLF teachings. These three opinions are argumentations which are so long admitted by the people and are LPSRUWDQWWRGLYXOJH$SDUWIURPWKDWWKLVZULWLQJGHVFULEHVWKHFRQWURYHUVLDOSHUVRQDOLW\RI*XV0LHN %HVLGHVKLVVWUDQJHSURVHO\WL]DWLRQGDµZD OLNHLQSURVWLWXWLRQSODFHVDQGDOFRKROLFFRPPXQLWLHV*XV 0LHNLVDKHDY\GULQNHURIEODFNEHHU Keywords: 7DVDXIDzikr, Nyeleneh Abstraksi: 'LGXQLDWDVDXI1XVDQWDUDDMDUDQGDQSUDNWLNWDVDXIEXNDQODKPLOLNNHORPSRNNHORPSRN WDUHNDW $UDE 7̔DUƯTDK VDMD %HEHUDSD DPDODQ EDFDDQ GDQ G]LNU ROHK NHORPSRN WHUWHQWX \DQJ PHPDQJWLGDNELVDGLNDWDNDQVHEDJDLNHORPSRNWDUHNDWVDQJDWDNUDEGLSUDNWLNNDQGLWHPSDWWHPSDW GLVHEXWPDMOLVG]LNUDWDXPDMOLVWDµOLP²QDPXQVHPXDQ\DELVDGLNDWDNDQVHEDJDLJHUDNDQWDVDXI*XV 0LHN*XV0LN.++DPLP'MD]XOL DGDODKVDODKVDWXSHQFLSWDDPDODQG]LNULWXWHUNHQDOGHQJDQ QDPDµ']LNUDO*KƗ¿OƯQ¶GDODPEDKDVD,QGRQHVLDWHUWXOLV']LNUDO*KƗ¿OƯQ 1DPXQEHODNDQJDQ PXQFXOSHUGHEDWDQSHUGHEDWDQ\DQJPHPHUWDQ\DNDQRULVLQLOLWDVJHUDNDQWDVDXI\DQJGLSLPSLQ*XV 0LHN LQL .ULWLN WHUKDGDS RULVLQLOLWDV LQL GLWXMXNDQ WHUKDGDS RWHQWLWDVQ\D DSDNDK KDQ\D *XV 0LHN VHQGLUL\DQJPHUDFLNDPDODQDMDUDQWDVDXI']LNUDO*KƗ¿OƯQDWDXDGDLQGLYLGXODLQLNXWEHUSHUDQ" Tulisan ini mendeskripsikan sejarah ']LNUDO*KƗ¿OƯQVHVXDLGHQJDQ\DQJGL\DNLQLROHKPDV\DUDNDW PHQMDGLWLJDNHORPSRNSHUWDPDPHQ\DWDNDQPXUQLKDVLOSHPLNLUDQ*XV0LHNWDQSDFDPSXUWDQJDQ RUDQJODLQNHGXDPH\DNLQL*XV0LHNWLGDNVHQGLULPHODLQNDQDGDWRNRKVHSHUWL.+$KPDG6KLGGLT GDQ.++DPLG3DVXUXDQVHGDQJNDQWHUDNKLUDGDODKNHORPSRNQHWUDO\DQJWLGDNPDXLNXWGDODP perdebatan tersebut, namun meyakini bahwa ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK DPDODQ EDLN GDQ WLGDN bertentangan dengan ajaran Islam. Ketiga pendapat tersebut adalah argumentasi yang selama ini diyakini masyarakat dan penting diungkapkan agar tidak ada yang termarginalkan. Selain itu, tulisan LQL SXQ PHQJJDPEDUNDQ NHWRNRKDQ *XV 0LHN \DQJ NRQWURYHUVLDO 'L EDOLN FDUD GDNZDKQ\D \DQJ aneh, seperti di tempat pelacuran dan komunitas alkohol, dia pun peminum berat bir hitam. Katakunci7DVDXIDzikr, Nyeleneh.
Pendahuluan Pagi itu seorang artis, Dorce Gamalama, WXUXW PHQJDQWDUNDQ MHQD]DK .+ Abdurrahman Wahid/Gus Dur (mantan presiden Republik Indonesia) ke peristirahatan
terakhirnya. Tiba-tiba ia mengaku, “+DQ\D DGD GXD JXUX \DQJ EHWXOEHWXO VD\D NDJX PL VDPSDL GHWLN LQL 3HUWDPD *XV 'XU GDQ NHGXD*XV0LHN´ Kepada Gus Dur dan Gus Miek Dorce mengambil teladan dan pesan 35
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
36
spiritual, terlebih sejak bersikukuh memilih jenis kelamin perempuan. Ia mengaku sering mendapat cercaan dan kritik pedas dari kalangan agamawan, namun dari kedua tokoh itu Dorce mendapat perlindungan. Dorce mengaku sangat kehilangan dua sosok kebanggaan itu. Tetapi Gus Miek, dikenal sebagai wali berkaramah dan kiyai nyentrik, lebih dahulu dikenal Dorce sebelum Gus Dur. Memang Dorce memiliki hubungan spiritual dekat dengan Gus Miek sudah lama, untuk kemudian dilanjut dengan Gus Dur.1 1DPXQWHUQ\DWDEXNDQVDMDSDGD'RUFH Gus Miek hubungan dekat itu terjadi, Gus Dur pun memiliki hubungan spiritual dengan Gus Miek. Sehingga di sini terjadilah kedekatan segitiga: Gus Dur-Gus Miek-Dorce. Dalam artikelnya tentang Gus Miek di sebuah harian LEX NRWD SDGD WDKXQ GHQJDQ MXGXO “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan,” Gus Dur mengutarakan niat Gus Miek mengajak dirinya (Gus Dur) dan K.H. Ahmad Shiddiq dari Jember agar mereka semua dimakamkan di area pemakaman Tambak yang telah dibeli Gus Miek. Pemakaman tersebut tepatnya EHUDGD GL GHVD 7DPEDN 1JDGL .HFDPDWDQ Mojo, kota Kediri. Tanah itu disediakan Gus Miek untuk pemakaman empat puluh satu XODPDGDQRUDQJRUDQJSHQJKDIDODO4XU¶ƗQ2 1
Pasca wafat kedua tokoh tersebut, sebagai simbol dan sebagai bentuk penghormatannya dibuatlah beduk Gus Dur dan menara Gus Miek, direncanakan GLEDQJXQ GL VDPSLQJ PDVMLG $O+D\\X -O 5DZD %LQRQJ *DQJ 6ZDGD\D -DNDUWD 7LPXU :LZLW 5 )DWNKXUUDKPDQ ³%HGXN *XV 'XU +LDVL 0DVMLG $O +D\\X ´ DUWLNHO GLDNVHV SDGD 2NWREHU GDUL http://www.wahidinstitute.org/berita/detail. 2 Makam Tambak sudah sejak lama ada, jauh sebelum Gus Miek lahir. Menurut kiyaiWahid juru kunci makam, keberadaan makam Tambak adalah sejak perang Diponegoro, sedangkan kiyaiWahid adalah generasi keempat setelah turun-temurun mewarisi menjaga NRPSOHNPDNDP7DPEDN*XV0LHNUHPDMDVHMDN UXWLQEHU]LDUDKNHPDNDP7DPEDNGHQJDQPHQJHQGDUDL motor ditemani dua atau satu santri. Intensifnya pada WDKXQ0NHWLND*XV0LHNPHUHQRYDVL0DVMLGGL sebelah timur makam. Wawancara pribadi dengan Mas 1XU6RSLU3ULEDGL*XV0LHN.HGLUL0HL GDQ wawancara Pribadi dengan kiyaiWahid Juru Kunci 0DNDP7DPEDN.HGLUL0HL
Saat itu Gus Dur menjawab ajakan Gus Miek secara diplomatis, “Aku ini bukan alim dan EXNDQSHQJKDIDODO4XU¶ƗQ´ Tetapi Gus Miek bersikukuh, “%DJDLPDQDSXQ *XV 'XU KDUXV dikubur di situ.” Tidak cukup hanya itu, Gus Dur lebih jauh mengapresiasi keteladanan Gus Miek terhadap non-Muslim dan pemeluk agama selain Islam. Gus Miek, bagi Gus Dur, melalui transendensi keimanannya tidak lagi melihat ‘kekeliruan’ dari keyakinan orang beragama atau berkepercayaan lain. Ayu Wedayanti beragama Hindu diperlakukannya VDPDGHQJDQ1HQR:DULVPDQ\DQJ0XVOLPDK karena ia yakin kebaikan sama pada dua orang SHQ\DQ\L WHUVHEXW %HJLWXSXQ EDQ\DN RUDQJ Katolik menjadi pendengar setia wejangan Gus Miek seusai acara VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ Jantiko Mantab. Apresiasi lain Gus Dur terhadap Gus Miek adalah metode dakwahnya yang unik, dan ini nampak jelas dari dua corak kehidupan kontradiktif dari Gus Miek. Pertama kehidupan tradisional orang pesantren yang tertuang dalam rutinitas jama‘ah ']LNUDO*KƗ¿OƯQ dan VHPDµDQ DO4XU¶ƗQVHPDµDQGDULEDKDVD Arab VLPƗµDQ berasalkata dari VDPLµD: mendengar.) Kedua, glamornya kehidupan hiburan modern yang sering dianggap sebagai dunia orang-orang negatif. Glamor, karena Gus Miek memiliki kegemaran berdakwah di diskotik, night club, FRIIHH VKRS dugem (dunia gemerlap), juga di arena persinggahan dan perkampungan orang-orang tuna susila. Tampak benar, dua kehidupan ini tidak akan pernah ditemui dari alim-ulama manapun. %DKNDQWLGDNWDQJJXQJWDQJJXQJ*XV0LHN akrab dan sangat mengenal seluruh penghuni dari tempat-tempat tersebut. Sebaliknya, semua orang yang mengenal Gus Miek pun kemudian merasa diri paling dekat dengan Gus Miek. Selain itu, dalam dakwahnya, Gus Miek juga meminum minuman-minuman keras.
Abdurrahman Wahid, “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan,” Kompas-XQL
Muhammad Makinudin Ali, Gus Miek dan Perdebatan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ
Tetapi minuman paling disukai, yang setiap malam ditenggak, adalah bir hitam, dengan ditemani rokoknya Wismilak bungkus hitam, dengan ramuannya yang diakui berat. Apakah kehidupan semacam itu kontradiktif? Ternyata tidak, karena di kedua tempat itu ia berperanan sama. Memberikan kesejukan kepada jiwa yang gersang, memberikan harapan kepada mereka yang putus asa, menghibur mereka yang bersedih, menyantuni mereka yang tidak punya, dan mengajak semua kepada kebaikan. Apakah itu petuah di pengajian seusai VHPDµDQ, sewaktu menyediakan waktu konsultasi pribadi untuk pejabat dan kaum elit, ataupun ketika meladeni bisikan kepedihan yang disampaikan dengan suara lirih ke telinganya oleh wanita-wanita penghibur, semua itu esensinya tetap sama. Manusia memunyai potensi memerbaiki keadaannya sendiri. Gambaran di atas memberikan suasana dan ide pada penulis mengenai asyiknya PHPEDKDVVLDSD*XV0LHNGDULVLVLELRJUD¿ personal ataupun cara dakwahnya yang kontradiktif. Memang tidak bisa dipersalahkan ketika masyarakat hanya tahu tentang ']LNU DO*KƗ¿OƯQ QDPXQ WLGDN PHQJHWDKXL VHMDUDK kelahirannya, padahal ']LNU DO*KƗ¿OƯQ mengalami perdebatan, baik dari segi perumusan ataupun pasca meninggalnya Gus Miek. Untuk itu bagaimana history perumusan ']LNUDO*KƗ¿OƯQGDQSHUGHEDWDQ siapa yang berhak menjadi pengganti Gus Miek?, patut untuk didiskusikan. Gus Miek dan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ Tasauf dan praktik t̜DUƯTDK (Indonesia: tarekat) dari semenanjung Arab sangat banyak dan tersebar di Jawa, namun bukan berarti kawasan 1XVDQWDUD WLGDN PHPLOLNL praktik ajaran tasauf tersendiri. 1XVDQWDUD memiliki corak-corak tertentu dalam ajaran
Abdurrahman Wahid, “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan.” Abdurrahman Wahid, “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan.”
