PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)
Oleh
NISA ASSAJDAH NIM: 1110011000131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/ 2015M
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
'
Oleh
NISA ASSAJDAH
NIM: 1110011000131 Di Bawah Bimbingan Dosen Pembimbing Skripsi
-^^+r!/
Ahmad Irfan Mufid, MA NIP. 19740318 200312 1002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGSEHAN UJIAI\ SKRIPSI
Skripsi berjudul PEMBAHARUAI\ PENDTDTKAII ISLAM (studi atas pemikiran Pasya) disusun oleh Nisa Assajdah, Nomor Induk Mahasiswa 1110011000131, diajukan kepada Fakuttas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 09 Juli 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Muhammad
Ali
J*rr:ta' B
Jal;
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda Tangan
Ketua panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dr. Abdul Majid Khon. M.Ae NIP. 19580707 198703 1 005
'?l.l
204"=
Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Program Studi)
Marhamah Saleh. M.A
NIP. 19670328200003
Penguji
1 001
I
zos--4% f toJ "....../........ rc
Tanenji. M.A NlP. 19720712 199803 1 004 Penguji
-nn f-tl'/
II
/
' ,nut\' 13/ "'/"""""" \7""""""'
Dra. Manerah NIP. 19680323 199403 2 002
/0?
Mengetahui
2ol5
No.
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. h- H. Juada
No
: FITK-FR-AKD'068 Terbit : l Maret 2010
Dokumon
Tgl. No. Revisi:
FORM (FR)
:
01
Hal
Cioutal15412 kdonesta
111
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah
ini,
Nama
Nisa Assajdah
Tempat/Tgl.Lahir
Jakarta, 15 Apnl1992
NIM
l 1 1001 1000131
Jurusan / Prodi
Pendidikan Agama Islarn/S
1
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN.ISLAM (Studi
Judul Skripsi
atas
pemikiran Muhammad Ali PasYa) Dosen Pembimbing
:
M. Irfan Mufid, MA
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung j awab secara akademis atas apa yang saya
tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat skripsi.
Jakarta, 24 Maret 2015
Mahasiswa Ybs,
NrM. 1110011000131
DAT"TARRIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
l.
Nama
Nisa Assajdah
2. 3.
Jenis Kelamin
Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
Jakarta, 15
4.
Agarna
Islam
5.
Alamat
Apil1992
Jln Krt. Radjiman Wedyodiningrat rt
Kp pulo jahe Kab. Jatinegara Kec. Cakung Jakarta 07/14 no 4c
Timur
6. 7-
II.
Telpon Email
PENDIDIKAN
L 2. 3. 4.
SDN Jatinegara 07 Pagi MTs Daarul Uluum Lido, Bogor
Ma Daruul Uluum Lido, Bogor UIN Syarif Hidayahrllah Jakarta
:0896-7896-7261 : [email protected]
ABSTRAK NISA ASSAJDAH, NIM 1110011000131. “Pembaharuan Pendidikan Islam (Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini memfokuskan pada tema tentang pembaharuan pendidikan Islam, yang berupaya membawa suasana baru memperkenalkan kembali salah satu khazanah pemikiran keislaman abad modern di dunia Islam yaitu Muhammad Ali Pasya. Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah penelitian termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research), Sedangkan Penelitian ini bersifat deskriptif, yakni penyusun berusaha menggambarkan obyek penelitian, yaitu pemikiran Muhammad Ali Pasya tentang pembaharuan pendidikan Islam. Dalam menyusun penelitian ini, pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan historis. Sedangkan data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis). Hasil penelitian ini adalah bahwa kemunculan pembaharuan Muhammad Ali Pasya dilatarbelakangi oleh ekspedisi Napoleon di Mesir yang menyadarkan umat Islam di Mesir atas kemundurannya dan ketertinggalannya dalam segala bidang. Usaha pembaharuannya di mulai setelah Ali Pasya merebut Mesir dari tentara Prancis. Menurut Ali Pasya untuk membangun Mesir modern harus memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang baik untuk segala kebutuhan militer. Maka dari itu salah satu yang menjadi sentral pembaharuannya adalah bidang militer. Kemajuan di bidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Atas dasar inilanh sehingga perhatian di bidang pendidikan mendapat prioritas utama. Sehingga Ali Pasya mengirim para pelajar ke Eropa dan membangun lembaga-lembaga pendidikan. Usaha-usaha pembaharuan yang di lakukan oleh Ali Pasya tersebut yang membawa Mesir menuju sebuah negara modern. Pembaharuan yang dilakukan Muhamma Ali Pasya merupakan landasan pemikiran dan pembaharuan selanjutnya hingga sampai ke Indonesia.
Kata Kunci : Pembaharuan, Pendidikan Islam, Muhammad Ali Pasya
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembaharuan Pendidikan Islam(Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya)”. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta semoga tercurah pula kepada kita semua selaku penerus risalahnya, Amiin. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Namun atas bantuan, motivasi serta bimbingan dari semua pihak, pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya: 1. Prof Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan PAI dan Ibu Manerah Saleh, MA Sekertaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis ucapkan terimakasih, yang telah banyak membantu dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Irfan Mufid, MA, dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Bapak Dr. Zaimudin, MA, dosen penasehat akademik yang dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan. 5. Bapak pimpinan dan karyawan/ karyawati Perpustakaan Umum (PU), Perpustakaan Tarbiyah (PT), dan Perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dan pinjaman bukubuku yang sangat penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi. ii
6. Kemudian ucapan terimakasih kepada ayah ibuku yang selalu memberi motivasi dan dukungan buat penulis selama mengerjakan skripsi. Serta memberi dukungan moral dan material,
doa dan senyuman
yang
menyemangati penulis agar tabah dalam menghadapi kesulitan dalam proses pembuatan skripsi. Skripsi dan gelar sarjana ini khusus penulis persembahkan untuk ayah ibuku. 7. Kakak dan adik: Zumar Achmad, Wahyu, Suci terimakasih atas bantuan dan keperdulian memberikan motivasi sehingga cepat menyelesaikan skripsi ini. 8. Kakak-kakakku: ka Ahmad Kamil Ali dan bang Septian terimakasih atas suport atau dukungan yang sudah diberukan. 9. Teman-teman organisasi IMM komisariat Tarbiyah, Farida, Nurfa, Rizki, Faiz yang selalu memberikan semangat dan tempat berbagi senang maupun susah. 10. Sahabat-sahabatku: Anisa TW, Sony, Nazahah, terimakasih atas bantuan kalian yang telah membantu mencarikan referensi untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas D angkatan 2010, kenangan indah dan kebersamaan kita tidak akan terlupakan, terimakasih buat kalian yang menemani hari-hari penulis selama kuliyah. 12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Ungkapan rasa syukur dan ikhlas rasanya tepat untuk penulis ucapkan atas terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT dapat membalas atas segala kebaikannya yang sepadan kepada semua pihak atas jasa dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan. Aamiin Jakarta, 27 Maret 2015
Nisa assajdah
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6 C. Pembahasan dan Perumusan Masalah ................................................. 7 D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7 E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembaharuan Pendidikan Islam ..................................................... 8 1. Pengertian Pembaharuan (Tajdid) ................................................. 8 2. Pengertian Pendidikan Islam ......................................................... 12 3. Unsur-unsur Pendidikan ................................................................ 19 a. Pendidik .................................................................................. 19 b. Peserta Didik ........................................................................... 22 c. Kurikulum ............................................................................... 23 B. Pembaharuan Pendidikan Islam di Era Modern ........................... 27 1. Perkembangan Islam Pada Periode Modern ................................. 27 2. Pola pembaharuan Pendidikan Islam ............................................ 29 C. Penelitian yang Relevan.................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................34 B. Metode Penelitian..............................................................................34 C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ..................................34 D. Analisa Data ......................................................................................35 E. Teknik Penulisan ...............................................................................36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .............................................................................. . 37 1. Nasab dan Kelahiran Muhammad Ali Pasya ........................... . 37 2. Pendudukan Napoleon dan Pembaharuan Mesir...................... . 40 3. Pemikiran dan Pembaharuan .................................................... . 45 4. Inovasi dalam Lembaga Pendidikan di Mesir .......................... . 50 B. Pembahasan .................................................................................. . 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................68 B. Saran ................................................................................................69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Ketika membicarakan pembaharuan dalam Islam, atau lebih tepatnya
pembaharuan pemahaman Islam, maka pertanyaan yang muncul adalah hal-hal apakah dalam dunia Islam yang sudah mengalami distorsi, deviasi atau bahkan degenerasi sehingga harus diperbaiki. Karena kata “pembaharuan” selalu membawa implikasi adanya hal-hal yang relevan di masa lampau tapi kini tidak relevan lagi, atau adanya penyimpangan dari orsinilitas suatu ide, ajaran dan lainnya. Apabila pembaharuan itu dikaitkan dengan doktrin Islam, maka patut dipertanyakan adakah ajaran-ajaran Islam yang sudah tidak relevan lagi untuk diamalkan pada saat ini, atau ajaran-ajaran manakah yang sudah diselewengkan oleh pemeluknya. Pembaharuan pemikiran di Mesir, dimulai ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Aleksandria (Mesir) pada tanggal 2 Juni 1789. Dengan maksud menjadikan Mesir sebagai batu loncatan untuk menguasai Timur. Mesir yang saat itu masih dibawah kekuasaan Turki Usmani dengan mudah bisa dikuasai Prancis pada tanggal 22 Juli 1789. Dalam ekspedisi tersebut kesadaran umat Islam muncul dan mereka menyadari akan kelemahan dan keterbelakangan mereka. Terlebih ketika Napoleon Bonaparte datang ke Mesir bukan hanya dengan tentara saja, tetapi juga bersama orang-orang sipil dan para ilmuan beserta peralatan modernnya, seperti alat percetakan, teleskop, mikroskop, dan alat-alat eksperimen lainnya. Ekspedisi Napoleon memang bukan hanya untuk tujuan kepentingan militer saja, tetapi untuk kepentingan ilmiah. Untuk itulah ia membentuk sebuah lembaga penelitian bernama Institut d’Egypte yang berkonsentrasi pada riset pada empat bidang yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ekonomi politik dan sastra seni. Selain itu, Napoleon juga membawa ide-ide sistem pemerintahan republik dan ide-ide persamaan dan persaudaraan (egalite dan fraternite). Namun Napoleon tak bertahan lama di Mesir. Tentaranya harus menyerah kalah melawan tentara
1
2
Inggris. Hingga akhirnya, ekspedisi Napoleon pun harus hengkang dari Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.1 Salah satu perwira Turki Usmani yang terlihat gigih bertempur melawan tentara Napoleon adalah Muhammad Ali Pasya. Ia juga memegang peran penting ketika terjadi kekosongan penguasa saat Perancis meninggalkan Mesir. Melalui strategi politik yang dijalankannya, Ali Pasya akhirnya bisa menguasai Mesir dan memimpin modernisasi di Mesir, hasil pengamatan dan pergaulannya dengan peradaban Barat, terutama Perancis. Hingga ia pun mendapat gelar sebagai The Founder Father of Modern Egypt. Selain Ali Pasya, al-Tahtawi juga berperan penting dalam proses modernisasi yang terjadi di Mesir. Keduanya bahkan bersinergi untuk mewujudkan Mesir yang modern dan berperadaban. Ketika itu pada abad ke-18 terjadi desakan yang begitu hebat oleh penetrasi Barat terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata dan menyadari betapa mundurnya umat Islam itu jika dihadapkan dengan kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam tersebut, maka pada abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan. Satu dari banyak pertanyaan krusial yang menuntut respon para sarjana muslim pada abad ke-20, adalah bagaimana Islam sebagai warisan agama, budaya, politik dan etika menghadapi modernisasi dan transformasi zaman yang konstan dan cepat.2 Modernisasi dalam dunia Islam, dipahami sebagai fenomena berwajah ganda. Di satu sisi, hal ini menguntungkan antara lain karena kemajuan IPTEK terbukti memudahkan aktivitas manusia. Namun, disisi lain arus modernisasi dapat berpengaruh luas pada perubahan signifikan kebudayaan dan nilai-nilai masyarakat. Peradaban Barat yang mempengaruhi umat Islam secara pasif sejak awal
dikhawatirkan
1
akan
menciptakan
dekadensi
terhadap
agama,
A. Fattah Wibisono, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam,(Jakarta: Rabbani Press, 2009), h. 67. 2 M. Natsir Tamara dan Elza Peldi Taher (eds.), Agama dan Dialog Antar Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 171-172.
3
mengingatpenganut sekulerisme peradaban Barat yang bercorak materialistik dan individualistik serta tidak memberikan masa depan agama.3 Agama Islam, dalam perkembangan masyarakat dan lingkungan kultural yang dinamis, dituntut mampu memberi rumusan-rumusan berupa cara bertindak dalam berbagai lingkup kehidupan. Disinilah tugas para intelektual muslim pembaharu yang harus melahirkan refleksi dan pemikiran untuk merespon dan menyelesaikan berbagai permasalahan agama, budaya, politik dan etika umat Islam di era modern secara kreatif, produktif dan kontributif. Upaya-upaya ini dilakukan dalam rangka melahirkan ide-ide dan pemikiran yang mampu merelevansikan
doktrin
Islam
dengan
zaman.
Kefakuman
eksistensial
pembaharuan dalam peta pemikiran Islam akan membawa citra Islam menjadi agama yang non universal dan non solutif bagi progresivitas zaman.4 Gerakan pembaharuan Islam dapat didefinisikan sebagai upaya respon terhadap pengaruh peradaban Barat yang menjalar secara intensif melalui penetrasi kolonialisme di samping terjerambahnya umat Islam dalam statisme (jumud), inovasi pemikiran dan sikap-sikap fatalis defensif yang berkembang dikalangan masyarakat Islam. Seiring dengan kekalahan politis Turki Usmani dari bangsa Eropa pada bidang politik. Kekalahan ini secara cepat menyebar kepada kemunduran multidimensional pada umat Islam. Kedatangan Napoleon di Mesir pada 1798 merupakan momentum penting dari perkembangan Islam. Kedatangan “penakluk dari Prancis ini tidak hanya membuka mata kaum muslim akan apa yang dicapai oleh peradaban Barat di bidang sains dan teknologi, tetapi juga menandai awal kolonialisme Barat atas wilayah-wilayah Islam. Diantaranya akibat kontak itu di lingkungan elit muslim para penguasa dan kalangan cendikiawan gerakan pembaharuan Islam kembali memperoleh gairah. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat. 3
Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 105. Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, (Bandung: Mizan, 1996), h. 38. 4
4
Kritik-kritik terhadap kondisi umum masyarakat Islam bermunculan, seruan berjihad telah tertutup tidak hanya digugat, tetapi bahkan dianggap sebagai cermin dari keterbelakangan intelektual. Hal ini kemudian menyebabkan banyak pemikir Islam dan hingga kini berusaha keras untuk membuktiakan bahwa Islam pun sejalan dengan perkembangan zaman. Sebagaimana halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan
untuk
menyesuaikan
paham-paham
keagamaan
Islam
dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern berharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan. 5 Di dalam dunia Modern, Barat selalu menjadi barometer bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh dunia. Salah satu contoh ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah modern bisa kita lihat di salah satu universitas terkemuka yang ada di Mesir, yaitu Al-Azhar. Al-Azhar merupakan Universitas terbesar didunia saat ini, Al-Azhar, letaknya di jantung Kairo pramodern. Al-Azhar hampir tidak menyesuaikan diri dengan zaman modern selama satu abad terakhir. Universitas mesjid yang telah berusia seribu tahun ini, tetap menjadi titik pusat kehidupan keagamaan dan budaya Islam bagi Mesir dan seluruh Dunia Islam.6 Muhammad Ali Pasya adalah seorang tokoh pembaharu di Mesir. Ketika Ali Pasya menjadi penguasa di Mesir ia berusaha untuk merebut seluruh hasil perekonomian negara, meskipun harus mengorbankan sistem kendali modal dari para pemilik tanah dan kaum modalis berstatus penduduk pribumi. Kebijaksanaan yang
dijalankan
Muhammad
Ali
Pasya
dalam
rangka
meningkatkan
perekonomian di Mesir pada tahun-tahun pertama memang mendapat protes dari kaum pribumi, akan tetapi Ali Pasya juga menyadari bahwa konsekuensi logis
5
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam;Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) 6 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004)
5
dari kemajuan suatu bangsa adalah adanya kesedihan rakyatnya untuk menyerahkan sebagian hasil miliknya kepada negara. Para pelajar dan sarjana yang selesai tugas belajarnya disuruh kembali untuk mengabdikan ilmunya. Disinilah titik awal sejarah modern secara nyata bagi rakyat Mesir. Ilmu pengetahuan modern pun telah mempengaruhi pola intelektual dan sikap ilmiah generasi muda mesir, mereka selain bekerja sebagai birokrat pendidik ada yang secara langsung menjadi arsitek bagi modernisasi Mesir dibawah pemerintahan Muhammad Ali Pasya. Usaha-usaha
pembaharuan
perekonomian
yang
diterapkan
oleh
Muhammad Ali Pasya di Mesir meskipun mendapat kecaman awalnya, bahkan sebagian usaha perekonomian dianggap tidak berhasil, namun secara umum sistem perekonomiannya memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan bangsa Mesir terutama dalam masa-masa selanjutnya. Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali dibidang pendidikan yang mana, sebelumnya telah diuraikan, banyak didirikannya sekolah-sekolah bagi rakyatnya, boleh dikatakan serupa inilah barulah kali ini didirikan didunia Islam, sekolah-sekolah yang jauh berlainan dengan sekolah-sekolah tradisional hanya mengajarkan agama. Ada tiga hal yang terpenting yang dihadapi saat itu yakni soal guru, soal mahasiswa dan soal buku. Untuk mengatasi persoalan guru Ali mengirimkan mahasiswa-mahasiswa keluar Mesir, murid-murid dibujuk dengan pemberian gaji yang menarik. Mereka diberi program pelajaran yang intensif yang jauh berlainan dari program di sekolah-sekolah tradisional (madrasah). Buku-buku yang dipakai disekolah Eropa diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh penerjemah yang pandai dalam bahasa Asing, dan yang bekerja di Dewan Muhammad Ali, oleh pegawai dan departemen-departemen dan oleh mahasiswa yang sedang belajar di Eropa. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pembaharuan pendidikan Islam tersebut, maka studi gagasan Muhammad Ali Pasya tentang solusi problema pendidikan Islam modern menjadi sangat menarik dan penting untuk diteliti lebih mendalam mengenai ide-ide beliau sebagai salah satu khazanah keilmuan di bidang pendidikan Islam. Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji
6
pemikiran Muhammad Ali Pasya yang akan dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul, “PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya).”
