Santi Septiana, Gina Saptiani dan Catur Agus Pebrianto EKSTRAK DAUN Avecennia marina UNTUK MENGHAMBAT Vibrio harveyi PADA BENUR UDANG WINDU (Penaeus monodon) (Avecennia marina Leaf Extract for Inhibiting Vibrio harveyi on Tiger Shrimp (Penaeus monodon)) SANTI SEPTIANA1), GINA SAPTIANI 2) dan CATUR AGUS PEBRIANTO2) 1) Mahasiswa Jurusan BDP-FPIK, Unmul 2) Staf Pengajar Jurusan BDP-FPIK, Unmul Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda E-mail:
[email protected]
ABSTRACT This research aimed to assess the ability of Avecennia marina leaves extract to inhibit Vibrio harveyi attack on tiger shrimp (Penaeus monodon). Avecennia marina leaves were chopped and dried, then its were extracted with sea water. Extracts were given to shrimp by immersion, with a concentration 0.1% and 0.05%, a positive control (antibiotic) and a negative control (aquadest). The challenged test by Vibrio harveyi 104 cfu/ml was given at day 7 by immersion. Parameters test were clinical symptoms, pathological anatomy, prevalence and survival rates. Extract of Avecennia marina 0.05% is the best to inhibit Vibrio harveyi on tiger shrimp. Keywords: Avecennia marina leaves extract, Vibrio harveyi,Ttiger Shrimp
PENDAHULUAN Udang windu merupakan komoditi yang penting karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Masalah utama dalam budidaya udang windu (Penaeus monodon) adalah kualitas dan kelangsungan hidup yang rendah. Hal ini disebabkan karena kualitas lingkungan yang kurang baik dan adanya serangan penyakit mulai stadia larva sampai dewasa. Pada saat permintaan udang dunia terus meningkat, terjadi penurunan produksi udang di Indonesia dari 133,836 ton pada tahun 2003, dan 127,119 ton pada tahun 2004 menjadi 100,000 ton pada tahun 2005 (Dirjen Perikanan Budidaya, 2006). Penurunan produksi udang di Indonesia mulai tahun 2003 hingga sekarang, terutama disebabkan oleh serangan infeksi virus akibat buruknya kondisi perairan sehingga terjadi kegagalan panen di tambak (Martini, 2006). Penyakit vibriosis pada udang, di pembenihan maupun di tambak, merupakan salah satu jenis penyakit yang sering menyebabkan kerugian besar akibat kematian yang ditimbulkan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. dan serangannya dapat menyebar dalam waktu yang cepat. Beberapa spesies vibrio yang ditemukan di tambak adalah Vibrio harveyi, dan Vibrio parahaemolyticus (Satria, 2013). Lingkungan yang kurang baik akan menjadi penyebab datangnya bakteri dan virus, Pencegahan dan penyebaran penyakit perlu dilakukan secara dini. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik dan bahan kimia lainnya, namun dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap lingkungan perairan dan menimbulkan resistensi pathogen (Gultom, 2003). Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 22. No. 1, Oktober 2016: 036–041 Diterima 26 Januari 2016. Semua hak pada materi terbitan ini dilindungi. Tanpa izin penerbit dilarang untuk mereproduksi atau memindahkan isi terbitan ini untuk diterbitkan kembali secara elektronik atau mekanik.
36
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
Santi Septiana, Gina Saptiani dan Catur Agus Pebrianto Sampai saat ini pencegahan penyakit vibriosis dengan menggunakan bahan kimia dan obat-obatan masih banyak dilakukan. Namun belum ada jenis bahan antibakterial yang efektif mampu membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio sp. yang ramah lingkungan serta mudah terurai di perairan. Oleh karena itu perlu dikaji penggunaan bahan antibakterial yang bersifat alami dan efektif untuk mencegah serangan bakteri tersebut. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, beberapa pakar giat melakukan penelitian tentang mangrove. Penemuan-penemuan baru di bidang farmasi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti ditemukannya kandungan senyawa bioaktif dari beberapa jenis mangrove yang dapat digunakan untuk bahan obat-obatan, zat antibiotik, dan bahan kosmetik, akan tetapi sebagian besar potensi sumberdaya hayati ini pemanfaatannya belum optimal. Demikian maka industri farmasi membutuhkan tambahan bahan baku untuk menutupi kebutuhan perkembangan industri yang semakin pesat. Melihat banyaknya kebutuhan akan bahan baku untuk industri farmasi tersebut, maka diadakan eksploitasi terhadap bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan pesisir laut dan salah satu yang menjadi obyek penelitian ini adalah mangrove Avicennia marina (Satria, 2013). Tumbuhan mangrove selain dapat meningkatkan kesuburan perairan melalui serasah yang dihasilkan, juga menghasilkan senyawa aktif seperti : fenol, saponin, flavonoid, oktakosil alkohol yang aktif sebagai senyawa antimikroba (Satria, 2013). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji pemanfaatan ekstrak daun Avecennia marina untuk menghambat serangan Vibrio harveyi pada benur udang windu. Diharapkan bioaktif dari ekstrak daun Avecennia marina dapat dimanfaatkan sebagai bahan antibakteri, sehingga mampu meningkatkan kesehatan udang windu terhadap serangan patogen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji ekstrak daun Avecennia marina sebagai bahan antibacterial terhadap Vibrio harveyi pada udang windu sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup udang windu dan menurunkan prevalensi serangan.
