Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sambutan Presiden RI - Silaturahmi WNI di Korea Selatan, Seoul, 15 Mei 2016 Minggu, 15 Mei 2016
SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
SILATURAHMI WARGA NEGARA INDONESIA DI KOREA SELATAN
SEOUL, KOREA SELATAN
15 MEI 2016
Saya ingin berbicara masalah tantangan-tantangan yang kita hadapi. Saya akan berbicara juga apa yang telah kita kerjakan. Dan nantinya juga sebetulnya ke depan ini akan ada apa di negara kita.
Saya kira kita tahu semuanya bahwa ekonomi global sekarang ini sudah menuju kepada sesuatu yang semua negara itu takut karena menurun, menurun, menurun, menurun, menurun, dan belum ada cara memecahkannya.
Persaingan untuk memperebutkan yang namanya investasi, yang namanya uang di sebuah negara itu juga sekarang ini semakin kompetisinya, persaingannya semakin hari semakin kuat sekali gesekannya, benturannya.
Persoalan-persoalan seperti ini yang harus saya sampaikan kepada seluruh masyarakat di mana pun karena memang ya keadaannya, faktanya mesti saya sampaikan apa adanya.
Sampai misalnya di Brazil, Presiden Dilma jatuh juga gara-gara ekonominya yang terus menurun, menurun, menurun. Tidak bisa dia kendalikan.
Negara-negara yang lain juga sama. Seperti di Tiongkok yang dulu bisa 10-11, sekarang di bawah 7. Anjloknya banyak. Padahal kita ini ngirim barang-barang ekspor kita, terutama komoditas, itu banyak sekali ke Tiongkok.
Juga kita ekspor ke negara-negara yang lain, baik Amerika, Eropa, dan lain-lain.
Inilah kondisi-kondisi dan tantangan yang kita hadapi. Artinya apa? Tidak hanya persaingan individu, tidak hanya persaingan antarkota, tidak hanya persaingan antarprovinsi, tetapi persaingan antarnegara itu sangat, begitu sangat http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29
Sekretariat Negara Republik Indonesia
ketat sekali. Kompetisinya, persaingannya ketat sekali.
Baik kita atur strategi, baik kita menyederhanakan pelayanan-pelayanan perizinan, baik kita menarik investasi dengan menyediakan lahan-lahan yang kita punya, tetapi itu juga belum cukup. Karena apa? Negara lain juga melakukan hal yang sama.
Inilah tantangan di depan kita yang tidak enteng, yang tidak ringan. Tapi apa pun tantangannya, saya selalu sampaikan kepada masyarakat, kepada birokrasi, kepada pemerintahan kita, kepada menteri-menteri bahwa, apa pun, kita harus tetap optimis. Apa pun, kita harus menatap bahwa di depan itu akan lebih baik. Jangan, berhadapan dengan tantangan dan rintangan seperti itu, kita kendor, ndak. Harus kita hadapi. Harus kita hadapi.
Kenapa kita sekarang ini terus, saya di mana-mana selalu menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan kompetisi, yang berkaitan dengan persaingan? Karena memang sekarang eranya kompetisi. Kompetisi antarnegara, kompetisi antarkawasan sudah tidak bisa dicegah lagi.
Coba kita lihat. Kita sekarang sudah masuk kompetisi di Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community). Di Masyarakat Ekonomi ASEAN, kita sudah masuk. Berarti kita bersaing dengan sepuluh negara.
Kalau ketemu dengan kepala negara, kepala pemerintahan, gandeng-gandengan kita, gandeng-gandengan. Tapi, dalam batin saya, “Hei, kamu itu pesaing saya, pesaing Indonesia.― Kawan ya kawan, teman ya teman, tetapi mereka tetap bersaing dengan kita.
Jangan kita keliru. Jangan kita terninabobokan bahwa, “Ini kawan, ini kawan.― Jangan kita lupa bahwa mereka juga bersaing dengan kita untuk mendapatkan investasi, mendapatkan industri, mendapatkan arus uang dari negara-negara yang lain.
Kita bersaing. Tapi tiap hari, kalau ketemu, ya seperti itu. Entah dalam summit, dalam konferensi, dalam pertemuanpertemuan bilateral, ya gandeng-gandengan. Tapi sebetulnya ya teman tapi “musuh―.
Ya kita harus ngomong apa adanya. Memang seperti itu, ya kan?
Oleh sebab itu, selalu saya menyampaikan bahwa, untuk maju, itu butuh kompetisi. Kalau kita tidak punya kompetitor, kita tidak punya pesaing, enak-enak saja kita bekerja. Harus merasa ada pesaing. Siapa pesaing kita? Siapa yang harus kita saingi? Siapa kompetitor kita? Kita harus mengerti.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Coba kita lihat. Tahun ‘75, BRI, BNI—ini cerita bank—bank kita seperti ini dulu, ya kan? Jam 1 sudah tutup.