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas pada
penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu mengidentifikasikan masalah. Maka dari penjelasan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya: 1.
Terdapat hubungan yang belum serasi antara agama dan ilmu pengetahuan.
2.
Keterbelakangan umat muslim dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dikarenakan belum adanya pembaharuan dalam pendidikan Islam
3.
Pandanagan umat Islam tentang modernisme yang dianggap suatu yang menyimpang ajaran agama Islam
C.
Pembatasan dan Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan bahwa pada masa
modern ini, dunia pendidikan Islam masih dihadapkan kepada beberapa problem pendidikan. Agar masalah yang diteliti lebih terarah dan tidak keluar dari jalur pembahasan, karena sepengetahuan penulis pemikiran-pemikiran Muhammad Ali Pasya itu cukup beragam terutama dalam bidang pendidikan. Selain itu, beliau juga ahli dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Oleh karena itu, penulis memberi batasan masalahnya sebagai berikut: 1.
Usaha pembaharuan Muhammad Ali Pasya menjadikan Pendidikan Islam sejalan dengan perkembangan zaman Berdasarkan masalah yang telah dibatasi seperti di atas, maka perumusan
masalah yang diajukan adalah “Bagaimana pembaharuan pendidikan Islam Muhammad Ali Pasya ?”.
D.
Tujuan Penelitian
7
Dalam penulisan penelitian ini, penulis bertujuan untuk menemukan jawaban kualitatif terhadap pertanyaan-pertanyaan utama yang tersimpul dalam rumusan masalah. Lebih rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pemikiran pembaharuan pendidikan Islam Muhammad Ali Pasya”.
E.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini setidaknya adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah intelektual Islam di Indonesia, dan diharapkan dapat memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pemikiran dan pendidikan Islam. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para pembaca dan penambahan karya ilmiah perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindak lanjuti oleh penulis berikutnya.
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pembaharuan Pendidikan Islam 1.
Pengertian Pembaharuan (Tajdid) Dalam bahasa Indonesia telah selalu dipakai kata modern,
modernisasi dan modernisme, seperti yang terdapat umpamanya dalam “aliran-aliran modern dalam Islam” dan “Islam dan modernisasi”. Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat, institusiinstitusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Pikiran dan aliran ini segera memasuki lapangan agama dan modernisme dalam hidup keagamaan di Barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat modern.Aliran ini akhirnya membawa kepada timbulnya sekularisme di masyarakat Barat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia islam, terutama sesudah pembukaan abad kesembilan belas, yang dalam sejarah Islam dipandang sebagai permulaan Periode Modern. Kontak dengan dunia Barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia Islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya. Semua ini menimbulkan
persoalan-persoalan
baru,
dan
pemimpin-pemimpin
Islampun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan baru itu. Sebagai halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.
8
9
Kaum orientalis yang sejak lama mengadakan studi tentang Islam dan umat Islam, mempelajari perkembangan modern tersebut. Hasil penyelidikan itu pada mulanya mereka siarkan dalam bentuk artikkel di majalah-majalah ilmiah seperti Muslim World, Studia Islamica, Revue du Monde Musulman, Die Welt de Islam, dan sebagainya, dan kemudian dalam bentuk buku, seperti Islam and Modernism in Egypt, yang dikarang oleh C.C Adams Smith di tahun 1943, Modern Trends in Islam, yang disusun oleh H.A.R. Gibb di tahun 1946, dan sebagainya. Hasil penyelidikan kaum Orientalis Barat ini segera melimpah ke dunia Islam. Kaum terpelajar Islam mulailah pula memusatkan perhatian pada perkembangan modern dalam Islam dan kata modernisme pun mulai pula di terjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam Islam seperti al-tajdid dalam bahasa Arab dan pembaharuan dalam bahasa Indonesia. Kata modernisme dianggap mengandung arti-arti negatif disamping arti-arti positif, maka untuk menjauhi arti-arti negatif itu, lebih baik kiranya dipakai terjemahan Indonesianya yaitu pembaharuan.1 Tajdid secara lughawi berasal dari akar kata ج ِذ ْيذًا ْ َ ت-ُجذِد َ ُ ي-َج َذد َ yang berarti „baru‟.2َجذَد َ Juga bisa diartikan sebagai
ُج َذدَ شَيْء َ َت, „menjadi baru‟,
dan ُج َذدَه َ yang berarti „menjadikannya baru‟ atau „memperbaharui‟.3Kata ُج ِذيْذ َ merupakan lawan kata dari ُ„ اَلْخَلقyang usang‟. Dan ُ اَلجذَةadalah masdar yang memiliki arti berlawanan dari اَلْبلىyang berarti „usang‟. Para ahli bahasa sering menggunakan lafaz ُج ِذيْذ َ tersebut dalam syair-syairnya untuk mengungkapkan betapa sesuatu yang telah usang terbaharui, tergantikan oleh yang baru, seperti syair yang berikut ini:
1
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, (sejarah Pemikiran dan Gerakan), (Jakarta: Bulan Bintang,1975), h.9. 2 Abdurrahman R. Effendi, dan Gina Puspita, Abuya Syekh Imam Ashari Muhammad atTamimi Diakah Mujaddid di Kurun ini?, (Jakarta: PT Giliraan Timur, 2003), h. 3. 3 Bustami Muhammad Sa‟id, Mafhum Tajdid al-Din, (Kuwait: PT Dar al-Da‟wat, 1984), h. 14.
10
“Syair si fulan telah usang kemudian ia memperbaharui bait syairnya.” Pada dasarnya ُج ِذيْذ َ memiliki makna ُاَلْقطْع, yakni „memotong‟.5 Hal tersebut terdapat dalam ungkapan َج َذدْثَ الّشَيْء َ yang berarti „engkau menjadikan sesuatu itu terpotong‟. Berangkat dari pengertian ini, kalimat ٌج ِذيْذ َ ٌ َثوْبdiartikan „pakaian itu terpotong‟ karena kalimat tersebut mengandung makna ُج ُذ ْود ْ َ المyang berarti ُط ْوع ُ ْالمَق. Adapun secara istilah, tajdid merupakan istilah yang erat kaitannya dengan Islam.Seperti halnya dengan shalat, tajdid memiliki makna khusus yang kuat hubungannya dengan makna bahasanya. Istilah hadis terdapat dalam sebuah yang diterima dari sahabat Abi Hurairah yang berbunyi:
“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibn Dawud al-Mahriyyu telah mengabarkan kepada kami ibn Wahb telah mengabarkan kepadaku Sa’id ibn Ayyub dari Syarahil ibn Yazid al-Mu’afiriyi dari ‘Alqamah dari Abi Hurairah, sejauh yang aku tahu, dari Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah akan membangkitkan untuk umat ini pada setiap seratus tahun orang-orang yang akan memperbaharui Agamanya.” (Hadis riwayat Abu Dawud). Pembaharuan (Tajdid)menurut istilah adalah usaha pembaharuan dalam agama untuk menghidupkan pemahaman dan konsepsi masyarakat tentang ajaran Islam yang benar dengan cara menghidupkan sunnah, ijtihad, dan menghilangkan seluruh ajaran yang merusak kemurnian
4
Ibid.,h. 14. Abi al-Fadl Jahal al-Din Muhammad ibn Makram ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994),vol 3, Cet. ke-3, h. 111. 6 Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy‟ats al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: PT Dar ibn Hazm, 1998), hadis no. 4291,h. 647. 5
11
Islam.7Pembaharuan dapat diartikan degan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaharuan, meskipun mungkin bukan hal yang baru bagi orang lain. Menurut Abdul Rahman Saleh dalam Armai Arief, pembaharuan biasanya dipergunakan sebagai proses perubahan untuk memperbaiki keadaan yang ada sebelumnya ke cara atau situasi dan kondisi yang lebih baik dan lebih maju, untuk mencapai satu tujuan yang lebih baik dari sebelumya.8Sedangkan L. Stoddard menyatakan bahwa pembaharuan dapat disamakan artinya dengan reformasi. Menurutnya, pembaharuan adalah reformation is radical change for better in social, political or religious affair (perubahan secara radikal ke arah yang lebih baik dalam bidang sosial, politik, maupun masalah-masalah keagamaan).9 Selain pembaharuan, tajdiddalam bahasa Indonesia sering juga diartikan sebagai inovasi, restorasi, dan modernisasi.10Hal ini berkaitan erat dengan sifat tajdid yang seolah-olah melahirkan kembali sesuatu yang telah lama ada dalam bentuk yang baru dan asli. Oleh karenanya, tajdiddapat juga diartikanُ„ اإلعَا َدةpemulihan‟ atau „pemurnian‟, ُ اإلبَانَتyakni „pembedaan
yang
sunnah
dan
bid‟ah‟,
„menghidupkan kembali‟ atau „revitalisasi‟.
danُحيَاء ْ اإل
yang
berarti
11
Kata modernisasi lahir dari belahan dunia barat.Modernisasi terkait erat dengan peristiwa renaisans yang membawa barat pada pencerahan ilmu pengetahuan dan pengkondisian agama terhadap zaman dan perkembangan ilmu saat itu.12Beberapa penjelasan mengenai modernisasi 7
Bustami, op. cit.,h. 281. Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Isam di Minangkabau, (Jakarta: PT Suara ADI, 2009), h 19. 9 Ibid.,h. 19. 10 Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam,vol. 2, (Jakarta: PT Pustaka Pustazet Perkasa, 1988), h. 703. 11 Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam,vol. 2, h. 703. Lihat juga John L Esposito, ed., Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern, penerjemah Evay. N, et.al., vol. 3, (Bandung: Mizan, 2001), h. 133. 12 M. Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah III: Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 1. 8
12
sebagai arti dari tajdid di atas, tidak menjadi ukuran dari makna tajdid. Dalam Ensiklopedia Islam Indonesiasendiri, tajdid lebih condong diartikan sebagai pembaharuan, bukan modernisasi, demikian Abdul Sani memaparkan.13 Dalam bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, moderenisasi dan modernisme, seperti yang terdapat umpamanya dalam “aliran-aliran modern dalam Islam” dan “Islam dan modernisasi”. Modernisasi dalam masyarakat barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah
faham-faham,
adat-istiadat,
institusi-institusi
lama,
dan
sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi modern.14 Hasil penyelidikan kaum orientalis barat ini segera melimpah ke dunia Islam. Kaum terpelajar Islam mulailah pula memusatkan perhatian pada perkembangan modern dan Islam dan kata modernisme pun mulai pula diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam Islam seperti al-tajdid dalam bahasa Arab dan pembaharuandalam bahasa Indonesia.
2.
Pengertian Pendidikan Islam Sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud dengan
pendidikan, terlebih dahulu perlu kiranya diterangkan dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anakanak.Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari 13
Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 2. 14 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992), h. 11.
13
sekolah.15Juga di rumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu.Jadi, nyatalah bahwa pendidikan anak-anak Yunani kuno sebagaian besar diserahkan pada paedagogos itu. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).Perkataan paedagogos yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia.Paedagogos (pendidik atau ahli didik) ialah seorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.Dilihat dari sisi pelakunya, pendidikan merupakan upaya untuk mengubah manusia dari suatu kondisi tertentu menjadi manusia yang memiliki suatu kepribadian.Sementara itu dilihat dari sisi anak didiknya pendidikan merupakan usaha sadar untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Kata education yang berarti pendidikan16 secara konseptual dikaitkan dengan kata-kata lain educare yang menurut al-Attas berarti menghasilkan, mengembangkan dari kepribadian yang tersembunyi atau potensial yang di dalamnya proses menghasilkan dan mengembangkan mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik dan material.17 Hasan Langgulung mempunyai redaksi lain ketika membahas kata education.
Menurutnya,
istilah
education
berasal
dari
bahasa
latin‘educare’ yang berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Jadi, disini ada tiga hal yang terlibat: ilmu, proses memasukkan dan kepala orang, kalaulah ilmu itu memang masuk di kepala.18
15
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 3. 16 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), h. 207. 17 Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1992),h. 64. 18 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988), Cet. ke-2, h. 4-5.
14
Jika pengertian secara semantik (kebahasaan) dari kata pendidikan, pengajaran (education atau teaching) sebagaimana disebutkan di atas jika diperhatikan secara seksama, Nampak bahwa kata-kata tersebut lebih menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut belum menunjukan adanya program, sistem dan metode yang lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran.19
Di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan pesrta didik untuk memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan. Dalam khazanah Islam terdapat sejumlah istilah yang merujuk langsung pada pengertian pendidikan dalam pengajaran seperti “tarbiyah”, “ta’dib”, dan “tadris”.20 Adapun istilah Arab yang umum digunakan adalah “tarbiyah”. Hal tersebut dapat dibuktikan, diantaranya banyaknya buku yang dikarang oleh para ilmuan Arab tentang konsep pendidikan Islam dengan menggunakan judul “tarbiyah”, misalnya “at-Tarbiyah alIslamiyah”. Dari berbagai uraian mengenai beberapa pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa, pendidikan itu adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada generasi muda untuk menyelamatkan 19
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. ke-
1, h. 5. 20
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya.(Jakarta: Logos Wacana Ilmu 1999), Cet. ke-1, h. 11.
15
kehidupan umat manusia dari ketidaktahuan kepada kepandaian, dari tidak berkepribadian mulia menjadi pribadi yang mulia dan dihargai serta dapat menciptakan umat yang cerdas, dinamis dan berkemampuan yang tinggi dalam berbagai nilai kehidupan. Banyak Para ahli yang berbeda pendapat dalam mengemukakan definisi pendidikan karena tidak ada batasan mendefinisikan pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa, “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengejaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik”.21 Ramayulis
mendefinisikan
pendidikan
melalui
pendekatan
etimologis. Dalam bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan, dan dalam bahasa Arab “tarbiyah” yang berarti pendidikan. Jadi, pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap peserta didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.22 Ngalim Purwanto, menjelaskan bahwa “pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”.23Alisuf Sabri dalam bukunya “Ilmu Pendidikan” memaparkan, bahwa yang dimaksud dengan “Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu
atau
membimbing
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan”.24 Lebih jauh, Azumardi Azra mengemukakan “pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet.ke-1, h. 263. 22 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet.ke-1, h.1. 23 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cet.ke- 6, h. 11. 24 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999),Cet.ke-1, h5.
16
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien”.25 Pendidikan lebih sekedar pengajaran yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran hanya sekedar proses pemberian materi pelajaran kepada anak didik yang hanya akan membentuk para spesialis, yang terkurung pada bidangnya saja. Sedangkan pendidikan, lebih dari itu, di samping proses transfer ilmu dan keahlian, juga lebih menekankan pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik, sehingga menjadikan mereka dapat menyongsong kehidupannya di masa yang akan datang dengan lebih efektif dan efisien. Selain pendidikan secara umum, juga ada pendidikan berdasarkan atau menurut Islam. MenurutAhmad Tafsir pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.26Sayyid Sabiq, sebagaimana dikemukakan oleh Agus Basri mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai
usaha
mempersiapkan
anak
dalam
membentuk
kepribadiannya, agar menjadi anggota masyarakat yang baik.27Hasil rumusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai “bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”.28 Melalaui pendidikan Islam, pertumbuhan jasmani dan rohani dapat dibimbing ke arah kedewasaan dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam 25
Azyumardi Azra, PendidikanIslam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Ogos Wacana Ilmu, 2002), h. 3-4. 26 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet.ke- 9, h.32. 27 Agus Basri, Pendidikan Islam sebagai Penggerak Pembaharuan, (Bandung: PT AlMaarif, 1984), h.12. 28 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), h. 13-14. Dengan mengutip keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung-Bogor, l 7-11 Mei 1960.