37
tasauf, maka tidak heran jika muncul jargon 7DVDXI.XOWXUDONusantara yang mulai ramai VHMDNWDKXQ K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) malah menggambarkan tasauf di Indonesia dengan membagi dua golongan, yaitu: Pertama, orang yang bertasauf akhlaknya. Model ini terjadi pada masyarakat Muhammadiyah. Mereka bisa saja bertasauf meski tidak masuk golongan tasauf apapun. Kedua, orang yang menjadi anggota gerakan tasauf tertentu. Kelompok kedua ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu a) Anggota tҘDUƯTDKE %XNDQ DQJJRWD WҘDUƯTDK QDPXQ DQJJRWD JHUDNDQ tasauf. Di sinilah posisi ajaran Gus Miek dan tasauf kultural lainnya di Indonesia, seperti ajaran Shalawat Wahidiyah (Arab: sҚDODZƗW ZƗKҝidiyyah) dengan mu’allifnya (pengarang) K.H. Abdul Madjid Ma’roef.
Selain bercorak Islam, tasauf 1XVDQWDUD menawarkan konsep Kejawen seperti ajaran Ronggowarsito, dan ajaran Hasan Mustafa dari -DZD %DUDW EHUFRUDN 3DVXQGDQ .HGXD ajaran ini memiliki tendensi sama dengan ajaran ']LNU DO*KƗ¿OƯQ GDQ 6KDODZDW Wahidiyyah, sebab ajaran-ajaran dari tasauf kultural semacamnya mengajak kembali pada Allah. Hal menarik ketika berbicara tasauf kultural di Jawa, khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sebagian -DZD %DUDW adalah masyarakat tidak akan asing terhadap istilah jama‘ah ']LNUDO*KƗ¿OƯQ dan seorang kiyai nyleneh dari Kediri, akrab disapa Gus Miek (Gus Mik.) ']LNUDO*KƗ¿OƯQ telah berkembang luas di Indonesia, khususnya -DZD%DQ\DNWHND teki dan persaingan pendapat dari ajaran tasauf tersebut. Hal ini terutama tentang siapa pengonsep ajaran begitu populer di Jawa. Atau sebaliknya, masyarakat hanya Sokhi Huda, 7DVDZXI .XOWXUDO )HQRPHQD Sholawat Wahidiyah
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
38
mengenal sosok kiyai nyleneh dari Kediri (Gus Miek) tanpa tahu jauh tentang siapa sebenarnya dia dan kontribusi apa telah diamalkan dalam dunia tasauf dan pemurnian Islam di Tanah Jawa khususnya terkait ']LNU DO*KƗ¿OƯQ 3DGDKDO IDQWDVWLV DMDUDQ *XV Miek bahkan menjadi salah satu ritual resmi Keraton Yogyakarta. %LRJUD¿ Gus Miek adalah sosok individu dengan kultur pesantren tradisional. Peran kontradiksi dijalani olehnya dengan sering mengembara daripada belajar di pesantren. Ia mencari ilmu berdasarkan realita masyarakat daripada harus menghafal rumus 0DWDQ $O¿\\DK LEQ 0ƗOLNdan sorogan kitab kuning pada seorang kiyai. Dedikasi pada diri Gus Miek tercermin GDULVHRUDQJD\DK\DLWX6DQJ%ODZRQJDWDX .L\DL$KPDG'MD]XOL0HL-DQXDUL VHRUDQJ EDSDN EDJL *XV 0LHN GDQ seorang kiyai bagi para santrinya. Ia adalah tokoh intelektual pesantren kontemporer, sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri. %HUELFDUD WHQWDQJ *XV 0LHN DNDQ menghadirkan banyak versi, karena orang banyak merasa dekat dengan Gus Miek dari berbagai macam persepsi mereka. Santrisantri Gus Miek seperti kompak dalam satu kode untuk menutup mulut tentang sejarah Gus Miek. Prilaku tutup mulut ini berdasarkan banyak faktor, di antaranya munculnya orang yang memang pro pada dakwah Gus Miek, dan orang yang sentimen buruk terhadap GDNZDK *XV 0LHN %HOXP ODJL SHUGHEDWDQ munculnya ajaran ']LNUDO*KƗ¿OƯQGDQVLDSD yang seharusnya menjadi pemimpin atas ajaran ']LNU DO*KƗ¿OƯQ .RQVHNXHQVLQ\D WHUMDGL NHVXOLWDQ PHQHOXVXUL VHMDUDK ELRJUD¿ dan sejarah ajaran Gus Miek. Pengikut Gus .DWD µ%ODZRQJ¶ GLDPELO GDUL LVWLODK EXUXQJ SHUNXWXW SULPDGRQD XQJJXODQ NHUDMDDQ %UDZLMD\D lih. Imam Mualimin dkk., NL\DL 'MD]XOL 8WVPDQ 6DQJ Blawong Pewaris Keluhuran (Kediri: Pondok Pesantren $O)DODKWW
Miek seperti sepakat berkata, “Aku tidak tahu WHQWDQJ *XV 0LHN GDQ DNX WDNXW EHUFHULWD WHQWDQJ *XV 0LHN WDNXW MDGL ¿WQDK /HELK EDLNGDWDQJVDMDSDGDNHOXDUJD*XV0LHN.”10 Ucapan demikian selalu penulis dengar setiap bertemu nara sumber. Jadi informasi mengenai Gus Miek hanya mendapat jawaban bahwa menanyakan apapun tentang Gus Miek, pada siapa pun orang yang pernah dekat dengan Gus Miek, ending dari info yang didapat pasti berbeda. Perbedaannya dipicu berberapa faktor, di antaranya: pertama, karena semua orang merasa dirinya paling dekat dengan Gus Miek. Kedua, tidak semua orang mampu menafsirkan prilaku Gus Miek terutama sifat kontroversialnya dalam berdakwah.11 Ketiga, karena tidak secara pasti setiap hari nara sumber selalu bersama Gus Miek, sebab sejak umur tujuh tahun Gus Miek telah mengembara dan jarang pulang ke rumah. Pulangnya pun tidak ke rumah D\DKQ\D .L\DL 'MD]XOL PHODLQNDQ WLGXU GL kamar komplek G pesantren Ploso.12 Gus Miek lahir di Kediri sekitar tahun OLPD WDKXQ VHEHOXP %XQJ .DUQR mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. 9HUVLODLQ*XV0LHNODKLU$JXVWXV Nyleneh dan unik sejak kecil adalah ciri 10
Wawancara pribadi dengan K.H. Muhammad $UV\DG %XV\DLUL 3HQJDVXK 3RQGRN 3HVDQWUHQ$O)DODK 7UHQFHQJ 7XOXQJDJXQJ 7XOXQJDJXQJ 0HL wawancara pribadi dengan K.H. Sayid Abdillah Imam ']LNUDO*KƗ¿OƯQ%DQWXO
Muhammad Makinudin Ali, Gus Miek dan Perdebatan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ
Gus Miek. Umur tujuh tahun telah memiliki ikatan spiritual dengan Kiyai Ramli, seorang mursyid t̜DUƯTDK sekaligus pendiri pesantren Darul ‘Ulum Jombang. Umur sembilan tahun menjalin spiritualitas dengan Kiyai Hamid Pasuruan. Sedangkan untuk lokal Kediri, ikatan spiritualnya berhubungan dengan K.H. Abdul Majid Ma’roef pendiri jama‘ah Shalawat Wahidiyah dan K.H. Mubasir 0XQG]LU Gus Miek pada pendidikan formalnya tidak begitu apresiatif. Memang setiap KDUL L]LQ GDUL UXPDK SHUJL NH 65 6HNRODK 5DN\DW VHWLQJNDW 6' SDGD WDKXQ tapi sampai tujuan lebih asyik bermain. Di kelas cenderung menggambar di buku tulis daripada harus menulis dan susah-susah memerhatikan pelajaran. Maka tidak lebih ia hanya sampai kelas tiga SR. Ia keluar dan melanjutkan hobinya menggembara dan sowan pada kiyai-kiyai. Sifat mengembara menjadikan Gus Miek VHSHUWL SXWUD \DQJ KLODQJ .L\DL 'MD]XOL sebagai ayah, memiliki respon bersifat manusiawi; ia merasa gelisah jika melihat kepribadian anak tidak sesuai harapannya. .L\DL 'MD]XOL VHPSDW PHPEDQJXQ VLNDS demi menghadapi ke-nyleneh-an putranya, Gus Miek. Pasti setiap bertemu dengan kiyai manapun, sang ayah memohon doa untuk ke-Q\OHQHKan Gus Miek. Kebetulan saat itu K.H. Mahrus Ali Lirboyo berkunjung di
Sering pergi dari Kediri ke Jombang dan Pasuruan tanpa teman. Perhitungannya jarak antara Kediri dan Pasuruan lebih dari seratus kilo jarak tempuh, sedangkan dilihat secara sosial, jika Gus 0LHNXPXUVHPELODQWDKXQGDQODKLUWDKXQPDND VDDW LWX VLWXDVL VRVLDO ,QGRQHVLD DGDODK WDKXQ GL mana keamanan dan kestabilan politik di Indonesia belum sepenuhnya kondusif pascakemerdekaan. Di masa itu pula kendaraan belum seramai saat ini. Maka betapa perjuangan Gus Miek untuk menemui Kiyai Hamid Pasuruan sangat istimewa. Ini terbukti dengan semboyan di kalangan pengikut Gus Miek, “Di mana DGD*XV0LHNSDVWLGLVLWXDGDDOLPEHUSHQJDUXK´baik alim yang masih hidup atau petilasan ulama. Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo.
39
3ORVR 0HQGHQJDU NHOXKDQ .L\DL 'MD]XOL Kiyai Mahrus Ali berinisiatif mengajak Gus Miek kecil dalam usia tiga belas tahun ikut pulang ke Lirboyo sekaligus mondok. Gus Miek tanpa berkemas ikut ke Lirboyo. Sedikit WHUREDWLUDVDJHOLVDK.L\DL'MD]XOLGDQLEXQGD Gus Miek, Hj. Rodiyah, terhadap prilaku baik Gus Miek ini. Akan tetapi ternyata Lirboyo lagi-lagi bukan jaminan menyadarkan Gus Miek. Dua minggu di Lirboyo ia sudah pamit pulang ke Ploso. Dibuat kaget melihat Gus Miek sudah pulang dari Lirboyo, di malam hari Kiyai 'MD]XOL PHQJDMDN LVWULQ\D GLVNXVL ULQJDQ sambil menyinggung sikap Gus Miek, “*HJ $PLN NXL PEHVRN GDGL RSR" 'LSRQGRNQH telulas dino wes muleh.” Gus Miek di ruangan sebelah mendengar dan merespon percakapan orang tuanya, “Bapak, mbenjeng sedinten panjenengan istirahat mawon, kersane kulo mbenjeng sedinten ingkang gantosi ngaji.” Esok hari ucapannya ditepati, dari pengajian KDELV VXEXK VDPSDL PDODP GDUL NLWDE ¿TK 7DTUƯE VDPSDL NLWDE ¿TK VHPL WHRORJL Ih̡\Ɨ¶ µ8OnjPDO'ƯQNDU\D$Enj+ҐƗPLG0XKҝammad DO*KD]ƗOƯ *XV 0LHN DMDUNDQ Kemahiran Gus Miek memahami kitab kuning juga WHUMDGL VDDW NDNDNQ\D .L\DL 1XUXO +XGD mendapatkan istri dari kota Malang. Gus Miek secara spontan memberikan rujukan GDOLOSDGD.L\DL'MD]XOLPHQ\DQJNXWREURODQ ringan tentang prosesi nikah ditinjau dari VHJL ¿TK 3DGD VDDW LWX .L\DL 'MD]XOL KDQ\D berkata, “*HJ NRH NXL OHKPX QJDML NDSDQ" Kok wes pinter dalili aku.” Semenjak kejadian-kejadian semacam ini membuat .L\DL 'MD]XOL SDKDP EDKZD nyleneh Gus Miek bukan karena nakal.
“Terus Amik itu nanti jadi apa? Dimasukkan pesantren tiga belas hari sudah pulang.” ³%DSDN EHVRN %DSDN VDWX KDUL LVWLUDKDW VDMD biar besok satu hari saya yang menggantikan ngaji.” Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. “Kamu ini ngajinya kapan ya? Sekarang kok VXGDK SDQGDL EHUDUJXPHQWDVL GDOLO GHQJDQ %DSDN´ Wawancara pribadi dengan K.H. Abdullah Ashfar.