Saya ingat. Saya masih SMP itu disuruh ngambil uang ke bank. Jam 13.00, jam 13.30, atau jam 14.00, pasti sudah tutup. Telat sedikit, pasti sudah tutup. Pulang sekolah, saya disuruh ngambil uang, ngambil uang Rp 10.000. Jangan bayangkan jutaan. Saya tahu, kalau uangnya Saudara-saudara semuanya, jutaan. Amin.
Dulu, mau ngambil uang, itu ke bank, tapi sudah tutup. Karena apa? Banknya tidak ada pesaing dulu. Adanya BNI, BRI, bank-bank pemerintah. Enggak ada persaingan.
Tetapi begitu dibuka persaingan, coba. Sekarang ada 120 bank, bank pemerintah maupun bank swasta. Pak Menko Perekonomian hafal. Begitu dibuka, ada persaingan, berbenah-benah. Sekarang coba tanya pegawai bank BRI, BNI, Bank Mandiri. Jam 10, jam 11 malam baru pulang. Jam 10, jam 11 malam baru pulang, benar. Coba cek. Karena apa? Persaingan.
Tetapi, dengan adanya pesaing seperti itu, bank sekarang coba lihat. Ada ATM yang bagus. Yang melayani juga bagus. Jam 4, jam 5, masih buka.
Dan yang paling penting, untuk negara, bank pemerintah bisa bersaing dengan bank swasta. Keuntungan BRI tahun kemarin 24 triliun. Bank Mandiri bisa 18 triliun. Itu gede banget, enggak kalah dengan swasta.
Karena apa? Diberikan pesaing. Coba kalau masih kayak dulu—jam 1 tutup, jam 1 pegawainya udah pulang, yang swastanya sampai malam—kalah atau menang? Pasti kalah.
Coba kita lihat yang lain: Pertamina. Pertamina tahun ’70, tahun ‘75, tahun ‘80, sendirian, sendirian jualan yang naman BBM. Itu sendirian. Coba lihat SPBU kita: kumuh, pegawai tak pakai seragam, seenaknya pas mengocori bensin itu.
Begitu diberi pesaing, ada Shell, ada Petronas, ada Total masuk, langsung semuanya ngecat, ngecat, ngecat, ngecat. Jadi bagus semuanya. Benar ndak? Karena apa? Diberi pesaing. Pelayanan bagus. Harganya bagus. Malam juga terang benderang.
Dulu, kalau malam udah aduh. Ingat enggak tahun ’75-an? Belum lahir ya?
Kira-kira artinya apa? Kita ini, hidup ini perlu bersaing, perlu diberikan pesaing. Perusahaan juga sama.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sama juga dengan Garuda dulu. Garuda, sebelum tahun ’80, juga sama, sendirian. Paling hanya ada Merpati. Milik pemerintah semuanya.
Sekarang, begitu dibuka dan ada 70 airlines, udah: seragam bagus, dia sekarang masuk tujuh terbaik di dunia. Ini karena ada pesaing. Ada 70 airlines sekarang, besar.
Inilah yang sekarang ingin kita hadirkan di negara kita: persaingan. Jangan sekali-kali monopoli. Kalau monopoli, mesti kita “tidur―. Tapi begitu bersaing, nanti akan banyak sekali.
Dan kita harapkan, dengan adanya persaingan, itu akan membuka lapangan pekerjaan semakin banyak.
Kadang-kadang saya berpikir, “Waduh asing masuk, investasi asing masuk.― Itu betul-betul memberikan pelajaran yang banyak kepada kita: bagaimana mengelola misalnya pompa bensin, bagaimana mengelola bank, bagaimana mengelola pabrik, bagaimana mengelola industri. Kita menjadi bisa belajar. Apa pun, manajemen mereka jauh lebih baik.
Tapi kita ini, orang kita ini belajar juga cepat banget. Orang kita ini pintar-pintar. Belajarnya juga cepat banget seperti tadi saya sampaikan: perbankan, pertanian, pesawat. Cepat sekali belajarnya.
Pemerintah harus seperti apa? Pemerintahnya harus menyiapkan hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat, yang diperlukan oleh industri, yang diperlukan oleh investasi.
Dulu kita konsentrasi hanya di Jawa. Infrastruktur selalu di Jawa.
Sekarang kita sebar. Tidak Java-sentris, tetapi Indonesia-sentris. Semuanya harus merata.
Dan ini sudah kita mulai. Banyak jalan tol. Ini yang Tol Trans-Sumatera, sudah dimulai di Lampung, di Palembang. Kita harapkan, dalam tiga tahun ini rampung. Dan naik nanti sampai ke Aceh.