17
serata menggunakan pendekatan psikologis dalam pelaksanaannya. Muhammad al-Naquib al-Attas mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pengenalan dan pengakuan, yang berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan di dalam tatanan wujud dan kepribadian.29 Menurut Zarkowi Soejati pengertian pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a.
b.
c.
Jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat, semangat dan cita-cita menanamkankan nilai-nilai Islam baik yang tercermin dalam lembaganya maupun dalam kegiatankegiatan yang diselenggarakannya. Dalam konteks ini kata Islam akan ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikannya. Jenis pendidikan Islam yang memberikan perhatian dan sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan program studi yang diselenggarakannya. Kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu dan diperlakukan seperti ilmu yang lain. Jenis pendidikan yang mencakup kedua pengertian tersebut. Dalam hal ini, Islam ditempatkan sebagai sumber nilai dan sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui bidang studi yang diselenggarakannya.30 Muhammad Athiyah al-Abrasy yang dikutip oleh Armai Arief,
berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya,
teratur pikirannya, halus
perasaannya, cakap dalam pekerjaannya dan manis tutur katanya.31 Kemudian, Armai Arief mengartikan “Pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan 29
Muhammad al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam,(Bandung: Mizan, 1992), h, 61-62, Lihat Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembanganya. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu 1999), Cet. ke-1, h. 19. 30 A. Malik Fadzar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam. (Jakarta: LP3NI, 1998), Cet. ke1, h. 3. 31 Armai Arief, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Wahana Kardofa, 2010), h. 5-6.
18
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnnya”.32 Sedangkan Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa “Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini telah banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal”.33Melalaui pendidikan Islam, pertumbuhan jasmani dan rohani dapat dibimbing ke arah kedewasaan dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam serata menggunakan pendekatan psikologis dalam pelaksanaannya. Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian pendidikan Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha dalam proses bimbingan secara sadar dan sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang progresif pada tingkah laku manusia dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak secara maksimal, sehingga terbentuk kepribadian dan nilai-nilai yang berasaskan Islam. Dengan demikian, pendidikan agama Islam yang diselenggarakan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan mestinya tidak hanya menekankan pada aspek kognitif atau pengetahuan terhadap Islam, tetapi juga menekankan pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abdul Sani pembaharuan pendidikan Islam adalah upaya atau aktivitas untuk mengubah kehidupan umat Islam yang terbelakang kemudian menggiringnya mengadakan pencapaian kemajuan sesuai tuntutan zaman.
32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet.ke-1, h. 40-41. 33 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. ke-1, h. 150.
19
Sedangkan Azyumardi Azra menjelaskan bahwa “pembaharuan pendidikan Islam adalah segala upaya untuk menata kembali strukturstruktur pendidikan Islam yang belum mapan dan ketinggalan zaman (out dated) agar menghasilkan perubahan signifikan dibanding dengan pendidikan
Islam
sebelumnya”.
Pembaharuan
pendidikan
Islam
merupakan tuntutan kebutuhan dunia pendidikan Islam saat ini. Melihat ketertinggalan dan keterbelakangan umat Islam dewasa ini, maka inti dari pembaharuan pendidikan Islam adalah berupaya meninggalkan pola pikir lama yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman (future oriented) dan berupaya meraih aspek-aspek-aspek yang menopang untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Jadi, dari berbagai uraian mengenai pengertian pembaharuan dan pendidikan
Islam
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
pembaharuan
pendidikan Islam adalah suatu usaha pembaharuan untuk melahirkan perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan Islam untuk membentuk umat muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencapai tujuan hidupnya.
3.
Unsur-Unsur Pendidikan Islam Dalam implementasi pendidikan Islam sangat memperhatikan aspek
yang mendukung atau unsur yang turut mendukung terhadap tercapai tujuan dari pendidikan Islam. Adapun aspek atau unsur-unsur tersebut adalah a.
Pendidik Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungan jawab
untuk mendidik.34 Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang dewasa dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupakan suatu perbuatan sosial, fundamental yang secara utuh
34
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1989), h. 37.
20
membantu anak didik dalam perkembangan daya-dayanya dalam penetapan nilai-nilai. Pendidik yang utama dan pertama adalah orang tua anak didik sendiri karena merekalah yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan
perkembangan
anak
kandungnya,35
sejak
dalam
kandungan sampai mereka beranjak dewasa. Oleh karena itu, kesuksesan anak dalam mewujudkan dirinya sebagai khalifah Allah juga merupakan kesuksesan orang tua sebagai pendidiknya. Allah SWT berfirman:
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. alTahrim: 6) Akan tetapi, karena perkembangan masa semakin maju dan kompleks, maka tuntutan orang tua semakin banyak terhadap perkembangan anaknya, dan mereka tidak mungkin lagi untuk sanggup menjalankan tugas mendidik itu. Oleh karena itu, anaknya diserahkan kepada lembaga sekolah. Sehingga pendidik di sini mempunyai arti mereka yang memberi pelajaran kepada anak didik, yang memegang suatu mata pelajaran tertentu di sebuah sekolah.36 Penyerahan orang tua kepada lembaga sekolah bukan berarti bahwa orang tua lepas tanggung jawabnya sebagai pendidik pertama dan yang paling utama, tetapi orang tua masih mempunyai saham dalam membina dan mendidik anak kandungnya untuk mencapai apa yang diharapkan dan untuk mencapai tingkat kedewasaan.37 Seorang guru harus memiliki kepribadian yang baik. Karena, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak-anaknya, ataukah akan 35
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1990), h. 168. 36 Ibid., h. 75. 37 Armai Arief, op. cit., h. 11.
21
menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak-anaknya, terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka yang sedang mengalami keguncangan jiwa. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan, baik yang ringan maupun yang berat.38 Al-Abrasyi menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut ini: 1)
Zuhud: tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari keridaan Allah
2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18)
Bersih tubuhnya: jadi, penampilan lahiriahnya menyenangkan Bersih jiwanya: tidak mempunyai dosa besar Tidak ria: ria akan menghilangkan keikhlasan Tidak memendam rasa dengki dan iri hati Tidak menyenangi rasa permusuhan Ikhlas dalam melaksanakan tugas Sesuai perbuatan dan perkataan Tidak malu mengakui ketidaktahuan Bijaksana Tegas dalam perkkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar Rendah hati (tidak sombong) Lemah lembut Pemaaf Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil Berkepribadian Tidak merasa rendah diri Bersifat kebapakan (mampu mencintai murid seperti mencintai anak sendiri) 19) Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan, dan pemikiran.39 Mahmud Yunus menyatakan bahwa Ibnu Sina mengajukan beberapa sifat lain yang belum terlihat secara eksplisit dalam sifatsifat yang di sebutkan oleh al-Abrasyi diantaranya sebagai berikut: 38
Zakiyah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 9. Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam persepektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. ke-7, h. 82-83. 39
22
1)
Tenang
2) Tidak bermuka masam 3) Tidak berolok-olok dihadapan anak didik 4) Sopan santun.40 Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik adalah orang yang membimbing dan memimpin anak didik dalam proses belajar mengajar, tidak hanya bertugas memberikan
pengajaran
yang
mentransformasikan
ilmu
pengetahuan, melainkan juga bertugas membentuk kepribadian peserta didik menjadi manusia yang susila dan beradab. Oleh karena itu, seorang pendidik harus dibekali dengan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta dapat mempraktekkan pendidikan yang menjadi bidang spesialisnya. Karena pendidik adalah orang yang selalu dipandang dan dicontoh oleh anak didiknya. b.
Peserta Didik Peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah)
dalam proses transformasi pendidikan. Karena ia akan dididik sedemikian rupa sehingga menjadi manusia yang mempunyai intelektualitas tinggi dan akhlak yang mulia. Mungkin di satu pihak peserta didik sebagai objek pendidikan namun di lain pihak peserta didik bisa dikatakan sebagai subjek pendidikan. Secara umum, peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik merupakan objek dan sekaligus subjek pendidikan. Dalam UUSPN, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.41
40
Ibid.,h. 83. Ara Hidayah, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Educa, 2010), h. 43.
41
23
Peserta didik mempunyai ketergantungan dengan pendidik, ada juga yang mengatakan bahwa kedudukan peserta didik dalam pendidikan Islam adalah sebagai mitra pendidik. Dengan demikian, pendidik dan anak didik sama-sama merupakan subjek pendidikan, keduanya sama penting. Mereka tidak boleh dianggap sebagai objek pendidikan, yang dapat diperlakukan dengan sesuka hati. Kegiatan pendidikan pada dasarnya adalah pemberian bantuan kepada mereka dalam upaya mencapai kedewasaan dan tercapainya tujuan pendidikan dengan sempurna. Dalam kewajibannya sebagai peserta didik, menurut HAMKA “seorang peserta didik harus berupaya memiliki akhlak mulia, baik secara vertikal maupun horizontal dan senantiasa mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan seperangkat ilmu pengetahuan, sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang telah dianugerahkan Allah melalui fitrah-Nya”.42 Oleh karena itu, dengan keluasan ilmu dan akhlak yang dimilikinya, peserta didik dapat memiliki wawasan yang luas, kepribadian yang baik, dan meraih kesempurnaan hidup sebagai makhluk Allah. Dengan demikian, peserta didik sangat membutuhkan sosok pendidik yang banyak pengalaman, luas pengetahuannya, bijaksana, pemaaf, tenang dalam memberi pengajaran,43 karena bagi peserta didik sosok pendidik itu sebagai contoh bagi mereka, sehingga mereka dapat menguasai ilmu pengetahuan luas dan kepribadian yang baik. c.
Kurikulum Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus sebagai 42
HAMKA, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), jilid 6, h. 4033-4036 dalam Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 159. 43 HAMKA, Lembaga Hidup, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001), h. 241.
24
pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang-lebih stau abad yang lalu.Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster tahun 1856.Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olah raga, yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai kefinish. Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran disuatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu: 1.
Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2.
Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.44
Terdapat banyak rumusan pengertian kurikulum dari para ahli, diantaranya Crow dan Crow merumuskan bahwa kurikulum adalah “rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program didikan tertentu”.45Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty dalam bukunya "Reorganizing The High School Curriculum " mengartikan “kurikulum dengan aktivitas/kegiatan yang
dilakukan
murid
sesuai
dengan
peraturan-peraturan
sekolah”.46Zakiah Daradjat menyatakan kurikulum adalah “suatu
44
Ahmad Tafsir, op. cit, h. 53. Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Graha Media Pratama, 2005), h. 123. 46 Zuhairini,dkk.,Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
45
h. 58.
25
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu”.47 Oleh karena itu, untuk memahami kurikulum sekolah, tidak hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dari pengertian diatas dapat dilihat kalau kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga cakupan kurikulum, dengan berbagai aliran, pendekatan, dan coraknya amat beragam. Sebagai agama yang terbuka dan dinamis. Keberadaan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan, karena dengan kurikulum itulah kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, baik tujuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dilihat dari definisi pendidikan Islam, pendidik, maupun peserta didik secara umum, maka pendidikan juga tidak ada bedanya antara pendidikan laki-laki dan perempuan, tetap sama dan mengacu kepada rumusan-rumusan pendidikan Islam itu sendiri, sebagaimana para tokoh pendidikan Islam memberikan pandangan tentang pengertian pendidikan Islam. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Islam sangat menginginkan kaum perempuan dan laki-laki, bisa memperoleh pendidikan yang layak agar mereka memiliki pengetahuan yang seimbang, sehingga mereka dapat berjalan seiring dalam berbagai aspek kehidupan dan beribadah demi mencapai kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Muhammad Ali Pasya juga memperhatikan ketiga unsur pendidikan Islam tersebut.
Sejak dimulainya pendidikan Islam
sampai kepada masa sebelum pemerintahan Muhammad Ali Pasya, 47
Zakiah Daradjat, dkk, op. cit., h. 122.
26
meskipun sudah melalui zaman yang cukup panjang, namun Mesir hanya mempunyai satu macam sistem pendidikan saja yaitu sistem pendidikan tradisional. Muhammad Ali Pasya melihat bahwa pendidikan sangat perlu bagi kemajuan suatu negara, tetapi bukan pendidikan yang bercorak tradisional yang ada di zaman itu. Ia melihat madrasah-madrasah tradisional tidak dapat mengeluarkan tenaga-tenaga ahli dan terampil yang diperlukan dalam usaha pembaharuannya. Dengan demikian tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman dan masyarakat modern yang sudah mementingkan ketrampilan. Sebaliknya hanya sekolah-sekolah modernseperti di Barat lah yang dapat mengeluarkan tenaga-tenaga ahli dalam berbagai bidang pekerjaan, seperti sekolah modern inilah yang hendak dicontohkan oleh Muhammad Ali Pasya. Dengan didirikannya sarana pendidikan seperti tersebut diatas maka muncullah persoalan baru yaitu keterbatasan tenaga pengajar atau guru. Ia menyadari sepenuhnya bahwa guru-guru yang ada ketika itu tidak dapat diharapkan untuk mengajarkan ilmu-ilmu baru yang telah dikenal di Eropa, karena mereka ahli dibidang ilmu-ilmu agama. Untuk mengatasi masalah tersebut Muhammad Ali Pasya mencoba mendatangkan guru-guru dari Eropa. Kemudian para pelajar dikirim untuk belajar ke Eropa. Cara ini dimaksudkan dengan harapan kelak mereka dapat menggantikan tenaga guru-guru dari Eropa itu.48Kemudian untuk calon siswa muhammad Ali mendirikan Sekolah Dasar di Kairo pada tahun 1883 hingga tiga tahun kemudian yaitu pada tahun 1836, jumlah Sekolah Dasar sudah mencapai 50 buah yang tersebar di Kairo dan di propinsi-propinsi, siswa-siswanya berusia dari 7-12 tahun. Kemudian karena lembaga pendidikan kuttab tidak dapat mempersiapkan calon-calon siswa sekolah tinggi,
48
Ris‟an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 59.
27
maka untuk mengatasi hal ini pada tahun 1825 dibuka sebuah sekolah menengah umum di Kasr al-„Ayni dan memiliki 500 orang berusia 6-12 tahun. Jumlah siswanya bertambah di setiap tahunnya hingga pada tahun 1833 muridnya mencapai 1200 orang. Selanjutnya pada kurikulum, Muhammad Ali Pasya melihat kurikulum tradisional yang telah ada sejak berabad-abad lamanya baik yang dilaksanakan pada kuttab, mesjid maupun madrasah yang bersifat tradisional hanya mementingkan pengetahuan agama dan bahasa Arab. Pelajar-pelajar tidak diberikan pendidikan apalagi ilmu-ilmu modern atau science seperti yang sudah dikenal di tentara Perancis pada akhir abad ke-18. Dengan demikian kurikulum tradisional tidak lagi menampung aspirasi masyarakat modern dan tuntutan zaman oleh karena itu diperlukan pembaharuan dengan memasukan ilmu-ilmu modern ke dalam kurikulum.
B.
Pembaharuan Pendidikan Islam di Era Modern 1.
Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode Modern Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha
untuk mengubah paham, adat istiadat, intitusi, dan sebagainya, agar dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru yang timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta tekhnologi modern.49Modernisasi atau pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai tuntutan hidup masa kini. Dengan demikian, jika kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam dapat diartikan sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang 49
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 187.
28
tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu. Periode modern dalam sejarah Islam dimulai dari tahun 1800 M dan berlangsung hingga sekarang. Di awal periode ini kondisi Islam secara politis berada dibawah penetrasi kolonialisme. Dan pada pertengahan abad ke-20M, dunia Islam mulai bangkit dan memerdekakan negrinya dari penjajahan kolonialisme. Periode ini dilatar belakangi oleh munculnya renaissance di Eropa. Dan kejadian tersebut membangkitkan bangsa Barat dari keterpurukan yang telah lama terjadi dan mencapai kemajuan. Dengan kemajuan mereka, mereka mulai melakukan berbagai riset dan perjalanan ke belahan bumi yang lain hingga mengalami kemajuan dalam berbagai bidang. Dan terjadilah perputaran nasib yang hebat dalam kesejarahan umat manusia.Dengan kekuasaan bangsa barat terhadap lautan, dengan bebas mereka melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan keseluruh dunia, tanpa mendapat hambatan yang berarti dari lawan-lawan mereka.Sehingga satu persatu Negara Islam mulai jatuh ke dalam genggamannya sebagai Negara jajahan. Keadaan tersebut menyadarkan umat Islam akankemunduran umat islam dan mulai membangun untuk kebangkitan Islam. Dan kebangkitan ini dipengaruhi oleh beberapa factor yang diantaranya adalah pertama, timbulnya kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Dan ajaran-ajaran tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang semestinya.Kedua, pada periode ini barat mendominasi dunia dibidang politik dan peradaban. Hal ini menyadarkan para intelektual muslim yang meneruskan studinya di Barat atas ketertinggalan umat Islam oleh Barat.50Dengan kesadaran umat Islam akan ketertinggalan mereka oleh bangsa Barat, para intelektual muslim
50
173.
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.