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
40
Sekalipun tidak betah di Lirboyo, Gus Miek diinformasikan pernah nyantri pada Kiyai Dalhar pengasuh pesantren Darussalam Magelang Watucongol. Di sini Gus Miek relatif cukup lama berdiam jika dibanding di Lirboyo. Lama secara kuantitas sekali lagi bukan sebuah jaminan ada perubahan kualitas. Ngajinya sebatas ngobrol dengan santri lain tanpa ikut pengajian secara formal. Di Watucongol metode belajar Gus Miek tidak membuka kitab, tetapi lebih pada bentuk pengabdian pada Kiyai Dalhar, layaknya adab seorang santri pada seorang kiyai; jika Kiyai Dalhar ke masjid Gus Miek membalikkan sandalnya, dan jika Kiyai Dalhar berangkat mengaji, Gus Miek setia membawa kitabnya, dan begitu seterusnya hingga kurang lebih tiga bulan. Proses dialektik secara individual pada ulama telah membentuk karakter Gus Miek, karena spiritual Gus Miek direkonstruksi tidak VHFDUD VLJQL¿NDQ GDUL nyantri di pesantren, melainkan karena intens bersilaturrahmi dengan alim-ulama. Pergaulan yang direkonstruksi Gus Miek sebagai instrumen untuk mengasah spiritualnya adalah dari obrolan ringan bermanfaat, lewat silaturrahmi tersebut, yang obrolan itu dikemas dengan dalil-dalil agama. Dan hal ini menyinergikan SHUJDXODQSHUJDXODQPXOLD1DPXQSDGDVLVL lain, terdapat juga pergaulan itu dilakukan sebaliknya, di mana Gus Miek bukan saja mengunjungi, tetapi juga dikunjungi. Sebagai FRQWRK .+ +DPLG .DMRUDQ 0DJHODQJ² GLNHQDO VHRUDQJ VX¿ GXD SXOXK WDKXQ OHELK WXD GDUL *XV 0LHN²GLNLVDKNDQ MDXKMDXK dari Magelang datang ke Ploso Kediri untuk bersilaturrahmi kepada Gus Miek. Setiba GL 3ORVR LD GLVDPEXW .L\DL 'MD]XOL GDQ LD bertanya, “*XV 0LHN PDQD?” Dijawab oleh .L\DL 'MD]XOL ³Lho kenapa bukan Amiek (Gus Miek) saja suruh ke sana?” K.H. Hamid Kajoran menjawab, “Tidak, yang pantas itu /LK %DGLDWXO 5D]LNLQ GNN 7RNRK ,VODP di Indonesia (Yogyakarta: e-1XVDQWDUD Wawancara dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo.
DNX GDWDQJ NH 3ORVR EXNDQ *XV 0LHN \DQJ DNXVXUXKNH0DJHODQJ.”20 Penjelasan-penjelasan serta petualangan spiritual Gus Miek ini juga terjadi dalam keadaan mabuk mistis, yang banyak diterjemahkan pada keluarga Ploso oleh sahabat-sahabatnya. Ketika Gus Miek masih usia belia dan sedang ZDMLEZDMLEQ\D belajar, VHULQJ VHNDOL .L\DL 'MD]XOL GLEXDW SXVLQJ oleh ‘kenakalan’ Gus Miek. Tetapi orientasi irrasional Gus Miek saat itu mampu diredam ROHK.L\DL0XEDVLU0XQG]LU³Sampun Kiyai, kersane mawon, putro panjenengan setunggal QLNL PERWHQ XVDK GLSXQ DWXUL QRSRQRSR mboten usah didukani, pun kersane kemawon. Amergi putro panjenengan ingkang setunggal QLNLNDQJPDULVLNDURPDKLSXQ6\HNKµ$EGDO 4ƗGLUDO-ƯOƗQƯ”21 Riwayat pernikahan Gus Miek tidak kalah menarik, yang mana pernikahan pertama melalui proses perjodohan. Saat remaja dalam usia tujuh belas tahun Gus 0LHN GLMRGRKNDQ ROHK .L\DL 'MD]XOL GHQJDQ =DHQDESHUDZDQDVLQJEDJL*XV0LHNKLQJJD DTDGQLNDKWHUMDGL=DHQDEDGDODKSXWUL.L\DL Muhammad dari dusun Karangkates, desa %HQGRNHFDPDWDQ0RMRNRWD.HGLUL22 Malam pertama ternyata tidak menjadi happy ending sebagaimana layaknya sebuah pernikahan, 20
Dalam keadaan mabuk mistis Gus Miek pernah memerlihatkan kegaibannya ketika salat diimami oleh Kiyai Hamid. Di tengah-tengah salat Gus Miek keluar berteriak-teriak memanggil tukang bakso, dan isyarat ini tidak lain adalah sindiran pada imam ketika salat dengan keadaan lapar sambil berimajinasi pada makanan. Wawancara dengan K.H. Abdullah Ashfar. 21 “Sudahlah Kiyai, putra anda yang satu ini tidak usah disuruh-suruh, tidak usah dimarahi, sudah biarkan saja, sebab putra anda satu ini yang mewarisi karamah 6\D\NK µ$EG 4ƗGLU DO-ƯOƗQƯ´ :DZDQFDUD SULEDGL dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. 22 Kiyai Muhammad adalah kakak ipar Kiyai 'MD]XOLNDUHQDLVWUL\DQJNHGXDQDPXQNDUHQDSHUEHGDDQ prinsip mereka harus berpisah. Tercatat tiga kali K.H. $KPDG 'DM]XOL PHQLNDK LVWUL SHUWDPD PHQLQJJDO VDDW ditinggal haji, istri kedua seperti cerita di atas, dan istri ketiga adalah janda Sholihah, mantan istri Syekh Ihsan Jampes. Selengkapnya lih. Imam Mualimin, dkk., kiyai 'MD]XOL8WVPDQ6DQJ%ODZRQJ3HZDULV.HOXKXUDQ
Muhammad Makinudin Ali, Gus Miek dan Perdebatan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ
karena setelah resepsi Gus Miek kembali hidup mengembara, dan kurang lebih selama enam bulan pernikahan ia tidak pernah atut (istilah Jawa: tidak pernah kumpul dengan LVWULQ\D 0HUDVDNDVLKDQSDGD=DLQDE.L\DL 'MD]XOL GDQ .L\DL 0XKDPPDG PHPXWXVNDQ untuk mengakhiri pernikahan Gus Miek GHQJDQ =DLQDE /DPD VHWHODK SHUSLVDKDQ GHQJDQ =DLQDE NXUDQJ OHELK VHODPD GXD tahun, baru Gus Miek bertemu dengan jodohnya. Pertemuan berlangsung ketika Gus 0LHNJHPDUEHU]LDUDKNHPDNDP.L\DL:DVLO Syamsuddin Stonogedong. Meskipun pada awalnya sudah sejak kecil Gus Miek sering ke Stonogedong, namun pertemuan dengan perempuan kelak menjadi istrinya, baru terjalin dua tahun setelah perpisahan dengan =DLQDE LVWUL *XV 0LHN SHUWDPD 3HUHPSXDQ Stonogedong itu adalah Lilik Suyati, anak perawan dari salah satu anggota POLSEK %DQGDU Setelah berumah tangga dan memiliki putra bukan sebuah jaminan mengubah gaya hidup Gus Miek pada kehidupan normal. Keluarganya, baik istri ataupun putranya, selalu berpetualang dan mengikuti ke manapun Gus Miek berada. Seakan tanpa tujuan dan hasil, dari kota ke kota Gus Miek
Peran sahabat sebagai penerjemah sikap Gus Miek kembali terulang. Tradisi keluarga kiyai adalah memilih istri dari komunitas pesantren, sedangkan Gus Miek memilih istri dari keluarga polisi, maka Gus Miek sempat ditolak oleh keluarga besar Ploso. 1DPXQNHPXGLDQGLMHODVNDQODKQLDW*XV0LHNROHKWLJD sahabatnya, yaitu K.H. Abdul Majid Ma’roef Kedunglo, .+ 0XEDVLU 0XQG]LU GDQ .+ +DPLG .DMRUDQ .HWLJD PHUHND PHPEHULNDQ VDUDQ SDGD .L\DL 'MD]XOL “Anda tidak bisa menghalangi ini, Lilik Suyati ini jodoh *XV 0LHN GL GXQLD GDQ DNKLUDW.” Setelah mendapat rujukan dari tiga kiyai, keluarga Ploso bisa menerima, GDQ.L\DL=DLQXGGLQNDNDNWHUWXD*XV0LHN EHUDQJNDW ke Stonogedong melamar Lilik Suyati sebagai istri Gus Miek. Pernikahan terakhir ini dikaruniai tujuh putraputri, namun putra kelima meninggal saat masih kecil, dan tersisa enam putra-putri hingga sekarang, yaitu: Agus Tajuddin Heru Cokro, Agus Sabut Panoto Projo, $JXV 7LMDQL 5REHW 6DLIXQ 1DZDV$JXV 2EDU 6DGHZR $KPDG1LQJ)LWULD7DKWD$OYLQD3DJHODUDQGDQWHUDNKLU 1LQJ 5L\DGLQ 'DQL )DKWXVVXQQDK :DZDQFDUD SULEDGL dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo.
41
selalu pindah tempat mukim. Masih diingat oleh Gus Sabut, putra kedua Gus Miek, dahulu pernah Gus Sabut dan saudara-saudaranya mengikuti jejak Gus Miek di Tulungagung, kira-kira selama sepuluh tahun berada di Tulungagung dengan tidak memiliki papan sendiri, melainkan numpang di kediaman santri Gus Miek. Dari ketidakjelasan mengikuti Gus Miek yang pindah-pindah kota, akhirnya Hj. Rodiyah (ibu Gus Miek) membuat rumah untuk istri Gus Miek dan anak-anaknya. Rumah tersebut ditempati oleh ibu Lilik Suyati, di samping pesantren Al-Falah Ploso hingga sekarang. Spiritualitas Lilik Suyati sebagai istri tergolong fantastis! Sang istri tidak diberikan papan oleh suaminya, tidak pernah diberikan uang maupun beras sebagai kebutuhan hidup, akan tetapi ia tetap taat pada Gus Miek. Sekalipun taat ia tetap paham terhadap tempat dakwah Gus Miek, yaitu dekat dengan maksiat. Maka Lilik Suyati tidak mau menerima pendapatan, pemberian atau penghasilan apapun dari Gus Miek. Pada sisi lain, Gus Miek pun mengantisipasi diri dengan menjaga kehati-hatian dalam memberikan harta benda kepada keluarganya, mengingat barang-barang itu merupakan salah satu barang yang sengaja atau tidak sengaja terbawa dari tempat maksiat. Terhadap kenyataan ini Gus Miek sebetulnya resah gelisah. Kegalauan ini mencuat saat Gus 0LHNEHUGLVNXVLGHQJDQ.+5RKPDW=XEDLU Tulungagung, “Aku ini menunggu anak dan LVWUL WLGDN EROHK PHPEHUL QDINDK NH DQDN dan istri juga tidak boleh, alasannya cuma VDWX WDNXW QDINDK \DQJ DNX EHULNDQ DGDODK barang haram. Aku ini sebenarnya sudah capek berkelana, tapi mau bagaimana lagi kalau perjuanganku belum selesai.”