Kemudian di timur juga sama. Sudah kita mulai untuk kereta apinya, misalnya di Sulawesi. Tahun yang lalu, sudah dimulai jalur kereta api untuk Sulawesi.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Supaya apa? Ya supaya nusantaranya merata, bukan hanya di Jawa terus, karena di luar Jawa juga membutuhkan infrastruktur seperti itu.
“Ini selesainya kapan?― Ada yang tanya kapan selesainya. Yang paling penting buat saya, setiap pembangunan dimulai dulu: dieksekusi, diputuskan, dan dimulai. Kalau sudah mulai, tinggal dikejar-kejar, “Ayo rampung, rampung, rampung, rampung,― ya ndak? “Cepat, cepat, cepat.― Kalau di sini, tadi apa? “Pali-pali.―
Ya harus seperti itu. Kalau enggak, enggak akan kita mulai-mulai. Ini perencanaannya, ada yang kayak Tol TransSumatera sudah 30-an tahun. Ini juga perencanaan udah 20-an tahun. Tapi enggak segera diputuskan. Menurut saya, putuskan, eksekusi, dimulai.
Dan terus saya cek. Saya kontrol terus. Saya cek terus, saya cek terus, saya cek terus. Kalau Saudara-saudara lihat, saya ke sana, ke sini, itu saya ngontrol pekerjaan, “Sudah selesai belum? Kalau belum, masalahnya apa? Problemnya apa? Sampaikan ke saya. Kalau ada masalah pembebasan tanah, saya telepon Menteri Pertanahan, ‘Bagaimana ini? Pembebasan lama sekali.’―
Saya cek lagi, “Kok belum apa-apa? Kok belum dikerjakan?― Saya ganti. Pasti saya copot dong. Memang harus seperti itu
Seperti dwelling time, bongkar muat di Tanjung Priok. Masak di Singapura hanya sehari selesai. Di Malaysia dua hari selesai. Kita tujuh hari. Enggak percaya. Ngapain? Di Korea, berapa hari? Sehari. Kita tujuh hari. Apa kita enggak malu?
Saya beri, “Udahlah jangan tujuh. Di bawah lima deh.― Saya tunggu enam bulan.
Enggak bergerak sama sekali. Ya saya ganti. Ya bagaimana lagi? Kerja kan harus pakai target.
Sekarang sudah turun: tiga hari. Pak Menko sudah injak sana, injak sini. Saya bagian copot sana, copot sini.
Ya, kalau enggak seperti itu, enak dong kerja enggak ada target. Ya kan? Enak banget kerja enggak ada target itu.
Kita harus tahu semuanya ya. Kita mempunyai 17.000 pulau. Di dunia ini, enggak ada kawasan sebesar kita: 17.000 pulau. Dua per tiga Indonesia adalah air, adalah lautan. Kita harus sadar, harus ngerti ini sehingga perhatian kita harus ke sana.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kenapa pelabuhan dibangun? Pelabuhan-pelabuhan besar di bangun dari barat, ke tengah, ke timur, yang besar. Setelah itu, ada yang sedang lagi di sini, di sini, di sini. Setelah itu, bangun pelabuhan-pelabuhan yang kecil.
Itulah konektivitas, connectivity. Kalau antarpulau enggak terhubung, bagaimana mempersatukan Indonesia? Iya enggak?
Selain ekonomi, yang lebih penting adalah mempersatukan Indonesia. Nanti hasilnya akan seperti ini.
Coba lihat yang baru dibangun: Kuala Tanjung di barat. Ini baru dalam proses mungkin 40-an persen.
Makassar New Port, ini yang juga gede-gede.
Ini yang kecil nanti ada di barat, ada di tengah, ada di timur.
Kemudian juga di Papua, di Sorong. Tahun ini, baru akan dimulai.
Kita terlambat membangun. Kita terlambat.
Tanjung Priok sekarang mau US$5,5 juta. Target kita untuk 2018: US$15 juta per tahun.
Targetnya memang tinggi. Kita, kalau memberi target, memang tinggi-tinggi. Kalau enggak gitu, enggak pali-pali. Iya kan? Memang harus seperti itu.
Dan juga lihat yang kecil, yang Wasior, yang kemarin baru.
Ada juga, kemudian juga NTT.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Memang sebagian besar yang kecil banyak yang sudah selesai. Yang besar nanti rampung semuanya.
Kemudian yang airport. Yang Rembele di Bener Meriah. Ini baru-baru saja. Masih proses semuanya yang bandara, belum jadi. Itu kabupaten di Aceh bagian tengah. Runway-nya, terminalnya kita selesaikan.
Supaya apa sih yang di Wamena jadi, yang di Aceh jadi? Artinya apa? Orang Papua di Wamena bisa terbang langsung ke Aceh. Ya itulah, arahnya ke sana. Ini akan mempersatukan kita.