29
mulai melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan umat Islam dari keterpurukkannya yang diantaranya melalui bidang pendidikan. Tercatat beberapa nama ulama besar yang berperan sebagai pembaharu bidang pendidikan Islam yang muncul di Timur Tengah, seperti Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dari Mesir. Kemudian tercatat nama Muhammad Iqbal dari India dan sebagainya. Pada masa kemunduran Islam abad 13-18, segala warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam, ketika
umat
Islam
larut
dalam
kegemilangan
sehingga
tidak
memperhatikan lagi pendidikan, maka Eropa tampil mencuri ilmu pengetahuan dan belajar dari Islam. Eropa kemudian bangkit dan Islam mulai dijajah dan mengalami kemunduran.Hampir seluruh wilayah dunia Islam dijajah oleh Bangsa Eropa termasuk Indonesia.51
2.
Pola Pembaharuan Pendidikan Islam Dengan meperhatikan berbagai macam sebab kemunduran dan
kelemahan umat Islam serta kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Barat, maka secara garis besarnya pembahruan umat islam terbagi menjadi tiga pola, yaitu: a.
Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kesejahteraan bangsa Barat disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang mereka capai. Dan pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan bangsa barat tidak lain bersumber dari yang pernah berkembang dari dunia Islam. Oleh karena itu, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan 51
dan
kejayaan
tersebut
harus
dikuasai
kembali.
Cara
Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam,(Pekanbaru: Intania Grafika, 2008),
h. 52.
30
pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan atau sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya.Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H /17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.52 b.
Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni Pola
ini
berpandangan
bahwa
sesungguhnya
Islam
sendiri
merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Dan Islam telah membuktikannya pada masa kejayaannya.Menurut analisa mereka, sebab kemunduran umat Islam, adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan semestinya.Ajaran Islam yang mengandung sumber kemajuan dan kekuatan telah ditinggalkan dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang tidak murni yang dimulai sejak berhentinya perkembangan filsafat Islam dan ditinggalkannya pola pemikiran secara rasional yangt dialihkan kearah pemikiran yang pasif. Dan selain itu, menutupnya pintu ijtihad membuat berkurangnya daya kemampuan umat Islam untuk mengatasi problematika hidup yang terus berubah. Pola pembaharuan ini telah dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur‟an dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia
52
Zuhairini dkk,Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), h. 116-117
31
berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.53 Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya. c.
Usaha pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme Rasa nasionalisme muncul bersamaan dengan berkembangan pola
kehidupan modern yang dipelopori oleh bangsa Barat. Bangsa barat dapat maju dan berkembang dikarenakan rasa nasionalismenya yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Dan hal ini mendorong pada umumnya bangsa-bangsa timur dan bangsa yang terjajah, menyorakan
semangat
nasionalisme
masing-masing.Umat
Islam
menyadari keberagaman bangsa yang berlatar belakang dan sejarah yang berbeda-beda.Mereka hidup beragama dengan agama lainnya yang sebangsa.54Dan hal ini mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam. Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa
53
Ibid., h. 121.
54
Ibid., h. 122.
32
yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.55 Usaha pendidikan modern yang sebagaimana telah diuraiankan yang berorientasi pada tiga pola pemikiran, membentuk suatu sistem atau pola pendidikan modern, yang mengambil pola sistem pendidikan barat dengan penyesuaian-penyesuaian dengan Islam dan kepentingan nasional.Di samping tetap menjalankan mempertahankan pendidikan tradisional yang telah ada.56 Sistem pendidikan modern, pada umumnya dilaksanakan oleh pemerintah yang pada mulanya untuk memenuhi tenaga ahli untuk kepentingan
pemerintah,
pengembangan
ilmu-ilmu
dengan
menggunakan
pengetahuan
kurikulum
modern.Sedangkan
dan sistem
pendidikan tradisional yang merupakan sisa-sisa dan pengembangan sistem zawiyah, ribat atau pondok pesantren dan madrasah yang telah ada di kalangan masyarakat, pada umumnya tetap mempertahankan kurikulum tradisional
yang
hanya
memberikan
pendidikan
dan
pengajaran
keagamaan.Dualisme sistem pola pendidikan inilah yang selanjutnya mewarnai pendidikan Islam di semua negara dan masyarakat Islam, di zaman modern.Dualisme ini pula yang merupakan problema pokok yang dihadapi oleh usaha pembaharuan pendidikan Islam.
55
Harun Nasution,Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:Bulan Bintang, 1975), h. 50-51. 56 Zuhairini dkk, op. cit., h. 123.
33
C.
Penelitian yang Relevan Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang
relevan selama proses penelitian dan penulisan, yang membahas tentang Pembaharuan Pemikiran Muhammad Ali Pasya. Terdapat dalam beberapa buku dan juga terdapat dalam Skripsi dan Tesis, diantaranya dalam buku karangan: Dr. H. A. Fattah Wibisono yang berjudul Pemikiran Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islamyangisinya tentang riwayat hidup Muhammad Ali Pasya, pemikiran dan usaha-usahanya. Secara garis besarnya Muhammad Ali Pasya adalah seorang tokoh pelopor pembaharuan di Mesir, dan banyak usaha dan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali bukan hanya dari segi pendidikannya saja, akan tetapi dari segala aspek termasuk ekonomi, kemiliteran dan politik. Maka tidak heran Muhammad Ali diberi gelar The Founder Father of Modern Egypt atau bapak pembangunan Mesir modern. Skripsi yang ditulis oleh Yuli Emma Handayani yang berjudul Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar, Kajian tentang: Pengaruh Pembaharuan di Mesir Terhadap Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar. Dalam skripsi tersebut membahas mengenai pembaharuan pendidikan Islam Muhammad Ali Pasha di Mesir dan Modernisasi Pendidikan di al-Azhar Mesir. Muhammad Ali Pasha membawa pengaruh yang besar dalam menjadikan Mesir sebagai negara Modern dan memajukan pendidikan di Universitas al-Azhar. Gerakan pembaharuannya tersebuat telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam. Tesis yang ditulis oleh Abdul Mukti yang berjudul Muhammad Ali Pasya dalam Lembaga Pendidikan di Mesir. Yang membahas tentang riwayat hidup Muhammad Ali Pasya dan pembaharuan-pembaharuannya dalam Lembaga Pendidikan di Mesir. Pada pemerintahannya Muhammad Ali Pasya bukan hanya membangun Mesir dari segi ekonomi, politik dan militer, tetapi beliau juga banyak membangun sekolah-sekolah dan mengirim pelajar ke luar negri sehingga menghasilkan pelajar yang cerdas seperti tokoh pembaharuan al-tahtawi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul “Pembaharuan Pendidikan Islam (Studi atas
Pemikiran Muhammad Ali Pasya).” ini dilaksanakan dari bulan 07 November 2014 sampai bulan 27 Maret 2015 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan pemikiran Muhammad Ali Pasya tentang pembaharuan pendidikan Islam.
B.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dan metode
yang
digunakan
Metode
Deskriptif,
yaitu
penelitian
yang
bermaksud
menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan “apa adanya”, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.1 Ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research). Karena permasalahan yang akan diteliti mengkaji sejarah maka dari itu diperlukan banyaknya literatur-literatur yang relevan dengan skripsi ini. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori dari berbagai sumber seperti buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
C.
Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1.
Teknik pengumpulan data Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan
metode penelitian
1
studi
dokumentasi,
yaitu
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. ke-10, h.
234.
34
35
mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan,2 misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan kisah sejarah; surat kabar, internet dan sumber lain, yang berhubungan dengan Muhammad Ali Pasya dan Pemikirannya terutama tentang pembaharuan pendidikan Islam. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan dengan bersumber pada buku-buku primer dan buku-buku sekunder atau sumber sekunder lainnya. 2.
Teknik Pengelolahan data Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan
adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
D.
Analisa Data Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi yang lain yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang sudah ditemukannya kepada orang lain.3 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (content analysis), dan dengan menggunakan bentuk deskriptif yaitu berupa catatan informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini
penulis menggambarkan
permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan 2
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: PT Alfabeta, 2008), h. 329. 3 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Anlisis Data, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 2, h. 85.
36
dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan.
E.
Teknik Penulisan Secara teknik, penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Data 1.
Nasab dan Kelahiran Muhammad Ali Pasya Muhammad Ali Pasya adalah seorang keturunan Turki yang lahir di
Kawalla, Yunani. Lahir pada tahun 1765 dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Ia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Orang tuanya hanyalah penjual rokok eceran, dan tak jarang dimasa kecilnya Ali Pasya harus bekerja untuk ikut menghidupi keluarganya dan tak sempat mengenyam bangku pendidikan, sehingga ia tumbuh sebagai seorang anak yang sampai dewasa tidak pandai baca dan menulis.1 Meskipun ia tidak pandai membaca dan menulis namun ia adalah anak yang cerdas dan pemberani. Ali Pasya mulai dikenal setelah ia dewasa, semula ia bekerja sebagai pemungut pajak dan karena ia rajin bekerja jadilah ia kesenangan gubernur dan akhirnya menjadi menantu gubernur Usmani. Mulai saat itu, ia memasuki sekolah militer dan setelah menikah ia diterima menjadi anggota militer, karena keberanian dan kecakapan menjalankan tugas ia diangkat menjadi perwira. Setelah itu Muhammad Ali dikirim ke Mesir untuk menjadi wakil perwira yang berkuasa di daerahnya. Dalam pertempuran melawan tentara Prancis di Mesir Ali Pasya menunjukan keberanian dan kecakapannya yang luar biasa. Ketika pasukan Prancis ini meninggalkan Mesir (1801), dan terjadi kekosongan kekuasaan, ia berkesempatan menjadi penguasa Mesir setelah berhasil menyingkirkan para pesangnya yaitu kaum Mamluk yang kehilangan kekuasaan akibat kedatangan Napoleon tahun 1789, dan utusan dari Sultan Turki Usmani yaitu Khursyid Pasya.
1
A Fattah Wibisono, Pemikira Para Lokmotif Pembaharuan di Dunia Islam, (Jakarta: Rabbani Press, 2009), h. 68
37
38
Dalam pertempuran antara Napoleon dan Sultan Turki, Muhammad Ali adalah salah satu perwira yang membantu sultan turki untuk melawan Napoleon pada tahun 1801. Selain itu juga, Muhammad Ali menunjukan keberanian yang luar biasa, sehingga ia dianugrahi pangkat kolonel.2 Ia diberi kepercayaan sebagai pimpinan militer pada era Turki Usmani dan menjadi seorang pimpinan tersohor
kebanggaan negara
Mesir, terutama dalam merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara industri dan modern. Bahkan orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa
Arab,
namun
keinginannya
untuk
membangun
dan
meningkatkan sumber penghasilan ekoanomi bagi rakyat Mesir sangat besar. Inisiatif visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sejalan dengannya. Muhammad Ali memperkuat kekuatannya dengan memajukan negara dari segala kehidupan. Kepercayaan yang dimilikinya sebagai seorang Sultan Utsman mampu menggerakkan pemerintahan Mesir untuk mendemostrasikan kekuatan dan administrasi militer. 3 Pada waktu penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki mengirim bantuan tentara ke Mesir, diantaranya Muhammad Ali Pasya, bahkan ia ikut bertempur melawan Napoleon pada tahun 1801. Rakyat
mesir
melihat
kesuksesan
Muhammad
Ali
dalam
pembebasan Mesir dari tentara Napoleon, maka rakyat mesir mengangkat Muhammad Ali sebagai wali Mesir dan mengharapkan Sultan di Turki merestuinya. Pengakuan Sultan Turki atas usul rakyatnya tersebut baru mendapat persetujuannya dua tahun kemudian, setelah Turki dapat mematahkan intervensi Inggris di Mesir.Setelah ekspansi Napoleon Bonaparte, muncul dua kekuatan besar di Mesir yakni kubu Khursyid Pasya dan kubu Mamluk. Muhammad Ali mengadu domba kedua kubu 2
M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.69 3 Yuli Emma Handayani, Skripsi: Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar, Ciputat:2011, h.23
39
tersebut, dan akhirnya berhasil menguasai Mesir. Rakyat semakin simpati dan mengangkatnya sebagai Wali di Mesir, maka dengan posisi inilah kemudian memungkinkan beliau melakukan perubahan yang berguna bagi masyarakat Mesir. Setelah Muhammad Ali mendapat kepercayaan rakyat dan pemerintah pusat Turki, ia menumpas musuh-musuhnya terutama golongan mamluk yang masih berkuasa di daerah-daerah, akhirnya Mamluk dapat ditumpas habis. Dengan demikian Muhammad Ali menjadi penguasa tunggal Mesir. Terhadap cara-cara kekerasan yang dilakukannya pada awal kekuasaannya, tidak hanya orang lain saja yang tidak menyukainya. Ali Pasya sendiri menyesali perbuatannya. Suatu saat Ali Pasya pernah berkata, “Aku tidak suka dengan mas hidupku pada waktu itu. Sejarahku yang sebenarnya dimulai sejak aku dapat melepaskan diri dari keterkaitanketerkaitan itu dan mulai membangun umat ini dari keterlenaanya yang panjang”.4 Keritik pedas terhadap kepemimpinan Ali Pasya juga dilontarkan para penentangnya, tak terkecuali dari al-Tahtawi. Ia berkata “Muhammad Ali Pasya tidak memiliki apa-apa kecuali mengadakan kerja sama antara orang-orang asing dengan negara Mesir, setelah bangsa Mesir mengalami kemunduran akibat sistem feodalisme yang diterapkan disana selama bertahun-tahun. Hanya itu. Dia telah menghilangkan keterasingan dan kesendirian bangsa Mesir, dan mengijinkannya dengan menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain, untuk menyebarkan kebaikan dan berlomba didalam kemodernan”. Kemudian al-Jabarti (1753-1825), sejarawan Mesir yang sempat menjalani hidupnya di Mesir baik pada masa Mamluk, pendudukan Prancis maupun Muhammad Ali Pasya, mencatat dalam bukunya, „Ajaib al-Atsar fi Tarajim wa al-Akhbar‟ bahwa, “Muhammad Ali Pasya adalah 4
A. Fatah, op. cit., h. 69.
40
penguasa yang paling kejam pada saat ini. Kalau misalnya Allah mengaruniai sifat keadilan kepadanya pada saat dia memegang kendali pemerintahaan, maka hal itu akan membuat semua orang terkagum-kagum kepadanya”. Demikian sosok riwayat hidup dan kepemimpinan Muhammad Ali Pasya yang penuh kontroversial. Meski hingga akhir hayatnya Ali Pasya tidak mengenal baca tulis, namun ia sukses menghantarkan Mesir menjadi negara yang lebih modern, dan menjadi pemimpin yang sangat di patuhi rakyatnya.
2.
Pendudukan Napoleon dan Pembaharuan di Mesir Setelah selesainya Revolusi 1789 Prancis mulai menjadi negara
besar yang mendapat saingan dan tantangan dari Inggris.inggris waktu itu telah meningkat kepentingan-kepentingannya di India dan untuk memutuskan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur, Napoleon melihat bahwa Mesir perlu diletakkan dibawah kekuasaan Prancis. Disamping itu Prancis perlu pada pasaran baru untuk hasil perindustriannya. Napoleon sendiri kelihatannya mempunyai tujuan sampingan lain. Alexander macedonia pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke India, dan Napoleon ingin mengikuti jejak Alexander ini. Tempat strategis itu adalah Cairo dan bukan Roma atau Paris.Inilah beberapa hal yang mendoroang Prancis dan Napoleon untuk menduduki Mesir. Mesir pada waktu itu berada di bawah kekuasaan kaum Mamluk, setelah ditaklukkan oleh Sultan Salim di tahun 1517, daerah ini pada hakekatnya merupakan bagian dari kerajaan Usmani. Tetapi setelah bertambah lemahnya kekuasaan Sultan-sultan di abad ke-17, mesir mulai melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul dan akhirnya menjadi daerah otonom. Sultan-sultan Usmani tetap mengirim seorang Pasya Turki ke Cairo untuk bertindak sebagai wakil mereka dalam memerintah daerah ini.