METODE PENELITIAN Uji Patogenitas Vibrio harveyi dan Uji Tantang Uji patogenitas (pengganasan) Vibrio harveyi pada udang dilakukan dengan menggunakan metode Saptiani et al. (2012) Vibrio harveyi yang dikultur pada media TSB selama 24 jam, diencerkan sampai 102, selanjutnya diinfeksikan pada udang di bagian punggung udang secara intramuscular sebanyak 0.5 ml. Udang diamati selama 3-5 hari sampai menunjukkan gejala klinis kemerahan. Kemudian diambil haemolymphnya, dikultur di media TSA dan diinkubasi pada suhu 35o C selama 24 jam. Setelah itu dimurnikan pada media TCBSA. Vibrio harveyi yang telah dikultur pada media TCBSA diambil dan dikultur pada media TSB, lalu diinkubasi selama 24-48 jam dengan suhu 35oC. Setelah tumbuh dilakukan pengenceran sampai 104. Uji tantang Vibrio harveyi diberikan secara perendaman dengan dosis 104 cfu/ml (Saptiani, et al., 2012). Pembuatan ekstrak daun Avecennia marina Daun Avecennia marina dibersihkan, dicuci dan ditiriskan, dicincang kemudian dikeringkan dalam ruangan dengan suhu ruang 30oC, selama 20 hari. 200 gram daun kering dimasukkan ke dalam stoples dan dimasukkan air laut sampai terendam. Setelah itu dipanaskan di waterbath sampai air di dalam stoples berkurang, menjadi 330 ml. Selanjutnya cairan dipisahkan atau disaring dari daun Avecennia marina, diekstrak kembali sampai menjadi 300 ml (Saptiani et al., 2015). Perlakuan ekstrak dilakukan dengan cara perendaman selama 30 menit, masing-masing akuarium berisi 12 ekor udang dan masing-masing perlakuan terdiri dari 2 ulangan. Perlakuan terdiri dari : Ekstrak air laut daun Avecennia marina 0.1%, ekstrak air laut daun Avecennia marina 0.05%, kontrol (+) antibiotik oksitetrasiklin, dan kontrol (-). Uji tantang dilakukan setelah 6 hari perlakuan yang diberikan secara perendaman. Selama penelitian kondisi air tetap dikontrol dan terjaga sesuai kondisi asal udang yaitu salinitas 25 ppt, dan pada suhu 28oC.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
37
Santi Septiana, Gina Saptiani dan Catur Agus Pebrianto Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskritif dalam bentuk grafik dan tabulasi. Parameter yang diukur adalah prevalensi dan kelangsungan hidup. Prevelansi dilihat berdasarkan adanya gejala klinis spesifik berupa kemerahan pada karapas, ekor, dan kaki serta lambung udang. Pengamatan dilakukan pada hari ke-6, 13, 20, dan 24. Jumlah udang terinfeksi Prevalensi
=
x 100% Jumlah udang yang di uji
Pengamatan kelangsungan hidup dihitung berdasarkan persentase jumlah udang yang hidup. Pengamatan dilakukan pada hari ke-6, 13, 20, dan 24.