Kalau kita tidak bisa saling mengunjungi seperti itu, kita sering tidak sadar bahwa kita mempunyai saudara di Aceh, kita mempunyai saudara di Papua, kita mempunyai saudara di Kalimantan, kita mempunyai saudara di Sulawesi, di NTT, di NTB. Ini yang ingin kita koneksikan, kita hubung-hubungkan. Ini sambung-menyambung.
Kemudian juga sekarang kita memang mulai bangun yang di desa, di pinggiran, maupun di perbatasan, dimulai. Perbatasan dengan Malaysia di Kalimantan dimulai. Perbatasan dengan Timor-Leste di NTT dimulai. Perbatasan dengan Papua Nugini di Papua dimulai. Memang belum rampung, tetapi dimulai.
Saya pergi ke Matoain di NTT. Saya lihat di Timor-Leste gedungnya besar. Jalannya saya lihat itu enggak lebar tapi bagus. Saya lihat di tempat kita. Saya enggak berani ngomong.
Langsung saya sampaikan, “Saya minta minggu ini juga bangunan-bangunan kita ini diruntuhkan dan diganti. Saya beri target: setahun harus selesai dan lebih bagus dari yang di sana.―
Ini yang di Entikong juga sama. Lebar jalan hanya 4-5 meter. Kemudian bangunan untuk pemeriksaan, itu juga aduh. Di daerah sana enggak. Saya bandingkan dengan di sebelah sana juga aduh. Jalannya bagus. Gedungnya tinggi.
Itu juga sama. Saya beri waktu seminggu untuk dirobohkan. “Dan akhir tahun ini,― saya sudah sampaikan, “akhir tahun ini—saya ke sana bulan Desember—saya minta, akhir tahun depan saya lihat harus selesai. Caranya bagaimana, saya enggak mau tahu.―
Ini saya ke sana dua bulan yang lalu. Sudah hampir jadi. Jalannya sudah 20 meter, lebih gede daripada sebelumnya yang jelas.
Ini terus terang masalah kebanggaan, iya enggak? Kita ini negara besar, kita ini bangsa besar, tapi kita enggak pernah merasa kita ini besar. Harusnya ada kebanggaan bahwa kita besar. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Saya sudah melihat yang di sana. Sedangkan yang di kita begini. Jadi down saya.
Ndak, karena kita juga punya kok. Kalau kita enggak punya, ya enggak apa-apa. Kita punya, tapi kenapa ini terlewatlewat? Karena enggak pernah memberikan perhatian.
Tapi kalau ke sini lagi, saya pasti udah punya fotonya: ini lo yang di Entikong, ini lo yang di Matoain, ini lo yang di Papua. Akan saya tunjukkan kalau ke sini lagi.
Meskipun tidak seluruhnya gede seperti yang di sana, tapi orang sana, kalau masuk, “Wuih, gede ini.― Ini kan masalah persepsi. Kalau dia masuk, gedung kita kecil, diremehkan kita nanti, iya enggak? Tapi begitu dia masuk, “Kok gede banget?― “Indonesia, Pak.― Ini hal-hal yang membanggakan, iya enggak?
Setelah infrastruktur-infrastruktur ini selesai, kita akan masuk ke yang namanya industri. Artinya ada lapangan-lapangan kerja yang baru, yang ingin kita ciptakan. Tanpa infrastruktur ini, jangan mimpi kita bisa menciptakan industri, menciptakan manufacturing, menciptakan KB-KB. Bagaimana? Enggak mungkin. Step-stepnya ke sana.
Kalau industri sudah berjalan, kita masuk ke sektor berikutnya, ke sektor jasa. Step-stepnya ke sana.
Tapi semuanya harus dikejar. Petanya, kita sudah ada: di mana ada alumuniumnya, di mana nanti ada untuk palm oil, di mana yang untuk besi baja, di mana yang untuk rotan, di mana yang untuk logistik, di mana yang untuk mebel, di mana yang dipakai untuk agro. Peta-petanya sudah ada.
Tapi untuk melaksanakan itu, butuh kesiapan infrastruktur lebih dahulu. Inilah yang terus saya sampaikan.
Percepatan ini diperlukan. Orang bekerja itu harus dikejar-kejar supaya targetnya terpenuhi. Kalau tidak, ya kita akan seperti ini terus. Dan tahu-tahu negara yang lain sudah melampaui kita. Yang dulunya di bawah kita menjadi di atas kita. Ini yang kita tidak mau.
Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini, sebagai sebuah gambaran bahwa ke depan kita ingin harapan-harapan yang tadi kita sampaikan itu betul-betul targetnya bisa terpenuhi, sehingga akan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Dan kita harapkan pertumbuhan ekonomi juga lebih baik. Tetapi juga bukan hanya pertumbuhan ekonomi, melainkan sekaligus pemerataan juga ada di semua pulau.‎
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 16 January, 2017, 14:29