41
Tetapi karena kekuasaan sebenarnya terletak di tangan kaum Mamluk, kedudukan di Cairo tidak lebih dari kedudukan seorang Duta Besar. Kaum Mamluk berasal dari budak-budak yang di beli di kaukasus, suatu daerah pegunungan yang terletak di daerah perbatasan antara Rusia dan Turki. Mereka dibawa ke Istanbul atau ke Cairo untuk diberi didikan militer, dan dalam dinas kemiliteran kedudukan mereka meningkat dan diantaranya ada yang dapat mencapai jabatan militer tertinggi. Setelah jatuhnya prastise Sultan-sultan Usmani, mereka tidak mau lagi tunduk kepada Istanbul bahkan menolak pengiriman hasil pajak yang mereka pungut dengan cara kekerasan dari rakayat Mesir ke Istanbul. Kepala mereka disebut Syeikh al-Blad dan Syeikh inilah yang sebenarnya menjadi Raja di Mesir pada waktu itu. Karena mereka bertabiat kasar dan biasanya hanya tahu bahasa Turki dan tidak pandai berbahasa Arab, hubungan mereka kepada rakyat tidak begitu baik. Lemahnya pertahanan Kerajaan Usmani dan kaum Mamluk ketika itu, dapat digambarkan dari perjalanan perang di Mesir. Napoleon mendarat di Alexandria pada tanggal 2 Juni 1798 dan keesokan harinya kota pelabuhan yang penting ini jatuh. Sembilan hari kemudian, Rasyid suatu kota yang terletak di sebelah Timur Alexandira, jatuh pula. Pada tanggal 21 Juli tentara Napoleon sampai di daerah Piramid di dekat Cairo. Pertempuran terjadi di tempat itu, dan karena kaum Mamluk tidak sanggup melawan senjata-senjata meriam Napoleon, lari ke Cairo. Tetapi disini mereka tidak mendapat simpati dan sokongan dari rakyat Mesir. Akhirnya mereka terpaksa lari lagi ke daerah Mesir sebelah Selatan. Pada tanggal 22 Juli, tidak sampai tiga minggu setelah mendarat di Alexandria, Napoleon telah dapat menguasai Mesir. Usaha Napoleon untuk menguasai daerah-daerah lainnya di Timur tidak berhasil dan sementara itu perkembangan politik di Prancis menghendaki kehadirannya di Paris. Pada tanggal 18 Agustus 1799, ia meninggalkan Mesir kembali ketanah airnya. Ekspedisi yang dibawanya ia tinggalkan di bawah pimpinan Jendral Kleber. Dalam pertempuran yang
42
terjadi di tahun 1801 depan armada Inggris, kekuatan Prancis di Mesir mengalami kekalahan. Ekspedisi yang dibawa Napoleon itu meninggalkan Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.5 Napoleon Bonaparte lahir pada tanggal 15 Agustus 1769 di Ajaccio (Prancis) dan meninggal dunia pada tanggal 15 Mei 1821. Ayahnya bernama Charles Bonaparte seorang pengacara dan ibunya bernama Litizia Ramolino. Pada tahun 1779 beliau memasuki sekolah militer dan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu 6 tahun kemudian, ia sudah diangkat menjadi perwira arteleri dan karier militernya menjadi Jendral, ditempatkan sebagai pemimpin tentara Prancis bagian Selatan.6 Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Di dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Diantara kaum sipil itu terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Napoleon juga membawa dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab dan Yunani. Ekspedisi itu datang bukan hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan ilmiah. Untuk hal tersebut maka dibentuk suatu lembaga ilmiah bernama Institut d „Egypte, yang mempunyai empat bagian: Ilmu Pasti, Ilmu Alam, Ekonomi-Politik dan Sastra-Seni. Publikasi yang diterbitkan lembaga ini bernama La Courrier d „Egypte, yang diterbitkan oleh Marc Auriel, seorang pengusaha yang ikut dengan ekspedisi Napoleon. Sebelum kedatangan ekspedisi ini rakyat di Mesir tidak kenal pada percetakan dan majalah atau surat kabar. Institut d „Egypte boleh dikunjungi rakyat Mesir, terutama para ulamanya, yang diharapkan oleh ilmuan-ilmuan Perancis yang berkerja di lembaga itu, karena akan menambah pengetahuan mereka tentang Mesir, adat istiadatnya, bahasa dan agamanya. Di sinilah masyarakat Mesir dan umat Islam untuk pertama
5
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemilkiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 2011), cet. ke-14, h. 22. 6 M. Yusran, op. cit, h. 66.
43
kali mempunyai kontak langsung dengan peradaban Eropa yang baru dan asing bagi mereka. Abd al-Rahman al-Jabarti, seorang ulama dari al-Azhar dan penulis sejarah, pernah mengunjungi lembaga itu di tahun 1799. Yang menarik perhatiannya adalah perpustakaan besar yang mengandung buku-buku, bukan hanya dalam bahasa-bahasa Eropa, tetapi juga buku-buku agama dalam bahasa Arab, Persia, dan Turki. Di antara ahli-ahli yang dibawa Napoleon memang terdapat kaum Orientalis yang pandai dan mahir berbahasa Arab. Merekalah yang menterjemahkan perintah dan maklumatmaklumat Napoleon ke dalam bahasa Arab. Alat-alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat untuk percobaan kimiawi, dan sebagainya, eksperimen-eksperimen yang dilakukan di lembaga itu, kesungguhan orang Perancis berkerja dan kegemaran mereka pada ilmu-ilmu pengetahuan, semua itu ganjil dan menakjubkan bagi al-Jabarti. Kesimpulan kunjungan tersebut ia tulis dengan kata-kata tersebut “Saya lihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal yang besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita”. Demikianlah kesan seorang cendikiawan Islam waktu itu terhadap kebudayaan Barat. Ini menggambarkan bertapa mundurnya umat Islam di ketika itu. Keadaan menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat. Apabila di Periode Klasik orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban Islam, akan tetapi di Periode Modern kaum Islam yang heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat. Di samping kemajuan materi ini Napoleon juga membawa ide-ide baru yang di hasilkan Revolusi Perancis, seperti: 1. Sistem pemerintahan Republik yang dalamnya kepala negara dipilih untuk waktu tertentu, tunduk kepada undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Sistem ini berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut Raja-raja Islam, yang tetap menjadi raja selam ia masih hidup dan kemudian digantikan oleh anaknya, dan tidak tunduk
44
kepada konstitusi atau parlemen, karena konstitusi atau parlemen memang tidak ada dalam sistem kerajaan itu. 2. Ide persamaan (egalite) dalam arti samanya kedudukan dan turut sertanya rakyat dalam soal pemerintahan. Kalau sebelumnya, rakyat mesir tidak turut serta dalam pemerintahan negara mereka. Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama alAzhar dan pemuka-pemuka dalam dunia dagang dari Cairo dan daerah-daerah.
Tugas
badan
ialah
membuat
undang-undang,
memelihara ketertiban umumdan menjadi pengantara antara penguasapenguasa Perancis dan rakyat Mesir. Disamping itu didirikan pula satu badan lain bernama Diwan al-Ummh yang dalam waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Tiap-tiap daerah mengirimkan sembilan wakil ke sidang Diwan itu, tiga dari golongan ulama, tiga dari golongan pedagang dan satu dari masing-masing golongan petani, kepala desa dan kepala suku bangsa Arab. Diwan ini mempunyai 180 anggota dan sidang pertama diadakan dari tanggal 5 sampai 20Oktober 1798. Putusan yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang ditetapkan kerajaan Usmani. Sistem pemilihan ketua lembaga juga merupakan hal baru bagi rakyat mesir. Ketika dari para anggota Diwan diminta memilih ketua, anggota-anggota menunjuk dan menyebut nama ulama yang mereka hormati, yaitu Syeikh al-Syarqawi. Penunjukan serupa ini ditolak oleh para penguasa Perancis sambil menjelaskan cara pengadaan pemilihan. 3. Ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumat Napoleon bahwa orang Perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan bahwa kaum Mamluk adalah orang asing dan datang ke Mesir dari kaukasus, jadi walaupun orang Islam tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir. Juga maklumat itu mengandung kata-kata umat Mesir. Bagi orang Islam di waktu itu yang ada hanyalah umat Islam dan tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa
45
dan suku bangsa. Yang disadarinya adalah perbedaan agama. Oleh karena itu untuk menterjemahkan kata nation ke dalam bahasa Arab juga sulit. Kata arab yang di pakai ialah al-millah( )الملةumpamanya dalam al-millah al-Faransiah untuk la nation Farancaise. Millah berarti agama. Kata arab yang kemudian dipakai untuk nation ialah qaum, sya‟b dan ummah. Inilah beberapa dari ide-ide yang dibawa ekspedisi Napoleon ke Mesir, ide-ide yang pada waktu itu belum mempunyai pengaruh yang nyata bagi umat Islam di Mesir. Tetapi dalam perkembangan kontak dengan Barat di abad ke-19 ide-ide itu semakin jelas dan kemudian diterima dan dipraktekkan. Bagaimanapun, ekspedisi Napoleon telah membuka mata umat Islam Mesir akan kelemahan dan kemunduran mereka.
3.
Pemikiran dan Pembaharuan Muhammad Ali Pasya adalah peletak dasar kebangkitan Mesir
modern. Menurutnya, mesir harus bersatu di bawah satu kepemimpinan, bukan dibagi-bagi kepada sultan-sultan kecil seperti yang selama ini terjadi, bagi Ali Pasya kewajiban penguasa adalah mengarahkan kekuatan rakyat untuk tujuan bersama. Ali pasya memang tidak mengetahui seluk beluk perpolitikan. Tapi yang terpenting adalah terwujudnya satu kesatuan peradaban manusia yang tidak dibedakan oleh perbedaan letak negara ataupun lainnya. Untuk itu, menurutnya satu-satunya jalan yang harus ditempuh untuk maju adalah dengan meniru peradaban Barat modern sebagai panutan peradaban dunia, peradaban yang dinamis. Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya : a)
Politik Luar Negeri Muhammad Ali menyadari bahwa bangsa Mesir sangat jauh ketinggalan dengan dunia barat, karena hubungan dengan dunia barat perlu diperbaiki seperti Perancis, Italia, Inggris dan Austria.
46
Menurut catatan antara tahun 1813-1849 ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, perancis, Inggris dan Austria. Yang dipentingkan adalah Ilmu-ilmu kemiliteran, arsitek, kedokteran, dan obat-obatan.Selain dari itu dipentingkan pula ilmu administrasi Negara.
b)
Politik Dalam Negeri 1)
Membangun kekuatan militer Menyadari untuk menjadi Negara yang besar dan kuat diperlukan angkatan bersenjata yang modern. Untuk itu muhammad ali mengundang para ahli militer barat untuk melatih angkatan bersenjata mesir dan juga mengirim missi ke luar negri (Eropa) guna mempelajari ilmu kemiliteran. Untuk
itu,
hal
yang
pertama
menjadi
priorits
pembaharuannya adalah reformasi dibidang militer, mengingat bahwa
kekuasaannya
hanya
dapat
dipertahankan
oleh
kekuasaan militer dan ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan dukungan ilmu pengetahuan modern dan sistem perekonomian yang mapan. Untuk memperkuat militer, ia mengadakan reformasi dan reorganisasi kekuatan militernya. Ia pun mengirim pelajar-pelajar Mesir ke Eropa untuk menimba ilmuilmu kemiliteran. Ada dua hal yang terpenting baginya yaitu kemajuan ekonomi dan kemajuan militer. Dan kedua bidang ini menghendaki ilmu-ilmu modern yang telah dikuasai oleh orang-orang Eropa. Untuk memperkuat militer, ia mengadakan reformasi dan reorganisasi kekuatan militernya. Ali Pasya mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari Perancis untuk melatih tentara Mesir. Pada tahun 1815, Ali Pasya mendirikan sekolah militer di Kairo dan Akademi Industri Bahari, juga sekolah Perwira Angkatan Laut di Iskandariyah. Iapun mengirim
47
pelajar-pelajar Mesir ke Eropa untuk menimba ilmu-ilmu kemiliteran.
Kemudian
pada
tahun
1819,
Ali
Pasya
menugaskan SAVE, seorang perwira tinggi Prancis yang masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Suleyman Pasya. Ia ditugaskan untuk membangun angkatan bersenjata modern. Sehingga tidak lama kemudian terbentuklah Nizam-i Jedid yang merupakan model baru angkatan bersenjata Muhammad Ali Pasya.
2)
Bidang pemerintahan Pengaturan administrasi pemerintahan, muhammad ali meniru pemerintahan perancis, ia mempunyai penasihat politik, tetapi putusan terakhir terletak ditangannya. Pada tahun 1812 tanah wakaf dijadikan milik Negara, orang-orang yang dahulunya diberi hak untuk menguasai tanah, menjadi berstatus penyewa tanah-tanah Negara. Perdagangan luar negri dimonopoli oleh Negara. Kemudian tahun 1815 semua hasil kapas dan bahan-bahan pakaian dikuasai oleh Negara. Selanjutnya hasil biji-bijian dan hasil tambang juga berada dibawah penguasaan Negara.7
3)
Ekonomi Muhammad Ali menyadari bahwa negaranya adalah negara agraris, maka ia membangun irigasi al-khatiri alkhairiyah, mendatangkan bibit kapas dari india dan sudan, kemudian mendirikan pabrik-pabrik. Menurut Ali Pasya untuk memperkuat perekonomian adalah dengan memperbaiki irigasi lama dan membuat irigas baru, penanaman kapas, setelah sebelumnya mengimpor dari
7
Wahyudin Nur, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, (Medan: IAIN SU, 2000), h. 10
48
india dan sudan (1821-1822). Ali Pasya juga mendatangkan ahli pertanian dari Eropa dan membuka sekolah pertanian pada tahun 1836. Selain itu ia juga mengadakan nasionalisasi tanah, yaitu tanah kaum Mamluk dirampas pemerintah demikian pula tanah orang-orang kaya Mesir. Ia beranggapan bahwa bila tanah rakyat sudah dikuasai akan terjadi pengelolaan tunggal. Karena pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Mesir saat itu dan ia ingin memonopoli perdagangan di negrinya.
4)
Pendidikan Walaupun Muhammad Ali tidak pandai baca tulis, akan tetapi pemikirannya dan antisipasinya jauh ke depan. Ia menyadari bahwa timur di kala itu jauh ketinggalan dari dunia barat dalam segala bidang ilmu pengetahuan dan faktor penyebab utama adalah pendidikan8 Muhammad Ali sangat menyadari pentingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan bangsa. Untuk itu, Ali membuka kantor Kementrian Pendidikan dan berbagi lembaga pendidikan, seperti sekolah-sekolah. Antara lain adalah Sekolah Teknik (1816), Sekolah Kedokteran (1827), Sekolah Apoteker (1829), Sekolah Pertambangan (1834), Sekolah Pertanian (1836), Sekolah Penerjemah (1836) yang dikepalai oleh al-Tahtawi. Dari buku-buku yang diterjemahkan oleh sekolah penejemah itulah orang-orang Mesir mengenal Barat dan Filsafat Yunani serta ajaran tentang kebebesan berfikir. Bagian penerjemah terbagi menjadi empat bidang, yaitu ilmu pasti, ilmu kedokteran, ilmu fisika dan ilmu sastra.
8
Harun Nasution, op. cit., Pembaharuan dalam Islam, h. 71-72
49
Kurikulum-kurikulum
pendidikan
dirombak
dan
beberapa mata pelajaran menyesuaikan diri sesuai kebutuhan waktu itu. Beberapa tambahan mata pelajaran umum tadinya tidak dirumuskan termasuk mempelajari secara intensif bahasa Eropa menjadi kewajiban di sekolah-sekolah menengah. Begitu juga sepesialis keahlian dibidang-bidang terapan mengalami penekanan yang makin penting. Langkah-langkah Muhammad Ali Pasya tersebut sangat baru bagi rakyat Mesir tentu saja mereka menyambut dengan gembira. Apalagi banyak pemuda cerdik dan pandai banyak yang dikirim ke Barat dalam usaha mempelajari bahasa eropa dan metode penerjemahan. Disamping tenaga-tenaga dari Mesir sendiri, sekolahsekolah ini juga mendatangkan pengajar Eropa. Metode pengajarannyapun menggunakan metode pengajaran modern. Disamping itu antara tahun 1813- 1849, Muhammad Ali telah mengirim 311 pelajar Mesir untuk belajar di Italia, Perancis, Inggris dan Austria. Bahkan di Paris, Prancis, Ali Pasya mendirikan sebuah asrama untuk menampung pelajar-pelajar Mesir yang sedang menuntut ilmu disana. Mereka terutama mempelajari ilmu-ilmu kemiliteran darat dan laut, juga arsitek, kedokteran
dan
farmasi.
Mereka
tidak
diperbolehkan
mempelajari ilmu politik, karena Ali Pasya tetap menghendaki kekuasaan ada ditangannya. Suatu saat, sekembalinya mereka ke Mesir, merekalah yang menjadi agen-agen pembaharuan dan pembangunan di Mesir.9 Usaha-usaha pembaharuan Muhammad Ali Pasya inilah yang berhasil membawa Mesir menuju sebuah negara modern. Berkat jasajasanya inilah, Ali Pasya pun di beri gelar The Founder of Modern 9
A. Fattah, op. cit., h. 71
50
Egypt(Bapak Pembaharuan Mesir Modern). Sepintas pembaharuan yang dilakukan Muhammad Ali Pasya hanya berupa keduniawian saja.Namun dengan terangkatnya kehidupan dunia umat Islam, sekaligus terangkat pula derajat keagamaannya.Pembaharuan yang dilakukan Muhamma Ali Pasya merupakan landasan pemikiran dan pembaharuan selanjutnya. Pembaharuan Muhammad Ali dilanjutkan oleh Tahtawi, Jamaludin al-Afghani,
Muhammad Abduh, Rasyid
Ridha dan murid-murid
Muhammad Abduh lainnya.
4.