Jejak di Tulungagung terekam karena saat itu Gus Miek sedang gemar berada di makam Kiyai Abdul Fattah. Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. *XV 0LHN VHEHOXP WDKXQ EHUGDNZDK SDGD NDODQJDQ IDNLU 6HWHODK WDKXQ *XV 0LHN
42
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Kontradiksi Metode dan Tempat Dakwah Sikap dan metode dakwah kontradiktif dilakukan Gus Miek semenjak umur tujuh tahun. Hal ini sangat belia, dan jauh dari baligh jika dikaitkan dengan ¿TK. Sejak usia dini ia telah berdakwah dan berkunjung pada kiyai yang dikenal alim. Gus Miek, dengan hobi berpakaian trendi dengan maksud menutupi diri sebagai putra pesantren, memilih tempat favoritnya di LCC Pub, Club Malam dengan sajian musik hidup plus arena EHUGDQVD GDQ .DIH (OPL UHVWRUDQ KRWHO jam: keduanya berlokasi di Surabaya. Selain itu ia juga berdakwah di komunitas jalanan, dengan sambil berdiskusi ringan sesekali ia menenggak bir hitam. Jama‘ahnya datang dari berbagai profesi, seperti artis Dorce *DPDODPD SHQ\DQ\L 1HQR :DULVPDQ GDQ polisi seperti Untung Surajab, KAPOLDA METRO JAYA. Mereka mendengarkan pembicaraan serta petuah-petuah Gus Miek dengan penuh takzim. Di tengah aroma alkohol merebak, dawuh Gus Miek dengan sentuhan dalil-dalil memiliki pesona dan magnet spiritual untuk menaubatkan mereka menjadi orang baik, melalui prinsip dakwah menguasai “bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati.” Kenyentrikan lain dari Gus Miek, di samping citra rasanya terhadap berbagai macam kopi, adalah gemar di tempat pelacuran, GHQJDQ UHVLNR ¿WQDK¿WQDK PHUXVDN QDPD EDLN .L\DL $KPDG 'MD]XOL sebagi pendiri pondok pesantren Al-Falah Ploso, sebab sebagai putra kiyai tidak pantas meningkatkan jaringan dakwah di kalangan kelompok elit politik dan pejabat pemerintah. Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo, dan wawancara SULEDGLGHQJDQ0DV1XU “Yang Hidup di Dua Habitat,” artikel GLDNVHV SDGD 6HSWHPEHU GDUL http://majalah. tempointeraktif. com/id/arsip //SEL / mbm..6(/.id.html “Kiai-Kiai Eksentrik: Antara Substansi dan .XOLW´DUWLNHOGLDNVHVSDGD6HSWHPEHUGDULhttp:// majalah.tempointeraktif.com/id/arsip//SEL/ mbm..6(/. id.html
LD EHUDGD GL WHPSDW SHODFXUDQ 1DPXQ DSD kata Gus Miek, “Biarlah namaku cemar, karena hanya Allah tahu niatku.” Tidak bisa disangkal, dari setiap tempat perjudian dan diskotik yang disinggahi Gus Miek sebagai tempat nongkrong, pasti dari tempat itu Gus 0LHN PHQGDSDWNDQ VDQWUL 1DPXQ SDGD VLVL lain, tidak lama kemudian tempat tersebut akan hancur..+0XEDVLU0XQG]LUVHODOX berpesan pada pengikut Gus Miek, Jika kamu diajak Gus Miek pergi ke tempat hitam harus berhati-hati, sebab biarpun Gus Miek masuk di tempat itu yang dilihat cuma kebesaran Allah. Kamu tidak bisa mengikuti seperti Gus Miek. %LDUSXQ\DQJGLOLKDWRUDQJKDNLNDWQ\D*XV0LHN melihat hidayah Allah.
Gus Miek dalam pidatonya di majelis VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR 0DQWDE VHODOX mendeskripsikan bahwa dirinya secara tidak langsung terinspirasi oleh ulama ¿TK Ahҝmad b. HҐanbal. Ketika Ahҝmad b. HҐanbal bersama empat puluh orang santri lewat di depan arena hiburan ‘pelacuran,’ ia tidak menyuruh empat puluh santrinya untuk demo dan menghancurkan tempat tersebut, melainkan Ibn HҐanbal justru masuk dan berbaur dengan penghuninya sambil berdoa, “Ya Allah Kau buat RUDQJRUDQJGLVLQLEHUSHVWDSRUDEDKDJLDNDQ SXODRUDQJRUDQJLQLGLDNKLUDWNHODNOD\DNQ\D pesta pora mereka di tempat ini.” Sebagaimana Ibn HҐanbal, sang inspirator, Gus Miek pun datang ke berbagai lokalisasi di Surabaya untuk menyebarkan ajaran Islam, hadir di tengah-tengah dunia malam untuk menyadarkan mereka dari hijab kepura-puraan hidup. Gus Miek hadir bukan dengan ajaran kaku, ajaran yang penuh dalil kitab suci, apalagi ajaran penuh ‘ayatisasi.’ Gus Miek hadir dengan wajah senyum, berpakaian layaknya mereka, dan :DZDQFDUDSULEDGLGHQJDQ0DV1XU Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. Rekaman ceramah Gus Miek dalam VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR 0DQWDE $KDG 3DKLQJ -HPEHU 1RYHPEHU
Muhammad Makinudin Ali, Gus Miek dan Perdebatan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ
menyebarkan Islam dengan indah, penuh harapan tanpa radikalisme. %DQ\DN KDOKDO DQHK GLNDLWNDQ GHQJDQ metode dakwah Gus Miek. Sempat tenar layaknya infotaimen, seorang ‘gus’ putra .L\DL 'MD]XOL SHQJDVXK SHVDQWUHQ $O)DODK Ploso kepergok mabuk dan menenggak bir hitam di sebuah diskotik di Surabaya. Tapi kehebohan menjadi perbincangan itu bukanlah karena seorang gus dari kaum pesantren minum bir, tetapi hampir satu krat bir hitam diminum ternyata tidak membuat Gus Miek mabuk. Jika saja diukur dari segi medis, orang menghabiskan dengan takaran sama yang diminum Gus Miek, pastilah pingsan atau malah mati. Dakwah Gus Miek pada sisi lain tidak cukup dengan media bir hitam. Pada eranya juga, Gus Miek sering ikut berjudi. Akan tetapi kerap muncul pertanyaan bagi kebiasaannya berjudi itu: Apakah karena ia seorang yang terkenal unik sehingga selalu menang dalam berjudi? Jawabannya tetap tidak, lantas anehnya di mana? Aneh, kata 0DV1XUNDUHQDLDSHUQDKVHEDJDLVDNVLGDQ menghitung bahwa dalam arena judi itu Gus Miek kalah telak. Terhitung kalah banyak, bahkan lebih banyak, daripada isi uang yang pas dengan saku Gus Miek. Ajaibnya uang tetap mengalir tidak habis dari kantong Gus Miek. Seusai kalah judi masih sempat berkata, “Ayo cari makan, menghabiskan
“Membaca Pikiran Tuhan di Kafe,” artikel GLDNVHV SDGD 6HSWHPEHU GDUL http:// nasional. kompas. com/read//Membaca. Wajah.Tuhan.di.Dunia.Abu-abu. Putra Gus Miek bertemu dengan seorang kiyai dari Malang Jawa Timur. Kiyai tersebut berkata bahwa pada masa Gus Miek dakwah, ia ingkar pada Gus Miek. Suatu ketika ia bertemu Gus Miek, tiba-tiba Gus Miek lebih dahulu menyapa kepada kiyai tersebut dengan SDQJJLODQµXVWDG]¶%HOXPODJLVHPSDWPHPEDODVVDSDDQ Gus Miek, tiba-tiba Gus Miek berkata, “Tolong lihat mulut saya,” sambil Gus Miek menengadahkan mulutnya (mangap istilah -DZD NHNL\DLWHUVHEXW6HNHWLNDXVWDG] tersebut kaget melihat lidah dan isi mulut manusia normal tidak ada pada Gus Miek; yang dilihat semacam muara dan lautan tidak ada batasnya. Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo.
43
uang main.” Kritik selalu datang terhadap cara dakwahnya di tempat-tempat gelap seperti itu. Akan tetapi Gus Miek sering menyindir balik terhadap berbagai kritik dialamatkan pada metode dakwahnya. Ia mengatakan, “Kekuatan spiritual bertahun-tahun kita asah itu perlu evaluasi. Sanggupkah, atau siapkah kita dengan realita di masyarakat modern? .LWD VHULQJ EHUG]LNU GL PDVMLG GDQ PDMHOLV majelis pengajian, sekali-kali pindahlah WHPSDWG]LNULWXGLSDVDUGLGDHUDKWXQMXQJDQ dan gang-gang pelacuran, maka masih sama DWDXWLGDNNDKSHUDVDDQG]LNUNLWDSDGD$OODK Swt. Dakwah nyleneh Gus Miek bukan saja dengan berada di komunitas alkohol. Metode dakwah lain adalah kegemarannya memberangkatkan haji pengikutnya. Tetapi ia menghajikan seseorang dengan cara unik. %DQ\DNFHULWDEHUHGDUEDKZD*XV0LHNVHULQJ
Tokoh sekaliber K.H. Ahmad Shiddiq memerlukan waktu dua tahun memelajari dan menerima metode dakwah Gus Miek. Uniknya justru Gus Farid, putra K.H. Ahmad Shiddiq, lebih dahulu mengenal akrab Gus Miek dibanding K.H. Ahmad Shiddiq. Diceritakan bahwa Gus Farid sedang sakit, dan penyakitnya semakin berlarut-larut tidak menemukan obat, sampai dikabarkan sembuh ketika bersalaman dengan Gus Miek. Kabar kesembuhan Gus Farid sampai pada K.H. Ahmad Shiddiq sehingga tertarik menjumpai Gus Miek. Pertemuan K.H. Ahmad Shiddiq dengan Gus Miek pertama kali tidak lama, akibat rasa kecewa K.H. Ahmad Shiddiq terhadap Gus Miek sebagai putra pesantren berkelakuan menyalahi syari‘ah. Rasa kecewa K.H. Ahmad Shiddiq terjawab setelah diskusi dengan beberapa ulama membahas siapa Gus Miek. Puncak keakrabannya ketika Gus Miek memberi isyarat dalam pemilihan 5D¶ƯV µƖP6\XULDK3%18GDODP0XNWDPDU -RJMD06HPLQJJXVHEHOXPPXNWDPDU*XV0LHN GHQJDQXVLDWDKXQPHPEHULNDEDUEDKZD.+$KPDG Shiddiq akan terpilih lagi. Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo dan lihat pada “Tangkas %HU¿NLU /XZHV %HUWLQGDN´ DUWLNHO GLDNVHV SDGD September 2011 dari http://majalah.tempointeraktif. com/id/arsip//2%,/mbm.. 2%,.id. html, dan wawancara Pribadi dengan Mas 1XU Rekaman ceramah Gus Miek dalam VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR 0DQWDE $KDG 3RQ GL .HGLDPDQ 'DKQDQ7UHQJJDOHN$JXVWXV