Jumlah udang terinfeksi
Kelangsungan hidup =
x 100% Jumlah udang yang di uji
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut air laut berlangsung selama 30 jam. Ekstrak air laut Avecennia marina bewarna coklat pekat hingga kehitaman, beraroma seperti jamu, rasanya asin sepat. Hasil perhitungan prevalensi pada hari ke-6, 13, 20, dan 24 dilihat berdasarkan adanya gejala klinis spesifik pada udang yaitu kemerahan pada karapas, ekor dan lambung udang. Tingkat serangan Vibrio harveyi pada udang terjadi secara cepat. Prevalensi pada hari ke-6 belum terjadi, karena udang belum diuji tantang. Prevalensi udang windu terlihat pada hari ke-8 atau 12 jam setelah uji tantang, pada hari ke13 nilai prevalensi tertinggi yaitu sebesar 37.50% terjadi pada kontrol negatif (-), ini menunjukkan bahwa tanpa pemberian bahan antibakteri udang tidak mampu menghambat Vibrio harveyi, sehingga menimbulkan gejala klinis pada udang, sedangkan pada kontrol positif (+) adalah 0%. Pada perlakuan ekstrak Avecennia marina air laut 0.1% dan 0.05% masing-masing 25% dan 16.67%. Walaupun ekstrak Avecennia marina dapat menghambat Vibrio harveyi namun belum bisa menghambat secara keseluruhan, sehingga masih terjadi serangan Vibrio harveyi. Perubahan warna merupakan tanda adanya penyakit pada udang karena kromatofor udang merupakan salah satu pola pertahanan tubuh, sehingga perubahan warna menunjukkan adanya reaksi imunnitas udang (Saptiani dan Hartini, 2008). Sedangkan Pada hari ke-20 nilai prevalensi semua perlakuan menurun, sedangkan pada Kontrol positif (+) tetap 0%, dan pada Kontrol negatif (-) masih sama seperti hari ke-13 yakni sebesar 37.50%. Pada hari ke-24 nilai prevalensi semua perlakuan menurun dan pada perlakuan Avecennia marina air laut 0.1%, dan 0.05% yakni 0%, Ini menunjukkan bahwa kemampuan ekstrak daun Avecennia marina berhasil menghambat perkembangan dan patogenitas Vibrio harveyi pada udang. Menurut Saptiani (2000), adanya serangan agen setelah pemberian vaksin dalam hal ini uji tantang, justru akan meningkatkan respon tanggap kebal, yaitu meningkatkan kekebalan seluler, yang nantinya akan merangsang terbentuknya antibodi. Pada penelitian ini adanya serangan agen dengan uji tantang Vibrio harveyi pada udang merupakan infeksi lanjutan setelah reaksi imun yang disebabkan bahan anti bakteri yaitu ekstrak daun
38
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
Santi Septiana, Gina Saptiani dan Catur Agus Pebrianto Avecennia marina yang sebelumnya diberikan pada udang. Hal ini diduga semakin memicu system kekebalan tubuh udang. Pola prevalensi pada hari ke-6, 13, 20, dan 24 pada semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Prevalensi serangan Vibrio harveyi pada udang windu (Penaeus monodon) pada hari ke-6, 13, 20 dan 24 Pada Gambar 1 terlihat bahwa prevalensi akibat infeksi Vibrio harveyi pada perlakuan Avecennia marina air laut 0.05% menunjukkan kemampuan yang paling baik setelah perlakuan kontrol positif (+) untuk menghambat infeksi Vibrio harveyi, diikuti dengan ekstrak Avecennia marina air laut 0.1%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udang hari ke-6 masih tinggi pada semua perlakuan. Memasuki hari ke-13 mengalami penurunan tetapi tidak semua perlakuan. Kelangsungan hidup pada kontrol positif (+) sejak diinfeksi Vibrio harveyi mulai dari hari ke-6 sampai dengan hari ke-24 adalah 95.84%. Ini menunjukkan antibiotik yang diberikan mampu menghambat Vibrio harveyi walaupun belum maksimal. Namun penggunaan antibiotik yang terus menerus dengan dosis yang tidak tepat menyebabkan resistensi (Saptiani, 2012). Kelangsungan hidup terendah pada hari ke-13 terdapat pada kontrol (-) dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 58.33%, sedangkan kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol (+). Pada hari ke-20 kondisi udang mengalami peningkatan kesehatan dan menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik, berdasarkan gejala klinisnya.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
39
Santi Septiana, Gina Saptiani dan Catur Agus Pebrianto