Inovasi dalam Lembaga Pendidikan di Mesir Pembaharuan pendidikan di Mesir tidaklah terjadi dalam kevakuman
kebudayaan dan peradaban masyarakatnya.Akan tetapi karena adanya kontak yang terjadi antara masyarakat Mesir dengan peradaban Barat Modern selama pendudukan Napoleon dari Perancis yang menyadarkan mereka atas kemundurannya.
a. Sekolah Modern
Muhammad Ali Pasya, pemimpin Mesir ketika itu yakin percaya bahwa untuk membangun negri Mesir dalam berbagai bidang sangat diperlukan ilmu-ilmu modern dan sains sebagainya yang dikenal di Barat. Untuk itulah ia memodernisasikan lembaga pendidikan Islam dengan mendirikan sekolah-sekolah dan memasukan ilmu-ilmu modern dan sains kedalam kurikulumnya. Sekolah-sekolah inilah yang kemudian dikenal sebagai sekolah modern di Mesir pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Saat itu Mesir masih mempunyai sistem pendidikan tradisional yaitu kuttab, masjid, madrasah dan jami‟ al-Azhar. Sementara itu ia melihat jika ia memasukan kurikulum modern kedalam lembaga pendidikan tradisional tersebut maka sangat sulit, oleh karena itulah ia mengambil jalan alternatif dengan cara mendirikan sekolah modern disamping madrasah-madrasah tradisional yang telah ada pada masa itu tetap berjalan.
51
Adapun nama-nama sekolah modern yang didirikan Muhammad Ali Pasya:10 No
Nama Sekolah
Tahun Berdiri
Tempat
Tingkat
1
Sekolah Militer
1815
Kairo
Menengah
2
Sekolah Teknik
1816
Kairo
Menengah
3
Sekolah Kedokteran
1827
Kairo
Menengah
4
Sekolah Apoteker
1829
Kairo
Menengah
5
Sekolah Pertambangan
1834
Kairo
Menengah
6
Sekolah Pertanian
1836
Kairo
Menengah
7
Sekolah Penerjemah
1836
Kairo
Menengah
8
Sekolah Dasar
1833
Kairo
Dasar
9
Sekolah Menengah Umum
1825
Kasr Al-„ayni
Menengah
10
Politeknik
1820
Kairo
Tinggi
11
Sekolah Accounting
1826
Kairo
Menengah
12
Sekolah Sipil
1829
Kairo
Menengah
13
Sekolah Irigasi
1831
Kairo
Menengah
14
Sekolah Industri
1831
Kairo
Menengah
15
Sekolah Administrasi
1834
Kairo
Menengah
16
Sekolah Pertanian
1834
Kairo
Menengah
17
Sekolah Perwira A. Laut
-
Alexandria
Menengah
18
Akademi Industri Bahari
-
Alexandria
Tinggi
19
Sekolah Tinggi Kedokteran
Kairo
Tinggi
1823
Jika kita perhatikan sistem pendidikannya, maka semua sekolahsekolah yang didirikan oleh Muhammad Ali Pasya adalah memiliki ciri sekolah modern. Maka pada pemerintahannya ada dua jenis pendidikan yang menurutnya keduanya memiliki fungsi dan peran berbeda dalam 10
Ahmad Syalabi, Mausu‟at al-Tarikh wa al-Hadarat al-Islamiyat, Jilid V, (tp.:Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat, 1973), h.356.
52
menunjang kemajuan dan perkembangan
Mesir saat itu. Sekolah
tradisional adalah sekolah yang hanya mempelajari ilmu agama yang alumninya tidak menguasai ilmu umum. Sedangkan sekolah modern akan mengeluarkan alumni
yang menguasai ilmu umum
yang dapat
menstimulus perkembangan pembaharuan Mesir.11 Bila dilihat pada jenisnya, maka hampir semua sekolah menengah modern tersebut di atas merupakan sekolah kejuaraan yang meliputi kejuaraan militer, teknik, pertanian, ekonomi, kedokteran dan administrasi yang bertujuan untuk mendidik tenaga-tenaga ahli Mesir dalam bidangnya masing-masing yang pada gilirannya nanti akan mengeluarkan alumnialumni yang dapat menggantikan tenaga-tenaga kerja asing yang dipakai selama ini. Hal itu berarti pendidikan di sekolah ini sudah mementingkan kepada kebutuhan masyarakat dan masa depan pelajar-pelajar sendiri. Karena dalam penyelenggaraannya, sekolah-sekolah modern tersebut masih belum sempurna, di sana-sini masih terdapat kekurangan, terutama dalam hal penyebarannya, jumlahnya yang belum berimbang dengan jumlah murid dan jenjang pendidikannya, maka pada tahun 1834 dibentuklah sebuah komisi pendidikan. Komisi ini bertugas menyusun kembali teknis pelaksanaan pendidikan dengan mengusulkan antara lain:12 1 1) Penambahan pembangunan Sekolah Dasar sebanyak lima puluh buah lagi di Kairo dan propinsi-propinsi. 2) Penambahan Sekolah Menengah Umum, semacam SMA di Indonesia, yang berfungsi menghubungkan antara Sekolah Dasar dengan Sekolah Tinggi, di Iskandariah 3) Menetapkan jenjang sekolah menjadi tingkat dasar, menengah dan tingkat tinggi. 11
Abd Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 78. 12 Abdul Mukti, Tesis: Pembaharuan Muhammad Ali Pasya dalam Lembaga Pendidikan di Mesir, (Jakarta: 1993), hal. 61
53
Tetapi sayangnya laporan komisi ini tidak sampai ke tangan Muhammad Ali Pasya, sehingga tidak banyak yang dapat dilakukan olehnya dalam memperbaiki sistem pendidikan sampai ke akhir masa pemerintahannya. Barulah setelah reorganisasi pendidikan yang dilakukan oleh Khedewi Ismail, sistem pendidikan baru ini memperlihatkan pengaruhnya yang besar. Kemudian dilanjutkan oleh Sultan Ahmad Fuad dan Raja Faruq. Mengenai jenjang pendidikan, jumlah sekolah dan jenisnya sebagaimana yang telah diprogramkan oleh Komisi Survey pendidikan itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini: No
Jenjang Pendidikan
Jenis Sekolah
Jumlah
1.
Tingkat Dasar
Umum
50 buah
2.
Tingkat Menengah
3.
Tingkat Tinggi
a. Umum
2 buah
b. Kejuruan
14 buah
Kejuruan
3 buah
Kita perhatikan bahwa Muhammad Ali Pasya pada masanya sudah melakukan
penjenjangan
pendidikan
itu
menunjukan
banyaknya
pengetahuan yang diajarkan disana dan kita lihat banyaknya perbedaan usia masyarakat yang menuntut ilmu, tingkat kecerdasan, dan satu yang menarik pada masa itu sudah dapat kita lihat banyak siswa yang kompetensinya dapat dikembangkan berdasarkan kemampuannya karena tersedianya jurusan dan program studi. Pada dasarnya Kolonel Save, asal Perancis, disebutkan setelah masuk Islam berganti nama Sulaiman Pasya. Sulaiman diangkat menjadi pimpinan sekolah Militer sejak dibuka pada tahun 1815 dan jabatan ini dipegangnya sampai pada tahun 1834 karena pada tahun itu Sulaiman diberi jabatan baru sebagai Inspektur Jendral Sekolah Dalam Diwan aljihadiyya.13
13
Abd Mukti, op. cit,. h. 83.
54
Muhammad Ali Pasya juga mendatangkan tenaga ahli yang berasal dari Perancis yaitu Clot Bey menjabat sebagai Direktur Sekolah Tinggi Kedokeran
tahun
1827
sampai
tahun
1849
selama
22
tahun.
Ketergantungannya terhadap tenaga ahli asing berkurang secara berangsurangsur dengan pulangnya mahasiswa Mesir yang belajar di Eropa. Salah satu diantara yang pulang dari Eropa adalah al-Tahthawi, pulang ke Mesir tahun 1831. Setelah sekolah penerjemahan dibuka dipercayakanlah al-Tahthawi untuk menjabat sebagai direktur.14 Dalam hal manajemen sekolah-sekolah modern tersebut awalnya dibawah pengawasan Departemen Pertahanan (Departement of Army), untuk melancarkan menejerial maka Departemen tersebut membentuk sebuah lembaga Diwan al-jihadiyya. Setelah tugas pengawasan sekolah dipisahkan dari Departemen Pertahanan, maka efek dari kebijakan tersebut yaitu sekolah-sekolah tersebut berada di bawah tanggung jawab Diwan aljihadiyya, selanjutnya agar memudahkan koordinasi yang efektif dan efisien antar sekolah-sekolah tersebut maka dibentuklah sebuah komisi yang bernama Council Supervisior de Instruction Publique atau Majlis Syura al-Makatib pada tahun 1830. Lembaga ini bertugas untuk merencanakan perluasan pendidikan dikalangan masyarakat Mesir, dan juga bertugas menambah pembangunan sekolah-sekolah dasar dan dua buah sekolah menengah umum, yang bertempat di Kairo dan Alexandria dan beberapa sekolah khusus. Lembaga ini mempunyai Inspektur Jendral Sekolah, sejak tahun 1834 ditunjuklah Kolonel Save sebagai Inspektur. Setelah itu Departemen Diwan al-jihadiyya berubah nama menjadi Departemen Diwan al-Madariatau disebut Ministere de l‟instruction Publique, yang setelah itu berubah lagi menjadi Kementrian Pendidikan, kementrian ini selain bertugas mengawasi dan melakukan pembangunan sekolah-sekolah baru juga kementrian ini bertugas menata kembali 14
Abd Mukti, loc, cit.
55
penerbitan majalah al-waqa‟i al-Mishriyya. Diwan al-Madaris ini tugasnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian bahasa arab, bagian bahasa Turki, dan bagian Teknik. Diwan dari informasi diatas, Muhammad Ali Pasya mengadakan pembaharuan yang besar dalam lembaga dan manajemen pendidikan saat itu.
b. Kurikulum Dalam hal kurikulum Ali Pasya menghendaki adanya pembaharuan dalam bidang kurikulum pendidikan di Mesir saat itu ialah, Ali Pasya ingin menyesuaikan kurikulum tersebut dengan keadaan dan tuntutan zaman serta relevan dan selaras dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai sehingga nantinya tidak jauh tertinggal dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa. Kurikulum tersebut masih asing di lingkungan sekolah-sekolah Mesir dan masyarakatnya, akan tetapi Ali Pasya berhasil mengadopsi ilmu-ilmu modern dari Barat tersebut, salah satu yang melatar belakangi keberhasilan tersebut adalah dikarenakan dirinya sebagai raja. Adapun ilmu-ilmu modern yang dimasukkan Muhammad Ali Pasya di dalam Kurikulum Pendidikan yaitu:15
No 1
2
Bidang Disiplin Ilmu Ilmu Pengetahuan Bahasa
Ilmu Pengetahuan Sosial
15
Abd Mukti, op, cit., h. 88-89.
Mata Pelajaran 1.
Bahasa Itali
2.
Bahasa Perancis
3.
Bahasa Turki
4.
Bahasa Persia
1.
Sejarah
2.
Geografi
3.
Ekonomi
56
3
4
5
Ilmu Pengetahuan Alam
Matematika
Pengetahuan Keterampilan
4.
Antropologi
5.
Administrasi Negara
6.
Pendidikan Kemasyarakatan
7.
Filsafat
8.
Militer
9.
Hukum
1.
Fisika
2.
Farmasi
3.
Ilmu Alam
4.
Ilmu Kedokteran
5.
Ilmu Teknik
6.
Arsitek
7.
Kimia
1.
Arithmatic
2.
Matematika
1.
Keterampilan
2.
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Dengan dibukanya sekolah dasar sejak tahun 1833, dan usaha ini lebih ditingkatkan lagi pada tahun-tahun berikutnya bukan hanya di ibu kota saja tetapi juga di propinsi-propinsi, sehingga pada tahun 1836 jumlahnya sudah mencapai 50 buah, maka sekolah-sekolah modern yang didirikan oleh Muhammad Ali Pasya sampai saat itu sudah mempunyai jenjang-jenjang pendidikan yang terdiri atas tingkat rendah, menengah dan tingkat tinggi. Ketiga tingkat tersebut, masing-masing mempunyai kurikulumnya yaitu sebagai berikut:16 1. Tingkat rendah, tujuannya untuk mempersiapkan calon-calon siswa sekolah menengah. Kurikulumnya terdiri dari mata 16
Abdul Mukti, op, cit., h. 70.
57
pelajaran pokok ialah membaca dan menulis, juga diajarkan geografi dan ilmu berhitung. Pelajaran agama juga dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran. Selain itu bahasa Arab diajarkan juga dan sekaligus berfungsi sebagai bahasa pengantar. 2. Kurikulum tingkat menengah, mata pelajaran pokok terdiri dari ilmu berhitung, matematika dan bahasa Itali. Bahasa Arab dan bahasa Turki dijadikan mata pelajaran dan sejak tahun 1820 mulai diajarkan bahasa Perancis. Hukum Islam juga diajarkan pada tingkat ini. Ilmu lainnya dijadikan sebagi mata pelajaran pokok pada setiap sekolah menengah sesuai dengan jurusannya masing-masing. 3. Tingkat tinggi, kurikulumnya terdiri dari mata pelajaran matematika dan ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan jurusannya masing-masing. Bahasa Arab, Turki, Prancis dan Itali juga diajarkan demikian juga pengetahuan Agama dijadikan salah satu mata pelajaran. Perlu kita pertegas bahwa didalam Islam tidak ada dikotomi ilmu antara ilmu agama dan ilmu umum, karena keduanya adalah satu kesatuan ilmu yang saling mendukung dan pada masa Khalifah Umar bin Khatab adalah orang yang pertama-tama memperluas isi Kurikulum Pendidikan Islam dengan menambahkan keterampilan berenang, menunggang kuda dan memanah. Untuk mengajar disekolah yang didirikan Muhammad Ali Pasya mendatangkan tenaga pengajar dari Eropa, akan tetapi tenaga pengajar dari Eropa hanyalah sementara, karena untuk mengaji mereka memerlukan biaya yang cukup mahal dan saat mengajar mereka juga memerlukan penerjemah-penerjemah yang akan menterjemahkan materi yang mereka ajarkan ke dalam bahasa Arab. Maka untuk mengatasi kesulitan itu, Ali Pasya berusaha untuk mengirim pelajar-pelajar Mesir untuk belajar ke Eropa, tujuan utamanya
58
adalah Italia, Perancis, Inggris Austria. Pengiriman pelajar-pelajar Mesir ke Eropa dilaksanakan tiga gelombang. Gelombang pertama, antara tahun 1809-1819, sebanyak 28 orang dikirim ke Italia yang tersebar di kota Leghore, Miglan, Florence, dan Rome untuk mempelajari ilmu teknik, militer, industri kapal dan ilmu percetakan. Gelombang kedua, antara tahun 1826-1844, sebanyak 319 orang dikirim ke Paris, Perancis, dan juga dikirim beserta mereka seorang tokoh intelektual sekaligus ia seseorang pengarang yang terkenal yaitu alTahthawi yang bertugas untuk menjadi imam mahasiswa Mesir yang belajar di sana. Gelombang ketiga, antara tahun 1844-1863, dikirim sebanyak 89 orang yang dikirim lagi ke Perancis. Dalam tahap ketiga ini turut juga beberapa orang dari keluarga Muhammad ali Pasya.
c. Materi Pelajaran Materi pelajaran merupakan bahan yang akan diajarkan oleh guru kepada murid-muridnya dan materi pelajaran itu bersumber dari bukubuku
pelajaran
yang
meliputi
bermacam-macam
mata
pelajaran
sebagaimana telah diuraikan dalam sebelumnya. Akan tetapi buku pelajaran merupakan salah satu soal penting yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah yang dibangun oleh Muhammad Ali Pasya ketika itu.17 Kalau buku-buku pelajaran agama tidakmengalami kesulitan yang berarti karena dapat diperoleh dengan mudah di Mesir sendiri, tidak demikian halnya dengan buku-buku pelajaran umum yang tidak dijumpai di Mesir pada waktu itu, karena dalam sistem pendidikan tradisional, kelihatannya, belum begitu membutuhkan kepada buku-buku pelajaran yang berisikan ilmu-ilmu modern. 17
Abdul Mukti, op, cit,. h. 71.
59
Maka salah satu usaha untuk mengatasi persoalan buku ialah dengan cara menterjemahkan buku-buku yang dipakai oleh sekolahsekolah Eropa, terutama sekolah Italia dan Prancis kedalam bahasa Arab. Usaha ini dilaksanakan oleh penterjemah-penterjemah yang pandai berbahasa asing yang berkerja di Dewan Muhammad Ali Pasya, pegawaipegawai departemen dan mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar di Eropa. Hasil
penerjemahan
ini
masih
kurang
sempurna,
karena
dilaksanakan oleh penerjemah-penerjemah yang bukan ahlinya dalam ilmu-ilmu yang terkandung di dalam buku yang diterjemahkan itu, selain itu pelaksanaannya juga berjalan lambat karena kegiatan penerjemah itu merupakan pekerjaan sambilan bagi penerjemah sendiri, sudah barang tentu bahwa cara yang demikian itu membawa hasil yang kurang memuaskan pula. Penerjemah buku-buku mulai berjalan lancar setelah didirikannya sekolah penerjemah di tahun 1836, karena di sekolah ini terdapat ahli-ahli yang tahu akan vaknya masing-masing, sehingga usaha penerjemahan kali ini mulai membawa hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat.