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
44
mendapat tawaran pergi haji dari pengikutnya tapi justru ia jawab, ³8VDKDNXELDUMDPDµDK saja yang berangkat, aku belakangan.” Karena memberangkatkan haji santrisantrinya adalah hobi Gus Miek, dengan merelakan jatahnya, maka hingga wafat pun ia belum berhaji. Sehingga secara lahiriah Gus Miek tidak pernah berangkat haji. Adapun alasan Gus Miek enggan berangkat haji tercermin dari kata-katanya pada majlis VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR 0DQWDE GL kediaman bapak Mustafa Waru, Gedongan, Sidoarjo, ³%LDUMDPDµDKVDMD\DQJEHUDQJNDW haji, karena mereka lebih butuh daripada saya.” Dalam ceramahnya di kediaman EDSDN -DODO 1JDQMXN LD PDODK PHQJDWDNDQ “1DPDNX*XV0LHN-LNDDQGDLNXWVHPDµDQ DO4XU¶ƗQVHMXPODKGXDSXOXKNDOLEHUWXUXW WXUXW GDUL IDMDU VXEXK VDPSDL GRD NKDWP DO4XU¶ƗQ GDQ EHOXP GLEHUDQJNDWNDQ KDML ROHK $OODK PDND FDULODK DNX LQV\D $OODK anda belum lagi sempat menegurku, Allah Swt kelak sudah memberangkatkan anda.” Alasan lainnya tentang keengganan Gus Miek berangkat haji dikemas dalam humor. Gus Miek menyampaikan dirinya tidak pantas disebut Kiyai, karena namanya hanya terdiri dari tiga huruf /M/ /I/ /K/ atau MIK, jadi serasa janggal bila dipanggil Kiyai MIK, apalagi depannya ditambahi haji, menjadi Kiyai Haji Mik. Gus Miek dengan segala cara-cara GDNZDKQ\D LWX DGDODK NKD]DQDK EDUX GDODP koleksi Islam dan tidak semua ulama mampu menjalaninya. Cara ini pula kemudian membuat banyak kalangan dari berbagai kelas
Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. Sasaran utama yang diberangkatkan haji oleh Gus Miek adalah santri nyleneh, karena setelah dihajikan biasanya sembuh. Rekaman ceramah Gus Miek pada VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR 0DQWDE -XPµDW :DJH GL NHGLDPDQ0XVWDID6LGRDUMR$SULO Rekaman ceramah Gus Miek pada VHPDµDQ al4XU¶ƗQ-DQWLNR0DQWDEGL.HGLDPDQ-DODO1JDQMXNWW Rekaman ceramah Gus Miek pada VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR 0DQWDE -XPµDW :DJH GL .HGLDPDQ 0XVWDID6LGRDUMR$SULO
menjadi santri dan pengikutnya. Di samping itu, Gus Miek memiliki prinsip pula, bahwa baginya tidak ada keistimewaan khusus pada pengikutnya, sebab jika satu istimewa maka semua istimewa. Terbukti semua orang yang dekat dengannya merasa paling dekat. Untuk itulah dalam sebuah artikel “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan,” Gus Dur menulis, “Ayu Wedayanti beragama Hindu GLSHUODNXNDQ VDPD GHQJDQ 1HQR :DULVPDQ yang Muslimah. Orang Katolik juga tetap menjadi pendengar setia ketika Gus Miek ceramah.” Sikap demikian adalah prilaku baik dan teladan bagi semua orang. Terhadap prilaku Gus Miek ini, kita GLLQJDWNDQSDGDNDWDNDWDPXWLDUD$Enj1DVҚr DO6DUUƗM ³+̔DVDQDK DODEUƗU VD\\LµDK DO PXTDUUDEƯQ (perbuatan baik orang saleh adalah perbuatan buruk orang-orang yang dibawa mendekat.)” Maksudnya, perbuatan buruk akan berubah ketika mereka mendekati orang-orang saleh. Gus Miek melakukan kata-kata mutiara itu dengan memasuki dunia hitam, agar dunia hitam berubah menjadi putih. Maka dapat disimpulkan, tindakan Gus Miek adalah tindakan seorang alim memasuki kehidupan masyarakat hina terlebih dahulu, sebelum mengajak mereka ke jalan Tuhan. Patut pula di sini dikemukakan kata-kata Annemarie Schimmel ketika mengutip FHULWD -DOƗO DO'ƯQ 5njPƯ GDODP 0DWVQDZƯ \DQJ PHQGHVNULSVLNDQ SDGD VDDW 1DEL Muhҝammad pernah hilang, dan pamongnya HҐDOƯPDK EHUXUDL DLU PDWD NHPXGLDQ GLD dihibur dengan perkataan, “Jangan bersedih, ia takkan hilang darimu. Tetapi dunia akan hilang dalam dirinya.” Hari-hari Terakhir Gus Miek 3HUWHQJDKDQ WDKXQ NHEHUDGDDQ
Abdurrahman Wahid, “Gus Miek Wajah Sebuah Kerinduan,” Kompas-XQL Annemarie Schimmel, 'LPHQVL 0LVWLN GDODP Islam, terj. Sapardi Djoko Damono dkk. (Jakarta: 3XVWDND)LUGDXV Annemarie Schimmel, 'LPHQVL 0LVWLN GDODP Islam
Muhammad Makinudin Ali, Gus Miek dan Perdebatan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ
Gus Miek tidak terlacak. Hampir satu tahun KLQJJD SHUWHQJDKDQ WDKXQ *XV 0LHN menghilang. Hanya orang-orang terdekat tahu di mana Gus Miek berada, di antaranya DGDODK0DV1XU%DQGDUVHEDJDLVRSLUSULEDGL Gus Miek, dan Gus Ali Muhammad sebagi sahabat yang mengatur keperluan Gus Miek GL5XPDK6DNLW%XGL0XOLD6XUDED\D Penjagaan ketat dan rahasia tidak hanya diberlakukan pada santri-santri Gus Miek, tetapi istri, putra-putri Gus Miek, dan keluarga Ploso pun tidak bisa mengakses keberadaan Gus Miek. Gus Munif (adik Gus Miek) lebih dari dua puluh tujuh kali ke Surabaya tidak PHQGDSDWNDQL]LQ*XV0LHNXQWXNEHUWHPX Kerahasiaannya benar-benar dijaga sampai Gus Miek memalsukan identitas pasien dengan nama Edy. Isyarat kepergian Gus Miek diketahui oleh Gus Munif (adik Gus Miek.) Hari Jum‘at PDODP VHNLWDU SXNXO :,% VDWX KDUL sebelum Gus Miek wafat, Gus Munif datang NH NHGLDPDQ 0DV 1XU (WLND VHRUDQJ VDQWUL SDGD NL\DL 0DV 1XU PHQJDMDN *XV 0XQLI masuk ke dalam rumah, tapi Gus Munif PHQRODNGDQPHPLOLK0DV1XUNHOXDUUXPDK sambil membisikkan, “0DV 1XU EHVRN *XV 0LHNDNDQSXODQJNDPXWDKXNDQPDNVXGQ\D *XV0LHNSXODQJ"WDSLMDQJDQELODQJVLDSD siapa´0DV1XUPHQJDQJJXNGDQ*XV0XQLI pergi. Anggukan bukan berarti paham, tapi mengangguk merasa bingung. Sebelumnya, -XP¶DW SDJL 0DV 1XU NH 6XUDED\D GLEHUL pesan oleh Gus Miek untuk menyampaikan kabar pada keluarga Ploso jika Gus Miek baik-baik saja. Pesan selanjutnya yang VHPDNLQWLGDNGLPHQJHUWL0DV1XUGDUL*XV Miek adalah, “%HVRNVHWHODKMDP:,% aku akan telepon kamu, dan kamu jangan MDXKMDXK GDUL WHOHSRQ 6HNDUDQJ DNX PDX tidur dulu´%HQDU6DEWXWDQJJDO-XQL SXNXO :,% *XV 0LHN PHQHOHSRQ :DZDQFDUDSULEDGLGHQJDQ0DV1XU Wawancara pribadi dengan K.H. Muhammad $UV\DG%XV\DLUL :DZDQFDUDSULEDGLGHQJDQ0DV1XU
45
0DV 1XU 'L WHQJDKWHQJDK SHPELFDUDDQ digantikan oleh perawat dan menyatakan kondisi Pak Edy (Gus Miek) semakin PHQXUXQDNKLUQ\DVHNLWDUSXNXO:,% Gus Miek meninggal dunia. -HQD]DK*XV0LHNGDWDQJGDUL6XUDED\D ODQJVXQJGLEDZDNHNDPDU,EX1\DL5DGOL\DK sekaligus dimandikan di kamar itu. Melihat keadaan di luar ada ribuan santri Gus Miek, datang dari berbagai daerah ke Ploso, tidak PXQJNLQ MHQD]DK *XV 0LHN GLPDQGLNDQ di luar ruangan. Dengan lantunan gema shalawat dan puji-pujian untuk Allah dan UDVXO1\D *XV 0LHN GLDQWDU ULEXDQ VDQWUL penggemar, pejabat, tokoh elit, dan kiyaikiyai tersohor, antri berdesakan, mengantar Gus Miek hingga ke area favoritnya, tempat peristirahatan terakhirnya, yaitu komplek makam Tambak.
Keadaan tidak stabil, Gus Ali Muhammad PHPEDJL WXJDV GHQJDQ 0DV 1XU 3ORVR EDJLDQ 0DV 1XU GDQ 6XUDED\D XUXVDQ *XV$OL 0XKDPPDG .DEDU PHQLQJJDO *XV 0LHN GLVDPSDLNDQ 0DV 1XU NH 3ORVR 2UDQJ SHUWDPD GLWHPXL DGDODK ,EX 1\DL 5DGOL\DK ,EX *XV 0LHN 'HQJDQ QDGD JXJXS²NKDZDWLU LEXQGD NDJHW²0DV1XUPHQ\DPSDLNDQEHULWD*XV0LHNWHODK ZDIDW 'HQJDQ WHQDQJ ,EX 1\DL 5DGOL\DK PHQMDZDE “Iyo, wong Amik kui wingi wes pamit aku kok kang Nur, aku saiki yo wis kongkonan bocah tuku sapi” (Iya, Amik itu kemarin sudah pamit padaku kok.DQJ1XU dan sekarang aku juga sudah menyuruh orang untuk beli VDSL :DZDQFDUDSULEDGLGHQJDQ0DV1XUGDQGHQJDQ K.H. Agus Sabut Panoto Projo. Gus Miek semasa masih hidup menggubah syair tentang kisah ulama yang dimakamkan di Tambak, \DLWX 6\D\NK µ$EG DO4ƗGLU .KD\UƯ GDQ NHGXD RUDQJ PXULGQ\D 1DPXQ NDUHQD WLGDN DGD RUDQJ KDIDO PDND tidak ada penjelasan kongkrit tentang syair itu. Secara global syair tentang Tambak menceritakan kedatangan 6\D\NK 0DZOƗQƗ µ$EG DO4ƗGƯU .KD\UƯ GDQ GXD PXULGQ\D6\D\NK0DZOƗQƗµ$EGXOOƗK6ҜƗOLKҝ dan Syaykh 0DZOƗQƗ0XKҝammad HҐLUPDQDO5XPPƗQEHUDVDOGDUL luar Indonesia, namun memiliki hubungan dakwah GHQJDQ +DVDQ %HVDUL 3RQRURJR 8QWXN VHODQMXWQ\D hubungan dakwah seperti apa tidak ada penjelasan lanjut, baik dari murid Gus Miek atau putranya, sebab kaset rekaman tentang syair Tambak saat dilantunkan Gus Miek tidak terekam baik, sehingga suaranya tidak MHODV :DZDQFDUD SULEDGL GHQJDQ 0DV 1XU GDQ .+ ‘Abdullah Ashfar.