Gambar 2. Kelangsungan hidup udang windu (P. monodon) pada hari ke-6, 13, 20, dan 24 pada semua perlakuan Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan antibiotik dan perlakuan Avecennia marina air laut 0.05% adalah yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol (-) diikuti dengan perlakuan Avecennia marina air laut 0.1%. Tingginya kelangsungan hidup ini menunjukkan kemampuan ekstrak daun Avecennia marina dapat menghambat Vibrio harveyi walaupun belum maksimal. Daya tahan tubuh udang terhadap Vibrio harveyi dapat diketahui berdasarkan gejala klinis, patologi anatomi dan kelangsungan hidup. Perlakuan kontrol (-) memiliki tingkat serangan yang lebih tinggi, terlihat dari rendahnya kelangsungan hidup benur udang, sehingga pada perlakuan ini tidak dapat menghambat pertumbuhan Vibrio harveyi. Hal ini dikarenakan infeksi bakteri patogen yang diberikan hanya ditangkal oleh pertahanan tubuhnya saja tanpa adanya bahan penghambat yang dapat menghambat bakteri patogen tersebut. Pada perlakuan yang diberi antibiotik dan rendaman ekstrak daun Avecennia marina 0,05% memiliki gejala klinis dan patologi yang ringan, ini menunjukkan perlakuan yang diberikan mampu menghambat Vibrio harveyi, walaupun belum maksimal. Adanya pemberian ekstrak daun Avecennia marina pada udang sebelum dilakukannya uji tantang menyebabkan bakteri yang masuk akan mati karena sifat senyawa aktif seperti : fenol, saponin, flavonoid, oktakosil alkohol yang aktif sebagai senyawa antimikroba yang terkandung dalam daun Avecennia marina (Satria, 2013) Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak air laut daun Avecennia marina 0,05% mampu menghambat pertumbuhan Vibrio harveyi paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kelangsungan hidup yang agak rendah pada perlakuan ekstrak dan hampir sama dengan kontrol (-) ini disebabkan karena proses penyiponan dilakukan tiga hari sekali yang menyebabkan terjadinya kekeruhan air. Kekeruhan air dapat menghambat udang mencari makan. Oleh karena itu, sebaiknya proses penyiponan dilakukan setiap hari, mengingat selama penelitian tidak diberi filter.
40
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
Santi Septiana, Gina Saptiani dan Catur Agus Pebrianto KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang Penggunaan ekstrak daun Avecennia marina untuk menghambat Vibrio harveyi pada udang windu (Penaeus monodon), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Pemberian ekstrak daun Avecennia marina dapat menghambat infeksi Vibrio harveyi, dengan prevalensi Vibrio harveyi 4.17% - 25% dengan kelangsungan hidup 66.67% - 91.67%. 2. Konsentrasi terbaik untuk menghambat Vibrio harveyi pada udang windu adalah ekstrak daun Avecennia marina 0.05%, diikuti ekstrak daun Avecennia marina 0.1%, ekstrak sedangkan konsentrasi terbaik untuk meningkatkan kelangsungan hidup adalah ekstrak daun Avecennia marina 0.05%, diikuti ekstrak daun A. marina 0.1%. Saran Perlu diteliti lebih lanjut pengaruh pemberian ekstrak daun Avecennia marina dengan konsentrasi yang berbeda dan pelarut yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Dirjen Perikanan Budidaya. 2006. Penanggulangan penyakit kunang-kunang. Jakarta: Dirjen Perikanan Budidaya. Gultom, D.N. 2003. Patogenesis bakteri V. harveyi pada larva udang windu (P. monodon) Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Martini, I. 2009. Kajian Sistem Resirkulasi Tertutup Menggunakan Biofilter Bivalvia dan Makroalgae Pada Pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran (Tidak Dipublikasikan) Saptiani, G. 2000. Pengaruh vaksin pada ikan mas (Cyprinus carpio L) terhadap gambaran kekebakan Non-spesifik. Frontir. 14(2):52-56 Saptiani, G dan Hartini. 2008. Daya hambat daun sirih (Piper bettle L) terhadap bakteri Vibrio harveyi secara in vitro dan in vivo pada post larva udang windu (P. monodon). Makalah konferensi Indonesia Aquakultur. Yogyakarta Saptiani, G., S. B. Prayitno dan S. Anggoro. 2012b. The Effectiveness Of Acanthus ilicifolius In Protecting Tiger Prawn (Panaeus monodon F.) from V. harveyi Infection. Jurnal. Of coastal Develpoment Vol 15 (2) :217-224. Saptiani, G., C. A. Pebrianto and E. H. Hardi. 2015. Anti-microbial of Alpinia galanga extracts against the pathogen of Clarias batrachus. Proceeding The 1st International Symposium on Marine and Fisheries Research : 99-109 Satria, 2013. Uji daya hambat ekstrak daun mangrove jenis A. marina terhadap bakteri V. parahaemolyticus dan V. harveyi. Makassar. Skripsi Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Jurusan Ilmu Kelautan
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
41