B.
Pembahasan Dalam catatan sejarah eksistensi pendidikan Islam telah ada sejak Islam pertama kali diturunkan. Ketika Rasulullah saw mendapat perintah Allah swt untuk menyebarluaskan ajaran Islam, maka apa yang dilakukannya, jelas masuk dalam kategori pendidikan. Bagi umat Islam, Rasulullah
saw
adalah
guru
agung.
Kepribadiannya
merupakan
perwujudan ideal Islam tentang seseorang guru dan pendidik. 18 Islam memandang peserta didik sebagai makhluk Allah dengan segala potensinya yang sempurna sebagai khalifah fil ardh, dan terbaik di antara makhluk lainnya. Kelebihan manusia tersebut bukan hanya sekedar 18
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), Cet. I, h. 5.
60
berbeda susunan fisik, tetapi lebih jauh dari itu, manusia memiliki kelebihan pada aspek psikisnya. Kedua aspek manusia tersebut memiliki potensinya masing-masing yang sangat mendukung bagi proses aktualisasi diri pada posisinya sebagai makhluk yang mulia. Dengan potensi fisik dan psikis atau dengan kata lain potensi material dan spiritual tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt yang terbaik. Oleh karena itu, peserta didik dalam kapasitasnya sebagai manusia yang merupakan makhluk individual dan sosial, ia harus terus berkembang dan memiliki pengalaman-pengalaman transendental yang menjadikannya harus terus menyempurnakan diri sejalan dengan totalitas potensi yang dimiliki dengan tetap bersandar pada nilai-nilai agama.19 Kata yang lebih dikenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi lahir dari dunia Barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah pahampaham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Namun bukan berarti pembaharuan disini mengubah isi al-Qur‟an dan Hadis. Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Kemudian pada abad ke-18 terjadi persaingan keras antara Prancis dan Inggris untuk berebut pengaruh di dunia Timur oleh karena itu Napoleon Bonaparte (1769-1821) dari Prancis melihat kedudukan Mesir, secara geografis, sangat strategis sebagai batu loncatan untuk menguasai India, meskipun nantinya usahanya gagal di Palestina. Kedatangan Napoleon ke Mesir tidak hanya membawa pasukan militer, akan tetapi mereka membawa sejumlah ilmuan dari berbagai bidang. Dari berbagai kenyataan ini menunjukkan bahwa bangsa Eropa lebih unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dari kaum Muslimin baik 19
Ibid., h. 1-2.
61
yang tinggal di Mesir, Turki dan daerah lain. Kontak dengan Eropa itu menimbulkan kesadaran bagi masyarakat muslim terutama tokoh-tokohnya tentang kemajuan Eropa dan ketinggalan mereka. Peristiwa ini menimbulkan kesadaran umat Islam untuk mengubah diri. Kesadaran mengubah diri itulah menimbulkan fase pembaruan dalam periodesasi sejarah Islam. Fase pembaharuan itu muncul sebagai sahutan terhadap tuntutan kemajuan zaman dan sekaligus juga sebagai respon umat Islam atas ketertinggalan mereka ketika itu dalam bidang ilmu pengetahuan. Kemudian muncullah di dunia Islam tokoh-tokoh yang berteriak agar umat Islam mengubah diri guna menuju kemajuan, meninggalkan pola-pola lama menuju pola baru yang berorientasi kepada kemajuan zaman.20 Kelahiran Mesir Modern tidak bisa dilepaskan dari Muhammad Ali Pasya. Ia dikenal sebagai pembawa obor pencerahan karena melakukan modernisasi hampir di berbagai sektor kehidupan dengan cara melakukan hubungan diplomatic dengan Prancis, terutama dalam bidang kebudayaan. Modernisasi dilakukan dengan membangun sekolah dan perguruan tinggi yang salah satu misinya adalah pengembangan sumber daya manusia. Untuk bersaing dengan negara-negara lainnya, Kairo harus dipersiapkan sedemikian rupa untuk menggalakkan pendidikan modern yang mungkin generasi muda mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengisi pembangunan. Kairo dijadikan lanscap dari proyek modernisasi tersebut.21 Usaha pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M), seorang perwira Turki yang dapat merebut kekuasaan didaerah ini setelah tentara Prancis kembali ke Eropa di tahun 1801 M. Para pembesar dan penasehatnya terdiri antara lain atas orang-orang yang mengalami ekspedisi Napoleon dan menyaksikan kemajuan Barat yang baru itu. Di
20
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2009), Ed. I, Cet. II, h. 40. 21 Yuli Emma, op. cit., h. 27-28
62
samping itu di antara ahli-ahli yang dibawa Napoleon ada beberapa yang tidak mau kembali ke Prancis dan tetap tinggal di Mesir. Muhammad Ali Pasya seperti Raja-raja Islam lainnya yang ada di zaman itu berkeyakinan bahwa ketinggalan dan kemajuan Eropa didasarkan atas kekuatan militernya. Tetapi disamping itu ia kelihatannya sadar bahwa di belakang kekuatan militer mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai biaya pembaharuan dalam lapangan militer. Maka berlainan dengan Raja-raja Islam lain ia juga mementingkan soal perekonomian Mesir.22 Maka dari itu salah satu yang menjadi sentral pembaharuannya adalah bidang militer dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan bidang militer, termasuk pendidikan. Kemajuan dibidang ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Atas dasar inilanh sehingga perhatian di bidang pendidikan mendapat prioritas utama. Untuk itu Muhammad Ali Pasya mengirim mahasiswa-mahasiswanya ke Eropa untuk mempelajari ilmu militer dan menterjemahkan buku-buku militer. Dan kemudian untuk pertama kalinya di Mesir ia buka sekolah Militer di tahun 1815, kemudian disusul sekolah Teknik di tahun 1816, dan sekolah Kedokteran di tahun 1827. Salah satu pemikir pembaharuan yang dihasilkan pada zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasya adalah Rifa‟ah Badawi Rafi‟ alTahtawi (1801-1873 M). Al-Tahtawi, dalam kedudukannya sebagai seorang ulama dari al-Azhar dikirim oleh Muhammad Ali Pasya ke Paris di tahun 1826 M untuk menjadi imam bagi pelajar-pelajar Mesir yang ada di sana. Selama bertugas di Paris ia juga belajar sehingga ia mahir dalam berbahasa Perancis. Sekembalinya di Cairo ia diangkat menjadi guru dan penterjemah di sekolah Kedokteran. Di tahun 1836 M Sekolah Penterjemah didirikan dan ia diangkat menjadi kepalanya.23
22
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid-II (Jakarta: UI-Press, 1986), Cet. VI, h. 97-98. 23 Harun Nasution, loc. cit.
63
Muhammad Ali Pasya (1765-1849) perlu diberi sedikit catatan. Mekipun sebenarnya lebih tepat disebut sebagai tokoh sejarah politik, akan tetapi beberapa kebijakan yang diambilnya untuk tujuan politik pribadinya ternyata berkaitan dengan timbulnya pembaharuan pemikiran di Timur Tengah khususnya di Mesir. Kepiawaiannya memanfaatkan situasi membuat Muhammad Ali naik ke tampuk kekuasaan. Pada tahun 1805 ia berhasil memantapkan kedudukannya sebagai penguasa, diakui oleh sultan di Istanbul dan diterima oleh rakyat Mesir.24 Walaupun sepintas pembaharuan yang dilakukan Muhammad Ali Pasya hanya berupa keduniawian saja, bahkan dalam bidang pendidikan Ali Pasya memperbaharui sistem pendidikan yang bersifat modern. Namun dengan terangkatnya kehidupan dunia umat Islam, sekaligus terangkat pula derajat keagamaannya. Keberhasilannya di bidang militer telah merubah Mesir menjadi negara modern, serta bermunculanlah para tokoh intelektual di Mesir yang kelak melanjutkan gagasan-gagasan Muhammad Ali Pasya khususnya dalam bidang pendidikan. Berkat usaha-uasaha Muhammad Ali Pasya menjadikan Mesir negara modern sehingga ia diberi gelar The Founder of Modern Egypt (Bapak Pembangunan Mesir Modern). Di dalam Jurnalnya F. Robert Hunter yang berjudul Egypt's High Officials in Transition from a Turkish to a Modern Administrative Elite, 1849-1879, yang membahas tentang pembaharuan Muhammad Ali Pasya untuk menjadikan Mesir Modern. MuhammadAli membangun struktur komando terpusat di provinsi-provinsi. Sampai pertengahan1820-an-, pemerintah provinsi Mesir telah terkandung gubernur yang hampir otonom dan pejabat yang memiliki tanggung jawab yang buruk. Pengaturan semacam itu menyulitkan Swadaya untuk mengarahkan operasi pertanian dan industri, merekrut tenaga kerja, mengelola pekerjaan umum, dan mengumpulkan pajak secara efisien. Pada tahun1825, Muhammad Ali mulai untuk membentuk hierarki administrasi baru dengan garis komando 24
Hasan, Asari, Modernisasi Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2002), h.56
64
yang berlari dari Kairo kevillages. Mesir dibagi menjadi 24 unit administrasi, yang kemudian disusun kedalam kecamatan (al-khutts), kabupaten (al-qisms), kabupaten yang lebih besar (al-mamuriyahs), dan provinsi (al-mudiriyahs). Gubernur (mudirs) dan wakil-gubernur (wakils) ditunjuk dari Kairo mengambil alih unit-unit baru. Kota-kota Mesir diberikan secara independen di bawah gubernur mereka sendiri, yang ditunjuk oleh penguasa. Untuk mengawasi administrasi baru, Muhammad Ali menciptakan Kantor Inspektorat (Diwan alTaftish). Pengaturan ini, yang hampir tidak begitu efisien karena penguasa berharap, tetap dasar pemerintah provinsi langsung keabad kedua puluh. Muhammad Ali juga mendirikan badan konsili dengan fungsi legislatif dan yudikatif. Pada pertengahan abad, dua yang utama adalah Dewan Penasihat (al-Majlis al-Khususi), dibuat pada tahun 1847, dan Dewan Kehakiman (Majlis al-Ahkam), didirikan padatahun 1849. Sebuah badan konsili ketiga, Ruang Konsultasi Delegasi (Majlis SyuraalNuwwab), yang dibentuk pada tahun 1866, memiliki fungsi legislatif, tetapi tidak bertemu secara teratur. Fungsi utama dari Dewan Penasihat adalah untuk mengeluarkan undang-undang, tapi karena bisa mencoba pejabat didakwa dengan kejahatan, maka itu juga memiliki karakter peradilan kuasi. Cara kerja seperti ini termasuk kehawatiran beragam seperti penciptaan pajak baru, perumusan undang-undang pensiun, dan penerbitan undang-undang pra-memotong tugas penjaga desa. Dewan kehakiman juga mengeluarkan undang-undang, terutama pengadilan banding. Itu adalah pengadilan tertinggi di negeri itu.25 Relevansi pemikiran Muhammad Ali Pasya di era Modern yaitu berdirinya Universitas terbesar, Al-Azhar di Mesir. Di dalam skripsi Yuli Emma yang mengkaji tentang pengaruh pembaharuan di Mesir terhadap modernisasi pendidikan di al-Azhar menjelaskan bahwa Muhammad Ali
25
Jurnal F. Robert Hunter, Egypt's High Officials in Transition from a Turkish to a Modern Administrative Elite, JSTOR, Taylor&Francis Group, h. 280.
65
Pasya penguasa Mesir yang energetic berupaya mengubah negara yang terbelakang yang berpenduduk kira-kira dua juta jiwa, yang ekonominya sekedar pertahanan hidup, menjadi negara yang cukup kuat untuk menghadapi
serangan
selanjutnya
dari
Eropa
dan
cukup
kuat
mempertahankan kemerdekaan de facto-nya dari kesultanan Utsmaniyah. Dalam memperkuat negara dan khususnya militernya, Ali Pasya meluncurkan upaya industrialisasi mesir yang pertama yang meminjam model dan teknisi Barat. Ia sadar bahwa usaha untuk mengadakan pembaharuan tradisi pendidikan di Mesir sebagaimana yang terjadi di lembaga pendidikan Kuttab dan al-Azhar tidaklah mudah. Karena kuatnya tradisi dalam mempertahankan keberadaan lembaga pendidikan tersebut, langkah yang dilakukannya adalah mengadakan pembaharuan pendidikan dengan sistem sekolah modern. Hasilnya mengalami kemajuan, mesir mulai mengenal dualisme dalam sistem pendidikan , yaitu pendidikan di Masjid dan Kuttab yang secara tradisional sebagai pendidikan agama dan pendidikan umum yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Muhammad Ali Pasya membawa pengaruh yang besar dalam menjadikan Mesir sebagai negara modern dan memajukan pendidikan di Universitas
al-Azhar.
Gerakan
pembaharuan
tersebut
telah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam. 26 Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi turut memainkan peranannya. Ali Pasya yang mengikutsertakan alTahtawi dalam rombongan pelajar-pelajar Mesir ke Perancis merupakan titik penting yang dilalui Tahtawi dalam fase hidupnya. Pada fase ini Tahtawi mulai bersentuhan dengan dunia baru yang tidak pernah ia rasakan ketika di Mesir. Al-Tahtawi juga merupakan sosok yang penting bagi modernisasi al-Azhar karena ia telah membuka jalan bagi orangorang al-Azhar untuk belajar di Barat. Walaupun demikian ia tidak kehilangan identitasnya sebagai seorang ulama yang menjaga tradisi. Ia 26
Yuli Emma, op. cit., h. 32-33.
66
gunakan pengalaman di Barat sebagai kesempatan untuk memperkaya wawasan dan pengalaman, sehingga semua itu bermanfaat karena ia telah memulai trobosan baru dalam modernisasi pendidikan, spirit kebangsaan, dan keterbukaan dalam melihat Barat. Sejak masa tahtawi, al-Azhar relatif mampu mengatasi problem psikologis antara Islam dan Barat.27
Gaung pembaruan Islam yang menggema di berbagai dunia IslamMesir, Turki, India akhirnya pada awal abad ke-20 sampai juga ke Indonesia, dibawa oleh pelajar yang pulang kembali ke Indonesia membawa pemikiran-pemikiran baru, salah satu diantaranya adalah dalam bidang pendidikan.28 Menurut Steenbrik menyebutkan ada beberapa faktor pendorong bagi pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad ke20, yaitu: 1. Sejak tahun 1900, telah banyak pemikiran untuk kembali ke al-Qur‟an dan Sunnah yang dijadikan titik tolak untuk menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Tema sentralnya adalah menolak taklid. Dengan kembali ke al-Qur‟an dan Sunnah mengkiblatkan perubahan dalam bermacam-macam kebiasaan agama. 2. Sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda. 3. Adanya usaha-usaha dari umat Islam untuk memperkuat organisasinya di bidang sosial-ekonomi. 4. Dorongan yang terakhir yaitu berasal dari pembaruan pendidikan Islam. Dalam bidang ini cukup banyak orang dan organisasi Islam, tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari al-Qur‟an dan studi agama.
Masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia, sangat besar pengaruhnya bagi terealisasinya pembaharuan pendidikan. Muhammad Ali Pasya sebagai seorang penguasa di Mesir melakukan 27
Ibid., h. 31-32. Haidar Putra, op. cit., h. 49.
28
67
pembaharuan dan menjadikan Mesir Modern dengan cara mendirikan berbagai lembaga pendidikan non keagamaan. Maka begitu pula dengan di Indonesia, pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia ini dimulai dengan munculnya Sekolah Adabiyah. Menurut Mahmud Yunus sekolah Adabiyah ini adalah sekolah (agama) yang pertama memakai sistem klasikal, berbeda dengan pendidikan di surau-surau yang tidak berkelas-kelas, tidak memakai bangku, meja, papan tulis, hanya duduk bersila saja. Dan juga madrasah (sekolah agama) yang pertama di Minangkabau, bahkan di seluruh Indonesia. Pendidikan tradisional harus dirubah, dengan memasukkan mata pelajaran-mata pelajaran tentang ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum madrasah. Juga dengan mendirikan sekolah-sekolah modern di samping madrasah-madrasah yang telah ada, agar dengan demikian terciptalah ahli-ahli Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka inilah yang akan membawa umat kepada kemajuan dalam hidup duniawi. Umat Islam sekarang telah jauh lebih maju dari umat Islam seratus lima puluh tahun yang lalu. Perubahan-perubahan telah banyak terjadi di kalangan umat Islam dan dalam mengadakan perubahan-perubahan, masyarakat Islam yang berlainan itu pada umumnya tidak melanggar ajaran-ajaran dasar agama. Yang banyak ditinggalkan ialah tradisi lama yang bertentangan dengan perkembangan zaman. Dan proses pembaharuan yang terjadi di kalangan umat Islam akan berjalan terus sepanjang zaman. Islam tidak menghalangi pembaharuan yang tidak melanggar ketentuanketentuan yang dibawa wahyu.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan data dan analisis di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut: 1. Muhammad Ali Pasya adalah seorang tokoh pelopor pembaharuan pendidikan Islam di Mesir. Yang melatarbelakangi pemikiran Ali Pasya adalah ketika ekspedisi Napoleon di Mesir. Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara, akan tetapi mereka juga membawa orang-orang yang ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan dan membawa alat-alat modern seperti alat percetakan. Maka dari itu, dengan adanya kontak yang terjadi antara rakyat Mesir dengan peradaban Barat Modern selama pendudukan Napoleon dari Perancis menyadarkan umat Islam di Mesir atas kemundurannya dan ketertinggalannya dalam segala bidang. 2. Usaha pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M), seorang perwira Turki yang dapat merebut kekuasaan di daerah ini setelah tentara Perancis kembali ke Eropa di tahun 1801. Muhammad Ali Pasya mengetahui bahwa kekuasaanya hanya dapat dipertahankan dengan kekuasaan militer. Dibelakang militer itu harus ada kekuatan ekonomi. Untuk memperkuat perekonomian ia memperbaiki irigasi lama, membuat irigasi baru, penanaman kapas, mendatangkan ahli dari eropa dan membuka sekolah pertanian pada tahun 1863. Kemudian tanah kaum Mamluk di rampas pemerintah, begitu pula dengan tanah orang-orang kaya di Mesir karena Ali Pasya menganggap bila tanah rakyat sudah di kuasai maka akan terjadi pengelolaan tunggal pertanian yang merupakan tulang punggung pertanian Mesir saat itu.