46
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
']LNUDO*KƗ¿OƯQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ PHODKLUNDQ EDQ\DN cerita dan argumentasi dari silsilah perumus hingga eksistensinya di masyarakat. Antar alim satu dan alim lain memiliki pendapat sendiri-sendiri. Ini sama halnya ketika memelajari kisah hidup Gus Miek sendiri, antara santri satu dan santri lainnya pasti berbeda. Teori apapun digunakan tidak akan mampu mengorek kebenaran secara pasti, dan epilognya hanya kebenaran-kebenaran spekulatif. Memang pada dasarnya relatif, namun akan semakin rumit jika dikaitkan dengan perjalanan Gus Miek dari kota satu ke kota lain, bersama santri satu kemudian EHUJDQWL NH VDQWUL ODLQ 1DPXQ PHQHOXVXUL hal itu semua adalah tanda-tanda yang bisa dipastikan menjadi jawaban segala pertanyaan. Membongkar sejarah ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK PHOXUXVNDQ EHQDQJ kusut, tetapi harus dengan kesabaran serta seobyektif mungkin, dan HQGLQJnya hanya mendeskripsikan beberapa teori yang selama ini berhembus dan diyakini jama‘ah ']LNU DO*KƗ¿OƯQ 0DVLQJPDVLQJ GHVNULSVL SHUOX dikembalikan keotentikannya kepada jama’ah ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DJDU SHQGDSDW VDWX GDQ lainnya tidak merasa dimarginalkan. Diakui atau tidak, ']LNU DO*KƗ¿OƯQ PHUXSDNDQ karya fenomenal di tengah-tengah banyaknya ajaran TҐDUƯTDK ']LNU DO*KƗ¿OƯQ PXQFXO sebagai interaksi baru untuk bergandengan dengan TҐDUƯTDKGL,QGRQHVLD0HQJDSDKDQ\D dikatakan sebagai bergandengan?, karena ']LNU DO*KƗ¿OƯQ IRNXV GL WDWDUDQ HNVWHUQDO ritual TҐDUƯTDK Jadi keberadaannya sekedar PHQGDPSLQJLGDQEXNDQEDJLDQG]LNUSRNRN sebuah TҐDUƯTDK Ada beberapa deskripsi yang akan dikembangkan dalam pembahasan tentang kelahiran ']LNU DO*KƗ¿OƯQ EDLN GDUL keyakinan masyarakat ataupun analisis penulis. Kelompok pertama menyatakan bahwa ']LNUDO*KƗ¿OƯQPXUQLKDVLOSHPLNLUDQ Gus Miek. Kelompok kedua meyakini ']LNU DO*KƗ¿OƯQDGDODKKDVLOSHQJRODKDQGDULWLJD
ulama, yaitu Gus Miek, K.H. Ahmad Shiddiq, dan K.H. Hamid Pasuruan. Kelompok ketiga lebih bersifat netral, dengan tidak terlalu memerdulikan antara versi pertama dan kedua dalam ']LNUDO*KƗ¿OƯQ Kelompok pertama berargumen bahwa ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK DVOL SURGXN GDUL Gus Miek. Dilihat dari sejarahnya, sebelum ada ']LNU DO*KƗ¿OƯQ *XV 0LHN WHODK PHQJDMDUNDQ SHQJLNXWQ\D PHODNXNDQ G]LNU dengan sebutan Jama‘ah Layliyyah. Ini GLPXODLVHNLWDUWDKXQKLQJJDDZDOWDKXQ GLNDZDVDQ7XOXQJDJXQJ ,VLG]LNU/D\OL\\DKGL\DNLQLVDPDGHQJDQ isi ']LNUDO*KƗ¿OƯQNHFXDOLV\DLUV\DLUSDGD akhir ']LNU DO*KƗ¿OƯQ 'LNDWDNDQ VDPD karena amalan ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DWDX G]LNU Layliyyah telah diamalkan Gus Miek secara pribadi semenjak kecil. Pendapat lain mengatakan bahwa ']LNU DO*KƗ¿OƯQ WLGDN sempurna dalam bentuk sekarang, melainkan UHYLVL GDUL G]LNU /D\OL\\DK SDGD ']LNU DO*KƗ¿OƯQ Jika argumentasi ']LNU DO *KƗ¿OƯQDGDODKUHYLVLG]LNU/D\OL\\DKEHQDU dan argumentasi yang mengatakan amalan ']LNUDO*KƗ¿OƯQWHODKGLDPDONDQ*XV0LHN semenjak lahir juga benar, pertanyaannya adalah: mengapa jika diamalkan Gus Miek dari NHFLOQDPXQGLWHUDSNDQSDGDG]LNU/D\OL\\DK hanya lima puluh persen, dan kemudian disempurnakan seratus persen pada ']LNUDO *KƗ¿OƯQ"6DWXSDQGDQJDQPHQ\DWDNDQEDKZD Gus Miek secara sengaja memberikan amalan ']LNU DO*KƗ¿OƯQ SDGD SHQJLNXWQ\D VHFDUD EHUDQJVXUDQJVXU GDUL G]LNU /D\OL\DK tidak sekaligus berbentuk utuh seperti ']LNU DO*KƗ¿OƯQ VHEDE PHOLKDW IXQJVL ']LNU µ/D\OL\\DK¶ GLMDGLNDQ QDPD NRPXQLWDV G]LNU diambil dari penerapannya pada malam hari, dan GDUL PDNDP NH PDNDP 5XMXNDQ WDKXQ DZDO adalah tahun saat Gus Miek mulai mengamalkan pada pengikutnya. Wawancara pribadi dengan K.H. Agus 6DEXW3DQRWR3URMR.HGLUL0HL Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. :DZDQFDUD SULEDGL GHQJDQ 0DV 1XU VRSLU SULEDGL*XV0LHNGL.HGLUL0HL
Muhammad Makinudin Ali, Gus Miek dan Perdebatan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ
DO*KƗ¿OƯQ VHEDJDL G]LNU SHOHQJNDS EDJL pengikut TҐDUƯTDK )HQRPHQDQ\D VDDW LWX sudah banyak santri Gus Miek ikut gerakan TҐDUƯTDK, dan dipastikan akan keberatan PHQJDPDONDQ²PHOLKDW NDOLPDW G]LNUQ\D SDQMDQJ²']LNUDO*KƗ¿OƯQ Gus Miek bertemu K.H. Ahmad Shiddiq VHNLWDU DZDO WDKXQ VHGDQJNDQ .+ Ahmad Shiddiq bisa menerima metode GDNZDK *XV 0LHN VHNLWDU WDKXQ -DGL pertemuan keduanya setelah sepuluh tahun ajaran Layliyah berdiri. Orisinilitas ']LNU DO*KƗ¿OƯQGLSHUNXDWXFDSDQ*XV0LHNNHWLND menitip pesan pada Gus Ali Muhammad saat akhir hayatnya. Seperti telah dibahas di atas bahwa ketika sakit, satu-satunya alim yang leluasa bisa masuk ke rumah sakit dan tahu keberadaan Gus Miek adalah Gus Ali Muhammad Surabaya. Di rumah sakit Gus Miek berkata, “']LNUDO*KƗ¿OƯQDNXWLWLSNDQ pada pak Arsyad Tulungagung.” Kemudian Gus Ali Muhammad merekomendasikan, ³.HQDSD WLGDN *XV )DULG VDMD"” Gus Miek menjawab, “']LNU DO*KƗ¿OƯQ SXQ\DNX EXNDQ SXQ\D EDQL 6KLGGLT (K.H. Ahmad Shiddiq.)” Adapun tentang pendapat Gus Miek menitipkan ']LNU DO*KƗ¿OƯQ SDGD Kiyai Arsyad Tulungagung akan dibahas berikutnya. Semenjak Gus Miek bertemu dengan K.H. $KPDG 6KLGGLT SDGD QDPD -DPDµDK Layliyyah diubah menjadi ‘Jama‘ah ']LNU DO*KƗ¿OƯQ¶ SHQJLQJDW RUDQJ \DQJ OXSD 8QWXN LWX SHQJDPDO G]LNU 7ҐDUƯTDK EXNDQ berarti merasa tidak perlu pada amalan ']LNU DO*KƗ¿OƯQ PHODLQNDQ VXSD\D \DQJ VXGDK merasa dekat dengan Allah Swt. menjadi semakin dekat melalui doa-doa pada ']LNU DO*KƗ¿OƯQ Deskripsi di atas menyimpulkan
Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. Wawancara pribadi dengan K.H. Muhammad $UV\DG %XV\DLUL 3HQJDVXK 3RQGRN 3HVDQWUHQ$O)DODK 7UHQFHQJ7XOXQJDJXQJ0HL Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo.
47
bahwa amalan pada ']LNUDO*KƗ¿OƯQRULVLQDO karya Gus Miek. Argumentasi kedua menyatakan bahwa ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK KDVLO SHQJRODKDQ dari tiga ulama, yaitu Gus Miek, K.H. Ahmad Shiddiq, dan K.H. Hamid Pasuruan. Pendapat ini dirujuk dari buku ']LNU DO*KƗ¿OƯQ SDGD edisi tertentu di bawah kordinasi FORISKA (Forum Komunikasi Keluarga Alumni PPI As-Shiddiqi) Putra Jember. Dalam buku ']LNUDO*KƗ¿OƯQHGLVLWHUVHEXWGLFDQWXPNDQ ketika pidato K.H. Ahmad Shiddiq mengenai sejarah dan perumus ']LNUDO*KƗ¿OƯQSDGD acara pertemuan rutin khusus keluarga setiap PDODP 0LQJJX /HJL WHUWDQJJDO 2NWREHU 'LGDODPLVLWHNVSLGDWRWHUVHEXW.+ Ahmad Shiddiq mengungkapkan bahwa Gus Miek pernah pidato pada jama‘ah pengamal ']LNU DO*KƗ¿OƯQ ³Kalau bapak $KPDG 6KLGGLT VXGDK ZDIDW \DQJ MDGL peninggalannya cuma satu, yaitu ']LNU DO *KƗ¿OƯQ” Diawali dengan mengutip pidato Gus Miek tersebut K.H. Ahmad Shiddiq menjelaskan bahwa sebenarnya tidak pantas Gus Miek berkata seperti itu, sebab ']LNU DO*KƗ¿OƯQ GLUDPX ROHK WLJD RUDQJ GHQJDQ EHUEDJDLSURVHV%HULNXWFXSOLNDQSLGDWR.+ Ahmad Shiddiq yang kemudian diketik dan dimasukkan dalam buku ']LNU DO*KƗ¿OƯQ yang disebarluaskan oleh FORISKA Putra Jember: Setelah Gus Miek dawuh begitu, terharuku ya bercampur syukur, kalau itu memang dianggap warisan, sebab itu ']LNU DO*KƗ¿OƯQ VHEHQDUQ\D kepunyaan Kiyai Hamid Pasuruan dan Gus Miek, aku cuma tukang menulis dan meracik atau mengumpulkan. Untuk diketahui anakanakku dan ini tidak perlu aku rahasiakan, bahwa sesungguhnya ']LNUDO*KƗ¿OƯQLWXJDUDSDQRUDQJ tiga, ini supaya kamu mengerti yaitu: Gus Miek dan Kiyai Hamid. Pertama aku ke Kiyai Hamid. 6HWHODK GLEHUL LMD]DK PHPEDFD )ƗWLKҝah 100 kali GDQDO$VPƗ¶DO+ҐXVQƗODOXDNXVRZDQNHSDGD*XV Miek, persis ketika Gus Miek berada di rumah Pak Marliyan (Comboran.) Di sana rundingan sampai SXNXO :,% SDJL 1DK GL VDQD *XV 0LHN PHQDPEDK LVWLJKIDU VKDODZDW GDQ WDKOLO LWX GDUL *XV 0LHN $GDSXQ NDWDNDWD ³,OƗ hҝDGUDWL LOƗ Kҝadrati” itu dari aku, tetapi semua itu
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
48
kemudian dirangkai dan mendapat restu dari Gus Miek. Setelah itu di lain hari aku sowan kepada Kiyai Hamid untuk mencocokkan. Malahan aku membaca di sampingnya, dan aku masih ingat betul, aku baca semua dan begitu sampai pada, “Tsumma LOƗ Kҝadrati al-qutѽE DONDEƯU VD\\LGL 6\D\NK µ$EG DO6DOƗPE0DV\ƯV\´,WXVDNUHQWHW.L\DL+DPLG ngguguk sampai aku yang membaca itu ndredek, tapi aku teruskan saja, maksud aku men-tashҝƯKҝ-kan, PLQWDLMD]DKEHJLQLLQLEHWXODWDXWLGDN7HUXVGRD yang terakhir itu dariku. Shalawatnya (shalawat Munjiyat) dari Gus Miek. Selain itu, usahaku juga adalah mengumpulkan dari berbagai sumber, dan akhirnya itulah menjadi ']LNU DO*KƗ¿OƯQ«,WX memang ada isyarah (alamate) bahwa itu adalah garapan orang tiga, malah ada yang menjuluki 7VXOƗWVƯ 7ULWXQJJDO -DGL NDPX ELDU PHQJHUWL bahwa itu semua melalui proses perangkaian dan VHEDJDLQ\D ,WX WHUMDGL SDGD EXODQ 6\DµEƗQ GDQ mulai diamalkan pada awal bulan Ramadhan sampai bulan atau tanggal 20 Ramadhan. Itu pertama kali diamalkan di langgar (mushalla) pada WDKXQ «*XV 0LHN VHULQJ NDOL PHQDQ\DNDQ atau mengingatkan, itu ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DSD GLVHEXWNDUDQJDQ%DSDN$KPDG6KLGGLTDGD\DQJ menjawab tidak. Di situ cuma disebut ‘katabahu’ dan seterusnya. Jadi yang menulis aku, memang yang menyuruh (dawuhi) itu Gus Miek. Aku disuruh menerangkan, dan itu lafal dari Gus Miek: memang disuruh begitu, ya aku mengikuti, sampai akhirnya dicetak.
Teks pidato tersebut dijadikan argumentasi bahwa amalan ']LNUDO*KƗ¿OƯQGLUDFLNROHK tiga orang ulama. Dalam majelis VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ-DQWLNR0DQWDE*XV0LHNEHUNDWD “Bahwa Dzikr DO*KƗ¿OƯQ DGDODK JRGRNDQ DNX .+ $KPDG 6KLGGLT GDQ .+ +DPLG Pasuruan.” Godokan ini memberikan makna multi tafsir, seperti apakah godokan di Lih. buku ']LNU DO*KƗ¿OƯQ YHUVL )25,6.$ (Forum Komunikasi Keluarga Alumni PPI. As-Shiddiqi) Putra Jember. K.H. Ahmad Siddiq, ']LNU DO*KƗ¿OƯQ (t.t.), tanpa halaman. Letak teks pidato ada di tengahtengah halaman ']LNUDO*KƗ¿OƯQ . Sebagai catatan, banyak sekali versi dari percetakan buku ']LNU DO*KƗ¿OƯQ 'DODP FHWDNDQ pondok pesantren Lirboyo, misalnya, tidak tercantum WHNV SLGDWR GDUL .+ $KPDG 6KLGGLT 1DPXQ \DQJ sangat penting, baik cetakan Lirboyo atupun cetakan lain, isi dan rumusan ']LNUDO*KƗ¿OƯQWHWDSVDPD
situ sebagai ‘merumuskan,’ ataukah godokan sebagai pelopor pergerakan dan penyebaran ']LNUDO*KƗ¿OƯQGL,QGRQHVLD Cuplikan pidato di atas sedikit membahas kesalahan tafsir pada kalimat ‘NDWDEDKX¶ (ia telah menuliskannya) yang tercantum pada cover depan. Kalimat “katabahu K.H. Ahmad Shiddiq” ditafsirkan bahwa K.H. Ahmad 6KLGGLT DGDODK SHUXPXV ']LNU DO*KƗ¿OƯQ bukan hanya sebagai penulis dan ‘pencetak,’ seperti keterangan pada teks pidato berikut: Gus Miek sering kali menanyakan atau PHQJLQJDWNDQ LWX ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DSD GLVHEXW NDUDQJDQ %DSDN $KPDG 6KLGGLT DGD \DQJ menjawab tidak. Di situ cuma disebut ‘katabahu’ dan seterusnya. Jadi yang menulis aku, memang yang menyuruh (dawuhi) itu Gus Miek. Aku disuruh menerangkan, dan itu lafal dari Gus Miek: memang disuruh begitu, ya aku mengikuti, sampai akhirnya dicetak.