68
69
3. Kemajuan dibidang militer tidak mungkin dicapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan modern. Atas dasar inilanh sehingga perhatian di bidang pendidikan mendapat prioritas utama. Maka dari itu Ali Pasya mendirikan Kementrian Pendidikan pada tahun 1815 dan beberapa sekolah modern seperti Sekolah Militer tahun 1815, Sekolah Teknik tahun 1816, Sekolah Kedokteran tahun 1827, Sekolah Apoteker 1829, Sekolah Pertambangan tahun 1834, Sekolah Pertanian dan Sekolah Penerjemah tahun 1836. 4. Dengan usaha-usaha pembaharuannya Muhammad Ali Pasya berhasil membawa Mesir menuju sebuah negara modern. Berkat jasa-jasa inilah, Ali Pasya pun diberi gelar The Founder of Modern Egypt (Bapak Pembaharuan Mesir Modern). Pembaharuan yang dilakukan Muhammad
Ali
Pasya
merupakan
landasan
pemikiran
dan
pembaharuan selanjutnya.
B.
Saran Dengan dilakukannya penulisan ini, penulis memiliki harapan agar:
1. Masyarakat Indonesia dapat lebih jauh mengenal sosok Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Muhammad Ali Pasya di Mesir,Tidak hanya dikenal untuk orang Mesir saja, tapi untuk semua masyarakat Indonesia pada umumnya. 2. Untuk civitas akademika, penulis berharap agar dapat melanjutkan dan mengembangkan pembaharuan dan pemikiran Muhammad Ali Pasya, untuk berperan yang signifikan terhadap perkembangan pendidikan Islam. 3. Bagi mahasiswa, agar dapat mengetahui pembaharuan dan pemikiran Muhammad Ali Pasya dalam memajukan pendidikan Islam serta meneladani kegigihan dan semangat tanpa lelah dalam memperjuangkan perkembangan pendidikan Islam di era modern ini untuk mengenyam pendidikan. Yang pada akhirnya, diharapakan agar mahasiswa menjadi generasi penerus untuk memajukan pendidikan Islam di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: RajawaliPers, 2008. Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, Bandung: Mizan, 1996 Arief, Armai, PembaharuanPendidikanIsam di Minangkabau,Jakarta: PT Suara ADI, 2009. __________, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, Cet.I, 2002. __________, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Angkasa, Cet. I, 2005, Arifin, M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987. Dengan mengutip keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia di CipayungBogor, l 7-11 Mei 1960. Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. X, 2009. Asari, Hasan, Modernisasi Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2002. Asmuni, M. Yusran, Dirasah Islamiah III: Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995. __________, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Attas, Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan, 1992. Azra, Azyumardi, PendidikanIslam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Ogos Wacana Ilmu, 2002. Basri, Agus, Pendidikan Islam sebagai Penggerak Pembaharuan, Bandung: PT Al-Maarif, 1984. Daradjat, Zakiah dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 1996. __________, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Ed. I, Jakarta: Kencana, Cet. II, 2009. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009. Echols, John M, dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1990. Effendi, Abdurrahman R. dan Gina Puspita, Abuya Syekh Imam Ashari Muhammad at-Tamimi Diakah Mujaddid di Kurun ini?, Jakarta: PT Giliraan Timur, 2003. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Anlisis Data, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. II, 2011. Fadzar, Malik, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI, Cet. I, 1998. Guddah, Abdul Fattah Abu, Qimahaz-Zaman ‘inda al-‘Ulama, h. 30. Lihat http://www.my.opera.com/hakikatcintahamba/blog/2012/07/31/tuntutlahilmu-dari-sejak-lahir-buaian-sampai-liang-lahatbetapa-pentingnyabel.com. (padatanggal 22 Januari 2013). HAMKA, Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001. __________, Tafsir al-Azhar, jilid 6, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998. dalam Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008. Handayani, Yuli Emma, Skripsi: Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar, Ciputat: 2011. Hidayah, Ara, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka Educa, 2010. Jurnal F. Robert Hunter, Egypt's High Officials in Transition from a Turkish to a Modern Administrative Elite, JSTOR, Taylor&Francis Group. Kallaf, Abdul Wahab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994. Lihat Noviarti, Hajjah Rahmah el-Yunusiyyah Pelopor Wanita dalam Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, Jakarta: 1999. Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. II, 1988. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya.Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1999.
Moeslim, Abdurrahman, Islam Transformatif,Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997. Muhammad, Abu Abdullah,Sahih al-Bukhari, Kairo: Maktabah al-Iman, 2003. Mukti, Abd, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008. __________, Tesis: Pembaharuan Muhammad Ali Pasya dalam Lembaga Pendidikan di Mesir, Jakarta: 1993. Narimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1989. Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid-II, Jakarta: UIPress, Cet. VI, 1986. __________, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang 1975. Nata, Abuddin, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: Logos WacanaIlmu, Cet. I, 1997. __________, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Graha Media Pratama, 2005. __________, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. __________, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001. Nur, Wahyudin, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, Medan: IAIN SU, 2000. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995. Purwardaminto, WJS, Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Cet. 12, 1991. Rahardjo, M. Dawam, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan Nurcholish Majid, Bandung: MIZAN, 1981.
Rais, M. Amien, Prospek Pebangunan Islam, dalam Akmal Nasery B, ed., Percakapan Cendikiawan tentang Pembaharuan Pemikiran Islam, Bandung: Mizan, Cet. IV, 1996. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IV, 1994. Sa’id, Bustami Muhammad, Mafhum Tajdid al-Din, Kuwait: PT Dar al-Da’wat, 1984 Sabri, Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I, 1999. __________, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005. Sani, Abdul, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998. Shiddiqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XI, 1993. Shihab, M. Quraish,Logika Agama; Kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal dalam Islam, Jakarta: Lentera Hati, Cet. IV, 2005. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: PT Alfabeta, 2008. Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abu Dawud, Beirut: PT Dar ibn Hazm, 1998 Susanto, A, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, Cet. I, 2009. Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Syalabi, Ahmad, Mausu’at al-Tarikh wa al-Hadarat al-Islamiyat, Jilid V, tp.:Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat, 1973. Tafsir,
Ahmad, IlmuPendidikandalamPersepektif RemajaRosdakarya, Cet. VII, 2007.
Islam,Bandung:
PT
Tamara, M. Natsir, dan Elza Peldi Taher, Agama dan Dialog Antar Peradaban,Jakarta: Paramadina, 1996. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 2002.
Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam,vol. 2, Jakarta: PT PustakaPustazet Perkasa, 1988. Wibisono, A Fattah,Pemikira Para Lokmotif Pembaharuan di Dunia Islam, Jakarta: Rabbani Press, 2009. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004. __________, Sejarah Budaya Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 Yunus,
Mahmud, MetodikKhususPendidikanAgama, HidakaryaAgung, Cet. 17, 1992.
Jakarta:
PT
Yusrianto, Edi, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam, Pekanbaru: Intania Grafika, 2008 Zuhairini,dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983. __________, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986.
UJI REFERENSI
Nama
:
Nim
:1110011000131
Nisa Assajdah
JurusanL/Prodi : Pendidikaa Agama Islam
Judul Skripsi : PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi aras Muhammad Ali pasya)
No
Paraf
Referensi
A. Fattah Wibisono, Pemikira Para Lolcmotif Pembaharuan di Dunia Islam, 2
Jakarta: Rabbani Press, 2009. A. Sunanto, Perz ikiran Pendidikan Islam, (Iakarta:
J
Abdul Fattah Abu
AMZAH, Cet. I, 2009. Guddah, Qimahaz-Zaman 'inda al-'Ulama, h.
^l1l4,.\
30.
-{^-.
Liha
ihnu-dari-seiak-lahir-buaian-sampai-liane-lahatbetapa-p
.
(padatanggal 22 Januari 2013).
4 5
6
Abdul Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidiktrn di Mesir, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008. Abdul Mukti, Tesis: Pembaharuan Muhammad Ali Pasya dalam Lembaga Pendidikan di Mesir, Jakarta: i993.
Abdul Sani, Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern
dalam
Lvlcun,lakarta'. PT Raja Grafindo Persada, 1998. 7
Abdul Wahab Kallaf, Kaidah-Kaidah Hukunt Islam, Jakarla: PT. Raja Grafindo Persada, 1994. Lihat Noviarti, Hajjah Raltmah el-Yunusiyyah Pelopor l(anita dalant Pendidikan Agama Islam di Minangkabau, lakafta:
-{L
+
1999.
Hasan Langgulung, Asas-osas Pendidikan Islam, Jakafta: Pustaka Al-Husna, Cet. II, 1988.
-0a
9
Abdurralrman M o eslim, I s I am Tr ans fo r mat if, l akarta: Pustaka Firdaus, 1 997.
i0
--4^
Abdurrahman R Effendi dan Gina Pwpita, Abuya Syekh Imant Ashari Muhammad at-Tamimi Diaknh Mujaddid di Kurun ini?, Jakarta: PT Giliraan Timur,2003. Abu Abdullah Muhammad, Sahih ql-Bukharr, Kairo: Maktabah al-lman,
8
11
2003. 12 13
--+\
-t^
Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Dawi;d, Beirut: PT Dar ibn Hazm, 1998. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Iakarta: Graha Media Pratama, 200s.
l4
Abuddin Nata, FilsafatPendidikan Islam, lakarta: Logos Wacanallmu, Cet. I, 1997.
,tA
15
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspehif Al-Qur'an, Jakarta'. UIN Jakarta Press, 2005. Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islom, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
-'\W
l6
2004. 11
Agus Basri, Pendidikan Islam sebagai penggerak pembahaiian, Bandung:
18
Al-Maarif, 1984. Ahmad D. Narimba, Pengantar Fitsafat Pendidikan Ma'arif, 1989. PT
hlai,
Vondrng; AL
19
Ahmad Syalabi, Mausu'at al-Tarikh wa al-Hadarat at-Islamiyat, Jilidy , tp. :Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat, 1 973.
20
Ahmad Tafsir, IlmuPendidikandalamPersepehif Islam,Batdwg: pT Remaja Rosdakarya, CeL. VII, 2007. Alisuf Sabri, 1iz u Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I. 1999. Alisuf Sabri, Pengantar llmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I,
21
22
I
2005.
23 24
Ara Hidayah, P engelolaan P endidikan, Bandtng: Pustaka Educa, 201 0.
Armai Arief, Pembaharuan Pendidikanlsam di Minangkabaa Jakarta: Suara ADI, 2009.
pf
25
Armai Arief Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Angkasa, Cet.1,2005,
26
Armai Arief,Pe ngantar llmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
27
)o 29 30 JI
lakarta.. Ciputat Press, C et.I, 2002. Azyumardi Azra, Pendidikanlslam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Iakarl"a'. Ogos Wacana I1mu,2002.
t Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.' Bustami Muhammad Sa'id, MaJhum Tajdid al-Din, Kuwait: PT Dar alDa'wat, 1984. Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya, Buldul;lg: PT. Sygma Exarnedia Arkanleema, 2009.
32
Edi Yusrianto, Lintasan Sejarah Pendidikan Islam, Pekanbaru: Intania Grafika,2008
JJ
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Anlisis Data, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. Il, 201 1.
)t+
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Ed. I, Jakarta: Kencana, Cet. II, 2009.
35 36
HAMKA, Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Paniimas, 2001. HAMKA, Tafsir al-Azhar, jilid 6, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998. dalam Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelehual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspelmya, Jllid,-II, Jakarta: UIPress, Cet.
3B
39 40
t"
Badri Yatim, Sejarah Budaya Islam, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2008
VI,
)
I
1986.
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang 1975. Hasan Asari, Modernisasi IslaLn, Bandung: Citapustaka Media,2002.
John M Echols, dan Hasan Shadlly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT.
a1t,-
41
\rlzutrEutft, Iyyu. Jurnal F. Robert Hlnter,
E
Mofurn Administrative Elite, JSTOR. Tavlor&Francis C,toun rvl. rrrnren Kars, rrospek ?ebangunan Islam, dalam Akmal Nasery B, ed., Percakapan Cendikiawan tentang pembaharuan pemikiran to a
^"1
Islam, Ban&ng:
Mizan, Cet. IV, 1996. 43
Arrrn, rtrca1at rendtdtkdn lslam, Jakarta: pT. Bina Aksara, 19g7. Dengan mengutip keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung_ Bogor, I 7-1 1 Mei 1960.
44
M. Arifin, IImu Pendidikan Islam Pendekatan Interdisipline, Jakarta: pT. Bumi Aksara. Edisi Revisi 2009. ivr. uawam KahardJo, rsram Kemod.ernan dan Keindonesiaan Nurcholish ,Majld, Bandung: MIZAN, 1981. M. Hasbi Shiddiqy, Seiorah d
45
46
rvr.
Bintang. Cet. '11 ,+8
49 50
Xl,
\ \
1993.
\
rvr. Nars( I amara, dan Elza peldi Taher, Agama dan Dialog Antar Peradaban,Jakarta: Paramadina. 1996_ M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Bgmaja Rosdakarya. I 995. rvI.- \2urarsn Snfiab, Logit@ Agama; Kedudukan Wahyu dan Bqtas_batas dolam Islam, Jakarta: LenteruHati, Cet.Iy ,2005. M. Yusran Asrnuni, Dirasah Islamiah
\
Teor@
Ak)l
ru:@
Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Jakarta:
pT Raja Grafindo
I
Persada, 1995.
5l
M. Yusran Asmuti, Pengantar Studi pemikiran clan Geraka" pembah.rrm dalam Dunia Islam, Iakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2001.
52
Malrrnud Yunus,
5l 54
56
I
HidakaryaAgung , Cet. 17 , 1992. Maksum, Madrasah Sejarah dan P er kemb angannya. J akafia.. Logos WacanIlniu, Cet. I, 1999. Malik Fadzar, Visi Pentbaharuan pendidikan fsE., .]at o.ti t_f :NI, C"t. I, 1998.
55
I
MetodikKhususprndi@
tA.
Isr@. pendidika@,
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Muhammad Naquib Attas, Kons"p 1992.
57 58
59 60 6r
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradobo, Ittom indon"siq Jakurta: pT. RaSu Grafindo Persada,2012. Purwardaminto, WIS, Kamus umum Bohaso Balu Pugq!3, tC91. Q. Ie9l Ramayulis, Ilmu Pendidikctn Islant,Ja\arta: KalaniMulia, C"i Iq 1D94 Samsul Nizar', Pengantar Dasar-dasar Pemikiran prrdittiko,, tskm J"kartu Gaya Media Pratama, 2001. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Xuotitatif, dan R&D, Bandung: PT. Alfabeta, 2008.
('
iiiirnsiaiakid
t^
peneli@
ol
Suharsimi Arikunto, Manajemen 2009.
63
Taufik Adnan Amal,Islam dan Tantangan MM Hukum Fazlur Rahman, Bandtmg:- Mizan, 1996. Tim Penyusun Ka^us PusatBah Balai Pustaka, Cet. I, 2002.
64
/
65
Tim
66
Uhbiyati Nur, IlmuPendidikan Islam, Bal&;r,;rg PustakaSelia, D9Z Wahyudin Nur, P erkembangan Pemikiran Mofurn di Dunia Istam, Medarr: IAIN SU,2OOO.
67 68
69
Penyusun Pustaka Azet, Lelaikon PustakaPustazet Perkasa, i988.
M
Yuli Emma Handayani, Skripsi: Muhammad Ali Pasha dan Al-Azha4ipltat: 20t1. Zakiah Daradjat dlr*., Ilmu Pendidikan Islam, lakNta: Bumi Aksara, Cer IIt, 1996.
70
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
11
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Srrabaya:
72
Usaha Nasional, 1983. Zuhairini, Sejarah Pendidiknn Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986.
Jakarta, 02
April 2015
Penguji
Ahmad Irfan Mufid. MA NIP. 19740318 200312 1002
H