Sejarahnya, Gus Miek meminta hanya mencantumkan nama K.H. Ahmad Shiddiq GDODP SHQHUELWDQ EXNX ']LNU DO*KƗ¿OƯQ sedangkan nama Gus Miek tidak perlu untuk dicantumkan. Tidak dicantumkan ini ada dua kemungkinan, pertama adalah strategi dakwah Gus Miek, sebab saat itu orang lebih kenal dan mau menerima K.H. Ahmad Shiddiq VHEDJDL DOLP GDQ VHVHSXK 1DKGODWXO 8ODPD ketimbang Gus Miek yang masih banyak orang ingkar akibat prilakunya bergaul di kafe-kafe dan area pelacuran. Kedua, dan alasan paling kuat adalah bukan sebagai VHWUDWHJLQ\D PHPDVDUNDQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ melainkan memang sifat dakwah Gus Miek semenjak lahir, yaitu selalu menyembunyikan identitasnya ketika berbuat baik. ']LNU DO*KƗ¿OƯQ YHUVL )25,6.$ .+ Ahmad Siddiq, ']LNUDO*KƗ¿OƯQ (t.t.) Letak teks pidato ada di tengah-tengah halaman ']LNUDO*KƗ¿OƯQ %XNWLVDODKSHQDIVLUDQWHNVµNDWDEDKX¶ diartikan sebagai pengarang terulang pasca meninggalnya Gus Miek. Dalam penerbitan buku ']LNUDO*KƗ¿OƯQWHUGDSDW kesalahan, kalimat “katabahu K.H. Ahmad Shiddi” diganti dengan kalimat ‘OL¶ K.H. Ahmad Shiddiq.” Kesalahan penggunaan kata OL¶ telah dituntaskan Gus Ali Muhammad dengan menegur penerbit untuk mencetak ulang dengan mengembalikan menjadi kalimat
Muhammad Makinudin Ali, Gus Miek dan Perdebatan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ
Argumentasi ketiga bersifat netral dengan tidak terlalu memerdulikan antara YHUVLSHUWDPDGDQNHGXDGDODPVHMDUDK']LNU al-*KƗ¿OƯQ6HEHQDUQ\DVLWXDVLNHORPSRNLQL berada di antara sederhana dan rumit ketika PHPHFDKNDQ WHNDWHNL ']LNU DO*KƗ¿OƯQ Sederhana karena para pengamal menyatakan EDKZD ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK GRD EDLN tanpa harus memermasalahkan sejarahnya, sebab isinya tidak bertentangan dengan ajaran Islam; sedangkan akan rumit jika ikut dalam perdebatan dan perseteruan dalam histori ']LNUDO*KƗ¿OƯQ 'DULVHMDUDKELRJUD¿*XV0LHNLQLMXJD dari argumentasi ketiga kelompok tersebut, idealnya perlu dipertimbangkan beberapa hal: 1) jika K.H. Ahmad Shiddiq dan K.H. +DPLG3DVXUXDQWHODKPHQJDPDONDQ']LNUDO *KƗ¿OƯQWDQSDNHUDJXDQPHQJDSDPDV\DUDNDW yang tidak selevel dengan mereka masih PHPHUVHOLVLKNDQ GDQ UDJX WHUKDGDS ']LNU al-*KƗ¿OƯQ" VHEHOXP GLWHUELWNDQ SDGD WDKXQ']LNUDO*KƗ¿OƯQWHODKGLtash̡ih̡ oleh beberapa ulama, di antaranya adalah K.H. Hamid Kajoran Magelang dan K.H. 0XEDV\LU 0XQG]LU sehingga hal ini bisa PHPEXDW']LNUDO*KƗ¿OƯQNLQLVHEDJDLPLOLN masyarakat, tanpa perlu lagi memerebutkan KDN RWRULWDVQ\D WHUOHELK VHPHQMDN *XV Miek menikahkan putranya dengan putri K.H. Ahmad Shiddiq, dan begitupun sebaliknya, putra K.H. Ahmad Shiddiq dinikahkan dengan putri Gus Miek dalam satu keluarga, \DLWX $JXV 7LMDQL 5REHUW 6\DLIXQ 1DZDV +DPLP 'MD]XOL GHQJDQ 1LQJ 1LGD 'XVWXULD Shiddiq), dan (Agus Hisyam Rifqi Shiddiq GHQJDQ1LQJ7DKWD$O¿QD3DJHODUDQ+DPLP 'MD]XOL PDND LNDWDQ NHOXDUJD LQL DGDODK semacam instruksi bahwa perdebatan histori “katabahu K.H. Ahmad Shiddiq,” sebab penggunaan kata µOL¶ memberikan arti kepemilikan K.H. Ahmad Shiddiq. Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo, dan dengan K.H. Muhammad Arsyad %XV\DLUL Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo.
49
']LNUDO*KƗ¿OƯQVXGDKVHOHVDL Sumber Dzikr al-*KƗ¿OƯQ Satu pertanyaan, apakah rumusan dan DPDODQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ GLDPELO GDUL gerakan tarekat (tѽDUƯTDK DWDX JHUDNDQ tasauf tertentu? Secara lahiriah Gus Miek tidak pernah ikut gerakan tarekat, sehingga GL\DNLQLLVLGDUL']LNUDO*KƗ¿OƯQPXUQLDWDV prakarsa Gus Miek tanpa pengaruh ajaran tarekat. Jika pun dikaitkan dan dikatakan ia memiliki atau ada pengaruh dari tarekat, hal itu WLGDN GDODP UXPXVDQ LVL G]LNLUQ\D tetapi berdasarkan penerapannya yang bersinggungan dengan pengamal tarekat di Indonesia. Gus Miek memang pernah bersinggungan dengan gerakan tasauf dan hal ini memang dibenarkan. Gus Miek pernah membantu penyebaran Shalawat Wahidiyah prakarsa K.H. Abdul Majid Ma’rouf. Saat deklarasi Shalawat Wahidiyah, Gus Miek saat itu dalam umur dua puluh tahun dan menjadi pengamal sekaligus duta khusus menyampaikan ceramah, sedangkan K.H. Abdul Majid Ma’rouf saat itu berumur sekitar empat puluh tahun. Tak lama kemudian Gus Miek diangkat sebagai ketua ketiga (ketua dalam periode ketiga) bagi perjuangan shalawat Wahidiyah, menggantikan K.H. Ahyat (ketua periode kedua) yang memimpin VHNLWDU WDKXQ setelah ketua pertama K.H. Abdul Majid Ma’roef sendiri. Ajaran tasauf Gus Miek sangat unik dan berani, di tengah-tengah mulai naik daunnya ajaran tarekat di Indonesia. Gus
“K.H. Achmad Shiddiq,” artikel diakses pada $JXVWXVGDULhttp://www. pondokpesantren. net/ SRQSUHQLQGH[.phpoption=com_content&task=view&id =&Itemid= Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. Isyarat tentang Shalawat Wahidiyah telah diterima ibunda Gus Miek, kemudian menyuruh putraputranya mencari kabar tersebut. Setelah petunjuk diperoleh, ternyata isyarat itu adalah Shalawat Wahidiyah prakarsa K.H. Abdul Majid Ma’rouf Kedunglo. Sokhi Huda, 7DVDZXI .XOWXUDO )HQRPHQD Sholawat Wahidiyah
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
50
0LHN PHQ\DMLNDQ DMDUDQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ sebagai konstruksi amalan tasauf, dan bukan pada bentuk lain seperti mengembangkan sistematika PDTƗPDW dan perdebatan tasauf EHUFRUDNIDOVD¿7XMXDQNRQVWUXNVLLQLDGDODK persatuan umat. Dalam menjelaskan hal ini, Gus Miek memulai dengan menerangkan bahwa tarekat di dunia sifatnya majemuk, ada tarekat PXµWDEDUDK dan ada pula ghayr PXµWDEDUDK. Pengamalannya pun ada yang inklusif dengan memagari pengikutnya supaya tidak ikut dan mengamalkan ajaran dari tarekat lain, namun ada juga tarekat yang terbuka memersilahkan santrinya ikut tarekat manapun. Walau demikian, banyak tarekat di dunia dan Indonesia khususnya justru tidak membuat persatuan umat, dan eksistensinya menjadikan umat tersekat-sekat dengan DGDQ\DWDUHNDWLQNOXVLIVHSHUWLLWX0DND']LNU al-*KƗ¿OƯQ EHUXSD\D PHPHUVDWXNDQ XPDW dalam satu bacaan bersama. Dengan alasan WHUVHEXW VWUDWHJL ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK dengan memasukkan, hampir dipastikan, seluruh mursyid tarekat di dunia dalam satu JHUDNDQG]LNUGHQJDQWXMXDQMDPDµDKWDUHNDW VHPDNLQ EHUVDWX ']LNU DO*KƗ¿OƯQ GHQJDQ demikian, bisa dianggap sebagai ringkasan dari banyak tarekat dan sebagai sarana saling mengingatkan antar satu dan yang lain, dengan tujuan tidak merasa lebih baik dan unggul. Sesuai pesan Gus Miek pada komunitasnya, jika berhubungan dengan kebaikan harus sering mengucapkan, “Aku ini hanya salah satu, dan jangan mengucapkan DNX LQL VDWXVDWXQ\D.” Maka mementingkan jama‘ah adalah prioritas, ketimbang egois untuk diri sendiri. .HEHUDGDDQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ WLGDN VDPDGHQJDQG]LNUWDUHNDW7XMXDQXWDPDQ\D EXNDQ VHEDJDL G]LNU ZDMLE VHSHUWL DMDUDQ G]LNU SDGD WDUHNDW SDGD XPXPQ\D 1DPXQ fungsinya adalah sama, yaitu sama-sama :DZDQFDUDSULEDGLGHQJDQ0DV1XU Rekaman ceramah Gus Miek dalam VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR 0DQWDE $KDG 3DKLQJ -HPEHU 1RYHPEHU
memiliki prospek utama penyakit hati. Jadi NHXWDPDDQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ VDPD GHQJDQ G]LNUG]LNU ELDVD WDQSD WHULNDW ROHK NRQGLVL apapun, yaitu untuk mendekatkan diri dan rohaniah pada Allah, sebagai obat penentram hati; obat hati bagi manusia yang pada dasarnya adalah makhluk kontradiktif dan lemah, seperti berada di antara kekacauan dan harmoni, dan lebih banyak mengeluh GDULSDGD PHUDVD WHQDQJ 'HQJDQ ']LNU DO *KƗ¿OƯQ GDQ VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR Mantab, diharapkan jama‘ah dilimpahkan kelapangan hati. 7XMXDQ ODLQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ VHFDUD VRVLDO DGDODK G]LNU SHPHUVDWX XNKXZDK jama‘ah berbagai tarekat di dunia. Sesuai SHVDQ *XV 0LHN ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK untuk mengutamakan amalan tarekat, terlebih tarekat PXµWDEDUDK. Jadi ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK G]LNU SHOHQJNDS GDUL PDFDPPDFDP DPDODQ G]LNU WDUHNDW, namun keberadaannya tidak mengikat, pengamalannya pun sangat sederhana dan bisa diangsur. Perdebatan Sentralisasi Imam Dzikr al*KƗ¿OƯQ 3HUGHEDWDQ']LNUDO*KƗ¿OƯQWLGDNVHEDWDV histori perumusan. Perkembangan sosok pengganti Gus Miek pasca meninggalnya mengalami perdebatan. Telah sedikit disinggung di awal, ketika akhir hayatnya Gus Miek memberikan amanah pada Gus Ali
Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo. Rekaman ceramah Gus Miek dalam VHPDµDQ DO4XU¶ƗQ -DQWLNR 0DQWDE GL .HGLDPDQ +M )DWLPDK Jember, tanpa tanggal. Untuk lebih jelasnya tata cara pengamalan ']LNUDO*KƗ¿OƯQELVDGLEDFDSDGD.+$KPDG6LGGLT ']LNUDO*KƗ¿OƯQtanpa halaman. Pertemuan Gus Miek dengan Kiyai Arsyad bermula pada acara VHPDµDQDO4XU¶ƗQ-DQWLNR0DQWDE GL NHGLDPDQ DMXGDQ .+ =DLQXGGLQ 'MD]XOL NDNDN sulung Gus Miek.) Acara VHPDµDQ pada malam Sabtu, tapi Kiyai Arsyad datang malam Jum’at, jadi tidak bertemu Gus Miek. Setelah beberapa hari K.H. Fuad 'MD]XOLEHUNDWDSDGD.L\DL$UV\DG³.HPDULQGLFDUL*XV 0LHN.” Wawancara pribadi dengan K.H. Muhammad $UV\DG%XV\DLUL
Muhammad Makinudin Ali, Gus Miek dan Perdebatan ']LNUDO*KƗ¿OƯQ
Muhammad untuk menyampaikan pada K.H. 0XKDPPDG$UV\DGEDKZD']LNUDO*KƗ¿OƯQ dititipkan padanya. Meskipun protes dan memertanyakan siapa Kiyai Arsyad, Gus Ali Muhammad sempat merekomendasikan Gus Farid (putra K.H. Ahmad Shiddiq) sebagai pengganti Gus Miek, namun Gus Miek PHQMDZDE ']LNU DO*KƗ¿OƯQ EXNDQ SXQ\D banu Shiddiq. Dalam salah satu ceramahnya Gus Miek mengatakan bahwa imam tunggal ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DGDODK .+ 0XKDPPDG Arsyad. Kemudian Gus Ali Muhammad bertanya, “/RK *XV QDQWL NHGXGXNDQ *XV Farid dan yang lainnya seperti apa?” Gus Miek menjawab, ³0HUHND VHPXD KDQ\DODK wakil.” Dari percakapannya dengan Gus Miek, Gus Ali Muhammad hanya ditunjukkan ciriciri postur tubuh Kiyai Arsyad, yaitu pemuda dengan postur pendek jika dibanding saudara laki-laki lainnya. Sesaat setelah tiba di Ploso GHQJDQPHPEDZDMHQD]DK*XV0LHN*XV$OL Muhammad bertemu dengan Kiyai Arsyad. Di GHSDQMHQD]DK*XV0LHN*XV$OL0XKDPPDG menyampaikan amanah Gus Miek, bahwa Kiyai Arsyad diamanahi Gus Miek menjaga ']LNUDO*KƗ¿OƯQ5HQFDQDDZDOQ\DVHEHOXP MHQD]DK*XV0LHNGLEHUDQJNDWNDQNHPDNDP Tambak, akan diinformasikan amanah Gus Miek menunjuk Kiyai Arsyad untuk menjaga ']LNU DO*KƗ¿OƯQ WHWDSL DWDV SHUWLPEDQJDQ .+ =DLQXGGLQ 'MD]XOL NDNDN WHUWXD *XV Miek), niat tersebut dibatalkan. Sebenarnya kabar tentang amanah Gus Miek menunjuk Kiyai Arsyad telah diketahui sebelum Gus Ali Muhammad menyampaikan kabar dari Gus Miek, sebab beberapa hari sebelum Gus 0LHN ZDIDW .+ )XDG 'MD]XOL DGLN *XV 0LHN SDGD EXODQ ']nj DO+Ґijjah hari Selasa mengatakan pada Kiyai Arsyad, bahwa ']LNU DO*KƗ¿OƯQ DNDQ GLWLWLSNDQ SDGDQ\D %HEHUDSD KDUL SDVFD SHPDNDPDQ *XV 0LHN Gus Ali Muhammad kembali datang ke Ploso dengan membawa barang-barang Gus Miek berupa satu buah koper dan cek sebesar dua
:DZDQFDUDSULEDGLGHQJDQ0DV1XU
51
ratus juta. Untuk kedua kalinya Gus Miek berpesan agar Kiyai Arsyad membagikan warisannya untuk keluarga. Kiyai Arsyad terkejut mendapat berita mengenai amanah Gus Miek dialamatkan kepadanya. Dengan posisi sebagai santri yang mengenal Gus Miek pun tidak terlalu lama dan jauh, ditambah saat itu ajaran ']LNU DO*KƗ¿OƯQ VXGDK EHUMDODQ VHPHQWDUD LDVHQGLULMXJDWLGDNKDIDO']LNUDO*KƗ¿OƯQ maka sampai sekarang Kiyai Arsyad masih memertanyakan maksud Gus Miek. Muncul banyak penafsiran mengenai amanah Gus Miek kepada Kiyai Arsyad. Sebagian orang menganggap amanah ‘menjaga’ di situ VHEDJDL LPDP GDQ SHPEHUL LMD]DK$GD SXOD mengartikan amanah ‘menjaga’ adalah ikut membantu dan melestarikan. Melihat track record Kiyai Arsyad, tentu ada pertimbangan khusus Gus Miek menunjuknya. Selain merupakan kalangan µGDODP¶ keluarga pesantren Ploso, Kiyai Arsyad dianggap santri cerdas dan paham tentang seluk beluk dari berbagai disiplin ilmu agama. Kiyai Arsyad dianggap mampu menjelaskan pada masyarakat luas jika ada pertanyaan seputar ']LNU DO*KƗ¿OƯQ VHSHUWL SHUWDQ\DDQ pertanyaan substansial: sebenarnya siapa orang dimaksud dalam draf Q.s. DO)ƗWLK̡ah SDGD ']LNU DO*KƗ¿OƯQ" $SD IDGLODK membaca DO)ƗWLK̡ah sebanyak seratus kali? Pertanyaan-pertanyaan model ini mampu dijelaskan Kiyai Arsyad dari berbagai aspek disiplin ilmu sesuai keahlian dan predikatnya sebagai ahli bah̡WV DOPDVƗ¶LO ¿TKL\\DK, sampai-sampai kecerdasannya dihargai oleh santri-santri Ploso di eranya. Secara pribadi Kiyai Arsyad selalu menutup mulut perihal sejarah dan pergeUDNDQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ WHUOHELK NHWLND
Saat Gus Miek berpesan demikian, Gus Ali Muhammad sama sekali belum mengenal Kiyai Arsyad. Wawancara pribadi dengan K.H. Muhammad Arsyad %XV\DLUL Wawancara pribadi dengan K.H. Muhammad $UV\DG%XV\DLUL
Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
52
menyinggung hal sensitif tafsiran beberapa RUDQJ VHEDJDL SHPEHUL LMD]DK ']LNU DO *KƗ¿OƯQ6DWXVDWXQ\DLQIRUPDVLWHQWDQJ*XV Miek dari Kiyai Arsyad adalah, “Lebih baik DQGD GDWDQJ SDGD SXWUDSXWUD *XV 0LHN VHSHUWL *XV 6DEXW DWDXSXQ JXVJXV \DQJ lain, kerena beliau lebih berhak bercerita daripada aku´ 1DPXQ NHWLND SHUWDQ\DDQ mengarah pada amanah Gus Miek sebagai SHPEHULLMD]DK.L\DL$UV\DGOHELKPHQXWXS mulut sambil mengutip dawuh .+ 1XUXO +XGD 'MD]XOL NDNDN *XV 0LHN EDKZD ']LNU DO*KƗ¿OƯQ WLGDN PHPHUOXNDQ LMD]DK VHEDEEXNDQG]LNUWDUHNDW6HPSDWSDGDVXDWX waktu Kiyai Arsyad diundang dalam salah VDWXPDMHOLV']LNUDO*KƗ¿OƯQGDQGLWHQJDK tengah acara diminta untuk memberikan LMD]DK 6HNHWLND LWX SXOD LD PHQRODN GDQ menyarankan untuk minta pada keluarga Gus Miek sambil berpesan, “Pasti jawabannya sama, tidak perlu ijazah silahkan langsung diamalkan.” Sedangkan jika ada yang datang NH NHGLDPDQ PHPLQWD LMD]DK .L\DL $UV\DG hanya mengajak doa bersama, itu pun sebagai respon jerih payahnya jauh-jauh datang ke 7XOXQJDJXQJ VDPELO PHQMHODVNDQ ']LNU DO *KƗ¿OƯQWLGDNPHPHUOXNDQLMD]DK Kiyai Arsyad memiliki peran dalam SHQHUELWDQQDVNDK']LNUDO*KƗ¿OƯQ6HPXOD Gus Miek akan menggunakan kata ‘OLPXUV\LG¶ bukan µNDWDEDKX.’ Kiyai Arsyad memberi kritik sebaiknya tidak menggunakan kata ‘mursyid,’ sebab kata ‘PXUV\LG¶ adalah milik kelompok tarekat. Selain masalah penerbitan, Kiyai Arsyad pernah memberikan kritik WHUKDGDSSHQHUDSDQ']LNUDO*KƗ¿OƯQNDUHQD VHPSDWWHUMDGL']LNUDO*KƗ¿OƯQGLEDFDVHWHODK salat, baru diteruskan membaca wirid dalam
Perihal keyakinan sebagian orang bahwa Kiyai Arsyad mendapat amanah untuk menjadi imam setelah Gus Miek, Kiyai Arsyad memilih diam terserah apa kata dan pengertian orang lain, sebab jika bereaksi menimbulkan banyak kecemburuan sosial. Untuk itu ia senantiasa mengatakan bahwa kapasitasnya hanya sesuai keahlian dalam disiplin ilmu yang dipahami. Wawancara pribadi dengan K.H. Muhammad Arsyad %XV\DLUL
salat. Kiyai Arsyad berniat protes pada Gus 0LHNVHEDEZLULGOHELKDIGDOGDULSDGD']LNU al-*KƗ¿OƯQ VHWHODK VDODW GDQ GDODP KDO LQL terkesan Gus Miek memaksakan kehendak. %HOXP VHPSDW EHUELFDUD GHQJDQ *XV 0LHN tiba-tiba Gus Miek datang berkata, “Wah EHVRNEHVRN DNX WRORQJ GLLQJDWNDQ VXSD\D hal ini tidak terjadi di lain waktu.” Simpulan 3HUGHEDWDQ PHQJHQDL SHUXPXV LVL ']LNU al-*KƗ¿OƯQMXJDWLGDNODQWDVPHPEXDWSHFDK pengikut Gus Miek menjadi kelompokkelompok kecil. Mereka mengambil sikap bijaksana dengan tidak mau berlarut-larut dalam perbedaan tersebut. Yang pasti, jika ']LNU DO*KƗ¿OƯQ VDMD EDQ\DN PHQDULN SDUD kiyai dan ulama, bahkan mereka yang ahli dan ikut dalam gerakan tarekat pun masih PHQ\HPSDWNDQ GLUL PHQJDPDONDQ ']LNU al-*KƗ¿OƯQ VHKDUXVQ\D PDV\DUDNDW DZDP yang tidak sesibuk mereka yang disebutkan di atas, tidak terlibat dalam hal itu, dan sebaliknya masih bisa memiliki banyak waktu PHQJDPDONDQ ']LNU DO*KƗ¿OƯQ PHVNLSXQ seumur hidup sekali. Untuk itu hikmah yang bisa dipetik dari fenomena Gus Miek adalah: menegur dengan bijaksana seharusnya menjadi sikap utama dan unggulan daripada mengedepankan radikalisme yang diatasnamakan agama, dan menerima cara Gus Miek sebagai bentuk lain dari dakwah agama. Perselisihan apapun dalam hidup masih banyak jalan keluar dan tidak selamanya harus melahirkan kekerasan atau kelompok-kelompok keras. Sesuai pesan Gus Miek, “Kita tidak boleh memandang buruk terhadap kesalahan dan perbedaan pada orang lain, sebab manusia semua sama, mereka memiliki potensi untuk menjadi lebih baik.”
Wawancara ribadi dengan K.H. Muhammad $UV\DG%XV\DLUL Wawancara pribadi dengan K.H. Agus Sabut Panoto Projo.